Anda di halaman 1dari 40

PERKEMBANGAN

ARSITEKTUR I
Dosen : Kiki Maria, ST.,M.Sc.

Nama : Muhamad Ikhsan Maulana


NIM 5201210007

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI
ARSITEKTUR
PROVINSI
1. NUSA TENGGARA TIMUR
2. NUSA TENGGARA BARAT
3. BALI
4. SULAWESI BARAT
5. SULAWESI SELATAN
6. SULAWESI TENGGARA
NUSA TENGGARA TIMUR
Nusa Tenggara Timur atau yang kerap disebut NTT adalah salah satu
provinsi dari 37 provinsi di Indonesia yang berlokasi di belahan timur
Kepulauan Nusantara. Pada masa sejarah awal kemerdekaan Republik
Indonesia, NTT termasuk wilayah Provinsi Sunda Kecil, dengan
ibukotanya Singaraja, yang kemudian sekarang terbagi menjadi 3
provinsi, yaitu: Provinsi Bali, NTB (Provinsi Nusa Tenggara Barat),
serta NTT (Nusa Tenggara Timur) sendiri.

NTT terdiri dari beberapa pulau besar serta kecil, antara lain: Pulau
Timor, Flores, Sumba, Alor, Solor, Lembata, Rote, Sabu, Komodo dan
Palue, Adonara, dan lainnya. Ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur
berlokasi di Kupang. NTT mempunyai kurang lebih 550 pulau,
dengan 3 pulau besar yang terdiri dari Pulau Flores, Pulau Sumba
serta Pulau Timor Barat atau biasa disebut Timor.

https://www.tataruang.id/2022/05/24/peta-ntt-lengkap-dengan-
kabupaten-dan-kota/
Rumah tradisional NTT Rumah Adat Musalaki
Bentuk rumah adat NTT berbentuk rumah panggung dengan
bentuk persegi atau persegi panjang.
Ada beberapa bangunan tradisional di rumah adat NTT ini,
biasanya dibedakan dari model atau bentuk atap rumahnya,
yaitu seperti ini:
• Bentuk atap yang berjoglo dan dihuni oleh Suku
Sumba.
• Bentuk atap dengan bentuk kerucut bulat dan menjadi
rumah adat Timor Timur. Rumah adat musalaki adalah rumah yang paling umum dan banyak
• Bentuk atap yang menyerupai bentuk perahu yang dijumpai di NTT. Pemerintah setempat sudah mengukukuhkan sebagai
lambang dari provinsi Nusa Tenggara Timur.
terbalik dan menjadi rumah adat Suku Rote dan Sabu.
Rumah Musalaki memiliki bentuk persegi empat dengan atap yang
Beberapa bangunan rumah adat NTT tetap mempunyai menjulang tinggi sebagai simbol kesatuan dengan sang pencipta.
persamaan, walaupun bentuk atapnya berbeda-beda. Bentuk atap diyakini menyerupai layar perahu, sebagaimana cerita
Persamaannya, ada pada tempat khusus yang merupakan masyarakat setempat tentang nenek moyang dari Suku Ende Lio yang
tempat suci buatpara arwah nenek moyang, yang diberi sesaji terbiasa memakai perahu.
di momen tertentu. Fungsi utama dari rumah Musalaki yaitu sebagai tempat tinggal para
ketua suku atau kepala adat dari daerah Ende Lio.
Hampir seluruh bagian rumahnya, diberi nama yang unik
Fungsi lain dari rumah adat ini, yaitu sebagai tempat digelarnya upacara
seperti perahu, anjungan, haluan, dan juga buritan. adat, ritual, musyawarah, dan berbagai macam kegiatan adat lainnya.
Dan rumah ini cuma boleh dihuni oleh masyarakat setempat berjenis
laki-laki.
Struktur rumah Musalaki ini sendiri terbagi menjadi 4 bagian utama, Lantai pada rumah adat Musalaki dibedakan menjadi 2 (dua)
yakni Kuwu Lewa (Pondasi), Maga (Lantai), dan Atap. jenis berdasarkan tingginya. Ada lantai teras atau tenda teo
yang berada di bagian luar dan lantai koja ndawa atau ruang
a. Kuwu Lewa atau Pondasi dalam. Lantai tenda teo biasanya lebih tinggi dibandingkan
Kuwu Lewa atau pondasi rumah adat Musalaki ini terbuat dari batu dengan lantai koja ndawa.
lonjong yang dipasang secara vertikal atau berdiri. Pandasi batu ini
sebenarnya bukanlah pondasi utama. Rumah adat provinsi NTT ini c. Atap
tetap harus ditopang oleh pondasi kayu, sedangkan pondasi batu Salah satu bagian unik dari rumah adat Provinsi Nusa
hanya dipasang sebagai pencegah rubuhnya rumah jika suatu saat Tenggara Timur (NTT) terletak pada struktur atapnya. Atap
terjadi bencana gempa. Pondasi kayu ini sendiri selain berfungsi rumah yang terbuat dari susunan jerami ini bertumpu di
sebagai tempat bertumpunya lantai juga mempunyai fungsi sebagai rangka atap yang terdiri dari saka ubu atau bubungan, kayu
penyokong rangka atap rumah. palang, jara atau kuda-kuda, dan leka reja. Rangka tersebut
membentuk struktur atap yang terlihat sangat unik dengan
b. Maga atau Lantai bentuknya yang menjulang tinggi ke atas.
Karena merupakan rumah adat dengan struktur panggung, rumah
adat Musalaki ini mempunyai lantai gantung yang terbuat dari
beberapa susunan papan-papan panjang. Papan pada lantai rumah
adat disusun agak jarang guna menjaga kelembaban di dalam
rumah. Susunan papan sendiri pun dibuat satu arah sehingga tidak
akan menimbulkan bunyi ketika dipijak. Tingginya lantai tersebut
berkisar antara 60 sampai dengan 100 meter dari permukaan tanah.

https://pdipkreatif.id/detail/arsitektur/134/musalaki
Rumah Sao Ata Mosa Rumah Adat Sao Ria Tenda Bewa
Lakitana Moni Koanara

Rumah Sao Ata Mosa Lakitana bagian dalamnya


memililki sebuah tempat suci untuk arwah nenek moyang Rumah adat NTT Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara ini
yang pada saat tertentu diberi sesaji. memiliki bentuk yang hamper sama dengan rumah adat
Gaya artsitektur bangunan pada rumah ini dibedakan yang lainnya yaitu Mbaru Niang
menjadi 3 bentuk berdasarkan model atapnya, yaitu atap Rumah adat ini, dibagi lagi menjadi beberapa bagian. Dan,
joglo, atap kerucut bulat, dan atap perahu terbalik. fungsi utamanya yaitu sebagai tempat tinggal masyarakat
● Rumah adat dengan atap berbentuk joglo berarti NTT.
pemiliknya merupakan masyarakat Nusa Tenggara Selain itu, fungsi dari rumah adat NTT ini buat
Timur bersuku Sumba. menyimpan beberapa benda seperti tulang belulang
● Rumah adat dengan atap berbentuk kerucut bulat leluhur masyarakat setempat dan sering dipakai buat
maka pemiliknya adalah suku Timor. menyimpan lumbung padi.
● Rumah adat dengan atap berbentuk perahu terbalik Fungsi lain dari rumah adat ini, adalah buat tempat tinggal
menandakan pemiliknya adalah suku Rote. dengan sebuah tenda tertentu, yaitu kepala kerbau yang
dipasang di bagian depan rumah.
RUMAH ADAT MBARU NIANG

Rumah Adat Mbaru


Niang Ruamah adat
Flores merupakan rumah
tradisional salah satu
suku
Manggarai yang mempunyai bentuk seperti topi kerucut
yang hanya dapat kita temui di desa Wea Rebu, pulau Flores
Nusa Tenggara Timur.
Rumah adat Flores ini hanya tinggal 9 unit, desa Wea Rebuo
sendiri terletak di atas lembah yang dikelilingi pegunungan
dengan hutan yang sangat lebat dan letaknya sanagat
terpencil serta berada jauh dari desa-desa lainnya. Desa
tersebut terletak pada ketinggian 1100 meter di atas
permukaan laut, dengan hawa yang cukup dingin.
Fungsi Rumah Bentuk Struktur
Rumah Mbaru Niang sendiri berfungsi sebagai tempat
tinggal keluarga, yang diperuntukkan bagi 6 – 8
keluarga yang membagi ruang pribadinya dalam sekat
kamar di lantai satu. Mbaru niang terdiri dari lima
lantai. berikut adalah susunannya:
Lutur atau lantai dasar, yang dipergunakan untuk
tempat tinggal sang penghuni
● Lobu berfungsi sebagai gudang tempat
penyimpanan bahan makanan dan barang
● Lentar berfungsi untuk menyimpan benih
tanaman untuk bercocok tanam
● Lempa Rea bergungsi untuk menyimpan stok
cadangan makanan yang berguna di saat
peceklik atau gagal panen.
● Hekang Kode berfungsi sebagai tempat sesajen Rumah adat Wea Rebo berbentuk kerucut dengan atap yang
untuk para leluhur mereka. menjuntai hampir menyentuh tanah yang terbuat dari daun
Masyarakat Desa Wae Rebo merupakan masyarakat lontar, dan struktur lantai yang menggunakan struktur
yang tat kepada adat dan tradisi warisan leluhur panggung.
mereka, hal ini dapat dilihat dari pola hidup
keseharian mereka dan semua aktifitas yang tidak Kontruksi bangunan rumah ini menggunakansistem pasak dan
banyak beruba . salah satu bentuk dari kekuatan tradisi pen yang kemudian di ikat menggunakan rotan sebagai.
penduduk desa Wea Rebo adalah arsitektur ruamah
tinggala mereka yang masih sama dengan rumah
nenek moyang mereka.
Proses Pembangunan
menjadi kayu gelondongan yang siap pakai) dan dipilih kayu
yang cukup umur. selain kayu, masyarakat juga
mengumpulkan bermeter-meter rotan untuk mengikat, ijuk
dan alang-alang untuk atap dan bambu. seluruh bahan ini
dipersiapkan dan dikumpulkan sedikit-sedikit sesuai yang
disediakan alam yang dapat diambil secara bijaksana oleh
masyarakat.
Pondasi dari mbaru niang terdiri dari beberapa bilang batang
kayu yang ditanam ke tanah sedalam 2 meter. terdapat
permasalah pondasi pada bangunan lama, yaitu kayu yang
Membangun sebuah mbaru niang, masyarakat Wae membusuk karena lembab atau rapuh, sehingga tak kuat
Rebo mempersiapkannya hingga satu tahun, karena menahan keseluruhan bangunan rumah. seiring dengan
kedatangan tamu dan beberapa masukan dari ahli, pondasi
keseluruhan bahan bangunan diambil secara bijaksana
mbaru niang sekarang dibungkus dengan plastik dan ijuk
dari hutan yang mengelilingi kampung wae rebo. untuk melindungi kayu bersentuhan langsung dengan tanah
seperti kayu utama yang menjulang ditengah setinggi wae rebo yang lembab.
15 meter, diambil dari satu pohon utuh, dan sebelum
di pakai, kayu tersebut telah dipersiapkan secara
tradisional agar menjadi kayu yang baik dan kuat
(bingung menjelaskan proses mempersiapkan dari
sebuah pohon utuh
● Lantai Pertama
lantai pertama ini berdiameter 11 meter, dan merupakan lantai utama, dimana disinilah kehidupan sosial masyarakat
berlangsung. lantai pertama ini dibuat segera setelah pondasi selesai dilaksanakan, berlandaskan balok-balok dan hamparan
papan kayu dan dikelilingi glondongan rotan besar sebagai dudukan utama atap. Di atas lantai pertama inilah didirikan
tiang utama hingga kepucuk mbaru niang / Ngando yang dilngkapi dengan tangga bambu untuk menaiki setiap tingkatnya.
● Tiang Utama / Bongkok
Tiang utama berdiri diatas lantai pertama. untuk menyangga tiang utama ini, ditahan dengan tali rotan yang diikatkan pada
tiga hingga 4 pasak.tiang utama ini akan menjadi penyangga dari keseluruhan aktivitas pembangunan rumah, sehingga
harus sangat diyakinkan ikatan pada pasaknya benar-benar kuat.
● Penyangga Dinding dan dinding (atap)
Penyangga dinding yang sekaligus berfungsi sebagai atap ini adalah kumpulan rotan dalam satu ikatan, ukurannya sangat
besar, dan panjangnya disesuaikan dengan keliling lingkaran, jadi yang paling panjang adalah pada lantai satu, sepanjang
34,54 m (keliling lingkarang = 2 phi r) dan semakin keatas semakin pendek. kumpulan rotan inilah yang membentuk
bulatan pada mbaru niang.
selain kumpulan rotan besar itu sebagai penyangga utama, ada juga bambu-bambu / buku bambu yang berfunsi sebagai
‘reng’ atau penyangga yang mengikat sekumpulan-kumpulan ijuk atau alang-alang yang disusun bergantian
● Pekerjaan Lanjutan
Setelah lantai pertama dan tiang utama berdiri, pembangunan tiap-tiap lantai akan menyesuaikan, dibangun secara simultan
dari lantai terbawah, terus hingga keatas. setelah keseluruhan struktur utama selesai, hingga bambu-bambu pengikat atap
siap, barulah pemasangan ijuk dan alang-alang dilakukan untuk menutupi keseluruhan rumah.
Ornamen Ornamen Khas
Tidak terdapat ornamen-ornamen yang khan pada rumah Baru Niang,
bagian luar bangunan hanya trlihat seperti krucut yang beratap ijuk, dan
memiliki beberapa pintu dan jendela.

Makna dan filosofi


Baru Niang bukan hanya sekedar tempat berlindung dari hujan dan
gangguan dari luar. Bagi suku “anggarai yang menghuni desa Wea
Rebo,” Baru Niang” merupakan wujud keselarasan manusia dengan alam
serta merupakan cerminan fisik dari kehidupan sosial warga desa Wea
Rebo
Konon dulunya leluhur suku “anggarai yang bermukim di dataran Flores
memiliki delapan orang peWaris, Oleh karena itu terdapat delapan suku
yang tersebar di dataran Flores. Namun leluhur mereka saat itu tidak
membangun delapan rumah untuk dihuni oleh masing-masing kepala
keluarga. Hanya terdapat tujuh buah “Baru Niang yang masing-masing
“Baru Niang dihuni oleh tujuh keluarga dari setiap suku. Tujuan para
leluhur terdahulu adalah agar sosialisasi antar suku semakin erat dan
dapat terus terjalin hubungan antar tiap keluarga.
https://arsitektur12ruangdalam50muliana.wordpress.com/2015/05/08/
mbaru-niang-rumah-tradisional-suku-wae-rebo-pulau-flores/
NUSA TENGGARA BARAT
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di kepulauan Nusantara bagian timur yang
termasuk dalam Kepulauan Nusa Tenggara. Provinsi ini biasa disebut atau disingkat NTB, membawahi 8 kabupaten serta 2 kota.

Pada masa sejarah kemerdekaan Indonesia, provinsi ini masuk dalam wilayah Provinsi Sunda Kecil dengan ibukotanya di Singaraja.
Karena perkembangannya, Sunda Kecil dibagi lagi menjadi 3 provinsi, adalah: Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Barat, serta
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Rumah Adat Bale Jajar Rumah Adat Dalam Loka

Rumah adat yang paling terkenal di Nusa Tenggara Barat


Bale jajar merupakan tempat hunian suku sasak
adalah Dalam Loka, yang berarti istana dunia dalam bahasa
dengan ekonomi menegah ke atas. Bentuknya serupa
Sumbawa.
dengan Bale Tani, perbedaannya terletak pada ruang
Dalam Loka dibangun pertama kali pada masa pemerintahan
Dalem Bale yang lebih banyak. Bale Jajar memiliki
kerajaan Sumbawa.
dua Dalem Bale dan satu serambi (sesangkok) dan
Fungsinya adalah sebagai pusat pemerintahan dan tempat
ditandai dengan adanya sambi yaitu tempat
tinggal para raja.
penyimpanan bahan makanan dan keperluan rumah
Uniknya, Dalam Loka berdiri dengan ditopang oleh 99 tiang,
tangga. Pada bagian depan Bale Jajar terdapat
jumlah yang sama dengan Asmaul Husna.Menurut beberapa
sekepat dan pada bagian belakangnya terdapat
sumber, hal ini memang sengaja dilakukan agar rumah berdiri
sekenam yang akan dijelaskan lebih lanjut di bagian
dengan kuat.Selain itu Sumbawa memang dikenal sebagai
berikutnya.
daerah yang erat memegang syariat Islam sehingga aspek
budayanya ikut terpengaruh.Penopang ini terbagi menjadi dua
bagian yang disebut dengan bala rea atau graha besar
Ruangan yang terdapat di dalam
Rumah Adat Dalam Loka
● Ruang Dalam di sisi Timur, berisi empat kamar untuk
putri dan putra raja yang sudah menikah.
● Area Dalam di sisi Barat, berfungsi sebagai tempat
salat dan ibadah.
● Ruang Dalam di sisi Utara, digunakan untuk ruang
tidur dayang dan permaisuri.
● Lunyuk Agung di bagian depan bangunan, berfungsi
sebagai tempat musyawarah, pertemuan, dan resepsi.
● Lunyuk Mas di sebelah Lunyuk Agung, khusus untuk
istri menteri, permaisuri, dan tempat staf ketika
upacara adat.
● Ruang Sidang di belakang bala rea, sebagai tempat
tidur dayang dan berlangsungnya sidang saat siang.
● Kamar mandi berada di luar ruangan induk.
● Bala Bulo, menjadi area keluarga atau tempat
bermain anak raja.
● Di area luar Dalam Loka terdapat lonceng istana,
gapura, rumah jama, dan kebun.
Bali

Bali merupakan salah satu dari 37 provinsi di Indonesia yang memiliki tempat wisata yang terkenal di dunia. Setiap
tahunnya ratusan bahkan ribuan wisatawan mancanegara pergi ke sana untuk melihat keindahan yang ada di Pulau Dewata
ini. Berbagai tempat wisata khas mulai dari pantai, bangunan pura, dan seni tradisional Bali membuat para wisatawan
mancanegara mengaguminya.
Tidak berbeda jauh dengan provinsi lainnya, meskipun Pulau Bali relatif kecil, namun menyimpan banyak sejarah yang
patut dicatat bangsa Indonesia. Pada zaman kerajaan, Bali pernah berdiri sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Bali.
Rumah Adat Bali Keunikan Rumah Adat
Bali
Rumah adat Bali dibangun dengan prinsip filosofi yang Arsitektur Bali selalu punya karakteristik khusus yang membuatnya
tinggi. Filosofi yang dianut disebut dengan Tri Hita Karana berbeda dari rumah adat Indonesia lainnya. Ini juga yang menambah
eksotisme Bali yang banyak dikagumi oleh turis baik lokal maupun
yaitu Parahyangan, Palemahan, dan Pawongan. Tiga aspek
mancanegara. Rumah adatnya sangat khas, arsitekturnya tidak lepas
ini memiliki arti hubungan dengan Tuhan (Parahyangan), dari kemampuan masyarakat mempertahankan warisan budaya turun
hubungan dengan alam / lingkungan (Palemahan) dan temurun. Budaya serta adat istiadat setempat dapat tercermin dari
hubungan antar sesama manusia (Pawongan). Makanya, arsitektur rumah Bali saat ini.
setiap rumah adat Bali pasti mempunyai beberapa bangunan Bentuknya yang unik menyimpan arti dan fungsi masing-masing, serta
yang berguna untuk sembahyang, tempat beristirahat dan banyak nilai-nilai agama Hindu yang tercermin di dalamnya.
Keunikannya yang jelas terlihat dari luar adalah adanya Gapura Bentar
juga tempat bercengkrama dengan sesama.
yang menjadi pintu masuk rumah. Uniknya, Gapura Bentar memiliki
Nama rumah adat Bali dibagi berdasarkan bangunan dalam ukiran serta relief yang membuatnya terlihat seperti candi. Bentuk
rumah tersebut, di antaranya angkul-angkul, aling-aling, Gapura Bentar seperti dua candi kembar yang saling berhadapan
pura keluarga, bale manten, bale dauh, bale sekapat, bale sehingga disebutlah Gapura Candi Bentar. Dari gerbang itulah tamu
dangin/gede, pawaragen/paon dan lumbung. Rumah adat dapat memasuki area bagian dalam, ada pun beberapa keunikan rumah
Bali dibangun dengan menggunakan aturan asta kosala adat Bali lainnya sebagai berikut.
● Memiliki banyak bangunan yang terpisah-pisah.
kosali. Aturan ini kurang lebih hampir sama dengan ● Ukirannya memiliki banyak makna.
penggunaan fengsui dalam budaya Tionghoa. ● Pada umumnya berbentuk persegi atau persegi panjang.
● Memiliki tiga aspek yaitu Parahyangan, Pawongan, dan
Palemahan.
● Arsitekturnya berdasarkan Asta Kosala Kosali.
● Memiliki pintu masuk yang bernama Gapura Candi Bentar.
Bagian Rumah Adat Bali Selain fungsi di atas aling-aling memiliki fungsi lain yaitu untuk
memberikan privasi kepada penghuni rumah. Hal ini karena tamu yang
masuk harus menyamping ke bagian kiri dan keluar menyamping ke
bagian kanan sehingga pandangan langsung dari luar teralihkan.
Sekarang banyak orang menggunakan patung untuk aling-aling.
3. Sanggah / Pamerajan
Terletak di ujung timur laut, tempat ini berfungsi sebagai tempat
sembahyang dan pemujaan kepada Tuhan dan roh suci leluhur. Pada
bagian ini terdapat beberapa bangunan dengan fungsinya masing-
masing dan jumlah bangunannya bervariasi tergantung pemilik rumah.
4. Bale Meten / Bale Daja
Terletak di bagian utara (dajan natah umah) atau di bagian sebelah barat
1. Angkul-angkul Sanggah/Pemerajan. Bale Meten memiliki 2 buah bale yang terletak di
Angkul-angkul adalah bagian paling depan dalam rumah tradisional kiri dan kanan ruang.
Bali, pada umumnya mempunyai seperti candi di sebelah kiri dan Memiliki bentuk persegi panjang, menggunakan saka/tiang yang terbuat
kanan. dari kayu yang berjumlah 8 (sakutus), dan 12 (saka roras). Bale Meten
Sebetulnya hampir sama dengan gapura Candi Bentar yang berfungsi memiliki fungsi sebagai tempat tidur khusus kepala keluarga dan khusus
sebagai pintu masuk utama. Namun yang membedakannya ialah angkul- perempuan yang belum menikah.
angkul memiliki atap yang menghubungkan keduanya. Bahan atapnya Bale Meten memiliki permukaan yang paling tinggi diantara bale yang
dari rumput kering, namun di zaman sekarang kebanyakan orang lain yang memakai bebatuan dengan lantai cukup tinggi dari tanah
mengubahnya menjadi genteng. sekitar 75-100 cm. Hal ini berfungsi untuk menghindari terjadi resapan
2. Aling-aling air tanah dan menjadi nilai estetika. Bale Meten disebut juga dengan
Suatu tembok pembatas atau sekat yang terbuat dari batu setinggi Bale Daja karena letaknya berada zona utara (Kaja),
sekitar 150 cm. Tembok ini juga disebut dengan sebutan penyengker 5. Bale Dauh / Loji (Bale Tiang)
fungsinya sebagai pembatas antara gerbang utama dengan halaman Terletak di zona bagian barat rumah (dauh natah umah). Bale dauh
rumah yang sering disebut dengan tempat suci. sering disebut juga dengan nama Bale Loji, serta Tiang Sanga (Bale
Tiang).
Mempunyai bentuk bangunan persegi panjang yang menggunakan tiang 8. Pawaregen (Pawon)
dari kayu. Sebutannya berbeda-beda dari jumlah tiangnya, jika tiangnya Umumnya pawaregen terletak di sisi selatan rumah atau di barat daya.
berjumlah 6 disebut sakenem, 8 disebut sakutus/astasari, dan bila Pawaregan adalah dapur, tempat yang dibangun untuk mengolah
tiangnya berjumlah 9 disebut sangasari. Bahan dasar bangunan ini makanan dan penyimpanan makanan.Pawaregan biasanya dibagi-bagi
adalah batu. menjadi beberapa bagian yaitu ruangan tempat memasak yang
Bale Dauh memiliki fungsi sebagai tempat tidur bagi remaja laki-laki dilengkapi pemanggang kayu dan ruangan untuk menyimpan alat-alat
dan merupakan tempat penerimaan tamu. memasak dan persediaan makanan.
6. Bale Sakepat 9. Jineng (Klumpu)
Terletak di zona bagian selatan, bangunan ini memiliki 4 tiang yang Lumbung yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil panen
minimalis persegi empat dan atapnya berbentuk limasan atau seperti padi dan hasil panen lainya.Gabah biasanya disimpan di dua
pelana.Bale Sakepat memiliki fungsi sebagai tempat tidur anak dan juga tempat berbeda, yang membedakanya ialah di kolong untuk gabah yang
sebagai tempat bersantai seluruh anggota keluarga yang tinggal di masih basah dan diatas untuk gabah yang sudah kering.Bagian bawah
rumah adat. dibentuk menyerupai bale bertujuan untuk tempat bersantai dan
7. Bale Dangin bercengkrama bersama keluarga. Rumah adat yang memiliki Jineng
Bale Dangin disebut Bale Gede jika mempunyai tiang berjumlah 12 biasanya keluarga yang memiliki hasil tani setiap tahun.
(saka roras) dan tiang kayu mempunyai sebutan lain seperti Bale Dauh 10. Bale Delod
tergantung banyaknya tiang.Mempunyai bentuk persegi panjang atau Tidak semua orang mengenal bagian yang satu ini, padahal memiliki
persegi empat tergantung dari banyaknya tiang yang dipakai.Terletak di fungsi yang tidak kalah penting dengan bagian lain yang terdapat dalam
bagian timur (dangin natah umah), Bale dangin berfungsi sebagai rumah khas Bali.
tempat untuk acara upacara adat dan juga digunakan sebagai tempat Pada umumnya ruangan bale delod digunakan sebagai tempat untuk
istirahat maupun tidur.Bale dangin juga biasa digunakan untuk duduk menerima tamu, atau dalam kata lain ruang tamu.
membuat benda-benda seni ataupun merajut pakaian. Beberapa fungsi lain dari ruangan ini ialah untuk kegiatan adat dan bale
kematian. Apabila terdapat salah satu keluarga yang meninggal, maka
akan disemayamkan diruangan ini sebelum proses ngaben.
Sulawesi Barat
sulawesi Barat (Sulbar) adalah salah satu dari 37 provinsi yang ada di Indonesia yang terletak di pulau Sulawesi dengan ibu
kotanya terletak di Kota Manuju. Semboyan Sulawesi Barat adalah “Mellete Diatonganan; ” yang artinya Meniti pada
Kebenaran. Wilayah keseluruhan provinsi Sulbar adalah 16796,19 km2.
Penduduk asli provinsi Sulawesi Barat termasuk suku Mandar, Mamasa, Pattae dan Makki. Suku Mandar tersebar di semua
wilayah kabupaten di Sulawesi Barat, kemudian suku Mamasa dan Toraja, kebanyakan berada di kabupaten Mamasa.
Sementara suku Makki berada di kecamatan Kalumpang dan Bonehau. Suku Pattae berada di Kabupaten Polewali Mandar,
dan suku lainnya, tersebar di wilayah kabupaten, termasuk suku pendatang.
Rumah Boyang
Kedua bangunan tersebut memiliki ciri khasnya sendiri yang
menjadi sebuah keunikan. Di bawah ini adalah beberapa
keunikan dan ciri khas yang dimiliki oleh rumah adat
Boyang Adaq:
● Rumah Boyang Adaq memiliki tumbaq layar atau
penutup bubungan yang disusun mulai dari tiga hingga
tujuh tumpuk.
● Keunikan lainnya adalah rumah Boyang Adaq
mempunyai dua tangga bersusun yang memiliki jumlah
tiga anak tangga dan sebelas anak tangga.
Rumah Boyang adalah rumah adat yang berasal dari ● Bentuk dari rumah adat Boyang Adaq juga terlihat
Sulawesi Barat. rumah adat Boyang adalah tempat tinggal lebih megah dan luas sehingga siapa saja bisa dengan
suku Mandar yang merupakan suku asli dari wilayah mudah untuk membedakannya.
Sulawesi Barat. Rumah adat Boyang Beasa juga memiliki keunikannya
Rumah adat Sulawesi Barat ini juga terdiri dari dua jenis, sendiri, yaitu seperti yang ada di bawah ini:
yaitu Boyang Adaq dan Boyang Beasa. Kedua rumah adat ● Karena peruntukan dari rumah Boyang Beasa untuk
tersebut memiliki perbedaan yang kentara yaitu dari rakyat dan masyarakat umumnya maka otomatis
fungsinya. Rumah adat Boyang Adaq adalah sebuah tempat bentuknya tidak terlihat megah dan tampak biasa saja.
tinggal yang dikhususkan untuk kaum bangsawan atau ketua ● Atap dari Boyang Beasa juga hanya terdiri dari satu
adat, sedangkan Boyang Beasa merupakan tempat tinggal tumpuk.
bagi masyarakat biasa. ● Tangga yang dibuat hanya satu susun dan tidak
memiliki ukuran tangga yang terlalu lebar.
Arsitektur Rumah Boyang
Rumah adat Sulawesi Barat memiliki sebuah struktur Rumah Boyang juga memiliki beberapa bagian rumah yang
arsitektur yang menyerupai rumah panggung dan dibuat disebut sebagai lotang. Setiap bagian rumah tersebut
dengan menggunakan material utama kayu. mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Dilansir dari Celebes,
Tiang-tiang kayu yang memiliki ukuran besar dan tinggi 2 di bawah ini adalah beberapa bagian rumah yang ada pada
meter tersebut ditancapkan pada batu yang ada di bawahnya Rumah Boyang:
agar tiang kayu tidak terkena kelembaban yang tinggi dan ● Samboyang : Ruang tamu
menghindari terjadinya lapuk dalam waktu yang singkat. ● Tangnga Boyang : Ruang keluarga
Rumah adat Sulawesi Barat juga umumnya memiliki dua ● Bui Boyang : Ruang Tidur
buah tangga yang terletak pada bagian depan dan belakang ● Tapang : Ruangan yang terletak di atap digunakan
rumah. Tangga tersebut memiliki jumlah anak tangga dengan untuk menyimpan barang berlebih
jumlah ganjil antara 7 hingga 13 anak tangga dan juga ● Paceko : Dapur
dilengkapi dengan pegangan yang ada pada kedua belah ● Lego-lego : Teras rumah
sisinya. ● Naong Boyang : Kolong rumah Pada awalnya, Naong
Atap dari rumah Boyang dibuat agar memiliki bentuk Boyang hanya memiliki lantai tanah dan seringkali
layaknya sebuah prisma yang memanjang dari bagian depan dibuatkan rambang atau tempat untuk menjadi kandang
hingga bagian belakang rumah. Mengikuti perkembangan bagi hewan ternak. Hewan ternak yang bisa dipelihara
zaman, rumah adat Boyang sudah ada yang dibuat dengan pada rambang sangatlah variatif, mulai dari yang
menggunakan seng. Akan tetapi dalam sejarahnya atap dari berukuran kecil seperti ayam ataupun itik, hingga yang
rumah Boyang dibuat dengan menggunakan daun rumbia dan berukuran besar seperti kuda.
sirap. Bahan rumbia dimanfaatkan karena sangat mudah
untuk mendapatkannya dan selain itu juga menyusunnya bisa
dilakukan oleh siapa saja dengan mudah.
Sulawesi Selatan

Sulawesi Selatan adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian selatan pulau Sulawesi. Pusat pemerintahan atau ibukota
provinsi berada di kota Makassar. Pada tahun 2020, penduduk Sulawesi Selatan berjumlah 9.073.509 jiwa, dengan kepadatan 194,22
jiwa/km².
Rumah Tongkonan

Rumah adat ini juga difungsikan sebagai pusat berbagai


kegiatan sosial hingga tempat upacara religi bagi keluarga
yang memiliki rumah tersebut. Selain itu rumah adat
tradisional, rumah ini juga dapat digunakan sebagai
menyimpan padi.

Menurut buku karya Kasdar berjudul Arsitektur Benteng dan


Rumah Adat di Sulawesi (2018), pembuatan Rumah Adat
Tongkonan bermula dari perkenalan tempat tinggal yang
beratap daun dan berdindingkan tebing, serta tiangnya yang
Rumah Adat Tongkonan sebagai Rumah Adat yang berasal dari
berbentuk segitiga. Rumah Adat Tongkonan juga sebagai
Toraja, Sulawesi Selatan dengan filosofi Aluk Todolo. Rumah
peralihan ke masa pengenalan empat tiang.
Tongkonan juga menjadi simbol martabat keluarga dari
masyarakat Toraja sehingga pembangunannya tidak sembarangan.
Berikutnya, pada masa penyempurnaannya masyarakat juga
Dengan bentuk desain, hingga posisi rumah dan tiang-tiangnya
mengenal ornamen berupa simbol penanda status sosial
rumah adat ini memiliki nilai serta arti yang berbeda-beda.
seseorang pada pemilik rumah. Kian banyak tanduk kerbau
yang dipasang pada bagian atas rumah adat tongkonan maka
Pertama, posisi rumah menghadap ke utara yang mengartikan di
kian tinggi juga di strata sosial yang ia miliki penghuni rumah
mana lokasi dari Puang Matua Yang Mahakuasa, yaitu di arah
tersebut.
utara. Kini rumah adat sudah tak banyak digunakan sebagai
hunian karena telah membangun rumah biasa. Rumah adat ini
kemudian dialih fungsikan menjadi pusat budaya masyarakat
Toraja.
Ciri khas Rumah Denah Rumah
Tongkonan Tongkonan
● Bangunan berbentuk pohon pipit
● Atap berbentuk perahu dan kedua
ujungnya berbentuk seperti busur
● Patung kepala kerbau yang terpasang
pada bagian atas rumah
● Ornamen unik
● Empat warna dasar
● Tanduk kerbau depan rumah
● Konturuksi tanpa paku
Sulawesi Tenggara

Sulawesi Tenggara merupakan salah satu provinsi dari 34 provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Sulawesi bagian tenggara dengan
Kendari sebagai ibu kotanya.Secara geografis Sulawesi Tenggara berada dibagian selatan garis khatulistiwa di antara 02°45′ – 06°15′ LS
dan 120°45′ – 124°30′ BT, dengan total luas daratan seluruhnya kurang lebih 38.140 km² (3.814.000 hektar) dan perairan (laut) seluas
110.000 km² (11.000.000 hektar).
Sulawesi Tenggara pada awalnya adalah merupakan nama salah satu kabupaten yang masuk dalam Provinsi Sulawesi Selatan dan
Tenggara (Sulselra) dengan Kecamatan Baubau sebagai ibu kota kabupaten. Sulawesi Tenggara kemudian ditetapkan sebagai Daerah
Otonom berdasarkan Perpu No. 2 tahun 1964 Juncto UU No.13 Tahun 1964.
Rumah Adat Banua Tada

Rumah adat Sulawesi Tenggara ini terdiri dari dua kata,


Banua dan Tada. Benua mempunyai arti sebagai rumah,
sementara Tada artinya adalah siku. Ketika digabungkan,
rumah ini memiliki arti sebagai rumah siku.
Menurut sejarah, rumah adat Banua Tada ini pertama kali
dibangun pada masa Raja Buton pertama, yaitu Wa Kaa
Kaa. Pembuatan rumah adat ini merupakan wujud warga
adat untuk menghormati raja mereka. Pada waktu itu, rumah
Rumah adat Banua Tada sebenarnya adalah rumah adat yang dibangun cenderung sangat sederhana tanpa ada hiasan
yang dikenal dalam budaya suku Buton. Rumah adat apapun.
Banua Tada adalah peninggalan kesultanan Buton dana Setelah Murhum menjadi sultan pertama di Kesultanan
dapat ditemukan dengan mudah hingga saat ini. Buton, barulah rumah adat Banua Tada mulai mengenal
Rumah adat Banua Tada selain menjadi budaya dan hiasan-hiasan yang membuat rumah adat Sulawesi Tenggara
peninggalan bersejarah juga merupakan bukti eksistensi itu menjadi semakin menarik. Ukurannya bahkan lebih besar
Islam di Buton. Sebab, tidak sedikit ornamen yang dibandingkan sebelumnya.
menjadi ciri khas di rumah adat ini berukirkan tulisan
dalam Bahasa Arab.
Bahan Bangunan Denah
Rumah adat Sulawesi Tenggara memiliki bentuk seperti
rumah panggung. Untuk bahan bangunan utamanya
adalah kayu tanpa menggunakan paku. Kayu yang
digunakan sendiri biasanya adalah kayu berkualitas
unggul, seperti kayu Nangka, jati, dan bayem.
Khusus untuk kayu dari pohon Nangka, biasanya akan
dipakai sebagai rangka atap dikarenakan penggunaan
bahan tersebut dianggap sakral oleh masyarakat
setempat. Sementara itu, bagian atapnya akan dibalut
dengan menggunakan daun rumbia atau nipah.
Pada bagian lantai, rumah adat Sulawesi Tenggara
menggunakan bambu yang sbeelumnya telah direndam
dengan air garam. Setelah zaman berkembang, terutama
akibat pengaruh jajahan Portugis, rumah adat Banua
Tada mengalami beberapa perubahan. Salah satu yang
terlihat adalah pada pondasi rumah yang sudah mulai
menggunakan bata dan lantainya menggunakan papan
kayu.
ARSITEKTUR
CLASIC
Gereja Katedral Jakarta
Gereja Katedral Jakarta adalah sebuah gereja di Jakarta. Gedung
gereja ini diresmikan pada 1901 dan dibangun dengan arsitektur
klasik neo-gotik dari Eropa oleh arsitek Bernama Ir. M.J. Hulswit.
Keunikan Gereja Katedral tampak pada Menara kembar dengan
desain rangka besi dan ornament yang unik, daun pintu yang
menjulan tinggi dan banyak jendela. Jendela jendela tersebut dihiasi
dengan lukisan yang menjelaskan tentang peristiwa jalan salib yang
pernah dialami yesus kristus

Denah bangunan berbentuk salib dengan panjang 60 meter dan lebar


20 meter. Pada kedua belah terdapat balkon selebar 5 meter dengan
ketinggian 7 meter. Konstruksi bangunan ini dikerjakan oleh tukang
batu dari Kwongfu, China. konstruksi bangunan ini terdiri dari batu
bata tebal yang diberi plester dan berpola seperti susunan batu alam.
Dinding batu bata ini menunjang kuda-kuda kayu jati yang
terbentang selebar bangunan.
Ada 3 menara di Gereja Katedral yaitu, Menara
Benteng Daud, Menara Gading, dan Menara Angelus
Dei. Ketiga menara tersebut terbuat dari besi. Bagian
bawah didatangkan dari Nederland dan bagian atas
dibuat di bengkel Willhelmina, Batavia.
Di menara gading terdapat jam yang pada mesinnya
tertulis van Arcken & Cie.
Pada menara Benteng Daud terdapat lonceng yang
dihadiahkan oleh Clemens George Marie van Arcken.
Pada menara Gading terdapat lonceng yang lebih kecil
dan disumbangkan oleh Tuan Chasse. Lonceng yang
terbesar bernama Wilhelmus yang merupakan hadiah
dari Tuan J.H. de Wit.
ARSITEKTUR
KOLONIAL
LAMA
GEDUNG DEPARTEMEN
KEUANGAN

Bangunan ini semula dirancang sebagai pendamping istana


Gubernur Jenderal di kota Bogor (Buitenzorg Paleis) oleh
seorang arsitek Ir. Letkol JC. Schultze. Pada tahun 1828
gedung monumental yang pembangunannya dimulai pada 7 bangunan ini diresmikan oleh Komisaris Jenderal L.P.J Du
Maret 1809 atas prakarsa Gubernur Jenderal Hindia Belanda Bus de Ghisignies, namun karena keterbatasan biaya bangunan
Herman Willem Daendels, untuk memindahkan istana Batavia tidak dipergunakan sebagai istana tetapi sebagai kantor besar
yang mulai kumuh di muara Sungai Ciliwung ke wilayah urusan keuangan Negara dan instansi pemerintah penting
pusat ibu kota baru Weltevreden. lainnya.
GALERI
NASIONAL
INDONESIA

Pada tahun 1900, gedung ini merupakan bagian dari sebuah


gedung pendidikan, yang diciptakan oleh Yayasan Kristen
Carpentier Alting Stitching (CAS) yang bernaung di bawah
Ordo Van Vrijmetselaren atas prakarsa pendeta Ds. Albert
Samuel Carpentier Alting (1837-1935). Bangunan bergaya
Bangunan Galeri Nasional Indonesia terletak di Konengsplein kolonial Belanda yang digunakan sebagai asrama khusus
Cost no. 4, yang sekarang dikenal sebagai Jalan Merdeka wanita, yang merupakan usaha pendidikan pertama di
Timur no. 14 Jakarta Pusat. Pada tahun 1817, G.C. Van Rijk Hindia Belanda.
menggunakan material bekas Benteng Batavia untuk
membangun Indische Woonhuis di tanah ini.
ARSITEKTUR
KOLONIAL
MODERN
FILATELI
JAKARTA

Pasca kemerdekaan, gedung ini berpindah tangan menjadi


milik Perusahaan Negara Pos Telekomunikasi (PN POSTEL).
kantor pos pertama yang dibangun Pemerintah Kolonial Pada awal kemerdekaan, Gedung Filateli difungsikan untuk
Hindia Belanda di Batavia. Gedung ini didirikan pada pelayanan pos, telepon, dan telegram. Namun adanya
1912-1929 dan dirancang oleh arsitek Belanda, John van perkantoran baru berupa Gedung Pos Ibukota (GPI), membuat
Hoytema. Pembangunan gedung ini merupakan bagian Gedung Kantor Pos di Pasar Baru dialihfungsikan menjadi
dari kawasan Weltevreden yang menjadi pusat kota
pelayanan filateli. Sejak tahun 1993, Pemerintah Provinsi DKI
Batavia. Nama "Jalan Raya Pos" pun dinamakan Jakarta juga telah menetapkan bangunan ini sebagai cagar
mengikuti Gedung Filateli yang waktu itu digunakan budaya.
sebagai kantor pos.
ARSITEKTUR
MODERN
GELORA BUNG
KARNO

Stadion Gelora Bung Karno merupakan bagian dari


Kompleks Olahraga Bung Karno. Sebelumnya SUGBK ini
bernama Stadion Utama Senayan. Pembangunan stadion Sarana dan prasarana itu antara lain Stadion Utama
Gelora Bung Karno ini bermula dari terpilihnya Indonesia dengan kapasitas 100 ribu orang, Istana Olahraga untuk
sebagai tuan rumah ASIAN Games IV 1958.  10 ribu orang, Stadion Renang berkapasitas 8 ribu orang,
Seusai Itu, Presiden RI Pertama, Ir. Soekarno Stadion Madya atau lapangan hoki dan atletik terbuka
mencanangkan pembangunan stadion yang digunakan untuk 15 ribu orang, Stadion Tenis Utama berkapasitas 5
untuk venue kompetisi tersebut. Stadion Gelora Bung ribu orang, 3 lapangan tenis terbuka, Stadion Basket, dan
Karno dimulai pada tanggal 8 Februari 1960.  Selesai lapangan latihan terbuka. Di samping itu, turut dibangun
dibangun pada tanggal 21 Juli 1962. Friederich Silaban Stasiun Radio dan Televisi, tempat-tempat penjualan
merupakan sang arsitek pembangunan Stadion Gelora karcis, asrama wanita, perkampungan atlet internasional,
Bung Karno. dan area parkir.
ARSITEKTUR
KONTEMPOR
ER
TREASURY TOWER

treasury Tower merupakan sebuah gedung perkantoran di kawasan SCBD, Jakarta. Bangunan ini juga merupakan bagian dari
pengembangan skala besar District 8 yang juga terdiri dari kondominium, apartemen, area residensial Langham, serta dua menara
perkantoran lainnya, yaitu Revenue Tower dan Prosperity Tower. Letaknya di kawasan SCBD membuat Treasury Tower dikelilingi
dengan konektivitas yang sangat baik untuk pejalan kaki, akses MRT, dan moda transportasi lainnya. Pembangunan Treasury Tower
sendiri diarsiteki oleh Airmas Asri dan Forrec untuk Agung Sedayu Group. Sedangkan untuk teknis strukturalnya dipercayakan kepada
Wiratman & Associates.
Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai