Anda di halaman 1dari 13

35 RUMAH ADAT INDONESIA, NAMA, GAMBAR, DAN

PENJELASANNYA

1. Rumah Adat Aceh


Rumah adat Aceh bernama rumah Krong Bade. Terkadang
rumah ini juga disebut dengan nama Rumoh Aceh. Krong
Bade adalah sebuah rumah panggung dengan tangga yang
terletak dibadian depan. Material penyusunnya hampir 100%
berasal dari kayu. Adapun dalam proses pengerjaannya,
rumah ini tidak dilakukan secara sembarangan.
Beragam ritual, mulai dari pemilihan hari baik, upacara kenduri, dan pemilihan material
dilakukan untuk mendapatkan rumah yang nyaman untuk ditinggali. Bagi masyarakat Aceh,
selain berfungsi sebagai alat pemenuhan kebutuhan papan, rumah Krong Bade juga memiliki
fungsi sebagai identitas budaya. Kendati begitu, saat ini kita akan semakin jarang menemukan
rumah adat ini saat berkunjung ke Aceh. Selain karena biaya pembuatannya yang lebih mahal
dibandingkan rumah modern, biaya perawatan rumah ini pun terbilang cukup besar.

2. Rumah Adat Sumatera Utara


Rumah adat Sumatera Utara bernama Rumah Bolon.
Rumah adat khas suku Batak ini dulunya adalah tempat
tinggal 13 raja yang berkuasa di Sumatera Utara. Adapun
bila dirunut dari gaya arsitekturnya, rumah bolon terdiri
atas beragam jenis. Ada rumah Bolon Simalungun, rumah
Bolon Toba, rumah Bolon Karo, rumah Bolon Pakpak,
rumah Bolon Mandailing, dan rumah Bolon Angkola.
Jenis-jenis arsitektur rumah Bolon tersebut sangat dipengaruhi oleh kearifan dan kondisi alam
Sumatera Utara yang begitu luas. Bentuk Rumah Bolon sendiri sama seperti rumah adat
Sumatera lainnya, yaitu berwujud rumah panggung dengan tangga di bagian depannya. Yang
unik, jika dilihat dari atas rumah bolon akan membentuk segi empat. Bentuk inilah yang
menjadi ciri khas dari setiap jenis rumah Bolon.

3. Rumah Adat Riau


Rumah adat Riau bernama Rumah Adat Selaso Jatuh
Kembar atau Balai Selaso Jatuh. Sesuai namanya, rumah
adat ini bukanlah diperuntukan sebagai tempat tinggal bagi
masyarakat Melayu Riau. Ia lebih digunakan sebagai balai
pertemuan bagi setiap tetua adat untuk melakukan
musyawarah atau rapat-rapat adat. Kendati bukan
berfungsi rumah tinggal, rumah adat Selaso Jatuh Kembar
tetaplah terbagi atas beberapa sekat ruangan. Ada ruangan
tempat bersila (digunakan untuk pertemuan) yang berukuran lebih luas, ada dapur, dan ada
kamar tidur.
4. Rumah Adat Sumatera Barat
Rumah adat Sumatera Barat bernama Rumah Gadang.
Tidak banyak yang tahu bahwa rumah Gadang sebetulnya
memiliki beberapa julukan dan sebutan lain, seperti Rumah
Rumah Bagonjong, Rumah Baanjuang, dan Rumah Gadang.
Kita tentu sudah tidak asing lagi dengan arsitektur dan
bentuk rumah yang satu ini. Di setiap penjuru kota, kita
dapat melihat gambar Rumah Gadang di setiap rumah
makan khas Padang. Yang unik, rumah adat tradisional
Minangkabau ini terletak di bagian atapnya yang menjulang seperti tanduk kerbau. Selain itu,
motif geometris yang menghiasi dinding rumah adat ini juga tak kalah artistik.

5. Rumah Adat Kepulauan Riau


Rumah adat Kepulauan Riau bernama Rumah Belah
Bubung. Dinamai demikian karena rumah ini memiliki atap
atau bubungan yang terbelah menjadi 2 sama besar. Seperti
kebanyakan rumah adat Melayu lainnya, rumah Belah
Bubung juga memiliki wujud rumah panggung dengan
tangga tepat berada di bagian depannya. Adapun bila
dirunut lebih mendalam, rumah Belah Bubung sejatinya memiliki beberapa jenis lain
berdasarkan bentuk dari atapnya. Ada rumah atap layar (disebut juga ampar labu, atap bagian
bawah ditambah dengan atap lain), rumah lipat pandan (atapnya curam), rumah lipat kajang
(atapnya agak datar), rumah perabung panjang (perabung atapnya sejajar jalan raya), dan
rumah perabung melintang (perabung atapnya tidak sejajar jalan raya).

6. Rumah Adat Kepulauan Bangka Belitung


Rumah adat Kepulauan Bangka Belitung bernama Rumah
Panggung. Sesuai namanya, rumah ini merupakan rumah
panggung dengan tiang-tiang yang menyangga berdirinya
rumah di atas permukaan tanah setinggi hampir 2 meter.
Yang unik, rumah adat satu ini terletak pada adanya sebuah
beranda rumah yang cukup luas di bagian depannya.
Beranda tersebut digunakan sebagai tempat menyambut
tamu atau tempat bersantai saat sore hari. Selain itu, rumah Panggung khas Bangka Belitung
juga dilengkapi dengan banyak sekali jendela yang mengatur sirkulasi udara yang masuk ke
dalam rumah.

7. Rumah Adat Jambi


Rumah adat Jambi bernama Kajang Leko. Rumah ini
berwujud panggung dengan pembagian ruangan yang telah
diatur menurut adat. Ya, rumah Kajang Leko akan selalu
ditemukan dalam 8 ruangan, yaitu jogan (tempat istirahat
dan menyimpan air), serambi (tempat menerima tamu),
serambi dalam (tempat tidur tamu laki-laki), amben
melintang (kamar pengantin), serambi belakang (tempat tidur anak perempuan), laren (tempat
menerima tamu perempuan), garang (tempat menyimpan persediaan makanan), dan dapur.
Secara sekilas, arsitektur dari rumah Kajang Leko dapat Anda perhatikan seperti pada gambar
di samping.
8. Rumah Adat Sumatera Selatan
Rumah adat Sumatera Selatan bernama Rumah Limas.
Dinamai demikian karena bentuk atap rumah ini memang
tampak seperti sebuah limas. Dari segi arsitekturnya, rumah
adat satu ini memiliki beberapa keunikan, salah satunya ia
memiliki lantai yang bertingkat-tingkat. Adapun
kebanyakan rumah limas memiliki luas lantai antara 400 sd
1.000 m2. Hampir semua bagian rumah ini dibuat dari
bahan dasar kayu. Khusus untuk tiang biasanya hanya
digunakan kayu ulin yang tahan air. Sementara dinding luar, lantai, dan pintu rumah
digunakan kayu trembesu. Selain terdapat di Sumatera Utara, rumah Limas juga dapat
ditemukan di beberapa daerah lain di Indonesia, termasuk bahkan terdapat di daerah Johor
Malaysia. Di Johor sendiri, rumah dengan bentuk seperti ini dinamai rumah Baju Kurung.
Selengkapnya tentang desain dan karakteristik rumah adat Limas bisa Anda baca di link ini.
Rumah Adat Bengkulu

9. Rumah Adat Bengkulu


Rumah adat Bengkulu bernama Rumah Bubungan Lima.
Rumah ini berbentuk panggung dengan dilengkapi banyak
tiang penopang di bagian bawah lantainya. Material yang
digunakan dalam proses pembuatan rumah ini hampir 100%
berasal dari bahan kayu. Kayu yang digunakan dalam hal ini
bukanlah sembarang kayu. Kayu yang dipilih hanyalah
kayu-kayu yang kuat, tahan lama, dan tidak mudah lapuk,
misalnya seperti kayu Medang Kemuning. Rumah
Bubungan Lima sendiri terbagi atas 3 bagian utama, yaitu rumah bagian atas, rumah bagian
tengah, dan rumah bagian bawah.

10. Rumah Adat Lampung


Rumah adat Lampung bernama Nuwou Sesat. Nama Nuwou
Sesat sendiri berasal dari kata Nuwou yang berarti dan Sesat
yang berarti . Sesuai namanya, rumah Nuwou Sesat
bukanlah rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal.
Rumah ini lebih digunakan sebagai tempat perkumpulan
pengurus-pengurus adat dan warga (Purwatin). Kendati
bukan merupakan rumah tinggal, Nuwou Sesat tetap terbagi
atas beberapa ruangan dengan fungsi tertentu, di antaranya
Pusiban (ruang tempat musyawarah), Gajah Merem (tempat Penyimbang beristirahat),
Tetabuhan (tempat penyimpanan alat musik tradisional dan pakaian adat Lampung), dan
Kebik tengah (tempat tidur untuk anak penyimbang).

11. Rumah Adat Banten


Rumah Adat Provinsi Banten bernama Rumah Adat Suku
Baduy. Dinama demikian karena rumah adat ini memang
merupakan rumah atau tempat tinggal dari Suku Baduy
yang menjadi suku asli tanah Banten. Rumah adat Suku
Baduy Rumah adalah rumah model panggung yang tiangnya
tidak terbuat dari kayu, melainkan hanya dibuat dari
susunan batu-batu berukuran sedang. Meski merupakan
rumah panggung, dibandingkan rumah-rumah adat dari suku-suku di Sumatera, rumah adat
ini terbilang pendek. Tinggi tiangnya sering kali tidak lebih dari 1 meter. Adapun selain
menggunakan material berupa batu, rumah adat suku Baduy juga dibuat menggunakan
beberapa material lain. Alas lantainya terbuat dari papan kayu atau palupuh (bilah bambu),
dindingnya terbuat dari anyaman bambu, sementara atapnya terbuat dari daun alang-alang
yang disusun rapi. Hingga kini, rumah adat Banten masih dapat kita temukan di dalam
budaya masyarakat Baduy yang bermukim di Banten Barat.

12. Rumah Adat DKI Jakarta


Rumah Adat Betawi dari DKI Jakarta bernama Rumah
Kebaya. Dinamai demikian karena atap dari rumah ini
berbentuk seperti pelana yang apabila dilipat dan dilihat
dari samping akan tampak seperti lipatan kebaya. Selain
Rumah Kebaya, orang Betawi juga mengenal 2 rumah adat
lainnya dalam budaya mereka, yakni Rumah Gudang dan
Rumah Joglo. Kendati begitu, di kancah nasional, Rumah
Kebaya lah yang kerap jadi ikon dari budaya mereka. Salah
satu keunikan arsitektur rumah Kebaya terletak pada desain terasnya yang luas. Teras luas ini
memiliki filosofi bahwa masyarakat Betawi secara umum akan mudah menerima tamu atau
pendatang. Selain itu, ada beberapa keunikan lain yang jarang diperhatikan dari rumah adati
ini, di antaranya sumur keluarga biasanya terdapat di bagian depan, pemakaman keluarga
terdapat di bagian samping, sementara sekat rumahnya tidak permanen, melainkan dapat
dilipat atau digeser.

13. Rumah Adat Jawa Barat


Rumah Adat Provinsi Jawa Barat tidak memiliki nama
khusus. Nama rumah adat Suku Sunda ini berbeda-beda
tergantung dari bentuk dan desain atap serta pintu
rumahnya. Ada yang bernama suhunan Jolopong, Capit
Gunting, Badak Heuay, Tagong Anjing, Jubleg Nangkub,
Perahu Kemureb, dan Buka Pongpok. Dari semua nama-
nama itu, suhunan Jolopong adalah bentuk yang paling
banyak dijumpai di daerah-daerah cagar budaya atau di
desa-desa di Jawa Barat. Adapun dari segi material pembuatan, rumah adat Jawa Barat
sebetulnya memiliki banyak kesamaan dengan rumah adat Banten khas suku Baduy. Nyaris
100% bahan yang digunakan murni berasal dari alam.

14. Rumah Adat Jawa Tengah


Rumah Adat Provinsi Jawa Tengah bernama rumah Joglo.
Rumah Joglo sebetulnya tidak hanya dikenal oleh
masyarakat Jawa Tengah, melainkan juga dikenal oleh
masyarakat suku Jawa secara umum. Rumah Joglo sendiri
terbagi atas beberapa ruangan, di antaranya pendapa,
pringgitan, dalem, sentong, gandok tengen, dan gandok
kiwo. Pendapa atau pendopo adalah bagian ruangan yang
paling luas. Biasanya digunakan sebagai tempat pertemuan,
tempat menyambut tamu, bahkan sampai tempat pertunjukan wayang, gamelan, tari, dan
kesenian tradisional Jawa lainnya. Yang unik, pada pendopo rumah Jogolo dapat kita
temukan beberapa tiang yang disebut soko guru, soko pengerek, dan tumpang sari. Bagian
Pringgitan adalah ruangan penghubung antara pendopo dan rumah dalem. Antara pringitan
dan pendopo biasanya dibatasi seketsel, sementara antara pringitan dan dalem dibatasi
dengan gebyok. Fungsi pringgitan sendiri lazimnya adalah sebagai ruang tamu.

15. Rumah Adat Jawa Timur


Rumah Adat Provinsi Jawa Timur bernama Tanean
Lanjhang atau dalam bahasa Indonesia disebut Halaman
Panjang. Tanean Lanjhang sebetulnya merupakan rumah
adat atau tempat tinggal bagi masyarakat Madura di Jawa
Timur pada masa silam. Salah satu keunikan dari pola
rumah Adat Jawa Timur ini terletak pada sistem hirarki
kekerabatan yang diemban oleh masyarakat Madura saat
akan membangun rumah. Biasanya, dalam satu deret dari
arah Barat ke Timur akan diisi oleh rumah rumah yang pemiliknya masih dalam satu
keluarga. Semakin timur, maka pemilik rumahnya akan terbilang semakin muda. Begitu
sebaliknya. Selain itu, keunikan lain dari rumah adat ini terletak pada beragam ornamen
penghiasnya, seperti ukiran di bagian pintu, bentuk dipan atau tempat tidur, dan lain
sebagainya. Selengkapnya tentang rumah adat ini beserta gaya arsitekturnya, silakan menuju
link ini. Rumah Adat Yogyakarta

16. Rumah Adat Yogyakarta


Rumah Adat Provinsi Jawa Timur bernama Bangsal
Kencono Kraton. Rumah adat ini sebetulnya tidak
difungsikan sebagai tempat tinggal, mengingat masyaraka
Yogyakarta yang notabene adalah suku Jawa telah
mengenal Rumah Joglo sebagai desain rumah tinggalnya.
Bangsal Kencono Kraton sendiri merupakan sebuah
bangunan Pendopo dengan halaman sangat luas, ditumbuhi
tanaman, dan dilengkapi beberapa sangkar burung. Di
bagian depan bangunan ini terdapat dua patung dari Gupolo,
sang raksasa yang memegang gada (sejenis alat pemukul). Adapun untuk kegunaannya,
Bangsal Kencono Kraton lebih difungsikan sebagai balai pertemuan, balai pertunjukan, dan
acara adat Jawa lainnya.

17. Rumah Adat Kalimantan Barat


Rumah Adat Provinsi Kalimantan Barat bernama rumah
Panjang. Rumah Panjang merupakan gambaran dari
kehiupan sosial masyarakat Dayak Kalimantan Barat.
Rumah adat ini dihuni tidak hanya oleh satu keluarga saja,
melainkan oleh beberapa keluarga yang hidup saling
bergotong royong. Ukuran rumah Panjang sendiri terbilang
sangat besar, yakni panjang sekitar 180 meter, lebar 6
meter, dan tinggi mencapai 5 sd 8 meter. Dengan ukuran
yang luar biasa besar tersebut, rumah panjang akan terbagi menjadi 50 kamar atau ruangan
dengan fungsinya masing-masing. Selengkapnya tentang desain dan karakteristik rumah
Panjang khas Kalimantan Barat bisa Anda baca di link ini. Rumah Adat Kalimantan Selatan
18. Rumah Adat Kalimantan Selatan Rumah Adat Provinsi Kalimantan Selatan bernama
Rumah Bubungan Tinggi atau Rumah Ba-Bubungan Tinggi. Bubungan Tinggi adalah rumah
dari suku Banjar, suku mayoritas penduduk di Kalimantan Selatan. Dahulunya rumah
Bubungan Tinggi merupakan pusat kerajaan sekaligus menjadi istana kediaman raja. Jika
dilihat secara sekilas, Bubungan Tinggi akan tampak seperti rumah Bapang khas Betawi.
Akan tetapi, desainnya lebih cenderung lekat dengan konstruksi panggung serta dilengkapi
dengan adanya anjungan (anjung) di bagian kiri dan kanannya. Selain itu, rumah Bubungan
Tinggi juga memiliki ciri khas yaitu atap berbentuk sindang langit tanpa plafon dan tangga
naiknya selalu berjumlah ganjil.

19. Rumah Adat Kalimantan Tengah


Rumah Adat Provinsi Kalimantan Tengah bernama
bernama rumah Betang. Rumah Betang sebetulnya dapat
dikatakan sebagai rumah suku dalam adat Dayak Punan.
Hal ini dikarenakan rumah ini biasanya dihuni oleh banyak
keluarga yang menetap dan hidup bersamaan. Daya
tampung rumah betang sekitar 100 sd 150 orang, dengan
satu Pembakas Lewu atau pemimpin suku. Untuk
menampung orang dengan jumlah tersebut, rumah Betang
dibuat dengan ukuran yang sangat besar, yakni panjangnya
mencapai 150 meter, lebar 30 meter, dan tinggi tiang sekitar 3 meter. Rumah Betang khas
Kalimantan Tengah dibuat mengikuti kaidah atau hukum adat yang telah ditetapkan. Salah
satunya yaitu rumah yang dibangun haruslah menghadap timur (arah matahari terbit) dengan
buritan menghadap ke barat (arah matahari terbenam).

20. Rumah Adat Kalimantan Timur


Rumah Adat Provinsi Kalimantan Timur bernama rumah
Lamin. Rumah lamin merupakan rumah adat dengan ukuran
yang sangat besar karena digunakan untuk menampung
orang dalam jumlah banyak. Ukuran rata-rata dari rumah
lain biasanya berkisar pada tinggi 3 meter, lebar 15 meter,
dan panjang sekitar 300 meter. Dengan ukuran yang
sedemikian besar, rumah lamin dapat menampung 12 sd 30
keluarga atau sekitar 100 orang. Rumah lamin dibuat dari
kayu ulin, sejenis kayu hutan yang hanya terdapat di tanah Kalimantan. Pada dinding-dinding
rumah ini biasanya akan kita temukan beragam ukiran khas etnik dayak yang sarat akan nilai
filosofis. Ukiran tersebut juga diberi warna yang khas, seperti kuning, hitam, dan hijau.
Ukiran tersebut selain berfungsi menambah nilai estetis dari rumah yang dibangun, juga
dianggap memiliki daya spiritual yang mampu menjaga penghuni rumah dari segala mara
bahaya.

21. Rumah Adat Kalimantan Utara


Rumah Adat Provinsi Kalimantan Utara bernama Rumah
Baloy. Rumah Baloy merupakan rumah tradisional
masyarakat suku Tidung yang mendiami wilayah di
Kalimantan Utara. Dari bentuk dan modelnya, beberapa ahli
menyebutkan bahwa rumah Baloy sebetulnya merupakan
pengembangan model rumah Lamin khas suku Dayak di
Kalimantan Timur. Hal ini dapat dilihat dari adanya tiang-
tiang penyangga (soko guru) yang menopang tegaknya
bangunan. Rumah Baloy juga dibuat dari bahan kayu ulin yang kuat. Tidak seperti kayu
lainnya yang akan melapuk jika terkena air, kayu ulin justru akan semakin kuat apabila
terendam atau langsung bersentuhan dengan air. Ada aturan khusus yang berlaku bagi setiap
masyarakat suku Tidung jika hendak membangun rumah Baloy. Salah satunya adalah rumah
tersebut haruslah menghadap ke arah utara, sementara pintu utamanya justru harus
menghadap ke arah selatan.

22. Rumah Adat Sulawesi Barat


Rumah adat Sulawesi Barat bernama Rumah Boyang.
Rumah Boyang adalah rumah adat yang berfungsi sebagai
tempat tinggal nenek moyang suku Mandar, Sulawesi Barat
di masa silam. Rumah Boyang memiliki gaya arsitektur
yang unik. Ia dibuat dari susunan kayu kokoh yang
membetuk model panggung dengan tian-tiang penyangga
setinggi 2 meter. Rumah Boyang dihiasi dengan beragam
pernik. Di dinding bagian luar dan dalam rumah misalnya,
kita dapat menemukan ukiran atau pahatan-pahatan yang khas.

23. Rumah Adat Sulawesi Selatan


Rumah adat Sulawesi Selatan bernama Rumah Tongkonan.
Rumah adat satu ini sudah sangat populer hingga ke seluruh
dunia karena arsitektur dan bentuknya yang sangat unik.
Atap dari rumah khas masyarakat suku Toraja ini berbentuk
melengkung menyerupai bentuk perahu seperti dapat dilihat
pada gambar di samping. Selain berfungsi sebagai rumah
tinggal, Tongkonan juga menjadi identitas budaya dan
kearifan masyarakat Suku Toraja. Di bagian depan rumah
ini umumnya terdapat susunan tanduk kerbau yang dipajang rapi. Semakin banyak jumlah
tanduk kerbau suatu rumah, maka semakin besar pula tingkat atau strata sosial pemilik rumah
dalam kehidupan adat suku Toraja.

24. Rumah Adat Sulawesi Tengah


Rumah adat Sulawesi Tengah bernama Rumah Tambi dan
Rumah Souraja. Rumah Tambi merupakan rumah yang
digunakan oleh masyarakat suku Kaili sebagai tempat
tinggal, sementara Rumah Souraja digunakan oleh para
bangsawan dan pembesar kerajaan. Rumah Tambi umumnya
berbentuk persegi panjang dengan atap yang besar menjulang
ke atas. Atap tersebut selain berfungsi sebagai peneduh juga
ternyata berfungsi sebagai dinding rumah. Adapun ukuran
rumahnya sendiri terbilang sedang, yakni sekitar 5 x 7 meter. Rumah Souraja memiliki gaya
arsitektur dan ukuran yang berbeda dengan rumah Tambi.

25. Rumah Adat Sulawesi Tenggara


Rumah adat Sulawesi Tenggara bernama Banua Tada.
Rumah adat ini merupakan tempat tinggal bai masyarakat
suku Wolio atau suku Buton. Banua Tada berbentuk seperti
kebanyakan rumah adat lainnya di Indonesia, yaitu berupa
rumah panggung. Yang unik, rumah khas orang Buton ini
dapat berdiri tegak sekalipun tidak menggunakan satu paku
pun untuk menguatkan ikatan antar kayu, mereka
menggunakan tali yang diperoleh dari alam. Nama Banua
Tada sendiri berasal dari kata Banua yang berarti Rumah dan Tada yang berarti Siku. Oleh
karena itu, rumah adat khas Sulawesi Tenggara ini juga dapat disebut Rumah Siku, sesuai
dengan gaya arsitekturnya.

26. Rumah Adat Sulawesi Utara


Rumah adat Sulawesi Utara bernama Rumah Walewangko
atau Rumah Pewaris. Rumah adat ini merupakan rumah
khas suku Minahasa di Sulawesi Utara yang hingga kini
gaya arsitekturnya masih kerap digunakan dalam bangunan
rumah modern masyarakatnya. Rumah Walewangko
berbentuk rumah panggung dengan tiang penopang terbuat
dari kayu yang kokoh. Karena berbentuk rumah panggung,
rumah Walewangko memiliki kolong rumah, yang
kemudian biasa digunakan untuk tempat penyimpanan hasil panen dan kandang ternak.
Seperti rumah adat dari daerah lainnya di Indonesia, rumah adat Sulawesi Utara ini juga
dibagi ke dalam beberapa ruangan, yaitu bagian depan (Lesar), bagian tengah (Sekey), dan
bagian belakang (Pores).

27. Rumah Adat Gorontalo


Rumah adat Gorontalo bernama rumah adat Dulohupa.
Rumah adat ini merupakan rumah panggung dengan pilar-
pilar kayu dan atap yang artistik. Rumah Dolohupa
merupakan salah satu peninggalan budaya masyarakat suku
Gorontalo. Sesuai namanya Dolohupa yang dalam bahasa
Gorontalo berarti Mufakat, maka rumah adat ini juga lebih
difungsikan sebagai tempat atau balai musyawarah
masyarakat adat Bandayo Doluhupa. Selain Doluhupa,
masyarakat Gorontalo juga mengenal beberapa jenis arsitektur rumah adat lainnya, seperti
Rumah adat Po Boide dan Rumah adat Gobel.

28. Rumah Adat Bali


Rumah adat Bali bernama Gapura Candi Bentar. Dinamai
demikian karena rumah ini dilengkapi dengan sepasang
gapura berukuran besar tanpa atap yang saling terpisah.
Antar satu gapura dengan gapura lain hanya dihubungkan
dengan beberapa anak tangga. Gapura juga dilengkapi
dengan beragam ornamen khas Bali serta pajangan patung-
patung yang merupakan simbol budaya Bali. Gambar di
samping adalah gambar dari rumah adat Gapura Candi
Bentar.

29. Rumah Adat Nusa Tenggara Barat


Rumah adat Nusa Tenggara Barat (NTB) bernama Rumah
Dalam Loka. Rumah Dalam Loka sebetulnya merupakan
rumah atau istana bagi raja-raja di Sumbawa di masa silam.
Hal ini sesuai dengan arti nama rumah tersebut, Dalam yang
berarti Istana dan Loka yang berarti Dunia. Rumah Dalam
Loka berukuran besar dan memiliki struktu panggung
dengan bahan pembuatan berupa kayu jati. Rumah adat ini
terbagi atas beberapa ruangan seperti balairung, serambi
depan, dapur, dan ruang keluarga sultan. Ia juga memiliki 2 lantai seperti yang gambarnya
dapat dilihat pada kenampakan di samping.

30. Rumah Adat Nusa Tenggara Timur


Rumah adat Nusa Tenggara Timur (NTT) bernama Rumah
Adat Musalake. Sesuai namanya, Mosa Laki yang berarti
Kepala Suku, maka Rumah Musalake juga merupakan
rumah tinggal bagi kepala suku Ende. Rumah tersebut
digunakan untuk beragam keperluan adat, mulai dari tempat
digelarnya upacara ritual adat, hingga sebagai tempat
bermusyawarah untuk memutuskan suatu keputusan Dilihat
dari arsitektur bangunannya, rumah khas Suku Ende Lio
disebut memiliki beberapa keunikan struktur konstruksi. Salah satunya terletak pada bentuk
atap yang menjulang tinggi ke atas serta bentuk ruangannya yang persis perseg empat bila
dilihat tampak atas.

31. Rumah Adat Maluku


Rumah adat Maluku bernama Rumah Adat Baileo. Bagi
masyarakat Maluku, Rumah Baileo bukan hanya berfungsi
sebagai tempat tinggal dan tempat penyimpanan benda suci,
tempat upacara adat, dan balai warga semata. Ia juga
berfungsi sebagai representasi budaya Maluku sekaligus
identitas adat di kancah Nasional. Rumah Baileo dapat
dengan mudah diidentifikasi dari beberapa ciri spesifik yang
terdapat pada gaya arsitekturnya. Ukuran rumah Baileo yang
sangat besar, modelnya yang berupa rumah panggung, serta adanya beberapa ornamen etnik
sebagai hiasan merupakan beberapa ciri tersebut.

32. Rumah Adat Maluku Utara


Rumah adat Maluku Utara bernama Rumah Adat Sasadu.
Rumah adat ini sebetulnya tidak berfungsi sebagai tempat
tinggal. Fungsi utamanya tak lain dan tak bukan adalah
sebagai balai pertemuan adat atau tempat digelarnya
beragam upacara dan ritual. Fungsi utama dari Rumah adat
Sasadu sangat sesuai dengan gaya arsitekturnya yang nyaris
tanpa dinding. Gambar di samping adalah gambar dari
rumah adat Maluku Utara ini. Jelas kita lihat bahwa rumah
ini memang tak dilengkapi dinding dan bahkan masih beralaskan tanah.

33. Rumah Adat Papua Barat


Rumah adat Papua Barat bernama Mod Aki Aksa. Mod Aki
Aksa sendiri berarti Rumah Berkaki Seribu. Dinamai
demikian karena desain rumah adat suku Arfak ini
dilengkapi dengan banyak sekali tiang penyangga. Setiap
tiang-tiang penyangga yang terbuat dari kayu keras tersebut
diukir sedemikian rupa sebagai hiasan sekaligus sebagai
pengusir kekuatan jahat yang bisa mengganggu pemilik
rumah. Selain dalam budaya suku Arfak, rumah Mod Aki
Aksa juga ditemukan dalam budaya suku-suku Papua Barat lainnya seperti suku Doteri, suku
Kuri, Sebyar, Moscona, Kambou, Onim, Sekar, Mairasi, Maibrat, Imeko, Moi, Simuri,
Irarutu, Tehit, Tipin, Maya dan suku Biak.

34. Rumah Adat Papua


Rumah adat Papua bernama Rumah Honai. Rumah Honai
merupakan rumah berbentuk kerucut yang dibuat dari bahan
jerami atau daun alang-alang yang disusun sedemikian rupa.
Honai biasanya terdiri dari 2 lantai, lantai pertama
digunakan untuk tempat tidur, sementara lantai atas
digunakan untuk tempat berkumpul atau membakar api
unggun. Honai biasanya hanya berukuran sempit dengan
tinggi tidak lebih dari 2,5 meter. Arsitektur ini dirancang
agar rumah honai dapat menahan hawa dingin khas iklim pegunungan Papua. Honai dapat
ditemukan dalam 3 peruntukan, yaitu untuk laki-laki (Honai), untuk perempuan (Ebei), dan
untuk kandang babi atau ternak (Wamai).

35. Rumah Adat Kep. Teluk Cendrawasih


Kep. Teluk Cendrawasih adalah provinsi Indonesia yang
terakhir diresmikan dan menjadi provinsi ke 35. Kendati
terbilang baru, bukan berarti masyarakat Kep. Cendrawasih
tidak memiliki budaya. Adat dan budaya masyarakat suku
Wamesa sebagai suku asli provinsi ini justru telah
berkembang sangat pesat. Hal ini dibuktikan salah satunya
oleh keberadaan rumah adat Kep. Teluk Cendrawasih
bernama Rumah Lgkojei. Rumah adat ini sebetulnya
memiliki bentuk yang serupa dengan rumah Mod Aki Aksa atau rumah Kaki Seribu khas
Papua Barat. Namun, pada rumah Lgkojei bentuknya lebih mirip rumah panggung, terdapat
banyak ventilasi udara dan lubang cahaya, serta atapnya yang lebih tinggi. Bisa dibilang
rumah adat Lgkojei ini adalah rumah adat perkembangan dari rumah adat Mod Aki Aksa.
SENJATA TRADISIONAL INDONESIA DARI 35 PROVINSI,
NAMA, GAMBAR, DAN ASALNYA SENJATA
1. Senjata Tradisional Aceh
Senjata tradisional Aceh bernama Rencong atau dalam bahasa setempat disebut Rintjong.
Rencong adalah sebilah pedang pendek dengan gagang atau pegangan yang dibuat
melengkung 90 derajat. Senjata tradisional ini telah ada semenjak masa Kesultanan Aceh
pada kepemimpinan sultan pertamanya yakni Sultan Ali Mughayat Syah. Dahulunya rencong
digunakan sebagai alat perlindungan diri bagi para pria bangsawan. Namun, kini ia lebih
berfungsi sebagai pelengkap hiasan pakaian adat Aceh Ulee Balang. Karena kepopuleran
Rencong, terkadang masyarakat dunia bahkan sampai menjuluki Aceh dengan sebutan
"Tanah Rencong".

2. Senjata Tradisional Sumatera Utara


Orang Batak di Sumatera Utara memiliki senjata tradisional yang bernama Piso Gaja
Dompak. Pisau ini adalah sebuah senjata berupa pisau dengan ukiran penampang berbentuk
gajah pada bagian tangkai senjatanya. Piso Gaja Dompak dahulunya digunakan secara
terbatas pada kalangan raja-raja Batak dan mulai ada sejak masa kepemimpinan Raja
Sisingamaraja I. Kekuatan supranatural yang diyakini dimiliki oleh pisau ini membuat ia
tidak dibuat secara masal dan hanya diwariskan secara turun temurun. Senjata Tradisional
Riau

3. Senjata Tradisional Riau Masyarakat Melayu Riau memiliki senjata tradisional yang
bernama Pedang Jenawi. Pedang ini adalah sebuah pedang panjang yang bilahnya terbuat dari
baja. Bentuk bilahnya sendiri lurus dan meruncing di bagian ujungnya. Pedang Jenawi
dulunya digunakan para panglima perang Kerajaan Sriwijaya sebagai sarana perlindungan
diri dan alat menyerang lawan. Keberadaannya kini mulai langka, padahal semakin banyak
kolektor senjata tradisional yang selama ini terus memburunya. Selain Pedang Jenawi,
sebetulnya ada beberapa senjata tradisional Riau lainnya yang tak kalah unik. Di antaranya
yang tergolong senjata pendek seperti jembia, beladau, belati, keris, badik, dan sabit; serta
senjata panjang seperti kojou, tombak, seligi, dan sundang.

4. Senjata Tradisional Sumatera Barat Suku Minang di Sumatera Bara memiliki senjata
tradisional yang bernama Karih. Karih adalah sebuah senjata berbentuk seperti keris tapi
tidak memiliki lekuk-lekukan seperti keris di Jawa. Dahulunya, Karih digunakan untuk
perlindungan diri dari musuh atau binatang buas saat para pria tengah bekerja. Ia diletakan
diselipkan depan pinggang agar sewaktu-waktu mudah diambil. Untuk saat ini, karih
biasanya hanya dikenakan para mempelai pria sebagai pelengkap pakaian adat yang
dikenakannya. Senjata Tradisional Kepulauan Riau

5. Senjata Tradisional Kepulauan Riau Dalam budaya masyarakat Kepulauan Riau, dikenal
senjata tradisional yang bernama Badik Tumbuk Lado. Senjata ini berupa sebuah senjata
tikam yang berukuran panjang antara 27 sd 29 cm dan lebar antara 3,5 sampai 4,0 cm.
Dahulunya, badik tumbuk lado digunakan para pria sebagai pelengkapan berburu dan alat
perlindungan diri. Namun, saat ini fungsinya telah beralih menjadi pelengkap pakaian adat
Kepulauan Riau yang biasa dikenakan mempelai pria saat upacara pernikahannya. Senjata
Tradisional Kepulauan Bangka Belitung
6. Senjata Tradisional Kepulauan Bangka Belitung Masyarakat Bangka Belitung sebetulnya
memiliki beragam jenis senjata tradisional, hanya saja yang paling dikenal di kancah
Nusantara adalah senjata yang bernama Siwar Panjang. Siwar Panjang adalah sebuah pedang
lurus, rata, pipih dan ringan yang 2 matanya tajam seperti silet. Senjata yang sekilas mirip
dengan Mandau khas suku Dayak di Kalimantan ini dulunya digunakan sebagai alat perang
masyarakat Bangka saat melawan penjajahan merebut kemerdekaan. Senjata Tradisional
Jambi

7. Senjata Tradisional Jambi Masyarakat Melayu Jambi juga memiliki senjata tradisional
yang sama dengan senjata tradisional masyarakat Kepulauan Riau, yakni Badik Tumbuk
Lado. Tak mengherankan, masyarakat kedua provinsi ini secara historis dan antropologis
memang memiliki kedekatan budaya. Namun, antara badik Tumbuk Lado dari Jambi dan
yang dari Kepulauan Riau terdapat sedikit perbedaan ciri khas. Badik tumbuk lado khas
Jambi umumnya cenderung lebih pendek dan memiliki ukiran yang lebih banyak. Senjata
Tradisional Sumatera Selatan 8. Senjata Tradisional Sumatera Selatan Sumatera Selatan
memiliki senjata tradisional yang bernama Tombak Trisula. Tombak ini berupa sebuah
pedang kecil dengan mata tiga. Tombak Trisula diyakini berasal dari budaya Hindu dan
Budha yang sempat berkembang di wilayah Kerajaan Sriwijaya di masa silam. Keyakinan ini
didasari oleh kemiripan bentuk senjata tradisional ini dengan senjata tombak trisula milik
Dewa Siwa dalam mitologi agama Hindu. Senjata Tradisional Bengkulu 9. Senjata
Tradisional Bengkulu Ada 3 jenis senjata tradisional yang dikenal dalam budaya masyarakat
Bengkulu. Ketiganya adalah Badik, Kuduk, dan Rudus. Badik adalah sebuah pisau kecil
bermata satu yang digunakan sebagai sarana perlindungan diri. Kuduk adalah senjata tusuk
tajam dengan ujung meruncing, ia juga disebut senjata Rambai ayam karena bentuknya
seperti taji ayam Bangkok. Sementara Rudus adalah pedang panjang yang dulunya digunakan
sebagai alat perang. Senjata Tradisional Lampung 10. Senjata Tradisional Lampung
Masyarakat adat Lampung mengenal banyak ragam dan jenis senjata tradisional, seperti
Candung (Golok), Kekhis (Keris), Badik, Lading (Pisau), dan Terapang. Kendati begitu, yang
paling unik di antara semua senjata tradisional Lampung tersebut adalah Terapang. Terapang
adalah senjata yang berwujud seperti sebulah keris dengan lekukan yang hanya sedikit,
bahkan nyaris rata. Perlu diketahui bahwa, Terapang juga dikenal dalam budaya masyarakat
Melayu di Provinsi lainnya.

11. Senjata Tradisional Jawa Barat Masyarakat Sunda di Jawa Barat mengenal beragam
perkakas senjata dalam kehidupannya sehari-hari. Salah satu yang cukup dikenal adalah
senjata tradisionalnya yang bernama Kujang. Kujang diperkirakan mulai ada sejak awal abad
8 M. Ia dibuat dari baja yang ditempa dan dilengkapi beragam bahan pamor. Panjangnya
tidak lebih dari 25 cm dengan berat sekitar 300 gr. Beberapa ahli meyakini kata “Kujang"
sejatinya berasal dari kata “Kudihyang”, kudi berarti Manusia dan Hyang berarti Tuhan.
Kujang sendiri sebetulnya secara struktur tidak memungkinkan untuk dijadikan sarana
perlindungan diri. Ia lebih menonjolkan sisi estetisnya dibanding sisi praktisnya. Senjata
Tradisional Banten 12. Senjata Tradisional Banten Masyarakat Banten secara umum
memiliki kedekatan budaya dengan masyarakat Sunda di Jawa Barat. Oleh karena itu,
beberapa simbol budaya antara keduanya juga banyak kemiripan. Hal ini dapat dilihat dari
jenis senjata tradisional yang digunakan masyarakatnya di masa silam. Masyarakat Banten
juga menggunakan Kujang sebagai senjata tradisionalnya. Kujang khas Banten sama seperti
Kujang yang berasal dari Jawa Barat, baik secara struktur, bahan pembuatan, maupun dari
sisi fungsinya. Senjata Tradisional Jakarta 13. Senjata Tradisional Jakarta Hingga saat ini,
kita bisa melihat kebiasaan masyarakat suku Betawi, utamanya para pria yang selalu
menyelipkan Golok di pinggang ketika memakai pakaian adatnya. Golok memang memiliki 2
fungsi dalam budaya Betawi, yang pertama sebagai aksesoris yang mempercantik penampilan
saat mengenakan pakaian adat, dan fungsi praktis sebagai senjata tradisional. Golok khas
Betawi memiliki satu bagian mata yang tajam. Sementara satu bagian lainnya tidak tajam. Ia
juga dilengkapi dengan serangka yang dipakai pada saat golok tidak sedang digunakan.
Senjata Tradisional Jawa Tengah 14. Senjata Tradisional Jawa Tengah Selama ini, Suku Jawa
di Jawa Tengah mengenal Keris sebagai senjata tradisionalnya. Keris adalah sebuah senjata
tikam yang termasuk golongan belati. Bentuknya menyempit ke bagian ujung dengan bilah
yang berkelok-kelok. Beberapa keris memiliki serat-serat logam berwarna cerah di bagian
bilahnya yang berfungsi sebagai pamor untuk mempercantik tampilannya. Selain itu, keris
juga diyakini dapat diisi oleh kekuatan supranatural tertentu untuk meningkatkan
keampuhannya. Keris sejak 2005 lalu telah terdaftar sebagai Warisan Budaya Dunia Non-
Bendawi Manusia di UNESCO. Senjata Tradisional Yogyakarta 15. Senjata Tradisional
Yogyakarta Masyarakat Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat secara antropologis memiliki
budaya masyarakat Jawa Tengah. Keduanya memang berasal dari satu suku yang sama yaitu
Suku Jawa. Oleh karenanya, senjata tradisional yang dikenal masyarakat Yogyakarta sama
dengan senjata tradisional yang dikenal masyarakat Jawa Tengah, yaitu Keris. Dalam budaya
masyarakat Yogyakarta, keris biasanya diselipkan di bagian belakang pinggang bersama
serangkanya yang penuh ukiran. Senjata Tradisional Jawa Timur 16. Senjata Tradisional
Jawa Timur Masyarakat Madura di Jawa Timur memiliki senjata tradisional yang khas dan
berbeda dengan senjata tradisional suku-suku lainnya di Indonesia. Senjata tersebut bernama
Celurit. Celurit Madura secara praktis berfungsi sebagai alat pertanian yang membantu para
peternak Madura mencari pakan untuk sapi dan kerbaunya. Ia juga secara khusus dapat
berguna sebagai identitas status sosial masyarakat kaum pria dan sarana perlindungan diri
dari musuh atau binatang buas.

Anda mungkin juga menyukai