Anda di halaman 1dari 2

Palu adalah sebuah kota yang di tepi laut dan sekaligus Ibukota dari provinsi Sulawesi

Tengah, Indonesia. Palu merupakan kota yang terletak di Sulawesi Tengah, berbatasan
dengan Kabupaten Donggala di sebelah barat dan utara, Kabupaten Sigi di sebelah selatan,
dan Kabupaten Parigi Moutong di sebelah timur. Kota Palu dijuluki sebagai kota lima dimensi yang
terdiri atas lembah, lautan, sungai, pegunungan, dan teluk. Letak Kota Palu dekat dengan garis
khatulistiwa, dengan koordinatnya 0,35 – 1,20 LU dan 120 – 122,90 BT. Pada tahun 2021,
penduduk Kota Palu berjumlah 372.113 jiwa, dengan kepadatan 942 jiwa/km2.[1]

Sejarah[sunting | sunting sumber]


Asal usul nama Kota Palu[sunting | sunting sumber]
Asal usul nama kota Palu adalah kata Topalu'e yang artinya Tanah yang terangkat(dalam bahasa
mandar) karena daerah ini awalnya lautan. Pernah terjadi gempa dan pergeseran lempeng (palu
koro) sehingga daerah yang tadinya lautan tersebut terangkat dan membentuk daratan lembah yang
sekarang menjadi Kota Palu. Ini menurut versi mandar (sekarang wilayah sulbar).
Teori lain juga menyebutkan bahwa kata asal usul nama Kota Palu berasal dari bahasa
Kaili bolovatu/volovatu, sejenis bambu yang tumbuh dari daerah Tawaeli sampai di daerah Sigi.
Bambu sangat erat kaitannya dengan masyarakat Suku Kaili, ini dikarenakan ketergantungan
masyarakat Kaili dalam penggunaan bambu sebagai kebutuhan sehari-hari mereka, baik itu
dijadikan Bahan makanan, Bahan bangunan (dinding, tikar, dll), perlengkapan sehari hari,
permainan (Tilako), serta alat musik (Lalove).

Pembentukan kota Palu[sunting | sunting sumber]


Kota Palu sekarang ini adalah bermula dari kerajaan yang terdiri dari kesatuan empat kampung,
yaitu: Besusu, Tanggabanggo yang sekarang bernama Kelurahan Kamonji, Panggovia yang
sekarang bernama Kelurahan Lere, dan Boyantongo yang sekarang bernama Kelurahan Baru.
Mereka membentuk satu Dewan Adat disebut Patanggota. Salah satu tugasnya adalah memilih raja
dan para pembantunya yang erat hubungannya dengan kegiatan kerajaan. Kerajaan Palu lama-
kelamaan menjadi salah satu kerajaan yang dikenal dan sangat berpengaruh. Itulah sebabnya
Belanda mengadakan pendekatan terhadap Kerajaan Palu. Belanda pertama kali berkunjung ke
Palu pada masa kepemimpinan Raja Maili (Mangge Risa) untuk mendapatkan perlindungan dari
Manado pada tahun 1868. Pada tahun 1888, Gubernur Belanda untuk Sulawesi bersama dengan
bala tentara dan beberapa kapal tiba di Kerajaan Palu, mereka pun menyerang Kayumalue. Setelah
peristiwa perang Kayumalue, Raja Maili terbunuh oleh pihak Belanda dan jenazahnya dibawa ke
Palu. Setelah itu ia digantikan oleh Raja Jodjokodi, pada tanggal 1 Mei 1888, Raja Jodjokodi
menandatangani perjanjian pendek kepada Pemerintah Hindia Belanda.

Teluk Palu di sekitar tahun 1900


Pada awal mulanya, Kota Palu merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Palu. Pada masa
penjajahan Belanda, Kerajaan Palu menjadi bagian dari wilayah kekuasaan (Onder Afdeling Palu)
yang terdiri dari tiga wilayah yaitu Landschap Palu yang mencakup distrik Palu Timur, Palu Tengah,
dan Palu Barat; Landschap Kulawi; dan Landschap Sigi Dolo.[6]
Pada tahun 1942, terjadi pengambilalihan kekuasaan dari Pemerintahan Belanda kepada pihak
Jepang. Pada masa Perang Dunia II ini, kota Donggala yang kala itu merupakan ibu
kota Afdeling Donggala dihancurkan oleh pasukan Sekutu maupun Jepang. Hal ini mengakibatkan
pusat pemerintahan dipindahkan ke kota Palu pada tahun 1950. Saat itu, kota Palu berkedudukan
sebagai Kepala Pemerintahan Negeri (KPN) setingkat wedana dan menjadi wilayah daerah
Sulawesi Tengah yang berpusat di Kabupaten Poso sesuai Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950.
Kota Palu kemudian mulai berkembang setelah dibentuknya Residen Koordinator Sulawesi Tengah
Tahun 1957 yang menempatkan Kota Palu sebagai Ibu kota Keresidenan.[6]
Terbentuknya Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964,
status Kota Palu sebagai ibu kota ditingkatkan menjadi Ibu kota Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi
Tengah. Kemudian pada tahun 1978, Kota Palu ditetapkan sebagai kota administratif berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1978. Kini, berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1994 Kota Palu ditingkatkan statusnya menjadi Kotamadya Palu.[6]

Geografi[sunting | sunting sumber]


Bentang alam Kota Palu membentang memanjang dari Timur ke Barat dengan luas wilayah 395,06
km2. Secara astronomis, Kota Palu terletak pada posisi 119,45 - 121,15 BT dan 0,36 - 0,56 LS.

Batas Wilayah[sunting | sunting sumber]


Secara geografis, Kota Palu berbatasan dengan daerah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Labuan (Kabupaten Donggala).


 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Parigi Barat (Kabupaten Parigi Moutong)
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Marawola dan Kecamatan Biromaru
(Kabupaten Sigi)
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Banawa Selatan (Kabupaten Donggala)
Iklim dan Cuaca[sunting | sunting sumber]
Dataran Kota Palu dikelilingi oleh pegunungan dan pantai. Peta ketinggian mencatat, 376,68
Km2 (95,34%) wilayah Kota Palu berada pada ketinggian 100 - 500 mdpl dan hanya 18,38
Km2 (46,66%) terletak di dataran yang lebih rendah. Kota Palu terletak di bagian selatan
khatulistiwa, menjadikan Kota Palu sebagai salah satu kota tropis terkering di Indonesia dengan
curah hujan kurang dari 1.500 mm per tahun.[6]

Anda mungkin juga menyukai