Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL TEKNIK

STUDIO PERENCANAAN 3

(21530817)

ANALISIS WILAYAH KECAMATAN WATES


KABUPATEN KULON PROGO

DISUSUN OLEH:

Anjas Eza Nugraha (5161511009)

Baiq Vidy Tiara Dewi (5161511045)

Deden Naupal Gumelar (5161511027)

Dimas Ardianto (5161511029)

Handitya Sunugraha (5161511011)

M.Rafly Alfika Wijaya (5161511063)

PROGRAM STUDIO PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Daerah Istimewa Yogyakarta atau yang lebih dikenal dengan nama
Jogja, merupakan kota yang terkenal dengan sejarah dan warisan
budayanya. Yogyakarta merupakan pusat kerajaan mataram, dan sampai
saat ini masih ada keraton yang masih berfungsi dalam arti sesungguhnya.
Jogja juga memiliki banyak peninggalan prasejarah seperti candi yang
merupakan peninggalan yang berusia ribuan tahun dan menjadi pusat
perhatian untuk diperhatikan.

Pegunungan, pantai-pantai, hamparan sawah yang hijau dan udara yang


sejuk menghiasi keindahan unsur alam Kota Jogja. Masyarakat Jogja-nya
sendiri hidup dengan damai dan mempunyai keramahan yang khas, salah
satu contohnya coba buktikan disaat kita berkeliling desa pasti kita akan
mendapat senyuman dan sapaan yang hangat dari para penduduk sekitar.

Daerah Istimewa Yogyakarta yang diapit oleh beberapa Kabupaten


disekelilingnya dimana, diutaranya Kabupaten Sleman, disebelah timurnya
Kabupaten Gunungkidul, disebelah selatannya Kabupaten Bantul, dan
disebelah barat ada Kabupaten Kulon progo.

Luas wilayah yang dimliki oleh pemerintah DIY tidak begitu besar
dibandingkan dengan daerah lainnya yaitu sebesar 32.50 km².

Gambar 1. Persentase Wilayah


Daerah Istimewa Yogyakarta posisi geografis wilayahnya terletak
diantara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan 110.00-110.50 Bujur Timur dan
tercatat hanya memiliki luas sebagian 0.17% dari luas Indonesia
(1.860.359,67 km).

Komponen fisiografi yang menyusun Provinsi Daerah Istimewa


Yogyakarta terdiri empat satuan fisiografis yaitu satuan pegunungan
selatan (Datarran Tinggi Karst) dengan ketinggian tempat berkisar antara
150-700 meter, satuan gunung merapi dengan ketinggian tempat berkisar
80-2.911 meter, satuan dataran rendah yang membentang antara
pegunungan selatan dan pegunungan Kulon progo pada ketinggian 0-80
meter, dan pegunungan Kulon progo dengan ketinggian hingga 572 meter.

Wilayah studi dimana ialah Kabupaten Kulon progo letaknya sendiri


berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul di timur,
samudera hindia di selatan, ke barat langsung menuju ke arah dengan
Kabupaten Purworejo. Kulon progo ibu kotanya (pusat pemerintahan)
adalah Wates yang dimana memiliki terdiri 7 desa 1 kelurahan yaitu
Karangwuni, Sogan, Kulwaru, Ngestiharjo, Triharjo, Bendungan, Giripeni,
Wates.

Secara astronomis Kabupaten Kulon progo terletak antara 7°38'42"-


7°59'3" Lintang Selatan dan antara 110°1'37"-110°16'6" Bujur Timur.
Kabupaten Kulon progo pempunyai kondisi geografi dibagian utaranya
merupakan dataran tinggi/perbukitan menoreh dengan ketinggian antara
500-1.000mdapl, pada bagian utara meliputi administrasi Kecamatan
Girimulyo (54,90 km²) namun jarak diantara Ibukota Kabupaten-nya
adalah 38 km, Kecamatan Nanggulan (39,61 km²) namun jarak diantara
Ibukota Kabupaten-nya adalah 26 km, Kecamatan Kalibawang (52,96
km²) dan dari jarak diantara Ibukota Kabupaten-nya adalah 41 km,
Kecamatan Samigaluh (69,29 km²) jarak antara Ibukota Kabupaten adalah
44 km.

Kondisi geografi dibagian tengah merupakan daerah perbukitan


dengan ketinggian antara 100-500mdapl yang meliputi wilayah
administrasi dengan Kecamatan Sentolo (52,65 km²) jarak dari Ibukota
Kabupaten adalah 18 km, Kecamatan Pengasih (61,66 km²) dengan
berjarak dari Ibukota Kabupaten adalah 8 km, Kecamatan Kokap (73,80
km²) dengan berjarak dari Ibukota Kabupaten-nya adalah 10 km.

Kondisi geografi dibagian selatan merupakan dataran rendah dengan


ketinggian 0-100 mdapl yang meliputi bagian-bagian wilayah administrasi
kecamatan yaitu Kecamatan Temon (36,30 km²) dengan jarak dari Ibukota
Kabupaten yaitu Wates berjarak 9 km, Kecamatan Wates (32 km²),
Kecamatan Panjatan (44,59 km²) dengan berjarak dari Ibukota Kabupaten
yaitu Wates berjarak 4 km, Kecamatan Galur (32,91 km²) dengan berjarak
dari Ibukota kbupaten/Wates berjarak 12 km, Kecamatan Lendah (35,59
km²) dengan berjarak dari Ibukota Kabupaten/Wates berjarak 14 km.

Kabupaten Kulon progo kini adalah merupakan bagian aset yang


berharga bagi daerah DIY karena Kabupaten ini mendapat julukan dengan
simbol “the jewel of java” yang artinya adalah permata pulau jawa. Kulon
progo sendiri memiliki tujuan visi dan misi nya untuk meningkatkan
perekomian dan menjamin mutu kualitas hidup warganya serta menaikkan
brand wilayahnya sendiri maupun meluas, hasil yang di dapat ialah dari
adanya kelimpahan sumber daya alam, seni budayanya, dan
kepariwisataan yang akan berdampak membuah hasilkan branding
wilayahnya. Tidak cukup sampai disitu kalau Kota Jogja sangat terkenal
dan merupakan salah satu tujuan utama liburan para wisatawan
mancanegara maka bila mana Kulon progo sendiri akan menjadi tambahan
daya dukung brandingnya provinsi itu.
Sejarah berdirinya Kabupaten Kulon progo menjadi satu kesatuan
sebelum itu pada era masanya pangeran diponegoro pada tahun 1825-1830
setelah perang di wilayah Kulon progo yang masuk wilayah kasultanan
terbentuk empat Kabupaten yaitu Pengasih, Sentolo, Nanggulan, dan
Kalibawang, sebelum itu dengan ibu kotanya di Pengasih, pembagian
wilayah ini atau yang dinamakan wilayah kasultanan ngayogyakarta
hadiningrat. Berikutnya masa perjalanan pada tahun 16 Februari 1927
Kabupaten Kulon progo dibagi atas dua kawedanan dengan delapan
kapanewon, sedangkan ibu kotanya dipindahkan ke Sentolo. Dua
kawedanan tersebut adalah kawedanan pengasih yang meliputi kapanewon
Lendah, Pengasih, Sentolo, dan Kokap/Sermo, Kawedanan Nanggulan
meliputi kapanewon watumurah/Giwimulyo, Kalibawang dan Samigaluh,
maka baru terbentukkanlah wilayah pembagian Kabupaten Adikarto atau
nama lainnya wilayah kadipaten pakualaman. Selanjutnya pada tanggal 29
Desember 1951 proses administrasi penggabungan dua kewilayahan
tersebut pada tanggal 1 Januari 1952 karena dengan adanya administrasi
pemerintahan baru mulai dilaksanakan dengan pusat pemerintahan di
Wates, namun secara yuridis formal hari jadi Kabupaten Kulon progo
adalah 15 Oktober 1951 yaitu saat diberlakukannya UU Nomor 18 Tahun
1951 oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia.

Makna dan filosofi yang terkandung dalam nama Kulon progo pada
dasarnya mengalami unsur alami (natural), unsur etnisitas dan budaya
yang dibalut kearifan lokal serta kepantasan dan kemenarikannya untuk
menerima perubahan dan pembaharuan yang mengembangkan daerah
Kulon progo tersebut. Hal itu tampak pada :

Huruf “K” melambangkan Kulon progo sebagai daerah yang kaya nilai
kebudayaan dan kesenian jawa. Jadi dapat diibaratkan dan dikatakan
bahwa Kulon progo dapat menopang kehidupan masyarakatnya sendiri.
Huruf “P” yang melambangkan masyarakatnya menunjukkan nilai
keteguhan, keberanian dan komitmen Kulon progo sebagai daerah yang
melingungi keanekaragaman hayati.

Huruf “G” melambangkan bahwa dalam kultur berkehidupan masyarakat


Kulon progo selalu menjunjung tinggi tradisi serta kebudayaan, berupa
macamnya adalah keramahan, penerimaan dan kekeluargaan.

Huruf “O” melambangkan arti besar potensi-potensi yang ada di Kulon


progo baik secara satu kesatuan harus siap dan tidak terpisahkan, ibarat
sebuah permata yang siap dikembangkan potensinya.
Wilayah bagian analisis amatan kerja kita adalah khusus pada di
Kecamatan Wates. Kecamatan Wates terdiri 8 desa, 52 pedukuhan, 105
rukun warga, dan 291 rukun tetangga. Wilayah berdasarkan geografis
bagian utara Kecamatan Pengasih dan geografinya merupakan Kecamatan
Wates yang mempunyai keinggian 18 mdapl. Dibagian tengah merupakan
wilayah desa bendungan yang mempunyai ketinggian 12 mdpl.
Dibagian selatan dengan administrasi batas langsung Samudera Hindia dan
bagian selatan geografinya bagian pesisir yang berada di desa karangwuni
yang mempunyai ketingian 6 mdapl. Dibagian sebelah barat kewilayahan
administrasi dengan Kecamatan Temon dan sebelah timur berbatasan
kewilayahan Kecamatan Panjatan.
Kecamatan Wates memiliki 7 desa 1 kelurahan yaitu :
- Desa Karangwuni yang jaraknya ke Ibukota Kecamatan berjarak 8,4 km
- Desa Sogan yang jaraknya ke Ibukota Kecamatan berjarak 3,7 km
- Desa Kulwaru yang jaraknya ke Ibukota Kecamatan berjarak 3,7 km
- Desa Ngestiharjo yang jaraknya ke Ibukota Kecamatan berjarak 2,2 km
- Desa Triharjo yang jaraknya ke Ibukota Kecamatan berjarak 3,2 km
- Desa Bendungan yang jaraknya ke Ibukota Kecamatan berjarak 0,8 km
- Desa Giripeni yang jaraknya ke Ibukota Kecamatan berjarak 3,3 km
- Desa/Kelurahan Wates
Kondisi fisik ruang publik analisis kawasan di Kecamatan Wates :
- Landmark
Landmark sering disebut juga sebagai titik referensi atau sering disebut
ikon. Landmark di kawasan ini adalah alun-alun wates yang menjadi
tempat titik kumpul memanfaatkan ruang publik untuk berkomunikasi
dan bersosialisasi dari berbagai kalangan. Ada perbedaan waktu antara
siang dan malam di kedua jam yang berbeda dan tempat yang sama,
bila pada siang hari alun-alun wates cenderung lebih ramai pengunjung
atau yang menggunakan fasilitasnya cenderung ketimpa lebih sedikit
dari waktu malam.

- Nodes
Nodes adalah titik strategis. Berupa persimpangan maupun pusat
kegiatan.
- Districts
Districts yaitu kawasan atau zona dengan karakter yang sama.
- Paths
Paths adalah jalur dimana observer bergerak untuk mengamati.
- Edges
Edges sering disebut juga tepian atau batas, yaitu batas atau pemisah
antar zona yang mempunyai kesamaan.

1.2. Tujuan Sasaran


1.2.1 Tujuan
Studio perencanaan kota untuk merancang kegiatan lapangan,
melakukan kompilasi data, dan melakukan analisis terkait aspek
kependudukan, ekonomi, dan fisik.

1.2.2 Sasaran
- Mengidentifikasi isu dan karakteristik awal wilayah studi
- Melakukan kegiatan pengumpulan data
- Menyusun basis data dan kompilasi data
- Menyusun profil wilayah studi
- Melakukan analisis terkait aspek kependudukan, ekonomi, dan fisik

1.3. Ruang Lingkup


1.3.1. Ruang lingkup wilayah
1.3.1.1. Ruang Lingkup Makro
Secara makro, ruang lingkup wilayah studi kami yaitu
Kabupaten Kulonprogo. Dikarenakan Kabupaten Kulonprogo
merupakan salah satu wilayah peri urban provinsi DIY,
justfikasi lingkup makro berguna untuk bagian menganalisis
yang pertama lingkungan, kedua intruksi kerawanan bencana,
ketiga bagian-bagian komersil yang dilindungi dan diundang-
undang harus diperhatikan.

1.3.1.2. Ruang Lingkup Mikro


Ruang lingkup mikro adalah ruang lingkup yang
cakupannya lebih kecil dari lingkup makro. Jadi semakin
besar analisis perencanaannya semakin detail argumentasi
data input dan outputnya, dikarenakan wilayah studi kita di
Kecamatan Wates kewilayahan batasnya antara
desa/kelurahan satu sama desa lainnya. Sebelum merancang
kegiatan sesuatu bagian desa mana yang lebih unggul untuk
menimbulkan aspek fisik kekotaannya untuk bertujuan
saampai kepenjualan brandingnya.

1.3.2. Ruang lingkup materi


1.3.2.1. Faktor Internal
Faktor internal yang dimaksud disini adalah aktivitas
berpenghasilan yang berasal dari lingkup PDRB diantaranya
pertanian, pertambangan, hasil karya industri secara seni
maupun teknisi yang akan dikaji melalui modal, pemasaran,
tenaga kerja, dan menajemen usaha.

1.3.2.2. Faktor Eksternal


Faktor Eksternal yang dimaksud disini adalah aktivitas industri
yang dapat dipengaruhi oleh faktor dari luar aktivitas analisis
wilayah studi itu sendiri.

1.4. Kerangka kerja


Kerangka kerja menggambarkan alur dari berbagai rangkaian dalam
kegiatan analisis wilayah studi mulai dari pengumpulan data hingga
terbentuknya produk akhir. Dalam kerangka kerja ini
1.5. Sistematika penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang delineasi wilayah mikro berdasarkan berbagai
justifikasi, tujuan dan sasaran dari kegiatan analisis ini, ruang lingkup
wilayah dan materi, serta kerangka kerja yang menggambarkan prosedur
kegiatan analisis.
BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN WATES
Berisi tentang gambaran umum wilayah studi kelompok kami yaitu
Kecamatan Wates. Gambaran umum ini memuat hal yang berkaitan
dengan berbagai aspek diantaranya aspek fisik, kependudukan,
perekonomian, dan sosial budaya.
BAB III RANCANGAN KEGIATAN
Rancangan kegiatan membahas mengenai pengumpulan data yang
dibutuhkan untuk kegiatan analisis.
BAB IV RENCANA KERJA
Rancangan kerja membahas mengenai kegiatan pra survei dan dan pasca
survei.
BAB III
GAMBARAN UMUM KECAMATAN WATES
3.1. Administrasi dan Geografi Kecamatan

Kecamatan Wates terdiri dari 7 desa, 1 kelurahan, 68 pedukuhan,


125 RW, dan 291 RT. Kecamatan Wates terletak di antara 7° 53' 32'' LS
110° 08' 37" BT dengan luas wilayah 32 km2 . Kecamatan Wates
berbatasan langsung dengan Kecamatan Pengasih di sebelah utara,
Kecamatan Temon di barat, Kecamatan Panjatan di timur, dan Samudra
Hindia di sebelah selatan. Kecamatan wates merupakan salah satu dari 12
kecamatan yang ada di wilayah kecamatan lainnya (5,46% dari luas total
kabupaten kulonprogo) dan merupakan salah satu dari empat kecamatan
yang wilayahnya mempunyai daerah pesisir. Empat kecamatan tersebut
adalah kecamatan temon,wates, panjatan dan galur. Wilayah pesisir di
kecamatan wates berada di desa karangwuni sepanjang kira-kira 2 km.
Kecamatan wates terletak di bagian selatan dari wilayah kabupaten
kulonprogo.

3.2. Kondisi Fisik Dasar

3.2.1. Topografi

Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan, model


tiga dimensi, dan identifikasi jenis lahan. Topografi suatu wilayah
menggambarkan mengenai posisi suatu bagian dan secara umum
menunjuk pada koordinat secara horizontal seperti garis lintang
dan garis bujur, dan secara vertikal yaitu ketinggian.
Persentase Permukaan Tanah

7.60%

92.40%

Datar Sampai Berombak Berombak Sampai Berbukit

Sumber: BPS Kabupaten Kulon Progo(2016)

Topografi wilayah kecamatan wates sebagian besar


merupakan daerah dataran/hamparan dengan ketinggian antara 6-
18 mdpl, namun juga memiliki daeranh yang berada di daerah
berbukit. Kondisi permukaan tanah di Kecamatan Wates yaitu
92,37% datar sampai berombak dan 7,62% berombak sampai
berbukit.

3.2.2. Klimatologi

Klimatologi menggambarkan iklim dari suatu wilayah. Iklim


sangat berpengaruh terhadap kegiatan penduduk, pembangunan,
dan makhluk hidup lainnya. Di Kecamatan Wates diperoleh 58
hari hujan dan curah hujan 1152,7 mm/tahun.
3.2.3. Jenis Tanah

Tabel 1.1. Jenis Tanah di Kecamatan Wates


Jenis Tanah Luas
(km²)
Aluvial 2389
Regosol 608
Grumosol 203
Sumber: SIPD Kabupaten Kulon
Progo(2009)
Persentase Jenis Tanah
6.30%

19%
Seluas 2389 Ha tanah di
Kecamatan Wates merupakan
tanah aluvial, 608 Ha regosol, dan
74.70%
203 Ha grumosol. Jenis tanah
yang paling mendominasi adalah
Aluvial Regosol alluvial dengan persentase 74,7%.
Tanah aluvial merupakan tanah yang cocok untuk ditanami,
terutama untuk pertanian dan perkebunan. Jenis tanah ini berasal
dari erosi pegunungan Menoreh dari Kokap dan Clereng selama
berpuluh tahun.

3.2.4. Hidrologi

Di Kecamatan Wates terdapat 3


bendungan yaitu dan 1 sungai yaitu
Sungai yaitu Kali Serang. Kali Serang
bermuara di sebelah barat Pantai

Gambar 1.2
Kwaru, di pesisir

Sungai Serang
selatan
Jawa.Terdapat beberapa anak sungai yang mengalir ke
Serang, seperti Kali Krasak (berhulu di Gunung Merapi),
Kali Elo, Kali Deres, Kali Kuas dan Kali Tinalah. Di
daerah sekitar muara, banyak dijumpai penambangan
pasir.

3.3. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada


bidang lahan tertentu, misalnya permukiman, perkotaan dan
persawahan. Penggunaan lahan juga merupakan pemanfaatan
lahan dan lingkungan alam untuk memenuhi kebutuhan manusia
dalam penyelenggaraan kehidupannya.

Table 1.2. Penggunaan Lahan Kecamatan Wates

PENGGUNAAN LAHAN LUAS


Tanah Sawah 987,8 Ha
Irigasi Teknis 159,39 Ha
Irigasi setengah teknis 812,06 Ha
Irigasi sederhana 0,52 Ha
Tadah hujan/rendengan 25,96 Ha
Luas Tanah Kering 960,91 Ha
Perkarangan/bangunan 751,42 Ha
Tegal/kebun 209,49 Ha
Luas lain-lain (tanah tandus,pasir) 133,27 Ha
Sumber: BPS Kabupaten Kulon Progo (2016)
3.4. Kependudukan

2.4.1. Jumlah, Persebaran dan Kepadatan

Table 1.3. Jumlah Penduduk dan Persebaran Tiap Kelurahan/Desa

NAMA DESA PENDUDUK


NO L P L+P
1 WATES 7.053 7.177 14.230
2 KRANGWUNI 1.740 1.755 3.495
3 SOGAN 1.048 1.026 2.074
4 KULWARU 1.414 1.536 2.950
5 NGESTIHARJO 1.784 1.798 3.582
6 BENDUNGAN 3.671 3.641 7.312
7 TRIHARJO 3.757 3.699 7.456
8 GIRIPENI 4.118 3.997 8.115
JUMLAH 24.585 24.629 49.214
Sumber: BPS Kabupaten Kulon Progo (2016)

Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kelurahan Wates


yaitu sebanyak 14.230 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terkecil
terdapat di Desa Sogan dengan jumlah penduduk sebanyak 2.074
jiwa. Dari data kependudukan diatas total penduduk di Kecamatan
Wates mencapai angka 49.214. Jumlah penduduk dengan jenis
kelamin terbanyak adalah permpuan dengan angka 24.629
kemudian laki-laki dengan angka 24.585.
KEPADATAN PENDUDUK KECAMATAN WATES
TAHUN 2012-2016
1500
1480
1480
KEPADATAN PENDUDUK (JIWA/KM2) 1463
1460 1447

1440 1430

1420

1400 1388

1380

1360

1340
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun

Sumber: BPS Kabupaten Kulon Progo (2012-2016)

Berdasarkan data tahun 2012 sampai dengan 2016, kepadatan


penduduk di Kecamatan Wates terus mengalami peningkatan.
Peningkatan yang paling pesat terjadi di tahun 2013 dari angka
1388 jiwa menjadi 1430 jiwa. Peningkatan di tahun 2013 ini
mencapai 3,03% dari kepadatan penduduk di tahun sebelumnya.
Sedangkan peningkatan terendah terjadi di tahun 2015 dengan
persentase peningkatan 1,1% dari kepadatan penduduk di tahun
sebelumnya.

3.4.2. Jumlah dan Proporsi Penduduk

Table 1.4. Jumlah dan Proporsi Penduduk Kecamatan Wates


Tahun 2012-2015)

Proporsi
Tahun Migrasi Migrasi
Kelahiran Kematian
Datang Pergi

2012 1083 528 487 325


2013 435 345 593 300

2014 341 407 686 338


2015 611 448 617 317
Sumber: BAPPEDA Kabupaten Kulon Progo (2012-2015)

Bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk di suatu


wilayah tergantung dari besarnya tingkat kelahiran, kematian, dan
mobilitas penduduk. Berdasarkan data tahun 2012-2015, jumlah
penduduk di Kecamatan Wates terus bertambah setiap tahunnya.
Hal ini disebabkan oleh tingkat kelahiran dan migrasi datang yang
lebih tinggi dibandingkan tingkat kematian dan migrasi perginya.

3.4.4. Rasio Jenis Kelamin

Table1.5. Sex Ratio Kecamatan Wates

NAMA DESA PENDUDUK


NO L P Sex Ratio
1 Wates 7.053 7.177 98,27
2 Krangwuni 1.740 1.755 99,14
3 Sogan 1.048 1.026 102
4 Kulwaru 1.414 1.536 92
5 Ngestiharjo 1.784 1.798 99
6 Bendungan 3.671 3.641 101
7 Triharjo 3.757 3.699 102
8 Giripeni 4.118 3.997 103
TOTAL 24.585 24.629 99,8
Sumber: BPS Kabupaten Kulon Progo (2016)

Berdasarkan data pada tabel tersebut dapat disimpulkan


bahwa secara keseluruhan di kecamatan Wates lebih didominasi
penduduk perempuan. Kelurahan/desa yang memiliki jumlah
penduduk dengan jenis kelamin perempuan terbanyak terdapat di
Desa Kulwaru dengan sex ratio 92, Desa Ngestiharjo dengan sex
ratio 99, Kelurahan Wates dengan sex ratio 98,27 dan
Karangwuni dengan sex ratio 99,14. Sedangkan Kelurahan yang
memiliki jumlah penduduk dengan jenis kelamin laki-laki
terbanyak terdapat di Kelurahan Giripeni dengan sex ratio 103,
Triharjo dengan sex ratio 102, Sogan dengan sex ratio 102, dan
bendungan dengan sex ratio 101.

Keterangan: Jumlah sex ratio dibawah 100 memiliki jumlah


penduduk dengan jenis kelamin perempuan
terbanyak.

3.4.5. Piramida Penduduk

Piramida Penduduk Kecamatan Wates Tahun 2016

75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
Kelompok Umur

45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
2000 1000 0 1000 2000
Jumlah
Laki-laki Perempuan

Sumber: BPS Kulon Progo 2017


Dari piramida penduduk di atas Kecamatan Wates masuk
dalam kategori piramida ekspansif. Dapat kita lihat bahwa
penduduknya sebagian besar terdiri dari kelompok umur usia
muda. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kelahiran dan
kematian di Kecamatan Wates terbilang tinggi.

3.5. Sarana dan Prasarana

2.5.1. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan di Kecamatan Wates terdapat 37 TK, 39 SD,


14 SMP, 16 SMA/SMK, dan 1 Universitas yang terletak di
Kelurahan Wates termasuk tempat yang paling banyak

Tabel 1.6. Jumlah Sarana Pendidikan Kecamatan Wates

Kelurahan TK SD SMP SMA/SMK UNIVERSITAS


Bendungan 7 7 3 4 0
Giripeni 4 6 1 1 0
Karangwuni 2 3 0 0 0
Kulwaru 2 3 0 0 0
Ngestiharjo 2 3 0 0 0
Sogan 2 1 1 0 0
Triharjo 4 3 1 0 0
Wates 14 13 8 11 1
Jumlah 37 39 14 16 1
Sumber: BPS Kabupaten Kulon Progo(2016)

3.5.2. Sarana Kesehatan

Sarana Kesehatan di Kecamatan Wates terdapat 3 Rumah Sakit


yang semuanya terletak di Kelurahan Wates, 1 Puskesmas yang
terletak di Kelurahan Triharjo, 5 Pustu ada di Kelurahan Giripeni
,Karangwuni, Kulwaru, Sogan, Triharjo, ada 2 Puskesdes di
Kelurahan Wates dan Karangwuni, 3 Poliklinik paling banyak ada di
Kelurahan Wates, dan 22 Dokter Praktek paling banyak juga terletak
di Kelurahan Wates.

Tabel 1.7. Jumlah Sarana Kesehatan Kecamatan Wates

Rumah Dokter
Kelurahan Sakit Puskesmas Pustu Puskesdes Poliklinik Praktek
Bendungan 0 0 0 0 0 2
Giripeni 0 0 1 0 1 2
Karangwuni 0 0 1 1 0 0
Kulwaru 0 0 1 0 0 0
Ngestiharjo 0 0 0 0 0 0
Sogan 0 0 1 0 0 0
Triharjo 0 1 1 0 0 0
Wates 3 0 0 1 2 18
Jumlah 3 1 5 2 3 22
Sumber: BPS Kabupaten Kulon Progo(2016)

3.5.3. Sarana Perdagangan dan Jasa

Untuk Sarana Perdagangan dan Jasa terdapat Pasar sebanyak 4


dan terbanyak teletak di Kelurahan Wates, ada Bank sebanyak 24 dan
terbanyak terletak di Kelurahan Wates, ada Toserba sebanyak 3 dan
terletak di Kelurahan Wates, ada Koperasi sebanyak 24 terbanyak
terletak di Kelurahan Wates, ada Pegadaian sebanyak 60 dan terbanyak
terletak di Kelurahan Karangwuni dan Bendungan, ada Kantor
Pemadam dan SPBU masing-masing mempunyai jumlah 1 dan terletak
di Kelurahan Sogan

Tabel 1.8. Jumlah Perdagangan dan Jasa Kecamatan Wates

Kantor
Kelurahan
Pasar Bank Toserba Koperasi Pegadaian Pemadam SPBU
Bendungan 1 6 0 6 4 0 0
Giripeni 0 1 0 1 3 0 0
Karangwuni 0 1 0 1 4 0 0
Kulwaru 0 1 0 1 2 0 0
Ngestiharjo 0 1 0 1 0 0 0
Sogan 0 1 0 1 2 1 1
Triharjo 0 1 0 1 3 0 0
Wates 3 12 3 12 60 1 1
Jumlah 4 24 3 24 78 2 2
Sumber: BPS Kabupaten Kulon Progo(2016)

3.5.4. Sarana Peribadatan

Tabel 1.9 Jumlah Sarana Peribadatan di Kecamatan Wates

Gereja Gereja
Kelurahan Masjid Musholla
Kristen Katholik
Bendungan 9 19 0 0
Giripeni 15 9 0 0
Karangwuni 5 17 0 0
Kulwaru 7 1 0 0
Ngestiharjo 4 14 0 0
Sogan 3 7 0 0
Triharjo 16 10 0 0
Wates 21 32 1 1
Jumlah 80 109 1 1
Sumber: BPS Kabupaten Kulon Progo(2016)

Di Kecamatan Wates terdapat Masjid sebanyak 80 unit dan


paling banyak 21 di Kelurahan Wates, ada Musholla sebanyak 109 unit paling
banyak berada di Kelurahan Wates sebanyak 32 unit, untuk Gereja Kristen dan
Katholik masing-masing memiliki 1 dan berada di Kelurahan Wates
3.5.5. Listrik

Tabel 1.10. Jumlah Pengguna Listrik Kecamatan Wates

Kelurahan Jumlah Pengguna/ Unit rumah


Karangwuni 674
Sogan 433
Kulwaru 639
Ngestiharjo 1.271
Triharjo 1.532
Bendungan 1.525
Giripeni 1.550
Wates 4.409
Jumlah 12.033
Sumber: BPS Kabupaten Kulon Progo(2016)

Jumlah seluruh pengguna listrik di Kecamatan Wates berjumlah


12033 unit rumah dengan pengguna tertinggi berada di Kelurahan Wates
sebanyak 4409 unit rumah dan pengguan terendah berada di Kelurahan
Sogan sebanyak 433 unit rumah.

3.5.6. Komunikasi

Jumlah komunikasi yang tersedia di Kecamatan Wates paling


banyak adalah warnet dan wartel sebanyak 3 dan paling sedikit
adalah kantor pos berjumlah 1. Jumlah ini bisa saja berkurang
seiring majunya jaman diganti dengan smartphone.

Tabel 1.11. Ketersediaan Prasarana Komunikasi

Jenis Prasarana Jumlah

Wartel 3
Warnet 3
Kantor Pos/ Kantor
1
Pos Pembantu
Sumber: BPS Kabupaten Kulon Progo(2009)
3.5.7. Rekreasi dan Olahraga

Tabel 1.12. Ketersediaan lapangan olahraga


Ketersediaaan
Kecamatan Wates
Jumlah lapangan olahraga yang
Sepak Bola 8
ada di Wates paling
Bola Voli 7
Bulu Tangkis 7 banyak adalah sepak bola
Bola Basket 3 dan yang sedikit adalah
Tenis 2
adalah futsal dan kolam
Futsal 1
Kolam Renang 1 renang.

Sumber: BPS Kabupaten Kulon Progo(2009)

3.5.8. Sosial Budaya

Lembaga yang paling banyak adalah Organisasi Kemasyarakatan

Tabel 1.13. Kegiatan lembaga sebanyak 8 dan yang


Non-Profit paling sedikit adalah
Kecamatan Wates Jumlah
organisasi sosial,
Organisasi Kemasyarakatan 8
Organisasi Sosial 1 lembaga swadaya
Organisasi Profesi 2 masyarakat, dan
Perkumpulan Sosial 7
organisasi bantuan
Lembaga Swadaya Masyarakat 1
Lembaga Keagamaan 6 kemanusaiaan.
Organisasi Bantuan Kemanusiaan 1
Sumber: BPS Kabupaten Kulon Progo(2009)
3.6. Kondisi Perekonomian

3.6.1. Kodisi Ekonomi Berdasarkan Mata Pencaharian Penduduk

Tabel 1.14. Jumlah Penduduk Kecamatan Wates Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan
Kelurahan Pejabat BUMN/ Karyawan Wira- Tenaga Lain- Total
ASN TNI POLRI Buruh Pertanian
Negara BUMD Swasta swasta Medis lain
Wates 704 32 111 6 810 278 111 2110 2508 55 21 11238
Karangwuni 40 6 8 1 34 1188 2 298 308 5 10 2682
Sogan 31 12 12 1 42 394 5 243 105 4 13 1634
Kulwaru 56 19 10 0 89 806 5 271 181 4 15 2341
Ngestiharjo 76 6 5 2 137 729 14 354 331 7 13 2810
Bendungan 177 22 34 1 415 1070 15 870 886 13 25 5764
Triharjo 172 26 46 0 245 1306 17 1066 932 11 22 5767
Giripeni 280 25 46 0 799 828 31 1079 967 30 26 6341
Jumlah
(Tahun 1536 128 211 11 2571 6599 200 6291 6218 129 145 38511
2016)
Sumber: BPS Kabupaten Kulon Progo 2016

Karena merupakan ibukota dari Kabupaten Kulon Progo,


Kecamatan Wates menjadi pusat pemerintahan dan pusat kegiatan
ekonomi. Meskipun merupakan ibukota, sebagian besar penduduk di
Kecamatan Wates bermatapencaharian di bidang pertanian. Hasil
utama dari sektor pertanian di Wates ialah tanaman padi-palawija
dan holtikultura.
3.6.2. Perkembangan PDRB

Tabel 1.14. PDRB Berdasarkan Sektor Tahun 2009


Kontribusi
NTB
Terhadap Pertumbuhan
No Sektor Berlaku (Rp
Kabupaten (%)
Juta)
(%)
1 Pertanian 74369 9,59 2,76
Pertanmbangan &
2 377 1,17 -3,24
Penggalian
3 Industri Pengolahan 26198 5,33 3,69
Listrik, Gas, dan Air
4 5379 19,96 5,16
Bersih
5 Bangunan 21219 11,08 5,62
Perdagangan, Hotel,
6 109774 20,41 6,1
dan Restoran
Pengangkutan dan
7 92006 25,92 4,31
Komunikasi
Keuangan, Real
8 Estate, dan Jasa 53255 26,5 7,93
Perusahaan
9 Jasa-jasa 224908 34,07 3,71
Total 607485 17,11 4,00
Sumber: BPS Kabupaten Kulon Progo(2009)

Pada tahun 2009, Kecamatan Wates berkontribusi terhadap


PDRB Kabupaten Kulon Progo sebesar Rp 607.485.000.000,- .
Kecamatan Wates berkontribusi dengan persentase terbesar
yaitu sebanyak 18,57% dari total seluruh PDRB di Kulon Progo.
3.6.2. Pertumbuhan Ekonomi

Tabel 1.15. Persentase


PertumbuhanEkonomi Kecamatan Wates

Tahun Pertumbuhan
Ekonomi (%) Laju pertumbuhan ekonomi berfungsi
2005 4,35 untuk melihat kinerja perekonomian di suatu
2006 5,16
wilayah. Laju perekonomian diperoleh dari
2007 4,68
2008 5,55 membandingkan Produk Domestik Regional
2009 4,55
Sumber: BPS Kabupaten Bruto(PDRB) pada suatu tahun dengan
Kulon Progo (2005-2009)

PERTUMBUHAN EKONOMI KECAMATAN WATES TAHUN


2005-2009
6
5.55
5.16
PERTUMBUHAN EKONOMI(%)

5
4.68 4.55
4.35
4

0
2005 2006 2007 2008 2009

TAHUN

tahun sebelumnya.

Sumber: BPS Kabupaten Kulon Progo (2005-2009)

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, dapet kita lihat bahwa


pertumbuhan ekonomi di Kecamatan Wates tidak stabil. Terjadi
peningkatan dan penurunan secara bergantian. Peningkatan terjadi
di tahun 2006 dari 4,35% menjadi 5,16% dan pada tahun 2008
dari 4,68% menjadi 5,55%.
3.7. Potensi dan Masalah

3.7.1. Potensi

1. Bidang Pertanian
Pertanian di Kecamatan Wates tidak hanya terfokus pada tanaman
yang dibudidaya, tapi juga fokus pada peningkatan pendapatan
petani. Hal ini mendorong petani untuk menanam jenis tanaman
yang memiliki hasil lebih menjanjikan dan bernilai ekonomi
tinggi.
2. Bidang Peternakan, Perikanan, dan Kelautan

Selain pertanian, kecamatan wates juga memiliki potensi


bidang perikanan dan budidya perikanan air tawar, salah satu
kegiatan yg sudah di kembangkan adalah adanya kolam ikan
milik desa dan kolam ikan perorangan.

3.7.2. Masalah

1. Bidang Industri

Pabrik rambut palsu PT.Sung Chang mempekerjakan 3000


buruh yang mayoritas adalah wanita. Hal ini mengindikasikan
adanya eksploitasi terhadap perempuan karena upahnya lebih
murah daripada buruh laki-laki.

2. Lingkungan

Penambangan pasir besi yang merusak lingkungan kawasan


pantai yang merupakan kawasan pertanian lahan pasir.
BAB III
RANCANGAN KEGIATAN

3.1 Kebutuhan data

Data yang dibutuhkan untuk kegiatan analisis kami berdasarkan yang


telah kami kaji mengenai kesesuaian dengan analisis studio perencanaan
yaitu ruang lingkup kecamatan PDRB. Data yang dibutuhkan juga
disesuaikan dengan kriteria tabel kebutuhan data pada poin perekenomian,
PDRB yang memiliki keterkaitan antara Kecamatan Wates dengan
Hinterlandnya desa-desa atau mencakup ruang lingkup makro dengan
ingin mengetahui seberapa besar pengaruh perekonomiannya, dapat dilihat
dari tren atau time series yang secara berkala lima tahun kebelakang. Data
time series berguna untuk melihat potensi perkembangan maupun siklus
yang terjadi pada kebutuhan tertentu agar bisa memprediksi apa yang
terjadi dimasa sekarang dan mendatang di kebutuhan itu.
3.2 Metode dan Teknik Yang Digunakan

3.2.1. Pengumpulan Data Primer

Metode primer merupakan sumber data penelitian yg di peroleh


secara langsung dari sumber aslinya yg berupa wawancara,jajak
pendapat dari individu atau kelompok orang.

1. Observasi lapangan
Observasi lapangan adalah pengamatan secara langsung di
wilayah amatan untuk mengetahui kondisi dan karakteristik
di kecamatan Wates.

2. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan antara pewawancara
dengan masyarakat di daerah tersebut yg bertujuan untuk
menggali informasi yg ada secara langsung sesuai data yg
kita cari.

Adapaun responden yg akan di wawancarai sebagai berikut :

- Masyarakat setempat : Bertujuan untuk mengetahui


pendapat masyarakat terhadap karkteristik kondisi wilayah.
- Pekerja : Hal ini bertujuan untuk mengetahui asal-usul
masyarkat yang memilih untuk bekerja di berbagai bidang
usaha
- Pemerintahan : bertujuan untuk mengetahui kondisi yang
secara nyata tentang perkembangan daerah terssebut

3.2.2. Pengumpulan Data Sekunder

Metode sekunder merupakan data penelitian yg diperoleh


peneliti secara tidak langsung melainkan melalui media perantara.
Data umumnya berupa catatan, laporan ataupun artikel.
- Instansi setempat : bertujuan untuk mengetahui data daerah dan
meminta data yg di perlukan dalam studio
- Internet : mencari data yg tidak ada dalam instansi baik berupa data
maupun gambar mengenai daerah tersebut

3.3 Pengolahan data

3.3.1 Tahapan Kompilasi Data

Kompilasi data ini dilakukan setelah seluruh data diperoleh dari


berbagai sumber baik data primer dan sekunder. Tahapan-tahapan ini
merupakan langkah pelaksanaan kegiatan lapangan, kompilasi
memiliki beberapa tahapan yaitu :

- Verifikasi, yakni pemeriksaan data secara umum dengan mengacu


kepada tabel kebutuhan data.
- Klasifikasi, pengelompokkan data berdasarkan tujuan yang
diinginkan.
- Validasi, yakni penilaian terhadap data, apakah data-data yang
sudah cukup valid dan representatif mewakili kondisi yang diamati.
- Tabulasi, proses akhir dalam penyusunan data agar mudah dibaca
dan dipergunakan sesuai yang diinginkan.

3.3.2 Analisis Data

- Analisis Produksi
Analisis produksi ini memakai metode deskriptif dengan input
data karakteristik tenaga kerja, bahan baku, teknologi peralatan,
dan sarana prasarana yang mendukung perkembangan penghasilan
masyarakat setempat. Analisis ini dapat melihat pengaruh faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil produksi salah satunya adalah
perkembangan teknologi di dalam proses produksi. Hal ini
bertujuan agar mempermudah dalam penganalisaan terhadap
proyeksi kebutuhan aktivitas produksi hingga tahun mendatang.

- Analisis Wilayah
Analisis ini memakai metode deskriptif yang dilihat dari jenis
pekerjaan yang mendominasi penduduk Kecamatan Wates. Metode
ini digunakan untuk mengetahui kelompok apa saja yang mengacu
pertumbuhan penduduk pada kelompok umur, kelompok tenaga
kerja, kelompok per-KK, kelompok agama, dan hasilnya didapat
dan dilihat perkependudukan yang volume sektoral menuju ke
Kabupaten.

- Analisis kelembagaan (Pemerintah non pemerintah)


Analasis ini berbentuk deskriptif yang berisikan kemajuan
kontribusi kelembagaan yang menganyom atau memberikan
bantuan memfasilitasi pada hasil produksi dan ketenagakerjaan.
Fasilitasi yang terkait seperti akses jalan, kebutuhan yang berguna
dan bermanfaat pagi para pekerja.

- Analisis Pasar
Analisis ini berfungsi untuk mengetahui proses pelayanan
pasar dan pemasaran. Target yang diincar adalah para konsumen
yang berkunjung dan membeli mendapatkan pelayanan seperti apa,
bagaimana, dan kenapa.

- Analisis AMDAL
Analisis AMDAL ini menjelaskan tentang sistem pengelolaan
limbah dan hasil akhir pembuangannya. Analisis ini memberikan
gambaran mengenai keadaan lingkungan sekitar dan pengaruh
dampak bagi lingkungan sekitar.
3.4. Tabel Analisis

Kolom data di sini adalah kebutuhan data yang membahas data pada
kegiatan perencanaan ini. Kami mengumpulkan data lalu di pilah lagi
untuk dimasukkan ke dalam sub-sub data di Excel. Sebelum dimasukkan
data yang didapat di urutkan sesuai aspek-aspeknya. Setiap aspek itu
memiliku sub bab lagi dengan data yang berbeda, kami membedakan
sesuai dengan hasil data yang di dapat, misal data per Kelurahan di
Kecamatan Wates. Setelah memasukkan data yang diperoleh yang sudah
dimasukkan kedalam tabel, kami bisa melakukan proses pengumpulan data
dalam kegiatan ini.
Data Analisis Tujuan analisis Sasaran Tujuan

 Letak Geografis Analisis Mengetahui profil  Teridentifikas Studio


 Batas Geografis wilayah tersebut inya profil perencanaan
Administratif dan secara luas di
kota untuk
 Jumlah Administr wilayah itu
Pedukuhan, RT, merancang
asi
dan RW kegiatan
 Luas Wilayah lapangan,
 Jarak melakukan
 Topografi Analisis Mengetahui kondisi Teridentifika
kompilasi data,
 Klimatologi Fisik wilayah alam sinya kondisi
 Hidrologi wilayah dari dan melakukan
Alam
 Jenis Tanah tanah sampai analisis terkait
 Penggunaan cuaca aspek
Lahan kepdndudukan,
ekomoni, dan
 Jumlah Analisis Mengetahui  Teridentifikasi fisik
Penduduk kependud perkembangan bagaimana
 Penduduk ukan penduduk kepadatan
menurut umur penduduk
 Jumlah Rumah dengan
Tangga kelompok
 Kepadatan umur dan juga
Penduduk migrasinya
 Angka kelahiran
dan kematian
 Migrasi datang
dan pergi
 Koperasi Analisis Mengetahui kegiatan  Teridentifikasi Studio
Sosial dan sosialnya nya ada berapa
banyak
perencanaan
Budaya
kegiatan sosial kota untuk
yang ada di merancang
sana baik kegiatan
swasta atau
negeri lapangan,
melakukan
kompilasi data,
 Mata Analisis Mengetahui  Teridentifikasi
dan melakukan
Pencaharian Ekonomi bagaimana pekerjaan nya mata
Penduduk pencaharian analisis terkait
masyarakat dan
 Industri industri yang ada yang paling aspek
banyak dan kependudukan,
disana
industri yang
berperan
ekomoni, dan
banyak untuk fisik
wilayah itu.
 Transportasi Analisis Mengetahui sarana  Terlihat
 Perdagangan Sarana yang ada di wilayah mencukupi
dan jasa dan tersebut dan terawat
 Pendidikan Prasarana atau tidak
 Kesehatan
 Peribadatan
 Jalan
 Listrik

3.5. Kerangka analisis

Kerangka analisis ini digunakan untuk mempermudah dalam


menggambarkan untuk melakukan analisis. Data yang di cari meliputi aspek
geografis dan administrasi, fisik alam, kependudukan, sosial budaya,
ekonomi, dan sarana prasarana. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apa
saja yang ada di wilayah Kecamatan Wates apa potensi yang dimilikinya.
Analisis geografis dan administrasi meliputi letak geografis, luas wilayah,
jumlah pendukuhan dan jarak untuk mengetahui bagaimana sifat wilayah
tersebut. Untuk analisis fisik alam ini meliputi seperti topografi dan
penggunaan lahan untuk mengetahui karakter wilayahnya. Untuk analisis
kependudukan seperti jumlah penduduk dan angka kelahiran kematian untuk
mengetahui perkembangan penduduk baik penduduk asli ataupun migrasi.
Aspek sosial budaya menganalisis misal koperasi untuk mengetahui
bagaimana kegiatan sosial disana apakah didominasi pemerintah atau swasta.
Untuk aspek ekonomi misal mata pencaharian, industri ini untuk mengetahui
apa yang mendorong perkembangan wilayah tersebut melalui ekonomi di
masyarakat. Analisis sarana dan prasarana mengetahui apa saja yang tersedia
di wilayah tersebut bagaimana kondisinya apakah terpelihara atau tidak,
lengkap atau tidak.

No Kode Aspek Pembahasan Justifikasi


Untuk mengidentifikasi letak
Geografis dan kecamatan Wates berdasarkan letak
1 A1
Administrasi geografis dan administrasi

2 A2 Fisik Alam Untuk mengetahui kondisi keadaan


alam di Wates
Untuk mengidentifikasi jumlah
3 B1 Kependudukan penduduk yang tinggal di kecamatan
Wates
Untuk mengetahui kehidupan sosial
4 C1 Sosial dan Budaya masyarakat dan tingkat partisipasi
masyarakat dalam kegiatan budaya

5 D1 Ekonomi Untuk mengetahui perkembangan


ekonomi di Kecamatan Wates

6 E1 Sarana Untuk mengetahui sarana yang ada di


Kecamatan Wates

7 E2 Prasarana Untuk mengetahui prasarana yang ada


di Kecamatan Wates

3.6. Metode Pendekatan analisis studi

Setelah data didapatkan metode ini digunakan untuk melakukan analisis


studi. Metode yang kami terapkan ialah metode analisis kuantitatif dan
kualiatif. Berikut penjelasan mengenai metode-metode tersebut.

a. Metode Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif menganalisis data yang berbentuk dalam angka dan


terukur, seperti data penduduk, jumlah dan jenis prasarana di Kecamatan
Wates.

Metode Alat Analisis Tujuan Output


Menetukan skala
Skala prioritas yang
prioritas objek studi
terdapat pada
Pemobotan yang ditinjau dari
permasalahan
permasalahan, data
wilayah studi.
lapangan
Data kepadatan
penduduk yang telah
Mengetahui kepadatan dpat dihasilkan dari
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 penduduk di wilayah BPS sebagai
Kepadatan
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ studi dilihat dari gambaran
Penduduk
penghasilan de jure dan perkembangan
de facto Kecamatan Wates
dan Kabupaten
Kulon progo.
Mengetahui jumlah Kebutuhan sarana
Perhitungan
Literatur kebutuhan sarana dan dan prasarana sesuai
standar
prasarana. standar.

b. Metode Analisis Kualitatif


Analisis kualitatif ini lebih mudah dipahami karena menjalaskannya secara
umum seperti kondisi sarana prasarana, kondisi kehidupan masyarakatnya,
dan kondisi perkembangan daerahnya.

Hasil dari teknik analisis ini digunakan untuk mengolah data yang
diperoleh dari beberapa data yang didapat.
BAB IV

RENCANA KERJA

4.1. Organisasi kerja

4.1.1. Manajemen tim

Struktur organisasi dibentuk untuk mengatur setiap anggota


kelompok agar melakukan setiap tugas yang diberikan. Berikut struktur
organisasi kelompok kami.

Tabel 4.1
Struktur Organisasi

Jabatan Nama NIM

Ketua Deden Naupal Gumelar 5161511045

Sekretaris Dimas Ardianto 5161511029

Bendahara Baiq Vidy Tiara Dewi 5161511045

Koordinator Proposal Teknis Handitya Sunugraha 5161511011

Koordinator Survei Lapangan Anjas Eza Nugraha 5161511009

Koordinator Laporan akhir M.Rafly Alfika Wijaya 5161511063

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 8 Studio Perencanaan, 2017

4.1.2. Kode etik

Kode etik ini disusun agar pelaksanaan setiap kegiatan yang


berkaitan dengan tugas kelompok studio perencanaan berlangsung
dengan disiplin dan sistematis. Berikut poin-poin kode etik yang telah
kami sepakati:
1. Mencatat dokumen apa saja yang dibutuhkan dan yang akan
dicari dalam kegiatan survei.
2. Melakukan pembagian tugas sebelum melakukan survei atau
kegiatan kelompok lainnya.
3. Anggota yang tidak dapat mengikuti kegiatan kelompok harus
memberi kabar yang jelas terlebih dahulu.
4. Anggota diharuskan menyelesaikan tugasnya masing-masing.

4.1.3. Standar kerja survey lapangan

Agar mendapatkan hasil data yg baik dan maksimal setiap anggota di


haruskan melakukan tanggung jawab terhadap tugasnya masing- masing
dan juga harus tau tugas secara keseluruhan.

Standar kerjanya sebagai berikut:

1. Dalam melakukan survei lapangan dikoordinasi oleh ketua kelompok.


2. Sebelum melakukan survei ketua kelompok membagi tugas masing-
masing anggota.
3. Setiap survei anggota wajib membawa peralatan pribadi yang
diperlukan seperti HP, dompet, kamera, dan form survei).

4.2. Alokasi dan mobilisasi kerja personil

Dalam penyusunan laporan ini di susun sebuah pembagian kerja agar


dalam penyusunan laporan dapat mencapai target laporan yg jelas dan dapat
terpenuhi secara optimal.

a) Proposal Teknik
Koordinator Proposal Teknis : Handitya Sunugraha
Bendahara : Baiq Vidy Tiara Dewi
Anggota : Dimas Ardianto
Deden Naupal Gumelar
Anjas Eza Nugraha
M.Rafly Alfika Wijaya

Perizinan
Koordinator Perizinan : Deden Naupal Gumelar
Handitya Sunugraha

b) Pelaksanaan Survei
- Koordinator : Anjas Eza Nugraha
- Foto objek : Dimas Ardianto
- Kuesioner : Baiq Vidy Tiara Dewi

Survei Instansi

- BAPPEDA(Infrastruktur& Sosial Budaya) : Deden Naupal Gumelar


Baiq Vidy Tiara Dewi
BAPPEDA(Penanaman Modal) : Handitya Sunugraha
Dimas Ardianto
- Kantor Kecamatan : Handitya Sunugraha
Deden Naupal Gumelar
- BPS Kabupaten Kulon Progo : Dimas Ardianto
M.Rafly Alfika Wijaya
Anjas Eza Nugraha
- BPS Provinsi D.I.Yogyakarta : Baiq Vidy Tiara Dewi
Handitya Sunugraha

c) Laporan Akhir
Koordinator : M.Rafly Alfika Wijaya
Sekretaris : Dimas Ardianto
Bendahara : Baiq Vidy Tiara Dewi
Anggota : Deden Naupal Gumelar
Handitya Sunugraha
Anjas Eza Nugraha
4.3 Jadwal Kegiatan

Dalam kegiatan studio di diadakan sebuah jadwal kerja yg bertujuan agar


semua kegiatan berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan dan ini sebagai
acuan bagi kelompok agar hasilny menjadi maksimal. Tabel jadwal kegiatan
terdapat di lampiran.

4.4 Anggaran Dana

Anggaran dana ini merupakan perhitungan (rekapitulasi) pengeluaran dan


pemasukan dalam melakukan kegian studio.

Keperluan Pengeluaran

Surat pengantar ke instansi Rp 10000

5xRp 2000

Print out Rp 1000

4.5 Rencana pengambilan foto

Dalam melakukan kegiatan survei diadakan kegiatan pengambilan foto


maupun video sebagai tambahan dalam mendukung data yg sudah ada untuk
memperlihatkan kondisi nyata yg ada di lokasi amatan.

Aspek pembahasan Nama data Pengambilan foto

Ekonomi Barang produksi Pabrik , dll

Tata guna lahan Sawah, bangunan,

Sarana & Prasarana Transportasi, drainase, Kondisi jalan, rumah


listrik, pendidikan, dan sakit, angkutan umum,
pariwisata kampus, sekolah, kondisi
drainase, pelabuhan,
sutet dan objek wisata,
dll

Sosial Budaya Kegiatan masyarakat,


mata pencaharian

Lampiran

Form Wawancara

Tabel Kebutuhan Data bisa masuk ke lampiran

Jadwal Kegiatan

Kerangka Kerja

Anda mungkin juga menyukai