Anda di halaman 1dari 34

Sulawesi Selatan

Sulawesi Selatan adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian selatan
Sulawesi. Ibu kotanya adalah Makassar, dahulu disebut Ujungpandang.

1. Rumah Adat
Rumah adat Sulawesi Selatan disebut Tongkonan. Tongkonan adalah rumah adat
orang Toraja di Sulawesi Selatan. Kolong rumah itu berupa kandang kerbau belang atau
tedong bonga. Kerbau ini merupakan lambang kekayaan, disepan rumah tersusun tanduk
tanduk kerbau,sebagai perlambang pemiliknya telah berulang kali mengadakan upacara
kematian secara besar besaran.
Rumah Adat Tongkongan
2. Pakaian Adat
Pakaian adat Selawesi Selatan yang dipakai prianya berupa tutup kepala, baju yang
disebut baju bella dada, sarung yang disebut tope, keris tata ropprng (terbungkus dari emas
seluruhnya) dan gelang nada yang disebut pottonaga.

Sedangkan wanitanya memakai ikat kepala, baju lengan pendek, Tope atau sarung
dengan rantainya, ikat pinggang dengan sebilah keris terselip didepan perut. Perhiasan yang
dipakai adalah anting anting panjang atau bangkara arowe, kalung tunggal atau geno sibatu
dan gelang tangan. Pakaian ini berdasarkan adat Bugis Makasar.

3. Tari tarian Daerah Selawesi Selatan


a. Tari Kipas, yang mempertunjukkan kemahiran para gadis dalam memainkan kipas dalam
suasana gemuaku sambil mengikuti alunan lagu.
b. Tari Basaro, merupakan tarian untuk menyambut para tamu terhormat. Gerak gerakkan
badannya sangat luwes.
c. Tari Boda, yang mendasarkan garapannya pada unsur gerak tari tradisional yang
berkembang di Kabupaten Selayar. Dengan iringan musik Boda kesuluruhan gerakkannya
menggambarkan luapan kegembiraan gadis gadis dimalam terang bulan pada saat menjelang
musim panen.

Tari Kipas
4. Senjata Tradisional
Badik merupakan senjata tradisional yang sangat terkenal di Sulawesi Selatan.
Bentuknya kokoh dan cukup mengerikan. Senjata terkenal lainnya adalah peda (semacam
perang), sabel, tombak, dan perisai.

Badik

5. Bahasa Daerah
Bahasa yang umum digunakan adalah:
Bahasa Makassar adalah salah satu rumpun bahasa yang dipertuturkan di daerah
Makassar dan Sekitarnya.

Bahasa Bugis adalah salah satu rumpun bahasa yang dipertuturkan di daerah Bone
sampai ke Kabupaten Pinrang, Sinjai, Barru, Pangkep, Maros, Kota Pare Pare, Sidrap,
Wajo, Soppeng Sampai di daerah Enrekang, bahasa ini adalah bahasa yang paling
banyak di pakai oleh masyarakat Sulawesi Selatan.

Bahasa Pettae adalah salah satu bahasa yang dipertuturkan di daerah Tana Luwu,
mulai dari Siwa,Kabupaten Wajo, Enrekang Duri, sampai ke Kolaka Utara,Sulawesi
Tenggara.

Toraja adalah salah satu rumpun bahasa yang dipertuturkan di daerah Kabupaten
Tana Toraja dan sekitarnya.

Bahasa Mandar adalah bahasa suku Mandar, yang tinggal di provinsi Sulawesi
Barat, tepatnya di Kabupaten Mamuju, Polewali Mandar, Majene dan Mamuju Utara.
Di samping di wilayah-wilayah inti suku ini, mereka juga tersebar di pesisir Sulawesi
Selatan, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.

Bahasa Massenrempulu adalah salah satu rumpun bahasa Austronesia di Sulawesi


Selatan. Bahasa ini memiliki tiga kelompok dialek di Kabupaten Enrekang, yaitu
dialek Duri, Endekang dan Maiwa. Kelompok dialek bahasa Duri memilki kedekatan
dengan bahasa Toraja dan bahasa Tae' Luwu. Penuturnya tersebar di wilayah utara
Gunung Bambapuang, Kabupaten Enrekang sampai wilayah perbatasan Tana Toraja.
Kelompok dialek bahasa Endekang mempunyai penutur di ibukota Kabupaten
Enrekang dan beberapa kecamatan sekitarnya. Sedangkan penutur kelompok dialek
bahasa Maiwa terdapat di Kecamatan Maiwa dan di Kecamatan Bungin (Maiwa
Atas).
Bahasa Konjo terbagi menjadi dua yaitu Bahasa Konjo pesisir dan Bahasa Konjo
Pegunungan, Konjo Pesisir tinggal di kawasan pesisir Bulukumba dan Sekitarnya, di
sudut tenggara bagian selatan pulau Sulawesi sedangkan Konjo pegunungan tinggal di
kawasan tenggara gunung Bawakaraeng.

Bahasa Selayar adalah bahasa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat
Sulawesi Selatan yang bermukim diujung selatan provinsi ini khususnya Kab. Kep.
Selayar.

6. Lagu Daerah : Angin Mamiri, Pakarena, Marencong.

7. Adat Istiadat
Salah satu kebiasaan yang cukup dikenal di Sulawesi Selatan adalah Mappalili.
Mappalili (Bugis) atau Appalili (Makassar) berasal dari kata palili yang memiliki makna
untuk menjaga tanaman padi dari sesuatu yang akan mengganggu atau menghancurkannya.
Mappalili atau Appalili adalah ritual turun-temurun yang dipegang oleh masyarakat Sulawesi
Selatan, masyarakat dari Kabupaten Pangkep terutama Mappalili adalah bagian dari budaya
yang sudah diselenggarakan sejak beberapa tahun lalu. Mappalili adalah tanda untuk mulai
menanam padi. Tujuannya adalah untuk daerah kosong yang akan ditanam, disalipuri (Bugis)
atau dilebbu (Makassar) atau disimpan dari gangguan yang biasanya mengurangi produksi.

Mappalilli
8. Suku

SUKU TORAJA

Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi
Selatan, Indonesia, tepatnya di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara,
dan Kabupaten Mamasa. Agama yang dianut mayoritas agama Kristen, dan sebagian lainnya
menganut Islam dan kepercayaan animisme yang dikenal sebagai Aluk To Dolo. Aluk To
Dolo telah diakui oleh pemerintah Indonesia sebagai bagian dari Agama Hindu Dharma.
Pemerintah kolonial Belanda menamai suku ini Toraja pada tahun 1909. Suku Toraja terkenal
akan ritual pemakaman, rumah adat tongkonan dan ukiran kayunya.
Nama Toraja mulanya diberikan oleh suku Bugis Sidendereng dan dari luwu. Orang
Sidendreng menamakan penduduk daerah ini dengan sebuatn To Riaja yang mengandung arti
Orang yang berdiam di negeri atas atau pegunungan, sedang orang Luwu menyebutnya To
Riajang yang artinya adalah orang yang berdiam di sebelah barat. Ada juga versi lain
bahwa kata Toraya asal To = Tau (orang), Raya = dari kata Maraya (besar), artinya orang
orang besar, bangsawan. Lama-kelamaan penyebutan tersebut menjadi Toraja, dan kata Tana
berarti negeri, sehingga tempat pemukiman suku Toraja dikenal kemudian dengan Tana
Toraja.
Sebelum abad ke-20, suku Toraja tinggal di desa-desa otonom. Mereka masih menganut
animisme dan belum tersentuh oleh dunia luar. Pada awal tahun 1900-an, misionaris Belanda
datang dan menyebarkan agama Kristen. Setelah semakin terbuka kepada dunia luar pada
tahun 1970-an, kabupaten Tana Toraja menjadi lambang pariwisata Indonesia. Tana Toraja
dimanfaatkan oleh pengembang pariwisata dan dipelajari oleh antropolog. Masyarakat Toraja
sejak tahun 1990-an mengalami transformasi budaya, dari masyarakat berkepercayaan
tradisional dan agraris, menjadi masyarakat yang mayoritas beragama Kristen dan
mengandalkan sektor pariwisata yang terus meningkat.
Sulawesi Selatan memiliki empat kelompok etnis utama yaitu suku Bugis (meliputi pembuat
kapal dan pelaut), suku Makassar (pedagang dan pelaut), suku Mandar (pedagang, pembuat
kapal dan pelaut), dan suku Toraja (petani di dataran tinggi).

SUKU MAKASAR

Wilayah suku Makasar berada di Kabupaten Takalar Jeneponto, Bantaeng, Selayar,


Maros dan Pakajene. Pada umumnya kehidupan orang Makasar dan orang Bugis berbaur,
dengan penduduk terletak di pesisir pantai dan Teluk Bone, serta di sekitar Gunung
Lompobatang.

SUKU BUGIS
Merupakan kelompok etnik dengan wilayah asal Sulawesi Selatan. Penciri utama
kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat-istiadat, sehingga pendatang Melayu dan
Minangkabau yang merantau ke Sulawesi sejak abad ke-15 sebagai tenaga administrasi dan
pedagang di Kerajaan Gowa dan telah terakulturasi, juga dikategorikan sebagai orang Bugis.
Berdasarkan sensus penduduk Indonesia tahun 2000, populasi orang Bugis sebanyak sekitar
enam juta jiwa. Kini orang-orang Bugis menyebar pula di berbagai provinsi Indonesia, seperti
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Papua, DKI Jakarta, Kalimantan Timur, dan
Kalimantan Selatan. Disamping itu orang-orang Bugis juga banyak ditemukan di
Semenanjung Melayu ( Malaysia) danSingapura yang telah beranak pinak dan keturunannya
telah menjadi bagian dari negara tersebut. Karena jiwa perantau dari masyarakat Bugis, maka
orang-orang Bugis sangat banyak yang pergi merantau ke mancanegara.Dan sekarang suku
ini mendiami duabelas Kabupaten, yaitu Kab. Bulukumba, Sinjai, Bone, Soppeng, Sidenreng-
Rappang, Powelai-Mamasa, Luwu, Pare-pare, Barru, Pangkajene,Maros dan,Pinrang

SUKU ENREKANG

Suku Enrekang utara(SUKU DURI) yang mendiami wilayah utara dan pegunungan,
yang bersebelahan dengan wilayah suku Toraja, terlihat dari struktur fisik dan tulang lebih
mendekati dengan orang-orang dari Tanah Toraja. Juga dari segi bahasa lebih mirip dengan
bahasaToraja.
Orang Enrekang yang di bagian Utara mengalami akultirasi budaya dengan budaya Toraja,
sehingga karakter orang Enrekang Utara lebih berkerabat dengan orang Toraja.

Suku Enrekang selatan (SUKU MAIWA/MAROANGIN) yang mendiami wilayah


selatan, lebih banyak berakulturasi dengan Sidrap dan Pinrang yang mayoritas orang Bugis,
sehingga bahasa dan budayanya cenderung mendekati budaya dan bahasa Bugis.
Suku Enrekang tengah, yang mendiami wilayah tengah, tidak terpengaruh budaya
lain, sehingga orang Enrekang tengah, tetap menggunakan bahasa asli Enrekang, yakni
bahasa Patinjo. Bahasa Enrekang tengah, lebih dikenal dengan bahasa Konjo. Suku Enrekang
tengah ini lebih akrab dengan sebutan orang Pattinjo. Sedangkan orang Bugis menyebut
mereka sebagai suku Bugis Pattinjo.

SUKU KONJO PEGUNUNGAN

Adalah salah satu suku Konjo yang mendiami daerah dataran tinggi pegunungan di
kecamatan Tinggi Moncong yang beribukota Malino di kabupaten Gowa. Pemukiman suku
Konjo Gunung ini terdapat juga di kabupaten Sinjai provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah
Kalimporo/ Jannaya merupakan pusat wilayah suku Konjo Gunung, yang memiliki
keterikatan dengan daerah Tana toa lama dan desa-desa Konjo yang lain. Populasi suku
Konjo Gunung ini diperkirakan sebesar 150.000 orang

SUKU KONJO PESISIR


Suku Konjo sebagian besar tinggal di Kabupaten Bulukumba, kurang lebih 209 km
dari Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Suku Konjo mendiami 4 Kecamatan
(Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang, Kecamatan Bontobahari danKecamatan Herlang),
yang kesemuanya berada di wilayah bagian Timur Kabupaten Bulukumba.Orang Konjo
membangun kapal layar pinisi yang biasanya dikira dibuat oleh suku Bugis dan suku
Makassar.
Nama lain suku ini adalah Kajang merupakan perkampungan tradisional khas suku Konjo.
Di daerah ini terdapat hutan lindung yang memasuki tempat sakral ini, para pelancong atau
pendatang yang akan masuk ke wilayah ini harus memakai pakaian serba hitam. Selain di
Bulukumba Suku Konjo juga mendiami wilayah Kabupaten Sinjai (yang berbatasan
dengan Kabupaten Bulukumba bagian Utara) dan Kabupaten Barru (beberapa Desa di
Kecamatan Pujananting).

SUKU BENTONG

Adalah sebuah suku yang berdiam di wilayah desa Bulo-Bulo, kecamatan


Pujananting, kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Nama suku Bentong diperoleh karena suku
ini menggunakan bahasa yang berbeda dengan bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat
Barru sebagai komunitas Bugis, yaitu menggunakan perpaduan dari beberapa bahasa daerah
yang ada di Sulawesi selatan yaitu Makassar, Konjo, Bugis dan Mandar. Bentong sendiri
dalam bahasa Indonesia dapat diartikan cadel.
SUKU TOALA/PANNEI

Sumpang Bita adalah obyek wisata gua yang terdapat di Kab. Pangkep, Sulsel. Pada
dinding gua Sumpang Bita itu terdapat bekas gambar telapak tangan, dan telapak kaki
manusia, perahu, rusa dan babi hutan. Mungkin unsur-unsur ini menunjukkan gaya hidup
orang Toala/Pannei zaman dulu. Konon sejak 5000 tahun yang lampau merupakan tempat
hidup nenek moyang suku Toala/Pannei.

Sulawesi Barat

Sulawesi Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian barat
Sulawesi. Ibu kotanya adalah Mamuju.

1. Rumah Adat
Rumah adat Mandar, yakni rumah panggung yang memiliki bentuk yang hampir sama
dengan rumah adat suku Bugis dan Makassar. Perbedaanya pada bagian teras (lego) lebih
besar dan atapnya seperti ember miring ke depan. Bentuk rumah panggung yang berdiri
diatas tiang-tiangnya dimaksudkan untuk menghindari banjir dan binatang buas. Dan apabila
semakin tinggi tingkat kolong rumah menandakan semakin tinggi pula tingkat status sosial
pemiliknya. Atap rumah umumnya terbuat dari sirap kayu besi, bambu, daun nipah, rumbia,
ijuk atau ilalang. Tangga terbuat dari kayu (odeneng) atau bambu (sapana) dengan jumlah
anak tangganya ganjil. Tingkat dinding berbentuk segitiga yang bersusun sebagai atap juga
menunjukan kedudukan sosial pemilik rumah.

Rumah Adat Mandar

2. Pakaian Adat
Di Sulawesi Barat mempunyai keragaman baju tradisionalnya. Pakaian tradisional
Sulawesi Barat biasanya dikenakan dalam pertunjukan tari, acara pernikahan dll yang
memiliki keragaman dalam busananya.
Pakaian adat pada pria mengenakan jas yang tertutup dan berlengan panjang,
dipadukan celana panjang sebagai pakaian bawahnya. Terdapat kain sarung yang dililitkan
pada pinggangnya sampai kelutut. Sedangkan pakaian adat pada wanita Sulawesi Barat
mengenakan baju Bodo dengan dihiasi kalung, gelang serta giwang. pada bagian kepala
dikenakan sanggul dan beberapa hiasannya. Pakaian bawah dikenakan sarung yang
dikenakan seperti rok.
3. Tari tarian Daerah Selawesi Selatan
- Tari Bamba Manurung, ditujukan sewaktu acara pesta Adat Mamuju yang dihadiri
oleh para penghulu adat beserta para tokok adat. Pakaian tari ini disebut baju Badu,
dan di hiasi oleh bunga melati beserta kipas sebagai perlengkapan tarinya.

- Tari Bulu Londong, ditujukan pada acara Rambutuka sebagai rasa syukur
penduduknya.Pakaian tari ini mengenakan baju adat Mamasa yang berbahan bulu
burung. Perlengkapan tari yang dipakai adalah terompet, pedang atau tombak, sengo,
kepala manusia dll.

- Tari patuddu ditujukan dalam acara untuk menyambut para tetamu dari luar maupun
dalam negeri. Tarian ini merupakan tarian suku Mandar yang tinggal di Sulawesi
Barat.

Tari Patuddu

4. Senjata Tradisional
Badik atau badek bentuk khas yang dikembangkan oleh masyarakat Bugis dan
Makassar.

Badik

5. Bahasa Daerah
Bahasa yang umum digunakan adalah:
Bahasa Makassar adalah salah satu rumpun bahasa yang dipertuturkan di daerah
Makassar dan Sekitarnya.

Bahasa Bugis adalah salah satu rumpun bahasa yang dipertuturkan di daerah Bone
sampai ke Kabupaten Pinrang, Sinjai, Barru, Pangkep, Maros, Kota Pare Pare, Sidrap,
Wajo, Soppeng Sampai di daerah Enrekang, bahasa ini adalah bahasa yang paling
banyak di pakai oleh masyarakat Sulawesi Selatan.
Toraja adalah salah satu rumpun bahasa yang dipertuturkan di daerah Kabupaten
Tana Toraja dan sekitarnya.

Bahasa Mandar adalah bahasa suku Mandar, yang tinggal di provinsi Sulawesi
Barat, tepatnya di Kabupaten Mamuju, Polewali Mandar, Majene dan Mamuju Utara.
Di samping di wilayah-wilayah inti suku ini, mereka juga tersebar di pesisir Sulawesi
Selatan, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.

6. Lagu Daerah : Bulu Londong, Malluya, Io-Io, Ma'pararuk.

7. Adat Istiadat
Pesta Adat Sayyang Pattudu diadakan dalam rangka untuk mensyukuri anak-anak
yang khatam (tamat) Al-Quran. Bagi warga suku Mandar, tamatnya anak-anak mereka
membaca 30 juz Al-Quran merupakan sesuatu yang sangat istimewa, sehingga perlu
disyukuri secara khusus dengan mengadakan pesta adat Sayyang Pattudu. Pesta ini biasanya
digelar sekali dalam setahun, bertepatan dengan bulan Maulid Awwal (kalender Hijriyah).
Pesta tersebut menampilkan atraksi kuda berhias yang menari sembari ditunggangi anak-anak
yang mengikuti acara tersebut.

8. Suku

SUKU MANDAR
Orang Mandar sebagian besar berdiam di wilayah Majene dan Mamuju di Provinsi Sulawesi
Barat. Yang sering mengaku sebagai orang Mandar adalah penduduk Majene, penduduk
Mamuju sebaliknya lebih senang disebut orang Mamuju. Kedua suku bangsa ini memang
memperlihatkan ciri kehidupan sosial dan budaya yang sama di mata orang luar. Selain
mendiami kedua wilayah tersebut, orang Mandar juga mendiami sebagian daerah di wilayah
Polewali-Mamasa. Jumlah populasinya sekarang sekitar 400.000 jiwa.

SUKU PATTAE

Suku Pattae merupakan nama suatu suku yang bermukim di kabupaten Polewali
Mandar provinsi Sulawesi Barat. Suku Pattae merupakan masyarakat minoritas yang
mendiami wilayah kecamatan Matakali hingga perbatasan kabupaten Pinrang. Suku Pattae
merupakan suku yang mendiami beberapa daerah di kabupaten Polewali Mandar, terutama di
desa Batetangnga yang terletak sekitar 7 km dari kota Polewali. Menurut cerita turun temurun
yang tersimpan di kalangan suku Pattae bahwa nenek moyang orang Pattae pertama kali
hidup di daerah Pattae adalah "To Millo' Ko", dan mereka menyebutnya sebagai "Mula Tau".
Dari "Mula Tau" ini lah yang menurunkan orang-orang Pattae.

SUKU MAMUJU

Suku Mamuju mendiami tanah-tanah pesisir di tepi pantai timur Sulawesi dan lereng-
lereng pegunungan di Kabupaten Mamuju, dari batas sebelah selatan kabupaten ini sampai
mulut sungai Budong-Budong. Daerah pedalaman suku ini dialiri oleh beberapa sungai
seperti sungai Hua, Karamu, Lumu, Budung-budung. Bahasa mereka adalah bahasa Mamuju,
yang memiliki 9 dialek.
Mata pencaharian utama mereka bercocok tanam dan menangkap ikan. Mereka
mengusahakan perkebunan kopra secara kecil-kecilan, juga perkebunan coklat, cengkeh, serta
menanam jagung dan singkong di sepanjang garis pesisir. Mereka juga memelihara ternak.
Hasil hutan mereka adalah kayu hitam. Di kota, orang Mamuju bekerja sebagai guru dan
perawat.

SUKU TOSUMUNYA

Suku bangsa Tosumunya atau orang Sumunya adalah salah satu masyarakat yang
dianggap masih hidup terasing secara kultural. Mereka mendiami beberapa desa dalam
Kecamatan Kalukku di Kabupaten Mamuju.

SUKU MAMASA
Suku Mamasa, adalah suatu komunitas masyarakat asli yang berada di kabupaten
Mamasa di provinsi Sulawesi Barat. Masyarakat suku Mamasa tersebar di seluruh kecamatan
di kabupaten Mamasa. Selain itu populasi suku Mamasa juga terdapat di kabupaten Banggai
Sulawesi Tengah.
Suku Mamasa merupakan bagian dari sub-suku Toraja. Secara adat-istiadat dan
budaya, berkerabat dengan suku Toraja. Selain itu bahasa Mamasa juga mirip dengan bahasa
Toraja. Oleh karena itiu suku Mamasa ini sering juga disebut sebagai suku Toraja Mamasa.
Tapi walaupun orang Mamasa mengaku berdarah Toraja, tapi mereka cenderung lebih suka
menyebut diri mereka sebagai suku To Mamasa. Selain itu masyarakat suku Mamasa tidak
memiliki upacara adat sebanyak sebagaimana upacara adat di Toraja.
Orang Mamasa sebagian masih ada yang mempraktekkan tradisi dari agama
tradisional leluhur mereka, yang disebut "Ada' Mappurondo" atau "Aluk Tomatua". Tradisi
agama tradisional ini tetap terpelihara dan terus terwariskan ke generasi berikutnya. Tradisi
dari Ada 'Mappurondo ini dilaksanakan terutama setelah panen padi berakhir, sebagai ucapan
syukur atas hasil panen mereka.
Asal-usul suku Mamasa menurut sebuah cerita rakyat yang terpelihara di kalangan
suku Mamasa, menceritakan bahwa "Nene' Torije'ne" (nenek moyang nenek) datang dari laut
dan "Nenek Pongkapadang" (nenek moyang kakek) datang dari sebelah timur pegunungan
pulau ini. Mereka bertemu satu sama lain kemudian pindah ke Buntu Bulo, di desa Tabulahan
dekat kabupaten Mamuju.
Menurut para peneliti, suku Mamasa ini dahulunya adalah berasal dari orang-orang
Toraja Sa'dan yang bermigrasi ke wilayah ini. Tumbuh dan berkembang menjadi suatu
komunitas yang sekarang lebih umum dikenal sebagai suku Mamasa.

Maluku
Maluku adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian Timur Indonesia.
Ibu kotanya adalah Ambon.

1. Rumah Adat
Rumah adat Maluku dinamakan Baileo. Baileo dipakai untuk tempat pertemuan,
musyawarah dan upacara adat yang disebut Saniri Negeri. Rumah tersebut merupakan
panggung dan dikelilingi oleh serambi. Atapnya besar dan tinggi terbuat dari daun rumbia,
sedangkan dindingnya dari tangkai rumbai

Rumah Adat Baileo

2. Pakaian Adat
Prianya memakai pakaian adat berupa setelann jas berwarna merah dan hitam, baju
dalam yang berenda dan ikat pinggang. Sedangkan wanitanya memakai baju Cele, semacam
kebaya pendek, dan berkain yang disuji. Perhiasannya berupa anting anting, kalung dan
cincin. Pakaian ini berdasarkan adat Ambon.

3. Tari tarian Daerah Selawesi Selatan


a. Tari Lenso, merupakan tari pergaulan bagi segenap lapisan masyarakat Maluku.
b. Tari Cakalele, adalah tari perang yang melukiskan jiwa kepahlawanan yang gagah
perkasa.
c. Tari Cakaola, merupakan jenis tari pergaulan yang digarap berdasarkan unsur unsur
gerak tari tradisional Orlapei dan Saureka reka. Tari ini biasannya ditarikan untuk
memeriahkan pesta pesta atau dipertunjukkan dalam rangka manjamu tamu tamu
terhormat.

Tari Cakalele

4. Senjata Tradisional
Senjata tradisional yang terkenal di Maluku adalah Parang Salawaku. Panjang parang
90-100cm, sedangkan Salawaku (perisainya) dihiasi dengan motif motif yang melambangkan
keberanian.
Parang tersebut terbuat dari bahan besi yang keras dan ditempa oleh seorang pandai besi
khusus. Tangkai parang terbuat dari kayu keras, seperti kayu besi atau kayu gupasa.
Sedangkan Salawaku (perisainya) terbuat dari kayu yang keras pula. Selain untuk keperluan
perang, parang salawaku dipakai pula dalam menarika tari Cakalele.

Parang Salawaku

5. Bahasa Daerah
Bahasa Wemale, dipakai penduduk Negeri Piru, Seruawan, Kamarian, dan Rumberu
(Kabupaten Seram Bagian Barat).

Bahasa Alune, dipakai di wilayah tiga batang air yaitu Tala, Mala, dan Malewa di
wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat.

Bahasa Nuaulu, dituturkan oleh suku Nuaulu di Pulau Seram Selatan yaitu antara
Teluk Elpaputi dan Teluk Teluti.

Bahasa Atiahu, dipakai oleh tiga negeri yang juga termasuk rumpun Nuaulu yakni
Negeri Atiahu, Werinama, dan Batuasa di wilayah Kabupaten Seram Bagian Timur.

Bahasa Koa, dituturkan di wilayah pegunungan tengah Pulau Seram yaitu sekitar
Manusela dan Gunung Kabauhari.

Bahasa Seti dituturkan oleh suku Seti, di Seram Utara dan Teluti Timur, merupakan
bahasa dagang di Seram Bagian Timur.

Bahasa Gorom merupakan turunan dari bahasa Seti dan dipakai oleh penduduk
beretnis atau bersuku Gorom yang berdiam di kabupaten Seram Bagian Timur yang
menyebar sampai Kepulauan Watubela dan Maluku Tenggara.

Bahasa Tarangan merupakan bahasa pemersatu dan dipakai oleh penduduk wilayah
Pulau Aru dengan ibu kota Kab. Dobo Maluku Tenggara.
6. Lagu Daerah : Kole kole, Mande mande, Rasa Sayang Sayange.

7. Adat Istiadat
Salah satu dari banyaknya budaya Maluku adalah Kalwedo. Kalwedo adalah bukti
yang sah atas kepemilikan masyarakat adat di Maluku Barat Daya (MBD). Kepemilikan ini
merupakan kepemilikan bersama atas kehidupan bersama orang bersaudara. Kalwedo telah
mengakar dalam kehidupan baik budaya maupun bahasa masyarakat adat di kepulauan Babar
dan MBD. Pewarisan budaya Kalwedo dilakukan dalam bentuk permainan bahasa, lakon
sehari-hari, adat istiadat, dan pewacanaan. Kalwedo merupakan budaya yang memiliki nilai-
nilai sosial keseharian, dan juga nilai-nilai religius yang sakral yang menjamin keselamatan
abadi, kedamaian, dan kebahagiaan hidup bersama sebagai orang bersaudara.

Budaya Kalwedo mempersatukan masyarakat di kepulauan Babar maupun di Maluku


Barat Daya dalam sebuah kekerabatan adat, dimana mempersatukan masyarakat menjadi
rumah doa dan istana adat milik bersama. Nilai Kalwedo diimplementasikan dalam sapaan
adat kekeluargaan lintas pulau dan negeri, yaitu: inanara ama yali (saudara perempuan dan
laki-laki). Inanara ama yali menggambarkan keutamaan hidup dan pusaka kemanusiaan hidup
masyarakat MBD, yang meliputi totalitas hati, jiwa, pikiran dan perilaku.
8. Suku

SUKU AMBON

Suku Ambon, yang juga dikenal sebagai Maluku Selatan, adalah sebuah kelompok
etnis Indonesia dari campuran Austronesia-Papua. Mereka kebanyakan menganut Kristen
atau Islam. Suku Ambon berasal dari Pulau Ambon, Maluku, sebuah kepulauan di sebelah
selatan Sulawesi dan sebelah utara Timor di Indonesia. Bahasa umum di pulau tersebut
adalah Melayu Ambon, yang juga disebut bahasa Ambon. Bahasa tersebut berkembang
menjadi bahasa perdagangan di tengah Maluku, dan dipakai di tempat lainnya di Maluku
sebagai bahasa kedua.

SUKU ARU
Suku Aru merupakan Suku bangsa yang mendiami wilayah kepulauan Aru di Maluku
Tenggara. Keragamaman suku dan bahasa Aru beserta kekayaan sumber daya alamnya
membuat wilayah kepulauan Aru sangat istimewa. Tercatat pada tahun 1600 orang-orang
Tionghoa telah menginjakan kaki di Kepulauan Aru untuk berdagang. Orang Tionghoa
dengan orang Aru kemudian membentuk sebuah komunitas masyarakat Aru baru.
Perpaduan budaya yang baik dalam tatanan kehidupan sosial budaya, agama, ekonomi, dan
pendidikan antara orang Aru asli dengan masyarakat pendatang kemudian terjalin.

SUKU TERNATE

Sulit untuk menentukan asal-usul dan batasan masyarakat dan kebudayaan Ternate
karena masyarakat ini telah berkembang sejak mereka mendirikan kerajaan yang berpengaruh
sampai ke Pulau Seram di Maluku Tengah. Orang Ternate umumnya mendiami Pulau Ternate,
sebagian di Pulau Obi, Bacan dan Kayoa yang terletak di sebelah barat Pulau Halmahera.
Jumlah populasinya sekitar 50.000 jiwa. Tanaman komoditi seperti pala, kopra, cengkeh,
kulit manis, coklat, dan kopi tetap mempunyai peranan penting bagi ekonomi rakyat Ternate.

SUKU TIDORE

Orang Tidore mendiami pulau Tidore yang terletak di sebelah selatan Pulau Ternate,
atau di sebelah barat Pulau Halmahera. Jumlah populasinya sekitar 45.000 jiwa, yang
umumnya memeluk agama Islam. Bahasa Tidore digolongkan para ahli ke dalam kelompok
bahasa non-Austronesia, dan lebih cenderung ke dalam kelompok bahasa Papua. Mata
pencaharian utama masyarakat ini adalah menangkap ikan di laut. Hasil laut seperti ikan
tongkol, cumi-cumi dan teripang mereka jual ke Ternate untuk diekspor ke luar negeri.
Sebagian lainnya hidup sebagai petani di ladang berpindah-pindah dengan tanaman padi, ubi
kayu, ubi jalar, jagung, cengkeh, pala, kopra, dan lain-lain.

SUKU FURU-FURU

Suku ini adalah salah satu suku bangsa kuno di Pulau Seram, Indonesia. Jumlah anggotanya
mencapai 17.000 jiwa dan menetap di 27 desa di wilayah barat-tengah pulau. Suku Furu-furu
mempertuturkan bahasa Melayu-Polinesia. Bahasa ini dikenal dengan nama Sapalewa atau Patasiwa
Alfoeren dan memiliki beberapa dialek, meski jumlah penuturnya sedikit. Dialek paling banyak
adalah dialek Rambatu. Seperti kelompok manusia kuno yang menetap di pedalaman Seram, suku ini
secara tradisional hidup dari hasil hutan. Makanan mereka berasal dari pohon sagu dan
mempraktikkan penanaman berpindah.

SUKU ALIFURU

Suku Alifuru menurut cerita yang beredar di tanah Maluku, bahwa suku Alifuru ini
sebagai manusia pertama yang menghuni pulau Seram dan termasuk wilayah lain di
kepulauan Maluku. Rumah adat suku Alifuru gunung ini dibuat dari pohon sagu tanpa
menggunakan paku. Sambungan kayu dan tiang rumah diikat dengan tali yang dibuat dari
rotan. Sedangkan atap terbuat dari daun nipah atau daun sagu. Bangunan rumah ditopang
dengan bambu berukuran besar untuk menahan bangunan rumah.

SUKU TOGUTIL

Togutil adalah suku yang hidup di pedalaman hutan Kabupaten Halmahera Timur,
Maluku Utara. Togutil sendiri memiliki arti suku yang hidup di hutan atau dalam bahasa
Halmahera pongana mo nyawa. Cara hidup Togutil adalah dengan berpindah-pindah di dalam
hutan Wasile, yang terletak di sisi timur Ternate. Jarak terdekat bisa ditempuh melalui Buli,
sebuah kota kecamatan di Halmahera Timur. Dari Kota Buli perjalanan menempuh sejauh 40
kilometer menuju hutan Wasile. Penelitian tentang Togutil sendiri masih terbatas dan asal
muasalnya masih menjadi pertanyaan. Warga Suku Togutil hidup dalam kondisi primitif,
bahkan tidak mengenal huruf.

SUKU RANA

Suku Rana, adalah suatu suku yang mendiami sekitar danau Rana di pulau Buru
kecamatan Buru Utara Barat kabupaten Maluku Tengah provinsi Maluku Indonesia. Populasi
suku Rana sekitar 14.258 orang. Suku Rana sebagian masih mempercayai agama tradisional
mereka yang mereka pertahankan sejak zaman nenek moyang mereka. Mereka meyakini
bahwa nenek moyang mereka adalah dewa yang hidup di "Tanggal" gunung dan di danau
"Rana" dan mereka melakukan penyembahan. Wilayah pemukiman mereka berada di tepi
danau Rana. Dimana danau Rana merupakan danau keramat bagi mereka.

SUKU BANDA

Banda adalah kelompok yang merupakan penduduk asal dari Kepulauan Banda, yang
kini berstatus sebagai kecamatan yang bernama Kecamatan Banda. Kecamatan ini merupakan
bagian wilayah administratif dari Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Kecamatan
Banda yang luas daratannya 5.530 ha terdiri dari tidak kurang 11 pulau, misalnya pulau
Neira, pulau Banda Besar, pulau Gunung Api, pulau Ai, pulau Run, pulau Hatta, pulau
Pisang, dan lain-lain. Kepulaun ini terbagi atas 12 desa yang tersebar pada enam buah pulau
tadi.

SUKU BURU

Suku Buru adalah sebuah kelompok etnis yang kebanyakan tinggal di pulau Buru,
Indonesia, serta pada beberapa Kepulauan Maluku lainnya. Mereka juga menyebut diri
gebfuka atau gebemliar yang secara harfiah berarti orang dunia atau orang tanah. Orang
Buru terkait dengan kelompok antropologi Indonesia Timur dan dari titik etnografis pandang
yang sama dengan masyarakat adat lain dari pulau Buru. Mereka berbicara dalam bahasa
Buru.

SUKU TANIBAR
Orang Tanimbar sendiri lebih suka menyebut diri sebagai orang Numbar. Kata
Tanimbar digunakan pada awalnya oleh para penjelajah Barat. Masyarakat lain ada juga yang
menyebutnya orang Timur Laut. Suku bangsa ini mendiami Pulau Yamdena, Selaru dan
pulau-pulau kecil lain di lingkungan Kepulauan Tanimbar di Kecamatan Yamdena,
Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku. Jumlah populasinya sekitar 10.000 jiwa.
Suku bangsa ini sebenarnya terbagi menjadi tiga sub-suku bangsa yaitu Tomata Yamdena,
Tomata Laru dan Tomata Nember. Sub suku bangsa Tomata Nember mendiami Pulau Fordata
dan pulau-pulau di utara Pulau Yamdena. Sub suku bangsa Tomata Yamdena mendiami
sebagian besar pulau Yamdena, sedangkan Tomata Laru mendiami Pulau Selaru dan pulau-
pulau lain di bagian barat pulau Yamdena.
Maluku Utara

Provinsi ini merupakan hasil pemekaran dari wilayah provinsi Maluku dan
menjadi sebuah hal yang harus kita ketahui bersama bagaimana
keanekaragaman budaya yang dimilikinya. Letaknya yang menjadikan wilayah
ini sebagai surga tropis di Indonesia bagian timur dan dikelilingi oleh laut-laut.
Dengan ibukotanya adalah Soffi. Penduduk Maluku Utara didominasi beragama
Islam.

1. Rumah Adat
Rumah adat Maluku Utara hampir sama dengan rumah adat di Maluku yaitu rumaha
adat Baileo. Rumah adat Maluku Utara ini digunakan sebagai tempat bermusyawarah bagi
masyarakat dan pemuka-pemuka adatnya. Selain itu sebagai tempat upacara adat seniri
negeri. Rumha adat Maluku Utara berbentuk rumah panggung dengan bentuknya yang
persegi. Terbuat dari kayu sebagai kerangkanya dan gaba-gaba atau semacam tangkai rumbia
sebagai dinding rumahnya. Atap rumah adat ini dibuat agak besar dan tinggi dari bahan
rumbia. Selain ini dibuat juga beranda atau teras pada bagian depan rumah.
2. Pakaian Adat
Pakaian adat Maluku Utara pada pria mengenakan kemeja berenda-renda yang
dilapisi dengan pakaian luar berupa jas berwarna merah atau hitam dan berlengan panjang.
Pada bagian bawahnya memakai celana panjang model cutbray dan dilapisi ikat pinggang.
Sedangkan pakaian adat pada wanitanya memakai baju cele yaitu kebaya pendek
bersuji dan berkanji. Dilengkapi dengan perhiasan anting, kalung panjang dan cincin. Bagian
bawahnya mengenakan rok.

3. Tari tarian Daerah Selawesi Selatan


Tari daerah Maluku Utara yaitu Tari Lenso merupakan tari pergaulan bagi seluruh
lapisan masyarakat Maluku. Gerak tarian ini lemah lembut dan gemulai, dibawakan oleh satu
penari wanita atau lebih.
Tari Lenso

4. Senjata Tradisional
Senjata Parang-Sawalaku, digunakan pada saat berperang, berburu hewan serta
dipakai penari pria pada tarian caklele.

Parang Salawaku

5. Bahasa Daerah
Bahasa Melayu Maluku Utara atau Bahasa Melayu Ternate adalah suatu dialek bahasa
Melayu yang dituturkan di hampir seluruh wilayah provinsi Maluku Utara, Indonesia.

6. Lagu Daerah : Lagu Borero dan Moloku Kie Raha.

7. Adat Istiadat
Tarian soya-soya berlatarbelakang peristiwa dalam sejarah Ternate, semasa
pemerintah Sultan Babullah (1570-1583), yaitu tatkala Sultan Babullah menyerbu benteng
Portugis di Kastela (Santo Paolo Pedro) untuk mengambil jenasah ayahnya. Sultan Khairun
yang dibunuh secara kejam oleh tentara Portugis di dalam benteng tersebut. Tarian yang
bertemakan patriotisme ini diciptakan oleh para seniman kesultanan untuk mengabdikan
peristiwa bersejarah tersebut.
8. Suku

SUKU LOLODA

Orang Loloda atau Laloda mendiami pesisir barat daya jazirah utara Pulau
Halmahera, yaitu di Kecamatan Laloda, Kabupaten Maluku Utara, Provinsi Maluku.
Bahasanya termasuk rumpun bahasa Austronesia, terbagi atas dua dialek, yaitu Loloda Utara
dan Loloda Selatan. Mereka hidup dari perladangan dengan tanaman pokok padi, kemudian
ubi, kacang-kacangan, sayu-sayuran, serta tanaman keras seperti cengkeh, pala, kelapa kopi
dan lain-lain. Mereka juga menangkap ikan di laut. Dalam menarik garis keturunan
cenderung kepada garis kerabat ayah (patrilineal). Masyarakat yang umumnya beragama
Islam ini sekarang berjumlah sekitar 14.000 jiwa.

SUKU SERAM
Suku Alifuru Pesisir, adalah suku asli yang mendiami pulau Seram di provinsi
Maluku. Sagu adalah merupakan tanaman utama bagi masyarakat suku Alifuru. Hampir di
setiap rumah adat suku Alifuru terdapat tempat untuk mengolah sagu. Sagu biasanya diolah
menjadi Papeda. uku Alifuru Pesisir bertahan hidup pada bidang pertanian. Mereka memiliki
ladang yang ditanami dengan tanaman cengkeh, kasbih, kopi dan sagu.

SUKU BACAN

Bacan adalah suatu kelompok sosial yang berdiam terutama di pulau Bacan, tetapi
mereka juga berada di pulau Obi dan daratan sebelah selatan pulau Halmahera. Pulau Bacan
dikelilingi oleh pulau-pulau seperti pulau Mandioli di sebelah barat, pulau Bisa dan pulau Obi
di selatan, serta pulau Halmahera di bagian timurnya. Pulau ini juga memiliki kekayaan alam
yang melimpah, dan yang paling menarik ialah keindahan batu hiasnya yang selama ini
dikenal dengan batu bacan.

SUKU GANE
Gane adalah kolektifa yang mendiami daerah ujung selatan Pulau Halmahera, yang
termasuk wilayah Kecamatan Gane, Kabupaten Maluku Utara, Provinsi Maluku. Wilayah
kediaman orang Gane bersebelahan dengan wilayah asal beberapa suku bangsa lain, seperti
suku bangsa Weda, Suku Tugutil, dan Suku Bacan. Jumlah anggota suku bangsa ini pada
tahun 1977 hanya sekitar 1.500 jiwa.
Mata pencaharian utama suku Gane ini adalah pertanian ladang dengan tanaman padi, jagung,
ubi kayu, kacang tanah, dan kedelai. Mereka juga menanam pala, cengkeh, kelapa. cokelat,
dan kopi. Buah-buahan dari daerah ini antara lain durian, langsat, dan rambutan. Sebagai
mata pencaharian tambahan mereka mengumpulkan hasil hutan, seperti rotan dan damar.

SUKU KADAI

Orang Kadai mendiami Pulau Talibu yang terletak di deretan Kepulauan Sula, di
Kabupaten Maluku Utara. Jumlah populasinya sekitar 4.000 hingga 7.000 jiwa. Masyarakat
ini sekarang telah memeluk agama Islam.
SUKU KAU

Suku bangsa Kau ini mendiami Kepulauan Kei di Laut Arafuru, yang terdiri atas
Pulau Nuhucut, Nuhurowa, Kaidullah, Toyandu, Walir dan sejumlah pulau lebih kecil di
sekitarnya. Kepulauan ini terbagi menjadi dua kecamatan, yaitu Kecamatan Kei Besar dan
Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku.

Mereka juga mendiami sebagian pulau-pulau di Kepulauan Aru dan Tanimbar. Jumlah
populasinya sekitar 35.000 jiwa, termasuk yang menetap di berbagai tempat di pesisir Pulau
Papua dan Maluku Tengah. Bahasa Kei sekerabat dengan bahasa Fordata yang di gunakan
oleh orang Tanimbar. Daratan di Kecamatan Kei Kecil sebagian besar merupakan dataran
rendah dan sisanya berupa tanah berbukit dengan ketinggian rata-rata 100 meter di atas
permukaan laut. Sebaliknya daratan di wilayah Kecamatan Kei besar terdiri dari tanah
berbukit-bukit dan sedikit dataran rendah dengan ketinggian antara 500-800 meter di atas
permukaan laut.

Anda mungkin juga menyukai