Rumah lontik yang dapat juga disebut rumah lancang karena rumah ini
bentuk atapnya melengkung keatas, agak runcing seperti tanduk kerbau.
Sedangkan dindingnya miring keluar dengan hiasan kaki dinding mirip
perahu atau lancang. Hal itu melambangkan penghormatan kepada Tuhan
dan-sesama. Rumah adat lontik diperkirakan dapat pengaruh dari
kebudayaan Minangkabau karena kabanyakan terdapat di daerah yang
berbatasan dengan Sumatera Barat. Tangga rumah biasanya ganjil.
Balai salaso jatuh adalah bangunan seperti rumah adat tapi fungsinya
bukan untuk tempat tinggal melainkan untuk musyawarah atau rapat
secara adat. Sesuai dengan fungsinya bangunan ini mempunyai macammacam nama antara lain : Balairung Sari, Balai Penobatan, Balai
Kerapatan dan lain-lain. Bangunan tersebut kini tidak ada lagi, didesadesa tempat musyawarah dilakukan di rumah Penghulu, sedangkan yang
menyangklut keagamaan dilakukan di masjid.
Balai Salaso Jatuh mempunyai selasar keliling yang lantainya lebih rendah
dari ruang tengah, karena itu dikatakan Salaso Jatuh. Semua bangunan
baik rumah adat maupun balai adat diberi hiasan terutama berupa ukiran.
Puncak atap selalu ada hiasan kayu yang mencuat keatas bersilangan dan
biasanya hiasan ini diberi ukiran yang disebut Salembayung atau
Sulobuyung yang mengandung makna pengakuan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
Sumber :
http://ndakia.blogspot.co.id/2016/01/rumah-adat-riau.html
https://travel.detik.com/read/2015/12/07/113000/3080782/1025/meliha
t-rumah-adat-melayu-di-langkat-sumut
http://wisatapontianak.com/rumah-adat-melayu-pontianak-kalimantanbarat/