KERAGAMAN BUDAYA
PROVINSI GORONTALO
Disusun oleh :
Dwinanda Dyta Agustina (10)
XI IPS 1
SMA NEGERI 1 GUBUG
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
a. Letak Astronomis
Wilayah Provinsi Gorontalo yang pada zaman kolonial Belanda dikenal dengan
sebutan "Semenanjung Gorontalo" (Gorontalo Peninsula) terletak pada bagian
utara Pulau Sulawesi, tepatnya pada 0° 19′ 00” - 1° 57′ 00” LU (Lintang Utara) dan
121° 23′ 00” - 125° 14′ 00” BT (Bujur Timur).
b. Letak Geografis
Letak Provinsi Gorontalo sangatlah strategis, karena diapit oleh dua perairan,
yaitu Teluk Gorontalo atau yang lebih dikenal dengan nama Teluk Tomini di sebelah
Selatan dan Laut Sulawesi di sebelah Utara. Dalam catatan sejarah maritim
Nusantara, Laut Sulawesi menjadi penting karena merupakan jalur pelayaran dari
pulau Sulawesi menuju Filipina yang juga melalui jalur wilayah perairan Kesultanan
Sulu di sebelah Timur dari Negara Malaysia.
c. Pembagian Wilayah
a. Suku bangsa
Ada beberapa suku bangsa utama yang mendiami Provinsi Gorontalo. Suku
bangsa utama tersebut adalah suku Gorontalo, suku Bugis, suku Polahi, suku
Jawa, suku Makassar, suku Bali, dan suku Minahasa.
2
b. Agama
Berikut adalah persebaran agama yang dianut oleh penduduk Provinsi
Gorontalo berdasarkan data Kemenag Gorontalo 2016 :
No Kab/Kota Agama Jumlah
Islam Kriste Katolik Hindu Budha penduduk
n
1. Gorontalo 367.140 2.122 1.067 107 5 370.441
2. Bone Bolango 152.550 400 186 30 - 153.166
3. Boalemo 144.084 2.150 1.382 2.213 3 149.832
4. Pohuwato 136.517 7.400 1.794 1.180 5 146.896
5. Gorontalo 103.860 6.000 823 14 3 110.700
Utara
6. Kota Gorontalo 193.173 5.100 2.720 256 953 202.202
Jumlah total 1.097.324 23.172 7.972 3.800 969 1.133.237
http://gorontalo.kemenag.go.id ›
c. Bahasa Daerah
Provinsi Gorontalo memiliki beberapa bahasa daerah antara lain :
o Bahasa Bajo biasanya dituturkan oleh masyarakat Desa Torasiaje, Kecamatan
Popayato, Kabupaten Pahuwato.
o Bahasa Gorontalo biasanya dituturkan oleh masyarakat yang berada di
Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Gorontalo Utara, dan Kota Gorontalo.
o Bahasa Minahasa biasanya dituturkan oleh masyarakat di Desa Reksonegoro,
Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo. Bahasa Minahasa di wilayah
tersebut merupakan salah satu dialek bahasa Minahasa di Sulawesi, yaitu
dialek Toulur Jaton. Dengan demikian, bahasa Minahasa di Gorontalo dan
Sulawesi Utara merupakan Bahasa yang sama.
d. Rumah Adat
Provinsi Gorontalo memiliki empat rumah adat yang menjadi ciri khas, yaitu
rumah adat Dulohupa yang berada di kota Gorontalo, rumah adat Bandayo
Poboide yang berada di Limboto, rumah adat Ma’lihe atau Potiwaluya dan
yang terakhir rumah adat Gobel yang berada di Bone Bolango. Rumah adat
yang terkenal adalah rumah adat Dulohupa.
3
penyangga rumah menggambarkan kaki. Selain itu bentuk rumah panggung
juga dipilih untuk menghindari terjadinya banjir yang kala itu sering terjadi.
e. Pakaian Adat
Pakaian Adat Provinsi Gorontalo adalah Biliu dan Makuta
4
Mukuta dan Biliu merupakan sepasang pakaian adat Gorontalo yang pada
dasarnya hanya dipakai ketika ada upacara pernikahan. Mukuta digunakan
oleh mempelai pria sedangkan untuk Biliu digunakan oleh mempelai wanita.
Selain itu, Mukuta dan Biliu disusun atas kain yang berwarna kuning
keemasan serta ada pula yang berwarna ungu dan hijau.
5
Kata dana-dana pada dasarnya berasal dari kata Daya-Dayango, yang
berarti menggerakkan seluruh anggota tubuh dengan cara sambil berjalan.
Tari Saronde
Tari Gorontalo Saronde merupakan sebuah tarian yang dulunya terinspirasi
dari tradisi pernikahan adat masyarakat Gorontalo.
Tari Polo Palo
Tarian polo – palo merupakan salah satu seni tari yang berasal dari
Provinsi Gorontalo, yang menandakan sebagai tari pergaulan di
masyarakat Gorontalo dan biasanya tarian ini pentaskan oleh anak-anak
remaja.
Tari Biteya
Tarian biteya merupakan tarian tradisional adat Gorontalo yang umumnya
dipentaskan oleh banyak penari bahkan lebih dari 400 penari dan biasanya
menggunakan pakaian adat Gorontalo khusus.
Provinsi Gorontalo menyimpan potensi wisata yang menarik dan tidak perlu di ragukan
lagi. Wisata yang bisa dikunjungi mulai dari sejarah, alam, dan buatan lengkap di Gorontalo.
6
b. Potensi Wisata Alam
Danau Limboto
Danau Limboto merupakan muara dari Sungai Molalahu, Sungai Daenaa,
Sungai Alo, Sungai Bionga, dan Sungai Bone Balango. Danau ini terletak di
Kota Limboto, Gorontalo, dan di beberapa sudut kecamatan seperti
Kecamatan Telaga Biru, Tilango, Telaga Jaya, Batudaa, dan Tabongo.
Taman Laut Olele
Taman Laut Olele merupakan surga tersembunyi yang berada di Gorontalo
dengan pemandangan bawah laut yang cantik dan terumbu karang warna-
warni. Wisata bahari ini terletak di Desa Olele, Kecamatan Kabila Bone,
Gorontalo, Provinsi Gorontalo.
Pulo Cinta
Pulo Cinta merupakan pulau dengan pasir berbentuk hati atau love, yang
terletak di perairan Kabupaten Boalemo, tepatnya di Patoameme,
Batumoito, Kabupaten Boalemo, Gorontalo.
Air Terjun Hiyaliyo Da’a
Air Terjun Hiyaliyo Da’a masih sangat asri dan jarang dikunjungi, berada
dalam kawasan hutan lindung tepatnya terletak di Desa Didingga,
Kecamatan Biawu, Gorontalo Utara.
Air Terjun Taludaa
Air Terjun Taludaa berada di Desa Taludaa, Kecamatan Bone Pantai,
Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo.
Pulau Bitila
Pulau Bitila merupakan pulau kecil tak berpenghuni yang terletak di
kawasan Teluk Tomini tepatya di Desa Kramat, Kecamatan Paguat,
Kabupaten Pohuwatu. Pulau ini dikhususkan untuk destinasi wisata, dengan
pantai berpasir putih, air laut yang jernih, hutan kecil, dan pemandangan
bawah laut yang tak perlu diragukan.
Pulau Diyonumo
Pulau Diyonumo merupakan pulau tak berpenghuni dan masih jarang
diketahui, sehingga pulau ini masih sangat asri. Pulau ini terletak di Desa
Deme, Kecamatan Sumalata, Kabupaten Gorontalo Utara, Gorontalo. Pulau
ini menawarkan pemandangan alam yang indah mulai dari pemandangan
laut, darat, maupun bawah laut.
7
Desa Adat Bubohu
Desa Adat Bubohu ini dikenal dengan kelestarian adat istiadatnya yang
masih kental sehingga banyak wisatawan yang tertarik untuk datang untuk
sekadar melihat dan belajar yang berjarak 35 km dari Bandara
Jalaludin,Gorontalo.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Untuk menjaga dan melesterikan keragaman tersebut masyarakat harus lebih paham,
memiliki sikap toleransi dan empati bahwa setiap daerah memiliki karakteristik masing-
masing.
8
9