Berbentuk memanjang dari timur ke barat menyerupai persegi panjang. Di bagian depan dilengkapi dengan
tangga. Umumnya, tangga pada rumah adat ini jumlahnya ganjil, yaitu sekitar 7 hingga 9 anak tangga.
Rumah adat ini terdapat 2 bagian yang berbeda yaitu Jabu Bolon & juga Jabu Parsakitan. Jabu Bolon
tempat untuk keluarga besar, sedangkan Jabu Parsakitan tempat untuk membicarakan masalah adat.
Keunikannya tidak ada sekatan antara setiap ruangan, semua anggota keluarga tidur bersama di dalam
ruangan besar.
Rumah ini memiliki beberapa atap yang runcing dan menjulang ke atas. Terbuat dari ijuk dan bentuknya
mirip seperti tanduk kerbau, yang melambangkan kemenangan suku Minang dalam perlombaan adu kerbau
Rumah ini memiliki arti rumah dengan dua selasar. Masyarakat tidak menjadikan Rumah Selaso Jatuh
Kembar sebagai tempat tinggal mereka, tetapi hanya menggunakannya untuk acara adat.
Rumah adat dari Bengkulu ini memiliki tiang penopang dan menggunakan kayu khusus untuk
membuatnya, yaitu kayu Medang Kemuning. Untuk memasuki rumah ini, Anda juga harus menggunakan
tangga, yang berada pada bagian depan rumah. Sama seperti rumah adat dari Riau, masyarakat Bengkulu
menggunakan rumah ini untuk acara adat saja, bukan untuk menjadi tempat tinggal.
Rumah adat desain yang tertua di daerah tersebut, dengan bentuk persegi panjang. Rumah Adat Panggung
dilengkapi dengan tangga di depan rumah. Orang-orang sering menyebutkan bagian atap dari Rumah
Panggung ini sebagai “Gajah Mabuk” karena bentuknya yang menyerupai perahu dengan ujung
melengkung. Biasanya, rumah adat dari Jambi digunakan untuk tempat tinggal dan juga tempat
bermusyawarah.
Rumah adat Provinsi Lampung memiliki nama Nuwo Sesat. Ciri khas dari rumah ini adalah bentuknya
panggung dan di sisi-sisinya terdapat ornamen yang khas. Biasanya, ukuran dari rumah ini sangat besar,
tetapi saat ini banyak yang membuat Rumah Nuwo Sesat berukuran lebih kecil.
Namun, rumah ini tidak dibangun sebagai tempat tinggal. Sama seperti rumah adat lainnya, Rumah Nuwo
Sesat ini hanya dibangun untuk acara adat dan melakukan musyawarah.
Bentuk rumah adat sangat unik karena merupakan perpaduan rumah Melayu dengan aksen arsitektur
Tionghoa. Pembuatan menggunakan bambu khusus dan bahan lainnya, yang tentunya kuat dan
membuatnya dapat mengapung di atas air. Rumah Rakit ini biasa menjadi tempat tinggal warga.
Biasanya, suku Baduy membuat rumah menggunakan bambu & ijuk untuk atapnya. Suku Baduy memiliki
kekeluargaan yang amat kental, mereka membangun rumah secara gotong royong sebagai tempat tinggal.
Mengusung corak khas suku Betawi. Atap rumah menyerupai pelana terlipat & memiliki corak-corak yang
khas seperti kebaya. Memiliki teras yang luas untuk menjadi tempat santai keluarga dan menyambut tamu.
Rumah yang sering disebut Keraton Kasepuhan ini sebenarnya merupakan perluasan dari Keraton
Pakungwati. Tidak heran bila pintu utama keraton terlihat unik dan menawan.
Rumah Joglo memiliki 4 tiang penopang dan terdiri dari dua bagian, yaitu rumah induk dan rumah
tambahan. Bagian induk adalah tempat utama seperti rumah pada umumnya yang memiliki pendopo, teras,
dan lain-lain. Sedangkan rumah tambahan, berisi pelengkap untuk rumah induk.
Memang merupakan ciri khas dari Rumah Joglo memiliki 4 tiang penopang. Ciri khas terletak pada bentuk
dan ukurannya yang unik dan juga makna seni yang tinggi. Rumah joglo di daerah ini tidak hanya
digunakan sebagai tempat tinggal, tetapi juga untuk menyimpan peninggalan sejarah.
Rumah adat Provinsi Kalimantan Barat ini mempunyai ukuran yang besar dan terdiri dari dua bagian, yaitu
bangunan atas dan bawah.
Rumah ini sangat unik karena memadukan kesan modern dan tradisional sekaligus. Arsitektur Rumah
Panjang bertema budaya Suku Dayak pada beberapa sisi bangunannya.
Menggunakan konsep panggung dan terbuat dari kayu ulin tentunya membuat rumah ini memiliki
ketahanan yang kuat, dan akan lebih kuat lagi jika terkena air. Uniknya lagi, atap dari rumah ini memiliki
sudut kemiringan 45 derajat.
Rumah Betang dari Kalimantan Tengah ini seperti panggung dengan kayu tinggi yang menopangnya
dengan tujuan untuk menghindari banjir. Karena rumah ini sangat besar dan panjang, penghuninya dapat
mencapai 150 orang.
Rumah adat Provinsi Kalimantan Utara ini sangat unik, rumah ini harus menghadap ke arah utara dan pintu
utamanya di arah sebaliknya, yaitu selatan. Rumah Baloy memiliki empat bagian, yaitu lamin dalom,
ambir tengah, ambir kanan, dan juga ambir kiri.
Rumah Boyang dari Sulawesi Barat berkonsep seperti panggung dengan tiang-tiang penopangnya. Tiang
penopang tersebut tidak menancap ke dalam tanah melainkan berdiri di atas batu datar agar rumah tidak
tumbang.
Rumah adat ini memiliki tiga ruangan di dalamnya. Ruang pertama, ruang depan untuk menerima tamu.
Sedangkan pada ruang kedua terdapat ruang tengah, yang juga merupakan ruang tamu. Ruangan ini punya
tujuan agar penghuninya bisa saling lebih dekat. Untuk ruang terakhir, merupakan ruang rahasia.
Rumah Walewangko merupakan rumah adat yang mendominasi di Sulawesi Utara. Rumah Walewangko
ini juga memiliki arsitektur yang unik dan filosofi yang sangat kental dengan adat penduduknya.
Rumah ini merupakan rumah adat suku Toraja yang berada di Sulawesi Selatan.
Tongkonan berfungsi sebagai tempat tinggal masyarakat dan juga tempat acara adat. Arsitekturnya yang
unik dan khas ini membuat rumah ini terlihat indah.
Rumah Adat ini terdiri dari dua bagian, yaitu rumah huniannya dan juga Gapura Candi Bentar.
Arah bangunan, letak, dimensi pekarangan, dan beberapa aspek lainnya, harus mengikuti aturan khusus
yang berlaku sesuai aturan agama. Hal inilah yang menjadi keunikan dari Rumah Gapura Candi Bentar.
Rumah Musalaki ini biasanya menjadi tempat tinggal bagi kepala suku atau pemimpin daerah dan juga
untuk menyelenggarakan acara adat. Rumah adat ini juga menjadi tempat untuk bermusyawarah dan
melakukan ritual. Uniknya, Rumah Musalaki berdiri di atas batu besar, yang berfungsi sebagai pondasinya
untuk mengurangi risiko keretakan, jika terjadi bencana alam.
Rumah Dalam Loka terlihat cukup besar dan megah karena merupakan kediaman raja di daerah tersebut.
Di rumah ini, hanya terdapat satu pintu besar sebagai akses keluar masuk.
31. Rumah Adat Maluku: Rumah Baileo
Tidak ada dinding di rumah ini dan berbentuk panggung. Untuk menyangganya, ada 9 tiang di rumah ini
dengan batu pamali yang melengkapinya. Biasanya, warga setempat juga menggunakan batu pamali ini
sebagai tempat sesaji bagi roh leluhurnya.
Desain rumah ini menggambarkan tentang kisah hidup bermasyarakat Suku Sahu. Selain memiliki
keunikan dari sisi arsitektur, rumah ini juga menyimpan banyak filosofi.
Atap dari rumah ini berbentuk segi delapan, serta tiga tingkat lantai yang dipercaya dapat menjaga rumah
dari cuaca ekstrem. Lantai pertama berfungsi untuk melatih remaja laki-laki untuk menjadi pria dewasa
yang kuat dan bertanggung jawab. Lantai kedua biasanya menjadi tempat berkumpulnya para kepala adat
untuk mendiskusikan hal penting terkait desa. lantai tiga digunakan untuk sembahyang kepada para leluhur
dan Tuhan.
34. Rumah Adat Papua Barat: Rumah Adat Mod Aki Aksa
Rumah Mod Aki Aksa ini termasuk rumah adat terunik. Bagian atapnya terbuat dari ilalang dengan lantai
dari anyaman rotan. Dinding-dindingnya tersusun dari kayu dan terlihat saling mengikat satu sama lain.
35. Rumah Adat Papua Pegunungan Tengah: Rumah Honai
Rumah ini berbentuk mengerucut dengan bagian atas ditutupi jerami kering. Atapnya mirip dengan batok
kelapa dan tidak terlalu tinggi agar dapat menghangatkan bagian dalam rumahnya.
Rumah ini khusus untuk tempat tidur dan beristirahat, sedangkan aktivitas lainnya seperti mandi dan
makan berada di tempat yang berbeda.
Dari provinsi baru yang ada di Pulau Papua ini, yaitu Papua Selatan, ternyata juga ada rumah adat, lho.
Rumah adat dari Papua Selatan ini bernama Rumah Jew, yang ditempati oleh Suku Asmat.
Rumah Jewberukuran besar dengan panjang 15 meter dan lebar 10 meter. Wajar saja, karena rumah ini
ditempati oleh anggota Suku Asmat yang sangat banyak jumlahnya.
Uniknya lagi, hanya laki-laki belum menikah yang boleh tinggal di rumah ini, lho. Para wanita serta anak
laki-laki dibawah 10 tahun tidak boleh masuk ke dalamnya.
Nah, nantinya di dalam rumah ini, para laki-laki tersebut akan belajar dari seniornya tentang berbagai
keterampilan hingga pendidikan.
Beralih ke provinsi baru selanjutnya, yaitu Papua Tengah. Di provinsi ini, terdapat rumah adat bernama
Karapao yang didiami oleh suku Kamoro.
Bentuknya seperti rumah panggung persegi panjang, yang ukurannya disesuaikan dengan jumlah anak-
anak di desa tersebut. Rumah Karapao berfungsi sebagai tempat adat istiadat serta untuk pembelajaran bagi
para anak-anak suku Kamoro.