Anda di halaman 1dari 17

ARSITEKTUR TRADISIONAL

RUMAH ADAT LANGKANAE


LUWU
SEJARAH RUMAH ADAT LANGKANAE
-Adanya dua Kerajaan/Kedatuan Luwu ini mengakibatkan terjadinya
perang saudara antar daerah Pattimang dan Kamanre pada tahun 1616.

-Perang ini terjadi selama kurang lebih 4 tahun, yang kemudian dikenal
dengan Perang antara Utara dan Selatan hingga pada tahun 1619.

-Setelah perang saudara ini, para abdi kerajaan/kedatuan memutuskan


penyelesaian secara damai. Sehingga, dari peristiwa inilah yang
kemudian menyatukan kembali Luwu.

-Patipasaung kemudian memindahkan Kerajaan Luwu (Ware’) ke Palopo


yang termasuk wilayah Bua. Ia kemudian pula mengukuhkan ‘ana’
tellue’ sebagai pilar utama Luwu dan menata struktur pemerintahan
Luwu
SEJARAH RUMAH ADAT LANGKANAE

-Arsitektur Kota Palopo ditata dengan pendekatan agar suasana marowa


(ramai) tercipta

-Pada masa Lata’na Datu Luwu, Andi Kambo, dibangun istana kediaman
Datu Luwu.

-Istana kediaman Datu Luwu dirubuhkan oleh pemerintah Belanda dan


digantikan dengan arsitektur gaya Eropa pada tahun 1920. Dan kini
menjadi Museum Batara Guru.

-Disamping Istana Datu Luwu terdapat replikanya yakni rumah


panggung kayu bertiang 88 buah disebut sebagai Rumah Adat
Langkanae dan terdapat monumen perjuangan rakyat Luwu “Toddopuli
Temmalara” yang berarti “Kebersamaan yang menguatkan”
SEJARAH RUMAH ADAT LANGKANAE
Berikut adalah peta lokasi Tana Luwu, dilihat dari peta Indonesia dan peta
Sulawesi:
Orientasi
Adapun untuk Orientasi rumah bugis umumnya ada 2
yaitu
-bola-mabbuju (membujur) yaitu badan rumah
memanjang searah timur-barat
-bola-mpareq (melintang) yaitu badan rumah
memanjang searah utara-selatan.

Dimana Bola mabbuju lebih dianjurkan karena sesuai


kodrat manusia dan sifat alam
TAMPAK
Tampak Depan dan Samping Rumah Adat Langkanae di Palopo

Depan Rumah Adat Langkanae di Benteng Somba Opu, Makassar


TIMPA’ LAJA RUMAH ADAT
LANGKANAE
Adapun, tingkatan kasta atau derajat berdasarkan timpa’ laja
pada rumah adat Luwu (Langkanae), antara lain yaitu :
-Timpa’ laja untuk rakyat biasa terdiri atas 1 susun
-Timpa’ laja untuk bangsawan dan sejajarnya terdiri atas 2 susun.
-Timpa’ laja untuk bekas raja adalah 3, dan 4 Sususn
-Timpa’ laja untuk raja yang berkuasa terdiri dari 5 Susun
BAGIAN-BAGIAN RUMAH ADAT
LANGKANAE
MAKROKOSMOS RUMAH ADAT
LANGKANAE
Ketiga susunan dunia tersebut
antara lain

Dunia atas (Botting Langi) yang disebut Rakkeang, yaitu loteng di atas
badan rumah merupakan simbol 'dunia atas', tempat bersemayam Sange-
Serri (Dewi Padi). Ruangan ini digunakan khusus untuk menyimpan padi.

Dunia Tengah (Ale Bola/kale balla) disebut Watang-pola (badan rumah)


simbol 'dunia tengah'. Ruangan ini merupakan tempat tinggal. Terdiri atas
tiga ruang (ellek), yaitu:
1. Ruang Depan (Ellek Risaliweng): untuk menerima tamu, tempat tidur tamu,
dan tempat acara adat dan keluarga bersifat semi publik.
2. Ruang Tengah (Ellek Ritenga): untuk ruang tidur kepala keluarga, isteri dan
anak-anak yang belum dewasa bersifat privat. Ada pula tempat bersalin, dan
ruang makan keluarga bersifat semi privat.
3. Ruang Dalam (Dapureng): untuk ruang tidur anak gadis dan nenek-kakek
bersifat privat. Ada bilik tidur untuk puteri, ruang yang paling aman dan
terlindung dibanding ruang luar dan ruang tengah. Serta terdapat pula dapur
yang sifatnya semi publik dan lego-lego (ruang tambahan).

Dunia bawah disebut Awa-bola, yaitu kolong rumah tidak berdinding,


sebagai tempat menaruh alat pertanian, kuda atau kerbau, atau tempat
menenun kain sarung, bercanda, dan tempat anak-anak bermain.
KESIMPULAN
Langkanae merupakan rumah adat bertiang 88 buah, peninggalan asli
suku Bugis yang ada di Tana Luwu (Bumi Sawerigading). Situs rumah adat
tersebut merupakan salah satu aset dan objek wisata adat yang telah dijaga
kelestariannya oleh pemerintah Tana Luwu
Adapun selain konsep arsitektur rumah adat Luwu yang bertemakan
sulapa’ eppa’ (berbentuk segi empat), juga terdapat nilai-nilai kearifan lokal
serta estetika yang tampak dan menjadi daya tarik dari rumah adat tersebut.
Diantara nilai-nilai tersebut tersisipkan dalam tiap proses pembangunanya,
mulai
dari persiapan hingga pada pendiriannya, yang ditangani oleh panrita bola
(arsiteknya).
Walaupun rumah adat tersebut telah beralih fungsi, namun kekhasan
dan kecirian dari rumah adat Langkanae tetap diterapkan pada perumahan-
perumahan masyarakat Bugis Luwu. Sehingga, hal ini tetap mencerminkan
simbol dari masyarakat nusantara yang kaya akan budaya dan nilai-nilai
kearifan lokal yang saling menjunjung “kebersamaan yang menguatkan”
seperti disimbolkan pada monumen “Toddopuli Temmalara”.

Anda mungkin juga menyukai