Anda di halaman 1dari 19

TANIMBAR KEI

Tanimbar Kei adalah sebuah desa sekaligus pulau yang terletak tepat pada
gugus selatan Kepulauan Kei Kecil dan di sisi utara Semenanjung
Bomberai. Tanimbar Kei adalah salah satu kampung adat di wilayah
Maluku Tenggara yang masih memiliki nilai-nilai tradisi yang terjaga,
seperti, hukum adat , pemerintahan, sosial, dan budaya termasuk arsitektur
tradisional. Pulau ini menampung sekitar 548 masyarakat di dalamnya.
Tanimbar Kei dibagi dalam tiga wilayah secara kependudukan besar, yaitu
Kampung Atas, Kampung Bawah, dan Kampung Mun.

Salah satu keunikan dari rumah adat di Tanimbar kei adalah perbedaan latar belakang setiap rumah dan di Tanimbar Kei
terdapat rumah adat atau yang biasa disebut dengan Rahan. Terdapat 24 rahan adat dalam kawasan Tanimbar Kei. Masing-
masing rahan memegang peran adat leluhur. Rahan Teli adalah rahan tertua dan pemegang tampuk kepemimpinan adat dan
Rahan Teli ini berukuran lebih besar dibanding yang lain, tetapi bentuk arsitektural rahan seolah sama dan serupa.
UTILITAS
Bentuk bentuk umum rumah tradisional Tanimbar Kei ini memiliki bentuk
persegi Panjang Tanimbar Kei terbagi atas tiga bagian dengan kosmologi
kaki (lovovan), badan (rahan ralan) dan bagian atas. Pada bagian bawah
terdapat tiang bangunan yang menopang, bagian tengah sebagai ruang
kegiatan utama dan bagian atas (loteng sebagai ruangan penyimpanan tenda
suci,bahan makanan dan perkakas, serta serta penutup yaitu atap). Karena
bangunan ini secara keseluruhan dibangun di atas tiang. Kedudukan bentuk
dari atap teritis letaknya rendah tanah.
SUSUNAN RUANG RAHAN TELI
Rahan Teli telah mengenal struktur dan pola ruang horizontal yang
sistematis berdasarkan intuisi dan aturan adat. Penataan ruang disusun
atas pertimbangan zoning area. Berikut untuk susunan ruangan
horizontal pada rumah Tanimbar Kei :
1. Tet atau teras serambi berbentuk terbuka hanya dibatasi oleh atap.
2. Katlean (ruangan tengah atau ruangan tamu).
3. Rin Mel (tempat penyimpanan barang pusaka).

Lantai pada ruangan Rin Rik dan Rin Mel 4. Rin Rik (tempat upacara khusus kepala keluarga dan ruangan
sebagai tempat penyimpanan bahan keluarga).
pusaka yang bahannya terbuat dari bambu. 5. Rin balit (ruangan tidur untuk tetua adat atau kepala keluarga).
6. Ruang tidur untuk anak-anak.
7. Ruang tidur untuk tamu.
8. Ho (dapur dan ruang makan).
Pada bagian ruang tengah atau ruang tamu terdapat balok
pembatasan (autotomba) dengan fungsi sebagai batas antara
pemilik rumah dengan pengunjungnya yang dibuat lebih
tinggi secara fisik dari lantai.
TERAS SERAMBI

Untuk menuju ke bangunan induk terlebih dahulu melewati tet/teras serambi yang memanjang selebar rumah dan memiliki
perbedaan tinggi dengan rahan. Dari teras serambi mengakses ke bangunan induk yang ditempatkan tangga yang terletak
persis di tengah sisi depan badan rumah dengan jumlah anak tangga yang hanya terdiri atas tiga ditambah sebuah papan yang
menyerupai alas kaki sebelum masuk ke dalam rumah. Kemudian terdapat dua pegangan berupa tongkat kayu disisi atas
tangga. Fungsi dari tongkat kayu ini adalah pegangan untuk keamanan karena bentuk tangga yang cukup curam.
DINDING

Dinding Rahan Teli menggunakan papan kayu yang dipasang/disusun melintang vertikal dan sebagian horizontal
dan menunjukkan bahwa tidak ada dinding yang dilapisi oleh cat. Di antara lapisan dinding Rahan Teli
ditempatkan beberapa bukaan jendela, dinding samping kanan terdapat 2 jendela dinding samping kiri terdapat 3
jendela bagian depan dan belakang masing-masing memiliki 1 jendela. Ukuran dan model jendela bervariasi dan
tidak menggunakan kaca.
LOTENG

Loteng atau Aralan di bagian pertemuan badan atap


rumah yang menjadi tempat penyimpanan bahan
pangan.
PEMBAGIAN RUANG SECARA
VERTIKAL
FIRMITAS
Secara arsitektural, Rahan Teli memiliki keunikan dari segi firmitas,
dengan sistem kontruksi kayu konvensional bangunan ini dapat
bertahan hingga puluhan bahkan ratusan tahun. Arcetypes atau bentuk
bangunan rumah tradisional Maluku. Sistem struktur dan arsitektur
rumah rahan terbagi atas : Kaki (lanovan), Badan (rahan ralan), dan
Kepala (Tatirat).

Kondisi bangunan Rahan Teli yang diobservasi, umumnya masih layak untuk dihuni dari sisi struktur dan kontruksi. Namun
terlihat pada beberapa bagian bangunan rumah telah mulai mengalami kerusakan akibat termakan usia dan kurangnya
perawatan/pemeliharaan. Kerusakan yang banyak terjadi antara lain pada kayu atau papan yang mulai lapuk, lantai yang
menggunakan bilah bambu, rangka atap dengan anak tangga yang sudah berkurang jumlahnya.
Kedalaman bergantung pada bangunan ini tergantung pada kondisi
tanah tempatnya dibangun. Tiang sekaligus berfungsi sebagai pondasi
titik. Pembenaman ke dalam tanah dimaksudkan sebagai unsur
kekuatan ikat bagian bawah struktur agar stabil dalam menerima beban
vertikal bangunan.
Pada beberapa bangunan yang ruang induknya lebar/besar ditambah
tiang penopang balok tengah. Balak-balak pemikul lantai terdiri dari
balok bawah yang letaknya memanjang menghubungkan ke empat
tiang dalam formasi lima deretan, dan balok atas tiang dalam formasi
melintang berfungsi sebagai pengalas lantai papan.
TIANG KOLOM

Tiang sekaligus berfungsi sebagai pondasi titik. Pembenaman ke dalam tanah dimaksudkan sebagai unsur kekuatan ikat bagian
bawah struktur agar lebih stabil dalam menerima beban bangunan.

Umumnya tiang-tiang penopang ini di tanam ke dalam tanah dan di alas dengan batu karang atau batu cadas. Tiang Kolom yang
digunakan merupakan kayu besi yang dibuat dalam bentuk empat persegi panjang dengan tebal 25-30 cm dengan kedalaman
kurang lebih 50 cm. Tiang Kolom ini berdiri pada umpak yang ditanam ke dalam tanah sejauh 70-90 cm. Jumlah tiang yang
memikul lantai ruang induk ada 8 buah dengan tambahan 4 buah tiang ruang depan dan 4 buah tiang ruang belakang.
ATAP

Atap Rahan Teli ini berbentuk segitiga sama kaki yang lancip. Atap ini menggunakan atap daun rumbia/daun
sagu yang susunan rakit atap diatur dari bawah ke atas dengan jarak 15-20 cm yang disebut Lean (toti).

Ikatan untuk penutup atap ke rangka atap itu bambu muda diikatkan memakai rahat seperti akar tanaman kering
di sekitar desa animbar kei
Sistem sambungan struktur balok-balok horizontal sudah dikenal dengan Tuk/Pasak
dengan pen dan lubang sebagai pengunci. Ada pen tunggal dan ganda. Pen yang
dikancing oleh pasak kayu secara vertikal.

Pada ikatan sambungan tangga juga menggunakan sistem pen dan lubang. Pen tidak
diakhiri oleh pasak, dibiarkan bebas tanpa pengancing. Meski demikian tangga
memiliki fungsi yang sempurna dengan kekuatan kualitas jenis kayu.
VENUSTAS
Dari segi bentuk hampir sama dan serupa dengan rumah adat yang lain,
tapi rahan teli berukuran lebih besar dari yang lainnya karena rumah
tersebut mempunyai fungsi khusus yang berhubungan dengan adat
setempat. Keistimewaan Rahan Teli karena selain sebagai tempat
tinggal ketua adat, juga berfungsi sebagai rumah musyawarah kaum
adat, rumah ibadah yang menyimpan benda-benda pusaka dan
perlengkapan upacara adat dan sebagai lumbung tempat penyimpanan
bahan makanan Hotong.
Tampak dari teras pada rumah adat ini adalah ketika angin
berhembus dari laut ke atas lembah oleh kerendahan atap teras
ini dia mengeliminir gaya terjangan angin dari bawah ke atas.
Suatu hal yang unik pada bangunan yakni pada serambi depan,
apabila seseorang berada pada serambi depan, maka pandangan
akan terhalang oleh bagian bawah atap serambi, sebagai
penghalang gangguan dari luar atau dari pandangan orang lain
ataupun sebagai penghalang bertiupnya angin dari laut, sebab
kedudukan rahan teli ini di kampung atas agak tinggi di atas
karang.
SISTEM BUDAYA PENDUKUNG
Dalam masyarakat terdapat pembagian lahan di mana lahan tersebut mempunyai fungsi masing-masing seperti lahan untuk
bermukim, lahan untuk berkebun, serta lahan untuk para leluhur. Masyarakat Kei memegang teguh adat dalam penggunaan
lahan atau peruntukannya berdasarkan aturan adat, seperti dalam memilih tempat untuk bermukim. Kepala adat mengadakan
suatu ritual kepada leluhur dengan cara mengangkat sirih pinang agar terhindar dari malapetaka, mudah rejeki, damai dalam
menempati. Pada daerah perkebunan atau laut, masyarakat Kei menganggap daerah tersebut adalah daerah untuk kehidupan
sehingga sangat sakral dan suci. Selain itu, wilayah yang juga dianggap sangat sakral adalah wilayah gua dan hutan yang
ditempati para leluhur.

Budaya bermukim masyarakat Kei umumnya tidak memiliki tanah milik pribadi, semua lahan adalah tanah adat. Memperoleh
lahan di wilayah Tanimbar Kei dengan pemberian sementara oleh ketua adat melalui upacara adat berbentuk sirih pinang
kepada leluhur, sehingga diharapkan memperoleh berkah dalam berkehidupan sosial. Setelah mendapatkan lahan barulah
diadakan musyawarah di rumah tetua adat untuk membicarakan mengenai ramuan bangunan yang biasa diberikan oleh
masyarakat sebagai ikatan kekeluargaan kepada yang akan mendirikan rumah. Sementara untuk keluarga wanita yang kawin
akan keluar biasanya menyumbangkan koin perak, binatang ternak, atau hasil bumi sebagai tanda ikatan kekeluargaan.
Meriam-meriam kuno peninggalan VOC Bahan pangan Hotong atau makanan Buah Raja adalah buah khas dari
Tanimbar Kei.
sebagai tujuan untuk prosesi akad nikah. burung sebagai makanan pokok.

Di tanimbar Kei terdapat Situs Sakral yang


upacara sinuku dengan berbentuk pohon
menggunakan ketupat sebagai
persembahan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai