Anda di halaman 1dari 3

RUMAH ADAT RIAU

1. Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar

Bagi masyarakat Riau, mereka juga menyebut rumah


adat Selaso Jatuh Kembar dengan sebutan lain, yakni
Balai Selaso Jatuh. Ya, rumah ini disebut Balai
karena fungsi awal pembangunan rumah ini bukanlah
sebagai rumah tinggal, melainkan sebagai tempat
untuk mengambil keputusan melalui rapat dan
musyawarah secara adat. Jadi, tidak heran jika
masyarakat Melayu Riau juga menyebut rumah ini
dengan sebutan Balairung sari, Balai Kerapatan, hingga Balai Pengobatan, tergantung untuk apa
rumah ini dibuat.

Zaman dulu, setiap desa memiliki setidaknya satu rumah adat Salaso Jatuh Kembar. Tapi saat
ini, musyawarah yang tidak lagi menjadi acara rakyat kerap digelar di rumah warga sedangkan
semua hal yang menyangkut keagamaan dimusyawarahkan di masjid setempat. Adapun beberapa
ciri-ciri rumah adat Salaso Jatuh Kembar, salah satunya adalah bangunan selasar yang lebih
rendah dibandingkan dengan ruang tengah. Tempat ini digunakan untuk berkumpul seluruh
anggota musyawarah. Di bagian dalam rumah ini pun tidak ada kamar-kamar seperti rumah pada
umumnya, hanya ada sekat yang memisahkan ruang tengah dan telo. Telo sendiri merupakan
tempat untuk mempersiapkan makanan.

2. Rumah Adat Balai Salaso Jatuh

Balai salaso jatuh adalah bangunan seperti rumah adat tapi fungsinya bukan untuk tempat tinggal
melainkan untuk musyawarah atau rapat secara adat. Sesuai dengan fungsinya bangunan ini
mempunyai macam-macam nama antara lain : Balairung Sari, Balai Penobatan, Balai Kerapatan
dan lain-lain. Bangunan tersebut kini tidak ada lagi, didesa-desa tempat musyawarah dilakukan
di rumah Penghulu, sedangkan yang menyangklut keagamaan dilakukan di masjid.Balai Salaso
Jatuh mempunyai selasar keliling yang lantainya lebih rendah dari ruang tengah, karena itu
dikatakan Salaso Jatuh. Semua bangunan baik rumah adat maupun balai adat diberi hiasan
terutama berupa ukiran.Puncak atap selalu ada hiasan kayu yang mencuat keatas bersilangan dan
biasanya hiasan ini diberi ukiran yang disebut Salembayung atau Sulobuyung yang mengandung
makna pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
3. Rumah Melayu Lipat Kajang

Rumah adat Riau yang lain bernama rumah Melayu


Lipat Kajang yang kini sudah mulai punah. Bahkan
meskipun ada, rumah ini merupakan bangunan
pemerintah yang telah direnovasi dan terlihat lebih
modern. Sesuai namanya, rumah Melayu Lipat
Kajang memiliki lipatan bumbung yang curam dan
kerap dipanggil dengan sebutan Lipat Kajang.
Bubungan tersebut bertujuan agar atap rumah bisa
mengalirkan air hujan langsung ke bawah.

Untuk bagian dinding dan juga lantai rumah


biasanya terbuat dari anyaman sehingga bagian dalam rumah lebih sejuk berkat ventulasi kecil di
sela-sela anyaman bambu. Meski berkonsep rumah panggung, rumah ini tidak memiliki tiang
penyangga karena pondasi rumah langsung melekat ke tanah. Secara umum, rumah ini terbuat
dari bahan dasar kayu dan bahan lain dari alam yang ramah lingkungan. Namun sayangnya,
percampuran budaya dan pergeseran zaman membuat rumah melayu Lipat Kajang sudah jarang
dan bahkan sudah hilang dari peradaban. Kini banyak masyarakat Riau yang lebih memilih untuk
membangun rumah modern dibandingkan rumah adat melayu riau Lipat Kajang.

4. Rumah Melayu Atap Lontik

Selain menyebut dengan nama rumah Melayu


Atap Lontik, beberapa orang juga menyebut
rumah ini dengan sebutan rumah Lancang atau
Pencalang berkat atap rumah ini yang meruncing
tajam. Seperti rumah khas Sumatera lain, atap
rumah melayu Atap Lontik terlihat seperti tanduk
kerbau. Sementara keempat sisi dinding rumah ini
miring keluar, mirip dengan lancang (perahu).
Banyak yang beranggapan bahwa rumah Lontik
terinspirasi dari rumah adat Minangkabau
mengingat dua wilayah ini saling berbatasan.

Rumah Lontik sendiri merupakan sebuah simbol


yang menandakan penghormatan pada Tuhan yang Maha Kuasa. Selain itu, rumah ini juga
melambangkan rasa sayang dengan sesama manusia. Sama dengan rumah adat Riau yang
mengusung konsep rumah panggung, bagian bawah rumah digunakan untuk menyimpan hewan
ternak. Selain itu, tangga rumah Lontik juga berjumlah 5 yang melambangkan rukun Islam. Ya,
masyarakat Melayu yang sebagian besar menganut agama Islam menganggap bahwa filosofi
tangga tersebut bisa mengantar manusia ke surga (rumah).
5. Rumah Melayu Atap Limas Potong

Jenis rumah adat Riau yang terakhir bernama rumah Melayu Atap Limas Potong. Sesuai dengan
namanya, atap ruah ini berbentuk limas yang terpotong sehingga bagian atap tidak lancip atau
mengerucut. Rumah panggung ini tingginya 1,5 meter dari atas permukaan tanah. Sedangkan
bagian dinding terbuat dari papan. Di dalamnya, terdapat 5 bagian yang terdiri dari teras, ruang
depan, ruang tengah, ruang belakang yang digunakan sebagai tempat tidur, dan juga dapur.
Biasanya ukuran rumah menjadi penanda kekayaang sang pemilik. Semakin besar dan luas
rumah melayu Atap Limas Potong, maka bisa dipastikan semakin banyak harta sang pemilik
rumah.

Diantara rumah adat Riau yang lain, rumah melayu Atap Limas Potong merupakan salah satu
yang paling tidak populer. Pamornya kalah dengan rumah adat melayu riau Selaso Jatuh Kembar
yang banyak digunakan oleh masyarakat setempat.

Demikian beberapa jenis rumah adat Riau yang dikenal hingga saat ini. Dari setiap gambar kita
sudah bisa membedakan setiap jenis rumah tradisional Riau yang butuh perhatian agar tidak
punah ditelan oleh modernitas dan juga perkembangan zaman.

Paling Sering Dicari:

 rumah adat riau


 Rumah Adat suku melayu
 gambar rumah adat riau
 rumah adat kepri
 gambar rumah adat kepulauan riau
 rumah adat riau dan penjelasanya
 sebutkan suku Riau dengan rumah adat dan pakaian adat
 konopi rumah adat riau
 kepulauan riau adat
 gambar rumah adat ria

Anda mungkin juga menyukai