Anda di halaman 1dari 14

E k o Purwanto

01202-029
Arsitektur – Universitas Mercu Buana

BAB 6
KONSEP PERENCANAAN

1. Konsep Perencanaan Rest Area


1. Ketentuan umum perencanaan
 Penempatan bangunan tidak boleh mengganggu
fungsi prasarana kota, lalu lintas dan ketertiban umum.
 Pada lokasi-lokasi tertentu Kepala Daerah dapat
menetapkan secara khusus arahan rencana tata
bangunan dan lingkungan.
 Pada jalan-jalan tertentu, perlu ditetapkan
penampang-penampang (profil) bangunan untuk
memperoleh pemandangan jalan yang memenuhi
syarat keindahan dan keserasian.
 Bilamana dianggap perlu, persyaratan lebih lanjut dari
ketentuan-ketentuan ini dapat ditetapkan
pelaksanaaannya oleh Kepala Daerah dengan
membentuk suatu panitia khusus yang bertugas
memberi nasehat teknis mengenai ketentuan tata
bangunan dan lingkungan.

2. Perencanaan Rest Area


Kebutuhan akan fasilitas yang nyaman dan aman
ketika berada ruas tol adalah faktor utama dibangunya rest
area. Sesuai dengan fungsinya sebagai tempat
peristirahatan, rest area dituntut untuk memberikan
kenyamanan serta keamanan bagi penggunanya sehingga
dalam rest area tersebut terdapat fasilitas-fasilitas
pendukung agar para pengguna jalan tol tersebut dapat
merasa nyaman.

Struktur Sebagai Elemen Estetika90


Rest area
E k o Purwanto
01202-029
Arsitektur – Universitas Mercu Buana

Lokasi tapak jakarta-merak merupakan Lokasi tapak


yang berada di ruas jalan tol yang memiliki tingkat volume
lalu lintas yang cukup tinggi bila dibandingkan pada ruas
jalan tol lainnya. Berdasarkan hal tersebut, keberadaan rest
area menjadi kebutuhan bagi pengguna jalan tol untuk
beristirahat sejenak untuk melepaskan lelah dari padatnya
lalu lintas atau kebutuhan kendaran untuk mengisi bahan
bakar .
Selain itu, lokasi tapak yang berada di ruas jalan tol
yang memiliki tingkat kecelakaan yang cukup tinggi bila
dibandingkan dengan ruas jalan tol lainnya. Sehingga
keberadaan rest area di lokasi ini akan mampu menekan
tingkat kecelakaan seminim mungkin.

6.1.3 Kriteria Perencanaan


Ada beberapa Kriteria dalam penetapan
perancanaan Rest Area :
 Mempunyai panjang jalan minimum 30 km.
 Mempunyai minimum 2 jalur lalu lintas dan setiap
jalur terbagi atas 2 lajur.
 Mempunyai tingkat rawan kecelakaan sedang dan
tinggi.
 Mempunyai lahan yang memadai untuk
penempatan fasilitas tempat
pelayanan. istirahat dan
6.2 Konsep Pencapaian Tapak
Konsep pencapaian tapak ini ingin merencanakan sebuah
pencapaian ke dalam tapak dengan mudah bagi para
pengguna jalan tol, dengan menggunakan alat transportasi
pribadi maupun umum dan yang lainya.
Pada konsep pencapaian ini yang dipakai yaitu konsep
pencapaian secara berputar yaitu ingin menonjolkan atau
memberi efek sebuah bangunan agar mempertegas bentuk tiga

Struktur Sebagai Elemen Estetika91


Rest area
E k o Purwanto
01202-029
Arsitektur – Universitas Mercu Buana

dimensi banguan tersebut, tujuan pencapain tersebut yaitu


memberikan efek psikologis penggunjung rest area dan pengguna
jalan tol, agar para pengguna jalan tol dan pengunjung rest area
ini, ketika lelah akan merasa segar dan tidak merasa jenuh
kembali setelah melihat bentuk bangunan secara tiga dimensi
dan lingkungan sekitar rest area .

6.3 Konsep Sirkulasi Dalam Tapak


Konsep sirkulasi dalam tapak ini ingin memberikan kesan
mengarahkan kepada para pengunjung rest aera tempat-tempat
tertentu, dengan perencanaan titik-titik yang menarik ( point of
interest) sehingga dapat dinikmati bagi para pengunjung
rest area maupun bagi para pengguna jalan tol yang kebetulan
hanya lewat rest area tersebut.
Ada beberapa konsep sirkulasi berdasarkan kepada
konsfigurasi jalur:

Kriteria Linier Radial Spiral Grid Jaring


Pemilihan an

Efisiensi √ √
Kejelasan √ √ √ √
arah
Memberi √
keteraturan

Struktur Sebagai Elemen Estetika92


Rest area
E k o Purwanto
01202-029
Arsitektur – Universitas Mercu Buana

Pada konsep sirkulasi ini yang dipakai yaitu:


Penerapan pola sirkulasi linier pada rest area pada
bagian parkir dan fasilitas rest area dengan tujuan:
 Mengikuti bentuk lintasan yang memanjang.
Penerapan pola sirkulasi radial pada rest area : pada
bagian pintu masuk rest area dengan tujuan:
 Untuk memecah pada pintu masuk rest area ini
terbagi menjadi dua yaitu kendaran GOL. 1 dan
kendaran GOL. 2
Penerapan pola sirkulasi grid pada rest area pada
bagian kantor pengelola, dengan tujuan:

 Memberikan kemudahan bagi karyawan untuk


sirkulasi antar ruangan.
 Kemudahan pengawasan oleh pimpinan.

6.4 Konsep Orientasi Bangunan Pada Tapak


Konsep orientasi bangunan pada tapak ini, ingin
memberikan efek psikologis lingkungan pada para pengunjung
rest area maupun bagi para pengguna jalan tol, agar tidak
merasa jenuh ketika berada di ruas tol, sebab pada orientasi
bangunan ini
langsung menghadap main entrence agar dapat dinikmati
bagi para pengguna jalan tol dan juga pengunjung rest area
dan juga memberikan Keserasian bentuk bangunan
dengan kondisi Struktur Sebagai Elemen Estetika93
Rest area
E k o Purwanto
01202-029
Arsitektur – Universitas Mercu Buana

lingkungan disekitar tapak. Sehingga konsep orientasi yang dibuat


seperti konsep orientasi alternatif 1.

T
B

5. Konsep Pola Massa Bangunan


Pada konsep pola massa bangunan yang akan digunakan,
ditentukan dengan kriteria hal-hal sebagal berikut:
 Sesuai dengan kebutuhan (kegiatan/fungsi).
 Menyesuaikan dengan luas lahan.
 Menyesuaikan dengan keadaan tanah (kontur tanah).
 Kegiatan dapat dipisahkan sesuai keinginan sehingga tidak
saling mengganggu.
Sehingga pada konsep pola massa bangunan yang
dipakai yaitu konsep pola massa bangunan majemuk/terpisah
sebab banguan rest area ini membutuhkan bangunan yang
berbeda-
beda dengan fungsi yang berbeda pula.

Struktur Sebagai Elemen Estetika94


Rest area
E k o Purwanto
01202-029
Arsitektur – Universitas Mercu Buana

6. Konsep Bentuk Dasar Massa Bangunan


Kriteria pemilihan konsep bentuk dasar massa banguan rest
area:
 Bentuk massa mendukung pendekatan prinsip-prinsip
struktur sebagai elemen estetika.
 Bentuk massa bangunan dapat memberikan efek
psikologis bagi para pengguna jalan tol maupun
pengunjung rest area tersebut.
 Bentuk masa bangunan harus dirancang dengan
memperhatikan bentuk dan karakteristik arsitektur
lingkungan yang ada di sekitarnya, atau yang
mampu sebagai pedoman arsitektur atau teladan
bagi lingkungannya.
 Bentuk masa bangunan sesuai kondisi daerahnya
harus dirancang dengan mempertimbangkan
kestabilan struktur dan ketahanannya terhadap
gempa.
 Bentuk bangunan harus dirancang dengan
mempertimbangkan terciptanya ruang luar
bangunan yang nyaman dan serasi terhadap
lingkungannya.
Pada konsep bentuk dasar massa bangunan yang pakai
yaitu bentuk dasar kubus dengan menambahkan lengkungan
dan pembesar pada permukaan atas agar bentuk-bentuk tidak
monoton.

Struktur Sebagai Elemen Estetika95


Rest area
E k o Purwanto
01202-029
Arsitektur – Universitas Mercu Buana

6.7 Konsep Struktur Banguanan


6.7.1 Persyaratan Struktur
 Struktur bangunan yang direncanakan secara umum harus
memenuhi persyaratan keamanan (safety) dan kelayakan
(serviceability).
 Struktur bangunan harus direncanakan dan dilaksanakan
sedemikian rupa, sehingga pada kondisi pembebanan
maksimum, keruntuhan yang terjadi menimbulkan kondisi
struktur yang masih dapat mengamankan penghuni, harta
benda dan masih dapat diperbaiki.
 Struktur bangunan harus direncanakan mampu memikul
semua beban dan pengaruh luar yang mungkin bekerja
selama kurun waktu umur kelayakan struktur, termasuk
kombinasi pembebanan yang kritis (antara lain: meliputi
beban gempa yang mungkin terjadi sesuai zona
gempanya), dan beban-beban lainnya yang secara logis
dapat terjadi pada struktur.

2. Pemilihan Struktur
Jenis Struktur yang dipakai berdasarkan pertimbangan :
 Struktur yang cepat pengerjaannya mengingat
bangunan ini adalah bangunan publik yang sangat
mempertimbangkan dampak pembangunannya pada
kegiatan perekonomian maupun transportasi secara
massal.

Struktur Sebagai Elemen Estetika96


Rest area
E k o Purwanto
01202-029
Arsitektur – Universitas Mercu Buana

 Struktur yang hemat biaya, biaya disini tidak diartikan


murah dalam pembangunannya saja tetapi juga
dalam hal ketahanan dan kekuatannya sehingga
tidak membutuhkan biaya perawatan yang mahal.
 Struktur yang fleksibel dengan penataan ruang-ruang
di dalamnya.
 Struktur yang dapat menciptakan atau mendukung
kontinuitas ruang dengan modul yang sesuai dengan
ruang gerak manusia.
 Struktur yang memiliki nilai estetika yang baik untuk
diekspresikan.
Pada pertimbangan pemilihan struktur diatas maka
pemilihan struktur yang tepat yaitu konsep struktur
bangunan ini menggunakan sistem struktur kabel dan tiang
penopangnya dan juga tiang pendukung berbentuk V
agar sistem struktur ini dapat stabil dan juga menghasilkan
nilai-nilai estetika yang indah.

6.8 Konsep kebisingan


Pada konsep kebisingan ini ingin membuat sebuah rest
area yang nyaman dan tenang walupun lokasi tapak berada di
ruas tol yang notabennya memiliki tingkat polusi (pencemaran
udara) serta kebisingan yang cukup tinggi. Sehingga pada konsep

Struktur Sebagai Elemen Estetika97


Rest area
E k o Purwanto
01202-029
Arsitektur – Universitas Mercu Buana

kebisingan ini memberikan sebuah pohon dan juga taman pada


agar dapat meredam kebisingan dan juga polusi udara selain itu
dengan memberikan bukaan-bukaan dengan kaca yang tebal.

6.9 konsep Pengelompokan Pada Bangunan

Pada bagian ini difungsikan


Pada bagian ini difungsikan sebagai ruang public,
sebagai ruang public, seperti restaurant, café,
seperti motel, kantin, lahan ATM, kantin
parkir kendaran Gol 1

Pada bagian ini difungsikan


sebagi lahan parkir GOL 2

Pada bagian ini khususkan bagi


kendaran seperti bengkel dan
SPBU.

Pada bagian ini difungsikan


sebagai tempat istirahat.

Struktur Sebagai Elemen Estetika98


Rest area
E k o Purwanto
01202-029
Arsitektur – Universitas Mercu Buana

10. Konsep Perencanaan Utilitas Banguanan


1. Ventilasi
Pada konsep ventilasi/pengudaraan yang dipakai
yaitu pengudaraan secara alami dan pengudaran buatan,
pengudaraan alami digunakan pada tempat-tempat atau
ruang-ruang tertentu misalkan pada tempat SPBU, tempat
parkir, Tempat pujasera, tempat istirahat dan lain-
lain, penggunaan pengudaraan buatan juga sangat
dibutuhkan terutama pada tempat-tempat yang
dianggap pada penggudaran alami sudah tidak mampu
lagi untuk dipergunakan karean alasan kurang nyaman,
sehingga diperlukan sebuah pengudaraan buatan
misalkan tempat restaurant, Cafe, Minimarket dan lain-lain.
2. Penerangan/ Pencahayaan
Pada konsep penerangan/pencahayaan bangunan
rest area ini menggunakan dua penerangan yaitu
penerangan alami (matahari) dan penerangan buatan
(lampu), pada penerangan alami diusahakan semaksimal
mungkin dipergunakan pada siang hari dan
penerangan buatan dipergunakan pada malam hari.
Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik
apabila
 :
Pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan
jam
16.00 waktu setempat, terdapat cukup banyak
cahaya yang masuk ke dalam ruangan.

Distribusi cahaya di dalam ruangan cukup merata
dan atau tidak menimbulkan kontras yang
mengganggu.

Struktur Sebagai Elemen Estetika99


Rest area
E k o Purwanto
01202-029
Arsitektur – Universitas Mercu Buana

Tujuan pemanfaatan cahaya matahari sebagai


penerangan alami dalam bangunan adalah sebagai
berikut :
a. Menghemat energi dan biaya operasional bangunan.
b. Menciptakan ruang yang sehat mengingat sinar
matahari mengandung ultraviolet yang memberikan
efek psikologis bagi manusia dan memperjelas kesan
ruang.
c. Mempergunakan cahaya alami sejauh mungkin ke
dalam bangunan, baik sebagai sumber penerangan
maupun tidak langsung.

3. Sistem Keamanaan dan CCTV (Closed Circuit Television)


Keamanan dalam fasilitas umum mutlak diperlukan
pada saat ini, terlebih pada fasilitas-fasilitas penunjang
yang memiliki mobilitas tinggi dari para pengguna rest
area .
CCTV (Closed Circuit Television) adalah suatu alat
yang berfungsi untuk memonitor suatu ruangan melalui
layar
televisi/monitor, yang menampilkan gambar dari
rekaman kamera yang dipasang di setiap sudut ruangan
secara tersembunyi. (data, Utilitas Bangunan, Tangoro Dwi,
Universitas Indonesia Perss. 2004)

Dalam sistem ini, peralatan yang diperlukan


adalah :
 Kamera
 Monitor Televisi
 Kabel koaxial
 Timelaps video recorder , dan
 Ruang Kontrol

4. Pencegahan Kebakaran
Pada konsep pencegahan kebakaran mengunakan
tiga sistem pencegahan kebakaran yaitu:
Struktur Sebagai Elemen Estetika100
1. Sistem Hydrant Pilar Rest area
E k o Purwanto
01202-029
Arsitektur – Universitas Mercu Buana

2. Sistem Sprinkler
3. Sistem Hydrant box
(CO2)

Sistem pencegahan kebakaran dapat berfungsi


dengan baik jika dalam perencanaan bangunan tersebut
memperhatikan Klasifikasi yang telah dibuat oleh
pemerintah.
Klasifikasi bangunan-bangunan menurut ketentuan
struktur utamanya terhadap api, dibagi dalam :
 Kelas A
Strukturutamanya harus tahan api
sekurang-
kurangn 3 jam. Bangunan kelas A ini biasanya
ya bangunan untuk kegiatan umum, stasiun
merupakan
terminal, hotel, pertokoan, perkantoran, rumah sakit,
bangunan industri, pusat hiburan serta tempat rekreasi.
 Kelas B
Struktur utamanya harus tahan
terhadap api
sekurang kurangnya 2 Bangunan-bangunan
jam. tersebut meliputi bertingkat,
perumahan
sekolah, dan tempat ibadah. asrama,
 Kelas C
Bangunan-bangunan dengan ketahanan api dari
struktur utamanya selam 1 jam, biasanya bangunan-
bangunan yang tidak bertingkat dan sederhana.
 Kelas D

Struktur Sebagai Elemen Estetika101


Rest area
E k o Purwanto
01202-029
Arsitektur – Universitas Mercu Buana

Bangunan-bangunan yang tidak tercakup ke dalam


kelas A, B, C dan diatur tersendiri, seperti instalasi nuklir dan
gudang-gudang senjata/mesin. (data, Utilitas Bangunan, Tangoro
Dwi, Universit as Indonesia Perss. 2004)

Berdasarkan klasifikasi yang telah diuraikan,


maka
bangunan
area yang direncanakan masuk dalam
rest
klasifikasi Kelas A, dengan struktur utama harus tahan api
sekurang-kurangnya selama 3 jam.

6.10.5 Sistem Plambing


1. Sistem Penyediaan Air Bersih
a. Air bersih
Menggunakan sumber air
PAM dan
sumur artesis yang yang ditampung dalam
bak penampungan air kemudian dialirkan ke
ruang
b. – ruang.
Air Panas dan Uap
Fasilitas ini terdiri atas restaurant, cafe
dan , sistem
untuk pemipaankedaerah
disrtribusikan dan kelengkapannya
pelayanan.
Fasilitas air panas ini dibutuhkan
untuk kebutuhan ruang
2. ruang operasional dapur.
Sistem Pembuangan Air Kotor
Air kotor dibedakan
Kotoran atasberasal
padat, . dari kloset,
ditampung pada STP, kemudian dibuang
kepembuangan kota.
 Kotoran cair, berasal dani karnar mandi,
dapur, air hujan disalurkan ke bak kontrol
lalu ke pembuangan kota.

Struktur Sebagai Elemen Estetika102


Rest area
E k o Purwanto
01202-029
Arsitektur – Universitas Mercu Buana

6.10.6 Persampahan
Setiap bangunan baru dan atau perluasan
bangunan harus dilengkapi dengan fasilitas pewadahan
atau penampungan sampah sementara yang memadai,
sehingga tidak mengganggu kesehatan dan kenyamanan
bagi pengguna dan lingkungan sekitarnya.
Kapasitas pewadahan sampah atau tempat
penampungan sementara harus dihitung berdasarkan jenis
bangunan dan jumlah penghuninya, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Tempat pewadahan sampah
harus terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah rusak,
mempunyai tutup dan mudah diangkut. Bahan tersebut
dapat berupa kantong plastik, peti kemas fiberglass, peti
kemas baja, dan pasangan bata atau beton. Bentuk
pewadahan sampah harus disesuaikan untuk kemudahan
pengangkutan sampah oleh Dinas Kebersihan Kota, atau
Pengelola Pengangkutan Sampah.
Untuk sampah padat yang dikatagorikan sebagai
jenis buangan berbahaya dan beracun (sampah
B3), penempatan dan pembuangannya harus ditangani
secara khusus sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Struktur Sebagai Elemen Estetika103


Rest area

Anda mungkin juga menyukai