Anda di halaman 1dari 28

Depan

Kontak

Selayang Pandang

SKPD

Kecamatan

Agenda Bupati

Pariwisata
YOU ARE HERE: HOME SEJARAH KABUPATEN DONGGALA

SEJARAH KABUPATEN
1.

Masa Sebelum Hindia Belanda

Kerajaan yang terdapat di Kabupaten Donggala yang dikenal antara lain :


1.

Kerajaan Palu

2.

Kerajaan Sigi Dolo

3.

Kerajaan Kulawi

4.

Kerajaan Banawa

5.

Kerajaan Tavaili

6.

Kerajaan Parigi

7.

Kerajaan Moutong

Selain kerajaan tersebut diatas masih ada lagi kerajaan lain yang perlu diteliti secara mendalam
keberadaannya, tempat pemerintahannya dan hubungannya dengan kerajaan tersebut diatas.
Gelar Pejabat Pemerintah pada waktu itu disebut : MAGAU, MADIKA, LANGGA NUNU,
GALARA, PABISARA, dan lain-lain.
Struktur, nama dan jabatan aparat kerajaan dan jumlah Dewan Adat ditetapkan menurut kondisi,
bahasa dan adat istiadat yang berlaku dan membudaya oleh masyarakat pada daerahnya
masing-masing, ada yang sama dan ada pula yang berbeda.

1.

Masa Pemerintahan Hindia Belanda

Kedatangan Bangsa Belanda dengan maksud menjajah daerah ini disambut dengan perlawanan
oleh Raja-raja bersama rakyatnya, sehingga perang pun tidak terhindarkan. Sejarah mencatat
pecahnya perang dibeberapa tempat, dimana rakyat melakukan perlawanan terhadap kolonial
Belanda, seperti :
Perang Sigi Dolo,Perang Kulawi, Perang Banawa, Perang Palu, Perang Tatanga, Perang
Tombolotutu, Perlawanan Rakyat Parigi, dan lain-lain.
Pemerintah Hindia Belanda dengan Politik Devide Et Impera atau politik adu domba terhadap
tujuh kerajaan tersebut, bertujuan untuk melemahkan dan melumpuhkan kekuatan raja-raja.
Perang tersebut diakhiri dengan penandatangan perjanjian yang dikenal dengan Korte
Vorklaring yang intinya adalah : Pengakuan terhadap kekuasaan Belanda atas wilayah-wilayah
kerajaan.
Setelah wilayah-wilayah kerajaan ditaklukkan, dan berdasarkan desentralisasi Wet 1904, maka
seluruh daerah kekuasaan raja-raja tersebut dijadikan Wilayah Administratif berupa distrik dan
onder distrik. Dari beberapa

distrik

ini

bergabung menjadi wilayah Swapraja atau

Landschep (Zell Ghurturende Landschappend) sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan


dalam wilayah-wilayah kerajaan yang telah ada pada waktu itu.
Selanjutnya sebagai tindak lanjut atas pelaksanaan dari Korte Vorklaring, maka Pemerintah
Hindia Belanda telah menetapkan peraturan tentang daerah-daerah yang berpemerintahan
sendiri yang mulai berlaku pada tahun 1927 dan kemudian diubah tahun 1938 dengan
nama ZELFBESTUURSREGELEN.

Dalam perkembangan selanjutnya daerah Donggala dijadikan AFDEELING DONGGALA yang


meliputi :
1.

Onderafdeeling Palu meliputi :

2.

Lendschap Kulawi berkedudukan di Kulawi

3.

Lendschap Sigi Dolo berkedudukan di Biromaru

4.

Lendschap Palu berkedudukan di Palu

5.

Onderafdeeling Parigi meliputi :

6.

Lendschap Parigi berkedudukan di Parigi

7.

Lendschap Moutong berkedudukan di Tinombo

8.

Onderafdeeling Donggala meliputi :

9.

Lendschap Banawa berkedudukan di Banawa

10.

Lendschap Tavaili berkedudukan di Tavaili

11.

Onderafdeeling Toli-toli meliputi : Lendschap Toli-toli berkedudukan di Toli-toli

1.

Masa Pemerintahan Jepang

Pada masa pendudukan tentara Jepang tahun 1942 s/d 1945 kekuasaan pemerintahan berada
dibawah pemerintahan bala tentara Jepang. Pemerintahan pendudukan Jepang melanjutkan
struktur Pemerintahan Daerah menurut versi Pemerintah Belanda dalam bidang Dekonsentrasi
dengan pemakaian istilah dalam bahasa Jepang.
Pemerintahan yang otonom dapat dikatakan tidak ada sama sekali karena Pemerintahan Jepang
melarang kehidupan politik bagi rakyat Indonesia. Pemerintah Jepang hanya melaksanakan
bidang Dekonsentrasi berdasarkan Osamu Soirei Nomor 12 dan 13 Tahun 1943. Oleh karena
masa pendudukan Jepang hanya dalam waktu yang singkat, maka peraturan struktur
Pemerintahan hampir tidak ada yang mengalami perubahan.

1.

Masa Setelah Proklamasi RI

2.

Masa Negara Indonesia Timur (NIT)

Negara Indonesia Timur adalah Negara bagian pertama yang didirikan oleh Pemerintahan
Belanda sejak berakhirnya perang ke II. Berdasarkan hasil-hasil yang ditetapkan dalam
konferensi Malino pada Tahun 1946 dengan Staads Blaad 1946-143 yang membagi daerah
dalam 13 Daerah termasuk di dalamnya Sulawesi Tengah. Daerah-daerah yang terbentuk ini
meliputi beberapa daerah swapraja dengan memakai konstruksi yuridis, bahwa berdasarkan
peraturan pembentukan Daerah Sulawesi Tengah tanggal 2 Desember 1948 yang telah disahkan
dengan penetapan Residen Manado tanggal 25 Januari 1949 No. R.21/1/4 maka terbentuklah
Daerah Sulawesi Tengah dengan Ibu Kota Poso.
Dengan terbentuknya Daerah Sulawesi Tengah ini, maka lembaga-lembaga seperti : Residen,
Asisten Residen Gezakhebber (Kontroleur) dihapus dan wilayah-wilayah Onderafdeeling
diubah istilahnya menjadi Kepala Pemerintahan Negeri (KPN) yaitu : KPN Palu, KPN Donggala,
KPN Parigi, KPN Tolitoli, setelah dewan Raja-raja dibubarkan maka sebagian besar dari utusan
partai yang berkedudukan sebagai anggota DPR Sulawesi Tengah yang dalam sidangnya yang
pertama atas nama : Anggota DPR Sulteng, AR.Petalolo Dkk.
Mengusulkan daerah Sulawesi Tengah dibagi menjadi 2 (dua) Daerah Kabupaten Yaitu :
1.

Daerah Poso meliputi Poso dan Banggai.

2.

Daerah Donggala meliputi Donggala dan Tolitoli.

1.

Masa Negara Kesatuan

Sesudah Negara RI kembali dalam bentuk Negara Kesatuan maka pembagian daerah tersebut
diatas dilaksanakan dengan Busloid Gubernur Sulawesi Utara-Tengah tanggal 25 Oktober 1951
N0. 633.
Berdasarkan PP No. 33 Tahun 1952 tanggal 12 Agustus 1952 dimana Daerah Sulawesi Tengah
yang telah dibentuk dengan peraturan pembentukan tanggal 2 Desember 1948 dibatalkan dan
selanjutnya di wilayah Sulawesi Tengah dibentuk 2 (dua) daerah otonom yang berhak mengatur
rumah tangganya sendiri yaitu :
Daerah Donggala meliputi daerah Administrasi Donggala menurut Keputusan Gubernur
Sulawesi Utara-Tengah tanggal 25 Oktober 1951 No.633 yang diubah terakhir tanggal 20

April 1952. Wilayah Pemerintahannya meliputi beberapa Onderafdeeling Palu, Donggala, Parigi
dan Tolitoli. Dengan terbentuknya daerah Tingkat II Donggala pada tanggal 12 Agustus 1952
berdasarkan PP No. 33 Tahun 1952, maka pemerintah daerah tingkat II Donggala berusaha
melaksanakan

Pembentukan

lembaga

pemerintah

serta

badan

kelengkapan

lainnya.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Darah-daerah


Tingkat II di Sulawesi, wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Donggala menjadi berkurang
dengan mekarnya wilayah tolitoli yang kemudian bergabung dengan wilayah Buol dan
selanjutnya terbentuk menjadi Daerah Tingkat II Buol Tolitoli.
Demikian pula Wilayah Daerah Tingkat II Poso dibagi menjadi 2 (dua) Daerah otonom tingkat II
yang baru yaitu : Daerah Tingkat II Poso dan Banggai. Dengan demikian daerah Sulawesi
Tengah menjadi 4 (empat) Daerah Otonom tingkat II yang berhak mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri yaitu :
1.

Daerah Tingkat II Donggala, berkedudukan di Palu.

2.

Daerah Tingkat II Poso, berkedudukan di Poso.

3.

Daerah Tingkat II Buol Tolitoli, berkedudukan di Tolitoli, dan

4.

Daerah Tingkat II Banggai, berkedudukan di Luwuk.

Dengan Undang-undang itu pula dinyatakan secara tegas pembubaran lembaga-lembaga


Daerah Swapraja. Pembubaran ini dilaksanakan dengan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi
Utara-Tengah tanggal 12 Januari 1961 yang direalisir Tahun 1963, jabatan Kepala
Pemerintahan Negeri (KPN) diubah menjadi Wedana. Dengan berlakunya Undang-undang
Nomor 6 Tahun 1969 tentang Penyerahan Urusan Pemerintahan Umum dan Peraturan
Peraturan Presiden No.22 Tahun 1963, maka Keresidenan dan Kewedanan dihapuskan yang
dalam perkembangan selanjutnya menjadi Pembantu Gubernur dan Pembantu Bupati.
Pembubaran Swapraja tersebut diatas diikuti dengan pembentukan Kecamatan di Kabupaten
Daerah Tingkat II Donggala sebanyak 15 Kecamatan, Sesuai Surat Keputusan Gubernur Kepala
Daerah Sulawesi Tengah Nomor : Pem.1/85/706 Tanggal 2 November 1964 yang ditindaklanjuti
dengan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Donggala Nomor : Pem 1/1/5 Tanggal 20
Februari 1965. Palu dalam kedudukannya sebagai Ibu Kota Kabupaten Donggala dan Ibu Kota
Propinsi Sulawesi Tengah mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga pada Tahun
1978 ditingkatkan statusnya menjadi Kota Administratif sekaligus menjadi 2 (dua) Kecamatan
masing-masing Kecamatan Palu Timur dan Kecamatan Palu Barat dengan Walikota pertamanya
Drs. H. Kiesman Abdullah.

Selanjutnya dengan ditetapkannya Daerah Tingkat II Donggala sebagai Daerah Otonomi


percontohan, sesuai PP No. 43 Tahun 1995 tentang Pembentukan Kecamatan di Propinsi
Sulawesi Tengah, maka Kabupaten Donggala dimekarkan dari 15 Kecamatan menjadi 18
Kecamatan, Yaitu :
1.

Kecamatan Banawa di Donggala.

2.

Kecamatan Kulawi di Kulawi.

3.

Kecamatan Sigi Biromaru di Biromaru.

4.

Kecamatan Dolo di Dolo.

5.

Kecamatan Marawola di Binangga.

6.

Kecamatan Palolo di Makmur.

7.

Kecamatan Tawaeli di Labuan.

8.

Kecamatan Sindue di Toaya.

9.

Kecamatan Sirenja di Tompe.

10.

Kecamatan Balaesang di Tambu.

11.

Kecamatan Dampelas di Sabang.

12.

Kecamatan Sojol di Balukang.

13.

Kecamatan Moutong di Moutong.

14.

Kecamatan Tomini di Palasa.

15.

Kecamatan Tinombo di Tinombo.

16.

Kecamatan Ampibabo di Ampibabo.

17.

Kecamatan Parigi di Parigi, dan

18.

Kecamatan Sausu di Sausu.

Namun pada Tahun 2002, dengan terbentuknya Kabupaten Parigi Moutong sesuai Undangundang No. 10 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Parigi Moutong yang meliputi 6

wilayah Kecamatan, maka dari 18 Kecamatan tersebut berkurang kembali menjadi 12


Kecamatan.
Pada tahun 2002 telah terbentuk 2 (dua) buah Kecamatan yaitu Kecamatan Pipikoro yang
merupakan Pemekaran dari Kecamatan Kulawi serta Kecamatan Rio Pakava sebagai hasil
pemekaran dari Kecamatan Dolo, dan pada Tahun 2004 Kecamatan Banawa dimekarkan dan
melahirkan Kecamatan Banawa Selatan, sehingga Kecamatan Kabupaten di Donggala menjadi
15 Kecamatan. Selanjutnya pada tahun 2005 telah diresmikan kembali 6 Kecamatan baru yaitu :
1.

Kecamatan Dolo Selatan, pemekaran dari Kecamatan Dolo sesuai Peraturan Daerah
Kabupaten Donggala Nomor 8 tahun 2004

2.

Kecamatan Gumbasa, pemekaran dari Kecamatan Sigi Biromaru sesuai Peraturan


Daerah Kabupaten Donggala Nomor 9 tahun 2004

3.

Kecamatan Tanambulava, pemekaran dari Kecamatan Sigi Biromaru sesuai Peraturan


Daerah Kabupaten Donggala Nomor 13 tahun 2005

4.

Kecamatan Tanantovea, pemekaran dari Kecamatan Tawaeli sesuai Peraturan Daerah


Kabupaten Donggala Nomor 7 tahun 2004 dan Kecamatan Tawaeli berubah nama menjadi
Kecamatan Labuan sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Donggala Nomor 3 tahun 2005

5.

Kecamatan Kulawi Selatan, pemekaran dari Kecamatan Kulawi sesuai Peraturan Daerah
Kabupaten Donggala Nomor 15 tahun 2005

6.

Kecamatan Pinembani, pemekaran dari Kecamatan Marawola sesuai Peraturan Daerah


Kabupaten Donggala Nomor 19 tahun 2005.

Pada akhir Tahun 2007 awal tahun 2008 jumlah kecamatan dan desa di Kabupaten Donggala
bertambah dari 21 Kecamatan menjadi 30 Kecamatan, dan dari 268 desa menjadi 293 desa
serta 9 kelurahan.
Adapun 9 Kecamatan baru yang diresmikan tersebut adalah :
1.

Kecamatan Sojol Utara di Ogoamas II, diresmikan tanggal 17 Desember 2007


merupakan pemekaran dari Kecamatan Sojol sesuai Peraturan Daerah Kabupaten
Donggal2a Nomor 10 Tahun 2007.

2.

Kecamatan Sindue Tobata di Oti, diresmikan tanggal 19 Desember 2007 merupakan


pemekaran dari Kecamatan Sindue sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Donggala Nomor
5 Tahun 2007.

3.

Kecamatan Sindue Tombusabora di Tibo, diresmikan tanggal 19 Desember 2007


merupakan pemekaran dari Kecamatan Sindue sesuai Peraturan Daerah Kabupaten
Donggala Nomor 4 Tahun 2007.

4.

Kecamatan Lindu di Tomado, diresmikan tanggal 28 Desember 2007 merupakan


pemekaran dari Kecamatan Kulawi sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Donggala Nomor
8 Tahun 2007.

5.

Kecamatan Marawola Barat di Dombu, diresmikan tanggal 29 Desember 2007


merupakan pemekaran dari Kecamatan Marawola sesuai Peraturan Daerah Kabupaten
Donggala Nomor 2 Tahun 2007.

6.

Kecamatan Kinovaro di Porame, diresmikan tanggal 29 Desember 2007 merupakan


pemekaran dari Kecamatan Marawola sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Donggala
Nomor 1 Tahun 2007.

7.

Kecamatan Dolo Barat di Kaleke, diresmikan tanggal 24 Desember 2007 merupakan


pemekaran dari Kecamatan Dolo sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Donggala Nomor 6
Tahun 2007.

8.

Kecamatan Nokilalaki di Kamarora A, diresmikan tanggal 2 Januari 2008 merupakan


pemekaran dari Kecamatan Palolo sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Donggala Nomor
9 Tahun 2007, dan

9.

Kecamatan Banawa Tengah di Limboro, diresmikan tanggal 4 Januari 2008 merupakan


pemekaran dari Kecamatan Banawa sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Donggala Nomor
7 Tahun 2007.

Dalam perkembangannya pada tahun 2008 berdasarkan UU RI No. 27 tanggal 21 Juli 2008
tentang Pembentukan Kabupaten Sigi di Provinsi Sulawesi Tengah yang merupakan pemekaran
dari kabupaten Donggala yang diresmikan pada tanggal 15 Januari 2009, maka wilayah
kabupaten Donggala menjadi berkurang dari 30 kecamatan dengan 302 desa/kelurahan menjadi
15 kecamatan dengan 146 desa/kelurahan, dan pada saat pembentukan ini 3 (tiga) desa dalam
wilayah Kecamatan Marawola Barat yakni Desa Malino, Lumbulama dan Desa Ongulara yang
semula merupakan kesatuan dalam wilayah Kecamatan Marawola Barat menjadi satu kesatuan
dalam wilayah Kecamatan Banawa Selatan. Pada tahun 2009 jumlah desa di Kabupaten
Donggala bertambah menjadi 149 Desa/Kelurahan yakni dengan mekarnya desa Pakava yang
merupakan Hasil Pemekaran Desa Bonemarawa Kec. Rio Pakava, dan desa Ujumbuo yang
merupakan hasil pemekaran Desa Tondo Kec. Sirenja.

Pada tahun ini juga Jumlah kecamatan di Kabupaten Donggala bertambah menjadi 16
kecamatan yakni dengan diresmikannya Kec. Balaesang Tanjung yang dibentuk berdasarkan
dengan PERDA Kab. Donggala Nomor 5 tahun 2004. Berikut Nama Tokoh yang pernah
memimpin di Kab. Donggala, baik selaku Kepala Daerah maupun Ketua DPRD sejak berdirinya
Tahun 1952 sampai sekarang sebagai berikut :

1.

Bupati Kepala Daerah

Pertama

Intje Naim Dg. Mamangun

(1952-1954)

Kedua

RM. Pusadan

Ketiga

Bidin

(1958-1960)

Keempat

DM. Lamakarate

(1960-1964)

Kelima

H.R. Ticoalu

Keenam

H. Abdul Aziz Lamadjido, SH (1966-1979)

Ketujuh

Drs. Galib Lasahido

(1954-1958)

(1964-1966)

(Caretaker 1979)

Kedelapan

Dr. Yan Moh Kaleb

(1979-1984)

Kesembilan

Saleh Sandagang, SH

Kesepuluh

Drs. H. Ramli Noor

(1984-1989)

Kesebelas

H.B. Paliudju

(1989-1994)

Keduabelas

Drs. H. Syachbuddin Labadjo (1994-1999)

Ketigabelas

H. N. Bidja, S.Sos

(Caretaker 1984)

(1999-2004)

Keempatbelas

H. Adam Ardjad Lamarauna

(2004-2006)

Kelimabelas

Drs. H. Habir Ponulele, MM (2006 2008)

Keenambelas

Drs. H. Kasmuddin H. MSi

(PLT. 2008)

Ketujuhbelas

Kedelapanbelas

Drs. H. Habir Ponulele, MM (2008 2013)


:

H. Aidil Nur, SH. M.Si

Kesembilanbelas :

1.

(PLT. 2014)

Drs. Kasman Lassa, SH (2014-Sekarang)

Ketua DPRD

Pertama

Djafar Lapasere

(DPRDS 1952-1955)

Kedua

Andi Aksa Tombolotutu

(DPRDS 1955-1958)

Ketiga

DM. Gagaramusu

Keempat

M. Ilham

Kelima

D. M. Lamakarate

(DPRDGR 1964-1966)

Keenam

K.H.Z.A. Betalemba

(DPRDGR 1966-1968)

Ketujuh

S.I. Pontoh

(DPRDGR 1968-1969)

Kedelapan

Kisman Yodjodolo

Kesembilan

Abu Lebu

Kesepuluh

Sahata Sinaga

(DPRD 1977-1987)

Kesebelas

Ignatius Pariyanto

(DPRD 1987-1997)

Keduabelas

Sampe Pamelai

(DPRD 1997-1999)

Ketigabelas

Sutomo Borman

Keempatbelas

Drs.Ridwan Yalidjama, MA (DPRD 2003-2009)

Kelimabelas

Ahmad Marjanu SH

(DPRD 2009 2014)

Keenambelas

Moh. Yasin, S.Sos

(DPRD 2014 Sekarang)

(DPRDGR 1958-1959)
(DPRDGR 1959-1964)

(DPRDGR 1969-1970)
(DPRD 1971-1977)

(DPRD 1999-2003)

Selanjutnya suatu hal yang perlu dicatat dalam sejarah ini adalah perjuangan tokoh-tokoh
masyarakat Donggala untuk pengembalian ibu Kota Kabupaten Donggala dari Palu ke
Donggala. Dengan meningkatnya tuntutan masyarakat tentang hal ini maka pertengahan tahun
1970-an dibentuklah sebuah Panitia Pengembalian Ibukota Kab. Donggala dengan susunan
sebagai berikut :

Ketua

Laludin B

Wakil Ketua

Muchsen

Sekretaris

Ibrahim Hasyim

Anggota/Jubir

R. Massie

Delegasi ini menghadap Gubernur Sulawesi Tengah dan Menteri Dalam Negeri dengan tuntutan
agar proses pengembalian Ibu Kota Kabupaten Donggala dipercepat karena Kota Palu selain
berstatus Ibu Kota Kabupaten Donggala juga telah ditetapkan sebagai Ibu Kota Propinsi
Sulawesi Tengah.
Perjuangan ini berlangsung terus hingga menghasilkan keluarnya memorandum dari DPRD
Tingkat II Donggala Nomor 16 Tahun 1995 tentang Pengembalian Ibu Kota Kabupaten Donggala
dari Kota Palu ke Donggala dan pembentukan Kabupaten Parigi Moutong sebagai Kabupaten
Pemekaran, yang pada saat itu DPRD Kab. Donggala dipimpin oleh Bapak Kol. Inf. Ignatius
Pariyanto sebagai Ketua DPRD dan Bapak Drs. Tampari Masuara dan Bapak Abd. Muis Thahir
sebagai Wakil Ketua DPRD.
Berdasarkan memorandum inilah maka pihak eksekutif dibawah pimpinan Drs. Hi. Syahbuddin
Labadjo sebagai Bupati Donggala saat itu telah menindaklanjuti melalui berbagai upaya sebagai
langkah-langkah persiapan antara lain penetapan rencana lokasi Kantor Bupati di Gunung Bale,
Pelaksanaan Peringatan Hari Ulang tahun Kabupaten Donggala untuk pertama kalinya
dilaksanakan di Donggala pada tanggal 12 Agustus 1998, walaupun statusnya belum ditetapkan
sebagai Ibu Kota Kabupaten.
Upaya pengembalian Ibu Kota kabupaten Donggala semakin efektif setelah dibentuknya Tim
Delegasi 9 (Sembilan) Forum Pengembalian Ibukota Kab. Donggala yang merupakan Tokoh
Masyarakat Kabupaten Donggala dengan susunan sebagai berikut :

1.

H. A. Rasyid Thalib, SH. MH

2.

Fatturahman

3.

Aldin J. Sinae

4.

H. Ali Abd. Rauf Sulaiman

5.

Mochsen

6.

Rauf Thalib

7.

Abdullah Yahya

8.

Abubakar H. Mide

9.

Fahry Marzukie

Perjuangan Tim Delegasi 9 (Sembilan) Forum Pengembalian Ibukota Kab. Donggala di Banawa
membuahkan hasil dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1999.
Sejak ditetapkannya peraturan pemerintah tersebut maka secara resmi kegiatan pemerintahan
dipindahkan dari Kota Palu ke Kota Donggala oleh Bupati Donggala H.N. Bidja, S.Sos. dengan
menjadikan Eks. Sekolah Tionghoa di Kelurahan Boya sebagai Kantor Bupati Donggala
sementara dan dipindahkanya ke kantor Bupati yang baru dibangunnya di Kelurahan Gunung
Bale. Hingga saat ini selanjutnya diikuti dengan pemindahan kantor dinas dan badan dari Palu
ke Donggala.
Seiring dengan itu, terbentuknya Kabupaten Parigi Moutong berdasarkan Undang-Undang
Nomor 10 tahun 2002 serta beralihnya sebagian anggota DPRD kabupaten Donggala yang
berasal dari daerah pemilihan Parigi Moutong menjadi anggota DPRD Kabupaten Parigi
Moutong termasuk dua diantaranya adalah Sutomo Borman yang saat itu sedang memangku
jabatan Ketua DPRD Kabupaten Donggala dan Drs. Nur Alam Muis yang saat itu menjabat
selaku Wakil Ketua DPRD Kabupaten Donggala.
Dengan demikian terjadi kekosongan pada kedua jabatan tersebut. Dan setelah melalui proses
dinamika, mekanisme dan prosedur politik yang dinamis dan demokratis saat itu maka diawal
tahun 2003 terpilih Drs. Ridwan Yalidjama menjadi Ketua DPRD Kabupaten

Donggala

menggantikan Sutomo Borman, dan Syafiuddin Ponulele terpilih sebagai Wakil Ketua
menggantikan Drs. Nur Alam Muis.

Selanjutnya dibawah kepemimpinan Drs. Ridwan Yalidjama, MA, DPRD Kabupaten Donggala
sesuai fungsi dan kewenangannya telah menyelesaikan tugas tugas konstitusionalnya berupa
suksesi Bupati Donggala periode 2004 2009 yang dilaksanakan diawal Tahun 2004 dengan
sukses, demokratis, dinamis, adil dan transparan maka terpilihlah Hi. Adam Ardjad Lamarauna
yang memimpin Kabupaten Donggala selaku Bupati didampingi oleh Drs. H. Habir Ponulele,
MM, selaku Wakil Bupati.
Namun pada tanggal 16 Nopember 2006, H. Adam Ardjad Lamarauna meninggal dunia, maka
sesuai Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Drs. Habir Ponulele, MM selaku Wakil Bupati secara
otomatis dilantik sebagai Bupati Donggala pada tanggal 23 Desember 2006 untuk melanjutkan
masa bhakti sampai dengan Tahun 2009.
Pada akhir tahun 2008 berdasarkan dengan UU No. 32 tahun 2004 yang telah direvisi dengan
UU. No. 12 tahun 2008 dilakukan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara
langsung, dimana dalam Pemilihan tersebut Bapak Drs. H. Habir Ponulele MM bersama dengan
Bapak Aly Lasamaulu, SE. MSi terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati Donggala periode 2008
s/d 2013 yang dilantik pada tanggal 24 Desember 2008.
Dan pada tahun 2013 dilakukan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara
langsung, dimana dalam Pemilihan tersebut Bapak Drs. Kasman Lassa, SH bersama dengan
Ibu Vera Elena Laruni, SE dari jalur independen (Non Partai) terpilih menjadi Bupati dan Wakil
Bupati Donggala periode 2014 s/d 2019 yang dilantik pada tanggal 15 Januari 2014.
Dalam rangkaian sejarah panjang Kabupaten Donggala suatu hal yang tidak kurang pentingnya
adalah lahirnya Peraturan Daerah Kabupaten Donggala Nomor 1 Tahun 1992 tentang Lambang
Daerah. Peraturan Daerah ini selain memvisualisasikan eksistensi Kabupaten Donggala, juga
melambangkan semangat perjuangan dan cita-cita luhur yang dipatrikan dalam bentuk
motto; Roso, Risi, Rasa. Yang secara harfiah berarti Kuat, Tangguh, dan Sejahtera. Ketiga
kata tersebut apabila digabung dan dimaknai hakikatnya terkandung pesan bahwa dengan
semangat yang kuat disertai rasa persatuan yang kokoh dan etos kerja yang tangguh
akan mencapai kesejahteraan bersama.
Demikian uraian singkat ini, semoga bermanfaat adanya.
Donggala, 12 Agustus 2014

BUPATI DONGGALA
ttd/cap

KASMAN LASSA

PENGHARG

KABUPATEN DO

Pemerintah Daerah Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah mendapatkan berbagai


Piala dan Sertifikat Penghargaan, antara lain sebagai berikut :
1.

Anugrah PIALA ADIPURA untuk Kategori Kota Kecil dari Presiden R.I Tahun 2009, 2010,
2011, 2012, 2013 dan 2014. Sebagai kota kecil terbaik dalam rangka pengelolaan
lingkungan hidup, dan Kota Donggala merupakan ADIPURA yang ke-6 untuk kategori kota
kecil 6 kali berturut-turut, hanya untuk Donggala di Propinsi Sulawesi Tengah.

2.

Hasil Audit BPK R.I Perwakilan Propinsi Sulawesi Tengah atas Pengelolaan Keuangan
Kabupaten Donggala dengan kriteria WAJAR DENGAN PENGECUALIAN (WDP) Tahun
Anggaran 2009 dan Tahun Anggaran 2010.

3.

Piagam Penghargaan ADIPURA Atas Upaya Terbaik Dalam Meningkatkan Kualitas


Lingkunan Hidup Perkotaan Dari Menteri Negara Lingkungan Hidup R.I Tahun 2007

4.

Piagam Penghargaan PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (PPBN) DI ATAS


LIMA PERSEN dari Presiden R.I Tahun 2008

5.

Piagam Penghargaan Penyusunan Laporan STATUS LIGKUNGAN HIDUP DAERAH


(SLHD) Terbaik Tahun 2008 dari Menteri Negara Lingkungan Hidup R.I Tahun 2009. SLHD
ini hanya untuk 29 kota dan Donggala masuk urutan ke7 untuk kategori Kota Kecil.

6.

Piagam Penghargaan AGRO INOVASI atas dukungan kerjasama di Bidang Penelitian,


Inovasi, dan Pengembangan Pertanian dari Menteri Pertanian R.I Tahun 2009

7.

Piala Penghargaan AGRO INOVASI Pemanfaatan Lahan Marjinal dari Menteri Pertanian
R.I Tahun 2009

8.

Piagam Penghargaan ADIUPAYA PURITAMA Kategori Pemerintah Kabupaten Bidang


Penyelenggaraan Pengembangan Perumahan dan Permukiman dari Menteri Negara
Perumahan Rakyat R.I Tahun 2009

9.

Piagam Penghargaan PENYUSUNAN LAPORAN MENUJU INDONESIA HIJAU dari


Menteri Lingkungan Hidup Tahun 2009

10.

Piagam

Penghargaan

CITRA

BAKTI

ABDI

NEGARA

sebagai

Pemerintah

Kabupaten/Kota yang Mempunyai Kinerja Baik dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik


dari MENPAN R.I Tahun 2009
11.

Penghargaan sebagai Juara I dalam Penyusunan LAPORAN PENYELENGGARAAN


PEMERINTAHAN DAERAH (LPPD) selama 2 tahun berturut-turut Tahun 2008 dan Tahun
2009 untuk Tkt. Provinsi Sulawesi Tengah

12.

Piagam Penghargaan ADHIKARYA SATYA BHAKTI Kepada Drs. H. HABIR PONULELE,


MM Sebagai Bupati/Kepala Daerah Berwawasan Administrator Terbaik Pembangunan
Daerah 2009 dan Figur Terbaik Pemimpin Kabupaten Donggala dari Lembaga Prestasi
Indonesia Tahun 2009

13.

Piagam Penghargaan Terbaik I KABUPATEN PEDULI KEHUTANAN Tkt. Propinsi


Sulawesi Tengah dari Menteri Kehutanan tahun 2010

14.

PIN EMAS PEDULI TERHADAP PENGHIJAUAN Dari Menteri Kehutanan RI Tahun 2010

15.

Piala CITRA PELAYANAN PRIMA Pada Pusat Kesehatan Masyarakat Donggala dari
MENPAN RI tahun 2010

16.

Piagam Penghargaan Terbaik 1 Kabupaten Peduli Kehutanan Tkt. Propinsi Sulawesi


Tengah dari Menteri Kehutanan Tahun 2010

17.

Piala Citra Pelayanan Prima pada Pusat Kesehatan Masyarakat Donggala dari Menpan
RI Tahun 2010

18.

Piagam Penghargaan Penyampaian LAKIP Tepat Waktu Selama 5 (Lima) Tahun


Berturut-turut Yakni Tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011 Dari Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi R.I

19.

Penghargaan BINTANG MELATI Oleh Presiden R.I Tanggal 14 Agustus 2011 Di Istana
Negara Di Bidang Kepramukaan.

20.

Piala dan penghargaan sebagai Juara Harapan 3 LOMBA DESA TINGKAT NASIONAL
Desa Tanjungpadang Kec. Sirenja Kab.Donggala Tahun 2011

21.

Penghargaan PENGELOLAAN TERMINAL TERBAIK DAN TERBERSIH Tahun 2012 dan


2013 dari Kementrian lingkungan HidupI

22.

Predikat integritas wilayah BEBAS KORUPSI Tahun 2012

23.

Juara II TINGKAT NASIONAL HATINYA PKK Desa Ujumbou Kec. Sirenja dari Menteri
Dalam Negeri Tahun 2012.

24.

PELABUHAN TERBERSIH DAN PELAYANAN TERBAIK di seluruh Indonesia dari


Menteri Kelautan Tahun 2012.

25.

Juara II Penghargaan PANGRIPTA Nusantara Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2013


untuk penyusunan RKPD Kabupaten Donggala Tahun 2012.

26.

Penghargaan SATYA LENCANA WIRA KARYA dari Presiden R.I Tahun 2013

27.

Penghargaan sebagai Juara I PERCEPATAN PENURUNAN INDIKATOR MDGS


BIDANG KESEHATAN Tingkat Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2013

28.

Anugerah Piala Transmigration Award MARKATI NARUTAMA dari Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi R.I Tahun 2013

29.

Piagam Penghargaan LAKIP Tahun 2011 dan 2012 dengan kategori CC dari Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi R.I.

30.

Hasil Audit BPK-RI Propinsi Sulawesi Tengah Atas Pengelolaan Keuangan Kab.
Donggala

TA.

2011,

2012

dan

Tahun

2013

dengan

kriteria

WAJAR

TANPA

PENGECUALIAN (WTP)
31.

Piala dan Penghargaan CITRA KARTINI INDONESIA 2014 kepada Ibu Wakil Bupati
Donggala dari Yayasan Anugerah Prestasi Insani.

KABUPATEN DONGGALA SAAT INI

Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa kabupaten Donggala merupakan salah satu


dari dua kabupaten yang tertua

di Propinsi

Sulawesi Tengah, wilayah Kabupaten

Donggala terdiri dari wilayah kekuasaan dari 7 Kerajaan besar yang ada pada saat itu.
Selanjutnya secara umum dapat digambarkan bahwa Kabupaten Donggala, yang secara yuridis
formal dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 1952 tanggal 12 Agustus, yang
meliputi bekas Onder Afdeling Palu, Donggala, Parigi dan Toli-toli. Namun perkembangan
selanjutnya pada 1959 berdasarkan UU No. 29 tahun 1959 tentang Pembentukan Daerahdaerah tingkat II di Sulawesi onder afdeling Toli-toli berdiri sendiri menjadi satu kabupaten baru
dan bergabung dengan wilayah Buol sehinga menjadi Daerah Tingkat II Kabupaten Buol Toli-toli,
pada tahun 1994 berdasarkan UU No. 4 tahun 1994 wilayah Daerah tingkat II kabupaten
Donggala berkurang dengan adanya Pemekaran/Pembentukkan Kotamadya Palu, pada tahun
2002 berdasarkan UU No. 10 tahun 2002 terjadi kembali Pembentukan Kabupaten ParigiMoutong. Dan terakhir berdasarkan UU No. 27 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten
Sigi di Propinsi Sulawesi Tengah.

KONDISI GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFIS SERTA EKONOMI DAERAH


1.

Batas Administrasi Daerah

Kabupaten Donggala dengan wilayah seluas 5,275.69 kilometer persegi, dengan batas wilayah
sebagai berikut :

Sebelah Utara

: Berbatasan dengan Kabupaten Tolitoli.

Sebelah Timur

: Berbatasan dengan Kabupaten Parigi Mouton

dan Kabupaten Sigi, Kota palu

Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Propinsi Sulawesi

Barat,
Kabupaten Sigi dan Kota Palu

Sebelah Barat: Berbatasan dengan Kabupaten Mamuju

Utara
Propinsi Sulawesi Barat dan Selat Makassar.

Berdasarkan arahan sistem kota-kota, homogenitas kawasan, serta interaksi antar wilayah,
maka sistem kota-kota di Kabupaten Donggala disusun dalam Satuan Wilayah Pengembangan
(SWP) yang oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Donggala ditetapkan dalam 4 (empat) Wilayah
Pengembangan (WP), meliputi :
1.

WP I Donggala dengan pusat di kota Donggala

Kecamatan Banawa, meliputi

Kecamatan Banawa dan Banawa Tengah;


2.

WP II Watatu dengan pusat di kota Watatu Kecamatan Banawa Selatan, meliputi


Kecamatan Banawa Selatan, Rio Pakava dan Pinembani;

3.

WP III Toaya dengan pusat di kota Toaya Kecamatan Sindue, meliputi Kecamatan
Tanantovea, Labuan, Sindue, Sindue Tombusabora, dan Sindue Tobata dan Kecamatan
Sirenja;

4.

WP IV- Tambu dengan pusat di kota Tambu Kecamatan Balaesang, meliputi Kecamatan
Balaesang, Balaesang Tanjung, Damsol, Sojol, dan Sojol Utara.

1.

Luas Wilayah

Kabupaten Donggala dengan wilayah seluas 5.275,69 km, terbagi atas 16 kecamatan setelah
berpisah dengan Kab. Sigi. Adapun luas dan persentase wilayah setiap Kecamatan di kabupaten
Donggala dapat dilihat pada tabel dan Gambar berikut :

Tabel 1.1.
Luas Wilayah Kabupaten Donggala
menurut Kecamatan Tahun 2012

Luas

Kecamatan

(Km)

01. Rio Pakawa

872,1630

02. Pinembani

402,6076

03. Banawa

99,0449

04. Banawa Tengah

74,6448

05. Banawa Selatan

430,6663

06. Tanantovea

302,6358

07. Labuan

126,0088

08. Sindue

177,1953

09. Sindue
Tombusabora
211,5547
4,01
10. Sindue Tobata
211,92134,02
11. Sirenja
286,93555,4412. Balaesang314,2300

5,96
13. Balaesang Tanjung188,8500
3,58
14. Damsol
732,756913,89
15. Sojol
705,4146
13,3716. Sojol Utara139,0655
2,64
Jumlah

5.275,690
100

Sumber : BPS Kabupaten Donggala (Donggala Dalam Angka Tahun 2013)


Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui bahwa Kecamatan Rio Pakava merupakan
kecamatan terluas di kabupaten Donggala dengan luas 872,1630 km atau 16,53%. Dan
kecamatan Banawa Tengah adalah kecamatan terkecil dengan luas 74,6448 km atau 1,41%
dari luas total Kabupaten Donggala.

1.

Topografi

Sebaran permukiman khususnya desa dan kelurahan pada kabupaten ini mengikuti kondisi
topografis yang ada, dari 158 Desa dan 9 Kelurahan, tercatat 76 Desa/Kelurahan berada pada
daerah pesisir dan 91 Desa/Kelurahan yang berada pada daerah non pesisir.
Selain 167 Desa/Kelurahan tersebut, terdapat pula 2 Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT), yaitu
UPT Sibado di Kecamatan Sirenja dan UPT Bayang di Kecamatan Damsol.

Untuk lebih jelasnya Jumlah Desa/Kelurahan menurut Letak di Kabupaten Donggala, dapat
dlihat pada tabel berikut :

Tabel 1.2.
Jumlah Desa/ Kelurahan menurut Letak
di Kabupaten Donggala

Kecamatan

Desa/ Kel

Desa Pes

01. Rio Pakava

14

14

19

06. Tanantovea

10

07. Labuan

13

02. Pinembani
03. Banawa

04. Banawa Tengah

05. Banawa Selatan

08. Sindue

Kecamatan

Desa/ Kel

Desa Pes

09. Sindue
Tombusabora

10. Sindue Tobata

11. Sirenja
12. Balaesang

13. Balaesang Tanjung

14. Damsol
15. Sojol

16. Sojol Utara


JUMLAH

13

10

13

10

13

167

76

Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa


Kab. Donggala, 2013.

1.

Jumlah Penduduk

Dari hasil Registrasi Penduduk berdasarkan data BPS, Donggala dalam angka, Akhir Tahun
2013 diketahui jumlah penduduk Kabupaten Donggala mencapai 284.113 jiwa, yang terdiri dari
laki-laki sebanyak 145.810 jiwa dan perempuan sebanyak 138.303 jiwa.
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka tingkat kepadatan penduduk juga
mengalami peningkatan. Hingga akhir tahun 2013 kepadatan penduduk tercatat sebanyak 54
jiwa/km, dengan luas wilayah Kabupaten Donggala 5.275,69 km.
Bila dilihat penyebaran penduduk pada tingkat kecamatan, ternyata Kecamatan Banawa
merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu 330 jiwa/km, sedangkan
Kecamatan Pinembani merupakan wilayah yang terjarang penduduknya yaitu sebanyak 15
jiwa/km.
Untuk lebih jelasnya kepadatan penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Donggala dapat
dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.3.
Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
di Kabupaten Donggala Tahun 2013

No.

Kecamatan

Luas Wilayah

Jumlah Penduduk

Rio Pakava

872,1630

22 702

Pinembani

402,6076

6 066

Banawa

99,0449

32 721

Banawa Tengah

74,6448

10 293

Banawa Selatan

430,6663

24 195

No.

Kecamatan

Luas Wilayah

Jumlah Penduduk

Tanantovea

302,6358

15 516

Labuan

126,0088

13 611

Sindue

177,1953

18 842

Sindue
Tombusabora

211,5547

11 565

Sindue Tobata

211,9213

8 967

Sirenja

286,9355

20 650

Balaesang

314,2300

23 297

Balaesang Tanjung

188,8500

10 577

Damsol

732,7569

29 573

15

Sojol

705,4146

25 977

16

Sojol Utara

139,0655

9 561

5.275,69

284.113

7
8

9
10

11

12
13

14

Jumlah

Sumber : BPS Kabupaten Donggala (Donggala Dalam Angka Tahun 2013)

Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui Kecamatan Rio Pakava adalah kecamatan
terluas yakni 872,16 km atau 16,53%. Dan kecamatan Banawa Tengah adalah kecamatan
terkecil yakni 74,64km atau 1,41% dari luas total Kabupaten Donggala.

1.

Potensi Unggulan Daerah

Potensi wilayah Kabupaten Donggala secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sumber Daya Alam (SDA)
Dalam konteks SDA, yang ingin dikembangkan Tahun 2011, adalah sumber daya hutan, sumber
daya lahan dan bahan tambang. Sumber daya alam di Kabupaten Donggala tercatat seluas
527.569 Ha, dengan rincian sebagai berikut :

Kawasan Lindung seluas 457,96 Ha, yang terdiri dari : Hutan Lindung 83.092,98 Ha,
Kawasan Swaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam 24.364,98 Ha.

Kawasan Budi Daya Kehutanan seluas 194.799,20 Ha, yang terdiri dari : Hutan Produksi
Terbatas 158.216,35 Ha, Hutan Produksi Tetap 12.421,91 Ha, Hutan Produksi Yang Dapat
Dikonversi 24.160,94 Ha.

Kawasan Budidaya Non Kehutanan 311,74 Ha, yang terdiri dari : Perikanan 3.125,50 Ha,
Perkebunan 70.942,89 Ha, Permukiman 6.480,00 Ha, Pertambangan 650,00 Ha, Pertanian
144.113,35 Ha

Berkaitan dengan hal tersebut, komoditas unggulan di Kabupaten Donggala yang akan
dikembangkan diantaranya adalah dibidang pertanian yang terdiri dari padi dengan luas panen
23.723 Ha dengan produksi 106.505 Ton, pisang dengan luas panen 177 Ha dan produksi 2.142
Ton, Bawang merah dengan luas panen 80 Ha dan produksi mencapai 484 ton. Dibidang
perkebunan komoditas unggulan adalah kelapa dan kakao dengan masing-masing produksi
pada tahun 2010 yaitu 47.482 ton dan 14.414 ton.
Komoditas peternakan yang dapat dikembangkan adalah sapi mencapai 30.422 ekor.
Komoditas-komoditas tersebut diatas memberikan kontribusi yang besar bagi pembentukan
PDRB di Kabupaten Donggala. Oleh karena itu pola pengembangan pertanian, perkebunan

maupun peternakan yang diadopsi adalah pola yang berbudaya industri dengan orientasi pasar
dalam rangka pengembangan industri yang berbasis sumberdaya lokal.
Bahan tambang yang terkandung dalam kekayaan alam Kabupaten Donggala, antara lain
berupa sirtu, granit, andesit, dasit, basalt, lempung, dan batu gamping. Dari beberapa bahan
tambang yang tersedia tersebut, baru sebagian kecil yang dimanfaatkan berupa galian C,
sedangkan sebagian besar masih merupakan potensi yang memerlukan promosi untuk menarik
minat investor.
Selain SDA di Kabupaten Donggala terdapat potensi alam yang dapat dikembangkan untuk
pembangunan yaitu :

Sungai seluas 964,25 Ha yang dapat dipergunakan untuk sumber air bersih, pembangkit
listrik, irigasi dan perikanan;

Danau seluas 364,44 Ha yang dapat digunakan untuk perikanan, obyek wisata dan
pembangkit listrik.

Sumber Daya Buatan


1.

Prasarana jalan kabupaten berdasarkan jenis permukaannya dirinci atas jalan aspal
sepanjang 401,18 km, jalan kerikil sepanjang 255,89 km, jalan tanah sepanjang 199,48 km
dan sisanya sepanjang 162,01km tidak dirinci. Kondisi jalan kabupaten yang ada saat ini di
Kabupaten Donggala adalah sepanjang 310,76 km dalam kondisi baik, sepanjang 21,60 km
dalam kondisi sedang dan sepanjang 257,55 km dalam kondisi rusak dan sepanjang
236,63 km yang kondisinya rusak berat, sisanya masih belum bisa dilalui dengan
kendaraan roda empat sebesar 192,02 km.

2.

Lintas kapal yang masuk dan keluar dari Kabupaten Donggala untuk kegiatan angkutan
barang dan penumpang dilayani oleh 3 (tiga) pelabuhan yaitu pelabuhan Donggala, Wani
dan Ogoamas. Khusus Pelabuhan Ogoamas pada tahun 2011 Pemerintah Daerah
Kabupaten Donggala telah melakukan pembebasan lokasi di Desa Ogoamas II seluas
2.442 m yang diperuntukkan untuk perluasan fasilitas pelabuhan. Selain pelabuhan
tersebut di Kabupaten Donggala juga terdapat Dermaga Untuk Kepentingan Sendiri
(DUKS). Dan untuk perhubungan darat pemerintah daerah telah mengoperasikan 5 (lima)

unit terminal angkutan yang berfungsi untuk melayani arus penumpang dan barang antar
wilayah.
Selain itu pula dalam mendukung kegiatan pelayanan jasa pos terhadap masyarakat di wilayah
Kabupaten Donggala, pada tahun 2011 sarana pelayanan jasa pos dan giro berupa kantor pos

sebanyak 4 unit yang tersebar di 4 kecamatan, yaitu di Kecamatan Banawa, Sirenja, Sindue dan
Damsol.
Mencermati berbagai potensi yang tersedia di wilayah Kabupaten Donggala sebagaimana
diuraikan di atas, maka ditetapkan tiga potensi andalan Kabupaten Donggala, yakni potensi
ekonomi, potensi pariwisata dan potensi sumber daya alam lainnya. Potensi ekonomi Kabupaten
Donggala berfokus pada pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Dalam Hal ini,
Kabupaten Donggala berupaya untuk :

Meningkatkan produksi dan pemasaran padi, buah-buahan, sayuran, peternakan dan


perikanan dari tahun ke tahun;

Mengembangkan tanaman perkebunan terutama perkebunan rakyat yang menghasilkan


komoditi ekspor.

Potensi pariwisata Kabupaten Donggala dikembangkan atas dasar beberapa dimensi antara lain
pengembangan nilai budaya yang sudah ada dalam masyarakat, pengembangan nilai ekonomi
masyarakat dan mempertahankan karakteristik dasar dari masyarakat serta nilai adat istiadat
dan agama. Khusus untuk wisata alam, Kabupaten Donggala telah memiliki berbagai obyek
wisata yang cukup potensial untuk dikelola secara lebih intensif, antara lain Pantai Pasir Putih
Tanjung Karang, Pantai Enu dan Towale, serta beberapa obyek wisata alam lainnya. Potensi
sumber daya alam lainnya yang ada di Kabupaten Donggala adalah berupa bahan galian
tambang A, B, dan C, serta hutan yang memerlukan pengelolaan yang lebih intensif dan terpadu.
Olehnya itu bila dilihat dari letak geografis, kondisi sosio-kultur dan potensi sumber daya alam,
Kabupaten Donggala dapat dipetakan menjadi tiga kawasan strategis sebagai berikut:

Kawasan Pantai Barat, meliputi Kecamatan Tanantovea, Labuan, Sindue, Sirenja,


Balaesang, Balaesang Tanjung, Damsol, Sojol,dan Kecamatan Sojol Utara merupakan
daerah pesisir dan pegunungan yang memiliki lahan relatif subur. Potensi yang menonjol
adalah perikanan, perkebunan, pertanian, peternakan, perdagangan, pertambangan.
Wilayah ini memiliki potensi tambang yang cukup besar khususnya galian C, bijih besi dan
emas.

Kawasan Lembah Palu, meliputi kecamatan Pinembani, yang struktur wilayahnya terdiri
dari daerah pegunungan yang berpotensi untuk pengembangan perkebunan

Kawasan Donggala, meliputi Kecamatan Banawa, Banawa tengah, Banawa Selatan dan
Rio Pakava, juga merupakan daerah yang relatif subur. Khusus Kota Donggala sebagai
ibukota Kabupaten Donggala, yang berada di Kecamatan Banawa, infrastrukturnya sudah
mulai tertata dengan baik sehingga dapat menunjang kegiatan pemerintahan dan

pelayanan bagi masyarakat. Jenjang pendidikan penduduk termasuk salah satu yang
terbaik dibandingkan dengan wilayah lain. Potensi pariwisata telah mulai tergarap dengan
baik. Potensi yang lebih menonjol dari struktur ekonomi adalah pertanian, perkebunan dan
peternakan.

Anjungan Donggala

PROFIL DONGGALA

Info Kota
Geografi
Demografi
Kebudayaan
Seni
Penghargaan
LINK TERKAIT

BLHD
KPU.Donggala
natural cottage
SOCIAL MEDIA

Facebook
PESONA BUDAYA DAN TRADISI KABUPATEN DONGGALA
Copyright 2000-2015 Pemerintah Kabupaten Donggala

Anda mungkin juga menyukai