Anda di halaman 1dari 11

ARSITEKTUR TRADISIONAL

NUSANTARA DAN BUDAYA


SULAWESI TENGGARA

KELOMPOK 1

1. HILMAN NURUL HIDAYAT 200211500004


2. KASMA 210211500017
3. Lestari 210211501009
4. MUH. RISQY MUTAWAKKIL 21021592046
5. SRY REZKI INDRAMAYA DEWI 210211500016
6. TAUFIK HIDAYAT.S 210211501001
7. Nelson patanduk 210211500004
SUKU BUTON
Banua tada merupakan rumah tempat tinggal suku Wolio
atau orang Buton di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Kata
banua dalam bahasa setempat berarti rumah sedangkan
kata tada berarti siku. Jadi, banua tada dapat diartikan
sebagai rumah siku. Berdasarkan status sosial
penghuninya, struktur bangunan rumah ini dibedakan
menjadi tiga yaitu kamali, banua tada tare pata pale , dan
banua tada tare talu pale. Kamali atau yang lebih dikenal
dengan nama malige berarti mahligai atau istana, yaitu
tempat tinggal raja atau sultan dan keluarganya. Banua tada
tare pata pale yang berarti rumah siku bertiang empat
adalah rumah tempat tinggal para pej abat atau pegawai
istana. Sementara itu, banua tada tare talu pale yang
berarti rumah siku bertiang tiga adalah rumah tempat
tinggal orang biasa.
• KARAKTERISTIK BUTON

Masyarakat luas lebih banyak mengenal malige Rumah adat Buton atau Buton merupakan bangunan di atas
sebagai rumah adat masyarakat Buton daripada kedua tiang, dan seluruhnya dari bahan kayu. Banguanannya terdiri
jenis rumah adat Buton lainnya, yaitu Banua Tada Tare dari empat tingkat atau empat lantai. Ruang lantai pertama lebih
Pata Pale dan Banua Tada Tare Talu Pale. Hal ini luas dari lantai kedua. Sedangkan lantai keempat lebih besar dari
dikarenakan malige yang merupakan arsitektur lantai ketiga, jadi makin keatas makin kecil atau sempit
peninggalan Kesultanan Buton tersebut sarat dengan nilai- ruangannya, tapi di lantai keempat sedikit lebih melebar.
nilai dan kearifan budaya serta peradab an masyarakat
Buton di masa lampau.

Nilai-nilai ini dapat dipelajari melalui pemaknaan


simbol dan ragam hias pada bangunan tersebut. Fungsi
dan makna simbolis pada bangunan malige banyak
dipengaruhi oleh konsep dan ajaran tasawuf. Masyarakat
Buton pada masa itu menganggap bahwa pemil ik malige
—dalam hal ini Sultan—adalah replikasi dari wajah Tuhan
(Allah) yang diwujudkan dalam bentuk malige , baik secara
konstruktif maupun dekoratif
SUKU MUNA
Rumah adat kabupaten muna menjadi
ikon budaya kabupaten Muna dimana
dengan hadirnya rumah adat ini dapat
menjaga dan melestarikan adat dan
budaya yang diwariskan oleh para
leluhur.
BHARUGANO WUMA – RUMAH ADAT MUNA

Rumah adat muna dikenal dengan sebutan Bharugano Wuna.


Kata Bharugano Wuna diambil dari bahasamuna kuno yang artinya
diri manusia. Bharugano wuna merupakan bangunan yang
berbahan dasar kayu jatidengan kualitas terbaik yang berasal dari
kekayaan alam hutan kabupaten Muna. Proses
pembuatanbharugano memakan waktu yang cukup lama.
Bangunan ini dibuat tapa menggunakan paku. Bharugnowuna
memiliki beberapa ruangan diantaranya rang rapat, kamar raja,
kamar permaisuri, kamar putri raja

Rumah adat ini berbentuk panggung dengan bagian kolong


rumah dipakai untuk menyimpan alat dan hasil pertanian.
‘Bharugo Wuna’ sendiri memiliki arti kita sebagai manusia.
Kenikannya adalah jumlah tiangnya yang berjumlah 99 tiang.
Jumlah tiang itu menyimbolkan nama-nama Allah atau asmaul
husna.

Berdasarkan system sosial, rumah tempat tinggal dibedakan atas :


1) Lambu, yaitu rumah tinggal masyarakat umum (rakyat biasa).
2) Lambu bhalano, yaitu rumah tempat tinggal para pejabat.
3) Kamali, yaitu rumah tempat tinggal raja.
Dalam bahasa muna, rumah atau tempat tinggal disebut dengan Lambu yang mempunyai pengertian umum
sebagai tempat berlindung dari panas/dingin, gangguan binatang atau manusia. Serta tempat untuk
melaksanakan segala kegiatan kehidupan dengan sebaik-baiknya.

Menurut orang muna pengertian luas dari kata lambu tersebut adalah suatu perwujudan kehidupan yang
membedakan manusia dengan hewan. Hewan hanya memiliki insting untuk makan sedang manusia secara
kodrat mempunyai akal serta nilai-nilai peradaban lainnya. Bertolak dari kelebihan itu manusia membuat rumah
dengan bentuk, fungsi, ragam rias dengan cara tertentu dan cara tersebut diwarisi secara turun temurun.

Dalam bahasa Muna rumah tempat tinggal diberi nama menurut kepentingan dan system sosialnya. Menurut
kepentingannya rumah dibedakan atas :

1) Lambu, Yaitu tempat menetap secara teratur dan relatif lama, sebagai tempat melakukan segala kegiatan
kehidupan, baik sebagai individu maupun sebagai mahluk social.
2) Kaombela, yaitu tempat tinggal sementara, seperti tempat menjaga kebun tanaman diladang.
3) Rompo/bhantea, yaitu tempat tinggal untuk beberapa jam atau beberapa hari di tempat melakukan sesuatu
pekerjaan, seperti pada saat mengambil rotan atau memotong kayu dihutan.
• Ruang Dan Elemen-elemen Ruang

1. PINTU MASUK ( kapeabhaha )


2. RUMAH INDUK ( lambu )
3. DAPUR ( ghabu )
4. KM / WC.
5. PAGAR.
6. HALAMAN RUMAH (Karete )
SUKU TOLAKI
Laikas merupakan rumah adat dari
suku Tolaki yang mendiami di
beberapa daerah di Sulawesi
Tenggara.
Rumah Adat Laika Taba

Rumah adat laika taba merupakan rumah adat Sulawesi


Tenggara yang didiami oleh suku Tolaki. Suku ini umumnya
bisa ditemkan di wilayah Kota Kendari, Konawe Selatan
dan Utara, dan Kolaka Utara.

Rumah adat yang dimiliki oleh suku Tolaki ini pun sedikit
banyak masih mendapat pengaruh dari kepercayaan
masyarakat sebelumnya dan menggunakan analogi tubuh.
Dimulai dari bagian depan rumah yang mana
melambangkan kedua tangan dan dagu. Lalu, di bagian
tengah rumah diibaratkan dua lutut serta pusat bagian
tengah diibaratkan sebagai tali pusar. Untuk bagian
belakang diumpamaka sebagai kaki kanan dan kiri, dan
pusat bagian belakang melambangkan alat vital.
Rumah Adat Laikas

Laikas, merupakan rumah adat dari suku


Tolaki yang mendiami di beberapa daerah di
Sulawesi Tenggara. Beberaopa daerah
yang ditinggali suku adat tersebut terdiri dari
Kota Kendari, Konawe Selatan, Kabupaten
Konawe, Kolaka Utara Provinsi Sulawesi
Utara, dan Konawe Utara. Rumah adat satu
ini, memilki bentuk seperti rumah panggung
yang terdiri dari tiga ataupun empat lantai.
Uniknya, bagian bawah atau kolom rumah
tidak ditinggali oleh penghuni rumah.

Biasanya, kolong rumah yang ada di rumah adat ini dimanfaatkan untuk memelihara hewan
ternak, seperti babi ataupun ayam. Ruangan yang ada di lantai satu dan dua digunakan sebagai
rumah atau tempat tinggal yang dulu digunakan untuk tempat tinggal raja dan permaisuri.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai