HEMOLAB
Hal ini sesuai filosofi yang dianut kedua golongan ini yang berbeda,
salah satu golongan menganut prinsip pemerintahan yang hirarkies
menggunakan anjuang yang memakai tongkat penyangga, pada
golongan lainnya anjuang seolah-olah mengapung di udara.
Rumoh Aceh terdiri atas tiang utama (bisa lebih), yang terbuat dari
kayu pilihan berbentuk bulat lurus. Dahulu, cara pengamabilan
tiang rumah (Tameh Rumoh), mempunyai syarat tertentu. Pohon
harus cukup umur, sebelum ditebang, seseorang yang ditu adatkan
mengitari pohon itu beberapa kali disertai dialog dengan bahasa
isyarat. Ini wujud penghargaan kepada sesama makhluk, dan
prinsip dasar pelestarian lingkungan.
Draf beberapa bentuk rumah ini hampir serupa, baik tangga, pintu,
dinding, susunan ruangannya sama saja, kecuali rumah lontik.
Rumah lontik yang dapat juga disebut Rumah Lancang karena
rumah ini bentuk atapnya melengkung ke atas dan agak runcing
sedangkan dindingnya miring keluar dengan miring keluar dengan
hiasan kaki dinding mirip perahu atau lancang. Hal ini
melambangkan penghormatan kepada Tuhan dan terhadap sesama.
Rumah Lontik diperkirakan dapat pengaruh dari kebudayaan
Minangkabau karena kabanyakan terdapat di daerah yang
berbatasan dengan Sumatera Barat. Tangga rumah biasanya ganjil,
bahkan Rumah Lontik beranak tangga lima, Hal ini ada kaitannya
dengan ajaran Islam yakni rukun islam yang lima.
Tiang utama adalah tiang tuo, yang terletak pada pintu masuk
sebelah kiri dan kanan, dan tiang ini tidak boleh disambung karena
sebagai lambang rasa hormat kepada orang tua. Di daerah lain
yakni pada suku Melayu di kepulauan, tiang yang dianggap penting
adalah Tiang Seri yang terdapat di keempat sudut rumah. Baik
Tiang Tuo maupun Tiang Seri tak boleh bersambung dan terbuat
dari kayu yang besar.
Pintu pada rumah panggung Kejang Lako terdiri dari 3 pintu, yaitu:
pintu tegak, pintu masinding, pintu balik melintang.
Rumah ini juga memiliki dua tangga, yaitu: tangga utama yang
terdapat di sebelah kanan pelamban dan tangga penteh yang
dipakai untuk naik ke penteh.
Di daerah ini dikenal ada tiga tipe yaitu Arsitektur Melayu Awal,
Melayu Bubung Panjang dan Melayu Bubung Limas. Rumah
Melayu Awal berupa rumah panggung kayu dengan material seperti
kayu, bambu, rotan, akar pohon, daun-daun atau alang-alang yang
tumbuh dan mudah diperoleh di sekitar pemukiman.
Bagian di dalam rumah terdiri dari rumah induk atau ibu dan juga
rumah dapur tempat para wanita dan anak gadisnya memasak dan
belajar mengurus rumah. Rumah ini juga anti menggunakan cat
sehingga warna alamilah yang digunakan.
Sesuai dengan namanya, atap rumah adat Sunda yang satu ini
memang tampak terlihat seperti sebuah perahu yang terbalik atau
tengkurap. DI Karenakan memiliki terlalu banyak sambungan,
desain atap seperti ini sering kali mudah bocor sehingga jarang
yang menggunakannya. Kendati demikian, masyarakat Kampung
Kuta di Kabupaten Ciamis ternyata masih ada yang
menggunakannya.
Desain rumah Julang Ngapak yang hingga kini masih dapat kita
dijumpai di Kuningan; Kampung Dukuh, Kampung Naga,
Tasikmalaya; dan beberapa daerah lainnya yang ada di Jawa Barat.
Bahkan selain itu, pada gedung Institut Teknologi Bandung
beberapa di antaranya menggunakan desain atap rumah adat Jawa
Barat yang satu ini.
Rumah adat yang satu ini berasal dari Kalimantan Timur. Rumah
adat suku dayak yang dinamakan rumah lamin ini merupakan
rumah panggung yang panjang dan sambung menyambung, terdiri
dari banyak kamar yang ditempati banyak anggota keluarga,
bahkan dapat mencapai lebih dari 100 orang. Bahan bangunan
utamanya dari kayu ulin berwarna hitam dan tahan lama.
Ukiran dari rumah lamin ini memiliki ciri yang berpola ukiran
abstrak dengan pengulangan garis dan seperti ular naga, burung
topeng, kerangka manusia, dll.
Desain rumah ini tentu sebagai ciri khas dari rumah-rumah adat di
Indonesia. Dimana Terdapat ukiran-ukiran, patung, dan dai bahan
bangunannya sendiri yang pada umumnya menggunakan kayu.
Rumah adat yang kedua dari Yogyakarta ini ada tambahan sedikit
arsitektur khas dari Cina, Portugis dan Belanda, tapi secara
keseluruhan tetap dapat kita lihat sebagai rumah dengan ciri khas
ada dari Jawa. Ciri khas terlihat jelas adalah dari bagian atas,
dinding rumah dan juga tiang yang ada dibangunan rumah.
Atas dari Rumah Bangsal Kencono memiliki desain yang mirip
dengan rumah jawa, untuk bangunannya dan pondasinya tinggi
sehingga bagunan harus ditopang dengan 4 buah tiang di bagian
tengahnya, tiang ini sering disebut dengan istilah Soko Guru.
Keunikan dari Rumah ini antara lain : Tiangnya terbuat dari kayu
bitti, antara pasak dengan tiang tidak dipaku, lantai terbuat dari
bambu yang hanya diikat dengan rotan pada pasak, serta tangganya
berada di bawah kolong rumah bagian tengah, sehingga pintu
rumah dibuka dari bawah, dan dapur berada di bagian depan
setelah pintu dibuka. Setiap tahun (pada Bulan Nopember)
diadakan upacara adat Mappogau Sihanua yang dilaksanakan oleh
pemimpin adat, dengan menggelar berbagai atraksi.
Lain lagi dengan atraksi Maddui yang digelar jika ada tiang/ kayu
dari rumah adat yang rusak dan harus diganti olch kayu yang baru
denganjenis sama yang harus dicari dan ditarik dari dalam hutan
selama satu hari menuju kerumah adat. Kegiatan ini dipimpin oleh
pemimpin adat dan dilakukan dengan prosesi adat, serta
melibatkan masyarakat di kawasan rumah adat. Selain atraksi ini,
jehisseni dan budaya tradisional di Kabupaten Sinjai yaitu tarian
tradisional Pasere Pitupitu, tari Massellung Tana, Tari Maddongi,
dan tari Marumatang.
Jika anda memasuki satu desa atau kampung di Maluku, salah satu
hal yang segera nampak menonjol adalah satu bangunan yang
berbeda dengan kebanyakan rumah penduduknya. Bangunan ini
biasanya berukuran lebih besar, dibangun dengan bahan-bahan
yang lebih baik, dan dihias dengan lebih banyak ornamen. Karena
itu, bangunan tersebut biasanya sekaligus juga merupakan marka
utama (landmark) kampung atau desa yang bersangkutan, selain
mesjid atau gereja.
Honai terdiri dari 2 lantai yaitu lantai pertama sebagai tempat tidur
dan lantai kedua untuk tempat bersantai, makan, dan mengerjakan
kerajinan tangan. Karena dibangun 2 lantai, Honai memiliki tinggi
kurang lebih 2,5 meter. Pada bagian tengah rumah disiapkan
tempat untuk membuat api unggun untuk menghangatkan diri.
Rumah Honai terbagi dalam tiga tipe, yaitu untuk kaum laki-laki
(disebut Honai), wanita (disebut Ebei), dan kandang babi
(disebut Wamai).
41. Rumah Adat Nias (Kepulauan Nias, Sumatra
Utara)
Rumah adat Nias (bahasa Nias: Omo Hada) adalah suatu bentuk
rumah panggung tradisional orang Nias, yaitu untuk masyarakat
pada umumnya. Selain itu terdapat pula rumah adat Nias jenis lain,
yaitu Omo Sebua, yang merupakan rumah tempat kediaman para
kepala negeri (Tuhenori), kepala desa (Salawa), atau kaum
bangsawan.
Allah pokok keselamatan kami, karena kebangkitan Kristus kami lahir kembali dalam
pembabtisan dan menjalani hidup baru. Arahkanlah hati kami kepada Kristus yang
kini duduk di sebelah kanan-Mu. Semoga Roh-Mu menjaga kami sampai
Penyelamat kami datang dalam kemuliaan, sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami,
kini dan sepanjang masa. Amin
Doa Tobat:
Amin
(Renungan Luk: 1:35: Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun
atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak
yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.)
Ujud khusus:
Dengan tekun, mintalah bantuan dari Roh Ilahi serta perantaraan Bunda maria untuk
mengikuti kebajikan-kebajikan Yesus Kristus, contohlah segala kebajikan-Nya,
sehingga kita dapat menjadi serupa dengan citra Putra Allah.
Ujud khusus:
Misteri Ketiga:"Oleh Roh Kudus, Yesus dibimbing menuju padang gurun untuk
dicobai."
(Renungan Luk. 4:1-2: Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai
Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun. Di situ Ia tinggal empat puluh
hari lamanya dan dicobai Iblis Selama di situ Ia tidak makan apa-apa dan sesudah
waktu itu Ia lapar.)
Ujud khusus:
Bersyukurlah selalu atas ketujuh karunia Roh Kudus yang dicurahkan pada kita saat
menerima Sakramen Penguatan: Roh kebijaksanaan, pengertian, nasihat,
keperkasaan, pengenalan akan Allah, kesalehan, dan rasa takut akan Allah.
Serahkan diri kita dengan setia kepada bimbingan Ilahi-Nya, sehingga di atas segala
godaan dan pencobaan
hidup kita berlaku secara perkasa sebagai seorang Kristen sejati dan prajurit Kristus
yang berani.
Ujud khusus:
(Renungan 1Kor6:19: Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh
Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan
bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?)
Ujud khusus:
Sadarilah keberadaan Roh Kudus dalam diri kita, peliharalah dengan seksama
kemurnian tubuh dan jiwa, ikutilah dengan setia bimbingan Ilahi-Nya, sehingga kita
dapat menghasilkan buah-buah Roh: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan hati, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan, iman, kerendahan hati,
penguasaan diri,
dan kemurnian.