PENDAHULUAN
adalah sebuah kabupaten di provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Ibu kota kabupaten sekaligus
pusat administrasi terletak di Kota Donggala. Kabupaten ini mempunyai luas sebesar
4275,08 km² dan berpenduduk sebanyak 301.757 jiwa pada tahun 2016. Donggala adalah
kabupaten terluas ke-7, terpadat ke-4, dan memiliki populasi terbanyak ke-4 di Sulawesi Tengah.
Kabupaten Donggala terdiri dari 16 kecamatan dan 166 desa/kelurahan. Donggala mengelilingi
wilayah Kota Palu, dan berbatasan dengan Parigi Moutong di bagian timur, Tolitoli di bagian
utara dan timur laut, Sigi di bagian selatan, dan Sulawesi Barat di bagian barat dan barat daya.[a]
Kabupaten Donggala terletak antara 0o,30” Lintang Utara dan 2o,20” Lintang Selatan serta
119o,45”-121o,45” Bujur Timur dengan batas wilayah sebagai berikut :
· Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Tolitoli dan Kota Palu
: berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong, Kota
· Sebelah Timur
Palu dan Kabupaten Sigi
: berbatasan dengan Sulawesi Barat , Kota Palu dan
· Sebelah Selatan
Kabupaten Sigi
: berbatasan dengan Selat Makassar dan Sulawesi Barat
· Sebelah Barat
Berdasarkan letak geografis, kondisi sosio-kultur, potensi sumberdaya alam dan infrastrukturnya,
Kabupaten Donggala dapat dipetakan sebagai berikut:
Pantai Barat, meliputi Kecamatan Labuan, Tanantovea, Sindue, Sindue Tambusabora, Sindue
Tobata, Sirenja, Balaesang, Balaesang Tanjung, Damsol, Sojol, Sojol Utara merupakan daerah
pantai dan memiliki lahan yang relatif subur. Potensi yang menonjol adalah perikanan,
pertambangan, perdagangan, galian penunjang industri. Wilayah ini memiliki potensi tambang
yang cukup besar khususnya mineral, non mineral dan batu bara.
Banawa, meliputi Kecamatan Banawa, Banawa Selatan, Banawa Tengah, Pinembani dan Rio
Pakava merupakan daerah yang relatif subur. Khusus Kecamatan Banawa sebagai ibukota
Kabupaten Donggala, infrastrukturnya sudah mulai tertata dengan baik sehingga dapat
menunjang kegiatan pemerintah dan masyarakat. Jenjang pendidikan penduduk termasuk yang
terbaik dibandingkan dengan wilayah lain. Potensi pariwisata telah mulai tergarap dengan baik.
Bagian terbesar dari struktur ekonomi adalah pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan.
1. Luas Wilayah
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala, Tahun 2007 (diolah kembali)
Berdasarkan Tabel 2.1.1 di atas diketahui Kecamatan Rio Pakava seluas 872,16 Km² atau 16,53
persen adalah Kecamatan terluas dan Kecamatan terkecil adalah Kecamatan Banawa Tengah
dengan luas 74,64 Km² atau 1,41 persen dari luas keseluruhan wilayah Kabupaten Donggala
5.275,69 Km2 atau 527,69 Ha.
Hidrografi
Sulawesi Tengah juga memiliki beberapa sungai, di antaranya sungai Lariang yang terkenal
sebagai arena arung jeram, sungai Gumbasa dan sungai Palu. Juga terdapat danau yang menjadi
objek wisata terkenal yakni Danau Poso dan Danau Lindu.
Sulawesi Tengah memiliki beberapa kawasan konservasi seperti suaka alam, suaka margasatwa
dan hutan lindung yang memiliki keunikan flora dan fauna yang sekaligus menjadi objek
penelitian bagi para ilmuwan dan naturalis.
Iklim
Garis khatulistiwa yang melintasi semenanjung bagian utara di Sulawesi Tengah membuat iklim
daerah ini tropis. Akan tetapi berbeda dengan Jawa dan Bali serta sebagian pulau Sumatera,
musim hujan di Sulawesi Tengah antara bulan April dan September sedangkan musim kemarau
antara Oktober hingga Maret. Rata-rata curah hujan berkisar antara 800 sampai 3.000 milimeter
per tahun yang termasuk curah hujan terendah di Indonesia.
Temperatur berkisar antara 25 sampai 31° Celsius untuk dataran dan pantai dengan tingkat
kelembaban antara 71 sampai 76%. Di daerah pegunungan suhu dapat mencapai 16 sampai 22'
Celsius.
Sulawesi merupakan zona perbatasan unik di wilayah Asia Oceania, di mana flora dan faunanya
berbeda jauh dengan flora dan fauna Asia yang terbentang di Asia dengan batas Kalimantan,
juga berbeda dengan flora dan fauna Oceania yang berada di Australia hingga Papua dan Pulau
Timor. Garis maya yang membatasi zona ini disebut Wallace Line, sementara kekhasan flora dan
faunanya disebut Wallacea, karena teori ini dikemukakan oleh Wallace seorang peneliti Inggris
yang turut menemukan teori evolusi bersama Darwin.
Sulawesi memiliki flora dan fauna tersendiri. Binatang khas pulau ini adalah anoa yang mirip
kerbau, babirusa yang berbulu sedikit dan memiliki taring pada mulutnya, tersier, monyet
tonkena Sulawesi, kuskus marsupial Sulawesi yang berwarna-warni yang merupakan varitas
binatang berkantung serta burung maleo yang bertelur pada pasir yang panas.
Hutan Sulawesi juga memiliki ciri tersendiri, didominasi oleh kayu agatis yang berbeda dengan
Sunda Besar yang didominasi oleh pinang-pinangan (spesies rhododenron). Variasi flora dan
fauna merupakan objek penelitian dan pengkajian ilmiah. Untuk melindungi flora dan fauna,
telah ditetapkan taman nasional dan suaka alam seperti Taman Nasional Lore Lindu, Cagar Alam
Morowali, Cagar Alam Tanjung Api dan terakhir adalah Suaka Margasatwa di Bangkiriang.
Demografi
Jumlah penduduk Sulawesi Tengah pada tahun 2010 adalah 2.831.283 jiwa, dengan kepadatan
46 jiwa/km2. Kabupaten dengan jumlah penduduk terbanyak di provinsi Sulawesi Tengah adalah
Kabupaten Parigi Moutong dengan jumlah penduduk 449.157 jiwa, sedangkan Kota dengan
jumlah penduduk terbanyak adalah Kota Palu sebanyak 362.202 jiwa. Laju pertumbuhan
penduduk adalah 1,95% per tahun (2010). Sementara penduduk Provinsi Sulawesi Tengah yang
tinggal di daerah pemukiman dan pedalaman ialah sekitar 30%, daerah pesisir 60%, dan kawasan
kepulauan ialah 10%.[12]
Pertanian merupakan sumber utama mata pencaharian penduduk dengan padi sebagai tanaman
utama. Kopi, Kelapa, Kakao dan Cengkeh merupakan tanaman perdagangan unggulan daerah ini
dan hasil hutan berupa rotan, beberapa macam kayu seperti agatis, ebony dan meranti yang
merupakan andalan Sulawesi Tengah.
Masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan diketuai oleh ketua adat disamping pimpinan
pemerintahan seperti Kepala Desa. Ketua adat menetapkan hukum adat dan denda berupa kerbau
bagi yang melanggar. Umumnya masyarakat yang jujur dan ramah sering mengadakan upacara
untuk menyambut para tamu seperti persembahan ayam putih, beras, telur serta tuak yang
difermentasikan dan disimpan dalam bambu.
Agama
Penduduk Sulawesi Tengah sebagian besar memeluk agama Islam. Tercatat pada sensus tahun
2015, 76.37% penduduknya memeluk agama Islam, 16.58% memeluk agama Kristen Protestan,
4.45% memeluk agama Hindu, Katolik sebanyak 1.85%, serta Budha 0.74%[14]. Islam disebarkan
di Sulawesi Tengah oleh Datuk Karama dan Datuk Mangaji, ulama dari Sumatera Barat; yang
kemudian diteruskan oleh Al Alimul Allamah Al-Habib As Sayyed Idrus bin Salim Al Djufri,
seorang guru pada sekolah Alkhairaat dan juga diusulkan sebagai Pahlawan nasional. Salah
seorang cucunya yang bernama Salim Assegaf Al Jufri menduduki jabatan sebagai Menteri
Sosial saat ini.
Agama Kristen pertama kali disebarkan di kabupaten Poso dan bagian selatan Donggala oleh
misionaris Belanda, A.C Cruyt dan Adrian. Meskipun masyarakat Sulawesi Tengah mayoritas
beragama Islam, namun tingkat toleransi beragama sangat tinggi dan semangat gotong-royong
yang kuat merupakan bagian dari kehidupan masyarakat.
Suku Bangsa
Penduduk asli Sulawesi Tengah terdiri atas 15 kelompok etnis atau suku, yaitu:
1. Etnis Kaili berdiam di kabupaten Donggala, Parigi Moutong, Sigi dan kota Palu
2. Etnis Kulawi berdiam di kabupaten Sigi
3. Etnis Lore berdiam di kabupaten Poso
4. Etnis Pamona berdiam di kabupaten Poso
5. Etnis Mori berdiam di kabupaten Morowali
6. Etnis Bungku berdiam di kabupaten Morowali
7. Etnis Saluan atau Loinang berdiam di kabupaten Banggai
8. Etnis Balantak berdiam di kabupaten Banggai
9. Etnis Mamasa berdiam di kabupaten Banggai
10. Etnis Taa berdiam di kabupaten Banggai
11. Etnis Bare'e berdiam di Kabupaten Poso,Kabupaten Tojo Una-Una
12. Etnis Banggai berdiam di Banggai Kepulauan
13. Etnis Buol mendiami kabupaten Buol
14. Etnis Tolitoli berdiam di kabupaten Tolitoli
15. Etnis Tomini mendiami kabupaten Parigi Moutong
16. Etnis Dampal berdiam di Dampal, kabupaten Tolitoli
17. Etnis Dondo berdiam di Dondo, kabupaten Tolitoli
18. Etnis Pendau berdiam di kabupaten Tolitoli
19. Etnis Dampelas berdiam di kabupaten Donggala
Di samping 13 kelompok etnis, ada beberapa suku hidup di daerah pegunungan seperti suku Da'a
di Donggala dan Sigi, suku Wana di Morowali, suku Seasea dan suku Taa di Banggai dan suku
Daya di Buol Tolitoli. Meskipun masyarakat Sulawesi Tengah memiliki sekitar 22 bahasa yang
saling berbeda antara suku yang satu dengan yang lainnya, namun masyarakat dapat
berkomunikasi satu sama lain menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan
bahasa pengantar sehari-hari.
Selain penduduk asli, Sulawesi Tengah dihuni pula oleh transmigran seperti dari Bali, Jawa,
Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Suku pendatang yang juga banyak mendiami
wilayah Sulawesi Tengah adalah Mandar, Bugis, Makasar dan Toraja serta etnis lainnya di
Indonesia sejak awal abad ke 19 dan sudah membaur.
Pemerintahan
Pemerintah Provinsi
Kepala daerah Provinsi Sulawesi Tengah adalah gubernur, yang dibantu oleh seorang wakil
gubernur. Jabatan Gubernur Sulawesi Tengah secara resmi saat ini diemban oleh Longki
Djanggola, yang terpilih dalam Pilkada Sulawesi Tengah dan sekarang menjabat untuk periode
kedua.[15]. Sedangkan jabatan Wakil Gubernur Sulawesi Tengah masih lowong setelah terakhir
kali dijabat oleh (Alm.) Sudarto, SH., M.Hum..
Pembagian Administrasi
Provinsi Sulawesi Tengah terdiri atas 13 kabupaten dan 1 kota, 147 kecamatan, 170 kelurahan,
dan 1.839 desa. Provinsi ini memiliki luas daratan 61.841,29 km2 (BPS 2015), dengan penduduk
2.831.283 jiwa (BPS 2014), dengan tingkat kepadatan penduduk 46 jiwa/ km2.
Adapun daftar lengkap nama kabupaten/ kota, nama ibu kota, serta jumlah kecamatan, dan desa/
kelurahan di Provinsi Sulawesi tengah hingga saat ini adalah sebagai berikut.
BAB II
A. Penilaian Resiko
Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah masuk dalam zona merah dalam
peta rawan bencana gempa bumi. Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
(PVMBG), zona merah adalah rawan bencana.
"Di peta rawan bencana gempa bumi termasuk dalam zona merah. Zona merah artinya rawan
bencana gempa bumi tinggi," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami
PVMBG Sri Hidayati di Bandung.
Hidayati mengatakan potensi intensitas guncangan akibat gempa bumi di wilayah tersebut dapat
mencapai lebih dari VIII MMI. Indikasi level tersebut terjadi kerusakan ringan di bangunan
dengan konstruksi kuat. Kemudian retak-retak di bangunan dengan konstruksi kurang baik, serta
lepasnya dinding dari rangka rumah dan robonya cerobong asap pabrik hingga monumen-
monumen.
Dia menjelaskan gempa bumi dengan magnitudo 7,4 Skala Richter (SR) yang mengguncang Palu
dan Donggala dipicu aktivitas patahan Palu-Koro, yang memanjang dari sebelah barat Donggala
sampai Teluk Palu
"Patahan Palu Koro itu juga memang patahan aktif," kata dia
Gempa berkekuatan 7,4 SR mengguncang Donggala, Sulawesi Tengah pada Jumat, 28
September 2018, pukul 17.02 WIB. Gempa tersebut menimbulkan tsunami di bagian pesisir
Kabupaten Donggala, Mamuju Utara, dan Palu.
Dalam sejarah, gempa telah besar telah beberapa kali melanda. Di antaranya, pada tanggal 1
Desember 1927, gempa kekuatan 6,5 magnitudo mengguncang Palu dan sekitarnya. Gempa
berasal dari aktivitas tektonik Watusampo yang berpusat di Teluk Palu. Akibat gempa, 14 orang
meninggal dan 50 orang luka-luka.
Kemudian, pada 30 Januari 1930 terjadi gempa di pantai barat Kabupaten Donggala. Gempa
mengakibatkan tsunami setinggi dua meter dan berlangsung selama dua menit.
Pada 14 Agustus 1938, gempa dengan kekuatan 6 magnitudo mengguncang Sulawesi Tengah
yang berpusat di Teluk Tambu Kecamatan Balaesang Donggala. Gempa ini menyebabkan
tsunami 8-10 meter di pantai barat Kabupaten Donggala.
"Sebanyak 200 korban meninggal dunia dan 790 rumah rusak serta seluruh desa di pesisir pantai
barat Donggala hampir tenggelam," kata Sutopo.
Gempa juga terjadi pada 1994 yang dikenal dengan gempa Sausu, Kabupaten Donggala
mengguncang Sulawesi Tengah.
Pada 1 Januari 1996, gempa dengan kekuatan 7,4 magnitudo berpusat di Selat Makassar
mengakibatkan tsunami yang menyapu pantai barat Kabupaten Donggala dan Toli-Toli.
Pada tahun 1996 terjadi gempa Tonggolobibi di Desa Bankir, Tonggolobibi dan Donggala.
Gempa mengakibatkan 9 orang tewas dan bangunan rusak parah. Gempa juga mengakibatkan
tsunami setinggi 3,4 meter dan membawa air laut sejauh 300 meter ke daratan.
"Pada 11 Oktober 1998 Kabupaten Donggala diguncang gempa berkekuatan 5,5 magnitudo.
Ratusan bangunan rusak parah akibat gempa," ujar Sutopo.
Pada 24 Januari 2005, Sulawesi Tengah diguncang gempa 6,2 magnitudo. Pusat gempa 16 km
arah tenggara kota Palu. Akibat gempa ini 100 rumah rusak, satu orang meninggal dan empat
orang luka-luka.
Selanjutnya pada 17 November 2008, gempa dengan kekuatan 7,7 magnitudo berpusat di laut
Sulawesi mengguncang Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah. Akibatnya empat orang meninggal.
Kemudian, pada 18 Agustus 2012 gempa dengan kekuatan 6,2 magnitudo terjadi ketika
masyarakat sedang berbuka puasa. "Delapan orang tewas dan tiga Kecamatan terisolir," katanya.
Terakhir, gempa terjadi pada Jumat, 28 September. Gempa kekuatan 7,4 SR menyebabkan
tsunami. Hingga Sabtu, 29 September 2018 pukul 10.00 WIB, sebanyak 48 korban meninggal
dunia dan ratusan orang luka-luka.
Tabel 3. Penilaian Risiko
Jenis Ancaman Bahaya Probabilitas Dampak
1. Gunungapi 2 4
2. Tanah longsor 3 3
3. Gempa Bumi 2 5
4. Banjir 2 2
5. Angin Beliung 1 3
B`Penentuan Kejadian