Anda di halaman 1dari 24

ARSITEKTUR NUSANTARA

RUMAH ADAT LANGKANAE (RUMAH ADAT KEDATUAN LUWU)


Gihon Sulu’ (16 211 020) || Program Studi Arsitektur
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
gihonsulu.gs@gmail.com

ABSTRAK
Rumah adat langkanae merupakan rumah raja pada masa pemerintahan
kerajaan Luwu atau biasa disebut Kedatuan luwu, Rumah adat luwu atau rumah adat
Langkanae ini terbuat dari bahan utama kayu yang dimana rumah adat ini memiliki
88 tiang. Meski Rumah Adat Luwu pernah dihancurkan oleh Belanda. Kerajaan luwu
atau Kedatuan Luwu merupakan kerajaan terbesar dipulau Sulawesi, batas
teritorialnya mencakup Poso (Sulawesi Tengah), Kolaka (Sulawesi Tenggara), Tana
Toraja (Sulawesi Selatan). Pusat Kedatuan Luwu berpusat di Palopo, Sulawesi
Selatan.

Kata Kunci : Langkanae, Kedatuan Luwu, bahan utama kayu, kerjaan terbesar
di pulau Sulawesi

ABSTRACT

The traditional house of langkanae is the king's house during the reign of the
kingdom of Luwu or commonly called Kedatuan luwu, this traditional luwu house or
Langkanae traditional house is made of the main wood material which has 88 poles.
Although the Luwu Traditional House was once destroyed by the Dutch. Luwu
kingdom or Luwu Union is the largest kingdom in the island of Sulawesi, its territorial
borders include Poso (Central Sulawesi), Kolaka (Southeast Sulawesi), Tana Toraja
(South Sulawesi). The Luwu Center for Unity is based in Palopo, South Sulawesi.

Keywords: Langkanae, Kedatuan Luwu, the main ingredient of wood, the


biggest job on the island of Sulawesi

1|RUMAH ADAT LANGKANAE LUWU- SULAWESI SELATAN


Pendahuluan

Indonesia yang memiliki latar belakang Negara kepulauan menyebabkan


banyaknya perbedaan suku, budaya dan ragam hias. Salah satu tolak ukur
kebudayaan yang ada di Indonesia adalah kebudayaan yang terkait dengan sistem
sosial, keluarga, sampai ritual keagamaan.
Rumah adat yang tersebar di berbagai daerah nusantara memiliki nilai-nilai
kearifan lokal, rumah adat merupakan salah satu dari arsitektur tradisional. Salah
satunya adalah Sulawesi-Selatan, yang mana terdapat daerah yang sarat akan
budaya dan adat istiadatnya, yaitu tana Luwu.
Luwu merupakan salah satu wilayah bagian dari provinsi Sulawesi-Selatan.
tanaLuwu umumnya juga dikenal sebagai Bumi Sawerigading. Hal ini dikarenakan
Kerajaan Luwu merupakan salah satu kerajaan tertua yang berada di Sulawesi-
Selatan dan merupakan tanah lahirnya keturunan Sawerigading yang hingga kini
masih ada yaitu Datu Luwu ke-40
Di Sulawesi-Selatan itu sendiri terdapat beberapa suku yaitu suku Toraja,
Mandar, dan Bugis. Suku Bugis sebagai suku asli yang menempati wilayah
Sulawesi-Selatan tersebar diberbagai daerah, salah satunya yaitu perkampungan
suku Bugis yang ada di tan aLuwu.
Seperti halnya masyarakat daerah lainnya yang mempertahankan nilai-nilai
sejarah dan kebudayaan daerahnya masing-masing, masyarakat Bugis Luwu juga
mengenal beberapa jenis bangunan tradisional yang dijadikan sebagai tempat
tinggal sekaligus tempat penyelenggaraan berbagai kegiatan adat maupun spiritual
keagamaan, baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan masyarakat.
Adapun salah satu bangunan tradisional yaitu bangunan rumah adat Langkanae.
Eksistensi rumah adat ini sudah tidak banyak lagi yang bisa ditemukan
keberadaannya. Di tana Luwu yang kini terbagi menjadi berberapa kabupaten/kota,
dapat ditemukan keberadaan rumah adat Langkanae yaitu di kawasan Kota Palopo,
yang tepatnya kini menjadi pusat Kedatuan/Kerajaan Luwu. Maraknya pembangunan
dan seiring perkembangan teknologi, menyebabkan terkikisnya sejarah dan
khasanah tradisi rumah-rumah Bugis yang ada di tana Luwu.

2|RUMAH ADAT LANGKANAE LUWU- SULAWESI SELATAN


I. Lokasi Rumah Adat Langkanae
Rumah Adat Langkanae terletak di kota Palopo, Provinsi Sulawesi
Selatan, Koordinat : 02°53’15” - 03°04’08” LS dan 120°03’10” - 120°14’34” BT
Berikut ini merupakan gambar peta lokasi tanaLuwu :

Gambar I.1 | Peta Indonesia


(Sumber: http://earth.google.com)

Gambar I.2 | Peta Pulau Sulawesi


(Sumber: http://earth.google.com)

3|RUMAH ADAT LANGKANAE LUWU- SULAWESI SELATAN


Gambar I.3 | Peta Provinsi Sulawesi Selatan
(Sumber: http://sejarah-negara.com)

Gambar I.4 | Peta Administrasi Kota Palopo


(Sumber: http://Peta_Tematikindo.com)

II. Sejarah dan perkembangan Kerajaan Luwu


Dalam sejarah, Luwu merupakan salah satu kerajaan tertua di wilayah
Sulawesi. Sejarah berkembangnya Kerajaan Luwu sudah berawal jauh sebelum
masa pemerintahan Hindia Belanda bermula. Sebelumnya, Kerajaan Luwu
sudah menjadi sebuah kerajaan yang mewilayahi TanaToraja (Sulawesi
Selatan), Kolaka (Sulawesi Tenggara), dan Poso (Sulawesi Tengah). Dalam

4|RUMAH ADAT LANGKANAE LUWU- SULAWESI SELATAN


sejarah tersebut, nama Kerajaan atau TanaLuwu dihubungkan dengan nama I
La Galigo dan Sawerigading.
Selanjutnya pada masa setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, secara
otomatis Kerajaan Luwu berintegrasi masuk ke dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Hal itu ditandai dengan adanya pernyataan
Raja/Datu Luwu pada masa itu, yaitu Andi Djemma. Beliau menyatakan bahwa
"Kerajaan Luwu adalah bagian dari Wilayah Kesatuan Republik Indonesia".
Sehingga, pembagian wilayah Luwu kini terbagi menjadi tiga Kabupaten dan
satu Kota yang telah ditetapkan, antara lain yaitu:
a. Kabupaten Luwu
b. Kabupaten Luwu Utara
c. Kota Palopo (sebagai pusat Kerajaan/Kedatuan Luwu)
d. Kabupaten Luwu Timur

Gambar. II.1 | Peta penyebaran Kedatuan luwu


(Sumber: penulis)
Dalam buku “Ringkasan Sejarah Luwu: Bumi Sawerigading, tana Luwu
Mappatuwo” yang disusun oleh Sarita Pawiloy, diuraikan awal berkembangnya
Kota Palopo, yang kini sebagai pusat Kerajaan/Kedatuan Luwu. Palopo
berkembang di awal kerajaan Islam Luwu tumbuh. Pada saat itu Raja/Datu
Luwu La Patiware Sultan Muhammad wafat dan digantikan oleh anak keduanya
yaitu Patipasaung (1615-1637). Sedangkan anak pertamanya adalah Patiraja.
Terangkatnya Patipasaung menjadi raja menimbulkan gejolak dalam TanaLuwu
di Pattimang, Malangke. Sehingga Patiraja pergi ke Kamanre dan membentuk
Kerajaan Luwu sendiri. Dengan demikian pada masa itu, ada dua pusat
kerajaan Luwu (Ware’), yaitu yang pertama Luwu wilayah Malangke yang
dimulai dari Baebunta hingga Poso. Sedangkan yang kedua Luwu wilayah

5|RUMAH ADAT LANGKANAE LUWU- SULAWESI SELATAN


Ponrang yang berpusat di Kamanre meliputi Bajo, Ranteballa, Larompong
sampai Akkotongeng. Sedangkan Kemadikaan Bua’ yang meliputi Kolaka,
Luwu bagian Tenggara dan juga Palopo/Libukang bersifat netral.
Adanya dua Kerajaan/Kedatuan Luwu ini mengakibatkan terjadinya
perang saudara antar daerah Pattimang dan Kamanre pada tahun 1616.
Perang ini terjadi selama kurang lebih 4 tahun, yang kemudian dikenal dengan
Perang antara Utara dan Selatan hingga pada tahun 1619. Setelah perang
saudara ini, para abdi kerajaan/kedatuan memutuskan penyelesaian secara
damai.
Sehingga, dari peristiwa inilah yang kemudian menyatukan kembali Luwu.
Patipasaung kemudian memindahkan Kerajaan Luwu (Ware’) ke Palopo yang
termasuk wilayah Bua. Ia kemudian pula mengukuhkan ‘ana’ tellue’ sebagai
pilar utama Luwu. Patipasaung menata struktur pemerintahan Luwu. Penataan
inilah yang meninggalkan beberapa bangunan-bangunan peninggalan yang kini
masih terdapat di kawasan pusat Kota Palopo. Antara lain, yaitu Masjid Jami’
yang dibangun 1619 kemudian dinyatakan oleh masyarakat Luwu sebagai
pusat Palopo, bahkan posi’ Tana, dan Ka’bah di Mekkah sebagai palisu’ Tana.
Arsitektur Kota Palopo ditata dengan pendekatan agar suasana marowa (ramai)
tercipta. Olehnya itu, sekitar 40 depa dari masjid dibangun pasar.

Gambar. II.2 | Rumah Adat Langkanae pada masa pemerintahana Hindia-Belanda


(Sumber: http://palopotourism.info/monumen-toddopuli)

Selain itu, pada masa Lata’na Datu Luwu, Andi Kambo, dibangun
istanakediaman Datu Luwu. Akan tetapi, bangunan tersebut dirubuhkan oleh
pemerintah Belanda dan digantikan dengan arsitektur gaya Eropa pada tahun
1920. Dan kini menjadi Museum Batara Guru. Berdasarkan hal itulah, maka

6|RUMAH ADAT LANGKANAE LUWU- SULAWESI SELATAN


disamping IstanaDatu Luwu terdapat replikanya yakni rumah panggung kayu
bertiang 88 buah disebut sebagai Rumah Adat Langkanae dan terdapat
monumen perjuangan rakyat Luwu “Toddopuli Temmalara” yang berarti
“Kebersamaan yang menguatkan”. Arsitektur kota serupa kemudian dianjurkan
di setiap wilayah kampung-kampung di Luwu. Demikianlah, Kota Palopo
kemudian menjadi pusat kedatuan Luwu dan barometer perkembangan Luwu.

Gambar. II.3 |
Rumah Adat Langkanae - Jl.Yusuf Arief, Palopo (kiri)
Rumah Adat Langkanae - Benteng Somba Opu, Makassar (Kanan)
Monumen “Toddopuli Temmalara” - Jl.Yusuf Arief, Palopo (Bawah)
(Sumber: http://palopotourism.info/monumen-toddopuli)

III. Ekonomi Dan Mata Pencaharian


Dengan lokasi yang dekat dengan area pantai dan persawahan, maka
sebagian besar masyarakat bekerja sebagai nelayan dan petani.

Gambar. III.1 | Area Persawahan kota Palopo


(Sumber: http//:palopokota.go.id)
7|RUMAH ADAT LANGKANAE LUWU- SULAWESI SELATAN
IV. Tata Cara Membangun
Rumah adat Luwu yang dikenal dengan Langkanae. Artinya rumah
panggung kayu yang terdiri dari 88 buah tiang. Secara umumnya, sama halnya
dengan rumah adat Bugis daerah lainnya, seperti bugis Makassar, Bone,
Soppeng, Bone, Sidrap, dan Wajo. Dimana persamaannya terletak pada
konsep dan elemen-elemen arsitekturalnya namun terdapat beberapa
perbedaan dari segi sejarah dan ornamen-ornamen bangunannya.
Adapun sebelum pembahasan mengenai konsep arsitekturnya, rumah
adat Langkanae juga memiliki tahapan-tahapan dalam proses
pembangunannya. Antara lain yaitu :
1. Tahap Persiapan
Dalam pendirian rumah panggung bagi masyarakat Bugis, pada
umumnya dimulai dengan musyawarah keluarga atau penghuni rumah.
Dalam musyawarah tersebut yang dibicarakan adalah tipe atau ukuran
rumah, bahan dan biaya yang dibutuhkan, serta pembagian tugas para
pekerja atau tenaga yang dibutuhkan.
Adapun tenaga-tenaga yang diperlukan guna pembangunan rumah
tentu saja adalah tenaga ahli yang mengerti seluk-beluk adat istiadat, agar
terhindar dari malapetaka atau hal-hal yang pamali menurut kepercayaan
orang Bugis. Secara garis besar tenaga yang terlibat tersebut ada 3, yaitu :
 Panrita Bola (dukun rumah), yang ahli tentang tipe-tipe bangunan, nilai-
nilai yang terkandung dalam bangunan tersebut, serta mengetahui jenis
kayu yang dibutuhkan dan waktu/tempat dalam pembangunan rumah.
 Panre’ Bola (tukang), orang yang terampil dalam teknik konstruksi
rumah, dan tanpa menggunakan gambar, karena umumnya hanya
menggunakan instruksi-instruksi dari panrita bola.
 Tenaga pembantu umum, biasanya berasal dari keluarga atau kerabat
dan juga tetangga, yang bekerja hanya pada waktu tertentu dan ketika
ada pekerjaan yang membutuhkan tenaga yang banyak. Seperti
mappatama arateng sibawa pattolo (memasang kerangka rumah) dan
mappatettong bola (mendirikan kerangka rumah).

8|RUMAH ADAT LANGKANAE LUWU- SULAWESI SELATAN


Selanjutnya setelah bermusyawarah dan menetapkan tenaga-tenaga yang
dibutuhkan dalam proses pembangunan rumah, yaitu menentukan ukuran
rumah. Umumnya, penentuan ukuran rumah ada 2, yaitu:

 Spasial vertikal, yang diukur berdasarkan tinggi suami/istri penghuni


rumah, disesuaikan pada tinggi bagian bawah (kolong) dan bagian
tengah (badan rumah).
 Spasial horizontal, yang biasanya menggunakan ukuran tradisional
yaitu reppa’ atau depa dan jakka’ (jengkal). Dan setelah itu, dalam
tahap persiapan juga ditentukan waktu atau hari yang baik untuk
memulai pekerjaan dan ditentukan pula tempat dan arah rumah yang
baik.
2. Tahap pengumpulan Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan dalam pembangunan rumah, dimana
bahan yang utama yaitu pada bagian tiang. Adapun kayu yang umunya
digunakan adalah aju’ panasa, yaitu kayu nangka. Panasa dalam bahasa
bugis ditafsirkan sebagai ri pommanasai atau yang dicita-citakan. Hal itu
mengandung harapan agar apa yang dicita-citakan oleh si penghuni rumah
tercapai. Namun, bila kayu yang digunakan berasal dari perdagangan,
bukan yang ditebang sendiri (aju’ panasa) melainkan kayu nangka kalole
atau kayu yang masih utuh (belum dibelah). Hal itu juga ditafsirkan
mengandung harapan agar si penghuni rumah senantiasa dalam keadaan
utuh atau sempurna dan tidak pernah kekurangan selama menempati
rumah itu. (Mardanas, dkk., (ed.), 1985: 41)
Setelah bahan untuk tiang utama telah diperoleh, selanjutnya ialah
kayu untuk bagian lainnya pada rumah, misalnya antara lain: aju’ seppu
untuk bagian arateng atau atas dan pattolo riawa atau penyangga bawah
pada kerangka rumah. Selain itu juga digunakan aju’ cendana dan aju’ jati
untuk bagian barakappu atau balok kecil dasar dari lantai atau rakkeang
(loteng).

9|RUMAH ADAT LANGKANAE LUWU- SULAWESI SELATAN


3. Tahap Pendirian
Sesudah bahan yang dibutuhkan terpenuhi, maka tahap selanjutnya
yaitu memasang kerangka rumah, dalam pemasangan ada prosesnya,
antara lain :
 Pembuatan Aliri (Tiang)
Yakni dimulai dari membuat aliri posi’bola (tiang pusat rumah). Posisi
tiang rumah ini terletak pada baris ketiga dari depan dan baris kedua
dari samping kiri. Posi’ Bola ini menyimbolkan wanita, yaitu sebagai
pemegang kendali dalam rumah tangga. Olehnya itu, kayu yang
digunakan tidak boleh salah pilih.
 Pembuatan Aliri Pakka (Cabang Tiang)
Pakka (Cabang) merupakan tiang penyangga tangga depan yang
melambangkan laki-laki yang sebagai pencari nafkah, harus melalui
tangga dan pintu depan. Setelah tiang tersebut selesai, maka
dilanjutkan dengan memasang sekitar 20 tiang lainnya untuk
bangunan bola (rumah orang biasa). Deretan tiang ke samping
masing-masing 5 buah sedangkan ke belakang sesuai dengan
penghuni rumah
 Pembuatan Parewa Mallepang (Balok kecil)
Parewa Mallepang adalah bahan-bahan berbentuk pipih seperti
arateng, pattolo, aju lekke, pallangga barakkapu, dan termasuk balok-
balok kecil. Karena pembuatannya memerlukan tenaga yang banyak,
pemilik rumah biasanya membuat acara mappakkatang, yaitu
mengundang sanak-saudara melicinkan kayu dengan serut. Namun,
sekarang lebih sering dikerjakan oleh tukang dengan menggunakan
mesin serut.
 Mappatama Arateng dan Patollo (Merangkai Kerangka)
Mappattama Arateng dan Pattolo merupakan kegiatan merangkai
kerangka rumah dengan memasukkan arateng dan pattolo pada tiang
yang dilubangi, dan semuanya harus dimulai dari posi’ bola. Pangkal
kayu arateng harus diletakkan pada posisi depan, sedangkan pattolo
di samping kanan.

10 | R U M A H A D A T L A N G K A N A E L U W U - S U L A W E S I S E L A T A N
 Mapatetong Bola (Pendirian Kerangka Rumah)
Ketika pendirian kerangka rumah, dibutuhkan banyak tenaga, maka si
pemilik rumah harus mengundang sanak-saudara serta para
tetangganya untuk membantu. Pendirian kerangka harus dimulai dari
deretan tiang dimana ada posi’ bola yang dipimpin oleh panrita bola,
lalu disusul deretan tiang lainnya. Setelah itu, mulai dipasang pattolo
riawa dan pattolo riase untuk menahan deretan tiang agar tidak rebah.
Lalu, dipasang barakkapu, yang merupakan balok kecil sebagai lantai
yang merupakan lantai rakkeang. Sebagai penutup, kerangka
diselesaikan dengan pemasangan kerangka atap, lalu ditutup oleh
atap rumah.
 Pemasangan pelengkap Rumah
Setelah kerangka rumah selesai, dilanjutkan dengan pemasangan
pelengkap dan ornamen-ornamen yang membuat rumah layak dihuni,
antara lain:
a) Addeneng, tangga sebagai jalan masuk ke rumah. Menurut
tempatnya, addeneng terbagi 3 yaitu:
 Addeneng ri pangolo (tangga depan); sebagai jalan masuk
utama
 Addeneng ri monri (tangga belakang); sebagai jalan alternatif
apabila ada urusan di belakang rumah
 Addeneng rakkeang (tangga loteng); sebagai jalan naik ke
loteng untuk menyimpan hasil panen.
Untuk addeneng saoraja (rumah bangsawan) biasanya meng-
gunakan luccureng sebagai tempat berpegang saat naik atau
turun yang tidak boleh menggunakan kayu cendana, karena
kayu cendana dianggap raja kayu (tidak boleh diinjak).
b) Tanebba, balok kecil yang disusun sejajar dengan pattolo yang
berfungsi sebagai dasar lantai.

11 | R U M A H A D A T L A N G K A N A E L U W U - S U L A W E S I S E L A T A N
c) Dapara, lantai rumah yang biasanya terbuat dari kayu
(papan/katapang) dan bambu yang biasa disebut salima (bambu
yang dibelah kecil-kecil).
d) Renring, dinding yang biasa dibuat dari kayu atau papan
(katapang/gamacca), bambu (dedde), dan daun kelapa atau
nipah (addada).
Menurut tempatnya, renring dibagi menjadi 4 bagian yaitu:
 Renring pangolo (dinding depan)
 Renring uluang (dinding hulu, terletak di bagian kepala saat
tidur)
 Renring monri (dinding belakang)
 Renring tamping (dinding hilir, terletak di bagian kaki saat
tidur)
e) Tange, pintu yang digunakan sebagai akses ke dalam rumah
yang terbagi atas pintu depan dan pintu belakang.
f) Tellongeng, jendela untuk mengamati luar rumah dan ventilasi.
Biasanya ditempatkan di dinding, di antara 2 buah tiang.

Skala 1 : 100
Gambar IV.1 | Keterangan Kerangka kayu
(Sumber: Penulis)

12 | R U M A H A D A T L A N G K A N A E L U W U - S U L A W E S I S E L A T A N
V. Bentuk Dasar
Rumah Adat Langkanae memiliki dasar bentuk persegi Panjang.

Gambar V.1 | Bentuk Horizontal


(Sumber: Penulis)

Gambar V.2 | Bentuk Vertikal


(Sumber: Penulis)

13 | R U M A H A D A T L A N G K A N A E L U W U - S U L A W E S I S E L A T A N
VI. Pola Ruang
Berdasarkan kosmologi bentuk Rumah adat Luwu tersusun dari tiga tingkatan
yang berbentuk “segi empat”, Pandangan kosmogoni orang bugis ini dengan
apa yang disebut konsep Sulapa’ Eppa’ Wola Suji (Segi Empat Belah Ketupat).
Konsep ini merupakan filsafat tertinggi orang bugis yang menjadi seluruh wujud
kebudayaan dan sosialnya.Wujud Konsep ini juga dapat dilihat dalam bentuk
manusia. Dibentuk dan dibangun mengikuti model kosmos menurut pandangan
hidup mereka, anggapannya bahwa alam raya (makrokosmos) ini tersusun dari
tiga tingkatan, yaitu alam atas atau “banua atas”, alam tengah “banua tengah”
dan alam bawah “banua bawah”.

Dunia Atas (Botting langi’)

Dunia Tengah

(Ale-kawa)

Dunia Bawah

(Awa-Bola)

Gambar VI.1 | Konsep Sulapa’ eppa’ wola suji


(Sumber: Penulis)

Beikut merupakan pola ruang berdasarkan zonasinya :


Ruang Depan (Ellek Risaliweng): untuk menerima tamu, tempat tidur
tamu, dan tempat acara adat dan keluarga bersifat semi publik.

14 | R U M A H A D A T L A N G K A N A E L U W U - S U L A W E S I S E L A T A N
Ruang Tengah (Ellek Ritenga): untuk ruang tidur kepala keluarga, isteri
dan anak-anak yang belum dewasa bersifat privat. Ada pula tempat
bersalin, dan ruang makan keluarga bersifat semi privat.
Ruang Dalam (Dapureng): untuk ruang tidur anak gadis dan nenek-kakek
bersifat privat. Ada bilik tidur untuk puteri, ruang yang paling aman dan
terlindung dibanding ruang luar dan ruang tengah. Serta terdapat pula
dapur yang sifatnya semi publik dan lego-lego (ruang tambahan).

Gambar VI.1 | Zoning rumah adat Langkanae


(Sumber: Penulis)

15 | R U M A H A D A T L A N G K A N A E L U W U - S U L A W E S I S E L A T A N
VII. Material
Material yang digunakan rumah adat langkanae adalah dominan dari
Kayu, berikut uraian material rumah adat langkanae.
1. Material Struktur
a) Struktur Bawah,
 Palangga Aliri (pengganjal) palangga aliri ini terbuat dari batu.
 Patollo (penghubung atau penyambung tiang) terbuat dari
bahan kayu jati atau batang kelapa.
b) Struktur Tengah
 Aliri (tiang) terbuat dari kayu pohon nangka.
 Patollo riawa (balok penahan tiang) terbuat dari kayu jati atau
cendana.
 Arateng (Balok utama untuk Lepas Lantai) terbuat dari kayu
batang kelapa, lontar.
 Tanebba (anak balok untuk lepas lantai) terbuat dari kayu jati
atau cendana.
 Addeneng (tangga) tebuat dari kayu, kecuali kayu cendana
karna cendana dianggap raja kayu dan tidak boleh di ijnjak.
c) Stuktur Atas
 Soddu/suddu (balok makelar)
 Pasolle aju-tee (kaki kuda-kuda)
 Coppo aju lekke (Balok bangunan)
 Patollo riase (balok pengerat)
 Bare’ (balok blander)
Material yang digunakan kayu batang lontar, kelapa dan jati
2. Material Konstruksi
 Dapara (lantai rumah) pada umumnya terbuat dari kayu papan pohon
katapang dan salima (bambu) kayu bamboo yang dibelah kecil-kecil.
 Renring (dinding) terbuat dari kayu papan (katapang/gamacca), bamboo
(dedde), dan daun kelapa atau nipah (addada).

16 | R U M A H A D A T L A N G K A N A E L U W U - S U L A W E S I S E L A T A N
 Atap menggunakan Nipa (daun sagu), sering perkembangan zaman ada
yang menggunakan atap seng dan genteng.
3. Material ornament
Material ornament terbuat dari papan kayu seperti ornamen bunga
parengreng yang diukir dan balok-balok kayu seperti ornamen timun yang
berada di lisplank dan ornament persegi banyak yang berada di ralling
tangga.

VIII. Struktur dan Konstruksi


a) Struktur
Struktur Bawah,
 Palangga Aliri (pengganjal) yang memiliki fungsi menopang beban
vertikal dari Aliri tiang.
 Patollo (penghubung atau penyambung tiang), memiliki fungsi
penyambung antara tiang satu dengan tiang yang lainnya dengan
arah melebar rumah.
Struktur Tengah
 Aliri (tiang)
 Patollo riawa (balok penahan tiang) Arateng (Balok utama untuk
Lepas Lantai)
 Tanebba (anak balok untuk lepas lantai)
 Addeneng (tangga)
Stuktur Atas
 Soddu/suddu (balok makelar), posisinya berada antara balok
pengerat dan balok skor, berfungsi sebagai tempat kedudukan balok
bubungan dan kaki kuda-kuda.
 Pasolle aju-tee (kaki kuda-kuda), memiliki fungsi sebagai tempat
kedudukan balok-balok gording dan sebagai penahan bidang atap.
 Coppo aju lekke (Balok bangunan), memiliki fungsi sebagai tempat
bertumpunya balok suddu,kaso, dan bahan atap

17 | R U M A H A D A T L A N G K A N A E L U W U - S U L A W E S I S E L A T A N
 Patollo riase (balok pengerat), balok penghubung ujung atas tiang
dari tiap baris arah lebar rumah, panjangnya lebih sedikit dari lebar
rumah
 Bare’ (balok blander)
b) Konstruksi
 Dapara (lantai rumah),pemasangan lantai berdasarkan status
penghuninya maka digolongkan sebagai berikut:
o Arung (bangsawan), lantai rumah tidak rata,karena adanya
tamping sebagai sirkulasi.
o To sama (rakyat biasa), rata tanpa tamping.
o Ata (hamba sahaja), terbuat dari bambu.
 Renring (dinding), adapun konstruksi balok anak, merupakan
penahan lantai dan bertumpu pada balok pallangga arateng.
 Sistem konstruksi dengan sistem ikat atau takik menggunakan pen,
dengan ketinggian yang disesuaikan dengan status penghuninya.
o Arung (bangsawan) = ½ lebar rumah + 1 siku + 1 jengkal telunjuk
+ 3 Jari pemilik.
o To sama (rakyat biasa) = ½ lebar rumah + 1 telapak tangan.
o Ata (hamba sahaja), = ½ lebar rumah + 1 siku + tinggi kepala +
kepalan tangan pemilik.
 Sistem konstruksi untuk pasolla menggunakan sistem ikat, takik,
dan paku pen. Balok pasolla berbentuk pipih ± 3/12 cm atau 10/15
cm.
 Balok bubungan diletakkan diatas balok makelar yang ditakik
kemudian diperkuat dengan pen, dengan dimensi balok ±8/10 cm

IX. Ornamen
Rumah adat langkanae memiliki ornamen yaitu bunga parengreng
itulah yang membedakan dengan rumah adat lainnya di Sulawesi Selatan.
Ornamen bunga parengreng memiliki warna hitam keabu-abuan artinya
“bunga yang menarik”, bunga ini hidup menjalar berupa sulur-sulur yang tiada
putus-putusnya. Memiliki arti yang terkandung bahwa rezeki yang tidak putus-

18 | R U M A H A D A T L A N G K A N A E L U W U - S U L A W E S I S E L A T A N
putus seperti menjalarnya bunga parengreng. Posisi ornamen ini berada pada
papan jendela, induk tangga, anjong (tutup bangunan), kemudian ornamen
lainnya yaitu lisplank yang berada pada kiri kanan bangunan yang berbentuk
seperti timun, sedangkan pada bagian tangga yang berbentuk segi banyak
pada bagian luccureng atau sudut railing.

Gambar IX.1 | Ornamen bunga parengreng


(Sumber: google.com)

Gambar IX.2 | Ornamen timun


(Sumber: google.com)

Gambar IX.3 | Ornamen persegi banyak


(Sumber: google.com)

19 | R U M A H A D A T L A N G K A N A E L U W U - S U L A W E S I S E L A T A N
X. Gambar
1. Tampak depan

2. Tampak samping kiri

3. Tampak samping kanan

20 | R U M A H A D A T L A N G K A N A E L U W U - S U L A W E S I S E L A T A N
4. Tampak belakang

5. Potongan memanjang

6. Potongan melintang

21 | R U M A H A D A T L A N G K A N A E L U W U - S U L A W E S I S E L A T A N
7. Perspektif Struktur

8. Perspektif mata manusia

9. Perspektif mata burung

22 | R U M A H A D A T L A N G K A N A E L U W U - S U L A W E S I S E L A T A N
10. Maket

23 | R U M A H A D A T L A N G K A N A E L U W U - S U L A W E S I S E L A T A N
REFERENSI

 As, M.Akil. 2008. Luwu: Dimensi Sejarah, Budaya, Dan Kepercayaan.Pustaka


Refleksi : Sulawesi-Selatan.
 Izarwisma Mardanas, dkk.1985.Arsitektur Tradisional Daerah Sulawesi-
Selatan.Ujung Pandang: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan
Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
 Dosen Fakultas Teknik Universitas Jakarta dalanm penelitian “Arsitektur
Vernakular Sumatera Barat” (https://iaaipusat.wordpress.com diakses tanggal
23/04/2019)
 (http://id.wikipedia.org/wiki/arsitektur_vernakular diakses tanggal 23 Maret 2019)
 (https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Palopo diakses tanggal 5 april 2019).
 (https://www.indonesia-heritage.net/2017/01/rumah-adat-langkanae/ diakses
tanggal 5 juni 2019)

24 | R U M A H A D A T L A N G K A N A E L U W U - S U L A W E S I S E L A T A N

Anda mungkin juga menyukai