GAMBARAN UMUM
A. Topografi
Secara umum kondisi geologi kecamatan ulujadi hampir sama dengan kondisi
geologi di setiap kecamatan di kota palu yaitu jenis tanahnya bebentuk Alluvial yang
terdapat di lembah palu. Secara umum formasi geologi tanah di kecamatan ulujadi
terdiri dari batuan gunung berapi dan batuan terobosan yang tidak membeku (Inncous
Intusiverock). Disamping pula batuan-batuan metamorphosis dan sedimen. Geologi
tanah dataran lembah palu terdiri dari bahan-bahan alluvial dan colluvial yang berasal
dari metaforsis yang telah membeku. Disamping itu tanahnya kemungkinan bertekstur
sedang.
C. Jenis Tanah
Jenis tanah lempung berpasir ini memiliki banyak manfaat untuk menunjang
fungsi penghidupan, diantaranya Dengan tekstur tanah berpasir yang mirip dengan
kerikil, salah satu manfaat tanah lempung berpasir yang bisa digunakan adalah
sebagai bahan campuran ke dalam adonan pembuatan pondasi bangunan. Hal ini
disebabkan karena tanah berpasir dapat bercampur secara merata dengan adonan
semen yang digunakan, sehingga tanah berpasir menjadi salah satu bahan
tambahan adonan yang efektif.
E. Klimatologi
F. Hidrologi
Peran hutan sebagai pengatur tata air telah dirasakan oleh berbagai pihak.
Secara teoritis, peran ekologis hutan penting dalam menjaga kestabilan ekosistem.
Hutan yang didominasi oleh pohon-pohon dan komponen biotis dan abiotis lainnya
membentuk ekosistem yang berpengaruh nyata terhadap siklus hidrologis. Provinsi
Sulawesi Tengah, berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.
757/Kpts-II/1999, tanggal 23 September 1999 tentang Penunjukkan Kawasan Hutan dan
Perairan Provinsi Sulawesi Tengah, dengan luas kawasan hutan 4.394.932 hektar,
dengan perincian Hutan Kawasan Suaka Alam (KSA) seluas 676.248 hektar, Hutan
Lindung (HL) seluas 1.489.923 hektar, Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 1.476.318
hektar, Hutan Produksi Tetap (HP) seluas 500.587 hektar dan Hutan Produksi yang
dapat dikonversi (HPK) seluas 251.856 hektar. Hutan Lindung Gunung Gawalise sesuai
namanya ditetapkan fungsi lindung terutama untuk perlindungan tata air/hidrologis
bagi wilayah sekitarnya terutama pada wilayah sekitar Kota Palu, Kabupaten Sigi dan
Kabupaten Donggala.Dengan luas +290.000 hektar dan dengan fungsi sebagai hutan
lindung, maka pemanfaatan kawasan Hutan Lindung Gunung Gawalise yang
dimungkinkan adalah pemanfaatan hasil hutan non kayu. Berdasarkan pertimbangan
cakupan luasan Hutan Lindung Gunung Gawalise yang begitu besar, maka pada
penentuan nilai pemanfaatan air secara komersial untuk kebutuhan PDAM,
pemanfaatan dan konsumsi air langsung oleh masyarakat sekitar kawasan Hutan
Lindung Gunung Gawalise, yaitu pada Wilayah Kecamatan Ulujadi, Kota Palu, Provinsi
Sulawesi Tengah, yang meliputi 6 kelurahan, yaitu Kabonena, Donggala Kodi, Silae,
Tipo, Buluri dan Watusampu. Gunung Gawalise yang dimanfaatkan oleh masyarakat di
Kecamatan Ulujadi dilakukan melalui penghitungan beban biaya penuh (full cost) yang
harus ditanggung oleh penerima manfaat (langsung ataupun tidak langsung) secara
proporsional sebagai dasar penentuan nilai (harga) air dan kewajaran harga air yang
harus ditanggung penerima manfaat dan bernilai guna dan lestari. Dengansalah satu
fungsi hidrologisnya sebagai penyedia kebutuhan air, maka nilai ekonomi kawasan
hutan dapat diperhitungkan dengan memperhitungkan nilai ekonomi air yang
dihasilkannya. Sumber air yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Ulujadi pada
masing-masing kelurahan berbeda-beda. Sumber air tersebut sebagian besar
merupakan hulu sungai/sumber mata air sungai yang kemudian dibuat jaringan
distribusi air secara swakelola ataupun yang didistribusikan oleh PDAM. Berdasarkan
hasil perhitungan terhadap total produksi air yang dihasilkan dari sumber mata air yang
terdapat di Kecamatan Ulujadi adalah sebesar 2.989.440,00 liter/hari atau setara
dengan 2.989,44 m3/hari. Dengan jumlah produksi air yang dihasilkan oleh mata air
yang ada sebesar 2.989.440,00 liter/hari dan dengan kebutuhan masyarakat
Kecamatan Ulujadi sebesar 2.341.890 liter/hari akan menimbulkan surplus air bersih
sebesar 647.550,00 liter/hari.
G. Penggunaan Lahan
H. Kondisi Kebencanaan
2. Diprioritaskan
pemanfaatan ruang
untuk fungsi
kawasan lindung,
RTH, dan
monument.
2. Pembangunan
kembali fungsi
hunian diperkuat
sesuai standar yang
berlaku (SNI 1726)
4. Pembangunan baru
harus mengikuti
standar yang
berlaku (SNI 1726)
3. Pembangunan baru
harus mengikuti
standar yang
berlaku (SNI 1726)
4. Intensitas
pemanfaatan ruang
rendah-sedang.
4.3 Kependudukan
Jumlah penduduk di Kecamatan Ulujadi meningkat dari tahun 2016 yang terdiri
dari 27.319 jiwa menjadi 27.763 jiwa pada tahun 2017, berarti kepadatan penduduk
per km2 berjumlah 690 jiwa. Kelurahan Donggala Kodi pada tahun 2016 berjumlah
9.888 jiwa menjadi 10.048 jiwa pada tahun 2017, Kelurahan Kabonena pada tahun
2016 berjumlah 3.736 jiwa menjadi 3.797 jiwa pada tahun 2017, Kelurahan Silae pada
tahun 2016 berjumlah 4.967 jiwa menjadi 5.048 jiwa pada tahun 2017, Kelurahan
Tipo pada tahun 2016 berjumlah 3.298 menjadi 3352 jiwa pada tahun 2017,
Kelurahan Buluri pada tahun 2016 berjumlah 3.321 jiwa menjadi 3.375 jiwa pada
tahun 2017 sedangkan Kelurahan Watusampu pada tahun 2016 berjumlah 2.109 jiwa,
kini di tahun 2017 menjadi 2.143 jiwa. Setiap tahun penduduk di kecamatan ulujadi
bertambah menurut proyeksi Badan Pusat Statistik, tahun 2014 jumlah penduduk di
Kecamatan Ulujadi berkisar 26.454 jiwa, tahun 2015 berjumlah 26.883 jiwa, tahun
2016 berjumlah 27.319 jiwa dan pada tahun 2017 berjumlah 27.763 jiwa. Jumlah laki-
laki dan perempuan yang terbanyak di kecamatan ulujadi adalah kelurahan
Donggala Kodi yaitu laki-laki berjumlah 5.063 jiwa sedangkan jumlah perempuan
berjumlah 4.985 jiwa.
Luas
Kelurahan Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Per Km²
(Km²
Donggala Kodi 2,36 10.048 4.258
Kabonena 2,27 3.797 1.673
Silae 2,23 5.048 2.264
Tipo 5,7 3.352 588
Buluri 14,45 3.375 234
Watusampu 13,14 2.143 163
0-4 2.476
5-9 2.176
10-14 2.183
15-19 3.098
20-24 3.399
25-29 2.387
30-34 2.200
35-40 2.105
41-44 2.056
45-49 1.755
50-54 1.365
55-59 997
60-64 668
65-70 425
71-74 235
75+ 238
1 Laki-laki 13.970
2 Perempuan 13.793
Total 27.763
Identifikasi jenis kelamin, dilihat dari tabel di atas yang paling mendominasi yaitu
berjenis kelamin laki-laki
Tabel 4.3 identifikasi penduduk menurut agama di Kecamatan Ulujadi
No Agama Penduduk
1 islam 27.622.
2 protestan 867
3 katolik 11
4 Hindu 41
5 Budha 1
Kota Palu merupakan salah satu kota di Provinsi Sulawesi Tengah dengan tingkat
perkembangan yang cukup pesat dengan pertumbuhan ekonomi dan aktivitas
penunjangnya menjadi orientasi dari perkembangan kota (RTRW Kota Palu, Tahun
2010-2020). Tingginya intensitas kegiatan perdagangan, hotel, restoran dan jasa serta
industri memberikan pengaruh pada kawasan di sekitar pusat-pusat aktivitas tersebut.
Kota Palu memiliki sebanyak 8 (delapan) wilayah administrasi kecamatan, terdiri dari:
(1) Kecamatan Palu Barat; (2) Kecamatan Tatanga; (3) Kecamatan Ulujadi; (4)
Kecamatan Palu Selatan; (5) Kecamatan Palu Timur; (6) Kecamatan Mantikulore; (7)
Kecamatan Palu Utara; dan (8) Kecamatan Tawaeli.
Kegiatan perdagangan di Kota Palu juga sudah berorientasi pada kegiatan ekspor.
Hal ini terlihat dari cukup tingginya nilai ekspor, yaitu mencapai 85 juta US$. Sektor
terbesar penyumbang devisa adalah perdagangan dan industri. Berdasarkan hal
tersebut aktivitas perindustrian Kota Palu dapat dijelaskan sebagai aktivitas
perekonomian yang dominan, lokasinya pun mengelompok di daerah pinggiran Kota
Palu, diantaranya adalah di Kecamatan Ulujadi, Kecamatan Palu Utara dan Kecamatan
Tawaeli. Lokasi pertumbuhan kawasan industri Kota Palu yang berlokasi di Kecamatan
Ulujadi, Kecamatan Palu Utara dan Kecamatan Tawaeli juga dipengaruhi oleh harga
lahan di wilayah pinggiran yang tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan pusat
kota, selain terdapat pula pelabuhan laut di kawasan tersebut yang meningkatkan
aksesibilitas kawasan.