Anda di halaman 1dari 4

Provinsi Sulawesi Tengah memiliki semboyan Maliu Ntinuvu’ yang memiliki arti

Mempersatukan Semua Unsur Dan Potensi Yang Ada. Provinsi Sulawesi Tengah
berdiri pada tanggal 23 September 1964 berdasarkan UU No.13 Tahun 1964 dengan
beribukota di kota Palu. Sulawesi Tengah memiliki 10 kabupaten, 1 kotamadya, 149
kecamatan, 147 kelurahan, dan 1.593 desa.

Berikut ini tabel Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah

No Kabupaten/Kota Ibu Kota

1 Kabupaten Banggai Luwuk

2 Kabupaten Poso Poso

3 Kabupaten Donggala Donggala

4 Kabupaten Toli-Toli Toli-Toli

5 Kabupaten Buol Buol

6 Kabupaten Morowali Bungku

7 Kabupaten Banggai Kepulauan Salakan

8 Kabupaten Parigi Moutong Parigi

9 Kabupaten Tojo Una Una Ampana

10 Kabupaten Sigi Sigi Biromaru

11 Kota Palu Palu


Sejarah singkat Propinsi Sulawesi Tengah. Propinsi terbesar dipulau Sulawesi adalah
Sulawesi Tengah dengan luas daratan 68,033 kilo meter persegi dan wilayah laut
189,480 kilometer persegi,terletak dibagian barat kepulauan malukudan bagian
selatan Negara Filipina. Secara administratif terbagi dalam Sembilan kabupaten dan
satu, kota yakni kabupaten Donggala, parigi Moutong , poso, morowali,Tojo unauna,
Banggai, banggai kepulauan Tolitol, Buol dan Sigi serta kota palu. Jumlah penduduk
Sulawesi Tengah 2.875.000 jiwa sesuai sensus penduduk tahun 2007.

Sulawesi merupakan pulau terbesar ke-5 di Indonesia setelah papua, Kalimantan


dan Sumatra dengan luas daratan 227.654 km2. Bentuk unik menyerupai huruf K
yang membujur dari utara kesalatan dan tiga semenanjung yang membujur ketimur
laut, timur dan tenggara. Pulau ini dibatasi oleh selat makasar dibagian barat yang
menjadikannya terpisah dari Kalimantan serta dipisahkan dari kepulauan Maluku
oleh laut Maluku.

Suku yang mendiami Provinsi Sulawesi Tengah yaitu Suku Kaili, Suku Kulawi, Suku
Lore, Suku Pamona, Suku Mori, Suku Bungku, Suku Saluan atau Loinang, Suku
Balantak, Suku Mamasa, Suku Taa, Suku Bere’e, Suku Banggai, Suku Buol, Suku toli-
Toli, Suku Tomini, Suku Dampal, Suku Dondo, Suku Pendau, Suku Dampelas, Suku
Da’a, Suku Wana, Suku Sease, Suku Ta’, Suku Daya. Sedangkan pendatang
diantaranya Suku Jawa, Suku Bali, Suku NTB, Suku NTT, Suku Bugis, Suku
Makassar, dan Suku Toraja.

Bahasa yang digunakan masyarakat Sulawesi Tengah adalah Bahasa Kaili, Bahasa
Makassar, Bahasa Bugis, Bahasa Toraja, dan bahasa lainnya.

Senjata Tradisional dari Sulawesi Tengah yang terkenal adalah Pasatimpo, Tombak
Kanjae/Surampa, Sumpit, dan Parang.

Tari Daerah Sulawesi Tengah diantaranya Tari Dero, Tari Pontanu, Tari Pamonte,
Tari Baliore, Tari Jepeng, Tari Motaro, Tari Pepoinaya, Tari Posinani, Tari Peule
Cinde, Tari Cingke, Tari Kalanda, dan Tari Mamosa.

Lagu yang terkenal diantaranya Lagu Hulandalo, Lagu Lipuu, Lagu Ambikoko, lagu
Mayi Delungga, Lagu Mokarawo, Lagu Tobualalo Lo Limuto , Lagu Binde Biluhuta,
Lagu Tananggu Kaili, Lagu Tondok Kadadingku, Lagu Rano Poso, Lagu Wita Mori,
dan Lagu Tope Gugu.

Alat Musik yang sering dimainkan di Sulawesi Tengah adalah Ganda, Gendang,
Kere-Kere Gelang, Keso-Keso, Lembang, dan Popondi.

Rumah adat tradisional Sulawesi Tengah adalah Rumah Souraja atau rumah besar
untuk kediaman tidak resmi raja dan keluarga.
Banyak cerita rakyat daerah Sulawesi Tengah diantaranya Tadulako Bulili, Asal Mula
Ikan Duyung, Putri Lumbung Kapas, dan Sesentola Dan Burung Garuda.

Pakaian adat Sulawesi Tengah, para lelakinya memakai Buya atau sarung seperti
model eropa hingga sepanjang pinggang dan keraba semacam blus yang
dilengkapidengan benang emas. Kaum perempuanya memakai baju yang disebut
patimah lola. Kepala dan dahi diberi hiasan berupa dadasa atau pending.

Makanan khas di Sulawesi Tengah adalah Kaledo, Sop Tulang Sum-sum, Masakan
dari Sugili/Belut, Burasa, Gore-gore, Uta Dada, Batu Tunu, Uta Kelo, Nasi Kuning,
Sayur Kelor, Ayam Bakar Biromaru, dan Pisang Molen. Sedangkan untuk
minumannya yaitu Es Kelapa dan Kelapa Kopyor.

Hampir semua bagian propinsi ini bergunung-gunung (kira-kira 42,80% di atas


ketinggian 500 M dari dari permukaan laut).dan puncak tertinggi adalah gunung
nokilalaki yang mencapai 2.610 M. selain gunung Sulawesi Tengah memiliki
beberapa sungai diantaranya sungai arung jeram, sungai gumbasadan sungai palu.
Juga terdapat danau yang menjadi obyek wisata terkenal yakni danai poso dan
danau Lindu.

Sulawesi tengah memiliki beberapa kawasan konservasi seperti suaka alam, suaka
margasatwa dan hutan lindung yang memiliki keunikan flora dan fauna unik
sekaligus menjadi obyek penelitian bagi para ilmuwan dan naruralis. Ibukota
Sulawesi Tengah adalah palu. Kota ini terletak di teluk palu dan berbagai dua oleh
sungai palu yang membujur dari lembah palu dan bermuara di laut.

Binatang khas Pulau Sulawesi adalah Anoa yang mirip seperti Kerbau, Babi Rusa
yang berbulu sedikit dan memiliki taring di mulutnya, Tersier, Monyet Tanlena
Sulawesi, Kuskus Marsupial Sulawesi yang berwarna-warni dan merupakan varitas
binatang berkantong, serta Burung Maleo yang bertelur pada pasir yang panas.

Hutan Sulawesi juga memiliki ciri tersendiri, didominasi oleh Kayu Agatis yang
berbeda dengan Sunda Besar, didominasi oleh Pinang-Pinangan (Spesies
Rhododendron). Flora antara lain Damar (Aghatis Damara), Leda (Eucaliptus
deglupta), Wanga (Figaletta Filaris) dan Kayu itam (Dyosphiros celebica) yang
popular dengan nama Ebony yang menjadi symbol Flora Sulawesi Tengah. Fauna
terdapat 127 jenis antara lain anoa pegunungan (Anoa quarlessi), Babirusa
(Babyroussa babirusa), Tarsius (Tarsius Spectrum), serta Musang Sulawesi
(Macrogalidia muaschenbroekit), bermacam jenis Rotan (Calamus suv) dijumpai
disemua type hutan. Terdapat 227 jenis burung dimana 77 jenis merupakan endemik
sulawesi antara lainAllo atau Rangkong (Rhyceras cassidix), Maleo (Macrocephalon
maleo) yang menjadi symbol Fauna Sulawesi Tengah, serta kupu-kupu termasuk
yang berwarna biru papilo Blumei.

Hasil alam Sulawesi Tengah diantaranya kopra, kopi, roan, kopel kayu hitam, kayu
badar, jagung kelapa, minyak kayu putih, kakao, padi, cengkih, dan ubi kayu.
Budaya Basiara di desa ini tidak seperti silaturahmi usai Lebaran di kota-kota lainnya
di Indonesia. Masyarakat Desa Galumpang diatur sedemikian rupa oleh pemerintah
desa serta tokoh masyarakat hingga memiliki jadwal untuk menerima tamu dan
berkunjung kepada sanak saudara serta kerabat mereka di desa tersebut.

Tamu yang datang terbilang unik dan tidak seperti kota atau desa lainnya. Puluhan
hingga ratusan masyarakat per harinya bisa datang ke rumah warga dengan
berbondong-bondong. Dengan jadwal yang sudah ditentukan sebelumnya, pastinya
tuan rumah sudah siap dengan kedatangan para tamu kerabat mereka ini.

"Sudah ratusan tahun budaya ini dipertahankan oleh masyarakat, sebab budaya ini
dapat mempererat tali persaudaraan antara sesama," kata tokoh masyarakat, Jabir
Rabile.

Jabir juga menjelaskan Basiara ini sudah diwarisi turun temurun. Menurutnya, di
tengah isu radikalisme dan maraknya aksi terorisme di Indonesia, budaya Basiara
bisa menjadi salah satu solusinya.

"Dengan Basiara hampir semua anggota masyarakat desa saling mengenal satu
sama lainnya, akhirnya tak ada anggota masyarakat yang merasa tersisihkan," ujar
Jabir, mantan orang nomor satu di desa itu.

Dia menambahkan, radikalisasi susah untuk masuk di desa yang penduduknya


saling mengenal satu sama lain. "Jadi. kalau ada hal-hal aneh yang dilakukan salah
satu anggota masyarakat itu, dengan cepat langsung terdeteksi, sebab semua
masyarakat saling kenal-mengenal, baik kehidupan maupun kebiasaan hingga Mata
pencaharian," tuturnya.

Anda mungkin juga menyukai