Anda di halaman 1dari 6

TUGAS BUDAYA MELAYU RIAU

5 RUMAH ADAT MELAYU RIAU

DISUSUN OLEH:
FRANK STEVEN JOHANNES.P.
XI MIPA 3
SMAN 2 MANDAU
1. RUMAH ADAT MELAYU SELASO JATUH KEMBAR

Rumah Selaso Jatuh Kembar merupakan salah satu dari lima rumah adat yang terdapat di
Provinsi Riau. Rumah adat lainnya, yaitu Rumah Melayu Atap Limas Potong, Rumah Melayu
Atap Lipat Kajang, Rumah Melayu Atap Lontik, dan Umah Suku Sukai Rumah adat Selaso Jatuh
Kembar sebagai rumah resmi Provinsi Riau yang umumnya disebut rumah, karena kebanyakan
masyarakat Riau adalah Suku Melayu. Namun selain itu, ada rumah suku Sakai yang disebut
umah.
Walaupun Provinsi Riau memiliki beberapa rumah adat, namun ada beberapa ciri umum pada
rumah adat tersebut. Umumnya, rumah adat di Riau menghadap sungai. Hal ini karena,
masyarakat tradisional Riau menggunakan sungai sebagai sarana transportasi. Tidak heran jika
perkampungan masyarakat Riau terletak di sepanjangg Sungai Siak. Selasar dalam bahasa
Melayu disebut Selaso. Selaso Jatuh Kembar bermakna rumah yang memiliki dua selasar (selaso,
salaso) yang lantainya lebih rendah dari ruang tengah.
Rumah Selaso Jatuh Kembar berbentuk panggung dan persegi panjang. Di puncak atasnya, selalu
ada hiasan kayu yang mencuat ke atas dalam bentuk bersilang yang disebut Tunjuk Langit.
Makna hiasan ini adalah pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Rumah ini juga sering digunakan untuk pertemuan dan musyawarah. Rumah Selaso Jatuh
Kembar memiliki selasar keliling yang lantainya lebih rendah dari ruang tengah. Karena alasan
itu lah, rumah adat disebut Selaso Jatuh Kembar. Hiasan Rumah Selaso Jatuh Kembar Bermotif
Alam Rumah Selaso Jatuh Kembar dihiasi corak dasar Melayu, umumnya bersumber dari alam.
Coraknya berupa flora, fauna, dan benda-benda angkasa. Diantara corak tersebut yang banyak
dipakai bersumber pada tumbuh-tumbuhan (flora). Padahal sejak zaman dahulu gaya arsitektur
bangunan dan seni ukir sangat kuat dipengaruhi corak Hindu Buddha.
Peralihan pada corak ini terjadi karena orang Melayu pada umumnya beragama Islam.
2. Rumah Adat Melayu Lancang atau Pelancang

Rumah adat ini sering pula dikenal dengan nama Rumah Lancang atau Pencalang.
Melayu Atap Lontik menjadi salah satu rumah tradisional di Kabupaten Kampar, Provinsi
Riau, Indonesia.

Pengertian asal usul sebutan Lancang atau Pencalang adalah kemiripan bentuk hiasan
kaki dinding depan dengan perahu. Memang manakala dipandang dari kejauhan, ada
kemiripan antara bentuk bangunan dengan Magon (rumah-rumah perahu) buatan
penduduk. Miringnya bentuk dinding rumah yang menjorok ke luar memang
menyerupai dinding perahu layar mereka.

Sedangkan penyebutan Lontik disebabkan oleh perabung (bubungan) atap yang


melentik agak runcing ke atas, mirip tanduk kerbau. Ini melambangkan penghormatan
kepada Tuhan dan sesama, serta manusia akan kembali kepada pencipta pada awal dan
akhir hidupnya.

Keberadaan mayoritas bangunan yang berdiri di daerah perbatasan Sumatra Barat,


menyebabkan kebudayaan Minangkabau turut memengaruhi gaya arsitektur rumah
adat ini. Sementara itu, “Pencalang” diketahui merupakan kapal dagang Nusantara
buatan orang-orang Melayu.
3. Rumah Adat Melayu Salaso Jatuh

Rumah ini disebut “Salaso Jatuh”, karena keberadaan selasar pada bangunannya.
Karakteristik yang paling kentara dari bangunan ini adalah selasar yang mengelilingi
keseluruhan rumah. Lantai selaras keliling ini lebih rendah dari ruang tengah.

Penggunaan tempat dalam Rumah Adat Balai Salaso Jatuh hanya untuk rapat adat atau
musyawarah. Kendati demikian, keberagaman fungsi rumah adat ini membuatnya punya
berbagai peran yang sesuai.

Misalnya, Balai Kerapatan dan/atau Pengobatan, Balairung Sari, maupun semacamnya.


Balai Selaso Jatuh memiliki bermacam ukiran yang berbentuk hewan dan tumbuhan.
Beragam filosofi dimiliki oleh setiap jenis ukiran pada bangunan ini.

Setiap ukiran di bangunan ini memiliki nama sendiri-sendiri, antara lain: Ombak-ombak
atau lebah bergantung, motif ukiran yang ada pada tangga. Lambai-lambai, nama untuk
motif ukiran yang terletak di atas pintu dan jendela.

Kisi-kisi, semut, beringin, dan itik pulang petang yang berada di samping pintu dan
jendela. Tiang gantung yang diukir di tiang. Kalok paku, sebutan untuk motif ukiran
pada bidang memanjang dan melengkung.

Pucuk rebung, nama bagi ukiran di pucuk (ujung) atas dan bawah tiang. Sayap layang-
layang, di cucupan atap. Melur, bunga cina, bunga manggis, dan lainnya di langit-langit
rumah atau ventilasi.
4. Rumah Adat Melayu Sultan Siak

Penyebutannya disebabkan oleh sejarah persinggahan Sultan Siak, Sultan Syarif Qasim II
di sana.Pemerintah mempertahankan kombinasi warna yang menarik dari rumah ini
sebagaimana bentuk asli atau awalnya, yakni biru, krem, dan emas.

Material kayu pada bangunannya sangat mendukung model rumah panggung yang
digunakan, dengan pondasi berupa tiang penyangga sebagai antisipasi jikalau air sungai
meluap.

5. Rumah Adat Melayu Lipat Kajang

Rumah adat Riau berikutnya adalah Rumah Melayu Lipat Kajang. Keunikannya terletak
pada bagian atap yang berbentuk segitiga sama kaki yang tingginya cukup ekstrem.
Desain atap ini juga dikenal dengan istilah bubung curam. [11.26, 8/12/2022] Frank
Steven: Rumah adat Riau berikutnya adalah Rumah Melayu Lipat Kajang. Keunikannya
terletak pada bagian atap yang berbentuk segitiga sama kaki yang tingginya cukup
ekstrem. Desain atap ini juga dikenal dengan istilah bubung curam. Desainnya tidak
dibuat semata-mata untuk menambah nilai keindahan bangunan, tapi memiliki fungsi
penting, yakni supaya air hujan dapat segera mengalir ke bawah. Dengan demikian, atap
tidak mudah roboh dan tidak ada genangan air yang menjadi sumber penyakit, seperti
keberadaan jentik nyamuk yang memulai daur hidupnya di air.

Anda mungkin juga menyukai