Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN
A. Sejarah Suku Gorontalo
Gorontalo adalah sebuah provinsi di Indonesia. Sebelumnya, semenanjung
Gorontalo (Hulontalo) merupakan wilayah Kabupaten Gorontalo dan Kota Madya
Gorontalo di Sulawesi Utara. Seiring dengan munculnya pemekaran wilayah
berkenaan dengan otonomi daerah di Era Reformasi, provinsi ini kemudian
dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000, tertanggal 22
Desember 2000 dan menjadi Provinsi ke-32 di Indonesia. Ibukota Provinsi
Gorontalo adalah Kota Gorontalo (sering disebut juga Kota Hulontalo) yang
terkenal dengan julukan "Kota Serambi Madinah". Provinsi Gorontalo terletak di
Pulau Sulawesi bagian utara atau di bagian barat dari Provinsi Sulawesi Utara.
Luas wilayah provinsi ini 12.435,00 km² dengan jumlah penduduk sebanyak
1.097.990 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk 88 jiwa/km². Provinsi
Gorontalo dihuni oleh ragam Etnis yang berbentuk Pohala'a (Keluarga),
diantaranya Pohala'a Gorontalo (Etnis Hulonthalo), Pohala'a Suwawa (Etnis
Suwawa/Tuwawa), Pohala'a Limboto (Etnis Limutu), Pohala'a Bolango (Etnis
Bulango/Bolango) dan Pohala'a Atinggola (Etnis Atinggola) yang seluruhnya
dikategorikan kedalam Suku Gorontalo atau Suku Hulonthalo. Ditengarai,
penyebaran Diaspora Orang Gorontalo telah mencapai 5 kali lipat dari total
penduduknya sekarang yang tersebar di seluruh dunia. Provinsi Gorontalo berdiri
secara resmi sejak tanggal 22 Desember tahun 2000, melalui penetapan sidang
paripurna DPR RI. Namun sekalipun masih kontroversi, peringatan Hari Lahir
Provinsi Gorontalo diperingati pada tanggal 16 Februari tahun 2001, ditandai
dengan dilantiknya Tursandi Alwi sebagai penjabat Gubernur pertama. Meskipun
terbilang muda perihal pemekaran daerah, sebenarnya Provinsi Gorontalo lebih
dahulu dikenal sejak zaman kolonial Belanda dengan kota-kota tua yang
dimilikinya selain Kota Gorontalo (Hulontalo), antara lain:
· Suwawa (asal kata Tuwawa)
· Limboto (asal kata Limutu)
· Tilamuta
· Kwandang
· Paguat (asal kata Pohuwato)
· Marisa
· Popayato
· Atinggola
Pada tahun 2013, Provinsi Gorontalo secara keseluruhan memiliki 77 kecamatan
serta 735 Desa/Kelurahan. Data ini akan terus mengalami perubahan seiring
dengan adanya rencana pemekaran daerah otonom baru (DOB) di Provinsi
Gorontalo yang diprediksi akan selesai pada tahun 2020 mendatang. Provinsi
Gorontalo menjadi salah satu daerah hasil pemekaran yang terbilang sukses.
Seperti halnya daerah lain, Provinsi Gorontalo pun memiliki berbagai julukan,
diantaranya:

6
· "Provinsi Agropolitan"
· "Bumi Maleo"
· "Provinsi Minapolitan"
· "Bumi Para Sastrawan"
· "Bumi 1001 Sultan"
· "The Hidden Paradise"
Menurut catatan sejarah, Jazirah Semenanjung Gorontalo (Gorontalo Peninsula)
terbentuk kurang lebih 1300 tahun lalu, dimana Kerajaan Suwawa telah
ditemukan berdiri pada sekitar tahun 700 Masehi atau pada abad ke-8 Masehi. Hal
ini diperkuat dengan ditemukannya makam para Raja di tepian hulu sungai
Bulawa. Tidak hanya itu, makam Raja Suwawa lainnya dapat kita temukan di
hulu sungai Bone, yaitu makam Raja Moluadu (salah seorang Raja di Kerajaan
Suwawa) bersama dengan makam istrinya dan anaknya. Namun, sebagai salah
satu jazirah tertua di Sulawesi dan Nusantara, Semenanjung Gorontalo pun tidak
hanya memiliki catatan sejarah pada prasasti makam-makam Rajanya dahulu,
melainkan pula memiliki situs prasejarah yang telah ditemukan. Situs Oluhuta,
merupakan sebuah situs prasejarah dan memiliki makam prasejarah didalamnya.
hal ini dapat menjadi bukti bahwa Gorontalo telah memiliki peradaban yang
sangat lampau. Sementara itu, Kota Gorontalo merupakan salah satu kota tua di
Pulau Sulawesi selain Kota Makassar, Parepare dan Manado. Diperkirakan, Kota
Gorontalo sudah terbentuk sejak kurang lebih 400 tahun yang lalu atau sekitar
tahun 1500-an pada abad ke-16. Kota Gorontalo pada saat itu menjadi salah satu
pusat penyebaran agama Islam di Kawasan Timur Indonesia, selain Ternate
(sekarang bagian dari Provinsi Maluku Utara) dan Bone (sekarang bagian dari
Provinsi Sulawesi Selatan). Seiring dengan penyebaran agama tersebut, Kota
Gorontalo akhirnya menjadi pusat pendidikan dan perdagangan masyarakat di
wilayah "Tomini-Bocht" seperti Bolaang Mongondow (Sulawesi utara), Buol
Toli-Toli, Luwuk Banggai, Donggala (Sulteng) bahkan sampai ke Sulawesi
Tenggara. Hal ini dikarenakan, Kota Gorontalo memiliki letak yang sangat
strategis, posisinya menghadap langsung ke Teluk Tomini (bagian selatan) dan
Laut Sulawesi (bagian utara).
Kerajaan Gorontalo mulanya berada di Kelurahan Hulawa Kecamatan Telaga
sekarang, tepatnya di pinggiran sungai Bolango. Menurut Penelitian, pada tahun
1024 H, kota Kerajaan ini dipindahkan dari Keluruhan Hulawa ke Dungingi
Kelurahan Tuladenggi Kecamatan Kota Barat sekarang. Kemudian dimasa
Pemerintahan Sultan Botutihe kota Kerajaan ini dipindahkan dari Dungingi di
pinggiran sungai Bolango, ke satu lokasi yang terletak antara dua kelurahan yaitu
Kelurahan Biawao dan Kelurahan Limba B. Dengan letaknya yang stategis yang
menjadi pusat pendidikan dan perdagangan serta penyebaran agama islam maka
pengaruh Gorontalo sangat besar pada wilayah sekitar, bahkan menjadi pusat
pemerintahan yang disebut dengan Kepala Daerah Sulawesi Utara Afdeling
Gorontalo yang meliputi Gorontalo dan wilayah sekitarnya seperti Buol ToliToli
dan, Donggala dan Bolaang Mongondow. Sebelum masa penjajahan keadaaan
daerah Gorontalo berbentuk kerajaan-kerajaan yang diatur menurut hukum adat

7
ketatanegaraan Gorontalo. Kerajaan-kerajaan itu tergabung dalam satu ikatan
kekeluargaan yang disebut "Pohala'a". Menurut Haga (1931) daerah Gorontalo
ada lima pohala'a :
· Pohala'a Gorontalo
· Pohala'a Limboto
· Pohala'a Suwawa
· Pohala'a Boalemo
· Pohala'a Atinggola
Berdasarkan klasifikasi adat yang dibuat oleh Mr.C.Vollenhoven, maka
Semenanjung Gorontalo termasuk kedalam 19 wilayah adat di Indonesia. Antara
agama dengan adat di Gorontalo pun menyatu dengan istilah "Adat bersendikan
Syara' dan Syara' bersendikan Kitabullah". Pohalaa Gorontalo merupakan pohalaa
yang paling menonjol di antara kelima pohalaa tersebut. Itulah sebabnya
Gorontalo lebih banyak dikenal. Asal usul nama Gorontalo terdapat berbagai
pendapat dan penjelasan antara lain :
· Berasal dari "Hulontalangio", nama salah satu kerajaan yang dipersingkat
menjadi Hulontalo.
· Berasal dari "Hua Lolontalango" yang artinya orang-orang goa yang
berjalan lalu lalang.
· Berasal dari "Hulontalangi" yang artinya lebih mulia.
· Berasal dari "Hulua Lo Tola" yang artinya tempat berkembangnya ikan
Gabus.
· Berasal dari "Pongolatalo" atau "Puhulatalo" yang artinya tempat
menunggu.
· Berasal dari Gunung Telu yang artinya tiga buah gunung.
· Berasal dari "Hunto" suatu tempat yang senantiasa digenangi air
Jadi asal usul nama Gorontalo (arti katanya) tidak diketahui lagi, namun jelas kata
"Hulontalo" hingga sekarang masih hidup dalam ucapan orang Gorontalo dan
orang Belanda karena kesulitan dalam mengucapkannya diucapkan dengan
Horontalo dan bila ditulis menjadi Gorontalo.
Pada tahun 1824 daerah Limo Lo Pohalaa telah berada di bawah kekusaan
seorang asisten Residen disamping Pemerintahan tradisonal. Pada tahun 1889
sistem pemerintahan kerajaan dialihkan ke pemerintahan langsung yang dikenal
dengan istilah "Rechtatreeks Bestur". Pada tahun 1911 terjadi lagi perubahan
dalam struktur pemerintahan Daerah Limo Lo Pohalaa dibagi atas tiga Onder
Afdeling yaitu :
· Onder Afdeling Kwandang
· Onder Afdeling Boalemo
· Onder Afdeling Gorontalo
Selanjutnya pada tahun 1920 berubah lagi menjadi lima distrik yaitu :
· Distrik Kwandang
· Distrik Limboto

8
· Distrik Bone
· Distrik Gorontalo
· Distrik Boalemo
Gubernur Jenderal De Graeff yang berparade di jalan-jalan Gorontalo (1926),
Pada tahun 1922 Gorontalo ditetapkan menjadi tiga Afdeling yaitu :
· Afdeling Gorontalo
· Afdeling Boalemo
· Afdeling Buolutu
Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, rakyat Gorontalo dipelopori oleh Bpk
H. Nani Wartabone berjuang dan merdeka pada tanggal 23 Januari 1942. Selama
kurang lebih dua tahun yaitu sampai tahun 1944 wilayah Gorontalo berdaulat
dengan pemerintahan sendiri. Perjuangan patriotik ini menjadi tonggak
kemerdekaan bangsa Indonesia dan memberi imbas dan inspirasi bagi wilayah
sekitar bahkan secara nasional. Oleh karena itu Bpk H. Nani Wartabone
dikukuhkan oleh Pemerintah RI sebagai pahlawan perintis kemerdekaan.
Pada dasarnya masyarakat Gorontalo mempunyai jiwa nasionalisme yang tinggi.
Indikatornya dapat dibuktikan yaitu pada saat "Hari Kemerdekaan Gorontalo"
yaitu 23 Januari 1942 dikibarkan bendera merah putih dan dinyanyikan lagu
Indonesia Raya. Padahal saat itu Negara Indonesia sendiri masih merupakan
mimpi kaum nasionalis tetapi rakyat Gorontalo telah menyatakan kemerdekaan
dan menjadi bagian dari Indonesia. Selain itu pada saat pergolakan PRRI
Permesta di Sulawesi Utara masyarakat wilayah Gorontalo dan sekitarnya
berjuang untuk tetap menyatu dengan Negara Republik Indonesia dengan
semboyan "Sekali ke Djogdja tetap ke Djogdja" sebagaimana pernah
didengungkan pertama kali oleh Ayuba Wartabone di Parlemen Indonesia Timur
ketika Gorontalo menjadi bagian dari Negara Indonesia Timur. Terinspirasi oleh
semangat Hari Patriotik 23 Januari 1942, maka pada tanggal da bulan yang sama
pada tahun 2000, rakyat Gorontalo yang diwakili oleh Nelson Pomalingo ditemani
oleh Natsir Mooduto sebagai ketua Panitia Persiapan Pembentukan Provinsi
Gorontalo Tomini Raya (P4GTR) serta sejumlah aktivis, atas nama seluruh rakyat
Gorontalo mendeklarasikan berdirinya Provinsi Gorontalo yang terdiri dari
Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo terlepas dari Sulawesi Utara.
Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1964 yang isinya
adalah bahwa Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo merupakan wilayah
administrasi dari Propinsi Sulawesi Utara. Setahun kemudian tepatnya tanggal 16
Februari 2001, Tursandi Alwi sebagai Penjabat Gubernur Gorontalo dilantik Kota
ini adalah tempat kelahiran Hans Bague Jassin, sastrawan Indonesia yang cukup
terkenal. Selain sastrawan Hans Bague Jassin, pahlawan/tentara perintis Nani
Wartabone juga lahir di daerah agropolitan ini

B. 7 Unsur Kebudayaan Universal

1. Religi

9
Orang Gorontalo hampir seluruhnya beragama Islam, yang masuk pada abad
ke-16. Namun, mereka masih mempercayai makhluk-makhluk halus (motolohuta)
dan kekuatan gaib (hulobalangi). Sebagian beranggapan makam para orang sakti
dahulu adalah keramat. Upacara tradisional terkait dengan kepercayaan akan
adanya makhluk-makhluk yang mendiami alam raya ini, meliputi upacara untuk
kesuburan tanah, menolak wabah penyakit, gerhana bulan, membuka hutan dan
minta hujan. Alat-alat yang dipakai untuk perlengkapan upacara harus lengkap.
Tiap alat tersebut menunjukkan lambang religio magis. Bau asap kemenyan yang
dibakar yang merupakan makanan setan, dianggap memiliki kekuatan menolak
penyakit atau bencana sehingga melambangkan keamanan hidup masyarakat.
Gendang hanya bisa dibunyikan dalam upacara memanggil stan. Jika di luar itu,
mereka menganggap para setan akan berdatangan memberikan bencana dalam
kehidupan masyarakat. Selain itu, kain merah yang menjadi ikat kepala para
pelaksana upacara mewakili kawan setan. Karena itu, kalau dipakai sembarang
orang memiliki daya magis yang dapat membawa penyakit atau bencana yang
akan menimpa penduduk. Itulah sebabnya, jarang ditemukan pakaian warna
merah dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam upacara tradisional orang
Gorontalo.

2. Bahasa
Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum
dan fungsi khusus.Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk
berekspresi, berkomunikasi , dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi
sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan
hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari
naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan danteknologi .

3. Kesenian
Gorontalo sebagai salah satu suku yang ada di Pulau Sulawesi memiliki
aneka ragam kesenian daerah, baik tari, lagu, alat musik tradisional, adat-istiadat,
upacara keagamaan, rumah adat, dan pakaian adat.
Tarian yang cukup terkenal di daerah ini antara lain, Tari Bunga, Tari
Polopalo, Tari Danadana, zamrah, dan Tari Langga.

Tari saronde
Sedangkan lagu-lagu daerah Gorontalo yang cukup dikenal oleh masyarakat
Gorontalo adalah Hulandalo Lipuu (Gorontalo Tempat Kelahiranku), Ambikoko,

10
Mayiledungga (Telah Tiba), Mokarawo (Membuat Kerawang ), Tobulalo Lo
Limuto (Di Danau Limboto), dan Binde Biluhuta
Alat musik tradisional yang dikenal di daerah Gorontalo adalah Polopalo, Bambu,
dan Gambus (berasal dari Arab).

4. Sistem mata pencaharian


Penduduk Gorontalo mata pencahariannya umumnya dari bertani di sawah
dan ladang. Tanaman yang umum mereka kembangkan adalah padi, jagung, Ubi,
sayur-sayuran, kelapa, dan buah-buahan.

5. Ilmu pengetahuan
Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai,
serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam
cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara
mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.
Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup
dari pertanianpaling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional
(disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik)

6. Peralatan hidup
- Rumah Adat
Gorontalo memiliki rumah adatnya sendiri, yang disebut Bandayo Pomboide dan
Dulohupa .
Rumah adat ini terletak di tepat di depan Kantor Bupati Gorontalo, Jalan Jenderal
Sudirman, Limboto. Dulohupa terletak di di Kelurahan Limba U-2, Kecamatan
Kota Selatan, Kota Gorontalo.Akan tetapi, rumah adat Dulohupa yang satu ini
kini tinggal kenangan karena sudah diratakan dengan tanah. Rumah adat ini
digunakan sebagai tempat bermusyawarat kerabat kerajaan pada masa lampau.

Rumah adat gorontalo


- Pakaian Adat
Mukuta dan Biliu adalah sepasang pakaian adat Gorontalo yang umumnya
hanya dikenakan pada saat upacara perkawinan. Mukuta dikenakan oleh
mempelai pria dan Biliu dikenakan oleh mempelai wanita.
Mukuta dan Biliu sendiri disusun atas kain berwarna kuning keemasan
persis seperti ditampilkan pada gambar di atas, selain pula ada yang berwarna
ungu dan hijau. Penggunaan pakaian tersebut akan dilengkapi dengan beragam

11
pernik dan aksesoris seperti penutup kepala, ikat pinggang, terompah, dan lain
sebagainya dengan sebutan khusus.
Perlengkapan Pakaian Biliu untuk Pengantin Wanita
Mempelai wanita, selain menggunakan baju kurung dan bawahan kuning juga
mengenakan beberapa aksesoris sebagai pelengkap pakaian adat Gorontalo yang
dikenakan. Aksesoris tersebut antara lain:
- Baya Lo Boute yaitu ikat kepala yang dipakai khusus untuk rambut
mempelai perempuan. Ikat kepala ini menggambarkan yang merupakan
simbol bahwa mempelai wanita sebentar lagi akan diikat dengan tali
pernikahan dan memasuki dunia baru dengan hak dan kewajibannya
sebagai seorang istri.
- Tuhi-tuhi yaitu gafah berjumlah tujuh yang merupakan simbol adanya
tujuh kerajaan besar yang saling menjalin persahabatan dalam suku
Gorontalo. Ke-7 kerajaan ini antara Gorontalo dan Limboto, Hulontalo,
Tuwawa, Bulonga, Limutu, dan Atingola.
- Lai-lai yaitu bulu burung atau unggas dengan warna putih. Bulu tersebut
diletakan tepat di atas ubun-ubun yang melambangkan kesucian, budi
luhur dan keberanian.
- Buohu Wulu Wawu Dehu yaitu kalung keemasan yang dilingkarkan pada
leher. Untaian kalung menggambarkan ikatan kekeluargaan yang terjalin
erat antara keluarga mempelai pria dan wanita.
- Kecubu atau biasanya juga dinamakan lotidu yaitu kain yang berhias
pernik khas yang dilekatkan pada dada mempelai perempuan. Kecubu
menjadi gambaran bahwa mempelai perempuan harus kuat menghadapi
segala rintangan dalam bahtera berumah tangga.
- Etango yaitu ikat pinggang dengan motif yang sama sebagaimana kecubu.
Ikat pinggang tersebut merupakan lambang bahwa sebagai istri, mempelai
wanita harus mempunyai sikap yang sederhana, dan meninggalkan
makanan yang tidak halal.
- Pateda yaitu gelang keemasan yang dengan cukup lebar. Gelang tersebut
mempunyai makna bahwa sebagai seorang istri, wanita harus bisa menjaga
diri untuk tidak melakukan tindakan tidak terpuji baik sesuai hukum
agama, hukum negara, maupun hukum adat.
- Luobu adalah hiasan pakaian adat Gorontalo dengan bentuk kuku
keemasan yang dipakai hanya pada jari kelingking dan jari manis dari ke-2
belah tangan kiri dan kanan. Luobu tersebut melambangkan wanita harus
mempunyai ketelitian dalam mengerjakan segala hal.

12
Pakaian adat Gorontalo

7. Kekerabatan
Menurut sejarah, Jazirah Gorontalo terbentuk kurang lebih 400 tahun lalu
dan merupakan salah satu kota tua di Sulawesi selain Kota Makassar, Pare-pare
dan Manado. Gorontalo pada saat itu menjadi salah satu pusat penyebaran agama
Islam di Indonesia Timur yaitu dari Ternate, Gorontalo, Bone. Seiring dengan
penyebaran agama tersebut Gorontalo menjadi pusat pendidikan dan perdagangan
masyarakat di wilayah sekitar seperti Bolaang Mongondow (Sulut), Buol Toli-
Toli, Luwuk Banggai, Donggala (Sulteng) bahkan sampai ke Sulawesi
Tenggara.Gorontalo menjadi pusat pendidikan dan perdagangan karena letaknya
yang strategis menghadap Teluk Tomini
Kedudukan Kota Kerajaan Gorontalo mulanya berada di Kelurahan
Hulawa Kecamatan Telaga sekarang, tepatnya di pinggiran sungai Bolango.
Menurut Penelitian, pada tahun 1024 H, kota Kerajaan ini dipindahkan dari
Keluruhan Hulawa ke Dungingi Kelurahan Tuladenggi Kecamatan Kota Barat
sekarang
Kemudian dimasa Pemerintahan Sultan Botutihe kota Kerajaan ini
dipindahkan dari Dungingi di pinggiran sungai Bolango, ke satu lokasi yang
terletak antara dua kelurahan yaitu Kelurahan Biawao dan Kelurahan Limba B.
Dengan letaknya yang stategis yang menjadi pusat pendidikan dan
perdagangan serta penyebaran agama islam maka pengaruh Gorontalo sangat
besar pada wilayah sekitar, bahkan menjadi pusat pemerintahan yang disebut
dengan Kepala Daerah Sulawesi Utara Afdeling Gorontalo yang meliputi
Gorontalo dan wilayah sekitarnya seperti Buol ToliToli dan, Donggala dan
Bolaang Mongondow.
Sebelum masa penjajahan keadaaan daerah Gorontalo berbentuk kerajaan-
kerajaan yang diatur menurut hukum adat ketatanegaraan Gorontalo. Kerajaan-
kerajaan itu tergabung dalam satu ikatan kekeluargaan yang disebut "Pohala'a".
Menurut Haga (1931) daerah Gorontalo ada lima pohala'a :
§ Pohala'a Gorontalo
§ Pohala'a Limboto

13
§ Pohala'a Suwawa
§ Pohala'a Boalemo
§ Pohala'a Atinggola
Pohala'a Gorontalo merupakan pohalaa yang paling menonjol di antara
kelima pohalaa tersebut. Itulah sebabnya Gorontalo lebih banyak dikenal.

14

Anda mungkin juga menyukai