Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

GAMBARAN UMUM

4.1 Gambaran Administrasi Wilayah

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014


Utara : Kabupaten Donggala
Timur : Teluk Palu dan Kecamatan Palu Barat
Selatan: Kecamatan Palu Barat dan Kabupaten Sigi
Barat : Kabupaten Sigi
Berdasarkan letak geografisnya, Kecamatan Ulujadi tepat berada di tengah kota
terletak pada posisi antara 0°44’ dan 0°47’ Lintang Selatan serta 119°52’ dan 119°54’
Bujur Timur. sebagian besar diapit oleh batas darat Kecamatan Palu Barat dan
Kabupaten Donggala. Secara administrasi Kecamatan Ulujadi dibagi menjadi 6
kelurahan dengan luas wilayah keseluruhan adalah 40,24 km², Jenis tanah di Kecamatan
Ulujadi termasuk lempung berpasir, dengan ketinggian dari permukaan air laut 23,3
meter, dengan daratan 85 %, perbukitan 10 % dan pegunungan 5 %.
Luas daratan Kecamatan Ulujadi 40,24 km² terdiri dari 6 kelurahan yang
memanjang dari utara ke selatan dengan luas masing-masing kelurahan yaitu Kelurahan
Donggala Kodi 2,36 km², Kelurahan Kabonena 2,27 km², Kelurahan Silae 2,33 km²,
Kelurahan Tipo 5,70 km², Kelurahan Buluri 14,45 dan Kelurahan Watusampu 13,13 km².

4.2 Kondisi Fisik Dasar Wilayah

A. Topografi

Topografi ini berkaitan dengan keadaan bentuk atau characteristic suatu


wilayah yang tentunya memiliki perbedaan yang signifikan ditiap wilayahnya.
Topografi Kecamatan Ulujadi menunjukkan bahwa sebagian wilayah Kelurahan
yang berada di Kecamatan Ulujadi berbatasan langsung dengan laut.

Karakteristik wilayah Kecamatan Ulujadi menurut elevasi (ketinggian di


atas permukaan laut (DPL) yaitu berada di antara 0 – 50 m. Seluruh wilayah
merupakan daratan dan topografinya relatif datar. Wilayah yang berbatasan
langsung dengan laut atau daerah pesisir pantai yaitu : Kelurahan Silae, Kelurahan
Tipo, Kelurahan Buluri dan Keluraha Watusampu sedangkan wilayah lainnya meliputi
Kelurahan Kabonena, Kelurahan Donggala Kodi tidak tergolong daerah yang
berbatasan langsung dengan pesisir laut, dikarenakan daerah ini berada di
ketinggian 30-50 m dari pesisir laut.
B. Geologi

Secara umum kondisi geologi kecamatan ulujadi hampir sama dengan kondisi
geologi di setiap kecamatan di kota palu yaitu jenis tanahnya bebentuk Alluvial yang
terdapat di lembah palu. Secara umum formasi geologi tanah di kecamatan ulujadi
terdiri dari batuan gunung berapi dan batuan terobosan yang tidak membeku (Inncous
Intusiverock). Disamping pula batuan-batuan metamorphosis dan sedimen. Geologi
tanah dataran lembah palu terdiri dari bahan-bahan alluvial dan colluvial yang berasal
dari metaforsis yang telah membeku. Disamping itu tanahnya kemungkinan bertekstur
sedang.
C. Jenis Tanah

Jenis tanah di Kecamatan Ulujadi termasuk lempung berpasir, dengan


ketinggian dari permukaan air laut 23,3 meter, dengan daratan 85 %,
perbukitan 10 % dan pegunungan 5 %.

Jenis tanah lempung berpasir ini memiliki banyak manfaat untuk menunjang
fungsi penghidupan, diantaranya Dengan tekstur tanah berpasir yang mirip dengan
kerikil, salah satu manfaat tanah lempung berpasir yang bisa digunakan adalah
sebagai bahan campuran ke dalam adonan pembuatan pondasi bangunan. Hal ini
disebabkan karena tanah berpasir dapat bercampur secara merata dengan adonan
semen yang digunakan, sehingga tanah berpasir menjadi salah satu bahan
tambahan adonan yang efektif.

Dengan memiliki tanah lempung berpasir ini menjadikan Kecamatan Ulujadi


sebagai salah satu kecamatan dengan kegiatan tambangnya yang masih terus
beraktifitas, masyarakat Palu mengenali kegiatan tambang ini dengan sebutan
galian C.
D. Demografi
Keadaan Demografi ini erat kaitannya dengan keadaan atau kondisi
penduduk di wilayah kecamatan Ulujadi, Kota Palu. Keadaan penduduk di suatu
wilayah dipengaruhi oleh tiga komponen utama demografi yaitu kelahiran (birth),
kematian (death) dan perpindahan penduduk (migration). Kelahiran yang terjadi
akan bersifat menambah jumlah penduduk, sedangkan kematian akan bersifat
mengurangi jumlah penduduk. Penduduk Kecamatan Ulujadi dari waktu ke
waktu terus mengalami pertumbuhan keadaan penduduk. Jumlah penduduk
yang besar dan berkualitas adalah modal dasar dan merupakan potensi bagi
peningkatan pembangunan di segala bidang. Pada Tahun 2013, jumlah
penduduk Kecamatan Ulujadi mencapai 26.021 jiwa. Keadaan penduduk ini
membuat Kecamatan Ulujadi menduduki urutan keenam diantara delapan
kecamatan lainnya di Kota Palu.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik jumlah penduduk di
Kecamatan Ulujadi terus mengalami peningkatan Jumlah penduduk di
Kecamatan Ulujadi meningkat dari tahun 2016 yang terdiri dari 27.319 jiwa menjadi
27.763 jiwa pada tahun 2017, berarti kepadatan penduduk per km2 berjumlah 690 jiwa.
Kelurahan Donggala Kodi pada tahun 2016 berjumlah 9.888 jiwa menjadi 10.048 jiwa
pada tahun 2017, Kelurahan Kabonena pada tahun 2016 berjumlah 3.736 jiwa menjadi
3.797 jiwa pada tahun 2017, Kelurahan Silae pada tahun 2016 berjumlah 4.967 jiwa
menjadi 5.048 jiwa pada tahun 2017, Kelurahan Tipo pada tahun 2016 berjumlah 3.298
menjadi 3352 jiwa pada tahun 2017, Kelurahan Buluri pada tahun 2016 berjumlah 3.321
jiwa menjadi 3.375 jiwa pada tahun 2017 sedangkan Kelurahan Watusampu pada tahun
2016 berjumlah 2.109 jiwa, kini di tahun 2017 menjadi 2.143 jiwa. penduduk tiap
kelurahannya di Kecamatan Ulujadi :
 Donggala Kodi pada tahun 2015 berjumlah 9.735 jiwa menjadi 9 888 jiwa pada
tahun 2016
 Kelurahan Kabonena pada tahun 2015 berjumlah 3.676 jiwa menjadi 3 736
jiwa pada tahun 2016
 Kelurahan Silae pada tahun 2015 berjumlah 4.883 jiwa menjadi 4 967 jiwa
pada tahun 2016
 Kelurahan Tipo pada tahun 2015 berjumlah 3.253 menjadi 3 298 jiwa pada
tahun 2016
 Kelurahan Buluri pada tahun 2015 berjumlah 3.262 jiwa menjadi 3 321 jiwa
pada tahun 2016
 Kelurahan Watusampu pada tahun 2014 berjumlah 2.074 jiwa, kini di tahun
2014 menjadi 2.109 jiwa
Setiap tahun penduduk di kecamatan ulujadi bertambah menurut proyeksi
Badan Pusat Statistik, tahun 2014 jumlah penduduk di Kecamatan Ulujadi berkisar
26.454 jiwa, tahun 2015 berjumlah 26.883 jiwa, tahun 2016 berjumlah 27.319 jiwa
dan pada tahun 2017 berjumlah 27.763 jiwa. Jumlah laki-laki dan perempuan yang
terbanyak di kecamatan ulujadi adalah kelurahan Donggala Kodi yaitu laki-laki
berjumlah 5.063 jiwa sedangkan jumlah perempuan berjumlah 4.985 jiwa.
Komposisi umur penduduk di Kecamatan Ulujadi hampir 45 persen
penduduk masih berusia di bawah 20 tahun, hal ini menunjukkan bahwa
penduduk Kecamatan Ulujadi didominasi penduduk usia muda (Ekspansif).
Dengan struktur penduduk yang didominasi oleh usia produktif merupakan modal
utama untuk meningkatkan produktifitas wilayah. Dengan terus
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia maka potensi yang dimiliki dapat
dimanfaatkan dengan maksimal dan berdaya saing.

E. Klimatologi

Secara umum keadaan klimatologi di Kota Palu dapat menggambarkan


keadaan klimatologi di wilayah Kecamatan Ulujadi. Selama tahun 2013
kelembaban udara di Kota Palu tertinggi terjadi pada bulan Juli sebesar 82
persen, dan terendah 72,00 persen pada bulan Oktober. Sementara
penyinaran matahari terbanyak pada bulan November yaitu 75 persen, dan
terendah Juli dan September sebesar 49 persen.

F. Hidrologi

Peran hutan sebagai pengatur tata air telah dirasakan oleh berbagai pihak.
Secara teoritis, peran ekologis hutan penting dalam menjaga kestabilan ekosistem.
Hutan yang didominasi oleh pohon-pohon dan komponen biotis dan abiotis lainnya
membentuk ekosistem yang berpengaruh nyata terhadap siklus hidrologis. Provinsi
Sulawesi Tengah, berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.
757/Kpts-II/1999, tanggal 23 September 1999 tentang Penunjukkan Kawasan Hutan dan
Perairan Provinsi Sulawesi Tengah, dengan luas kawasan hutan 4.394.932 hektar,
dengan perincian Hutan Kawasan Suaka Alam (KSA) seluas 676.248 hektar, Hutan
Lindung (HL) seluas 1.489.923 hektar, Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 1.476.318
hektar, Hutan Produksi Tetap (HP) seluas 500.587 hektar dan Hutan Produksi yang
dapat dikonversi (HPK) seluas 251.856 hektar. Hutan Lindung Gunung Gawalise sesuai
namanya ditetapkan fungsi lindung terutama untuk perlindungan tata air/hidrologis
bagi wilayah sekitarnya terutama pada wilayah sekitar Kota Palu, Kabupaten Sigi dan
Kabupaten Donggala.Dengan luas +290.000 hektar dan dengan fungsi sebagai hutan
lindung, maka pemanfaatan kawasan Hutan Lindung Gunung Gawalise yang
dimungkinkan adalah pemanfaatan hasil hutan non kayu. Berdasarkan pertimbangan
cakupan luasan Hutan Lindung Gunung Gawalise yang begitu besar, maka pada
penentuan nilai pemanfaatan air secara komersial untuk kebutuhan PDAM,
pemanfaatan dan konsumsi air langsung oleh masyarakat sekitar kawasan Hutan
Lindung Gunung Gawalise, yaitu pada Wilayah Kecamatan Ulujadi, Kota Palu, Provinsi
Sulawesi Tengah, yang meliputi 6 kelurahan, yaitu Kabonena, Donggala Kodi, Silae,
Tipo, Buluri dan Watusampu. Gunung Gawalise yang dimanfaatkan oleh masyarakat di
Kecamatan Ulujadi dilakukan melalui penghitungan beban biaya penuh (full cost) yang
harus ditanggung oleh penerima manfaat (langsung ataupun tidak langsung) secara
proporsional sebagai dasar penentuan nilai (harga) air dan kewajaran harga air yang
harus ditanggung penerima manfaat dan bernilai guna dan lestari. Dengansalah satu
fungsi hidrologisnya sebagai penyedia kebutuhan air, maka nilai ekonomi kawasan
hutan dapat diperhitungkan dengan memperhitungkan nilai ekonomi air yang
dihasilkannya. Sumber air yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Ulujadi pada
masing-masing kelurahan berbeda-beda. Sumber air tersebut sebagian besar
merupakan hulu sungai/sumber mata air sungai yang kemudian dibuat jaringan
distribusi air secara swakelola ataupun yang didistribusikan oleh PDAM. Berdasarkan
hasil perhitungan terhadap total produksi air yang dihasilkan dari sumber mata air yang
terdapat di Kecamatan Ulujadi adalah sebesar 2.989.440,00 liter/hari atau setara
dengan 2.989,44 m3/hari. Dengan jumlah produksi air yang dihasilkan oleh mata air
yang ada sebesar 2.989.440,00 liter/hari dan dengan kebutuhan masyarakat
Kecamatan Ulujadi sebesar 2.341.890 liter/hari akan menimbulkan surplus air bersih
sebesar 647.550,00 liter/hari.

G. Penggunaan Lahan

Aktivitas-aktivitas perkotaan yang terjadi dengan lingkungannya akan


menciptakan kekhasan pola sebaran penggunaan lahan. Penggunaan lahan secara garis
besar dapat disoroti dari beberapa pendekatan yang menyangkut ekologikal, ekonomi,
morfologikal, sistem kegiatan, dan ekologikal faktorial. Untuk di kecamatan ulujadi
sendiri pengunaan lahan sangat berfokus pada perindustrian. Sektor terbesar
penyumbang devisa adalah perdagangan dan industri. Berdasarkan hal tersebut
aktivitas perindustrian Kota Palu dapat dijelaskan sebagai aktivitas perekonomian yang
dominan, lokasinya pun mengelompok di daerah pinggiran Kota Palu, diantaranya
adalah di Kecamatan Ulujadi. Lokasi pertumbuhan kawasan industri Kota Palu yang
berlokasi di Kecamatan Ulujadi, Kecamatan Palu Utara dan Kecamatan Tawaeli juga
dipengaruhi oleh harga lahan di wilayah pinggiran yang tidak terlalu tinggi jika
dibandingkan dengan pusat kota, selain terdapat pula pelabuhan laut di kawasan
tersebut yang meningkatkan aksesibilitas kawasan.

H. Kondisi Kebencanaan

Kecamatan Ulujadi merupakan salah satu kecamatan yang berada di pinggir


teluk palu, sebagian besar wilayah kecamatan ini menghadap ke arah teluk palu.
dengan kondisi wilayah seperti ini membuat kecamatan ulujadi tidak terlepas dari yang
namanya kondisi rawan bencana, khususnya tsunami. Ancaman tsunami di Kota Palu
dipicu oleh gempa bumi dari aktifitas seismik sesar Palu-Koro yang persis membelah
Kota Palu dan melintasi Teluk Palu. Ancaman dibagi atas 3 kelas yaitu tinggi, sedang
dan rendah. Sedangkan untuk daerah diluar 3 kelas tersebut maka dikategorikan
sebagai daerah yang tidak terancam tsunami.
ARAHAN SPASIAL
PASCA BENCANA
BENCANA atau
NO KELURAHAN ZONA (KETENTUAN
KRITERIA
PEMANFAATAN
RUANG)

1. Kelurahan ZRB 4 Zona Sempadan 1. Dilarang


Watusampu, Pantai Rawan pembangunan
(Zona Terlarang)
Kelurahan Tsunami minimal kembali dan
Buluri, dan 100 – 200 meter pembangunan
Kelurahan Tipo dari titik baru. Unit hunian
pasang tertinggi pada zona ini
direkomendasikan
untuk direlokasi.

2. Diprioritaskan
pemanfaatan ruang
untuk fungsi
kawasan lindung,
RTH, dan
monument.

2. Kelurahan Silae ZRB 3 dan ZRB 2 Zona Rawan 1. Dilarang


Gerakan Tanah pembangunan baru
(Zona Terbatas)
Tinggi, Zona fungsi hunian serta
& Rawan Gerakan fasilitas penting dan
Tanah Menengah berisiko tinggi
(Zona Bersyarat) dan Zona Rawan (sesuai SNI 1726,
Tsunami antara lain rumah
Menengah (KRB II) sakit, sekolah,
gedung pertemuan,
stadion, pusat
energi, pusat
telekomunikasi)

2. Pembangunan
kembali fungsi
hunian diperkuat
sesuai standar yang
berlaku (SNI 1726)

3. Pada kawasan yang


belum terbangun
dan berada pada
zona rawan
likuifaksi sangat
tinggi maupun
rawan gerakan
tanah tinggi,
diprioritaskan untuk
fungsi kawasan
lindung atau
budidaya non-
terbangun
(pertanian,
perkebunan,
kehutanan)

4. Pembangunan baru
harus mengikuti
standar yang
berlaku (SNI 1726)

5. Pada zona rawan


tsunami dan rawan
banjir, bangunan
hunian disesuaikan
dengan tingkat
kerawanan
bencananya, dan
Intensitas
pemanfaatan ruang
rendah.

3. Kelurahan ZRB 2 dan ZRB 1 Zona Rawan 1. Pembangunan baru


Kabonena dan Gerakan Tanah harus mengikuti
Kelurahan Menengah dan standar yang
(Zona Bersyarat)
Donggalakodi Zona Rawan berlaku (SNI 1726)
& Likuifaksi Sedang
2. Pada zona rawan
(Zona tsunami dan rawan
Pengembangan) banjir, bangunan
hunian disesuaikan
dengan tingkat
kerawanan
bencananya, dan
Intensitas
pemanfaatan ruang
rendah.

3. Pembangunan baru
harus mengikuti
standar yang
berlaku (SNI 1726)

4. Intensitas
pemanfaatan ruang
rendah-sedang.

4.3 Kependudukan

Jumlah penduduk di Kecamatan Ulujadi meningkat dari tahun 2016 yang terdiri
dari 27.319 jiwa menjadi 27.763 jiwa pada tahun 2017, berarti kepadatan penduduk
per km2 berjumlah 690 jiwa. Kelurahan Donggala Kodi pada tahun 2016 berjumlah
9.888 jiwa menjadi 10.048 jiwa pada tahun 2017, Kelurahan Kabonena pada tahun
2016 berjumlah 3.736 jiwa menjadi 3.797 jiwa pada tahun 2017, Kelurahan Silae pada
tahun 2016 berjumlah 4.967 jiwa menjadi 5.048 jiwa pada tahun 2017, Kelurahan
Tipo pada tahun 2016 berjumlah 3.298 menjadi 3352 jiwa pada tahun 2017,
Kelurahan Buluri pada tahun 2016 berjumlah 3.321 jiwa menjadi 3.375 jiwa pada
tahun 2017 sedangkan Kelurahan Watusampu pada tahun 2016 berjumlah 2.109 jiwa,
kini di tahun 2017 menjadi 2.143 jiwa. Setiap tahun penduduk di kecamatan ulujadi
bertambah menurut proyeksi Badan Pusat Statistik, tahun 2014 jumlah penduduk di
Kecamatan Ulujadi berkisar 26.454 jiwa, tahun 2015 berjumlah 26.883 jiwa, tahun
2016 berjumlah 27.319 jiwa dan pada tahun 2017 berjumlah 27.763 jiwa. Jumlah laki-
laki dan perempuan yang terbanyak di kecamatan ulujadi adalah kelurahan
Donggala Kodi yaitu laki-laki berjumlah 5.063 jiwa sedangkan jumlah perempuan
berjumlah 4.985 jiwa.

Luas
Kelurahan Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Per Km²
(Km²
Donggala Kodi 2,36 10.048 4.258
Kabonena 2,27 3.797 1.673
Silae 2,23 5.048 2.264
Tipo 5,7 3.352 588
Buluri 14,45 3.375 234
Watusampu 13,14 2.143 163

4.4 Sosial Budaya


Kondisi sosial di Kelurahan Ulujadi terjalin dengan sangat baik rasa kekeluargaan
yang tinggi manjadi dasar interaksi sosial masyarakat, budaya gotong royong masih
terasa dalam hal-hal tertentu, seperti penduduk setempat yang bergotong royong saat
mendirikan bangunan rumah pribadi, saling membantu pada acara-acara perkawinan
dan saat pembangunan sarana sosial dimana warga saling membantu satu sama lain.
Tabel 4.1 identifikasi umur di Kelurahan Ulujadi

No Umur Jumlah penduduk

0-4 2.476

5-9 2.176

10-14 2.183

15-19 3.098

20-24 3.399

25-29 2.387

30-34 2.200

35-40 2.105

41-44 2.056

45-49 1.755

50-54 1.365

55-59 997

60-64 668

65-70 425

71-74 235

75+ 238

Sumber Badan Pusat Statistik Kecamatan Ulujadi 2018


Dari identifikasi umur masyarakat di kelurahan Ulujadi bisa dilihat jika umur yang
paling mendominasi yaitu usia lanjut.

Tabel 4.2 identifikasi jenis kelamin di Kelurahan Ulujadi


No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 13.970

2 Perempuan 13.793

Total 27.763

Sumber Badan Pusat Statistik Kecamatan Ulujadi 2018

Identifikasi jenis kelamin, dilihat dari tabel di atas yang paling mendominasi yaitu
berjenis kelamin laki-laki
Tabel 4.3 identifikasi penduduk menurut agama di Kecamatan Ulujadi

No Agama Penduduk

1 islam 27.622.

2 protestan 867

3 katolik 11

4 Hindu 41

5 Budha 1

Sumber Badan Pusat Statistik Kecamatan Ulujadi 2018


Penduduk Kecamatan Ulujadi tahun 2017 didominasi oleh tiga agama yaitu islam
dan protestan. Pada umumnya penduduk beragama islam menyebar di seluruh
kelurahan.
4.5 Kawasan Strategis

Kota Palu merupakan salah satu kota di Provinsi Sulawesi Tengah dengan tingkat
perkembangan yang cukup pesat dengan pertumbuhan ekonomi dan aktivitas
penunjangnya menjadi orientasi dari perkembangan kota (RTRW Kota Palu, Tahun
2010-2020). Tingginya intensitas kegiatan perdagangan, hotel, restoran dan jasa serta
industri memberikan pengaruh pada kawasan di sekitar pusat-pusat aktivitas tersebut.
Kota Palu memiliki sebanyak 8 (delapan) wilayah administrasi kecamatan, terdiri dari:
(1) Kecamatan Palu Barat; (2) Kecamatan Tatanga; (3) Kecamatan Ulujadi; (4)
Kecamatan Palu Selatan; (5) Kecamatan Palu Timur; (6) Kecamatan Mantikulore; (7)
Kecamatan Palu Utara; dan (8) Kecamatan Tawaeli.

Adanya aktivitas industri di Kecamatan Ulujadi, Kecamatan Palu Utara, dan


Kecamatan Tawaeli dipengaruhi kedekatannya dengan kabupatenkabupaten lainnya di
wilayah Provinsi Sulawesi Tengah yang terdapat kawasan industri dengan
pertumbuhan cukup pesat. Selain itu kegiatan industri yang ada saat ini, juga didukung
dengan adanya pelabuhan yang memudahkan proses distribusi bahan baku maupun
barang hasil proses produksi.

Kegiatan perdagangan di Kota Palu juga sudah berorientasi pada kegiatan ekspor.
Hal ini terlihat dari cukup tingginya nilai ekspor, yaitu mencapai 85 juta US$. Sektor
terbesar penyumbang devisa adalah perdagangan dan industri. Berdasarkan hal
tersebut aktivitas perindustrian Kota Palu dapat dijelaskan sebagai aktivitas
perekonomian yang dominan, lokasinya pun mengelompok di daerah pinggiran Kota
Palu, diantaranya adalah di Kecamatan Ulujadi, Kecamatan Palu Utara dan Kecamatan
Tawaeli. Lokasi pertumbuhan kawasan industri Kota Palu yang berlokasi di Kecamatan
Ulujadi, Kecamatan Palu Utara dan Kecamatan Tawaeli juga dipengaruhi oleh harga
lahan di wilayah pinggiran yang tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan pusat
kota, selain terdapat pula pelabuhan laut di kawasan tersebut yang meningkatkan
aksesibilitas kawasan.

Anda mungkin juga menyukai