PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pulau Sumatera termasuk dalam jajaran lima pulau besar di Indonesia.
Dengan predikat ini, maka wilayah Sumatera memiliki banyak kekayaan budaya
yang apabila dikaitkan dengan ilmu arsitektur akan menyangkut mengenai rumah
adat. Di wilayah Sumatera sendiri terbagi atas 10 provinsi dimana setiap provinsi
memiliki keunikan dari segi arsitektur tradisional yang dituangkan secara visual
pada rumah adat masing-masing provinsi.
Rumoh Aceh (Nagroe Aceh Darusallam) bukan sekadar tempat hunian,
tetapi merupakan ekspresi keyakinan terhadap Tuhan dan adaptasi terhadap alam.
Oleh karena itu, melalui Rumoh Aceh. Adaptasi masyarakat Aceh terhadap
lingkungannya dapat dilihat dari bentuk Rumoh Aceh yang berbentuk panggung,
tiang penyangganya yang terbuat dari kayu pilihan, dindingnya dari papan, dan
atapnya dari rumbia. Pemanfaatan alam juga dapat dilihat ketika mereka hendak
menggabungkan bagian-bagian rumah, mereka tidak menggunakan paku tetapi
menggunakan pasak atau tali pengikat dari rotan.
Rumah Adat Batak Toba (Sumatera Utara) disebut Rumah Bolon, yang
memiliki bangunan empat persegi panjang yang kadang-kadang ditempati oleh 5
sampai 6 keluarga. Memasuki Rumah Bolon ini harus menaiki tangga yang
terletak di tengah-tengah rumah, dengan jumlah anak tangga yang ganjil. Bila
orang hendak masuk rumah tersebut, harus menundukkan kepala agar tidak
terbentur pada balok yang melintang. Rumah Adat Batak Toba Sumatera Utara,
Hal ini diartikan tamu harus menghormati si pemilik rumah.
Rumah Rejang (Bengkulu) asli disebut dengan istilah Umeak
Potong Jang.Umeak berarti rumah, Potong berarti buatan, dan Jang maksudnya
Rejang. Jadi, Umeak Potong Jang dapat dikatakan sebagai rumah buatan
rejang. Rumah ini juga biasa disebut Umeak-An, dimana An b e r a r t i
k u n o / l a m a . J a d i Umeak-an sama artinya dengan rumah lama. Keberadaan
Arsitektur Tradisional Sumatera 1
rumah asli rejang ini boleh dikatakan sudah musnah. Menurut orang tua yang
masih ingat detail rumah asli ini, rumah yang masih ada sekarang sudah
dipengaruhi oleh potongan Meranjat (suku bangsa ya n g
ada di Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatra Selatan).
Perbedaan rumah asli dan yang dipengaruhi Meranjat terletak pada bubungan.
Rumah Panggung Kajang Leko (Jambi) yang bisa disebut dengan Rumah
Kajang Leko merupakan sebuah rumah yang desain nya baru ditetapkan sebagai
Rumah Adat Jambi setelah melakukan pencarian yang panjang. Ketika tahun
70’an, pemerintah Indonesia yang berencana membangun Taman Mini Indonesia
Indah (TMII) memberikan kewajiban setiap provinsi yang ada di Indonesia untuk
memberikan desain dari ikon budayanya. Pada saat itu Gubernur Jambi mencari
satu dari sekian banyak rumah adat yang ada untuk digunakan sebagai icon Jambi.
Kemudian ditemukan lah rumah dengan desain tertua di Jambi yakni Rumah
Kajang Leko.
Selaso Jatuh Kembar (Riau) merupakan rumah panggung dengan
bangunan yang sangat besar dan berlantai lebih dari satu. Penamaan selaso jatuh
kembar diberikan karena jumlah selasar (selaso) pada rumah ini yang lebih dari
satu (salaso). Sedangkan kata jatuh disematkan karena posisi selaso dibagian
depan memiliki posisi yang lebih rendah (turun) daripada selaso dalam ruang
utama sehingga selaso depan disebut selaso jatuh.
Provinsi Sumatera Barat dihuni oleh masyarakat suku Minangkabau selaku
suku asli dan sekaligus suku mayoritasnya. Suku Minangkabau sendiri atau biasa
disebut Orang Minang, merupakan sub suku Melayu yang memiliki budaya dan
karakteristik yang unik. Orang Minang juga punya sebuah ikon budaya yang
sangat dikenal di seluruh dunia. Ikon budaya tersebut adalah rumah Gadang, yang
kini telah secara resmi dan ditetapkan menjadi rumah adat dari Provinsi Sumatera
Barat. Rumah dengan model ini banyak dijumpai di sumatra barat, Namun tidak
semua kawasan di Minangkabau yang boleh didirikan rumah adat ini, hanya pada
kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagari saja Rumah Gadang ini boleh
didirikan. Begitu juga pada kawasan yang disebut dengan rantau, rumah adat ini
juga dahulunya tidak ada yang didirikan oleh para perantau Minangkabau.
Arsitektur Tradisional Sumatera 2
Rumah limas merupakan rumah adat yang berasal dari provinsi Sumatera
Selatam. Atap dan tiang rumah limas memiliki makna tertentu. Sedangkan bentuk
rumah limas yang menyerupai rumah panggung menggambarkan kondisi alam
yakni sebagian besar berada di kawasan perairan.
Rumah adat Nuwo Sesat (Lampung) rumah tradisional ini termaksud
kategori rumah panggung. Atapnya terbuat dari anyaman ilalang dan sebagian
besar bahnnya terbuat dari kayu. Bentuk rumah panggun ini untuk menghindari
serangan hewan dan lebih kokoh bila terjadi gempa bumi, karena masyarakat
lampung telah mengenal gempa dari zaman dahulu dan lampung terletak di
pertemuan lempeng Asia dan Australia. Fungsi rumah adat Nuwo Sesat pada
dasarnya merupakan balai pertemuan adat tempat para Perwatin pada saat
mengadakan Pepung atau musyawarah adat,
Rumah Adat Panggung Limas (Bangka Belitung).. Struktur bangunan
rumah adat Bangka Belitung berbentuk rumah panggung dengan atap rumah
berbentuk limas. Masyarakat Bangka Belitung biasa menyebutnya dengan Rumah
Panggung Limas. Konon, arsitektur rumah ini sudah ada sejak abad ke 15 silam
dan pada perjalanannya mendapat banyak pengaruh dari kebudayaan Arab, Eropa
bahkan Cina. Uniknya, meski digempur banyak kebudayaan dari berbagai sisi,
karakter rumah adat Bangka Belitung justru muncul menjadi karakter bangunan
baru yang menarik untuk disimak. Komponen penyusun dari bangunan ini
yang dominasi terbuat dari kayu yang melambangkan kehidupan yang
penuh dengan kesederhanaan. Arsitektur Rumah adat Bangka Belitung dikenal
memiliki tiga 3 jenis yaitu Arsitektur Melayu Awal, Arsitektur Melayu Bubung
Panjang dan Arsitektur Melayu Bubung Limas.
Rumah Belah Bubung (Kepulauan Riau) juga dikenal dengan sebutan
rumah Rabung atau rumah Bumbung Melayu. Nama rumah Belah Bubung
diberikan oleh orang Melayu karena bentuk atapnya terbelah. Disebut rumah
Rabung karena atapnya mengunakan perabung. Sedangkan nama rumah Bubung
Melayu diberikan oleh orang-orang asing, khususnya Cina dan Belanda, karena
bentuknya berbeda dengan rumah asal mereka, yaitu berupa rumah Kelenting dan
Limas. Nama rumah ini juga terkadang diberikan berdasarkan bentuk dan variasi
Arsitektur Tradisional Sumatera 3
atapnya, misalnya: disebut rumah Lipat Pandan karena atapnya curam; rumah
Lipat Kajang karena atapnya agak mendatar; rumah Atap Layar atau Ampar Labu
karena bagian bawah atapnya ditambah dengan atap lain; rumah Perabung
Panjang karena Perabung atapnya sejajar dengan jalan raya; dan rumah Perabung
Melintang karena Perabungnya tidak sejajar dengan jalan.
2. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diuraikan tujuan penulisan
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui jenis rumah adat dari provinsi Nangroe Aceh
Darussalam termasuk bentuk, peruangan, struktur, konstruksi, ornamen
dan ciri khas.
2. Untuk mengetahui jenis rumah adat dari provinsi Sumatera Utara termasuk
bentuk, peruangan, struktur, konstruksi, ornamen dan ciri khas.
3. Untuk mengetahui jenis rumah adat dari provinsi Bengkulu termasuk
bentuk, peruangan, struktur, konstruksi, ornamen dan ciri khas.
4. Untuk mengetahui jenis rumah adat dari provinsi Jambi termasuk bentuk,
peruangan, struktur, konstruksi, ornamen dan ciri khas.
5. Untuk mengetahui jenis rumah adat dari provinsi Riau termasuk bentuk,
peruangan, struktur, konstruksi, ornamen dan ciri khas.
6. Untuk mengetahui jenis rumah adat dari provinsi Sumatera Barat termasuk
bentuk, peruangan, struktur, konstruksi, ornamen dan ciri khas.
7. Untuk mengetahui jenis rumah adat dari provinsi Sumatera Selatan
termasuk bentuk, peruangan, struktur, konstruksi, ornamen dan ciri khas.
8. Untuk mengetahui jenis rumah adat dari provinsi Lampung termasuk
bentuk, peruangan, struktur, konstruksi, ornamen dan ciri khas.
9. Untuk mengetahui jenis rumah adat dari provinsi Bangka Belitung
termasuk bentuk, peruangan, struktur, konstruksi, ornamen dan ciri khas.
10. Untuk mengetahui jenis rumah adat dari provinsi Kepulauan Riau
termasuk bentuk, peruangan, struktur, konstruksi, ornamen dan ciri khas.
11. Untuk mengetahui tipologi dari arsitektur tradisional di pulau Sumatera.
Arsitektur Tradisional Sumatera 4
1. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Agar pembaca dapat mengetahui salah satu jenis rumah adat Sumatera
yang terkenal termasuk bentuk, peruangan, struktur, konstruksi, ornamen
dan ciri khas
2. agar pembaca dapat mengetahui tipologi dalam hal ini persamaan dan
perbedaan dari arsitektur tradisional masing-masing provinsi di Pulau
Sumatera.
3. Agar penulis mampu memberikan pemahaman mengenai arsitekttur
tradisional Pulau Sumatera , serta menambah pengetahuan untuk dijadikan
acuan dalam membuat suatu rancangan dikemudian hari.
2.1.4 Ornamen
Rumah adat identik dengan motif – motif ukiran yang khas yang tersebar
di seluruh bagian rumah. Begitu pula dengan rumohaceh. Bentuk ukirannya
berupa pola simetris, belah ketupat, garis silang dan kaligrafi pada bagian
tulak angen. Umumnya ukirannya berupa ayat suci Al Quran, Flora berupa
semua bagian bunga dan lainnya, fauna, dan alam.
1. 4 Ornamen
Di sebelah kiri dan kanan tiang rumah
ada ukiran yang menggambarkan payudara
sebagai lambang kesuburan (odap-odap). Ada
juga ukiran cicak sebagai lambang penjaga dan
pelindung rumah (boraspati).
Ukiran khas Batak yang disebut gorga
adalah ornamen yang mengandung unsur
mistis penolak bala. Ukiran gorga ditempatkan
di dinding rumah bagian luar. untuk Gorga
yang dilukis dengan gambar kerbau, memiliki makna sebagai ucapan terima kasih
atas bantuan kerbau yang telah membantu kaum manusia dalam pekerjaan ladang
pertanian.
2.3.1
Bentuk dan Filosofi
Jika orang rejang ingin membuat rumah untuk tempat tinggal, terlebih dahulu
mereka memilih jeniskayunya. Misalnya kayu meranti, kayu semalo, kayu medang. Cara
untuk mengambil kayu tersebut pun ada aturan adatnya, yaitu jika tumbangnya
mengarah kekepala air atau mengarah mata air, atau menusuk keleko’ itu tidak boleh
diambil. Itu tandanya celaka dalam arti orang rejang. Rumah yang sudah kita bangun
dan setelah kita huni kita akan jatuh sakit ataupun meninggal dunia. Meninggal dalam
artian bukan karena rumah tersebut, tapi karena celaka atau musibah, banyak masalah
yang datang. Kemungkinan hidup kita akan susah setelah itu karena kayu tadi membawa
bencana. Bagusnya dalam membangun rumah adalah jika kayu yang kita ambil
tumbangnya mengarah kedesa atau kampung. Maka hal tersebut sebagai tanda-tanda
yang bagus untuk membangun rumah.
Bentuk bagian-bagian
1. Ornamen
1. Cebung Lenggong
3. Lekau Betatau
4. Mata Punai
9. Kembang delapan
2. Bentuk bubungan rumah ini memanjang. Kedua ujung bubungan sebelah atas
melengkung sedikit keatas, sehingga tampak berbentuk perahu. Bentuk
bubungan yang demikian ini dinamakan dengan istilah lipat kajang dan
penduduk setempatnya menyebutnya dengan istilah jerambah .Mengapa
seperti perahu?Karena salah satu mata pecaharian dari Orang Batin adalah
nelayan dan letak rumah dipinggir laut,sehingga terinspirasi bentuk perahu
dalam pembuatan atap rumahnya.
3. Ujung bubungan sampai ke kasau bentuk dipasang sekeping papan yang
memanjang dan menjulur keats melebihi tiang bubungan, ujung papan depan
dan belakang bersilanhan dan diberi ukiran. Dari jauh terlihat seperti tanduk
kambing. Terdapat kasau bentuk dengan panjang kurang lebih 60 cm.
berfungsi melindungi rumah dari air hujan, serta memperindah bangunan.
6. Sendi
2. Motif fauna
Penggunaan motif fauna pada bangunan rumah ini tidak terlalu menonjol.
Hanya ada satu jenis motif yang
sering digunalan yaitu motif ikan
bersisik besar. Itupun sudah
distilir kedalam bentuk dedaunan
yang dilengkapi dengan bentuk
sisik ikan. Makna dari
penggunaan motif ikan tersebut
untuk menggambarkan bahwa penduduk setempat bermata pencaharian sebagai
nelayan atau penangkap ikan di sungai.
Walau bukan tempat hunian dan berupa balai, rumah selaso jatuh kembar
memiliki beberapa bagian ruangan. 3 bagian utamanya yakni, selasar
Arsitektur Tradisional Sumatera 37
(selaso),ruang utama dan dapur. Akan
tetapi, saat ini banyak yang ruang
utamanya dibagi menjadi beberapa
ruangan, diantaranya ruang dengan
ukuran besar sebagai ruang pertemuan,
ruang penyimpanan benda adat maupun
perlengkapan tari dan alat musik, dan
ruang tidur sebagai tempat peristirahatan
sementara. Bagian terakhir yaitu dapur
atau telo yang berada di bagian
belakang rumah.
2.5.4 Ornamen
2. Pucuk Rebung
7. Awan Larat
Selain menjadi ikon budaya masyarakat suku Minang, rumah Gadang pada
masa silam juga berfungsi sebagai tempat tinggal bersama bagi suatu keluarga
Minang. Untuk memenuhi fungsi tersebut, rumah adat Sumatera Barat ini didesain
2.6.4 Ornamen
Tiap-tiap ornamen mempunyai makna dan maksud tersendiri. Hal itu juga
berhubungan dengan tempat diletakkannya ornamen tersebut. Berikut adalah arti
dari beberapa buah ornamen :
1. Kaluak paku (gulungan pucuk pakis muda). Ukiran ini melambangkan
tanggung jawab seorang mamak terhadap kemenakan di rumah orang tua, juga
sebagai ayah di rumah istri.
8. Cacak kuku memberi pesan untuk berbuat baik kepada siapa saja sesama
manusia. Bila berniat jahat kepada orang lain suatu saat akan mendapat
balasan.
2. Kolom (soko)
Tiang kolom/soko pada rumah limas
dibagi menjadi 2 yaitu soko guru (tiang utama)
dan soko damas (tiang pendukung)
3. Soko Guru
“Soko Guru” Tiang utama yang terbuat dari kayu unglen yang berukiran
yenta prada emas. Pada tiang utama sejauh mungkin menghindari adanya
1. Ornamen
Agar terlihat estetikanya, rumah adat limas juga menampilkan ukiran-
ukiran kayu dengan motif bunga sebagai perlambang dari kehidupan. Terdapat
2.8.4 Ornamen
1. Pill-Pusanggiri yang pengertiannya setiap kita-kita perlu memiliki rasa
malu andai hendak melakukan perbuatan yang hina pendapat dari agama
dan bias melukai harga diri.
2. Juluk-Adek yang pengertiannya setiap orang yang sudah memperoleh
gelar norma sebaiknya bersikap dan berkeperibadian yang sesuai.
3. Nemui-Nyimah yang pengertiannya melindungi tali silaturahmi yang
dengannya saling mengunjungi sanak keluarga dan bersikap ramah tamah
terhadap tamu.
4. Nengah-Nyampur mempunyai makna melindungi hubungan dalam
kehidup-an bermasyarakat.
5. Sakai-Sambaian adalah sikap saling tolong menolong dan bergotong
royong.
6. Sang Bumi Ruwa Jurai adalah sebuah keluarga yang berasal dari dua garis
keturunan yakni masyarakat beradat pepadun dan beradat sebatin.
Walaupun terdapat 2 garis keturunan namun tetap bersatu.
Material rumah banyak didominasi oleh bahan kayu dengan atap dari seng.
Tangga depan berada persis ditengah rumah seolah membelah rumah menjadi 2
bagian. Ruang depan sebagai ruang penerimaan tamu dan disisi kiri terdapat
kamar penghuni, bagian tengah merupakan ruang besar yang berfungsi sebagai
ruang keluarga dan difungsikan sebagai ruang makan. Dan bagian belakang selain
sebagai dapur juga menjadi ruang santai.
Bagian-bagian Rumah Belah Bubung
Pada rumah belah bubung terdiri atas 3 (tiga) bagian, yakni selasar,
rumah induk dan penanggah.
1. Selasar
11. Gulung-gulung
Arsitektur Tradisional Sumatera 65
Gulung-gulung berbentuk persegi, dipasang sejajar dengan tulang bubung,
dan terletak di atas kasau jantan.
12. Tulang bubung
Tulang Bubung berbentuk persegi. Berfungsi sebagai tempat pertemuan
ujung kasau dan ujung atau sebelah atas. Di atas tulang bubung dipasang peraung,
yakmi atap yang menutup pertemuan puncank atap.
13. Jendela
Jendela biasa disebut “tingkap” atau “pelinguk”. Bentuknya sama denagn
pintu tapi ukurannya lebih kecil. Daun jendela satu lembar dan 2 lembar. Sebagai
pengaman, jendela di pasang jejarak panjang yang disebut kisi-kisi yang terbuat
dari kayu yang berbentuk segi empat, biasanya diberi panel yang tingginya 30-
40cm.
14. Lubang angin
Lobang angin atau yang biasa disebut dengan ventilasi yang di buat
khusus dibagian luar rumah, Biasanya berbentuk segi delapan, segi empat atau
bulat. Di rumah sederhana biasanya dibuat berbentuk segi empat.
15. Loteng
Loteng disebut langsa. Loteng yang terletak di atas bagian belakang rumah
(telo atau dapur ) disebut paran atau para, namun tidak banyak rumah yang
memakai loteng. Terbuat dari papan yang disusun rapat sama seperti lanati ruma
induk, hanya lantai loteng ukurannya lebih kecil dan tipis.
16. Singap (badai)
Singap disebut teban layer atau bidai. Bagian ini biasa dibuat bertingkat
dan diberi hiasan yang sekaligus berfungsi sebagai ventilasi. Pada bagian yang
menjorok keluar diberi lantai yang disebut tubing layer atau lantai alanga buang
atau disebut juga undan-undan.
17. Atap
Bahan utama adalah daun pinah dan daun rumbai dan di belakangan ini
sering dipergunakan seng. Untuk meletakkan dipergunakan tali rotan, sedangkan
untuk meletakkan perabung dipergunakan pasak yang terbuat dari nibung.
18. Dinding
Arsitektur Tradisional Sumatera 66
Dalam aspek adat di dalam bangunan modern, disebut Purus. Jadi dalam
merapatkan dinding yang satu dengan yang lainnya, bagian yang menonjol itu
dimasukan kebagian yang cekung sehiungga papan-papan itu benar-benar rapat
tidak tembus air atau tembus cahaya. Dinding lidah pian biasanya dipasang bagi
rumah orang-orang yang mampu, karena untuk membuat Pian memerlukan tukang
yang ahli dan kayu keras yang tidak berserabut.
19. Pintu
Dalam aspek adat Pintu disebut juga Ambang atau Lawang. Pintu yang
berada diruangan tengah, kalau rumah itu berbilik, pintu yang menghubungkan
bilik disebut juga pintu Malim atau pintu Curi. Pintu ini khusus keluarga
perempuan, keluarga terdekat, atau untuk anak gadis, yang dibuat terutama untuk
manjaga agar penghuni rumah jika ada keperluan dari satu bilik ke bilik lainnya
tidak melewati ruangan tengah, apalagi bila ruangan itu sedang ada tamu. Sebab
menjadi adat pula bahwa “lalu lalang” di depan tamu merupakan perbuatan yang
tercela, tidak tahu sopan dan tidak beradab.
Dalam aspek kepercayaan/religi, pintu Malim mengandung makna bahwa
pemiliknya adalah orang alim, yakni orang yang tahu adat dan agama, sehingga
tidak melanggar sopan santun. Sedangkan pintu Curi bermakna bahwa keluarga
masuk pintu itu seperti pencuri yang berjalan hati-hati dan tidak berisik seperti
pencuri.
20. Lantai
Dalam aspek adat lantai terbuat dari kayu Meranti, Medang, atau Punak.
Untuk bagian rumah induk lantainya dapat dibuat dari nibung yang dibelah-belah.
Susunan lantai sejajar dengan rasuk, dan melintang di atas gelegar, dimana
ujungnya dibatasi oleh bandul. Ketinggian lantai tergantung pada ketinggian tiang
rumah. Umumnya selisih ketinggian itu antara 20-60cm.
Dalam aspek kebudayaan di rumah induk lantainya harus selalu disusun
rapat, bahkan diberi berlindah “Pian”, sedangkan diruangan dapur lantainya
disusun jarang atau agak jarang. Lantai yang terbuat dari belahan nibung biasanya
ditemmpatkan di ruang belakang, atau di tempat yang selalu kena air, seperti
2.10.4 Ornamen
Corak atau ornamen yang digunakan pada rumah adat ini bersumber dari
alam, yakni flora dan fauna. Di antara corak-corak tersebut, yang terbanyak
dipakai adalah yang bersumber pada tumbuh-tumbuhan (flora). Hal ini terjadi
karena orang Melayu umumnya beragama Islam sehingga corak hewan (fauna)
dikhawatirkan menjurus kepada hal-hal yang berbau “keberhalaan”. Corak hewan
yang dipilih umumnya yang mengandung sifat tertentu atau yang berkaitan
dengan mitos atau kepercayaan tempatan.
Secara umum corak-corak tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Flora
Hiasan yang menstilasi tumbuh-tumbuhan banyak digunakan. secara
umum, penggunaan stilisasi tumbuh-tumbuhan dapat dikelompokan ke dalam tiga
kelompok, yaitu : kelompok kaluk pakis, kelompok bunga-bungaan dan kelompok
pucuk rebung.
Kelompok keluk pakis memiliki dua motif utama, yaitu motif daun-daunan
dan motif akar-akaran. Hiasan berbentuk daun meliputi motif daun susun, daun
tunggal dan daun bersangit. Sedangkan hiasan berbentuk akar-akaran meliputi
motif akar pakis, akar rotan, dan akar tunjang.
Itik Bekawan
Lebah Bergantung/bergayut
6. Alam
Motif alam yang sering digunakan adalah motif bintang-bintang dan awan
larat. Warna yang digunakan untuk mewarnai ukiran bintang-bintang pada
umumnya adalah warna putih, kunin dan keemasan. Sedangkan warna yang
1. CIRI KHAS
1. JAMBI
2. Berstruktur rumah panggung tapu memiliki 2 buah tangga
1. PROVINSI LAMPUNG
Hiasan payung-payung besar di atapnya (rurung agung), yang
berwarna putih, kuning, dan merah, yang melambangkan tingkat
kepenyimbangan bagi masyarakat tradisional Lampung Pepadun.
Arsitektur Tradisional Sumatera 76
2. PROVINSI BANGKA BELITUNG
2. Berbentuk rumah panggung dengan desain atap berbentuk pelana
kuda.
3. Memiliki dinding dan penampilan yang lusuh karena aturan adat
tidak memperkenankan pemilik rumah memberikan cat atau warna
pada rumahnya.
4. Lantai yang ditutupi tikar memang menjadi ciri khas rumah-
rumah panggung yang ada di Belitung.
5. Memiliki berbentuk rumah panggung dengan desain atapnya yang
berbentuk pelana kuda
Malahayati.ac.id, Melalui
( http://malahayati.ac.id/?p=18525) diakses pada 18 September 2017
.
Adat-tradisional.blogspot.com 2016, melalui
(http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/10/rumah-adat-kepulauan-riau.html)
diakses pada 17 September 2017
Rumah-adat.com, Melalui
(http://www.rumah-adat.com) diakses pada 18 September 2017
Wikipedia.org, melalui
(http://id.wikipedia.org/wiki/rumah_Gadang) diakses pada 16 Sepetember 2017
Academia.edu, Melalui
(http://www.academia.edu) diakses pada 16 September 2017
Radentirta18.blogspot.co.id,Melalui
(http://radentirta18.blogspot.co.id/2016/11/analisa-rumah-adat-sumatera-
utara.html?m=1) diakses pada 17 September 2017
slideshare.net, Melalui
(http://slideshare.net/wawashahab/keunikan-rumah-limas-yang-terlupakan)
diakses pada 15 September 2017
eprints.uny.ac.id, Melalui
(http://epritns.uny.ac.id) diakses pada 14 September 2017