DISUSUN OLEH :
Peralatan dapur dan makan khas Melayu masih terawat dengan baik dan dipajang
di bagian dapur rumah, seperti piring, sendok, panci, tungku kayu, beberapa
tempayan, dan peralatan dapur lainnya. Pada zaman dahulu, salah satu tempayan
yang berukuran besar itu ditaruh di luar rumah, yaitu di sebelah anak tangga bawah.
Tempayan itu berisi air yang digunakan setiap orang untuk mencuci kaki mereka
setiap kali akan masuk ke dalam rumah. Seperti adat Melayu pada umumnya, setiap
orang yang akan masuk ke dalam rumah harus melepas sepatu maupun sandal
mereka terlebih dahulu, kemudian mencucinya dengan air bersih.
Rumah tradisional ini merupakan milik Haji Said, salah satu penduduk Batam yang
sudah mulai menempati rumah ini sejak November 1959. Rumah ini terletak di
Kampung Melayu, RT 01 RW 08, Kel. Batu Besar, Nongsa Tak jauh dari pantai
wisata Boneta.
Rumah ini Berada di tengah - tengah kebun kelapa nan rimbun, sangat kontras
dengan rumah-rumah di sekitarnya yang lebih modern. Saat ini, keberadaaan rumah
adat limas potong ini menjadi sulit untuk ditemukan di Riau Khususnya di Batam.
Karena alasan itu, rumah milik Haji Sain ini akhirnya dijadikan sebagai cagar
budaya oleh pemerintah kota setempat. Setelah mengalami beberapa renovasi
pada bagian rumah tanpa menghilangkan bentuk aslinya rumah adat limas
potong ini diresmikan sebagai tempat wisata dan terbuka untuk umum pada
November 2011.