Kontak
Selayang Pandang
SKPD
Kecamatan
Agenda Bupati
Pariwisata
YOU ARE HERE: HOME SEJARAH KABUPATEN DONGGALA
SEJARAH KABUPATEN
1.
Kerajaan Palu
2.
3.
Kerajaan Kulawi
4.
Kerajaan Banawa
5.
Kerajaan Tavaili
6.
Kerajaan Parigi
7.
Kerajaan Moutong
Selain kerajaan tersebut diatas masih ada lagi kerajaan lain yang perlu diteliti secara mendalam
keberadaannya, tempat pemerintahannya dan hubungannya dengan kerajaan tersebut diatas.
Gelar Pejabat Pemerintah pada waktu itu disebut : MAGAU, MADIKA, LANGGA NUNU,
GALARA, PABISARA, dan lain-lain.
Struktur, nama dan jabatan aparat kerajaan dan jumlah Dewan Adat ditetapkan menurut kondisi,
bahasa dan adat istiadat yang berlaku dan membudaya oleh masyarakat pada daerahnya
masing-masing, ada yang sama dan ada pula yang berbeda.
1.
Kedatangan Bangsa Belanda dengan maksud menjajah daerah ini disambut dengan perlawanan
oleh Raja-raja bersama rakyatnya, sehingga perang pun tidak terhindarkan. Sejarah mencatat
pecahnya perang dibeberapa tempat, dimana rakyat melakukan perlawanan terhadap kolonial
Belanda, seperti :
Perang Sigi Dolo,Perang Kulawi, Perang Banawa, Perang Palu, Perang Tatanga, Perang
Tombolotutu, Perlawanan Rakyat Parigi, dan lain-lain.
Pemerintah Hindia Belanda dengan Politik Devide Et Impera atau politik adu domba terhadap
tujuh kerajaan tersebut, bertujuan untuk melemahkan dan melumpuhkan kekuatan raja-raja.
Perang tersebut diakhiri dengan penandatangan perjanjian yang dikenal dengan Korte
Vorklaring yang intinya adalah : Pengakuan terhadap kekuasaan Belanda atas wilayah-wilayah
kerajaan.
Setelah wilayah-wilayah kerajaan ditaklukkan, dan berdasarkan desentralisasi Wet 1904, maka
seluruh daerah kekuasaan raja-raja tersebut dijadikan Wilayah Administratif berupa distrik dan
onder distrik. Dari beberapa
distrik
ini
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
1.
Pada masa pendudukan tentara Jepang tahun 1942 s/d 1945 kekuasaan pemerintahan berada
dibawah pemerintahan bala tentara Jepang. Pemerintahan pendudukan Jepang melanjutkan
struktur Pemerintahan Daerah menurut versi Pemerintah Belanda dalam bidang Dekonsentrasi
dengan pemakaian istilah dalam bahasa Jepang.
Pemerintahan yang otonom dapat dikatakan tidak ada sama sekali karena Pemerintahan Jepang
melarang kehidupan politik bagi rakyat Indonesia. Pemerintah Jepang hanya melaksanakan
bidang Dekonsentrasi berdasarkan Osamu Soirei Nomor 12 dan 13 Tahun 1943. Oleh karena
masa pendudukan Jepang hanya dalam waktu yang singkat, maka peraturan struktur
Pemerintahan hampir tidak ada yang mengalami perubahan.
1.
2.
Negara Indonesia Timur adalah Negara bagian pertama yang didirikan oleh Pemerintahan
Belanda sejak berakhirnya perang ke II. Berdasarkan hasil-hasil yang ditetapkan dalam
konferensi Malino pada Tahun 1946 dengan Staads Blaad 1946-143 yang membagi daerah
dalam 13 Daerah termasuk di dalamnya Sulawesi Tengah. Daerah-daerah yang terbentuk ini
meliputi beberapa daerah swapraja dengan memakai konstruksi yuridis, bahwa berdasarkan
peraturan pembentukan Daerah Sulawesi Tengah tanggal 2 Desember 1948 yang telah disahkan
dengan penetapan Residen Manado tanggal 25 Januari 1949 No. R.21/1/4 maka terbentuklah
Daerah Sulawesi Tengah dengan Ibu Kota Poso.
Dengan terbentuknya Daerah Sulawesi Tengah ini, maka lembaga-lembaga seperti : Residen,
Asisten Residen Gezakhebber (Kontroleur) dihapus dan wilayah-wilayah Onderafdeeling
diubah istilahnya menjadi Kepala Pemerintahan Negeri (KPN) yaitu : KPN Palu, KPN Donggala,
KPN Parigi, KPN Tolitoli, setelah dewan Raja-raja dibubarkan maka sebagian besar dari utusan
partai yang berkedudukan sebagai anggota DPR Sulawesi Tengah yang dalam sidangnya yang
pertama atas nama : Anggota DPR Sulteng, AR.Petalolo Dkk.
Mengusulkan daerah Sulawesi Tengah dibagi menjadi 2 (dua) Daerah Kabupaten Yaitu :
1.
2.
1.
Sesudah Negara RI kembali dalam bentuk Negara Kesatuan maka pembagian daerah tersebut
diatas dilaksanakan dengan Busloid Gubernur Sulawesi Utara-Tengah tanggal 25 Oktober 1951
N0. 633.
Berdasarkan PP No. 33 Tahun 1952 tanggal 12 Agustus 1952 dimana Daerah Sulawesi Tengah
yang telah dibentuk dengan peraturan pembentukan tanggal 2 Desember 1948 dibatalkan dan
selanjutnya di wilayah Sulawesi Tengah dibentuk 2 (dua) daerah otonom yang berhak mengatur
rumah tangganya sendiri yaitu :
Daerah Donggala meliputi daerah Administrasi Donggala menurut Keputusan Gubernur
Sulawesi Utara-Tengah tanggal 25 Oktober 1951 No.633 yang diubah terakhir tanggal 20
April 1952. Wilayah Pemerintahannya meliputi beberapa Onderafdeeling Palu, Donggala, Parigi
dan Tolitoli. Dengan terbentuknya daerah Tingkat II Donggala pada tanggal 12 Agustus 1952
berdasarkan PP No. 33 Tahun 1952, maka pemerintah daerah tingkat II Donggala berusaha
melaksanakan
Pembentukan
lembaga
pemerintah
serta
badan
kelengkapan
lainnya.
2.
3.
4.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Namun pada Tahun 2002, dengan terbentuknya Kabupaten Parigi Moutong sesuai Undangundang No. 10 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Parigi Moutong yang meliputi 6
Kecamatan Dolo Selatan, pemekaran dari Kecamatan Dolo sesuai Peraturan Daerah
Kabupaten Donggala Nomor 8 tahun 2004
2.
3.
4.
5.
Kecamatan Kulawi Selatan, pemekaran dari Kecamatan Kulawi sesuai Peraturan Daerah
Kabupaten Donggala Nomor 15 tahun 2005
6.
Pada akhir Tahun 2007 awal tahun 2008 jumlah kecamatan dan desa di Kabupaten Donggala
bertambah dari 21 Kecamatan menjadi 30 Kecamatan, dan dari 268 desa menjadi 293 desa
serta 9 kelurahan.
Adapun 9 Kecamatan baru yang diresmikan tersebut adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Dalam perkembangannya pada tahun 2008 berdasarkan UU RI No. 27 tanggal 21 Juli 2008
tentang Pembentukan Kabupaten Sigi di Provinsi Sulawesi Tengah yang merupakan pemekaran
dari kabupaten Donggala yang diresmikan pada tanggal 15 Januari 2009, maka wilayah
kabupaten Donggala menjadi berkurang dari 30 kecamatan dengan 302 desa/kelurahan menjadi
15 kecamatan dengan 146 desa/kelurahan, dan pada saat pembentukan ini 3 (tiga) desa dalam
wilayah Kecamatan Marawola Barat yakni Desa Malino, Lumbulama dan Desa Ongulara yang
semula merupakan kesatuan dalam wilayah Kecamatan Marawola Barat menjadi satu kesatuan
dalam wilayah Kecamatan Banawa Selatan. Pada tahun 2009 jumlah desa di Kabupaten
Donggala bertambah menjadi 149 Desa/Kelurahan yakni dengan mekarnya desa Pakava yang
merupakan Hasil Pemekaran Desa Bonemarawa Kec. Rio Pakava, dan desa Ujumbuo yang
merupakan hasil pemekaran Desa Tondo Kec. Sirenja.
Pada tahun ini juga Jumlah kecamatan di Kabupaten Donggala bertambah menjadi 16
kecamatan yakni dengan diresmikannya Kec. Balaesang Tanjung yang dibentuk berdasarkan
dengan PERDA Kab. Donggala Nomor 5 tahun 2004. Berikut Nama Tokoh yang pernah
memimpin di Kab. Donggala, baik selaku Kepala Daerah maupun Ketua DPRD sejak berdirinya
Tahun 1952 sampai sekarang sebagai berikut :
1.
Pertama
(1952-1954)
Kedua
RM. Pusadan
Ketiga
Bidin
(1958-1960)
Keempat
DM. Lamakarate
(1960-1964)
Kelima
H.R. Ticoalu
Keenam
Ketujuh
(1954-1958)
(1964-1966)
(Caretaker 1979)
Kedelapan
(1979-1984)
Kesembilan
Saleh Sandagang, SH
Kesepuluh
(1984-1989)
Kesebelas
H.B. Paliudju
(1989-1994)
Keduabelas
Ketigabelas
H. N. Bidja, S.Sos
(Caretaker 1984)
(1999-2004)
Keempatbelas
(2004-2006)
Kelimabelas
Keenambelas
(PLT. 2008)
Ketujuhbelas
Kedelapanbelas
Kesembilanbelas :
1.
(PLT. 2014)
Ketua DPRD
Pertama
Djafar Lapasere
(DPRDS 1952-1955)
Kedua
(DPRDS 1955-1958)
Ketiga
DM. Gagaramusu
Keempat
M. Ilham
Kelima
D. M. Lamakarate
(DPRDGR 1964-1966)
Keenam
K.H.Z.A. Betalemba
(DPRDGR 1966-1968)
Ketujuh
S.I. Pontoh
(DPRDGR 1968-1969)
Kedelapan
Kisman Yodjodolo
Kesembilan
Abu Lebu
Kesepuluh
Sahata Sinaga
(DPRD 1977-1987)
Kesebelas
Ignatius Pariyanto
(DPRD 1987-1997)
Keduabelas
Sampe Pamelai
(DPRD 1997-1999)
Ketigabelas
Sutomo Borman
Keempatbelas
Kelimabelas
Ahmad Marjanu SH
Keenambelas
(DPRDGR 1958-1959)
(DPRDGR 1959-1964)
(DPRDGR 1969-1970)
(DPRD 1971-1977)
(DPRD 1999-2003)
Selanjutnya suatu hal yang perlu dicatat dalam sejarah ini adalah perjuangan tokoh-tokoh
masyarakat Donggala untuk pengembalian ibu Kota Kabupaten Donggala dari Palu ke
Donggala. Dengan meningkatnya tuntutan masyarakat tentang hal ini maka pertengahan tahun
1970-an dibentuklah sebuah Panitia Pengembalian Ibukota Kab. Donggala dengan susunan
sebagai berikut :
Ketua
Laludin B
Wakil Ketua
Muchsen
Sekretaris
Ibrahim Hasyim
Anggota/Jubir
R. Massie
Delegasi ini menghadap Gubernur Sulawesi Tengah dan Menteri Dalam Negeri dengan tuntutan
agar proses pengembalian Ibu Kota Kabupaten Donggala dipercepat karena Kota Palu selain
berstatus Ibu Kota Kabupaten Donggala juga telah ditetapkan sebagai Ibu Kota Propinsi
Sulawesi Tengah.
Perjuangan ini berlangsung terus hingga menghasilkan keluarnya memorandum dari DPRD
Tingkat II Donggala Nomor 16 Tahun 1995 tentang Pengembalian Ibu Kota Kabupaten Donggala
dari Kota Palu ke Donggala dan pembentukan Kabupaten Parigi Moutong sebagai Kabupaten
Pemekaran, yang pada saat itu DPRD Kab. Donggala dipimpin oleh Bapak Kol. Inf. Ignatius
Pariyanto sebagai Ketua DPRD dan Bapak Drs. Tampari Masuara dan Bapak Abd. Muis Thahir
sebagai Wakil Ketua DPRD.
Berdasarkan memorandum inilah maka pihak eksekutif dibawah pimpinan Drs. Hi. Syahbuddin
Labadjo sebagai Bupati Donggala saat itu telah menindaklanjuti melalui berbagai upaya sebagai
langkah-langkah persiapan antara lain penetapan rencana lokasi Kantor Bupati di Gunung Bale,
Pelaksanaan Peringatan Hari Ulang tahun Kabupaten Donggala untuk pertama kalinya
dilaksanakan di Donggala pada tanggal 12 Agustus 1998, walaupun statusnya belum ditetapkan
sebagai Ibu Kota Kabupaten.
Upaya pengembalian Ibu Kota kabupaten Donggala semakin efektif setelah dibentuknya Tim
Delegasi 9 (Sembilan) Forum Pengembalian Ibukota Kab. Donggala yang merupakan Tokoh
Masyarakat Kabupaten Donggala dengan susunan sebagai berikut :
1.
2.
Fatturahman
3.
Aldin J. Sinae
4.
5.
Mochsen
6.
Rauf Thalib
7.
Abdullah Yahya
8.
Abubakar H. Mide
9.
Fahry Marzukie
Perjuangan Tim Delegasi 9 (Sembilan) Forum Pengembalian Ibukota Kab. Donggala di Banawa
membuahkan hasil dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1999.
Sejak ditetapkannya peraturan pemerintah tersebut maka secara resmi kegiatan pemerintahan
dipindahkan dari Kota Palu ke Kota Donggala oleh Bupati Donggala H.N. Bidja, S.Sos. dengan
menjadikan Eks. Sekolah Tionghoa di Kelurahan Boya sebagai Kantor Bupati Donggala
sementara dan dipindahkanya ke kantor Bupati yang baru dibangunnya di Kelurahan Gunung
Bale. Hingga saat ini selanjutnya diikuti dengan pemindahan kantor dinas dan badan dari Palu
ke Donggala.
Seiring dengan itu, terbentuknya Kabupaten Parigi Moutong berdasarkan Undang-Undang
Nomor 10 tahun 2002 serta beralihnya sebagian anggota DPRD kabupaten Donggala yang
berasal dari daerah pemilihan Parigi Moutong menjadi anggota DPRD Kabupaten Parigi
Moutong termasuk dua diantaranya adalah Sutomo Borman yang saat itu sedang memangku
jabatan Ketua DPRD Kabupaten Donggala dan Drs. Nur Alam Muis yang saat itu menjabat
selaku Wakil Ketua DPRD Kabupaten Donggala.
Dengan demikian terjadi kekosongan pada kedua jabatan tersebut. Dan setelah melalui proses
dinamika, mekanisme dan prosedur politik yang dinamis dan demokratis saat itu maka diawal
tahun 2003 terpilih Drs. Ridwan Yalidjama menjadi Ketua DPRD Kabupaten
Donggala
menggantikan Sutomo Borman, dan Syafiuddin Ponulele terpilih sebagai Wakil Ketua
menggantikan Drs. Nur Alam Muis.
Selanjutnya dibawah kepemimpinan Drs. Ridwan Yalidjama, MA, DPRD Kabupaten Donggala
sesuai fungsi dan kewenangannya telah menyelesaikan tugas tugas konstitusionalnya berupa
suksesi Bupati Donggala periode 2004 2009 yang dilaksanakan diawal Tahun 2004 dengan
sukses, demokratis, dinamis, adil dan transparan maka terpilihlah Hi. Adam Ardjad Lamarauna
yang memimpin Kabupaten Donggala selaku Bupati didampingi oleh Drs. H. Habir Ponulele,
MM, selaku Wakil Bupati.
Namun pada tanggal 16 Nopember 2006, H. Adam Ardjad Lamarauna meninggal dunia, maka
sesuai Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Drs. Habir Ponulele, MM selaku Wakil Bupati secara
otomatis dilantik sebagai Bupati Donggala pada tanggal 23 Desember 2006 untuk melanjutkan
masa bhakti sampai dengan Tahun 2009.
Pada akhir tahun 2008 berdasarkan dengan UU No. 32 tahun 2004 yang telah direvisi dengan
UU. No. 12 tahun 2008 dilakukan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara
langsung, dimana dalam Pemilihan tersebut Bapak Drs. H. Habir Ponulele MM bersama dengan
Bapak Aly Lasamaulu, SE. MSi terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati Donggala periode 2008
s/d 2013 yang dilantik pada tanggal 24 Desember 2008.
Dan pada tahun 2013 dilakukan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara
langsung, dimana dalam Pemilihan tersebut Bapak Drs. Kasman Lassa, SH bersama dengan
Ibu Vera Elena Laruni, SE dari jalur independen (Non Partai) terpilih menjadi Bupati dan Wakil
Bupati Donggala periode 2014 s/d 2019 yang dilantik pada tanggal 15 Januari 2014.
Dalam rangkaian sejarah panjang Kabupaten Donggala suatu hal yang tidak kurang pentingnya
adalah lahirnya Peraturan Daerah Kabupaten Donggala Nomor 1 Tahun 1992 tentang Lambang
Daerah. Peraturan Daerah ini selain memvisualisasikan eksistensi Kabupaten Donggala, juga
melambangkan semangat perjuangan dan cita-cita luhur yang dipatrikan dalam bentuk
motto; Roso, Risi, Rasa. Yang secara harfiah berarti Kuat, Tangguh, dan Sejahtera. Ketiga
kata tersebut apabila digabung dan dimaknai hakikatnya terkandung pesan bahwa dengan
semangat yang kuat disertai rasa persatuan yang kokoh dan etos kerja yang tangguh
akan mencapai kesejahteraan bersama.
Demikian uraian singkat ini, semoga bermanfaat adanya.
Donggala, 12 Agustus 2014
BUPATI DONGGALA
ttd/cap
KASMAN LASSA
PENGHARG
KABUPATEN DO
Anugrah PIALA ADIPURA untuk Kategori Kota Kecil dari Presiden R.I Tahun 2009, 2010,
2011, 2012, 2013 dan 2014. Sebagai kota kecil terbaik dalam rangka pengelolaan
lingkungan hidup, dan Kota Donggala merupakan ADIPURA yang ke-6 untuk kategori kota
kecil 6 kali berturut-turut, hanya untuk Donggala di Propinsi Sulawesi Tengah.
2.
Hasil Audit BPK R.I Perwakilan Propinsi Sulawesi Tengah atas Pengelolaan Keuangan
Kabupaten Donggala dengan kriteria WAJAR DENGAN PENGECUALIAN (WDP) Tahun
Anggaran 2009 dan Tahun Anggaran 2010.
3.
4.
5.
6.
7.
Piala Penghargaan AGRO INOVASI Pemanfaatan Lahan Marjinal dari Menteri Pertanian
R.I Tahun 2009
8.
9.
10.
Piagam
Penghargaan
CITRA
BAKTI
ABDI
NEGARA
sebagai
Pemerintah
12.
13.
14.
PIN EMAS PEDULI TERHADAP PENGHIJAUAN Dari Menteri Kehutanan RI Tahun 2010
15.
Piala CITRA PELAYANAN PRIMA Pada Pusat Kesehatan Masyarakat Donggala dari
MENPAN RI tahun 2010
16.
17.
Piala Citra Pelayanan Prima pada Pusat Kesehatan Masyarakat Donggala dari Menpan
RI Tahun 2010
18.
19.
Penghargaan BINTANG MELATI Oleh Presiden R.I Tanggal 14 Agustus 2011 Di Istana
Negara Di Bidang Kepramukaan.
20.
Piala dan penghargaan sebagai Juara Harapan 3 LOMBA DESA TINGKAT NASIONAL
Desa Tanjungpadang Kec. Sirenja Kab.Donggala Tahun 2011
21.
22.
23.
Juara II TINGKAT NASIONAL HATINYA PKK Desa Ujumbou Kec. Sirenja dari Menteri
Dalam Negeri Tahun 2012.
24.
25.
26.
Penghargaan SATYA LENCANA WIRA KARYA dari Presiden R.I Tahun 2013
27.
28.
Anugerah Piala Transmigration Award MARKATI NARUTAMA dari Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi R.I Tahun 2013
29.
Piagam Penghargaan LAKIP Tahun 2011 dan 2012 dengan kategori CC dari Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi R.I.
30.
Hasil Audit BPK-RI Propinsi Sulawesi Tengah Atas Pengelolaan Keuangan Kab.
Donggala
TA.
2011,
2012
dan
Tahun
2013
dengan
kriteria
WAJAR
TANPA
PENGECUALIAN (WTP)
31.
Piala dan Penghargaan CITRA KARTINI INDONESIA 2014 kepada Ibu Wakil Bupati
Donggala dari Yayasan Anugerah Prestasi Insani.
di Propinsi
Donggala terdiri dari wilayah kekuasaan dari 7 Kerajaan besar yang ada pada saat itu.
Selanjutnya secara umum dapat digambarkan bahwa Kabupaten Donggala, yang secara yuridis
formal dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 1952 tanggal 12 Agustus, yang
meliputi bekas Onder Afdeling Palu, Donggala, Parigi dan Toli-toli. Namun perkembangan
selanjutnya pada 1959 berdasarkan UU No. 29 tahun 1959 tentang Pembentukan Daerahdaerah tingkat II di Sulawesi onder afdeling Toli-toli berdiri sendiri menjadi satu kabupaten baru
dan bergabung dengan wilayah Buol sehinga menjadi Daerah Tingkat II Kabupaten Buol Toli-toli,
pada tahun 1994 berdasarkan UU No. 4 tahun 1994 wilayah Daerah tingkat II kabupaten
Donggala berkurang dengan adanya Pemekaran/Pembentukkan Kotamadya Palu, pada tahun
2002 berdasarkan UU No. 10 tahun 2002 terjadi kembali Pembentukan Kabupaten ParigiMoutong. Dan terakhir berdasarkan UU No. 27 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten
Sigi di Propinsi Sulawesi Tengah.
Kabupaten Donggala dengan wilayah seluas 5,275.69 kilometer persegi, dengan batas wilayah
sebagai berikut :
Sebelah Utara
Sebelah Timur
Barat,
Kabupaten Sigi dan Kota Palu
Utara
Propinsi Sulawesi Barat dan Selat Makassar.
Berdasarkan arahan sistem kota-kota, homogenitas kawasan, serta interaksi antar wilayah,
maka sistem kota-kota di Kabupaten Donggala disusun dalam Satuan Wilayah Pengembangan
(SWP) yang oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Donggala ditetapkan dalam 4 (empat) Wilayah
Pengembangan (WP), meliputi :
1.
3.
WP III Toaya dengan pusat di kota Toaya Kecamatan Sindue, meliputi Kecamatan
Tanantovea, Labuan, Sindue, Sindue Tombusabora, dan Sindue Tobata dan Kecamatan
Sirenja;
4.
WP IV- Tambu dengan pusat di kota Tambu Kecamatan Balaesang, meliputi Kecamatan
Balaesang, Balaesang Tanjung, Damsol, Sojol, dan Sojol Utara.
1.
Luas Wilayah
Kabupaten Donggala dengan wilayah seluas 5.275,69 km, terbagi atas 16 kecamatan setelah
berpisah dengan Kab. Sigi. Adapun luas dan persentase wilayah setiap Kecamatan di kabupaten
Donggala dapat dilihat pada tabel dan Gambar berikut :
Tabel 1.1.
Luas Wilayah Kabupaten Donggala
menurut Kecamatan Tahun 2012
Luas
Kecamatan
(Km)
872,1630
02. Pinembani
402,6076
03. Banawa
99,0449
74,6448
430,6663
06. Tanantovea
302,6358
07. Labuan
126,0088
08. Sindue
177,1953
09. Sindue
Tombusabora
211,5547
4,01
10. Sindue Tobata
211,92134,02
11. Sirenja
286,93555,4412. Balaesang314,2300
5,96
13. Balaesang Tanjung188,8500
3,58
14. Damsol
732,756913,89
15. Sojol
705,4146
13,3716. Sojol Utara139,0655
2,64
Jumlah
5.275,690
100
1.
Topografi
Sebaran permukiman khususnya desa dan kelurahan pada kabupaten ini mengikuti kondisi
topografis yang ada, dari 158 Desa dan 9 Kelurahan, tercatat 76 Desa/Kelurahan berada pada
daerah pesisir dan 91 Desa/Kelurahan yang berada pada daerah non pesisir.
Selain 167 Desa/Kelurahan tersebut, terdapat pula 2 Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT), yaitu
UPT Sibado di Kecamatan Sirenja dan UPT Bayang di Kecamatan Damsol.
Untuk lebih jelasnya Jumlah Desa/Kelurahan menurut Letak di Kabupaten Donggala, dapat
dlihat pada tabel berikut :
Tabel 1.2.
Jumlah Desa/ Kelurahan menurut Letak
di Kabupaten Donggala
Kecamatan
Desa/ Kel
Desa Pes
14
14
19
06. Tanantovea
10
07. Labuan
13
02. Pinembani
03. Banawa
08. Sindue
Kecamatan
Desa/ Kel
Desa Pes
09. Sindue
Tombusabora
11. Sirenja
12. Balaesang
14. Damsol
15. Sojol
13
10
13
10
13
167
76
1.
Jumlah Penduduk
Dari hasil Registrasi Penduduk berdasarkan data BPS, Donggala dalam angka, Akhir Tahun
2013 diketahui jumlah penduduk Kabupaten Donggala mencapai 284.113 jiwa, yang terdiri dari
laki-laki sebanyak 145.810 jiwa dan perempuan sebanyak 138.303 jiwa.
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka tingkat kepadatan penduduk juga
mengalami peningkatan. Hingga akhir tahun 2013 kepadatan penduduk tercatat sebanyak 54
jiwa/km, dengan luas wilayah Kabupaten Donggala 5.275,69 km.
Bila dilihat penyebaran penduduk pada tingkat kecamatan, ternyata Kecamatan Banawa
merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu 330 jiwa/km, sedangkan
Kecamatan Pinembani merupakan wilayah yang terjarang penduduknya yaitu sebanyak 15
jiwa/km.
Untuk lebih jelasnya kepadatan penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Donggala dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.3.
Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
di Kabupaten Donggala Tahun 2013
No.
Kecamatan
Luas Wilayah
Jumlah Penduduk
Rio Pakava
872,1630
22 702
Pinembani
402,6076
6 066
Banawa
99,0449
32 721
Banawa Tengah
74,6448
10 293
Banawa Selatan
430,6663
24 195
No.
Kecamatan
Luas Wilayah
Jumlah Penduduk
Tanantovea
302,6358
15 516
Labuan
126,0088
13 611
Sindue
177,1953
18 842
Sindue
Tombusabora
211,5547
11 565
Sindue Tobata
211,9213
8 967
Sirenja
286,9355
20 650
Balaesang
314,2300
23 297
Balaesang Tanjung
188,8500
10 577
Damsol
732,7569
29 573
15
Sojol
705,4146
25 977
16
Sojol Utara
139,0655
9 561
5.275,69
284.113
7
8
9
10
11
12
13
14
Jumlah
Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui Kecamatan Rio Pakava adalah kecamatan
terluas yakni 872,16 km atau 16,53%. Dan kecamatan Banawa Tengah adalah kecamatan
terkecil yakni 74,64km atau 1,41% dari luas total Kabupaten Donggala.
1.
Potensi wilayah Kabupaten Donggala secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sumber Daya Alam (SDA)
Dalam konteks SDA, yang ingin dikembangkan Tahun 2011, adalah sumber daya hutan, sumber
daya lahan dan bahan tambang. Sumber daya alam di Kabupaten Donggala tercatat seluas
527.569 Ha, dengan rincian sebagai berikut :
Kawasan Lindung seluas 457,96 Ha, yang terdiri dari : Hutan Lindung 83.092,98 Ha,
Kawasan Swaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam 24.364,98 Ha.
Kawasan Budi Daya Kehutanan seluas 194.799,20 Ha, yang terdiri dari : Hutan Produksi
Terbatas 158.216,35 Ha, Hutan Produksi Tetap 12.421,91 Ha, Hutan Produksi Yang Dapat
Dikonversi 24.160,94 Ha.
Kawasan Budidaya Non Kehutanan 311,74 Ha, yang terdiri dari : Perikanan 3.125,50 Ha,
Perkebunan 70.942,89 Ha, Permukiman 6.480,00 Ha, Pertambangan 650,00 Ha, Pertanian
144.113,35 Ha
Berkaitan dengan hal tersebut, komoditas unggulan di Kabupaten Donggala yang akan
dikembangkan diantaranya adalah dibidang pertanian yang terdiri dari padi dengan luas panen
23.723 Ha dengan produksi 106.505 Ton, pisang dengan luas panen 177 Ha dan produksi 2.142
Ton, Bawang merah dengan luas panen 80 Ha dan produksi mencapai 484 ton. Dibidang
perkebunan komoditas unggulan adalah kelapa dan kakao dengan masing-masing produksi
pada tahun 2010 yaitu 47.482 ton dan 14.414 ton.
Komoditas peternakan yang dapat dikembangkan adalah sapi mencapai 30.422 ekor.
Komoditas-komoditas tersebut diatas memberikan kontribusi yang besar bagi pembentukan
PDRB di Kabupaten Donggala. Oleh karena itu pola pengembangan pertanian, perkebunan
maupun peternakan yang diadopsi adalah pola yang berbudaya industri dengan orientasi pasar
dalam rangka pengembangan industri yang berbasis sumberdaya lokal.
Bahan tambang yang terkandung dalam kekayaan alam Kabupaten Donggala, antara lain
berupa sirtu, granit, andesit, dasit, basalt, lempung, dan batu gamping. Dari beberapa bahan
tambang yang tersedia tersebut, baru sebagian kecil yang dimanfaatkan berupa galian C,
sedangkan sebagian besar masih merupakan potensi yang memerlukan promosi untuk menarik
minat investor.
Selain SDA di Kabupaten Donggala terdapat potensi alam yang dapat dikembangkan untuk
pembangunan yaitu :
Sungai seluas 964,25 Ha yang dapat dipergunakan untuk sumber air bersih, pembangkit
listrik, irigasi dan perikanan;
Danau seluas 364,44 Ha yang dapat digunakan untuk perikanan, obyek wisata dan
pembangkit listrik.
Prasarana jalan kabupaten berdasarkan jenis permukaannya dirinci atas jalan aspal
sepanjang 401,18 km, jalan kerikil sepanjang 255,89 km, jalan tanah sepanjang 199,48 km
dan sisanya sepanjang 162,01km tidak dirinci. Kondisi jalan kabupaten yang ada saat ini di
Kabupaten Donggala adalah sepanjang 310,76 km dalam kondisi baik, sepanjang 21,60 km
dalam kondisi sedang dan sepanjang 257,55 km dalam kondisi rusak dan sepanjang
236,63 km yang kondisinya rusak berat, sisanya masih belum bisa dilalui dengan
kendaraan roda empat sebesar 192,02 km.
2.
Lintas kapal yang masuk dan keluar dari Kabupaten Donggala untuk kegiatan angkutan
barang dan penumpang dilayani oleh 3 (tiga) pelabuhan yaitu pelabuhan Donggala, Wani
dan Ogoamas. Khusus Pelabuhan Ogoamas pada tahun 2011 Pemerintah Daerah
Kabupaten Donggala telah melakukan pembebasan lokasi di Desa Ogoamas II seluas
2.442 m yang diperuntukkan untuk perluasan fasilitas pelabuhan. Selain pelabuhan
tersebut di Kabupaten Donggala juga terdapat Dermaga Untuk Kepentingan Sendiri
(DUKS). Dan untuk perhubungan darat pemerintah daerah telah mengoperasikan 5 (lima)
unit terminal angkutan yang berfungsi untuk melayani arus penumpang dan barang antar
wilayah.
Selain itu pula dalam mendukung kegiatan pelayanan jasa pos terhadap masyarakat di wilayah
Kabupaten Donggala, pada tahun 2011 sarana pelayanan jasa pos dan giro berupa kantor pos
sebanyak 4 unit yang tersebar di 4 kecamatan, yaitu di Kecamatan Banawa, Sirenja, Sindue dan
Damsol.
Mencermati berbagai potensi yang tersedia di wilayah Kabupaten Donggala sebagaimana
diuraikan di atas, maka ditetapkan tiga potensi andalan Kabupaten Donggala, yakni potensi
ekonomi, potensi pariwisata dan potensi sumber daya alam lainnya. Potensi ekonomi Kabupaten
Donggala berfokus pada pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Dalam Hal ini,
Kabupaten Donggala berupaya untuk :
Potensi pariwisata Kabupaten Donggala dikembangkan atas dasar beberapa dimensi antara lain
pengembangan nilai budaya yang sudah ada dalam masyarakat, pengembangan nilai ekonomi
masyarakat dan mempertahankan karakteristik dasar dari masyarakat serta nilai adat istiadat
dan agama. Khusus untuk wisata alam, Kabupaten Donggala telah memiliki berbagai obyek
wisata yang cukup potensial untuk dikelola secara lebih intensif, antara lain Pantai Pasir Putih
Tanjung Karang, Pantai Enu dan Towale, serta beberapa obyek wisata alam lainnya. Potensi
sumber daya alam lainnya yang ada di Kabupaten Donggala adalah berupa bahan galian
tambang A, B, dan C, serta hutan yang memerlukan pengelolaan yang lebih intensif dan terpadu.
Olehnya itu bila dilihat dari letak geografis, kondisi sosio-kultur dan potensi sumber daya alam,
Kabupaten Donggala dapat dipetakan menjadi tiga kawasan strategis sebagai berikut:
Kawasan Lembah Palu, meliputi kecamatan Pinembani, yang struktur wilayahnya terdiri
dari daerah pegunungan yang berpotensi untuk pengembangan perkebunan
Kawasan Donggala, meliputi Kecamatan Banawa, Banawa tengah, Banawa Selatan dan
Rio Pakava, juga merupakan daerah yang relatif subur. Khusus Kota Donggala sebagai
ibukota Kabupaten Donggala, yang berada di Kecamatan Banawa, infrastrukturnya sudah
mulai tertata dengan baik sehingga dapat menunjang kegiatan pemerintahan dan
pelayanan bagi masyarakat. Jenjang pendidikan penduduk termasuk salah satu yang
terbaik dibandingkan dengan wilayah lain. Potensi pariwisata telah mulai tergarap dengan
baik. Potensi yang lebih menonjol dari struktur ekonomi adalah pertanian, perkebunan dan
peternakan.
Anjungan Donggala
PROFIL DONGGALA
Info Kota
Geografi
Demografi
Kebudayaan
Seni
Penghargaan
LINK TERKAIT
BLHD
KPU.Donggala
natural cottage
SOCIAL MEDIA
Facebook
PESONA BUDAYA DAN TRADISI KABUPATEN DONGGALA
Copyright 2000-2015 Pemerintah Kabupaten Donggala