Anda di halaman 1dari 9

ARSITEKTUR KOTA

KELOMPK 3
NUR FADILAH
MUH. SEPTIAN ADITYA
DEDE TRIANTO
MUHAJIR
WAHYU GUNARTO
I GEDE ANOM PRAYOGI
MUH. RADINAL MUKTI
AHMAD AFANDI
DWI AKBAR RANJANI

F 221 14 014
F 221 14 010
F 221 14 005
F 221 14 023
F 221 14 030
F 221 14 048
F 221 14 039
F 221 13 015
F 221 12 048

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR

UNIVERSITAS TADULAKO

PENDAHULUAN
Palu adalah Ibukota Provinsi Sulawesi
merupakan

kota

yang

terletak

di

Tengah, Indonesia.

Sulawesi

Tengah,

Palu

berbatasan

dengan Kabupaten Donggala di sebelah barat dan Utara, Kabupaten


Sigi di sebelah selatan, dan Kabupaten Parigi Moutong di sebelah timur.
Kota Palu merupakan kota lima dimensi yang terdiri atas lembah, lautan,
sungai, pegunungan, dan teluk. Koordinatnya adalah 0,35 1,20 LU dan
120 122,90 BT. Kota Palu dilewati oleh garis Khatulistiwa. Penduduk Kota
Palu berjumlah 342.754 jiwa (2012).
Awal terbentuknya kota palu masih menjadi pertanyaan besar
dikarenakan banyak sejarah-sejarah dan cerita-cerita rakyat sampai
penelitian-penelitian tentang bagaimana lembah palu terbentuk hingga
pembahasan tentang raja-raja dan pusat pemerintahan kerajaan yang ada
di palu.
Salah satu sejarah yang paling kuat atau banyak diceritakan yaitu,
Kota Palu sekarang ini adalah bermula dari kejaraan yang terdiri dari
kesatuan empat kampung, yaitu: Besusu, Tanggabanggo yang sekarang
bernama Kelurahan

Kamonji,

bernama Kelurahan

Lere,

Panggovia

dan

yang

Boyantongo

sekarang

yang

sekarang

bernama Kelurahan Baru. Mereka membentuk satu Dewan Adat disebut


Patanggota.

Salah

pembantunya

satu

yang

tugasnya
erat

adalah

memilih

hubungannya

raja

dengan

dan

para

kegiatan

kerajaan. Kerajaan Palu lama-kelamaan menjadi salah satu kerajaan yang


dikenal dan sangat berpengaruh. Itulah sebabnya Belanda mengadakan
pendekatan terhadap Kerajaan Palu. Belanda pertama kali berkunjung ke
Palu

pada

masa

kepemimpinan

Raja

Maili

(Mangge

Risa)

untuk

mendapatkan perlindungan dari Manado pada tahun 1868. Pada tahun


1888, Gubernur Belanda untuk Sulawesi bersama dengan bala tentara
dan beberapa kapal tiba di Kerajaan Palu, mereka pun menyerang
Kayumalue. Setelah peristiwa perang Kayumalue, Raja Maili terbunuh oleh
pihak Belanda dan jenazahnya dibawa ke Palu. Setelah itu ia digantikan
oleh

Raja

Jodjokodi,

pada

tanggal

Mei

1888

Raja

Jodjokodi

menandatangani perjanjian pendek kepada Pemerintah Hindia Belanda.

PEMBAHASAN
Pada Zaman awal islam masuknya ke kota Palu (abad ke 17), terdapat sebuah nama
yang tidak asing bagi masyarakat kota Palu, Yaitu Ipue Nidji atau Parasila, yang kemudian
disebut Paramulla. Tokoh ini dikaitkan dengan pemerintahan kerajaan Palu ppada Zaman
berikutnya. Hubungan antara keduanya merupakan sebuah proses sakralisasi trah dinasti di
kerajaan Palu, bahkan masih ada hingga sekarang. Pada masa pendudukan pemerintah hindia
belanda hingga awal kemerdekaan, kita mengenal nama Yoodjokodi, Parampasi, Janggola,
Tjajo ijazah ( Raja-raja Terakhir) di kota palu. Kemudian ada nama Ponulele, Djafar
Lapasere, R.M. Pusadan, dan masih banyak lagi yang lainnya. Mereka adalah tokoh-tokoh di
dunia pemerintahan, baik di zaman kolonial maupun di zaman kemerdekaan. Dari darah
mereka lahirlah sederet tokoh politik dan birokrasi di zaman Orde Baru sampai Zaman
reformasi sampai sekarang.
Palu sebagaimana yang kita kenal sekarang ini

memiliki komunitas-komunitas

tradisional seperti komunitas Boyaoge, komunitas Mahesa, komunitas Pogego, komunitas


Lere, komunitas Besusu, komunitas Lolu, komunitas Tatanga dan lan sebagainya. Nama
nama inilah yang mengindikasikan adanya kerajaan kerajaan kecil di kota Palu. Kerajaan
dipalu meningggalkan tradisi kekuasaan yang disebut Pantanggota termaksuk diTaweli. Yang
dimaksut adalah:
1.
2.
3.
4.

Ponggawa (mengetahui pemerintahan)


Pabicara (yang memberikan penerangan)
Baligau ( penghubung dengan dunia luar)
Galara (yang memberikan hukuman bagi yang bersalah)
Pada pembagian kampung di Palu yang masuk sebagai baggian Pitunggota adalah

kampung baru, Siranindi, Lere, dan Besusu.


Namun, Palu sebagai kota baru terentuk pada tahun 1950-an dimana Palu baru disentu
oleh perlakuan sistem kekuasaan Negara Kesatuan Repoblik Indonesia, sebelumnya dikuasai
oleh Belanda namun kekuasaan Belanda berda di kota Donggala.
Pada tesis Charles Kapile yang berjudul sejarah kota Palu 1932-1964 suadah ada
indikasi bahwa Palu sudah menjadi kota namun menurut hemat penulis. Pada waktu itu Palu
baru menjadi pheri-pheri Dongala yang dilanjutkan hingga tahun 1950-an. Namun,
perkembangan Palu sebagai kota pada tahun 1950-an sudah mulai kelihatan karena adanya
perjuangan melepaskan diri dari provinsi Sulawesi Utara Tengah sebagai provinsi otonom
yan baru terwujud pada tahun 1964.
Politik dan pemerintah merupakan dua kata yang tidak bisa dipisahkan antara satu dan
lainnya. Kajian ini diarahkan pada perkembangan kebijakan tentang status kota Palu sejak

kolonial, Jepang, kemerdekaan, Orde lama hingga Orde baru. Palu sebagai suatu unit kajian
sejarah poitik berhubungan erat dengan perkemmbangan Sulawesi Tengah itu sendiri. Sejak
tanggal 1 Januari 1905 ditetapkan bahwa wilayah Afdeling Teluk Palu dipisahkan dari
Celebes Onder Hoorigheden (Sulawesi dan daerah daerah taklukannya) dan digabung
kedalam keresidenan Manado. Keadaan ini mengindikasihkan ke dalam dua hal pokok :
pertama, sebelum tahun 1905, Teluk Palu dan sekitarnya masuk wilayah Celebes en Onder
Hoorigheden. Kedua setelah tahun 1905 wilayah teluk palu dan sekitarnya masuk dalam
wilayah keresidenan Manado dengan nama Afdeling Sulawesi Tengah. Dibawah kekuasaan
seorang asisten presiden atau kontrolir yang berkedudukan di Donggala. Wilayah yang
dibawahi antara lain :
1. Wilayah teluk Palu yang terdiri atas daerah Palu,Sigi,Birumaru, Dolo-Lindau,
Dolo- Kaleke, Banawa atau Donggala. Taweli dan daerah sekitarnya serta daerah
langsung di Donggaladibawah seorang Civiel Gezagheber yang erkedudukan di
Donggala.
2. Wilayah Toli-Toli yang terdiri atas daerah Toli-Toli yang diperintah langsung oleh
seorang Civiel Gezagheber yang ebrekedudukan dikampung baru.
3. Teluk tomini yang terdiri atas daerah Moutong, Sigenti, Kasimbar, Toribulu,
Ampibabo, Parigi, Sausu, Poso, Toko dan kepulauan Togean serta Una-Una dan
Mapane. Dibawah seorang kontrolir pemerintahan yang berkedudukan di Poso,
yang membawahi daerah Parigi,Ampibabo,Toribulu,Kasimbar dan Sigenti, selain
kontrolir daerah daerah tersebut juga dibawahi oleh pejabat pribumi setempat
yang berkedudukan di Parigi, daerah Ntojo diangkat seorang pribumi sebagai
kontrolir yang berkedudukan di Toso, kepulauan Togean serta Una-Una
ditempatka seoarang pejabat pribui yang berkedudukan di Una-Una. Data ini
menunjukan bahwa kekuasaan Hindia Belanda diwilayah Palu dan sekitarnya ada
wilayah yang langsung dikuasai dan terdapat juga wilayah yang tidak langsung
dikuasai.
Dalam sejarah Sulawesi Tengah,kerajaan Palu merupakan salah satu kerajaan
merdeka yang berkuasa secara Defacto di lembah Palu. Kerajaan Palu juga merupakan
kerajaaan yang paling kecil di Sulawesi tengah dimana wilayah kekuasaanya hanya meliputi
wilayah kelurahan Lere, Siranindi, Kamonji dan Kabunena. Dalam berbagai buku dan
literatur tela diterangkan bahwa setiap raja, bangsawan kerabat kerajaan lainnya memiliki
gstatus sosial yang tinggi dalam masyarakat tradisional status ini masi berlaku sampai
sekarang. Status tinggi ditunjukan melalui cara berpakaian yang digunakan serta rumah yang
tempat tinggalnya,bahkan dalam perkawinan. Dalam hal ini kerajaan berada di lembah Palu

mendirikan Souraja untuk membedakan dan memperlebar jarak dalam struktrur sosial
masyarakat dilemah Palu.
Souraja dijadika sebagai pusat pemerintahan sehingga semakin menambah
kesakralan dan kekeramatan seorang raja. Dalam pemikiran tradisional katakan bahwa tempat
bersemayannyya seorang raja baik berupa tempat tinggal atau istana pemerintahannya
merupakan tempat suci pilihan langit. Raja adalah keturunan penguasa langit yang diturunkan
kebumi untuk memerintah rakyat yang terpilih.
Raja Palu yang pertama bernama Pue Ngari. Sebelum souraja dibangun, pusat
kerajaan Palu terletak diBesusu. Hal ini diliihat dari ditemukannya makam Peu Ngari
dibelakang kantor kelurahan Besusu.selain itu terdapat pula kompleks makam tua di Besusu
yang disinyalir merupakan makam raja-raja Palu. Kemudian, dugaan ini juga diperkuat
dengan adanya asumsi bahwa Dato Karama berlabu di Besusu pada saat pertama kali
menginjakan kaki di lembah Palu, dikarenakan Besusu saat itu menjadi pelabuhan kerajaan
Palu. Selain itu, muncul temuan bahwa istana raja Palu sebelum souraja juga berda di Besusu.
Sumber lain menyebutkan bahwa Besusu menjadi pusat pemerintahan pada saat Pue ngari
bersama rakyatnya turun dari Marima (daerah pegunungan diatas Poboya) kemudian tinggal
beberapa lama di Pantosu, dan setelah itu pindah lagi di Valangguni kemidian pindah lagi di
lokasi penggaraman saat ini, kemudian pindah lagi di Pandapa yang saat ini lebih dikenal
dengan Besusu.
Menurut masyhudin masyuda bahwa pue ngari berasal dari vonggi, kampung
topotara pada perbukitan bagian timur tanah kaili. Disana terdapat kuburan pue mpoluku
yang dikeramatkan. Dari kampung inilah lahir seorang putri yang kawin dengan magawu dari
vau, tinggal di seberang sungai kaili, kampung topoledo ( masyhuda, 1997: 84 ). Setelah
tinggal di besusu di buatlah istana untuk pue ngari dan tempatnya di buat dari bahan tanah
disusun secara tinggi dan bertingkat. Setelah dibuatkan istana di besusu, Pue ngari kemudian
menikah dengan Pue puti dari dolo, Pue Puti adalah saudara dari penguasa dolo yang disebut
dulanggo.
Pue ngari mempunyai tiga orang pura dan dua orang putri yang berada di palu
yaitu : putra masing-masing Lasa maingu, Pue songu dan Andilana ssedangkan dari putri
masing-masing adalah Yenda bulava dan pue rupiah. Tidak lama pue ngari mendiiami lembah
palu kemudian di ikuti keluarganya dari malino yaitu : rombongan Yantakalena turun dan
mendiami kayumalue, rombongan Pue voka turun dan mendiami vatutela, rombongan Pue
ngari turun di lokasi penggaraman dan kemudian mendiami besusu. Di lokasi penggaraman
ini digalilah sumur oleh seorang keluarga pue ngari yang bernama rasede, sumur inilah yang
di beri nama buvu rasede sampai sekarang. Rombongan dari bulili, gunung gawalise dan

sekitarnya turun langsung ke tatanga dibawah kepala suku bernama Raliangi. Kemudian
langsung mendiami gulava dan penggeve tidak lama kemudian terus ke siranindi.
Pada masa Pue ngari, islam sudah masuk dan mulai menyebar di tandai dengan
kedatangan Abdulah raqie di muara teluk palu (karempe) dengan menggunakan perahu jun
dari minangkabau yang kurang lebih berjumlah 50 orang. Rombongan tersebut di pimpin
oleh Abdulah raqie dan keudian di kenal sebagaii datokarama. Beliau membawa serta istrinya
yang bernama Incejile, iparnya yang bernama Incesaharibanong dan anaknya yang bernama
Ince dingko. Mereka datang dengan alat-alat kebesarannya seperti bendera kuning, panji
orang-orangan, puede, jijiri, bulo, gong, dan kakalu (kulintang). Kedatangan datokarama
beserta rombongan ini adalah untuk menunaikan tugas menyiarkan isla yang diperintahan
oleh sultan aceh sultan Iskandarmuda.
Datokarama kemudian mengislamkan Pue ngari beserta keluarganya. Peristiwa
pengislaman ini dikelanl denga istilah vevonjupevo. Keluarga-keluarga bangsawan yang
turut di islamkan sebagai berikut : Vua pinano istri dari Pue ngari, Lasamaingu, Andilana
beserta istrinya dari tatanga, Pue songu tidak mau di islamkan, Yendapulava, suaminya tidak
mau di islamkan dan tidak menerima agama islam, Pue rupiah yang dikenal dengan Pue sese,
keluarga dari labunggulili, keturunan dari silalangi. Serta di islamkan juga Pue njidi yang
berkedudukan di panggewe ( kabonena).
Setelah masuk islam, Pue ngari kemudian menetapkan struktur pemerintahannya.
Strukturnya adalah sebagai berikut : mangau adalah Pue ngari, madika malolo dar keluarga
silalangi, madika matua tetap di pegang keluarga besusu dan baligau keluarga madika
tatanga.
Pue ngari (siralangi) memerintah selama kurun waktu antara 1796-1805. Setelah
Pung ngari angkat, ia digantikan oleh Labugulili dari keluarga Silalangi. Keluarga silalang
menjabat sebagai madika malolo pada masa pemerintahan Pue ngari. Labungulili kemudian
di kenal dengan sebutan Idatolabungulili. Ia merupaka salah satu anak dari Pue ngari, pidato
Labunggulili merupakan raja perempuan pertama di kerajaan palu ia memerintah anatara
tahun 1805-1815. Selama masa pemerintahan Labungulili, pusat pemerintahan masih berada
di pandava (besusu). Labungulili keudain diantika oleh Malsigi yang bergelar malasigi
bulupalo. Malasigi merupakan anak dari panjororo ( Pue bongo) dengan Busembaso. Pue
bongo adalah raja bangga yang merupakan anak dari Bulavalemba dan Yendabulava.
Yendabulava merupakan anak dari Pue nagri dan Pue puti.
Malasigi memerintah dalam kurun waktu antara tahun 1815-1826. Pada masa
pemerintahannya, pusat kerajaan palu tetepa berada di besusu. Tetapi kawasan panggona
(lere) mulai ditempati dan dikembangkan. Malsigi kemudain digantika oleh Daelani yang

memerintah anatara tahun 1826-1835. Daelani merupakan anak dari Pue lomba Daelani
merupakan raja perempuan kedua dikerajaan palu. Krmudian ia digantikan oleh Yololemba
yang memerintah selama 15 tahun yaitu antara tahun 1835-1850. Yolalemba adalah anak dari
Daelangi. Setelah Yololemba, hak-hak kerajaan palu di pegang oleh Lamakaraka.
Lamakaraka adalah anak dari Malasigi dan Indjola. Lamakaraka bergelar madika kodi palo.
Yang memerintah selama 18 tahun antara 1850-1868. Pada masa pemerintahan Lamakaraka
pusat pemerinntahan tetap berada di pandava ( besusu) setelah Lamakaraka, yang menduduki
tahta kerajaan palu adalah raja Maili ( Mangge risa) ia merupakan anak dari Suralenda dan
merupakan cucu dari Lamakara. Raja maili memerintah selama 20 tahun. Dan sampai raja
Mangge risa pusat pemrintahan kerajaan berada di besusu, pusat pemerintahan berpindah
pada saat souraja di bangun di Lere yang dipimpin oleh raja Parampasi dan seterusnya.

KESIMPULAN
Dari pembahasan yang di jabarkan di atas kami menyimpulkan bahwa awal
terbentuknya kota palu terbentuk dari komunitas-komunitas tradisional seperti komunitas
Boyaoge, komunitas Mahesa, komunitas Pogego, komunitas Lere, komunitas Besusu,
komunitas

Lolu,

komunitas

Tatanga

dan

sebagainya.

Nama

nama

inilah

yang

mengindikasikan adanya kerajaan kerajaan kecil di kota Palu. Kerajaan dipalu


meningggalkan tradisi kekuasaan yang disebut Pantanggota termaksuk diTaweli. Yang
dimaksut adalah:
1.
2.
3.
4.

Ponggawa (mengetahui pemerintahan)


Pabicara (yang memberikan penerangan)
Baligau ( penghubung dengan dunia luar)
Galara (yang memberikan hukuman bagi yang bersalah)

Pada pembagian kampung di Palu yang masuk sebagai baggian Pitunggota adalah
kampung baru, Siranindi, Lere, dan Besusu.
Setelah ke-empat kampung tersebut memilih raja terpililah raja pertama yaitu Pue
ngari yang berpindah-pindah seperti yang dijabarkan pada pembahasan hingga akhirnya Pue
ngari mendiami penggaraman dan setelah itu memusatkan pemerintahannya di besusu,
Jadi dengan terpilihnya Pue ngari sebagai raja pertama, juga sebagai awal mula
terbentuknya pemerintahan yang terpusat di besusu.

DAFTAR BACAAN
Sejarah Kebudayaan To-Kaili (Orang Kaili) : Prof. Dr. H. A. Mattulada, Badan Penerbit
Universitas Tadulako (Tadulako University Press), Palu, 1989

Anda mungkin juga menyukai