Anda di halaman 1dari 5

4.

Arti, fungsi, dan bentuk Bangunan


Bangunan tradisional Melayu adalah suatu bangunan yang
utuh yang dapat dijadikan sebagai tempat kediaman keluarga, tempat
bermusyawarah, tempat beradat, berketurunan dan tempat
berlindung Siapa saja yang memerlukannya.
Menurut tradisi orang Melayu Riau percaya pada 4 cahaya di
Bumi yang terdiri dari rumah tangga, ladang bertumpuk, beras padi,
dan anak-anak muda. Rumah tangga sebagai cahaya pertama
hendaknya dijaga dan dipelihara sebaik-baiknya dengan dipagari adat
atau tradisi. Kandungan makna dan fungsi bangunan dalam
kehidupan orang Melayu sangat luas, sehingga menjadi kebanggaan
dan memberikan kesempurnaan hidup. Oleh karena itu itu
hendaknya didirikan dengan tata cara yang sesuai dengan ketentuan
adat, sehingga bangunan itu dapat disebut “rumah sebenar rumah”.
Bentuk bangunan tradisional Melayu biasanya ditentukan oleh
bentuk atapnya seperti atap belah bubung, atap limas, dan atap
lontik. Rumah dengan Perabung lurus pada tengah Puncak atap,
dengan kedua sisi atapnya curam ke bawah seperti huruf V terbalik
disebut atap belah bubung, bubung Melayu atau rabung Melayu.
a. Balai Salaso Jatuh
Rumah adat Riau yang pertama, yaitu Balai Salaso Jatuh.
Namanya memang cukup unik, tetapi fungsi dari rumah ini
sangat penting. Balai Salaso Jatuh tidak dijadikan sebagai tempat
tinggal, tetapi sebuah tempat untuk musyawarah atau rapat
secara adat masyarakat Riau. Bangunan in mempunyai
bermacam-macam nama sesuai fungsinya, seperti Balairung Sari,
Balai Penobatan, Balai Kerapatan dan lain-lain.

Karakteristik dari balai ini adalah terdapat selaras yang


mengelilingi seluruh bangunan. Selain itu posisi lantainya pun
lebih rendah ruang tengahnya. Ukiran dan corak-corak pada
bangunan ini biasanya berbentuk motif hewan dan tumbuhan.
Setiap motifnya pun memiliki namanya masing-masing. 

b. Rumah Melayu Atap Lontik


Rumah Melayu Atap Lontik yang biasa disebut Rumah
Lancang atau Pencalang merupakan tempat tinggal suku bangsa
Melayu di Lima Koto, Riau. Disebut Lancang dan Pelancang
karena bentuk hiasan kaki dindingnya seperti perahu atau
Pencalang. Karena biasanya didirikan di pinggir sungai, maka
bentuk bangunannya berupa rumah panggung agar terhindar dari
banjir atau serangan binatang buas.

c. Rumah Adat Riau Salaso Jatuh Kembar


Rumah adat Salaso Jatuh Kembar merupakan ikon dan
simbol untuk provinsi Riau. Bentuknya hampir sama dengan
Balai Salaso Jatuh. Bangunan ini berbentuk rumah panggung
berukuran besar dan memiliki beberapa tingkat. Karena bukan
dijadikan sebagai tempat tinggal, bangunan ini memiliki beberapa
ruangan. Ada ruang untuk tempat bermusyawarah pertemuan
adat, menyimpan benda-benda adat seperti alat musik tradisional,
hingga dapur.

d. Rumah Melayu Lipat Kajang


Karena menyerupai bentuk perahu, maka dinamakan
Rumah Melayu Lipat Kajang. Bentuk bumbung curam yang
disebut Lipat Kajang ini bisa memudahkan air hujan untuk turun.
Seiring berkembangnya zaman dan makin maraknya konsep
bangunan arsitektur modern, rumah adat ini sudah jarang
ditemukan bahkan tidak digunakan lagi oleh masyarakat Riau.

e. Rumah Melayu Atap Limas Potong


Rumah Melayu Atap Limas Potong merupakan rumah adat
yang sering digunakan oleh mayoritas masyarakat Riau. Rumah
ini memiliki bentuk atap seperti bangunan limas yang terpotong.
Bangunannya berbentuk rumah panggung dengan tinggi sekitar
1,5 meter. Selain itu, bangunan ini secara keseluruhan terbuat
dari kayu atau papan. Makin kaya pemilik rumahnya, maka
makin besar pula bentuk rumahnya. 

Itulah dia 5 nama rumah adat Riau beserta gambar-


gambarnya. Kira-kira bangunan mana saja yang sudah kamu
ketahui? Semoga bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuanmu tentang budaya di Indonesia ya, Bela
5. Lambang – lambang dalam bangunan melayu Riau
Bagi masyarakat Melayu rumah bukan saja sebagai tempat
tinggal di mana kegiatan kehidupan dilakukan dengan sebaik-
baiknya. Tetapi juga menjadi lambang kesempurnaan hidup.
Beberapa ungkapan tradisional Melayu menyebutkan rumah sebagai
“Cahaya Hidup di Bumi, Tempat Beradat Berketurunan, Tempat
Berlabuh Kaum Kerabat, Tempat Singgah Dagang Lalu, Hutang
Orang tua kepada Anaknya”.
Langkah pertama yang dilakukan sebelum mendirikan rumah
adalah melakukan musyawarah, baik antar keluarga maupun dengan
melibatkan anggota masyarakat lain. Biasanya dalam musyawarah,
dijelaskan tentang segala pantangan dan larangan, serta adat dan
kebiasaan yang harus dilakukan dengan tertib. Pengerjaannya
ditekankan pada asas kegotong-royongan yang disebut batobo,
besolang, bepiari, atau betayan. Seseorang yang mendirikan suatu
bangunan tanpa mengadakan musyawarah dapat dianggap sebagai
orang yang “kurang adab” atau “tak tahu adat”. Bangunan yang
didirikan tanpa musyawarah akan menyebabkan pemiliknya
mendapat umpatan masyarakat, sedangkan bangunan itu sendiri
dianggap gawal atau sewal, yaitu mendatangkan sial.

6. Upacara
Mendirikan bangunan bagi masyarakat Melayu Riau dilakukan
secara tradisional dan memerlukan bermacam-macam upacara agar
harapan pemilik dan semua orang yang terlibat dalam pengerjaannya
terpenuhi. Selain itu, upacara juga ditujukan supaya mereka semua
terhindar dari malapetaka. Upacara yang umum dilakukan dalam
pekerjaan ini adalah Beramu, Mematikan Tanah, dan Menaiki Rumah.
a. Upacara Beramu
Upacara Beramu disebut juga Mendarahi kayu, Meramu,
atau Membahan. Tujuannya agar orang-orang yang terlibat dalam
pembuatan bangunan tidak mendapat gangguan dari “penunggu
hutan. Upacara ini disebut Mendarahi Kayu, karena Pawang yang
memimpin upacara ini lebih dulu menyiram kayu yang akan
ditebang dengan darah ayam sebelum ditepungtawari. Darah
ayam yang disiram ke pangkal pohon itu melambangkan
bersebatinya darah manusia dengan darah semua makhluk dalam
hutan, sehingga mereka tidak akan mengganggu orang-orang
tersebut. Lambang-lambang yang terdapat dalam upacara ini
mencerminkan sikap hidup orang Melayu yang senantiasa
menghormati orang lain serta selalu ingin menjalin persahabatan
dan persaudaraan dengan siapa saja di bumi ini.

b. Upacara Mematikan Tanah


Upacara Mematikan Tanah bertujuan untuk membersihkan
tanah tempat bangunan akan didirikan dari segala makhluk halus
yang mendiaminya. Upacara yang dilakukan secara besar-besaran
ini disertai dengan penyembelihan seekor kerbau. Jika diadakan
secara sederhana, upacara itu disertai dengan penyembelihan
seekor kambing atau seekor ayam. 

c. Upacara Menaiki Rumah


Upacara Menaiki Rumah ditujukan sebagai ucapan terima
kasih dari pemilik rumah atau bangunan itu kepada orang-orang
yang telah ikut membantu. Kadang-kadang upacara ini diikuti
kenduri atau makan bersama yang didahului doa selamat.

7. Letak Rumah
Tempat-tempat yang baik untuk mendirikan bangunan
menurut tradisi Melayu Riau adalah :
a. Tanah liat yang berwarna kuning dan hitam. Rumah di atas tanah
ini diyakini akan membuat penghuninya tidak diserang penyakit
jerih, pitani, dan sawan babi.
b. Tanah yang datar. Rumah yang didirikan di sini dipercayai akan
membuat penghuni bangunan selalu tenang hidupnya dan
disenangi dalam pergaulan.
c. Tanah yang miring ke belakang. Rumah di sini dipercayai akan
membuat penghuninya tidak kekurangan rezeki.
d. Tanah belukar. Rumah yang dibangun di sini dipercayai akan
membuat penghuni mendapat rezeki yang halal, bebas dari
gangguan hantu dan makhluk halus lain.
e. Tanah yang dekat dengan sumber air. Menurut kepercayaan,
rumah di atas tanah ini akan membuat penghuninya mendapat
rezeki melimpah.

Tempat-tempat yang tidak baik untuk mendirikan bangunan


menurut tradisi Melayu Riau adalah :
a. Tanah dusun atau kebun yang belum ada tanaman tua atau
tanaman keras. Menurut kepercayaan Melayu, penghuni bangunan
di sini tidak akan melarat hidupnya, tetapi rezekinya juga tidak
melimpah.
b. Tanah bercampur pasir. Orang Melayu percaya bahwa penghuni di
sini akan terhindar dari penyakit sampar.
c. Tanah bekas perumahan lama. Rumah di lahan ini dipercaya akan
membuat penghuninya mendapat nasib seperti pemilik bangunan
lama
d. Tanah terbuang atau terlantar. Menurut kepercayaan mereka
penghuni rumah di sini akan berhasil dalam hidup jika kesialan
tanah tersebut dibuang.
Tempat-tempat yang tidak baik untuk mendirikan bangunan
menurut tradisi Melayu Riau adalah :
a. Tanah gambut. Penghuni bangunan di atas tanah ini diyakini akan
menderita penyakit tulang.
b. Tanah kuburan. Menurut kepercayaan orang Melayu penghuni di
atas lahan ini akan diganggu oleh hantu atau diserang berbagai
penyakit.
c. Tanah bekas orang mati berdarah. Rumah di atas tanah semacam
ini dipercayai akan membuat penghuninya mendapat celaka dan
diganggu oleh hantu orang yang mati di situ.
d. Tanah bekas orang yang mati karena penyakit sampar. Penghuni
bangunan di atas tanah ini dipercaya akan mendapat nasib yang
sama.
e. Tanah "tahi burung", yaitu tanah berlekuk-lekuk. Menurut
kepercayaan orang Melayu penghuni rumah di atas tanah seperti
ini akan mendapat penyakit bubul.
f. Tanah berbusut dan beranai-anai. Orang Melayu percaya bahwa
penghuni rumah di atas tanah ini akan melarat.
g. Tanah wakaf. Penghuni rumah di atas tanah ini dipercayai akan
ditimpa kutukan.
h. Lidah tanah yaitu tanah yang berbusut panjang. Penghuni
bangunan di atas tanah ini diyakini tak akan tetap mendiami
rumahnya.

8. Arah Bangunan
9. Memilih Bahan Bangunan
10. Ukuran Bangunan
11. Tiang
12. Tangga
13. Bendul

Anda mungkin juga menyukai