Anda di halaman 1dari 89

BAB I

RANGKUMAN UMUM

Ibukota Blora berada di Kecamatan Blora kurang lebih 127km sebelah


timur Semarang Jawa Tengah. Kabupaten Blora adalah salah satu Kabupaten yeng
terletak di Jawa Tengah, letaknya di ujung paling timur wilayah Jawa Tengah.
Luas wilayah Kabupaten Blora 1.820,588 km/ 182.058,797 ha (5,59 % luas Jawa
Tengah). Sebagian besar lahan di Kabuaten Blora merupakan lahan kering/ bukan
sawah yakni seluas 136.046,81 ha / 74,4%. Dari luasan lahan kering didominasi
hutan seluas 90.416,51 Ha / 49,6 % total wilayah Blora. Lahan sawah seluas
46.993,086 Ha / 25,3 % dengan karakter sawah tadah hujan.
Kabupaten Blora terdiri dari 16 kecamatan. 295 desa / kelurahan dan
1.125 dusun. Jumlah penduduk Kabupaten Blora tahun 2015 mencapai 852.088
jiwa, laki-laki 419.401, perempuan sebanyak 432.687 jiwa.
Kondisi geografis wilayah Blora yang sebagian besar terdiri dari hutan, turut
mempengaruhi seni budaya yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Blora yaitu
mempunyai ketergantungan dengan alam khusunya hutan jati. Blora juga memiliki
corak budaya khas seperti dialek bahasa leh, adat istiadat yang bersumber dari
ajaran Samin Surasentika, seni barong Blora, tayub Blora, wayang krucil,
kentrung, dan jedoran.
Pada abad XVI Blora masuk wilayah Apanage Kadipaten Jipang di
bawah pemerintahan Kesultanan Demak. Selanjutnya berada di bawah kerajaan
Pajang di bawah Sultan Hadiwijaya ( Joko Tingkir). Saat kerajaan Pajang direbut
kerajaan Mataram, Blora termasuk Kadipaten Brang Wetan ( Wilayah Timur).
Pada saat Mataram diperintah oleh Paku Buwana II (1727 – 1749) terjadi
pemberontakan Raden Mas Said ( Mangkubumi ) yang berhasil menguasai
Sukowati, Grobogan, Demak. Blora, dan Yogyakarta. Bersamaan dengan
jumenengan Mangkubumi diangkatlah Wilatikta sebagai Bupati Blora bertepatan
dengan tanggal 1 Syuro tahun Alip 1675 ( 11 Desember 1749) yang hingga kini
diyakini sebagai Hari Jadi Kabupaten Blora.
Kabupaten Blora sampai dengan saat ini belum memiliki peraturan
daerah yang terkait dengan kebudayaan, namun demikian Pemerintah Kabupaten
Blora berupaya menjaga dan memelihara kelestarian bahasa, sastra, serta aksara
Jawa melalui surat edaran Bupati Blora tentang penggunaan bahasa jawa untuk
komunikasi lisan yang diselenggarakan pada Kamis. Disamping itu, Pemerintah
Kabupaten Blora dalam rangka melestarikan budaya lokal, terutama budaya samin

1
melalui penggunaan pakaian adat samin sebagai pakaian dinas ASN Kabupaten
Blora yang digunakan setiap bulan pada tanggal 15 (lima belas) dan diatur dalam
Peraturan Bupati Blora Nomor 46 Tahun 2016
Data objek pemajuan kebudayaan yang berhasil didata oleh tim penyusun
adalah 11 objek pemajuan kebudayaan yang terdiri dari manuskrip, tradisi lisan,
adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, tehnologi tradisional, seni, bahasa,
permainan rakyat, olahraga tradisional dan cagar budaya.
Permasalahan umum yang telah diidentifikasi, dapat disimpulkan menjadi
tiga aspek, yaitu aspek nilai, aspek fisik, dan aspek kebijakan. Dalam rangka
perlindungan, pengembangan, pemanfaatan objek pemajuan kebudayaan, serta
pembinaan terhadap sumber daya manusia kebudayaan ka ditentukan rekomendasi
umum yang dijadikan Prioritas rencana kerja Kabupaten Blora dalam pemajuan
kebudayaan Kabupaten Blora antara lain :
1. Melestarikan dan memasyarakatkan budaya sedulur sikep / samin yang
meyakini bahwa terdapat hubungan erat antar individu, masyarakat, dan alam
terutama jati (separuh wilayah Kabupaten Blora adalah hutan), sebagai bagian
dari keseharian hidup masyarakat Blora, dapat ditingkatkan kemanfaatannya
untuk kesejahteraan masyarakat Blora.
2. Pelestarian teknologi tradisional di Blora yang merupakan ciri khas utama
Blora dimana kehidupan masyarakat Blora selalu berhubungan dengan alam
terutama jati dengan cara memproduksi dan menduplikasi kembali tehnologi
tradisional sumur Gowak yang merupakan tehnologi tradisional di bidang
pertanian dan Sumur Minyak Tua untuk kepentingan wisata edukasi.
3. Mempertahankan, melestarikan, mengembangkan, seni budaya tradisional
yang ada di Kabupaten Blora, sebagai identitas seni budaya khasi Blora.
Mendorong partisipasi masyarakat dengan harapan dan tujuan, seni budaya
Blora bukan hanya sekedar tontonan (hiburan), akan tetapi dapat menjadi
tuntunan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Blora
4. Merevitalisasi rumah masa kacil Pramudya Ananta Toer dan menjadikannya
sebagai laboratorium sastra melalui residensi sastra tingkat Nasional

2
BAB II
PROFIL KABUPATEN BLORA

II.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah

II.1.1 Aspek Wilayah dan Karakteristik Alam

Secara administrasi Kabupaten Blora terletak di ujung paling Timur Provinsi Jawa
Tengah bersama Kabupaten Rembang dengan batas-batas administratif sebagai
berikut:

▪ Sebelah Utara : Kabupaten Rembang dan Kabupaten Pati


▪ Sebelah Timur : Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban, Provinsi
Jawa Timur
▪ Sebelah Selatan : Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur
▪ Sebelah Barat : Kabupaten Grobogan

luas wilayah Kabupaten Blora sebesar 1.820,588 km2 atau 182.058,797 ha (5,59
persen dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah). Secara geografis terletak diantara
111º16’ s.d. 111º338’ Bujur Timur dan 6º528’ s.d. 7º248’ Lintang Selatan.
Wilayah utara berupa perbukitan bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng
Utara, dan wilayah selatan berupa perbukitan kapur sebagai bagian dari
Pegunungan Kendeng selatan. Kabupaten Blora dilalui 2 (dua) sungai utama,
yaitu Sungai Bengawan Solo dan Sungai Lusi. Adapun batas daerah Kabupaten
Blora yaitu sebelah barat dengan Kabupaten Grobogan; sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Pati dan Kabupaten Rembang; sebelah selatan berbatasan
dengan Kabupaten Ngawi Provinsi Jawa Timur; dan sebelah timur berbatasan
dengan Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur.

3
Gambar II.1
Peta Batas Administrasi Kabupaten Blora

Menurut penggunaan lahan, sebagian besar lahan di Kabupaten Blora merupakan


lahan kering/bukan sawah yaitu mencapai 136.046,81 ha atau 74,77 persen. Lahan
bukan sawah sebagian besar merupakan kawasan atau daerah hutan. Hutan
mendominasi luas wilayah Kabupaten Blora dengan total luas lahan 90.416,51
hektar atau 49,66% dari total seluruh luas wilayah Kabupaten Blora yaitu sebesar
182.058,797 ha.

Tabel II.1

Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Blora Tahun 2016

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) Persen (%)

A. LAHAN SAWAH 46.993,086 25,263

4
B. LAHAN BUKAN SAWAH 136.065,599 74,737

1. Bangunan dan Pekarangan 17.004,175 9,340

2. Tegal/Kebun 26.188,515 14,385

3. Waduk 56,962 0,031

4. Hutan 90.416,51 49,663

5. Perkebunan 4.000 0,002

6. Pertambangan 21,605 0,012

7. Lain-lain 2.373,825 1,304

JUMLAH 182.058,685 100,00

Sumber: Kabupaten Blora dalam Angka, 2017

Hutan jati di Kabupaten Blora merupakan komoditi unggulan, disusul dengan


lahan sawah seluas 46.011,99 ha atau 25,23 persen. Untuk lahan sawah sebagian
besar merupakan lahan sawah tadah hujan dengan luas 29.585,99 ha atau 64,30
persen.

Adapun kawasan hutan terluas berada di Kecamatan Randublatung yaitu seluas


13.869,15 Ha, kemudian Kecamatan Jiken seluas 3.445,38 Ha serta Kecamatan
Jati dengan luas hutan 13.195,75 Ha. Kondisi masyarakat Blora sangat
dipengaruhi oleh kondisi geografis. Kabupaten Blora merupakan daerah
pegunungan kapur dan sebagian wilayah dari Kabupaten Blora adalah hutan Jati.
Hal ini mempengaruhi pola hidup masyarakat Blora, selain hidup sebagai petani,
untuk menopang hidup masyarakat Blora juga menggantungkan hidup pada alam
khususnya hutan jati.

Gambar II.2 Peta kawasan hutan Kabupaten Blora

5
Luas hutan negara Kabupaten Blora mencapai 90.614 ha dengan kawasan
konservasi dan kawasan lindung mencapai 4,75 % dari total keseluruhan. Pada
tahun 2017, total luas kawasan hutan di Kabupaten Blora mencapai 30.576,045
ha, yang terdiri dari kawasan hutan negara tidak produktif sebesar 22.500 ha dan
luas lahan kritis di luar kawasan hutan sebesar 8.076,045 ha. Luas kawasan hutan
dan lahan kritis yang direhabilitasi secara vegetatif dan sipil teknis pada tahun
2017 mencapai 4,85 persen.
Topografi wilayah Kabupaten Blora secara umum terbagi menjadi (tiga) kategori
ketinggian lahan dimana pada ketinggian lahan antara 0-40 m dpl, berada di
Kecamatan Kradenan, Kedungtuban, dan Cepu, ketinggian lahan antara 41-100 m
dpl, berada di Kecamatan Jati, Randublatung, Kradenan, Kedungtuban, Cepu,
Sambong, Jiken, Jepon, Blora, Banjarejo, Tunjungan, Japah, Ngawen, Kunduran
dan Todanan, dan ketinggian lahan antara >100 m dpl, berada di Kecamatan Jati,
Randublatung, Kradenan, Kedungtuban, Sambong, Jiken, Jepon, Blora, Banjarejo,
Tunjungan, Japah, Ngawen, Kunduran dan Todanan, secara lebih lengkap dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel II.2
Luas Lahan Menurut Ketinggian dari Permukaan Laut
di Kabupaten Blora Tahun 2016

No Ketinggian dari Permukaan Laut


Kecamatan
. 0-40 m 41-100 m >100 m Jumlah

1. Jati - 4.968,000 13.394,049 18.362,049

2. Randublatung - 12.685,190 8.427,907 21.113,097

3. Kradenan 275,000 9.316,842 1.359,000 10.950,842

4. Kedungtuban 2.575,000 7.510,813 600,000 10.685,813

5. Cepu 1.325,000 3.589,535 - 4.914,535

6. Sambong - 5.319,007 3.556,000 8.875,007

7. Jiken - 1.036,000 15.780,659 16.816,659

8. Bogorejo - - 4.980,479 4.980,479

6
9. Jepon - 1.975,000 8.797,383 10.772,383

10. Blora - 5.092,000 2.886,605 7.978,605

11. Banjarejo - 5.482,000 4.870,215 10.352,215

12. Tunjungan - 5.117,000 5.064,522 10.181,522

13. Japah - 3.250,000 7.055,192 10.305,192

14. Ngawen - 8.498,192 1.600,000 10.098,192

15. Kunduran - 12.673,288 125,000 12.798,288

16. Todanan - 550,000 12.323,919 12.873,919

Jumlah 4.175,000 87.062,867 90.820,930 182.058,797

Persentase (%) 2,293 47,824 49,883 100,000


Sumber: Kabupaten Blora dalam Angka, 2017

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kelas ketinggian tempat yang
paling luas adalah elevasi >100 meter (49,88%) yang menyebar pada seluruh
wilayah Kabupaten Blora (Kecuali Kecamatan Cepu). Wilayah dengan elevasi di
antara 41 - 100 meter menyebar pada seluruh wilayah Kabupaten Blora (Kecuali
Kecamatan Bogorejo). Sedangkan wilayah yang mempunyai elevasi rendah 0 - 40
meter (2,29%) yang terletak di Kecamatan Kradenan, Kedungtuban, dan Cepu.
Kabupaten Blora memiliki topografi yang kompleks dan beranekaragam sesuai
dengan tipikal wilayah. Bentuk topografi wilayah berupa dataran, perbukitan,
pegunungan, lembah, dan gunung dengan kemiringan antara 0% hingga >40%
(datar sampai dengan sangat curam). Klasifikasi kemiringan lahan dibagi menjadi
4 kelas dan hubungan kelas kemiringan/ lereng dengan luas sebenarnya dapat
dilihat pada tabel berikut.

7
Tabel II.3
Luas Lahan Menurut Kemiringan Tanah
di Kabupaten Blora tahun 2016

Persentase Kemiringan Tanah


No Kecamatan
0-2% 3-15% 16-40% >40% Jumlah

1 Jati 3.273,000 7.799,049 7.290,000 - 18.362,049

2 Randublatung 5.128,740 11.384,357 4.600,000 - 21.113,097

3 Kradenan 2.540,000 4.323,342 4.087,500 - 10.950,842

4 Kedungtuban 6.125,620 4.227,693 332,500 - 10.685,813

5 Cepu 4.418,535 496,000 - - 4.914,535

6 Sambong 1.964,007 5.445,000 1.445,000 21,000 8.875,007

7 Jiken 4.748,450 5.470,708 6.552,500 45,000 16.816,658

8 Bogorejo 1.478,979 1.604,000 1.887,500 10,000 4.980,479

9 Jepon 4.423,000 2.494,383 3.800,000 55,000 10.772,383

10 Blora 5.129,500 1.571,605 1.277,500 - 7.978,605

11 Banjarejo 5.418,000 3.284,215 1.650,000 - 10.352,215

12 Tunjungan 2.099,000 5.757,522 2.310,000 15,000 10.181,522

13 Japah 978,667 4.026,525 5.300,000 - 10.305,192

14 Ngawen 6.273,192 2.600,000 1.225,000 - 10.098,192

15 Kunduran 409,288 12.164,000 225,000 - 12.798,288

16 Todanan 2.338,500 2.382,419 8.038,000 115,000 12.873,919

Jumlah 56.746,478 75.030,818 50.020,500 261,000 182.058,796

Persentase (%) 31,169 41,212 27,475 0,143 100,000

Sumber: Kabupaten Blora dalam Angka, 2017.

Kondisi iklim di Kabupaten Blora merupakan iklim tropis dengan dua musim
dalam setahunnya yaitu musim kemarau yang terjadi antara bulan April sampai
dengan September dan musim penghujan antara bulan Oktober sampai dengan

8
Maret. dengan total curah hujan sepanjang tahun 2016 sebanyak 1.848 mm
dengan curah hujan rata-rata sebesar 154 mm/bln dengan rata-rata curah hujan
tertinggi pada bulan November sebanyak 303 mm dan curah hujan terendah jatuh
pada bulan Juli yaitu sebanyak 49 mm.

Selama tahun 2016, curah hujan tertinggi di Kecamatan Kedungtuban sebanyak


2.487 mm, untuk hari hujan terbanyak terdapat di Kecamatan Kradenan sebanyak
170 hari. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel curah hujan dan jumlah hari
hujan di Kabupaten Blora di bawah ini :
Tabel II.4
Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan Kabupaten Blora Tahun 2016

Curah Hujan Jumlah Hari Hujan


No. Bulan
(mm) (hari)

1 Januari 221 13

2 Pebruari 231 11

3 Maret 124 9

4 April 164 10

5 Mei 76 7

6 Juni 103 8

7 Juli 49 6

8 Agustus 55 4

9 September 174 8

10 Oktober 165 10

11 Nopember 303 14

12 Desember 185 13

Sumber: Kabupaten Blora dalam Angka, 2016

9
II.1.2 Demografi

Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Blora dari Tahun 2013 sampai Tahun 2017
mengalami kenaikan rata–rata sebesar 0.725 persen. Dilihat dari wilayah, dari
enam belas Kecamatan di Kabupaten Blora, Kecamatan Blora merupakan
kecamatan yang paling padat penduduknya dengan jumlah penduduk 104.113
jiwa, sedangkan Kecamatan yang paling sedikit penduduknya adalah Kecamatan
Bogorejo. Perkembangan jumlah penduduk per kecamatan di Kabupaten Blora
dapat dilihat pada Tabel II2 berikut:

Tabel II.5
Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Blora
Tahun 2013-2017

Tahun
No. Kecamatan
2013 2014 2015 2016 2017

1. Jati 56.081 56.576 56.568 56.942 57.309

2. Randublatung 88.873 89.735 90.458 90.962 91.384

3. Kradenan 45.997 46.428 46.340 46.535 46.683

4. Kedungtuban 64.430 64.092 64.969 65.069 65.607

5. Cepu 84.387 85.096 85.607 85.884 86.184

6. Sambong 31.235 31.411 31.219 31.311 31.460

7. Jiken 41.310 41.504 41.643 41.980 42.332

8. Bogorejo 26.463 26.599 26.620 26.650 26.795

9. Jepon 67.287 68.003 68.249 68.882 69.510

10. Blora 101.913 102.738 103.182 103.666 104.113

11. Banjarejo 66.263 67.057 67.875 68.519 69.184

12. Tunjungan 50.716 51.365 51.754 52.418 52.921

13. Japah 38.109 38.587 38.579 38.905 39.208

14. Ngawen 66.377 67.192 68.051 68.640 69.219

15. Kunduran 72.357 73.320 73.643 73.940 74.472

16. Todanan 68.583 69.541 70.364 70.898 71.451

10
Jumlah 969.381 979.244 984.848 991.201 997.832
Sumber : Dindukcapil Kab Blora

II.1.3 Latar Belakang Budaya

II.1.3.1 Corak Utama

Kabupaten Blora dikenal memiliki berbagai seni budaya, yang unik


dan spesifik serta tidak dimiliki oleh daerah lain bahkan negara lain. Seni
budaya yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Blora merupakan
refleksi dari akar budaya, hasil kreativitas dari kelompok masyarakat,
maupun kreativitas individual. Merupakan kekuatan lokal dan modal
social (social kapital) yang sering dilupakan, bahkan tidak disadari adanya
potensi anggota masyarakat sebagai pemiliknya, merupakan aset, dan
kekayaan alam yang ada dapat dijadikan potensi sebagai aset seni budaya
dan pariwisata.

Corak utama kebudayaan di kabupaten Blora adalah kebudayaan


jawa yang didalamnya kental dengan adat yang syarat dengan simbol atau
pralambang. Hal ini sesuai dengan ajaran saminisme dimana dalam ajaran
samin berhubungan dengan kejujuran dan kerajinan, dimana orang itu
harus rajin bekerja dan jangan mencuri milik orang lain. Ajaran samin
mengandung arti kemurahan hati, sabar, diam dan rajin, sehingga orang
Blora ‘Asli’ disamping mempunyai jiwa terbuka, demokratis dan ani
feodal, juga memiliki jiwa pionir, pejuang pembangunan,kreatif dan tidak
menyerah pada nasib. Masyarakat Blora pada umumnya memandang
kehidupan di dunia sebagai sesuatu yang maya. Dalam pandangan
hidupnya, masyarakat Blora meyakini bahwa terdapat hubungan erat antar
individu, masyarakat , dan alam.

Keterkaitan antara individu, masyarakat, dan alam dilambangkan


melalui melalui berbagai bentuk, misalnya cerita mitos, tradisi
melaksanakan upacara-upacara ritual atau adat, diantaranya selamatan dan
bersih desa (gas desa). Keharmonisan hubungan individu dengan tanaman
dan hewan juga tampak pada aktivitas yang dilakukan setiap harinya. Para
petani sangat menghargai hewan piaraan mereka. Hal ini tercermin dimana
pada masyarakat jawa pada umumnya mengadakan kebiasaan mengadakan
selamatan atau bancakan sesuai dengan hari wetonannya yang biasanya
diperuntukkan untuk anak-anak atau bayi sebelum umur satu tahun, akan

11
tetapi di Kabupaten Blora tradisi mengadakan selamatan juga dilakukan
untuk seekor hewan sapi, kerbau dan sejenisnya.

Ritme kehidupan di Kabupaten Blora diwarnai nilai luhur yang


harus terus dijaga dan dilestarikah aktivitas seni budaya untuk mencapai
tujuan. Dalam perkembangannya, identitas sangat diperlukan untuk jati
diri / ciri khas masyarakat Kabupaten Blora.Corak seni Budaya yang
dominan dan sebagai kebudayaan tradisional/lokal Kabupaten Blora
diantaranya yaitu :

a) Barongan

Kesenian Barong di Kabupaten Blora sudah ada sejak dahulu kala.


Pada awalnya Barongan bersifat ritual yaitu sebagai sarana upacara
ritual seperti Lamporan, Ruwatan Wong Sukerto, dan sebagai
media ritual kepercayaan masyarakat. Perkembangan selanjutnya,
barong (barongan) di Kabupaten Blora semakin pesat dan diminati
masyarat Blora sampai ada usaha penggarapan Barongan ke bentuk
seni pertunjukan.

b) Kentrung

Seni Kentrung merupakan sastra lisan yang hidup di beberapa


daerah, antara lain di Tuban, Kediri, dan juga Blora. Di Kabupaten
Blora, pegiat seni kentrung dapat dijumpai di Desa Sendang
Gayam, Kecamatan Banjarejo. Cerita yang terdapat dalam kesenian
kentrung ada berbagai macam, maka sasrtra lisan itu sering
digunakan orang untuk berbagai keperluan, seperti untuk mengisi
acara sunatan, perkawinan, menyambut kelahiran, upacara
ruwatan, dan sedekah bumi.

c) Jedhoran

Jedhoran adalah musik bernuansa Islami, menggunakan peralatan


musik tradisional, seperti rebana dan bedhug. Kesenian ini
biasanya memperdengarkan syair-syair dari kitab Al-Berzanzi,
yang lazim didendangkan oleh para santri. Oleh karena itu, pemain
jedhor juga berpakaian ala santri, mengenakan sarung, dan
memakai peci. Penabuh butuh keahlian khusus, lirik-lirik lagunya

12
yang dibuat sendiri dengan suara mendayu, syair lagu juga
berbahasa Arab mengiringi lagu yang diperdengarkan.

d) Tayub

Pertunjukan tayub menghadirkan seorang penari perempuan yang


menari dan menyanyi. Pertunjukan tayub bertahan karena
mempunyai fungsi sosial utama, yaitu sebagai sarana ritual,
hiburan pribadi, dan tontonan. Tayub sebagai tari hiburan tidak
semata-mata dinikmati dengan hanya dilihat, tapi diarahkan
mengajak penonton dapat menjadi pelaku dengan berpartisipasi
langsung dalam pertunjukan itu.

e) Wayang Krucil

Di dalam klasifikasi pertunjukan, wayang krucil Blora dapat


digolongkan ke dalam kesenian klasik. Wayang krucil Blora
biasanya dibuat dari kayu yang rata-rata kecil. Wayang krucil
Blora sudah berkembang sebelum jaman penjajahan Belanda,
sedangkan cerita wayang krucil biasanya mengambil cerita Hikayat
Amir Hamzah atau Lakon Menak. Iringan wayang krucil
menggunakan laras pelog dan iringan srepeg krucilan.

f) Kethoprak

Kehidupan kethoprak di Kabupaten Blora masih tergolong subur,


terutama di wilayah Blora bagian barat seperti di wilayah
Kecamatan Tunjungan. Kelompok kethoprak biasanya mengelola
kelompoknya dengan manajemen kekeluargaan dan beranggotakan
kurang lebihnya 40 orang.

II.1.3.2 Keragaman Budaya

Kondisi kebudayaan masyarakat Blora dipengaruhi oleh letak


geografis berada diantara punggung pesisiran yang cenderung bermata
pencaharian sebagai nelayan, dan daerah lembah bengawan yang subur
dengan kecenderungan penduduk bermata pencaharian sebagai petani.
Selain itu, kabupaten Blora merupakan kabupaten paling timur dari
propinsi Jawa tengah yang berbatasan langsung dengan propinsi Jawa
timur. Hal tersebut tentu menjadikan karakter masyarakat dan budaya

13
kabupaten Blora menjadi dipengaruhi oleh bermacam-macam
kebudayaan sekitarnya.

Budaya Jawa dengan pengaruh masyarakat pesisiran


berkarakter keras, dan pengaruh petani yang cenderung lembut dan ulet
yang menjadikan budaya masyarakat Blora cenderung ekspresif dalam
kehidupannya. Luasan yang hampir 50% wilayahnya terdiri dari hutan
menjadikan budaya masyarakat Blora menjadi lebih khas dengan
mengantungkan dan bersinergi dengan lingkungan alam.

Masyarakat Blora seperti masyarakat Jawa pada umumnya,


dikenal sebagai petani dan pedagang. Tidak jarang masyarakat Blora
sampai saat ini masih ditemukan upacara ritual sehubungan dengan
kepercayaan yang melekat pada budayanya. Kepercayaan ini
merupakan sisa budaya primitif yaitu kebudayaan yang masih
tergantung dengan alam. Sikap yang lekat dengan alam ini yang
menimbulkan adanya kepercayaan sehingga melakukan kegiatan ritual
untuk menyeimbangkan alam dan kehidupan, diantaranya blowoki,
nyuyuki, ngalungi sapi, sedekah bumi/gas deso.

Ajaran Samin pernah berkembang di Blora yang


dikembangkan oleh Samin Surosentiko. Kehidupan masyarakat Samin
di Blora memiliki kebiasaan yang unik dan berbeda, hal ini berpengaruh
baik bagi masyarakat Samin sendiri maupun masyarakat Blora pada
umumnya. Dengan demikian tradisi, adat dan budaya serta Ajaran
Samin di Blora memiliki makna mendalam bagi kehidupan masyarakat
Blora di dalam perkembangan kehidupan masyarakat.

Etnis lain yang dominan bersinggungan dengan masyarakat


Blora adalah etnis Cina sehingga banyak pula keragaman budaya Blora,
selain budaya besar Jawa dan dan budaya Blora sendiri. Terdapat corak
budaya Tionghoa yang eksis di Blora dalam bentuk religi yang ditandai
dengan berdirinya klentheng di Kecamatan Blora dan Cepu serta
munculnya komunitas seni budaya Barongsai serta upacara adat
kematian dengan rumah perabuan mayat, kereta jenazah ( Leng kie) dan
bong Cina (kuburan).

Disamping keragaman budaya karena ajaran sistem


kepercayaan, Blora juga memiliki keseragaman dalam pemanfaatan

14
kekayaan alam yaitu Pohon Jati. Berbagai objek kebudayaan jika diurai
akan ditemukan unsur Pohon Jati dari mulai akar, batang, ranting dan
daun yang dimanfaatkan untuk sarana ekspresi budaya. Pemanfaatan
jati terutama di objek teknologi tradisional, pengetahuan tradisional,
kesenian, permainan rakyat, bahkan ritus juga ada yang berhubungan
dengan Jati.

Simbol Jati juga dijadikan identitas Pemerintah Daerah Blora.


Begitu besarnya kawasan Jati dan manfaatnya, maka nilai cinta
terhadap alam juga menjadi bagian dari nilai yang diwariskan kedalam
objek kebudayaan yang berwujud tak benda (intangible). Oleh sebab itu
kebijakan pemajuan kebudayaan di Blora tidak bisa mengabaikan Jati.
Menjaga Jati sama dengan menjaga budaya Blora.

II.1.4. SEJARAH
II.1.4.1 Sejarah Singkat Budaya
Menurut cerita rakyat Blora berasal dari kata Belor yang berarti
lumpur, kemudian berkembang menjadi mbeloran dan sampai sekarang lebih
dikenal dengan nama Blora.Secara etimilogis blora berasal dari kata WAI +
LORAH. Wai berarti air, dan lorah berarti jurang atau tanah rendah. Dalam
bahasa jawa terjadi pergantian, pertukaran atau pelemahan konsonan tanpa
menyebabkan perubahan arti kata, sehingga seiring dengan perkembangan
zaman, kata wailorah menjadi bailorah, menjadi belora dan akhirnya menjadi
Blora.

Karakter kebudayaan Blora merupkan kristalssasi dari peristiwa lama


yang terjadi di wilayah Kabupaten Blora. Peristiwa tersebut diantaranya
runtuhnya kerajan Hindu yang diakibatkan oleh kerajaan Ngloram,
perseturuan antara Demak dan Jipang dan terakhir berdirinya Blora dikaitkan
dengan pemberontakan Mangkubumi. Disisi lain, wilayah Blora bukanlah
wilayah utama yang menjadi garapan dakwah Wali Songo. Dua hal ini
menjadikan karakter kebudayaan Blora berbeda dengan kebudayaan keraton di
Jawa, berbeda juga dengan nuansa ke-Islam-an yang ada di wilayah pesisir.

Secara historis wilayah Kabupaten Blora merupakan bawahan dari


kerajaan Mataram, sehingga masih ada sedimen kebudayaan Mataram yang
menghiasai seni budaya masyarakat Blora diantaranya yaitu tayub. Tayub
cukup terkenal pada zaman Mataram Islam, tercermin pada Babad Mangir
yang menceritakan mengenai Ki Ageng Mangir yang berhasil ditaklukan oleh

15
Panembahan Senapati (Raja Mataram Islam) melalui putrinya Sekar
Pembayun yang menyamar menjadi penari tayub, sehingga tayub menjadi alat
politik kenegaraan. Tayub berkembang dikalangan rakyat dan priyayi, serta
keraton.

Kondisi geografis wilayah Blora yang sebagian besar terdiri dari


hutan, turut mempengaruhi seni budaya yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat Blora yaitu mempunyai ketergantungan dengan alam khusunya
hutan jati. Pemanfaatan jati pada rantingnya untuk bahan bakar dalam
memasak, kayu jati yang digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan
rumah, digunakan untuk teknologi tradisional pertanian, transportasi,
pengetahuan tradisional, permainan rakyat, bahkan ritus juga ada yang
berhubungan dengan Jati.

Kayu jati di daerah jawa sudah dimanfaatkan sejak zaman Kerajaan


Majapaihit. VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie, Kompeni Hindia
Timur Belanda) sangat tertarik dengan “emas hijau” ini, sampai-sampai
mendirikan loji pertama mereka di Indonesia, tepatnya di daerah Jepara, Jawa
Tengah pada tahun 1651.VOC juga mengusahakan izin berdagang jati di
daerah Jepara, Semarang, dan Surabaya. Ini semua mereka lakukan karena
mereka menganggap bahwa perdagangan kayu jati akan lebih menguntungkan
jika dibanding berdagang rempah-rempah yang pada waktu itu sedang naik
daun.

Pada pertengahan abad ke-18, VOC sudah bisa menebang pohon jati
dengan lebih modern. Sebagai imbalannya, VOC memberikan bantuan militer
kepada Kerajaan Mataram pada awal abad ke-19, VOC juga diberi
kewenangan untuk menebang hutan jati yang lebih luas.VOC kemudian
mewajibkan kepada para pejabat-pejabat daerah (pribumi) untuk menyerahkan
seluruh kayu jati hasil tebangan kepada VOC dalam jumlah yang cukup besar.
Dengan sistem blandong, para pejabat membebankan penebangan kepada
rakyat yang tinggal di sekitar hutan. Sebagai imbalannya, warga dibebaskan
membayar pajak apapun. Jadi, sistem blandong merupakan sistem kerja paksa
kepada rakyat kecil.

Dengan kayu jati yang berhasil mereka kumpulkan, VOC kemudian


membawa semua glondongan kayu jati ke Rotterdam dan Ansterdam. Kedua
kota ini akhirnya menjadi pusat industri kapal kelas dunia.Adanya sistem kerja
paksa tersebut, akhirnya memunculkan perlawan para kaum tani yang merasa
direbut haknya dalam memanfaatkan hutan. Mereka memanfaatkan hutan
untuk keperluan hidup sehari-hari tanpa adanya eksploitasi hutan secara besar-

16
besaran. Salah satu perlawan yang sangat melegenda adalah perlawanan
Samin surosentiko terhadap hak adat mereka dalam pemanfaatan hutan.

II.1.4.2. Sejarah Singkat Wilayah Administratif

Blora dibawah Pemerintahan Kadipaten Jipang pada abad XVI,


yang pada saat itu masih di bawah pemerintahan Demak. Adipati Jipang
bernama Aryo Penangsang, yang lebih dikenal dengan nama Aria
Jipang. Daerah Kekuasaan Aryo Penangsang meliputi : Pati, Lasem,
Blora dan Jipang sendiri. Setelah jaka Tingkir (Hadiwijaya) mewarisi
tahta Demak, maka pusat pemerintahan di pindahkan ke Pajang.
Dengan demikian Blora masuk Kerajaan Pajang.
Kerajaan Pajang tidak lama memerintah, karena direbut oleh
Kerajaan Mataram yang berpusat di Kotagede Yogyakarta. Blora
termasuk wilayah Mataram bagian timur atau daerah Bang Wetan. Pada
masa Pemerintahan Paku Buwana I (1704-1719) daerah Blora diberikan
kepada putranya yang bernama Pangeran Blitar dan diberi gelar
Adipati. Luas Blora pada saat itu 3.000 karya (1 karya=3/4 hektar).
Pada tahun 1719-1727 Kerajaan mataram dipimpin oleh Amangkurat
IV sehingga sejak saat itu Blora berada di bawah pemerintahan
Amangkurat IV.
Pada saat Mataram di bawah Pakubuwana II (1727-1749) terjadi
pembrontakan yang dipimpin oleh Mangkubumi dan Mas sahid,
Mangkubumi berhasil menguasai Sukawati, Grobogan, Demak, Blora,
dan Yogyakarta. Akhirnya Mangkubumi diangkat oleh rakyatnya
menjadi raja di Yogyakarta.
Berita dari Babad Giyanti dan Serat Kuntharatama menyatakan
bahwa Mangkubumi menjadi raja pada tanggal 1 Sura tahun Alib 1675,
atau 11 Desember 1749. Bersamaan dengan diangkatnya Mangkubumi
menjadi raja, maka diangkat pula para pejabat yang lain, diantaranya
adalah pemimpin prajurit Mangkubumen, yaitu Wilatikta menjadi
Bupati Blora.
Sesuai dengan Perjanjian Gianti, tahun 1755, yang dikenal
dengan nama Palihan Negeri, yang berisi Mataram dibagi menjadi dua
kerajaan, yaitu Kerajaan Surakarta di bawah Pakubuwana III, dan
Keraton Yogyakarta di bawah Sri Sultan Hamengkubuwono I. Didalam
palihan negeri itu Blora menjadi Wilayah kasunanan, sebagai bagian

17
dari daerah Mancanegara Timur, Kasunanan surakarta. Akan tetapi,
Bupati Blora Wilatikta tidak setuju masuk menjadi daerah Kasunanan,
sehingga beliau memilih mundur dari jabatannya.
Blora mulai berubah statusnya dari apanage menjadi daerah
Kabupaten pada hari Kamis Kliwon, tanggal 2 Sura tahun alib 1675,
atau tanggal 11 Desember 1749 Masehi, yang sampai sekarang dikenal
dengan Hari Jadi Kabupaten Blora. Adapun Bupati pertamanya adalah
WILATIKTA.

II.1.5. Peraturan Tingkat Daerah Terkait Kebudayaan

Kabupaten Blora sampai dengan saat ini belum memiliki


peraturan daerah yang terkait dengan kebudayaan, namun demikian
Pemerintah Kabupaten Blora berupaya menjaga dan memelihara
kelestarian bahasa, sastra, serta aksara Jawa yang menjadi faktor penting
untuk peneguhan jati diri daerah dan masyarakat dengan menggunakan
bahasa jawa sebagai komunikasi lisan setiap hari kamis melalui surat
edaran Bupati Blora tentang penggunaan bahasa jawa untuk komunikasi
lisan, akan tetapi tata naskah dinas yang diterbitkan pada Kamis tetap
menggunakan Bahasa Indonesia, sedangkan untuk acara resmi dan
kedinasan atau seremonial yang diselenggarakan pada Kamis, bisa
menggunakan Bahasa Indonesia dan atau Bahasa Jawa. Melalui surat
edaran ini diharapkan Bahasa Jawa akan lebih membudidaya dan bisa
digunakan masyarakat sebagai bahasa informasi, komunikasi, dan
edukasi pada khotbah keagamaan, rapat-rapat di tingkat RT/RW,
lembaga-lembaga adat, kegiatan masyarakat, serta organisasi
kemasyarakatan.

Disamping itu, Pemerintah Kabupaten Blora dalam rangka


melestarikan budaya lokal, terutama budaya samin melalui penggunaan
pakaian adat samin sebagai pakaian dinas ASN Kabupaten Blora yang
digunakan setiap bulan pada tanggal 15 (lima belas) dan diatur dalam
Peraturan Bupati Blora Nomor 46 Tahun 2016 Tentang Pakaian Dinas
Bagi Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Blora
dan telah diubah dengan Peraturan Bupati Blora Nomor 28 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Blora Nomor 46 Tahun 2016
Tentang Pakaian Dinas Bagi Pegawai NegeriI Sipil Di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Blora.

18
II.2 Ringkasan Proses Penyusunan PPKD

II.2.1 Tim Penyusun

Dalam rangka pemajuan kebudayaan dan penyusunan kebijakan strategis


bidang kebudayaan di Kabupaten Blora maka perlu disusun Pokok Pikiran
Kebudayaan daerah Kabupaten Blora tahun 2018. Sesuai amanat dalam
Undang-Undang Nomor 5 tentang Pemajuan Kebudayaan dimana
Penyusunan pokok pikiran kabudayaan daerah Kabupaten Blora Tahun
2018 dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan melibatkan masyarakat
melalui para ahli yang memiliki kompetensi dan kredibilitas dalam objek
pemajuan kebudayaan di Kabupaten Blora, maka dari itu dibentuk tim
Penyusun PPKD yang disahkan dalam Keputusan Bupati Nomor
430/359/2018 tentang Pembentukan Tim Penyusun Pokok Pikiran
Kebudayaan Daerah Di Kabupaten Blora dengan susunan Tim sebagai
berikut :
1. Ketua : Kepala Dinporabudpar Kabupaten Blora
2. Anggota :
a. Reni Miharti (Plt. Kepala Bappeda Kabupaten Blora)
b. Imam (Dosen STAIM Blora)
c. Gatot Pranoto (Ketua Yayasan Mahameru Blora)
d. Edi Purwanto (Anggota Yayasan Mahameru Blora)
e. Waras Rahardjo (Anggota Yayasan Mahameru Blora)
f. Imam (Ketua Lembaga Penelitian dan Aplikasi Wacana
Kabupaten Blora)

II.2.2 Proses Pendataan

Proses pengumpulan data merupakan salah satu proses yang


penting dalam penyusunan PPKD. Dalam rangka mendapatkan data yang
faktual yang dapat menggambarkan keseluruhan keadaan obyek
pemajuan kebudayaan telah dilaksanakan proses pendataan objek
pemajuan kebudayaan oleh Tim Survei.

Proses pendataan dilakukan melalui survei lapangan, terutama


untuk data objek pemajuan kebudayaan cagar budaya. Proses identifikasi
data juga memanfaatkan data yang sudah ada dan terhimpun dalam buku
Ensiklopedia Blora. Hal ini memudahkan pengidentifikasian objek

19
pemajuan kebudayaan yang ada di Kabupaten Blora, karena buku
Ensiklopedia tersebut memuat data dan dokumentasi yang lengkap.
Selain itu, untuk mendapatkan informasi dan melengkapi data yang ada,
pada saat survei juga mendatangi narasumber dari unsur budayawan,
seniman dan komunitas.

II.2.3 Proses Penyusunan Masalah dan Rekomendasi


Dalam proses perumusan masalah dan rekomendasi, tim
penyusun dan tim teknis melaksanakan rapat untuk menganalisis
permasalahan tiap-tiap objek pemajuan kebudayaan dan cagar budaya.
Selanjutnya dilaksanakan FGD yang melibatkan tim penyusun, tim
pendamping dari Jakarta, seniman, tokoh, budayawan, guru, pemerhati
seni dan budaya, komunitas seni dan budaya.
Dalam proses FGD tersebut dilakukan analisa, diskusi dan
pertukaran pikiran sehingga ditemukan beberapa permasalahan penting
yang perlu diprioritaskan dan mendapat rekomendasi selanjutnya
diterjemahkan menjadi rencana kerja Pemerintah Daerah.

II.2.4 Catatan Evaluasi atas Proses Penyusunan


Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten/Kota merupakan
landasan kebijakan pembangunan kebudayaan di daerah. Sehingga perlu
adanya evaluasi terhadap proses penyusunan PPKD di Kabupaten Blora,
dalam rangka penyempurnaan PPKD berikutnya.

Dokumen PPKD yang telah ditetapkan tidak lepas dari adanya


kekurangan dan kendala yang dihadapi selama proses penyusunan.
Tahapan sosialisasi/lokakarya dari Kementrian tentang PPKD dan proses
penyusunan PPKD yang dilaksanakan pada pertengahan tahun anggaran
menjadi kendala tersendiri bagi Kabupaten/Kota untuk menganggarkan
dana dari APBD guna penyusunan PPKD, disamping itu koordinasi antar
kabupaten, propinsi dan Pusat masih belum maksimal.

Keterbatasan jadwal waktu penyusunan menyebabkan penggalian


data dan permasalahan kurang maksimal, penyelesaian PPKD tidak bisa
sesuai jadwal yang ditentukan dan masih ada data-data borang objek
pemajuan kebudayaan yang belum terinput ke dalam aplikasi. Pada saat
melaksanakan input data dan pengambilan data dari aplikasi untuk

20
kemudian dituangkan dalam dokumen juga mengalami banyak kendala
dikarenakan aplikasi yang ada belum siap. Faktor keterbatasan sumber
daya manusia yang ada dalam penyusunan dokumen PPKD juga menjadi
salah satu kendala di Kabupaten Blora.

BAB III
LEMBAGA PENDIDIKAN BIDANG KEBUDAYAAN

III. 1. Lembaga Pendidikan Menengah Bidang Kebudayaan


Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Blora, jumlah
SMA dan SMK secara keseluruhan yaitu 66 unit, terdiri dari 14 sekolah
negeri dan 52 sekolah swasta, sedangkan banyaknya sekolah setingkat
SMA / SMK Non Diknas di Kabupaten Blora secara keseluruhan ada 15
unit, terdiri dari 1 sekolah negeri dan 14 sekolah swasta.
Dari semua sekolah menengah atas yang ada di Kabupaten Blora,
hanya ada 2 (dua) sekolah yang mempunyai jurusan tata boga, yaitu SMK
Negeri 2 Blora dan SMK Muhammadiyah 2 Blora. Sedangkan sekolah
menengah tingkat atas lainnya belum memiliki jurusan yang berhubungan
dengan kebudayaan seperti jurusan pariwisata, karawitan, seni, dan lain-
lain.

III. 2. Lembaga Pendidikan Tinggi Bidang Kebudayaan


Selain terus meningkatkan pendidikan dasar, menengah, dan atas,
Kabupaten Blora juga telah memiliki sejumlah perguruan tinggi. Beberapa
Perguruan Tinggi di Kabupaten Blora, antara lain :
1) Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe Cepu
2) Sekolah Tinggi Energi dan Mineral Cepu
3) Sekolah Tinggi Ilmu Agama Al-Muhammadiyah Cepu
4) Sekolah Tinggi Ilmu Agama Al-Muhammadiyah Blora
5) Sekolah Tinggi Ilmu Agama Khozinatul Ulum
6) Akademi Kebidanan Wira Husada Nusantara Blora

21
7) Poltekkes Kemenkes Semarang Cabang Blora (Kampus IV)
Sampai tahun 2017, di Kabupaten Blora belum ada Perguruan
Tinggi / Universitas yang berhubungan dengan kebudayaan, seperti
pariwisata, tata boga, karawitan, dan jurusan di bidang kesenian,
perfilman, kajian budaya, dan lain-lain yang berhubungan dengan
kebudayaan.

BAB IV
DATA OBJEK PEMAJUAN KEBUDAYAAN

IV.1 Manuskrip

Terdapat tujuh manuskrip yang berhasil di data oleh tim survey, dengan
beberapa lembaga pendukung, sarpras pendukung dan permasalahan yang
dihadapi dalam pemajuan kebudayaan.

Grafik OPK Manuskrip Menurut Bahan

22
Lontar

Kertas
Lontar
Kertas

0 1 2 3 4 5 6

Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik diatas terdapat 5


manuskrip berbahan kertas dan 2 manuskrip berbahan lontar.

Diagram Persentase OPK Manuskrip


Menurut Bahasa

Jawa Murdo 2
Arab 3
Jawa dan Belanda 1
Jawa 1

Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik diatas, bahasa Arab
paling banyak digunakan dalam penulisan manuskrip.

IV.2 Tradisi Lisan

Terdapat lima belas tradisi lisan yang berhasil di data oleh tim survey,
dengan beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pemajuan kebudayaan.

23
14

Menurut agregasi data yang ada dalam grafik diatas, paling banyak tradisi
lisan berupa Cerita Rakyat.

Grafik OPK Tradisi Lisan Menurut Media


Penyajian
Buku
1

Pertunjukan Langsung 15
Buku 1
Pertunjukan Langsung
15

0 5 10 15 20

Menurut agregasi data yang ada dalam grafik diatas, menurut media
penyajian paling banyak tradisi lisan berupa Cerita Rakyat.

Diagram OPK Tradisi Lisan Menurut Frekuensi Pelaksanaan

24
Jarang 14
Sering 1
Tidak ada 0

Menurut agregasi data sesuai diagram diatas, menurut frekuensi


pelaksanaan Tradisi Lisan sejumlah 93% sudah jarang dilaksanakan.

IV.3 Adat Istiadat

Terdapat dua puluh adat istiadat yang berhasil di data oleh tim survey,
dengan beberapa lembaga pendukung, sarpras pendukung dan permasalahan
yang dihadapi dalam pemajuan kebudayaan.

25
5

Menurut agregasi data sesuai grafik diatas, jenis adat istiadat paling banyak terkait
dengan kematian.

20

Menurut agregasi data sesuai diagram diatas, adat istiadat frekuensi


pelaksanaan masih sering dilaksanakan.

IV.4 Ritus

26
Terdapat enam belas jenis ritus yang berhasil di data oleh tim survey,
dengan beberapa sarpras pendukung dan permasalahan yang dihadapi dalam
pemajuan kebudayaan.

16

Menurut agregasi data sesuai diagram diatas, frekuensi pelaksanaan


ritus masih sering dilaksanakan.

IV.5 Pengetahuan Tradisional

Terdapat lima belas Pengetahuan Tradisional yang berhasil di data oleh


tim survey, dengan beberapa lembaga pendukung, sarpras pendukung dan
permasalahan yang dihadapi dalam pemajuan kebudayaan.

27
Menurut agregasi data sesuai grafik diatas, jenis pengetahuan tradisional
paling banyak terkait dengan makanan dan minuman.

Menurut agregasi data sesuai diagram diatas, frekuensi pelaksanaan


Pengetahuan Tradisional masih sering dilaksanakan berkisar 93%.

IV.6 Teknologi Tradisional

Teknologi

Teknologi

28
Terdapat dua puluh delapan Teknologi Tradisional yang berhasil di data
oleh tim survey, dengan beberapa lembaga pendukung, sarpras pendukung dan
permasalahan yang dihadapi dalam pemajuan kebudayaan.

Teknologi

Teknologi 13

Menurut agregasi data sesuai grafik diatas, jenis teknologi tradisional


paling banyak terkait dengan perkakas rumah tangga.

Diagram OPK Teknologi Tradisional Menurut Frekuensi Pelaksanaan

Tidak Ada 3
Jarang 17
Sering 8

Menurut agregasi data sesuai diagram diatas, frekuensi pelaksanaan


Teknologi Tradisional sudah banyak yang jarang dilaksanakan berkisar 61%.

29
IV.7 Seni

Berdasarkan statistik OPK Seni diatas terdapat enam puluh empat objek
Seni yang berhasil di data oleh tim survey, dengan beberapa lembaga
pendukung, sarpras pendukung dan permasalahan yang dihadapi dalam
pemajuan kebudayaan.

Berdasarkan agregasi data yang didapat dalam grafik diatas, Seni Sastra
merupakan cabang seni yang mempunyai karya terbanyak yang berhasil didata.

IV.8 Bahasa

30
Terdapat 1 objek bahasa yang digunakan oleh masyarakat Blora yaitu
bahasa Jawa dengan 2 lembaga yang mendukung objek pemajuan kebudayaan.

Menurut agregasi data yang didapat dalam diagram tersebut OPK Bahasa masih
digunakan.

IV.9 Permainan Rakyat

Berdasarkan statistik OPK Permainan Rakyat diatas, terdapat sembilan


belas Permainan Rakyat yang berhasil di data oleh tim survey dan permasalahan
yang dihadapi dalam pemajuan kebudayaan.

31
Berdasarkan agregasi data yang terdapat dalam diagram diatas, jenis
Permainan Rakyat saat ini sudah jarang dilaksanakan sebesar 95%.

IV.10. Olahraga Tradisional

Berdasarkan statistik OPK Olahraga Tradisional diatas, terdapat tujuh


Olahraga Tradisional yang berhasil di data oleh tim survey beserta beberapa
lembaga, sarpras dan permasalahan yang dihadapi dalam pemajuan kebudayaan.

32
Diagram OPK Olahraga Tradisional menurut Frekuensi Pelaksanaan

Tidak Ada 1
Jarang 5
Sering 1

Berdasarkan agregasi data yang terdapat dalam diagram diatas, jenis


Olahraga Tradisional saat ini sudah jarang dilaksanakan berkisar 71%.

IV.11 Cagar Budaya

Berdasarkan statistik OPK Cagar Budaya diatas, terdapat enam puluh


Cagar Budaya yang berhasil di data oleh tim survey beserta beberapa lembaga,
sarpras pendukung dan permasalahan yang dihadapi dalam pemajuan kebudayaan.

33
Sampai saat ini belum ada Cagar Budaya yang sudah ditetapkan.

Berdasarkan agregasi data yang terdapat dalam diagram diatas, kondisi


aktual Cagar Budaya yang ada sebagian besar masih baik sekitar 52% dari data
yang ada.

34
BAB V
DATA SUMBER DAYA MANUSIA KEBUDAYAAN
DAN LEMBAGA KEBUDAYAAN

V.1 Manuskrip

35
Kitab Pawukon

Kitab Pawukon

Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik diatas, terdapat 2 manuskrip
yang paling banyak diakses yaitu Kitab Pawukon dan Kitab Pengobatan.

Kitab Pawukon

Kitab Pawukon

Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik diatas, masing-masing terdapat
satu lembaga yang mendukung objek pemajuan kebudayaan.

V.2 Tradisi Lisan

36
Grafik OPK Tradisi Lisan
Menurut Etnis
1
JAWA 15
0 5 10 15 20

Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik diatas, OPK tradisi lisan yang
ada di Kab. Blora etnis yang melaksanakan etnis jawa..

Grafik Jumlah Penutur Menurut OPK Tradisi Lisan


250 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
200
150
100
50
0

Series1

Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik diatas, jumlah penutur OPK
tradisi lisan rata-rata berkisar dua ratus penutur.

Grafik Jumlah Lembaga menurut Objek Tradisi Lisan


1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1 Series1
0

Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik diatas, tidak ada lembaga OPK
tradisi lisan.

37
V.3 Adat Istiadat

Grafik OPK Adat Istiadat


menurut Etnis

1
Jawa 20

0 5 10 15 20 25

Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik diatas, OPK adat istiadat yang
ada di Kab. Blora etnis yang melaksanakan etnis Jawa.

Grafik Jumlah Lembaga menurut Objek Adat Istiadat

Wiwit
Mendak Pindho
Sepikul Segendongan
Sepasar Bayi
Selapanan
Satus Dino/Nyatus
Pupak Puser
Pendak Pisan
Patang puluh dino
Nyewu
Ngalungi Sapi Series1
Nakoke
Mitoni/Tingkepan
Mblowoki
Krayahan
Bumi ibarate biyung
Adat telung dino
Adat pitung dino
Selametan / Kenduri
Bersih desa atau Sedekah Bumi
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik diatas, terdapat tiga objek adat
istiadat yang memiliki masing-masing satu organisasi/lembaga terkait adat istiadat
tersebut.

V.4 Ritus

38
Grafik OPK Ritus Menurut Etnis

1
Jawa 16

0 5 10 15 20

Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik diatas, OPK ritus yang ada di
Kab. Blora etnis yang melaksanakan etnis jawa..

Grafik Jumlah Lembaga menurut Objek Ritus


1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0 Series1

Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik diatas, tidak ada lembaga OPK
Ritus.

V.5 Pengetahuan Tradisional

Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik diatas, OPK Pengetahuan
Tradisional yang ada di Kab. Blora etnis yang melaksanakan etnis Jawa.

39
Grafik Jumlah Pelaku Pemanfaatan Pengetahuan Tradisional
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0 Series1

Sate Jagal/Sate Sapi…


Dumbeg Clorotan…

Pemanfaatan daun…
Pemanfaatan Daun…
Pemanfaatan Daun…
Pemanfaatan Daun…

Ungker
Soto Kletuk
Pincuk Daun Jati
Batik Daun Jati

Kopi Santen

Sate Ayam Blora

Wedang cemohe, Blora


Lontong Tahu Blora

Sate Kambing Blora

Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik diatas, jumlah pelaku
pemanfaatan Pengetahuan Tradisional paling banyak adalah Batik Daun Jati.

Batik Daun Jati

Batik Daun Jati

Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik diatas, jumlah lembaga
Pengetahuan Tradisional paling banyak adalah Batik Daun Jati sejumlah 15
lembaga.

V.6 Teknologi Tradisional

40
Teknologi

Teknologi

Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik diatas, OPK Teknologi
Tradisional yang ada di Kab. Blora etnis yang melaksanakan etnis Jawa.

Grafik Jumlah Pelaku Pemanfaatan Pengetahuan Tradisional

Wayang Krucil
Tombak
Keris
Saradan
Perahu Lesung
Perahu Dayung
Sumur Gowak
Bedhug
Lampu Gantung
Klenting
Keranjang
Kentongan
Kendi
Arit Ahli Pembuat + Pemelihara
Ani-ani Ahli Pemelihara
Dokar - Blora Ahli Pembuat
Genuk
Genthong
Cuwo
Cowek
Cikar
Huleg-huleg
Blencong
Bendho
Kendil
Copil dong Jati
Sumur Minyak Tua
Dhunak
0 50 100 150 200 250 300 350
Berdasarkan agregasi data yang didapat dalam grafik diatas, ahli pembuat
teknologi tradisional yang terbanyak adalah Copil dong Jati, sedangkan ahli

41
pemelihara terbanyak ada di Sumur Minyak Tua, dan ahli pembuat sekaligus
pemelihara terbanyak Bendo, Arit dan Bedug.

Pengguna Teknologi Tradisional


Wayang Krucil
Tombak
Keris
Saradan
Perahu Lesung
Perahu Dayung
Sumur Gowak
Bedhug
Lampu Gantung
Klenting
Keranjang
Kentongan
Kendi
Arit
Ani-ani Pengguna
Dokar - Blora
Genuk
Genthong
Cuwo
Cowek
Cikar
Huleg-huleg
Blencong
Bendho
Kendil
Copil dong Jati
Sumur Minyak Tua
Dhunak

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000

Berdasarkan agregasi data yang terdapat dalam grafik diata, teknologi tradisional
yang paling banyak digunakan hingga saat ini adalah Cowek dan Huleg-Huleg.

Nama Teknologi Jumlah Pelaku Pemanfaatan

42
Ahli Ahli Ahli Pembuat +
Pengguna
Pembuat Pemelihara Pemelihara

Kendil 10 0 0 600

Sumur Minyak Tua 0 150 0 150

Copil dong Jati 300 0 0 300

Genthong 8 0 0 550

Dhunak 9 0 0 500

Bendho 15 15 15 4500

Blencong 7 0 0 100

Huleg-huleg 10 0 0 7800

Cikar 0 0 0 20

Cowek 10 0 0 7800

Cuwo 5 0 0 300

Genuk 8 - - 250

Dokar - Blora 3 3 3 100

Arit 15 15 15 5000

Ani-ani 0 0 0 0

Kendi 10 0 0 3500

Kentongan 30 0 0 1000

Keranjang 8 0 0 300

Klenting 5 0 0 200

Lampu Gantung 0 0 0 0

Bedhug 15 15 15 750

Sumur Gowak 0 0 0 350

Perahu Dayung 0 0 0 0

Perahu Lesung 0 0 0 0

Saradan 5 5 5 20

43
Keris 0 3 0 1000

Tombak 0 0 0 0

Wayang Krucil 3 3 3 3
Grafik Jumlah Lembaga menurut Objek Teknologi Tradisional

Wayang Krucil
Tombak
Keris
Saradan
Perahu Lesung
Perahu Dayung
Sumur Gowak
Bedhug
Lampu Gantung
Klenting
Keranjang
Kentongan
Kendi
Ani-ani
Arit Series1
Dokar - Blora
Genuk
Cuwo
Cowek
Cikar
Huleg-huleg
Blencong
Bendho
Dhunak
Genthong
Copil dong Jati
Sumur Minyak Tua
Kendil
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

Berdasarkan agregasi data yang ada pada grafik diatas, jumlah lembaga menurut
Objek Teknologi Tradisional yang terbanyak adalah keris

44
V.7 Seni
Grafik Jumlah Pelaku/Pendukung Seni menurut Cabang Seni

Seni Media

Seni Film

Seni Rupa

Seni Teater
Series1
Seni Musik

Seni Tari

Seni Sastra

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

Berdasarkan agregasi data yang terdapat dalam grafik diatas, seni tari memiliki
pelaku/pendukung seni terbanyak.

Grafik Jumlah Lembaga menurut Objek Seni

45
Wahyu Cakraningrat…
Topeng Ngigel
Tari Ledhek Jonggrang
Sukoreno
Suka Pari Suka
Anak Bungsu
Shalawatan (Hadroh)
Shalawatan - Al Berjanji…
Serumpun
Serigala
Jumenengan Wilatikta…
Wisanggeni Lahir (Pakeliran…
Blora Bumiku
Sumilaking Pedhut Jati…
Seni Sastra : Adik Tentara
Sri Muni
Seni Kentrung - Blora
Nyanyian Alam
Blora Mustika (Karawitan)
Seni Gejog Lesung
Samin Surosentiko
Sawung Tladung
Sardulo Noro Rupo
Sajak Asmara
Rumah Kaca (Karya Sastra)
Ronggo Janur Lena (Kethoprak)
Rona-rona
Ringkik Gidrang
Rindu Itu Berganti Hujan
Pram Dari Dalam
Pram Dalam Tungku
Pram Dalam Belenggu
Penjagal Itu Telah Mati Series1
Panggil Aku Kartini Saja
Nyanyian Penggali Kubur
Nitik
Manekung
Ledhek Setilah
Ledhek Barangan
Kulkas dan Tujuh Pohon Kelapa
Kompromi
Komponis Kecil
Kisah Haru Biru Sang Pengoceh
Kipas Ngujiwat
Kerajinan Ukir Gembol (Seni…
Joko Lodra Tri Wikrama…
Indra Tualang Di Doktor Kopi
Ibuku Di Sorga
Gones Nenes
Gembong Amijoyo Ndungkap…
Gathutkaca Jedhi (Pakeliran…
Gambyong mBloran
Gadis Pantai (Karya Sastra)
Eutanesia
Dunia Samin
Cerita Dari Blora
Bumi Manusia (Karya Sastra)
Blora Kuncara
Blandhong Mblotong
Bersama Pram
Kesenian Tayub - Blora
Barongan Santri
Arok Dedes (Karya Sastra)
Anak Semua Bangsa (Karya…
46
0 2 4
Berdasarkan agregasi data yang terdapat dalam grafik diatas, jumlah lembaga
terbanyak dalam objek seni Shalawatan (hadroh).

V.8 Bahasa

Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik diatas terdapat 2 lembaga dalam
objek pemajuan kebudayaan.

V.9 Permainan Rakyat

Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik diatas, OPK Permainan Rakyat
yang ada di Kab. Blora etnis yang melaksanakan etnis jawa.

47
Berdasarkan agregasi data yang ada pada grafik diatas, tidak ada lembaga yang
terkait dengan Objek Permainan Rakyat.

V.10 Olahraga Tradisional

Menurut agregasi data yang didapat dalam grafik diatas, OPK Olahraga
Tradisional yang ada di Kab. Blora etnis yang melaksanakan etnis jawa.

48
Grafik Jumlah Lembaga menurut Objek Olahraga Tradisional

Tarik Tambang

Sepak Takraw

Pencak Dor

Kasti
Series1
Pencak Silat

Perahu Naga

Gobag Sodor

0 1 2 3 4 5 6 7

Berdasarkan agregasi data yang terdapat dalam grafik diatas, jumlah lembaga
terbanyak dalam objek Olahraga Tradisional adalah Pencak Silat.

V.11 Cagar Budaya


Grafik Jumlah Lembaga menurut Objek Cagar Budaya

Struktur sumur janjang


Situs Janjang
Situs punden Getas Cepu
Struktur cagar budaya…
Benda Cagar Budaya…
Situs candi lemah duwur
Struktur cagar budaya Rel…
Situs watu bucu
Struktur Cagar Budaya…
Bangunan Cagar Budaya…
Struktur bendungan londo
Kawasan Cagar Budaya…
Bangunan Cagar Budaya…
Bangunan Cagar Budaya…
Bangunan Cagar Budaya…
Series1
Situs Kubur Kalang Bleboh
Benda Cagar Budaya Fosil…
Situs Kapuan
Situs mbotoreco
Bangunan cagar budaya…
Situs Goa Kidang
Benda Cagar Budaya Mata…
Bangunan Cagar Budaya…
Benda Cagar Budaya Fosil…
Situs Ngandong
Benda Cagar Budaya Guci…
Bangunan Cagar Budaya…
Benda Cagar Budaya Alat…
Benda Cagar Budaya… 49
Struktur Cagar Budaya…
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Berdasarkan agregasi data yang terdapat dalam grafik diatas, rata-rata setiap jenis
Objek Cagar Budaya memiliki satu lembaga yang berhubungan dengan cagar
budaya tersebut.

50
BAB VI
DATA SARANA DAN PRASARANA KEBUDAYAAN

VI.1 Manuskrip

Menurut agregasi data yang didapat dalam diagram diatas, sarpras pendukung
OPK Manuskrip saat ini baru dari pemerintah.

VI.2 Tradisi Lisan

Belum ada sarana prasarana fisik yang mendukung OPK Tradisi Lisan.

VI.3 Adat Istiadat

51
Menurut agregasi data yang didapat dalam diagram diatas, sarpras pendukung
OPK Adat Istiadat saat ini baru dari pemerintah.

VI.4 Ritus

Menurut agregasi data yang didapat dalam diagram diatas, sarpras pendukung
OPK Ritus jumlah paling banyak dari pemerintah mencapai 86 %.

VI. 5 Pengetahuan Tradisional

Menurut agregasi data yang didapat dalam diagram diatas, sarpras pendukung
OPK Pengetahuan Tradisional jumlah paling banyak dari pemerintah mencapai 67
%.

52
VI.6 Teknologi Tradisional

Menurut agregasi data yang didapat dalam diagram diatas, sarpras pendukung
OPK Teknologi Tradisional jumlah paling banyak dari pemerintah mencapai 75%.

VI.7 Seni

Menurut agregasi data yang didapat dalam diagram diatas, sarpras pendukung
OPK Seni jumlah paling banyak dari pemerintah mencapai 90%.

VI.8 Bahasa

Belum ada sarana prasarana fisik yang mendukung OPK Bahasa.

53
VI.9 Permainan Rakyat

Belum ada sarana prasarana fisik yang mendukung OPK Permainan Rakyat.

VI.10 Olahraga Tradisional

Menurut agregasi data yang didapat dalam diagram diatas, sarpras pendukung
OPK Olahraga Tradisional 100% dari pemerintah.

VI.II Cagar Budaya

Menurut agregasi data yang didapat dalam diagram diatas, sarpras pendukung
OPK Cagar Budaya 100% dari pemerintah.

54
BAB VII
PERMASALAHAN DAN REKOMENDASI

VII. 1 Permasalahan dan Rekomendasi


VII.1.1. Manuskrip

Indikator Capaian
No Permasalahan Rekomendasi Tujuan Sasaran Tahapan Kerja
2024 2029 2034 2039
1. Aspek Nilai: Menyeimbangkan Menanamkan secara Pelajar / siswa Mengidentifikas Tersedianya Tersampaikann Terlaksananya Sudah
Disharmoni pesan nilai budaya seimbang nilai religi , terpaparkan / i nilai-nilai yang 7 dokumen ya hasil aktualisasi membudayan
antara nilai antara nilai spiritual kemanusiaan dan cinta terinternalisasi tertuang dalam terjemahan penerjemahan nilai-nilai ya nilai-nilai
spiritual dan dan kemanusiaan alam yang termaktub akan nilai manuskrip manuskrip dalam berbagai manuskrip di dalam
kemanusiaan dengan cinta alam dalam manuskrip manuskrip yang media yang sekolah- manuskrip
Menerjemahkan
dengan cinta alam kepada masyarakat teridentifika dapat diakses sekolah
nilai-nilai yang
si oleh publik
tertuang dalam
dan sasaran
manuskrip
rekomendasi
tersebut

Diseminasi
nilai-nilai yang
tertuang dalam
manuskrip

55
Proses
aktualisasi nilai-
nilai manuskrip

2 Aspek fisik: Membuat manuskrip Memudahkan Pemilik Duplikasi dan Teraksesnya Terduplikasi Terbinanya Terjaganya
dengan status penerjemahan dan manuskrip digitalisasi manuskrip dan pemilik kondisi
Kuatnya status
kepemilikan individu perawatan manuskrip manuskrip milik digitalisasinya manuskrip dan manuskrip
kepemilikan
mudah diakses pribadi manuskrip para ahli asli dari
manuskrip Pembinaan para
milik pribadi perawatan kerentanan
individu yang ahli perawatan
dan milik manuskrip terhadap
sulit diakses dan manuskrip
Meningkatkan publik kerusakan
tingginya
pelindungan terhadap Tersedianya
kerentanan
manuskrip sarana dan
manuskrip
prasarana untuk
terhadap
penyimpanan
kerusakan
manuskrip yang
layak

3 Aspek Kebijakan: Meningkatkan Meningkatkan OPD yang Identifikasi Teridentifik Tersedianya Terwujudnya Meningkatny
regulasi, kebijakan pelindungan, menangani kebijakan pusat asinya regulasi yang komitmen a pemajuan
Minimnya
dan alokasi anggaran pengembangan, urusan dan daerah kebijakan menyeluruh bersama kebudayaan
regulasi,
untuk pelindungan pemanfaatan objek kebudayaan, pusat dan untuk dalam di Kabupaten
kebijakan dan Perumusan
manuskrip pemajuan kebudayaan perencanaan, daerah dan pemajuan pemajuan Blora
alokasi anggaran kebijakan dan
dan pembinaan dan keuangan implementa

56
untuk terhadap SDM serta DPRD regulasi si dalam kebudayaan kebudayaan
pelindungan pemajuan kebudayaan dokumen
Implementasi
manuskrip perencanaan
kebijakan dalam
dan
dokumen
penganggar
perencanaan dan
an
penganggaran
mengenai
Komitmen kebudayaan
bersama
terhadap
pemajuan
kebudayaan

VII.1.2. Tradisi Lisan

Indikator Capaian
No Permasalahan Rekomendasi Tujuan Sasaran Tahapan Kerja
2024 2029 2034 2039
1. Aspek Nilai: Menanamkan kembali Meningkatkan Generasi muda Mengidentifikas teridentifika terbentukan tersusunnya tersebar
pengetahuan pengetahuan tentang dan anak usia i penutur ahli sikannya forum-forum dokumen luasnya
Degradasi
mengenai aspek nilai nilai-nilai yang dini tradisi lisan penutur ahli bagi penutur tentang nilai- tradisi lisan
pengetahuan
yang dituturkan dituturkan melalui tentang Blora tradisi lisan dan generasi nilai yang baik di
mengenai aspek
melalui tradisi lisan tradisi lisan yang ada di muda guna terkandung berbagai
nilai yang Kodifikasi nilai

57
dituturkan melalui tentang Blora yang terdapat Blora membahas dan dalam tradisi media
tradisi lisan dalam tradisi menelaah lisan Blora maupun
tentang Blora lisan tentang nilai-nilai melalui
Blora dalam tradisi event-event
lisan
penyebarluasan
tradisi lisan
dalam berbagai
media yang
dimodifikasi
sesuai dengan
target sasaran
(user-friendly)

2 Aspek Fisik dan Meningkatkan jumlah Bertambahnya jumlah Pendidik, Pengumpulan terinventaris tersusunnya meningkatnya tersedianya
aktivitas: penutur ahli yang penutur ahli yang seniman, tokoh dokumen- asinya buku tentang keahlian dan ruang publik
menguasai tradisi menguasai tradisi masyarakat/aga dokumen hasil dokumen tradisi lisan jumlah penutur guna
Berkurangnya
lisan mengenai Blora lisan mengenai Blora ma pencatatan atau dokumen dengan bahasa tradisi lisan di pelestarian
penutur ahli
penulisan tradisi terkait yang sudah Blora melalui tradisi lisan
tradisi lisan dan
lisan mengenai tradisi lisan disesuaikan pelatihan Blora
sedikitnya
Blora Blora agar mudah
referensi dalam
dimengerti
bentuk dokumen Peningkatan
tentang tradisi kualitas SDM

58
lisan penutur ahli
tradisi lisan

Menyediakan
ruang-ruang
publik untuk
kegiatan tradisi
lisan

3 Aspek Kebijakan: Meningkatkan Meningkatkan OPD yang Identifikasi Teridentifik Tersedianya Terwujudnya Meningkatny
regulasi, kebijakan pelindungan, menangani kebijakan pusat asinya regulasi yang komitmen a pemajuan
Minimnya
dan alokasi anggaran pengembangan, urusan dan daerah kebijakan menyeluruh bersamadalam tradisi lisan
regulasi,
untuk pelindungan pemanfaatan objek kebudayaan, pusat dan untuk pemajuan di Kabupaten
kebijakan dan Perumusan
tradisi lisan pemajuan kebudayaan perencanaan, daerah dan pemajuan tradisi lisan Blora
alokasi anggaran kebijakan dan
dan pembinaan dan keuangan implementa tradisi lisan
untuk regulasi
terhadap SDM serta DPRD si dalam
pelindungan
pemajuan tradisi lisan Implementasi dokumen
tradisi lisan
kebijakan dalam perencanaan
dokumen dan
perencanaan dan penganggar
penganggaran an
Komitmen mengenai
bersama tradisi lisan
terhadap
59
pemajuan tradisi
lisan

VII.1.3. Adat Istiadat

Indikator Capaian
No Permasalahan Rekomendasi Tujuan Sasaran Tahapan Kerja
2024 2029 2034 2039
1. Aspek Nilai: Menjaga harmonisasi Terciptanya toleransi Tokoh adat dan Menciptakan tersosialisas pemahaman terciptanya Terwujudnya
berbagai macam antar berbagai sistem tokoh agama ruang inya nilai- terhadap nilai- forum hubungan
Adanya benturan
sistem adat istiadat di adat istiadat di Blora komunikasi nilai adat nilai komunikasi masyarakat
antara nilai-nilai
Blora untuk samin kepervayaan antar agama yang toleran
adat istiadat baik Mengembangkan
mengenalkan kepada adat samin dan aliran /harmoni
antar kepercayaan nilai-nilai adat samin
keragaman adat masyarakat kepercayaan serta
maupun dalam dalam kehidupan
istiadat dan aliran dalam rangka menerapkan
satu kepercayaan masyarakat.
kepercayaan terwujudnya nilai-nilai
lainnya toleransi antar adat samin
agama dan dalam
aliran kehidupan
kepercayaan sehari-hari
serta
pengembangan
adat samin

60
2 Aspek fisik dan Melengkapi pedoman Tersedianya pedoman OPD dan Inventarisasi inventarisas penyusunan tersedianya Penyebaran
aktivitas: mengenai adat istiadat mengenai adat istiadat komunitas adat keragaman adat i dokumen dokumen dokumen informasi dan
yang berlaku di Blora yang berlaku di Blora istiadat istiadat di Blora terkait pedoman pedoman adat dokumen
Tidak lengkapnya
dengan adat mengenai adat istiadat pedoman
pedoman Penyusunan
istiadat istiadat Blora Kabupaten tentang adat-
mengenai adat Pedoman Adat
yang Blora yang istiadat
istiadat yang istiadat dan
berlaku di valid Kabupaten
berlaku di Blora Dalam Berbagai
Blora Blora kepada
Bentuk
masyarakat
Penyajiannya

3 Aspek Kebijakan: Meningkatkan Meningkatkan OPD yang Identifikasi Teridentifik Tersedianya Terwujudnya Meningkatny
regulasi, kebijakan pelindungan, menangani kebijakan pusat asinya regulasi yang komitmen a pemajuan
Minimnya
dan alokasi anggaran pengembangan, urusan dan daerah kebijakan menyeluruh bersamadalam adat istiadat
regulasi,
untuk pelindungan pemanfaatan objek kebudayaan, pusat dan untuk pemajuan adat di Kabupaten
kebijakan dan Perumusan
adat istiadat pemajuan kebudayaan perencanaan, daerah dan pemajuan adat istiadat Blora
alokasi anggaran kebijakan dan
dan pembinaan dan keuangan implementa istiadat
untuk regulasi
terhadap SDM serta DPRD si dalam
pelindungan adat
pemajuan adat istiadat Implementasi dokumen
istiadat
kebijakan dalam perencanaan
dokumen dan
perencanaan dan penganggar
penganggaran an
Komitmen mengenai

61
bersama adat istiadat
terhadap
pemajuan adat
istiadat

VII.1.4. Ritus
Indikator Capaian
No Permasalahan Rekomendasi Tujuan Sasaran Tahapan Kerja
2024 2029 2034 2039
1. Aspek Nilai: Mengakui ritus Terwujudnya Tetua ritus dan Menciptakan terbentuknya tersedianya terwujudnya terwujudnya
sebagai bagian adat harmonisasi ritual tokoh agama ruang forum kajian kesepakatan harmonisasi
Adanya benturan
istiadat Blora sebagai adat istiadat komunikasi komunikasi mengenai antar tokoh antar aliran
antara nilai-nilai
dengan berbagai antara ritus antara tetua nilai-nilai tentang ritus kepercayaan
ritus baik antar
macam sistem dengan berbagai ritus, tokoh dalam ritus menjadi dan
kepercayaan
kepercayaan macam sistem agama, yang sejalan bagaian dari terlestarikann
maupun dalam
kepercayaan dengan nilai- adat istiadat ya ritus Blora
satu kepercayaan
nilai yang blora yang
(Benturan antara terkanndung harus
agama samawi dalam agama dilestarikan
dengan budaya)

2 Aspek fisik dan Melengkapi pedoman Tersedianya pedoman OPD dan tetua Inventarisasi teridentifikasi tersusunya terciptanya terwujudnya
aktivitas: mengenai ritus yang mengenai ritus yang ritus keragaman ritus nya berbagai dokumen atraksi wisata pelestraian

62
Tidak lengkapnya berlaku di Blora berlaku di Blora dan di Blora macam ritus tentang ritus ritus yang ritus Blora
pedoman pelestarian ritus di di blora Blora dan dikemas secara
menggalakan kembali Penyusunan
mengenai ritus Blora tersedianya baik sehingga
kegiatan ritus menjadi Pedoman Ritus
yang berlaku di tempat ritus menarik
salah satu atraksi dan Dalam
Blora yang dapat wisatawan dan
wisata sebagai upaya Berbagai
digunakan masyarakat
kurangnya pelestarian budaya di Bentuk
sebagai yang secara
dukungan sarana Blora Penyajiannya
tujuan wisata rutin
prasarana ritus
terwujudnya dilaksanakan
Blora
kerjasama
berkurangnya pengembangan
kegiatan ritus di tempat ritus di
masyarakat Blora

pengembangan
pelestarian ritus
menjadi atraksi
wisata di Blora

3 Aspek Kebijakan: Meningkatkan Meningkatkan OPD yang Identifikasi Teridentifika Tersedianya Terwujudnya Meningkatny
regulasi, kebijakan pelindungan, menangani kebijakan pusat sinya regulasi yang komitmen a pemajuan
Minimnya
dan alokasi anggaran pengembangan, urusan dan daerah kebijakan menyeluruh bersamadalam ritus di
regulasi,
untuk pelindungan pemanfaatan objek kebudayaan, pusat dan untuk pemajuan ritus Kabupaten
kebijakan dan Perumusan
ritus pemajuan kebudayaan perencanaan, daerah dan pemajuan Blora
alokasi anggaran kebijakan dan
63
untuk dan pembinaan dan keuangan regulasi implementasi ritus
pelindungan ritus terhadap SDM serta DPRD dalam
Implementasi
pemajuan ritus dokumen
kebijakan dalam
perencanaan
dokumen
dan
perencanaan dan
penganggara
penganggaran
n mengenai
Komitmen ritus
bersama
terhadap
pemajuan ritus

VII.1.5. Pengetahuan Tradisional

Indikator Capaian
No Permasalahan Rekomendasi Tujuan Sasaran Tahapan Kerja
2024 2029 2034 2039
1. Aspek Nilai: Mengusahakan Diakuinya legalitas Asosiasi Melakukan tersusunnya tersedianya Tersebarnya terwujudnya
pengakuan legalitas pengobatan tradisional Pengobatan kajian medis kajian terkait legalitas informasi dan pelestarian
Lemahnya nilai
pengobatan dari sisi medis Alternatif dan terhadap pengobatan pengobatan pengetahuan pengobatan
legalitas
tradisional dari sisi OPD yang pengobatan tradisional tradisional di tentang tradisional
pengobatan
medis terkait dengan tradisional yang telah Kabupaten pengobatan yang sudah

64
tradisional Dipertahankannya kesehatan Memperoleh diakui dan Blora yang tradisional dan dilegalitaskan
citarasa kuliner rekomendasi diperbolehka diakui oleh resep asli dan
Nilai kualitas Melindungi resep Pelaku usaha
tradisional Blora medis n dari sisi segi medis kuliner meningkatny
citarasa kuliner asli kuliner kuliner, PHRI
medis dan dan Tradisional a kualitas
tradisional sudah tradisional dan OPD yang Inventarisasi
terinventarisa tersusunnya Blora terutama citarasa
mulai berkurang terkait dengan resep
sinya resep dokumen bagi pelaku kuliner
karena tidak sesuai perdagangan
Penyusunan Asli Blora terkait usaha tradisional di
dengan pakem dan UKM
pedoman sejarah dan blora yang
resepnya lagi
pembuatan resep asli citarasanya
kuliner sesuai kuliner sesuai dengan
resep asli tradisional pekem (resep
Blora asli)

2 Aspek fisik dan


aktivitas:
Asosiasi Penyediaan tersedianya tersusunnya meningkatnya terwujudnya
Tempat pengobatan Pengobatan tempat tempat dokumentasi pengetahuan/ pelestarian
Menambah tempat Dimanfaatkannya
tradisional dan Alternatif dan pembelajaran pembelajaran dan panduan informasi dan pengobatan
pengobatan pengobatan tradisional
praktisi terbatas OPD yang dan tempat dan tempat resep asli meningkatnya dan kuliner
tradisional dan oleh masyarakat
terkait dengan pengobatan pengobatan kuliner konsumen/pen tradisional
Resep otentiknya praktisi
kesehatan tradisional yang tradisional tradisional yuka asli Blora
belum
Melindungi dan Pelaku terintegrasi yang Blora dan pengobatan
didokumentasikan usaha
Mendokumentasikan melestarikan resep kuliner, dengan tempat terintegrasi tradisional dan
PHRI terintegrasiny
medis oleh tempat kuliner
65
resep otentik kuliner otentik kuliner dan OPD yang konvensional medis a kuliner tradisional
terkait dengan konvensional tradisional Blora
tempat kuliner penyusunan dan
perdagangan dengan resep
belum terintegrasi dokumentasi
dan Ukm asli blora ke
dengan pariwisata panduan resep
meningkatnya dalam paket-
di blora Pelajar SMK otentik kuliner
perkembangan kuliner Jurusan paket wisata
pengintegrasian Tata Blora
terutama kuliner Boga di Blora
kuliner Blora dalam penyebaran
tradisional resep asli
paket-paket wisata di informasi dan
Blora
Blora promosi terkait
pengobatan
tradisional dan
kuliner
tradisional yang
ada di Blora

3 Aspek Kebijakan: Meningkatkan Meningkatkan OPD yang Identifikasi Teridentifika Tersedianya Terwujudnya Meningkatny
regulasi, kebijakan pelindungan, menangani kebijakan pusat sinya regulasi yang komitmen a pemajuan
Minimnya regulasi,
dan alokasi anggaran pengembangan, urusan dan daerah kebijakan menyeluruh bersamadalam kebudayaan
kebijakan dan
untuk pelindungan pemanfaatan objek kebudayaan, pusat dan untuk pemajuan di Kabupaten
alokasi anggaran Perumusan
pengetahuan pemajuan kebudayaan pendidikan,kese daerah dan pemajuan kebudayaan Blora
untuk pelindungan kebijakan dan
tradisional dan pembinaan hatan, implementasi kebudayaan
pengetahuan
66
tradisional terhadap SDM diperindag regulasi dalam
pemajuan UMKM, dokumen
Implementasi
pengetahuan perencanaan, perencanaan
kebijakan dalam
tradisional dan keuangan dan
dokumen
serta DPRD penganggara
perencanaan dan
n mengenai
penganggaran
kebudayaan
Komitmen
bersama
terhadap
pemajuan
pengetahuan
tradisional

VII.1.6. Teknologi Tradisional

Indikator Capaian
No Permasalahan Rekomendasi Tujuan Sasaran Tahapan Kerja
2024 2029 2034 2039
1 Aspek Nilai

Pergeseran nilai Merevitalisasi Mengembangkan OPD, tokoh inventarisasi terinventarisa tersedianya ersusunnya tersedianya
tehnologi tehnologi tradisional tehnologi tradisional masyarakat, teknologi sinya dan lembaga kajian tentang kajian yang
.
tradisional yang untuk fungsi praktisi tradisional di terdokumenta konservasi sejarah dan dapat

67
dianggap tidak pengetahuan dan Blora sinya dan cara kerja digunakan
efektif/praktis atraksi wisata teknologi perlindungan teknologi sebagai
pendirian
tradisional pelestarian tradisional panduan
lembaga
yang ada di teknologi Blora revitalisasi
perlindungan
Blora tradisional dan
dan pelestarian
Blora pengembanga
teknologi
n teknologi
tradisional Blora
tradisional
penyusunan sebagai
kajian tentang atraksi wisata
sejarah dan cara ilmu
kerja teknologi pengetahuan
tradisional di di Blora
blora

2 Aspek fisik

Tehnologi Memproduksi dan Melindungi, OPD, Perhutani, duplikasi dan tersedianya terwujudnya tersedianya meningkatny
tradisional sudah menduplikasi melestarikan tehnologi swasta, produksi duplikasi kerjasama tempat wisata a
jarang ditemukan kembali tehnologi tradisional untuk masyarakat teknologi teknologi dengan edukasi di pelindungan
dan digunakan tradisional untuk kepentingan hutan, tradisional tradisional stakeholder blora dan dan
kepentingan wisata pengetahuan dan yang bisa dan tersebarnya pelestarian
kerjasama
edukasi atraksi wisata dijadikan masyarakat informasi teknologi
dengan
abahan hutan untuk tentang wisata tradisional

68
stakeholder pembelajaran pengembanga edukasi di Blora
dalam wisata n obyek Blora
penyediaan
edukasi di wisata
tempat wisata
Blora edukasi
edukasi
secara
teknologi
harmonis dan
tradisional Blora
berkesinamb
penyebaran ungan
informasi
melalui media
tentang wisata
edukasi
teknologi
tradisional di
Blora

3 Aspek Kebijakan: Identifikasi Teridentifika Tersedianya Terwujudnya Meningkatny


kebijakan pusat sinya regulasi yang komitmen a pemajuan
Minimnya regulasi, dan daerah kebijakan menyeluruh bersamadalam kebudayaan
kebijakan dan Meningkatkan Meningkatkan OPD yang pusat dan untuk pemajuan di Kabupaten
alokasi anggaran regulasi, kebijakan pelindungan, menangani Perumusan daerah dan pemajuan kebudayaan Blora
untuk dan alokasi anggaran pengembangan, urusan kebijakan dan implementasi kebudayaan
pelindungann untuk pelindungan pemanfaatan objek kebudayaan, regulasi dalam

69
tehnologi pengetahuan pemajuan kebudayaan perencanaan, dokumen
tradisional tradisional dan pembinaan dan keuangan Implementasi perencanaan
terhadap SDM serta DPRD kebijakan dalam dan
pemajuan kebudayaan dokumen penganggara
perencanaan dan n mengenai
penganggaran kebudayaan

Komitmen
bersama
terhadap
pemajuan
kebudayaan

VII.1.7. Seni

Indikator Capaian
No Permasalahan Rekomendasi Tujuan Sasaran Tahapan Kerja
2024 2029 2034 2039
1. Aspek Nilai Mempertahankan Melestarikan da guru, pelajar , - pelestarian pengenalan tersedianya meningkatnya terlestarikann
Seni yang atraktif mengembangkan seni tokoh dan seni budaya seni budaya forum pemahaman ya seni dan
Masyarakat
(barongan, budaya yang ada di pelaku seni Blora terutama blora yang komunikasi seni dan budaya
cenderung memilih
musik,tayub) dan Kabupaten Blora budaya seni yang kurang antar tokoh budaya blora kabupaten
seni yang mudah di
meningkatkan kurang populer seni dan terutama yang Blora
apresiasi dan
potensi seni yang populer melalui budaya yang terutama seni
70
atraktif, kurang populer - Peningkatan penyelenggar aktif kurang populer budaya yang
(sastra,wayang potensi seni di an acara seni kurang
krucil, kentrung, Kabupaten budaya populer
kidungan) di Blora yang secara rutin
masyarakat. kurang dan berkala
populer
-
2 Aspek Fisik meningkatkan SDM meningkatkan kualitas OPD, peningkatan terinventarisa terselanggara tersedianya meningkatny
dan sarana prasarana praktisi seni dan ruang praktisi,budaya SDM praktisi sinya data riil nya praktisi seni a kualitas
Kurangnya praktisi
seni dan budaya ekspresi publik seni wan, pelajar, seni dan budaya pelaku seni sosialisasi dan budaya SDM praktisi
dan ruang ekspresi
Blora budaya blora lembaga seni budaya yang dan pelatihan dan seni dan
seni peningkatan
dan budaya ada di blora bagi praktisi tersedianya budaya dan
sarana dan
dan seni budaya sarana dan sarana
prasarana seni
kebutuhan riil dan prasarana seni prasarana
dan budaya
sarana dan terpenuhinya dan budaya ruang
prasarana kebutuhan blora yang ekspresi
seni budaya sarana dan baik publik seni
blora prasarana budaya blora
seni budaya
Blora

3 Aspek Kebijakan: Meningkatkan Meningkatkan OPD yang Identifikasi Teridentifika Tersedianya Terwujudnya Meningkatny
regulasi, kebijakan pelindungan, menangani kebijakan pusat sinya regulasi yang komitmen a pemajuan
Minimnya regulasi,
71
kebijakan dan dan alokasi anggaran pengembangan, urusan dan daerah kebijakan menyeluruh bersamadalam kebudayaan
alokasi anggaran untuk pelindungan pemanfaatan objek kebudayaan, pusat dan untuk pemajuan di Kabupaten
Perumusan
untuk pelindungan seni pemajuan kebudayaan perencanaan, daerah dan pemajuan kebudayaan Blora
kebijakan dan
seni dan pembinaan dan keuangan implementasi kebudayaan
regulasi
terhadap SDM serta DPRD dalam
pemajuan kebudayaan Implementasi dokumen
kebijakan dalam perencanaan
dokumen dan
perencanaan dan penganggara
penganggaran n mengenai
Komitmen kebudayaan
bersama
terhadap
pemajuan
kebudayaan

VII.1.8. Bahasa

Indikator Capaian
No Permasalahan Rekomendasi Tujuan Sasaran Tahapan Kerja
2024 2029 2034 2039
1. Aspek Nilai penerapan guru, pelajar, - pemahaman penyusunan tersedianya penerapan meningkatnya
penggunaan bahasa OPD,tokoh, mengenai dan lembaga dan penggunaan penggunaan
Penggunaan bahasa Meningkatkan

72
jawa untuk penggunaan bahasa jawa terutama bahasa organisasi, makna bahasa pembenahan komunitas bahasa jawa bahasa jawa
berkomunikasi jawa dalam segala jawa lokal Blora masyarakat Jawa yang program bahasa jawa dalam waktu- terutama
dikalangan bentuk komunikasi dalam segala bentuk memiliki pelajaran sebagai waktu tertentu bahasa jawa
generasi muda komunikasi pembagian bahasa jawa sarana baik dalam lokal blora
kurang tingkatan- di dalam komunikasi dunia blora dalam
tingkatan kurikulum baik dalam pendidikan, segala aspek
bahasa yang yang lebih lingkup pemerintahan, bentuk
menunjukkan tepat sasaran formal lembaga, komunikasi
adanya ungah- maupun non komunitas, dan
ungguh bahasa formal guna lingkungan
Jawa. mengembang masyarakat
- Menanamkan kan dan
sejak dini melestarikan
bahasa Jawa bahasa jawa
kepada anak- lokal blora
anak terbiasa
menggunakan
bahasa jawa
dan tidak
menganggap
bahasa Jawa
adalah bahasa

73
yang kuno.
- Penerapan
penggunaan
bahasa Jawa
dalam
pembelajaran
dalam waktu-
waktu tertentu
untuk
meningkatakan
ketrampilan
berbahasa jawa
2 Aspek fisik meningkatkan kualitas Guru, Pelajar, - perumusan tersusunnya terlaksananya terterapkannya meningkatnya
dan kuantitas SDM penutur ahli dokumen dokumen pelatihan program ketrampilan
Rendahnya Meningkatkan
penutur ahli bahasa bahasa jawa, tentang bahasa bahasa jawa baik bagi pelestarian dan penggunaan
Ketrampilan ketrampilan
jawa dan tokoh jawa lokal terutama penutur peningkatan bahasa jawa di
penggunaan bahasa penggunaan bahasa
terimplementasikan masyarakat, blora yang bisa bahasa jawa bahasa jawa ketrampilan masyarakat
jawa jawa
bahasa jawa dalam OPD, lembaga diterapkan lokal blora yang sudah bahasa jawa dan
Berkurangnya Meningkatkan segala aspek baik dalam sebagai acuan ada maupun sosialisasi meningkatnya
penutur ahli bahasa jumlah penutur ahli komunikasi dunia formal baku dalam bagi calon melalui jumlah penutur
jawa yang bahasa jawa dan informal. pembelajaran penutur ahli pelatihan dan ahli bahasa
menguasai bahsa - peningkatan bahasa jawa bahasa jawa, sosialisasi jawa.
jawa dengan baik

74
dan benar SDM ahli baik secara pengadaan berbahasa jawa
bahasa jawa formal guru/tenaga yang benar
baik secara maupun ahli penutur baik di
kuantitas nonformal bahasa jawa lingkungan
maupun dan formal maupun
kualitas penyusunan nonformal,
- Penerapan program
bahasa jawa pencanangan
yang sesuai guna
dengan kaidah pelestarian
bahasa jawa

3 Aspek Kebijakan: Meningkatkan Meningkatkan OPD yang Identifikasi Teridentifika Tersedianya Terwujudnya Meningkatnya
regulasi, kebijakan pelindungan, menangani kebijakan pusat sinya regulasi yang komitmen pemajuan
Minimnya regulasi,
dan alokasi anggaran pengembangan, urusan dan daerah kebijakan menyeluruh bersama dalam kebudayaan di
kebijakan dan
untuk pelindungan pemanfaatan objek kebudayaan, pusat dan untuk pemajuan Kabupaten
alokasi anggaran Perumusan
bahasa pemajuan kebudayaan perencanaan, daerah dan pemajuan kebudayaan Blora
untuk pelindungan kebijakan dan
dan pembinaan dan keuangan implementasi kebudayaan
bahasa regulasi
terhadap SDM serta DPRD dalam
pemajuan kebudayaan Implementasi dokumen
kebijakan dalam perencanaan
dokumen dan
perencanaan dan penganggara

75
penganggaran n mengenai
kebudayaan
Komitmen
bersama terhadap
pemajuan
kebudayaan

VII.1.9. Permainan Rakyat

Indikator Capaian
No Permasalahan Rekomendasi Tujuan Sasaran Tahapan Kerja
2024 2029 2034 2039
1. Aspek Nilai Guru, Pelajar, inventarisasi terinventasisa tersusunnya terwujudnya meningkatny
kreator, permainan rakyat sinya program permainan a penggunaan
Adanya pengaruh Memodernisasikan Melindungi,
Penggiat Blora permainan pengembanga rakyat yang permainan
modernisasi permainan rakyat mengembangkan
permainan tradisonal n permainan modern tradisional
tehnologi digital terutama berbasis permainan rakyat peningkatan
tradisional, blora rakyat baik dalam
digital pemahaman
komunitas berbasis dunia formal
mengenai makna
permainan digital maupun
yang terkandung
maupun

76
tradisional dalam permainan nondigital nonformal
rakyat di Blora yang dapat
diimplementa
pengembangan
si oleh
permainan
masyarakat
tradisional
baik formal
berbasis digital
maupun
guna melindungi
nonformal
dan
mengembangkan
permainan
tradisional

2 Aspek Fisik meningkatnya jumlah Guru, Pelajar, inventarisasi terinventarisa terselenggara tersedianya tersedianya
permainan rakyat kreator, OPD, ahli/penggiat sinya jumlah nya pelatihan jumlah ahli permainan
Minimnya ahli dan Meningkatkan
yang telah masyarakat ,komunitas tenaga menjadi dan kreator di rakyat yang
kreator yang jumlah ahli dan
bertransformasi lebih permainan rakyat ahli,penggiat, kreator Blora yang lebih modern
mampu kreator permainan
modern di blora dan permainan berkualitas dalam bentuk
mentransformasi rakyat
komunitas guna digital
permainan pelatihan menjadi
permainan mengembangk maupun non
tradisional kreator permainan
rakyat di an permainan digital
blora rakyat yang
modern

77
3 Aspek Kebijakan: Meningkatkan Meningkatkan OPD yang Identifikasi Teridentifika Tersedianya Terwujudnya Meningkatny
regulasi, kebijakan pelindungan, menangani kebijakan pusat sinya regulasi yang komitmen a pemajuan
Minimnya regulasi,
dan alokasi anggaran pengembangan, urusan dan daerah kebijakan menyeluruh bersama dalam kebudayaan
kebijakan dan
untuk pelindungan pemanfaatan objek kebudayaan, pusat dan untuk pemajuan di Kabupaten
alokasi anggaran Perumusan
permainan rakyat pemajuan kebudayaan perencanaan, daerah dan pemajuan kebudayaan Blora
untuk pelindungan kebijakan dan
dan pembinaan dan keuangan implementasi kebudayaan
permainan rakyat regulasi
terhadap SDM serta DPRD dalam
pemajuan kebudayaan Implementasi dokumen
kebijakan dalam perencanaan
dokumen dan
perencanaan dan penganggara
penganggaran n mengenai
Komitmen kebudayaan
bersama terhadap
pemajuan
kebudayaan

VII.1.10. Olahraga Tradisional

Indikator Capaian
No Permasalahan Rekomendasi Tujuan Sasaran Tahapan Kerja
2024 2029 2034 2039
1. Aspek Nilai

78
Adanya olahraga Mengembangkan Melestarikan dan OPD, Pelajar, Pelestarian olah Pengenalan Tersusunya Meningkatnya Terlestarika
tradisional yang olahraga tadisional mengembangkan olah Praktisi, Guru, raga tradisonal olah raga program potensi olah nnya dan
tidak memiliki sebagai olahraga raga tradisional KONI, FORMI yang ada di tradisional di pengembanga raga terwujudnya
aspek prestasi dan prestasi dan rekreatif menjadi olah raga Kabupaten Blora blora yang n olah raga tradisional olah raga
rekreatif prestasi dan rekreatif tidak tradisional menjadi olah tradisional
Meningkatkan
memiliki yang kurang raga prestasi sebagai
potensi olah raga
aspek prestasi populer di dan rekreatif salah satu
tradisional untuk
dan rekreatif Blora Cabang
dikembangkan
melalui Olah Raga.
menjadi olah raga
penyelenggar
prestasi dan
an kompetisi
rekreatif
dan turnamen
secara rutin
dan berkala

2 Aspek Fisik

Kurangnya sarana Meningkatkan Mewujudkan sarana OPD, Pelajar, Menginventarisir Terinventaris Terselenggar Meningkatnya Tercapainya
dan prasarana, atlit, sarana prasarana, prasarana, atlet, Guru, KONI, dan memilih jenis ir dan anya kualitas dan sarana
pelatih dan wasit atlit, pelatih dan pelatih dan wasit olah FORMI olah raga terpilihnya sosialisasi kuantitas prasarana
olahraga tradisional wasit olah raga raga tradisional yang tradisional yang olahraga dan pelatihan praktisi dan praktisi
tradisional berkualitas ada di Blora tradisional bagi praktisi olahraga yang
yang ada di olah raga tradisional berkualitas
Membangun dan
Blora dan
79
menyediakan tersedianya tradisional
sarana prasarana sarana
olahraga prasarana
tradisional olah raga
tradisional
Meningkatkan
kualitas Atlit,
pelatih, Wasit
olahraga
tradisional

3 Aspek Kebijakan: Meningkatkan Meningkatkan OPD yang Identifikasi Teridentifika Tersedianya Terwujudnya Meningkatn
regulasi, kebijakan pelindungan, menangani kebijakan pusat sinya regulasi yang komitmen ya
Minimnya regulasi,
dan alokasi anggaran pengembangan, urusan dan daerah kebijakan menyeluruh bersama dalam pemajuan
kebijakan dan
untuk pelindungan pemanfaatan objek kebudayaan, pusat dan untuk pemajuan kebudayaan
alokasi anggaran Perumusan
olahraga tradisional pemajuan kebudayaan perencanaan, daerah dan pemajuan kebudayaan di
untuk pelindungan kebijakan dan
dan pembinaan dan keuangan implementasi kebudayaan Kabupaten
olahraga tradisional regulasi
terhadap SDM serta DPRD dalam Blora
pemajuan kebudayaan Implementasi dokumen
kebijakan dalam perencanaan
dokumen dan
perencanaan dan penganggara
penganggaran n mengenai
Komitmen
80
bersama terhadap kebudayaan
pemajuan
kebudayaan

VII.1.11. Cagar Budaya

Indikator Capaian
No Permasalahan Rekomendasi Tujuan Sasaran Tahapan Kerja
2024 2029 2034 2039
1. Aspek Nilai

Semua cagar Penetapan legalitas Perlindungan dan OPD, Menginventarisasi Terinventari Tercapainya Terca painya Terwujudnya
budaya yang ada cagar budaya yang pemanfaatan cagar Masyarakat, dan meregistrasi sir dan penetapan kesadaran pelestarian,
belum ada budaya Komunitas, cagar budaya di teregistrasin benda cagar masyarakat pelindungan,
mendapatkan Kabupaten Blora ya cagar budaya yang untuk dan
Meningkatkan
legalitas/penetapan budaya di ada di melindungi pemanfaatan
kesadaran Mengajukan
Kabupaten Kabupaten cagar budaya benda cagar
Legitimasi dari masyarakat untuk penetapan cagar
Blora Blora budaya
masyarakat dan melindungi cagar budaya yang ada di
legalitas dari budaya. Kabupaten Blora

81
pemerintah lemah Melaksanakan
sosialisasi benda
cagar budaya yang
ada di Kabupaten
Blora

2 Aspek Fisik

Kurangnya Melindungi, Melindungi dan OPD, Menyediakan Tersedianya Terawat dan Tercapainya Tercapainya
perawatan cagar merawat cagar melestarikan benda masyarakat sarana prasarana sarana terpeliharanya fungsi cagar perlindungan
budaya budaya yang ada. cagar budaya yang ada pelestarian dan prasarana benda cagar budaya sebagai dan
karenaSDM dan di Kabupaten Blora perlindungan benda guna budaya sarana pelestarian
Meningkatkan
dukungan Sarpras cagar budaya pelestarian pendidikan dan Benda cagar
kualitas dan
yang kurang dan rekreasi bdaya
kuantitas SDM dan Mengadakan
memadai perlindunga
sarpras perawatan dan
n benda
pemeliharaan
cagar
benda cagar budaya
budaya
Meningkatkan
kuantitas dan
kualitas lembaga
pelestari benda
cagar budaya

Meningkatkan
82
pemanfaatan dan
pengembangan
benda cagar budaya

3 Aspek Kebijakan: Meningkatkan Meningkatkan OPD yang Identifikasi Teridentifik Tersedianya Terwujudnya Meningkatny
regulasi, kebijakan pelindungan, menangani kebijakan pusat dan asinya regulasi yang komitmen a pemajuan
Minimnya regulasi,
dan alokasi anggaran pengembangan, urusan daerah kebijakan menyeluruh bersamadalam kebudayaan
kebijakan dan
untuk pelindungan pemanfaatan objek kebudayaan, pusat dan untuk pemajuan di Kabupaten
alokasi anggaran Perumusan
cagar budaya pemajuan kebudayaan perencanaan, daerah dan pemajuan kebudayaan Blora
untuk pelindungan kebijakan dan
dan pembinaan dan keuangan implementa kebudayaan
cagar budaya regulasi
terhadap SDM serta DPRD si dalam
pemajuan kebudayaan Implementasi dokumen
kebijakan dalam perencanaan
dokumen dan
perencanaan dan penganggar
penganggaran an
Komitmen bersama mengenai
terhadap pemajuan kebudayaan
kebudayaan

VII. 2. Upaya

83
Pemerintah Kabupaten Blora berupaya menjaga dan memelihara kelestarian bahasa, sastra, serta aksara Jawa yang menjadi faktor penting untuk peneguhan
jati diri daerah dan masyarakat dengan menggunakan bahasa jawa sebagai komunikasi lisan setiap hari kamis melalui surat edaran Bupati Blora tentang
penggunaan bahasa jawa untuk komunikasi lisan, akan tetapi tata naskah dinas yang diterbitkan pada Kamis tetap menggunakan Bahasa Indonesia, sedangkan
untuk acara resmi dan kedinasan atau seremonial yang diselenggarakan pada Kamis, bisa menggunakan Bahasa Indonesia dan atau Bahasa Jawa. Melalui surat
edaran ini diharapkan Bahasa Jawa akan lebih membudidaya dan bisa digunakan masyarakat sebagai bahasa informasi, komunikasi, dan edukasi pada khotbah
keagamaan, rapat-rapat di tingkat RT/RW, lembaga-lembaga adat, kegiatan masyarakat, serta organisasi kemasyarakatan.

Upaya lain Pemerintah Kabupaten Blora dalam rangka melestarikan budaya lokal, terutama budaya samin melalui penggunaan pakaian adat samin sebagai
pakaian dinas ASN Kabupaten Blora yang digunakan setiap bulan pada tanggal 15 (lima belas) dan diatur dalam Peraturan Bupati Blora Nomor 46 Tahun 2016
Tentang Pakaian Dinas Bagi Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Blora dan telah diubah dengan Peraturan Bupati Blora Nomor 28 Tahun
2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Blora Nomor 46 Tahun 2016 Tentang Pakaian Dinas Bagi Pegawai NegeriI Sipil Di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Blora .

Diisamping itu pemerintah Kabupaten Blora melalui Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Blora dan organisasi/yayasan telah
banyak melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka mempromosikan dan melestarikan kebudayaan Blora antara lain :

1. Menjadikan Desa Samin menjadi desa wisata


2. Merevitalisasi tempat tempat bersejarah
3. Kabupaten Blora melalui Tim Regnas Cagar Budaya Kabupaten Blora dan organisasi pegiat cagar budaya telah mendata obyek-obyek yang patut diduga
sebagai cagar budaya antara lain : 150 bangunan cagar budaya, 25 struktur cagar budaya, 50 situs cagar budaya, 40 koleksi benda cagar budaya milik
Pemerintah Kabupaten Blora, ratusan milik Yayasan Mahameru, , serta beberapa dimiliki oleh masyarakat
4. Yayasan Mahameru telah melakukan pengumpulan dan pendokumentasian manuskrip
5. Melakukan kajian terhadap tradisi lisan yang ada di Kabupaten Blora dan dituangkan dalam bentuk buku.
6. Memfasilitasi secara penuh penyusunan buku Ensiklopedia Blora yang memuat lengkap tentang sejarah, geografis, alam, seni budaya, adat istiadat, agama
dan kepercayaan, komunitas dan masyarakat, cagar budaya Blora. Disusun oleh Blora Pride Foundation pada tahun 2011.
84
7. Dalam rangka melestarikan seni dan budaya yang ada di Kabupaten Blora telah dilaksanakan pembinaan, festival/pagelaran, promosi berbagai seni budaya
yang menjadi ikon Blora, diantaranya yaitu Wayang, Brongan, Tayub.

VII. 3. Permasalahan Umum dan Rekomendasi Umum

Sebagaimana gejala umum, budaya daerah Blora sebagai sub dari budaya nasional mengalami tekanan keras oleh arus modernisasi, industrialisasi dan
globalisasi. Nilai-nilai budaya lokal berhadapan langsung dengan tuntutan pragmatisme, dimana dalam banyak hal laku dan praktek kebudayaan akan dilihat dari
aspek praktis, efektif dan ekonomis.
Hampir semua obyek kebudayaan yang ada di Kabupaten Blora antara lain; Tradisi Lisan, Adat Istiadat, Ritus, Pengetahuan Tradisional, Teknologi
Tradisional, Seni, Bahasa, Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional mulai terkena imbasnya dan terpinggirkan. Ruang-ruang ekspresi untuk beberapa obyek
kebudayaan tersebut mulai berkurang secara signifikan, demikian juga para praktisinya. Kesemuanya dikarenakan praktek tradisi-tradisi tersebut dianggap tidak
praktis, efektif dan ekonomis. Pada gilirannya tradisi-tradisi tersebut mulai ditinggalkan, bahkan beberapa diantaranya langka dan punah.
Semangat keterbukaan, juga telah mempertemukan budaya dan tradisi lama yang berorientasi keselarasan dengan hal-hal baru dengan orientasi baru juga.
Adat masyarakat Sikep yang lebih berorientasi pada keselarasan, dimana menurut mereka kebutuhan manusia tidak sebatas pada dimensi material semata,
melainkan juga dimensi spiritual dan keseimbangan/kecintaan terhadap alam, berhadapan dengan arus berpikir dan bertindak yang orientasinya didominasi
pemenuhan kebutuhan material.
Masyarakat Sikep sebagai cermin dari cara berpikir dan bersikap masyarakat adat Blora sebenarnya menempati posisi strategis sebagai benteng pertahanan
untuk tetap menjaga keselarasan dan keseimbangan antara manusia Blora dan wilayah Blora dengan segala potensi alamnya, terutama hutan jati dan lahan
pertanian. Perlu ditekankan ulang bahwa hampir 50% wilayah Kabupaten Blora adalah hutan jati. Potensi ini rupanya belum dioptimalkan. Sekalipun berbagai
upaya untuk menempatkan Masyarakat Sikep pada posisi yang lebih terhormat sudah dilakukan dan sudah membawa hasil, diantaranya penerimaan dan

85
pemahaman masyarakat umum terhadap Masyarakat Sikep yang sudah berubah jika dibanding era sebelumnya, namun optimalisasi tatanilai yang dianut
Masyarakat Sikep untuk menjaga keselarasan antara manusia dan alam yang ditempatinya belum terwujud.
Relasi budaya lokal dengan agama juga tidak luput dari persoalan. Sekali lagi sikap pragmatis dan keengganan mendalami subtansi budaya di satu sisi dan
di sisi lain pemahaman keagamaan yang formalis normatif, acapkali menjadikan pertemuan keduanya menimbulkan letupan-letupan yang bervariasi sekalanya.
Beberapa obyek kebudayaan yang sering menjadi medan benturan nilai tersebut antara lain; adat istiadat, ritus dan kesenian. Fenomena yang terjadi adalah banyak
praktisi budaya yang asing tentang agama dan agamawan yang menjauh dari budaya. Padahal jika ditengok sejarah pembentukannya, banyak obyek kebudayaan
yang merupakan akulturasi antara budaya dan agama, kesefahaman antara praktisi budaya dan agamawan. Ditambah lagi dengan kehadiran paham keagamaan
transnasional –sebagai konsekuensi dari keterbukaan- semakin memperkeras benturan antara budaya dan tradisi lokal dengan agama.
Penurunan pemahaman tentang nilai-nilai kebudayaan yang salah satunya diakibatkan oleh derasnya arus informasi, juga berkontribusi dalam penurunan
apresiasi estetik kesenian. Kesenian terseleksi menjadi kesenian yang membutuhkan apresiasi estetik tinggi dan sebaliknya, kesenian yang atraktif dan yang bukan.
Biasanya kesenian yang tidak membutuhkan apresiasi estetik tinggi dan kesenian yang atraktif lebih mampu bertahan, sehingga beberapa kesenian sebagai bagian
dari kebudayaan menghilang dari panggung-panggung ekspresi seni. Dalam kontek Blora tercatat beberapa jenis kesenian yang penampilannya sudah sangat jarang
ditemukan antara lain; kentrung, wayang krucil, jedhoran.
Blora sebagai kampung halaman Pramudya Anantatour, yang semestinya terilhami etos berkarya dari sastrawan yang sangat produktif tersebut, juga dalam
kondisi sepi dari munculnya karya sastra masyarakat Blora saat ini.
Persoalan kebudayaan yang juga sangat urgen adalah penurunan kemampuan berbahasa Jawa, terutama kemampuan berbahasa Jawa pada generasi muda
kita. Padahal dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Jawa memiliki fungsi sebagai lambang kebanggaan daerah, lambang identitas daerah, dan alat
berkomunikasi masyarakat daerah. Bahasa Jawa juga merupakan bahasa budi yang menyiratkan budi pekerti luhur dan tata krama, sehingga tata krama berbahasa
menunjukkan budi pekerti pemakainya.
Para pemerhati menyimpulkan bahwa penyebab penurunan kemampuan berbahasa daerah terletak pada pribadi generasi muda itu sendiri, orang tua,
lingkungan, sekolah dan pemerintah. Lebih komplek lagi tuntutan globalisasi yang mendorong generasi muda menguasai bahasa internasional berkorelasi dengan
berkurangnya penggunaan bahasa daerah oleh kaum muda.
Permasalahan umum dalam pemajuan kebudayaan di Kabupaten Blora, dibagi menjadi 3 aspek :
86
1. Aspek Nilai
Nilai-nilai budaya dalam masyarakat Blora sudah mulai tergerus arus modernisasi. Banyak tradisi yang sudah mulai ditinggalkan dan tidak lagi
dipraktikan, dan juga banyak tradisi yang mengalami benturan-benturan dengan nilai-nilai agama, kurangnya pemahaman akan makna sesungguhnya dalam
setiap seni dan budaya lokal Blora yang sarat makna terutama pada generasi muda.

2. Aspek Fisik / Aktifitas


Perkembangan jaman dan teknologi pada saat ini kurang diantisipasi guna menjaga kelestarian kebudayaan lokal dan perkembangan teknologi dan
modern belum bisa dioptimalkan guna mengembangkan kebudayaan lokal Blora, disamping itu masih kurangnya sarana dan prasarana yang diperlukan
dalam pengembangan kebudayaan, minimnya pelaku/praktisi seni budaya yang menguasai budaya lokal blora, masih sedikitnya ruang ekspresi budaya dan
program pengembangan budaya yang terutama melibatkan partisipasi masyarakat.
3. Aspek Kebijakan
Perlu intervensi pemerintah daerah dalam penyusunan peraturan daerah yang menangani urusan pemajuan kebudayaan di kabupaten Blora.
Dibutuhkan adanya pembentukan kelembagaan pemajuan kebudayaan. Alokasi anggaran. Untuk kembali menggairahkan budaya tradisi di kabupaten Blora,
dirasa perlu melakukan kajian terhadap ekosistem alam yang mendasari banyak tradisi di Blora, terutama mengenai budaya yang berkaitan dengan hutan
Jati dan produk-produknya. Pengarusutamaan pemajuan kebudayaan berbasis kekayaan alam berupa hutan Jati karena banyak objek pemajuan kebudayaan
yang berkaitan dengan Jati.

Dalam rangka perlindungan, pengembangan, pemanfaatan objek pemajuan kebudayaan, serta pembinaan terhadap sumber daya manusia kebudayaan ka
ditentukan rekomendasi umum yang dijadikan Prioritas rencana kerja Kabupaten Blora dalam pemajuan kebudayaan Kabupaten Blora antara lain :
5. Melestarikan dan memasyarakatkan budaya sedulursikep / samin yang meyakini bahwa terdapat hubungan erat antar individu, masyarakat, dan alam
terutama jati (separuh wilayah Kabupaten Blora adalah hutan), sebagai bagian dari keseharian hidup masyarakat Blora, dapat ditingkatkan kemanfaatannya
untuk kesejahteraan masyarakat Blora.
87
6. Pelestarian teknologi tradisional di Blora yang merupakan ciri khas utama Blora dimana kehidupan masyarakat Blora selalu berhubungan dengan alam
terutama jati dengan cara memproduksi dan menduplikasi kembali tehnologi tradisional sumur Gowak yang merupakan tehnologi tradisional di bidang
pertanian dan Sumur Minyak Tua untuk kepentingan wisata edukasi.
7. Mempertahankan, melestarikan, mengembangkan, seni budaya tradisional yang ada di Kabupaten Blora, sebagai identitas seni budaya asli Blora.
Mendorong partisipasi masyarakat dengan harapan dan tujuan, seni budaya Blora bukan hanya sekedar tontonan (hiburan), akan tetapi dapat menjadi
tuntunan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Blora
8. Merevitalisasi rumah masa kacil Pram dan menjadikan rumah masa kecil Pram sebagai laboratorium sastra melalui residensi sastra tingkat Nasional

88

Anda mungkin juga menyukai