Anda di halaman 1dari 111

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ARSITEKTUR I

ARSITEKTUR
NUSANTARA
KELOMPOK 6
ANGGOTA KELOMPOK

MUHAMMAD FATARRABBANI MUHAMMAD ABIYAN NABIL T.M HAFIDZ SAYYIDINA


2104104010005 2104104010066 2104104010113

MUHAMMAD
HUSDA NUR FAJRI
ATHAARIQSYAH
2104104010031
2104104010105
DAFTAR ISI

ARSITEKTUR DI SULAWESI

ARSITEKTUR DI KEPULAUAN INDONESIA BAGIAN TENGAH

ARSITEKTUR DI IRIAN JAYA


ARSITEKTUR DI
SULAWESI
ARSITEKTUR TRADISIONAL
SULAWESI SELATAN

Tanah Toraja memiliki banyak tujuan wisata yang


sangat menarik bagi para pelancong. Bukan
hanya karena letak daerahnya yang jauh dari
keramalan sehingga terasa tenang dan
menenangkan, Tana Toraja juga bisa menjadi ikon
wisata Sulawesi Selatan karena wisata budaya
dan peninggalan arsitektur nenek moyang
mereka yang berupa rumah adat Tongkonan.
a)Latar Belakang dan Filosofi

Rumah adat Tongkonan adalah rumah adat


Sulawesi Selatan yang mempunyai bentuk
unik menyerupai wujud perahu dari kerajaan
Cina pada jaman dahulu. Rumah adat
tongkonan juga kerap kall disebut- sebut
mirip dengan rumah gadang dari daerah
Sumatera Barat.

Tongkonan berasal dari kata "tongkon" yang


berarti duduk. Rumah tongkonan sendiri
difungsikan sebagai pusat pemerintahan (to
ma' parenta), kekuasaan, dan strata sosial
pada elemen masyarakat toraja. Rumah adat
Tongkonan tidak bisa dimiliki secara
pribadi/perorangan karena rumah ini adalah
warisan nenek moyang dari setiap anggota
keluarga atau keturunan mereka.
b) Struktur dan Konstruksi

Struktur bangunan mengikut struktur makro-


kosmos yang memiliki tiga lapisan
banua(rumah) yakni bagian atas
(rattiangbanua), bagian tengah (kale banua)
dan bawah (sulluk banua).

Bagian atas (rattiangbanua) digunakan sebagai tempat menyimpan benda-benda pusaka


yang mempunyai nilai sakral dan benda-benda yang dianggap berharga. Pada bagian
atap rumah terbuat dari susunan bambu-bambu pilihan yang telah dibentuk sedemikian
rupa kemudian disusun dan dilkat oleh rotan dan ljuk. Atap bambu ini dapat bertahan
hingga ratusan tahun.
b) Struktur dan Konstruksi

Bagian tengah (kale banua) rumah


tongkonan memiliki 3 bagian dengan
fungsi yang berbeda. Pertama, Tengalok
di bagian utara difungsikan sebagai ruang
untuk anak-anak tidur dan ruang tamu.
Namun terkadang, ruangan ini digunakan
untuk menaruh sesaji. Kedua, Sall
dibagian tengah.. Ruangan ini biasa
difungsikan sebagai tempat pertemuan
keluarga, ruang makan, dapur dan tempat
disemayamkannya orang mati. Dan
ruangan terakhir adalah ruang sambung
yang banyak digunakan oleh kepala
keluarga

Bagian bawah (sulluk banua) digunakan sebagai tempat hewan peliharaan dan tempat
menaruh alat-alat pertanian. Fondasinya terbuat dari batu pilihan yang dipahat
berbentuk persegi.
1. Pondasi

Pada umumnya sistem struktur yang


dipakai untuk bangunan Tongkonan
adalah sistem konstruksi pasak (knock
down). Yaitu teknik. konstruksi yang
menggunakan sistem sambungan tanpa
paku dan alat penyambung selain kayu.
Bahan pondasi sendiri terbuat dari batu
gunung
2. Kolom/Tiang Arir

Terbuat dari kayu uru,bentuk kolom


persegi empat. Selain itu digunakan juga
kayu nibung agar tikus tidak dapat naik ke
atas, karena serat dari kayu ini sangat
keras dan rapat sehingga terlihat licin.
Kolom disisi barat dan timur jaraknya
rapat dan berjumlah banyak, agar kuat
menampung orang- orang yang datang
saat upacara kematian.
3. Balok

Seperti sloof, yaitu sebagai pengikat


antara kolom- kolom sehingga tidak
terjadi pergeseran tiang dengan pondasi.
Hubungan balok dengan kolom
disambung dengan pasak yang terbuat
dari kayu uru.
4. Lantai

Terbuat dari bahan papan kayu uru yang


disusun di atas pembalokan lantai
Disusun pada arah memanjang sejajar
balok utama. Sedangkan untuk alang
terbuat dari kayu banga.
5. Dinding

Dinding disusun satu dengan sambungan


pada papan dengan pengikat utama yang
dinamakan Somba Rinding. Fungsinya
sebagai rangka dinding yang memikul
beban. Pada dinding dalam tidak
terdapat ornamen-omamen, hanya dibuat
pada bagian luar bangunan.
6. Tangga

Tangga Rumah Tongkonan terletak


dibagian samping rumah, menuju pada
pintu masuk atau terletak di bagian
tengah rumah menuju langsung ruang
tengah atau Sall. Tangga menggunakan
kayu uru, yaitu sejenis kayu lokal yang
berasal dari Sulawesi
8. Jendela

Jendela pada rumah Tongkonan


umumnya terdapat 8 buah. Masing-
masing di setiap arah mata angin
terdapat 2 jendela. Fungsinya adalah
sebagai tempat masuknya aliran angin
dan cahaya matahari dari berbagai arah
mata angin.
9. Atap

Atapnya melengkung menyerupai perahu


(merupakan pengaruh budaya Cina)
terdiri atas susunan bambu (saat ini
sebagian tongkonan menggunakan atap
seng) dan diatasnya dilapisi ijuk hitam.
Terbuat dari bambu pilihan yang disusun
tumpang tindih dengan dikait oleh
beberapa reng bambu dan diikat oleh
rotan/tali bambu.
c) Bentuk dan Peruangan

Rumah tongkonan mempunyai 3 bagian yang memiliki


fungsi yang berbeda yaitu:

1) Tengalok/ tandok. di bagian utara digunakan menjdai


ruang bagi atau bisa juga dikatakan untuk anak-anak
tidur serta ruang tamu. Akan tetapi terkadang, ruangan
ini dipakai bagi atau bisa juga dikatakan untuk
menaruh sesaji.

2) Sall dibagian tengah, Ruangan ini biasa digunakan


menjdal tempat pertemuan keluarga, ruang makan,
dapur serta tempat disemayamkannya orang mati,

3) Ruang sumbu yang tidak sedikit dipakai oleh kepala


keluarga.
Rumah tongkonan memiliki 3 lapisan berbentuk segi empat yang bermakna empat
peristiwa hidup pada manusia yaitu, kelahiran, kehidupan, pemujaan dan kematian. Segi
empat ini juga merupakan simbol dari empat penjuru mata angin. Setiap rumah
tongkonan harus menghadap ke utara untuk melambangkan awal kehidupan, sedangkan
pada bagian belakang yaitu selatan melambangkan akhir dan kehidupan.
d) Ornamen

Ornamen rumah tongkonan berupa tanduk


kerbau serta empat warna dasar yaitu: hitam,
merah, kuning, dan putih yang mewakil
kepercayaan asli Toraja (Aluk To Dolo). Tiap
warna yang digunakan melambangkan hal-hal
yang berbeda. Warna hitam melambangkan
kematian dan kegelapan. Kuning adalah simbol
anugerah dan kekuasaan llahi. Merah adalah
warna darah yang melambangkan kehidupan
manusia. Dan, putih adalah warna daging dan
tulang yang artinya suci.

1. Ornamen Tanduk Kerbau

Ornamen tanduk Kerbau di depan tongkonan melambangkan kemampuan ekonomi sang


pemilik rumah saat upacara penguburan anggota keluarganya. Setiap upacara adat di
Toraja seperti pemakaman akan mengorbankan kerbau dalam jumlah yang banyak.
Tanduk kerbau kemudian dipasang pada tongkonan milik keluarga bersangkutan.
Semakin banyak tanduk yang terpasang di depan tongkonan maka semakin tinggi pula
status sosial keluarga pemilik rumah tongkonan tersebut.
2. Ukiran Dinding

Ukiran berwarna pada dinding rumah


tongkonan terbuat dari tanah liat. Ukiran-
ukiran tersebut selalu menggunakan 4
warna dasar yaitu hitam, merah, kuning
dan putih. Bagi masyarakat toraja, 4
warna itu memiliki arti dan makna
tersendiri. Warna kuning melambangkan
anugrah dan kekuasaan Tuhan (Puang
Matua), wama hitam melambangkan
kematian/duka, warna putih
melambangkan tulang yang berarti
kesudan dan warna merah melambangkan
kehidupan manusia.
e) Ciri khas

Ciri khas yang terdapat pada rumah tongkonan


suku toraja yaitu merupakan rumah adat yang
berbentuk rumah panggung dan berjejer serta
bangunan nya mengarah kearah utara karena
meyakini sebuah pepatah leluhur yaitu, rumah
tongkonan harus menghadap ke utara

Rumah tongkonan juga memiliki ciri khas yang terdapat pada bagian atapnya yang
berbentuk kepala kerbau dan sebuah tanduk jika dilihat dari samping, dan jika dilihat
dari arah depan maka akan terlihat seperti bentuk perahu. Ada anggapan, bahwa leluhur
orang Toraja datang menggunakan perahu dari negeri Cina. Ada pula asumsi, bahwa atap
rumah Tongkonan dibuat menyerupai tanduk kerbau, dikarenakan kerbau merupakan
simbol pokok dari harta benda bagi masyarakat Toraja. Nuansa unik dari rumah
Tongkonan yang luar biasa sekaligus sarat makna, jika diperhatikan tumbuhan hijau
merajalela ada di atas atapnya menjadikan rumah Tongkonan tampak sangat sakral
ARSITEKTUR TRADISIONAL
SULAWESI UTARA

Kota Manado secara hukum adat merupakan


wilayah dari Tanah Minahasa dimana
masyarakatnya sebagian besar berasal dari Suku
Minahasa yakni Sub Suku Tombulu, Tonsea,
Tontemboan atau Tompakewa, Toulour,
Tonsawang. Pasan atau Ratahan, Ponosakan, dan
Bantik. Ada juga masyarakat pendatang dari luar
negeri, seperti Bangsa Cina yang telah kawin
mawin dengan orang Manado-Minahasa dan
keturunannya disebut Cina Manado, Bangsa
Portugis dan Spanyol yang keturunannya disebut
Orang Borgo Manado. Bangsa Belanda yang
keturunannya disebut Endo Manado serta Bangsa
Arab, Jepang, dan India dimana perkawinan
mereka bersifat endogam.
Rumah Adat Sulawesi Utara Adapun bila kita
berbicara mengenai ikon budaya Provinsi
Sulawesi Utara, maka yang paling sering
diangkat di kancah nasional adalah budaya suku
Minahasa. Termasuk dalam hal ini adalah ketika
kita berbicara tentang rumah adat Sulawesi
Utara. Desain bangunan yang telah ditetapkan
secara resmi menjadi desain rumah adat
Sulawesi Utara adalah desain rumah
Walewangko. Desain ini adalah desain rumah
adat bagi penduduk Minahasa. Walewangko atau
juga bisa disebut rumah Pewaris memiliki
beberapa keunikan dan ciri khas tersendiri baik
dari segei arsitektur, maupun struktur
bangunannya.
a) Filosofi

Rumah adat tradisional Minahasa yang dikenal


dengan sebutan wale atau bale yang artinya
adalah tempat melakukan aktivitas dalam
kehidupan berkeluarga.

Berlandaskan filosofi masyarakat Minahasa, Rumah Panggung Manado atau Rumah


Minahasa yang berasal dari Desa Woloan, memiliki dua tangga di serambi depan. Tangga
di kiri dan kanan bagian depan rumah itu berperan khusus saat terjadi pinangan secara
adat. Pihak lelaki yang hendak meminang si gadis yang tinggal di rumah itu, harus masuk
ke rumah dengan menaiki tangga yang kiri. Jika kita melihat keluarga si lelaki keluar dari
rumah dengan menuruni tangga yang kanan, itu artinya pinangan mereka diterima oleh
tuan rumah. Sebaliknya, jika mereka turun melewati tangga yang kini lagi, yang mereka
pakai untuk naik ke rumah panggung itu, artinya pinangan mereka ditolak pihak tuan
rumah.
b) Struktur dan Konstruksi

1. Pondasi

Seperti yang terdapat pada rumah panggung di


Indonesia umumnya, bagian pondasi(kolong)
bangunan tetap menggunakan material batu,
beton maupun kayu. kayu kelapa itu sendiri
dengan dimensi yang tergantung volume
bangunan yang dipikulnya. Takikan pada pondasi
beton bisa diganti dengan ikatan tulangan beton
tersebut.
2. Lantai

Lantai bangunan tersusun dari konstruksi balok


lantai kayu, yang lantainya terbuat dari papan
lebar kayu cempaka.
3. Kolom

-Material dari kayu keras (kayu besi,kayu ebony)

-Hubungan tiang dan balok dikancing antara 2


ruas kayu dengan pasak dan pen.

-Terdapat 16-18 tiang penyanggah.

-Tinggi tiang 1.5 m-2,5 m.

-Ukuran 80-200 cm

-Fungsi kolong sebagai tempat menyimpan hasil


panen binatang peliharaan yaitu kuda.

Tiang (thn 1845-1945)

-Tiang penyanggah berukuran lebih kecil dan


lebih pendek, yaitu sebesar 30/30 cm atau
40/40 cm.

-Tinggi 1,5-2,5 meter


4. Tangga.

Tangga pada bangunan ini ada 2 yaitu bagian


serambi dan servis area. Pada serambi ada 2
tangga arah masuk (kanan-kiri). Menurut
kepercayaan nenek moyang Minahasa peletakan
tangga tersebut dimaksudkan apabila ada roh
jahat yang mencoba untuk naik dari salah satu
tangga maka roh jahat tersebut akan kembali
turun di tangga yang sebelahnya.

- Tangga terbuat dari kayu yang sama dengan


lantainya.

- Pada anak tangga strukturnya terbuat dari


kayu keras.

- Setiap anak tangga mengartikan tingkatan


jumlah harta untuk mempelai wanita.
5. Dinding.

Material dinding dari papan atau anyaman


bambu. Sedangkan material dinding penyekat
dari kayu lunak (kayu cempaka, kayu merah).
Mengunakan system sambungan pen.
6. Pintu.

- Tinggi pintu sekitar 1 m melambangkan


penghormatan pada tuan rumah

- Material terbuat dari kayu keras


7. Jendela.

-Kontruksi jendela 2 sayap

-Letaknya banyak diarah kanan maupun kiri


8. Atap.

Rangka atapnya adalah gabungan bentuk


pelana dan limas. Atapnya berupa
konstruksi kayu bambu balangan yang
diikat dengan tall ijuk pada usuk dari
bambu.
c) Bentuk dan Peruangan

Nama lain dari Walewangko adalah Rumah


Pewaris. Rumah adat yang satu ini memiliki
tampilan fisik yang apik, la secara umum
digolongkan sebagai rumah panggung. Tiang
penopangnya dibuat dari kayu yang kokoh. Dua
di antara tiang penyanggah rumah ini, konon
kabarnya, tak boleh disambung dengan apapun.
Bagian kolong rumah pewaris ini lazim
dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan
hasil panen atau godong.

Berlandaskan filosofi masyarakat Minahasa, Rumah Panggung Manado atau Rumah


Minahasa yang berasal dari Desa Woloan, memiliki dua tangga di serambi depan. Tangga
di kiri dan kanan bagian depan rumah itu berperan khusus saat terjadi pinangan secara
adat. Pihak lelaki yang hendak meminang si gadis yang tingal di rumah itu, harus masuk
ke rumah dengan menaiki tangga yang kiri. Jika kita melihat keluarga si lelaki keluar dari
rumah dengan menuruni tangga yang kanan, itu artinya pinangan mereka diterima oleh
tuan rumah. Sebaliknya, jika mereka turun melewati tangga yang kini lagi, yang mereka
pakai untuk naik ke rumah panggung itu, artinya pinangan mereka ditolak pihak tuan
rumah.
Seperti rumah adat lainnya, rumah adat Sulawesi Utara ini
dibagi juga ke dalam beberapa bagian utama antara lain:

1. Bagian depan yang dikenal juga dengan istilah lesar.


Bagian ini tidak dilengkapi dengan dinding sehingga mirip
dengan beranda. Lesar ini biasanya digunakan sebagai
tempat para tetua adat juga kepala suku yang hendak
memberikan maklumat kepada rakyat.

2. Bagian selanjutnya adalah Sekey atau serambi bagian


depan. Berbeda dengan Lesar, si Sekey ini dilengkapi dengan
dinding dan letaknya persis setelah pintu masuk. Ruangan
ini sendiri difungsikan sebagai tempat untuk menerima
tetamu serta ruang untuk menyelenggarakan upacara adat
dan jejamuan untuk undangan

3. Bagian selanjutnya disebut dengan nama Pores. Ia


merupakan tempat untuk menerima tamu yang masih
memiliki hubungan kekerabatan dengan pemilik rumah
Terkadang ruangan ini juga digunakan sebagai tempat untuk
menjamu tamu wanita dan juga tempat anggota keluarga
melakukan aktifitas sehari-harinya. Pores ini umumnya
bersambung langsung dengan dapur, tempat tidur dan juga
makan.
d) Ornamen

Aplikasi ornamen dan ragam hias yang relatif kurang, menyiratkan karakteristik orang
Minahasa yang bersahaja dan cenderung lebih fokus pada persoalan-persoalan yang
praktis dalam kehidupannya.

-Dominasi corak ragam hias yang bersumber dari bentuk-bentuk alamiah (flora dan
fauna) juga menunjukkan tingginya apresias! masyarakat Minahasa terhadap lingkungan
fisik alamiahnya yang dipandang sebagai berkah terindah dari sang Opo Empung.

-Ornamen hiasan banyak yang menggunakan warna merah mengartikan keberanian.


e) Ciri khas

Keunikan rumah pewaris ini terletak dari


arsitektur depan rumah. Perhatikan saja susunan
tangga yang berjumlah dua dan terletak di
bagian kiri dan kanan rumah. Konon kabarnya,
dua buah tangga ini berkaitan erat dengan
kepercayaan suku Minahasa dalam mengusir roh
jahat. Apabila roh tersebut naik melalui tangga
yang satu maka serta merta ia akan turun lagi
melalui tangga lainnya.

Uniknya juga, rumah warga di Minahasa tak beratapkan genteng. Karena folosofi yang
dianut adalah tak baik jika hidup di bawah tanah (genteng terbuat dari tanah). Rata-rata
rumah mereka beratapkan seng, daun, atau elemen besi lainnya. Mereka beranggapan
hanya orang meninggal saja yang bertempat tinggal di bawah tanah. Sekali pun ada yang
beratapkan genteng, umumnya rumah tersebut milik kaum pendatang. Meskipun
demikian, banyak juga rumah orang Minahasa yang beratapkan seng namun didesain
seperti genteng.
ARSITEKTUR TRADISIONAL SULAWESI
TENGAH

a)Latar Belakang dan Filosofi

Banua oge atau Sou raja adalah rumah adat kota


Palu. Dulu Sou raja ini berfungsi sebagai tempat
tinggal para raja dan keluarga dan juga sebagai
pusat pemerintahan kerajaan. Pembangunan Sou
Raja Ini atas prakarsa Raja Yodjokodi pada
sekitar abat 19 maseh.

Selama masa pendudukan bala tentara jepang di


kota palu (1942- 1945)bangunan Sou Raja diambil
alih dan dijadikan bsebagal kantor pemerintahan
pada saat itu. Kemudia pada tahun 1958,
bangunan Sou Raja digunakan oleh Tentara
Nasional Indonesia sebagai markas militer dalam
oprasi penumpasan pemberontakan PERMESTA
di Sulawesi Tengah.
b) struktur dan konstruksi

Bangunan Banua Oge atau Sou Raja adalah


bangunan panggung yang memakai
konstruksi dari kayu dan dengan paduan
arsitektur bugis dan kalli. Luas keseluruhan
Banua Oge atau Sou Raja adalah 32x11,5
meter. Tiang pada bangunan induk
berjumlah 28 buah dan bagian dapur 8 buah.
Atapnya berbentuk piramide segitiga, bagian
depan dan belakang atapnya ditutup dengan
papan yang dihiasi dengan ukiran disebut
panapiri dan pada ujung bubungan bagian
depan dan belakang diletakkan mahkota
berukir disebut bangko-bangko

Bangunan Induk sendiri berukuran 11,5 x


24,30 meter, terbagi atas 4 bagian
Catatan

Pembagian struktur banua mbaso secara vertikal dan


pembagian zona material dinding secara horizontal
panjang 32m dan lebar 11,5m.
1. Struktur Bawah (Sub Structure)

Catatan:

-Jumlah anak tangga 9 buah


-Jumlah tiang rumah induk 28 buah
-Jumlah tiang rumah dapur 8 buah
2. Struktur Tengah (Mid Structure

Jumlah tiang kolom untuk rumah induk dan


gandaria yaitu 28 buah
3. Struktur Atap (Up Structure)

Jumlah kuda-kuda 11 buah


c) bentuk dan peruangan

Potongan rumah adat Souraja

Denah rumah adat Souraja

Potongan rumah adat Souraja


Bagian Tengah

1. Pintu Masuk/Keluar (3 buah)

Pada ruang ini terdapat 3 arah pintu masuk


keluar, pintu yang terdapat pada sebelah
kanan dan tengah bangunan difungsikan
sebagai penghubung menuju ruang tamu
dan pintu yang terdapat pada sebelah kiri
bangunan difungsikan sebagai penghubung
menuju kamar magau (raja).
2. Pintu Kamar (3 buah)

Ruang ini memiliki 3 buah pintu, dua buah


pintu menuju kamar tidur dan terdapat
satu pintu yang menghubungkan ruang
tidur magau dan ruang keluarga magau
Pintu ini berfungsi untuk mengontrol anak
gadis,
3. Jendela (4 buah)

Posisi jendela ini terletak satu garis lurus


yang berfungsi sebagal sirkulasi udara dan
pencahayaan. Konon menurut kepercayaan
animisme dahulu posisi jendela satu garis
lurus ini dapat mempermudah roh-roh
maupun arwah leluhur untuk masuk ke
dalam rumah.

3. Jendela (4 buah)

Posisi jendela ini terletak satu garis lurus


yang berfungsi sebagal sirkulasi udara dan
pencahayaan. Konon menurut kepercayaan
animisme dahulu posisi jendela satu garis
lurus ini dapat mempermudah roh-roh
maupun arwah leluhur untuk masuk ke
dalam rumah.
Bagian Bawah

1. Tangga Depan (2 buah) Tangga depan


menuju ruang tengah terdapat pada bagian
kiri dan kanan, tangga pada posisi kanan
bangunan berfungsi sebagai jalan untuk
naik sedangkan yang terdapat pada kin
bangunan berfungsi sebagal jalan untuk
turun
2. Tangga Belakang. Tangga belakang
berfungsi untuk menghubungkan ruang
bawah dan dapur.
d) ornamen
Pada bangunan Souraja terdapat hiasan berupa kaligraft huruf Arab tertampang pada
jelusi-jelusi pintu atau jendela, atau ukiran pada dinding loteng, dibagian lorta-
karavana, pinggira cucuran atap. papanini, bangko-bangko dengan motif bunga-
bungaan dan daun- daunan. Semua hiasan tersebut melambangkan kesuburan,
kemuliaan, keramah-tamahan dan kesejahteraan bagi penghuninya.

Bangunan Souraja memiliki arsitektur bangunan yang cukup sederhana, baik dilihat
dari segi bentuknya, ukirannya, desainnya, tata ruangannya dan keadaan di dalam
dan di luar ruangannya. Ukiran yang ada dalam Baruga itu sangat sederhana dan
tidak mempunyai simbol tertentu, hanya sekedar seni tradisional, khususnya yang
terdapat pada ruang tengah.
e) ciri khas
Bagian yang paling mencolok dan unik dari desain bangunan ini adalah bagian depan
dimana terdapat teras yang cukup besar, ditambah bagian teras tambahan yang
sedikit menjorok kedepan, dan anak tangga dari dua sisi kiri dan kanan sebagai akses
utama memasuki bangunan ini. Desain Souraja sangat khas dan artistic, terbuat dari
kayu-kayu pilihan, dengan hiasan kaligrafi disekelilingnya, serta tambahan struktur
seperti bangko dan lainnya. Yang melambangkan keramahan, kemuliaan dan
kesejahteraan penghuninya.
ARSITEKTUR TRADISIONAL SULAWESI
BARAT
A. LATAR BELAKANG

Rumah adat Mandar berbentuk panggung yang terdiri


atas tiga bahagian, sama ''Ethos Kosmos'' yang
berlaku pada etnis Bugis Makassar. Bagian pertama
disebut ''tapang'' yang letaknya paling atas,meliputi
atap dan loteng. Bagian kedua disebut ''roang
boyang'', yaitu ruang yang ditempati manusia, dan
bagian ketiga disebut ''naongboyang'' yang letaknya
paling bawah. Demikian pula bentuk pola lantainya
yang segi empat, terdiri atas ''tallu lotang'' (tiga
petak). Letak pertama disebut ''samboyang'' (petak
bagian depan), petak kedua disebut ''tangnga
rumah Boyang, Mandar selawesi Barat boyang'' (petak bagian tengah) dan petak ketiga
disebut ''bui' lotang'' (petak belakang). Rumah Adat
Mandar disebut ''boyang''. dikenal adanya dua jenis
boyang, yaitu : ''boyang adaq'' dan ''boyang beasa''.
''Boyang adaq'' ditempati oleh keturunan bangsawan,
sedangkan ''boyang beasa'' ditempati oleh orang
biasa.
B. Struktur dan konstruksi
Rumah adat ini memiliki pekarangan yang
cukup luas dengan lebar sekitar 15 meter dan
panjang 20 meter dengan tanaman pelindung
dan bunga yang ditanam diisi pekarangan
,cukup terawat dengan baik. mengingat struktur
dari rumah adat ini berupa rumah panggung,
maka rumah adat dari suku Mandar ini juga
dilengkapi dengan 2 buah tangga, 1 bagian
depan dan satunya lagi di berada di bagian
belakang rumah. tangga tersebut mempunyai
anak tangga yang berjumlah ganjil, umumnya
antara 7 sampai 13 buah serta dilengkapi
dinding rumah boyang, terbuat dari kayu
dengan sebuah tegangan di bagian sisi kanan
dan kirinya.
struktur bangunan rumah orang Mandar, terdiri dari bagian paling atas, yaitu ''ate'' (Atap).
atap rumah berbentuk prisma yang memanjang kebelakang menutupi seluruh bagian atas
rumah. rumah ini memiliki panjang 20 m dan lebar 15 m pada masa lalu rumah-rumah
penduduk baik yang ada maupun yang biasa menggunakan atap rumbia Hal ini disebabkan
karena bahan tersebut banyak tersedia dan mudah untuk mendapatkannya.
secara umum rumah adat Mandar memiliki
struktur tangga 2 susun ini yang
membedakan rumah adat (boyang adaq)
dan rumah biasa (boyang biasa)

rumah adat memang kadang dibuat dengan ornamen yang


rumit dan kompleks seperti arsitektur di atas beranda atau
sering disebut dalam bahasa daerah Mandar (bolloq-bolloq)
C. bentuk dan peruangan
untuk dapat menunjang kegunaan dan fungsinya tersebut, maka rumah adat
provinsi Sulawesi Barat ini dibagi menjadi beberapa bagian ruangan yang disebut
dengan lotang. Lotang utama berjumlah 3 (tiga), yakni tangnga boyang,
samboyang dan bui boyang, sementara pada lotang tambahan berjumlah 4
(empat), yakni tapang, lego-lego, paceko dan naong Boyang. berikut ini penjelasan
masing-masing rotan.

1. samboyang merupakan ruangan yang berada di bagian paling depan. ukurannya pun
cukup lebar dan kerap digunakan sebagai ruang tamu. bila Sedang ada acara adat,
maka ruangan ini juga kerap menjadi uang utama dalam berkumpul bagi para pria.

2. tangnga boyang merupakan ruangan yang berada di tengah rumah sesudah ruang
samboyang. ukurannya pun lebih luas dan digunakan sebagai tempat berkumpul dan
juga melakukan aktivitas ketika di malam hari bersama dengan keluarga

3. Buy Boyang merupakan ruangan yang berada di bagian paling belakang. ada
beberapa kamar (songi) khusus yang digunakan untuk tidur bagi penghuni rumah. ada
kamar bagi anak bujang, anak gadis, kakek, nenek, dan juga kamar bagi kepala rumah
tangga masing-masing kamar tersebut mempunyai ukuran yang beraneka ragam.
4. tapang merupakan ruangan yang berada di bagian loteng rumah dan umumnya dipakai
sebagai tempat penyimpanan barang atau gudang di masa lampau tapang juga sering
digunakan sebagai kamar calon para pengantin letaknya yang tersembunyi menyimbolkan
jika calon pengantin diharuskan benar-benar menjaga kesuciannya

5. pacheko merupakan ruangan yang berada menyilang dengan bangunan induknya dan
mempunyai lebar yang sama. pacheko sendiri dalam bahasa Indonesia artinya adalah dapur.
Oleh sebab itu, ruangan ini juga dipakai untuk tempat memasak dan juga menyimpan
berbagai macam persediaan makanan. dalam paceko juga ada ruangan yang bernama
pattetemeanggang atau kamar mandi

6. lego-lego merupakan ruangan yang berada di bagian depan rumah dan beratap namun tak
berdinding. fungsinya dari ruangan ini adalah sebagai teras rumah dan dipakai sebagai
tempat bersantai ketika di pagi atau sore hari

7. naong boyang atau yang disebut juga dengan kolong rumah ini merupakan ruangan yang
berada di bagian bawah lantai rumah dan beralaskan tanah, biasanya ruangan ini digunakan
sebagai kandang ternak sekaligus juga sebagai tempat beraktivitas bagi para wanita untuk
mengisi waktu luang, seperti untuk tempat manette atau menenun kain sarung bagi kaum
wanita
D. ORNAMEN
suatu bangunan rumah ''boyang'' tidak
berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi
memiliki nilai dan makna tersendiri sesuai
dengan adat istiadat masyarakat tradisional.
oleh karena itu suatu rumah tradisional
memiliki ciri khas terutama pada tipologi,
interior, eksterior dan ornamen yang ada
didalamnya

ornamen pada dinding

pada umumnya rumah tradisional baik rumah bangsawan maupun rumah orang biasa di Tana
Mandar, memakai ''ragam hias ornamen'' pada bagian atap, dinding, plafon dan sebagainya.
ornamen selain berfungsi sebagai hiasan atau ornamen, juga berfungsi sebagai identitas
sosial, dan makna budaya dalam masyarakat. corak ornamen umumnya bersumber dari alam
sekitar manusia seperti flora, fauna, gambaran alam, agama dan kepercayaan namun tidak
semua flora, fauna dan sebagainya dapat dijadikan corak ornamen
ARSITEKTUR TRADISIONAL
GORONTALO
A. LATAR BELAKANG Menurut sejarahnya Gorontalo pada mulanya
adalah sebuah wilayah yang berbentuk kerajaan
terkenal dengan nama dulowo limo lo pohalaa,
artinya dari dua kerajaan induk hulonthalo dan
menjadi lima kerajaan yang terdiri kerajaan
hulontalo, limutu, suwawa, bolango, dan
bualemo. daerah yang baru terbentuk menjadi
provinsi ke-32 ini bahkan telah diberikan
kategori daerah adat yang ke-19. namun
sayangnya artefak istana para raja yang pernah
memerintah Seperti kerajaan hulonthalo
maupun kerajaan limutu sudah tidak
ditemukan lagi. konsistensi pelaksanaan adat
selama ini hanya sebatas acara ritual atau
upacara upacara adat yang lebih bersifat
Rumah Adat Dulohupa, gorontalo nonfisik seperti penyelenggaraan pesta
kelahiran, pernikahan, kematian dan lain-lain
sementara pelestarian budaya dalam wujud
fisik bangunan berangsur-angsur sudah mulai
ditinggalkan
b. struktur dan kontruksi
Rumah adat ini memiliki 4 sisi terdapat ruangan kosong hanya ada dua meja. Warna
ruangnya ialah warna coklat dengan konstruksi kayu.
Luas keseluruhan bangunannya yaitu:
1. Panjang = 36 Meter
2. Lebar = 15,9 Meter
3. Plaza = 7,88x15,9 Meter
4. Teras ukuran = 4x15,9 Meter
5. Ruang pertemuan = 24x15,9 Meter
6. Teras beakang = 4x15,9 Meter

Ragam Hias
Ornamen dibawah tiang pagar serambi bentuk tersebut digabungkan dalam satu
rangkaiancornamen, dengan pembuatan pola secara pengulangan yang simetris, yaitu
bagian kiri-kanan sama. Corak dari ornamen di atas adalah corak tradisional. Disebut
dengan corak tradisional.Bentuk ornamen di ambil dari bentuk persegi di tambahkan pada
bagian tenggahnya menyilang. Dengan ukuran 80x40 cm dengan sistem mengulang.
Tiang
Jumlah tiang yaitu 24 buah, dengan ukurang 40x40 cm. Material struktur dalam kolom
dibuat dari besi dan beton.Tiang ini memiliki ukuran yang berbeda dimana bagian
bawahnya (profil) berukuran 60x60cm sedagkan bagian atasnya berukuraan 40x40cm yang
di selimuti dengan papan kayu.
Jendela dan Pintu
Jumlah jendela yaitu 10 buah, dengan ukuran 140x200 cm. Material strukturnya kayu
berwarna coklat tua. Posisi jendela terdapat 2 buah di bagian depan dan bagian samping
terdapat 4 buah. Berwarna coklat tua.Jumlah pintu yaitu 2 buah, dengan ukurang 140x284
cm. Material strukturnya kayu berwarna coklat tua.

Analisis Arsitektural Jendela dan Pintu Rumah Adat Bantayo Pobo’ide


Dinding
Dinding terdiri dari konstruksi papan kayu yang disusun berjejer. Pada konstruksi ini
diantara papan yang satu dan papan yang lainnya terdapat celah dengan ukuran beberapa
milimeter yang dapat berfungsi sebagai sirkulasi udara. Menggunakan kayu coklat.
Atap
Rumah adat bantayo pobo’ide baru Menggunakan atap pelana berbentuk segi tiga
bersusun dua yang menggambarkan syariat dan adat penduduk gorontalo. Susunan atap
bagian atas menggambarkan agama sebagai yang paling utama dalam hidup masyarakat
gorontalo yaitu kepercayaan kepada ketuhanan yang maha esa. Sedangkan susunan bawah
menggambarkan kepercayaan penduduk terhadap kebudayaan dan adat istiadat setempat.

nalisis Arsitektural Atap Rumah Adat Bantayo Pobo’ide


C. BENTUK DAN PERUANGAN

A. BENTUK

sebagaimana bentuk rumah tradisional lainnya, rumah masyarakat Gorontalo


berbentuk panggung yang merupakan analogi dari bentuk tubuh manusia yang
terdiri dari kaki, badan dan kepala berupa kolong atau tiang badan rumah dan
atap. terdapat keseragaman pada proporsi rumah Hal ini disebabkan filosofi yang
terkait dengan ukuran rumah baik secara vertikal maupun secara horizontal.

untuk mengukur ketinggian, panjang dan lebar rumah dengan menggunakan Depa,
dengan aturan 1 Depa dikurangi 1 jengkal hasil pengurangan dibagi 8. angka 8
memberi makna keadaan yang selalu terjadi pada diri manusia yakni Rahmat,
celaka, beruntung, kerugian, beranak, kematian, umur dan hangus, jika angka
tersebut berakhir pada yang tidak baik maka harus ditambah atau dikurangi 1
B. UPACARA PENDIRIAN

proses mendirikan rumah merupakan rangkaian kegiatan yang pada


prinsipnya dapat dikelompokkan dalam 3 tahapan:
1. tahap perencanaan
2. tahap rancang-bangun
3. tahap penghunian

tahap perencanaan

setiap akan mendirikan rumah maka terlebih dahulu dilakukan musyawarah


yang dipimpin oleh pemuka adat terdekat (ahli rumah, untuk membicarakan hal-
hal berkenaan dengan persiapan dan kesiapan pemilik rumah. utamanya dalam
menentukan hari baik dalam jam yang tepat, untuk membuat pola rumah)
tahap rancang-bangun

tahap ini merupakan bagian dari proses membangun rumah. dalam hal
penetapan lokasi termasuk dalam hal pemilihan titik yang tepat yang nantinya
akan digunakan untuk pemancangan tiang pertama dilakukan upacara yang
dilakukan oleh orang ahli momayango. penentuan titik ini dilakukan
berdasarkan hitungan berdasarkan bulan dilangit dan posisi naga. Pada tahapan
ini juga termasuk dalam penentuan panjang dan lebar rumah di mana
menggunakan Depa dari kepala dan ibu rumah tangga.

tahap penghunian

tahap penghunian tahap Dimana rumah telah selesai dan siap untuk dihuni
pada saat ini diadakan upacara dengan menggantungkan pisang masak 1 tandan
dan beberapa pola ruang yang berbentuk segi empat yang melambangkan
empat kekuatan alam yakni air, api, angin dan tanah. dalam penataan ruang
pada rumah adat ini tidak memiliki aturan tertentu. Namun membuat kamar
lebih tidak diperkenankan ini terkait dengan kepercayaan masyarakat Gorontalo
tentang tahapan keadaban manusia yakni bermula dari tidak ada, ada dan
berakhir dengan tiada (alam rahim, alam dunia dan alam akhirat)
D. ORNAMEN
nilai filosofi pada ornamen pakadangan dilambangkan dengan untaian bunga
teratai tampak bagaikan orang yang saling berpegangan tangan sebagai simbol
kebersamaan rakyat bahu-membahu mendukung rajanya konsep relasi dengan
masyarakat juga tercermin dalam budaya kebersamaan masyarakat Gorontalo
pada proses pendidikan rumah yang dilakukan secara bergotong-royong (huyula)
E. CIRI KHAS

rumah adat dulohupa dibangun berupa rumah panggung. Hal ini dilakukan sebagai
penggambaran dari badan manusia yaitu atap menggambarkan Kepala, Badan rumah
menggambarkan badan, dan pilar penyangga rumah menggambarkan kaki. Selain itu bentuk
rumah panggung juga dipilih untuk menghindari terjadinya banjir yang kala itu sering terjadi.

pada bagian dinding depan terdapat tange lo


bu'ulu yang tergantung di samping pintu masuk
rumah adat dulohupa. Tange lo bu'ulu ini
menggambarkan kesejahteraan penduduk
Gorontalo. sedangkan bagian dalam rumah adat
dulohpa bergaya terbuka karena tidak banyak
terdapat sekat. Selain itu didalam rumah adat
terdapat anjungan yang dikhususkan sebagai
tempat peristirahatan raja dan keluarga Kerajaan.
ARSITEKTUR DI KEPULAUAN
INDONESIA BAGIAN TENGAH
ARSITEKTUR
TRADISIONAL BALI
Bali adalah sebuah wilayah provinsi yang
terletak di Indonesia. Ibu kotanya adalah
Denpasar. Provinsi Bali terletak di bagian barat
Kepulauan Nusa Tenggara.

Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan


dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya
hubungan yang harmonis antara aspek
pawongan, palemahan dan parahyangan. Untuk
itu pembangunan sebuah rumah harus meliputi
aspek-aspek tersebut atau yang biasa disebut
Tri Hita Karana. Pawongan merupakan para
penghuni rumah. Palemahan berarti harus ada
hubungan yang baik antara penghuni rumah
dan lingkungannya.
KONSEP DASAR RUMAH TINGGAL

Arsitektur tradisional RumahBali yang kita


kenal,mempunyai konsep-konsepdasar yang
mempengaruhi tatanilai ruangnya. Konsep dasar
tersebut adalah:

a.Tri Angga, Konsep hirarki ruang


b.Sanga Mandala, Konsep orientasi kosmologi
c.Manik Ring Cucupu,Konsep keseimbangan kosmologi
d.Konsep proporsi dan skalamanusia
e.Konsep court , Open air
f.Konsep kejujuran bahanbangunan
SISTEM ZONASI RUANG

1. Paon (Dapur)

2. Bale Sekenam (6 kolom)Bangunan untuk


anggota-anggota lain dari keluarga dan area
untuk bekerja
3 7
4
3. Bale Sikepat (4 kolom)Bangunan untuk laki-
2 laki dan area bekerja
6

4. Uma Meten, Bangunan untuk perempuan


yang belum menikah
5

1
5. Bale Tiang Sanga (9 kolom)Bangunan untuk
orang tua

6. Lumbung Bangunan untuk menyimpan


beras

7. Pamerajan Tempat sembahyang keluarg


SISTEM SIRKULASI

Desain pola sirkulasi pada rumah


tinggal tradisional Bali :
Pintu masuk (angkulangkul) - Dapur
(paon) – Bangunan lain (Bale Dauh,
Bale Gede/Dangin, Meten/Gedong, dll)

Sedangkan pola religiusnya dimulai dari :


Sanggah – Bangunan lainnya (Bale
Meten/Bale Daja, Bale Gede/dangin, Bale
Dauh, Paon, Jineng, Penunggun Karang,
Angkul-angkul dan bangunan tambahan
lainnya)

Proses aktivitas yang dimulai dari tempat


suci ini dilakukan pada saat upacara secara
tradisional Bali.
SISTEM SIRKULASI RUMAH

SISTEM SIRKULASI RELIGIUS


ORIENTASI
Denah rumah Bali menggunakan orientasi :

Pojok Timur Laut adalah tempat suci dan


digunakan sebagai tempat pemujaan, yaitu
Pamerajan
Pojok Barat Daya adalah titik terendah dalam nilai
denah rumah, yaitu pintu masuk rumah

Bangunan tempat tidur (Bale Meten) : Selatan


Bangunan tempat anak muda (Bale Dauh) : Timur
Bangunan tempat upacara (Bale Gede/Dangin) :
Barat
Dapur (Paon) : Utara.
Orientasi pintu masuk tempat suci keluarga
(Sanggah/ merajan) ke arah Selatan atau ke arah
Barat.

Orientasi bangunan rumah tradisional Bali jugamenghadap ke ruang tengah


(natah),yang memiliki makna tempat bertemunya langit dan bumi, sehingga
tercipta kehidupan di bumi.
ORNAMEN / UKIRAN

KEKETUSAN PEPATRAN KEKARANGAN

Bagian terpenting Ide dasar Suatu karangan


dari suatu tumbuh- pepatran banyak yang berusaha
tumbuhan yang diambil dari mendekati
dipolakan berulang bentuk-bentuk bentukbentuk flora
dengan pengolahan keindahan flora yang ada dengan
untuk penekanan bagian-
memperindah bagian keindahan.
penonjolannya
KONSTRUKSI (BENTUK DAN ATAP)

Bentuk segi empat dan


persegi panjang adalah
bentuk yang paling banyak
digunakan sebagai
bangunan induk rumah
tradisonal Bali

Sebagian besar bentuk atap


bangunannya menggunakan bentuk
limasan dan beberapa menggunakan
bentuk atap pelanaseperti untuk
bangunan paon/dapur
KONSTRUKSI (MATERIAL)

Struktur badan bangunan tradisional Bali


sebagian besar menggunakan tiang (sesaka)
yang terbuat dari kayu, begitu juga halnya
dengan struktur atap menggunakan bahan
kayu yang dikombinasikan dengan bambu.
ARSITEKTUR TRADISIONAL
NUSA TENGGARA BARAT

Nusa Tenggara Barat (disingkat NTB) ialah


sebuah provinsi di Indonesia yang berada di
bagian tengah Kepulauan Nusa Tenggara di
antara provinsi Bali di sebelah barat dan
provinsi Nusa Tenggara Timur di sebelah
Timur. Pusat pemerintahan dan ibu kota
provinsi ini berada di Kota Mataram

Dua pulau terbesar di provinsi ini adalah


Lombok yang terletak di barat dan Sumbawa
yang terletak di timur.

Sebagian besar dari penduduk pulau Lombok


berasal dari suku Sasak, sementara suku Bima
(suku Mbojo) dan suku Sumbawa merupakan
kelompok etnis terbanyak di pulau Sumbawa.
RUMAH ADAT DALAM LOKA
Rumah adat NTB ini berasal dari bahasa
Sumbawa, yang memiliki arti istana dunia.

Nama ini digunakan karena pada zaman


kesultanan Sumbawa dahulu, tempat ini
berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan juga
tempat tinggal para raja.

kita bisa melihat bahwa keunikan rumah adat ini


juga dilihat dari tiang yang menyokongnya.

Tiang tersebut memiliki jumlah sama dengan


Asmaul Husna, yaitu 99 buah.

Kuatnya ajaran agama Islam pada masyarakat


NTB ini yang membuat aspek budaya asli NTB
ikut terpengaruh dengan nilai-nilai Islam.
Rumah Adat Bala Pekat

Bala (Istana) Dalam Pekat disebut juga Bala Datu Ranga,


terletak dikelurahan pekat Sumbawa Besar, sebelah selatan
istana Dalam Loka. Berbentuk rumah panggung besar yang
terbuat dari kayu yang saat ini masih tegak berdiri dan terawat
dengan baik. Dulunya merupakan kediaman Abdul Madjid
Daeng Matutu, Perdana Menteri Kesultanan Sumbawa dengan
gelar Datu Ranga
Rumah Adat Bale Panggung

Rumah Adat Bale Panggung


Bale panggung adalah tempat tinggalnya masyarakat /
prajurid di Sumbawa, Bale
Panggung ini memiliki ukuran yang tidak terlalu besar di
karenakan tingkat staratanya
berbeda dengan Dalam Loka dan Bala Pekat
STRUKTUR BANGUNAN
LANTAI & DINDING

1. Pada lantai dan dinding Dalam Loka menggunakan kayu


yang berbahan khusus yaitu kau kayu jati, pada jaman dahulu
orang-orang sumbawa meyakini bahwa kayu jati merupakan
kayu yang kuat, awet, batang yang lurus dan mempunyai
sedikit mata oleh karena itu masyarakat Sumbawa dari jaman
dahulu sampai sekarang tetap menggunakan kayu jati
sebagai bahan untuk Rumah mereka.

2. Lantai pada Dalam Loka mempunyai susunan balok kayu


yang memanjang serta mempunyai sambungan pada
bagian tengahnya, masing-masing bilah kayunya
mempunyai dimensi ukuran yaitu dari panjangnya
berukuran 4 m,
lebar 25 cm dan mempunyai tebal 2 cm
STRUKTUR BANGUNAN
LANTAI & DINDING

3. susunan lantainya yang memanjang mempunyai arti luas


dan lebar, menggunakan susunan kayu yang memanjang ke
depat agar ruangan mereka terlihat lebih luas dan lebar

Selain itu terdapat unsur-unsur garis yang ada pada


sambungan lantai lantai yang mempunyai arti sebagai
pembatas lantai antara Prajurid/Rakyat Biasa dengan
Sultan.
STRUKTUR BANGUNAN
LANTAI & DINDING

4. Dinding pada Dalam Loka dan Bala Pekat


mempunyai susunan memanjang mengarah ke atas,
serta masing-masing bilah kayunya mempunyai
dimensi ukuran yaitu dari panjangnya berukuran 3,5
m, lebar 20 cm dan mempunyai tebal 1,5 cm.

Rumah Adat ini adalah lantai 2 nya di gunakan


untuk menyimpan persediaan makanan

- Persamaan dari Dalam Loka dan Bala Pekat yaitu


sebagai tempat bermainnya putri dan kerabatnya, tempat
melihat pertunjukan yang ada di luar Rumah dari atas dan
sebagai tempat menyimpan persediaan makanan.
ARSITEKTUR NUSA TENGGARA
Nusa Tenggara Timur (disingkat NTT) adalah
TIMUR sebuah provinsi di Indonesia yang meliputi bagian
timur Kepulauan Nusa Tenggara. Provinsi ini
memiliki ibu kota di Kota Kupang dan memiliki 22
kabupaten/kota. Provinsi ini berada di Kepulauan
Sunda Kecil. Tahun 2022, penduduk provinsi ini
berjumlah 5.446.285 jiwa, dengan kepadatan 114
jiwa/km2
Arsitektur Tradisional Nusa Tenggara Timur
adalah rumah-rumah adat warisan budaya dari
para leluhur dan tetap dipelihara dari generasi ke
generasi yang ada di kawasan provinsi kepulauan
Nusa Tenggara Timur yang menghuni ratusan
pulau dengan 21 kabupaten dan 1 kota madya
Jadi Nusa Tenggara Timur adalah provinsi
kepulauan dengan banyak suku dan bahasa
daerah serta kesenian dan kebudayaan yang
beragam, tetapi dalam tulisan ini hanya empat
rumah tradisional yang terdapat di empat suku.
Provinsi Nusa Tenggara Timur mempunyai ragam suku dengan bangunan
tradisonal dan warisan budaya dengan keunikan sendiri-sendiri mamun
dalam artikel ini ditampilkan arsitektur tradisional suku Dawan, suku
Manggarai, suku Sikka, dan suku Sabu.
rumah suku dawan
Ume Kbubu merupakan bangunan tradisional
berbentuk bundar yang menjadi rumah tempat tinggal
bagi suku Dawan di Nusa Tenggara Timur. Istilah Ume
Tua terdiri dari dua kata yakni Ume yang berarti
rumah dan Kbubu yang memiliki arti bundar. Sejak
tahun 2010, Ume Kbubu yang menjadi bagian dari
arsitektur tradisional Nusa Tenggara Timur telah
dimasukkan ke dalam pencatatan Warisan Budaya
Takbenda oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dengan nomor registrasi 2010000034.
Rumah tempat tinggal orang suku Dawan
berbentuk bundar dan atap kerucut serta luasnya
disesuaikan dengan kebutuhan dan status sosial
ekonomi pemilik. Puncak atap berbentuk sanggul
wanita terbalik yang disebut ume ba'i. Rangka atap
yang berbentuk bulat yang disesuaikan dengan
bentuk alam semesta, gambaran bentangan langit
Orang suku Dawan mempunyai tempat pemujaan yang disebut Ume Le'o' untuk melakukan upacara
bagi keluarga untuk meminta kesuburan dan kebahagiaan kepada Tuhan. Ume Musu tempat
panglima perang, dukun atau kepala adat mengadakan upacara sebelum dan sesudah peperangan,
sedangkan Ume Mnasi menjadi tempat menyimpan benda suci atau nono yaitu benda pusaka yang
dianggap keramat.
STRUKTUR BANGUNAN
atap

1. Suaf (usuk). Suaf memiliki fungsi untuk


menyangga atau menopang penutup atap.
Umumnya terbuat dari kayu busi dan
berjumlah genap.

2.Lael (nok), Lael merupakan kayu yang


dipasang pada cabang ni enaf (tiang
induk). Kayu tersebut memiliki fungsi
sebagai penopang suaf.

3.Nonof, yang berfungsi sebagai


pengikat dan penjaga agar susunan suaf
tetap memiliki bentuk bulat. Nono
sendiri terletak di bagian dalam rumah.

4.Lote, berfungsi sebagai pembentuk


tritisan teras rumah (maun nine).
Bagian ini memiliki julah empat dan
terbuat dari kayu busi.
STRUKTUR BANGUNAN
5.Tanpani atau takpani, yang berfungsi
menjadi tempat untuk mengingkat alang-
alang. Biasanya terbuat dari bahan bambu
yang dibelah.

6.Tfa, berfungsi sebagai elemen yang


memperkuat struktur atap dan tempat untuk
menggantungkan hasil panen jagung. Tfa juga
terbuat dari kayu busi dan jumlahnya harus
genap.

7.Penutup atap, umumnya terbuat dari hun


atau alang-alang. Alang-alang tersebut
diikat oleh serat daun nanas hutan.

8.Nete bifo, memiliki arti jalan tikus. Elemen


ini biasanya terbuat dari bahan kayu bis dan
letaknya di atas lael.

9.Tobes, befungsi untuk menutup bagian atas


atap ume kbubu. Tujuan pembuatannya adalah
agar air hujan tidak merembes masuk ke dalam
rumah.
STRUKTUR BANGUNAN

dinding

Dinding Ume Kbubu biasanya terbentuk dari bambu. Dinding


ume kbubu biasanya diapit dengan menggunakan bambu atau
kayu bulat dari bagian dalam dan bagian luar. Tujuannya agar
dinding bisa menjadi lebih kuat. Bambu atau kayu yang
bertugas mengapit itu disebut tanpani nikit.
STRUKTUR BANGUNAN
pintu

Pintu masuk dalam ume kbubu disebut sebagai nesu atau eno.
Pintu keluar masuk dalam ume kbubu hanya berjumlah satu
Umumnya pintu ini menghadap arah timur atau dalam bahwa
Dawan disebut Neon Saet atau posisi matahari naik. Nesu yang
dibuat memiliki tinggi yang sangat rendah. Sehingga untuk bisa
masuk ke dalam ume kbubu melalui nesu, orang harus
membungkuk
STRUKTUR BANGUNAN
pondasi & kolom

Ume Kbubu memilki fondasi yang disebut baki. Fondasi dibentuk dari batu-batu
yang disusun secara melingkar. Batu-batu tersebut memiliki fungsi sebagai
penahan dinding agar tidak langsung menyentuk tanah. Selain itu, juga berfungsi
sebagai penahan air saat hujan agar tidak masuk ke dalam ume kbubu. Ume
Kbubu memiliki kolom atau tiang yang terdiri atas tiang induk (ni enaf), tiang
anak (ni ana) dna tiang depan (ni maun nine).
rumah suku manggarai

Suku Manggarai mewarisi arsitektur tradisional terdapat di desa


Wae Rebo dengan komplek rumah adat berbentuk kerucut.[6]
Rumah adat Mbaru Niang dengan atap berbentuk kerucut itu
merupakan warisan leluhur suku Manggarai di desa Wae Rebo,
di Manggarai Barat, Flores. Mbaru Niang merupakan bangunan
warisan yang dilestarikan oleh penduduk se tempat dengan
terus menjalankan ritual tradisi di dalam rumah itu. Ada empat
Mbaru Niang dengan ukuran serupa, dan satu rumah sebagai
rumah utama untuk melakukan pertemuan adat.[6]

Rumah adat Mbaru Niang adalah contoh karya arsitektur vernakular yang unik, rumah berbentuk kerucut yang dutupi daun
lontar dari atas hingga ke bawah hampir menyentuh tanah. Tingginya mencapai 15 m dengan pembagian beberapa lantai
dengan diameter lantai dasar sekitar 15 m dan terbagi atas 5 lantai.[3]
lantai dan fungsinya

1.Lantai pertama atau lantai dasar disebut lutur yang dipakai


untuk tinggal dan berkumpul dengan keluarga. Tingkat ini
terbagi menjadi tiga, yaitu bagian depan ruangan bersama,
bagian dalam adalah kamar-kamar yang dipisahkan dengan
papan, dan dapur ada di bagian tengah.

2.Lantai kedua merupakan loteng yang disebut lobo


berfungsi untuk menyimpan bahan makanan dan barang-
barang sehari-hari.

3.Lantai ketiga dinamakan lentar yaitu tempat untuk


menyimpan benih-benih tanaman pangan, seperti benih
jagung, padi, dan kacang-kacangan.

4.Lantai keempat disebut lempa rae, digunakan untuk


menyimpan bahan makanan.

5.Lantai kelima disebut hekang kode sebagai tempat untuk


sesajian persembahan kepada para leluhur.
rumah suku sikka

Arsitektur tradisional yang ada di kabupaten Sikka, Flores,


ialah Lepo Gete, istana Raja Sikka yang dekat di kota Lela.
Lepo Gete artinya rumah orang besar atau berpangkat karena
mempunyai kedudukan terhormat, yakni rumah yang
ditempati oleh Raja Sikka atau Istana Raja. Istana ini terletak
di bibir pantai selatan, namun bangunan yang asli hancur
tetapi pemerintah Kabupaten Sikka membangunnya kembali
di Kampung Sikka atau Sikka Natar supaya dapat disaksikan
generasi muda.

Bangunan Lepo Gete berbentuk rumah panggung dengan panjang 20 meter dan lebar 15 meter beratap tinggi
melancip dengan dua sisi air. Ada dua bagian utama yakni Tedang yang berfungsi sebagai pendopo untuk menerima
tamu, tempat musyawarah, tempat perjamuan atau pesta. Bagian kedua disebut Une, hanya untuk penghuni rumah
atau anggota keluarga terdapat tempat tidur dan tempat menyimpan harta kekayaan yang berharga.
rumah suku sabu
Suku Sabu di kabupanen Sabu Raijua dengan kondisi
alam yang banyak ditumbuhi pohon lontar dan kelapa
cukup mempengaruhi pembuatan rumah untuk tempat
tinggal dan rumah adat atau rumah tradisional. Jenis-
jenis bangunan Suku Sabu terdiri dari rumah untuk
tempat tinggal, yang dinamakan Ammu Pe, yang terdiri
dari Ammu PeDouae Banni Ae sebagai tempat tinggal
raja, dan Ammu Pe Mone Aha sebagai timpat tinggal
rakyat biasa. Adapun kategori tempat tinggal lainnya
dibagi berdasarkan bentuk atap dan tiang-tiang
penyangganya, antara lain Ammu Ae Rokoko yaitu
rumah yang bentuk balok atapnya sama dengan panjang
badan rumah. dan Ammu Iki rumah yang bentuk balok
atapnya lebih kecil dari panjang badan rumah.

Ammu Rukoko merupakan rumat adat suku Sabu di tinjau dari segi bentuk memiliki konsep bentuk
perahu yang terbalik, karena semua nama elemen konstruksinya di ambil dari perahu. Sedangkan dari
segi material dan struktur bangunan ini menggunakan material alami, seperti daun lontar dan kayu.
STRUKTUR BANGUNAN

berdasarkan bentuk atap

1.Ammu Ae Roukoko, yang memilki arti rumah besar berbulu leher. Bentuk atap rumah ini berbeda dengan rumah lain
karena balok nok (bangngu) memiliki panjang yang sama dengan panjang badan rumah.

2.Ammu Iki, yang memilki arti rumah kecil. Penyebutan kecil didasarkan keberadaan balok nok (bangngu) yang memiliki
ukuran lebih pendek dari panjang rumah. Ukuran balok nok tersebut berkisar 3/5 kali dari panjang rumah.

berdasarkan konstruksi tiang

1.Ammu Halla. Rumah ini memiliki arti rumah tanam karena tiang-tiangnya ditanam ke dalam tanah sedalam 0,75
meter.

2.Ammu Tuki. Rumah ini memiliki arti rumah kait karena semua tiang-tiang dihubungkan dengan balok (tuki). Dengan
demikian tiang-tiang tersebut saling berpegangan dengan yang lain atau saling kait mengait. Cara membuat tiang
tersebut agar saling terkait adalah dengan membuat lubang dengan cara dipahat. Kemudian, ujung-ujung tuki (balok
penghubung) dimasukkan ke dalam lubang pahatan tersebut.
STRUKTUR BANGUNAN

berdasarkan balok penendes (kibbie)

1.Ammu Tagabatu. Tagabatu sendiri merupakan dua buah balok tambahan yang disambung dari dua balok
penendes inti (kibie). Balok tambahan (tagabatu) ini memiliki bentuk elips. Keberadaan tagabatu menjadikan
bentuk atap rumah sama dengan bentuk rumah terbalik. Rumah tinggal yang menggunakan tagabatu memiliki
nama lain yaitu Ammu Hawu (rumah asli).

2.Ammu Atta. Rumah tersebut memiliki arti rumah potong. Maksudnya rumah tersebut tidak menggunakan balok
penendes tambahan sehingga memiliki bentuk segi empat. Ammu Atta juga memiliki nama lain yakni Ammu Jawa
(rumah asing).
ARSITEKTUR DI IRIAN JAYA
ARSITEKTUR SUKU
BIAK

Suku Biak mendiami daerah Tingkat II Teluk


Cenderawasih yang wilayahnya meliputi suatu
gugusan pulau, terletak di bagian Utara Teluk
Cenderawasih, yaitu Kepulauan Biak. Secara
astronomis kepulauan ini terletak antara 134°47'
sampai 136°25' Bujur Timur Clan 0° 35' sampai
1°20' Lintang Selatan.

Pulau Biak sebagian besamya terd1ri dari tanah


karang dan kapur (70%) sedangkan daerah subur
yang memungkinkan untuk areal pertanian yang
baik hanya 30%.

Rumah tempat tinggal model ini disebut RUM SOM (RUMAH MENGAMBANG)
demikian karena atap bagian depan
konstruksinya melengkung ke bawah
sehingga dari jauh kelihatan seperti
menggantung (mengam bang). Sebutan di
atas digunakan oleh orang Sowek, Supiori
dan Numfor. Orang Biak Utara, Biak Barat
dan Biak Selatan serta Biak Timur, juga
orang-orang Padaido menyebutnya "aber
dado" (aber = naik; da = dari; do = dalam)
atau "rum dado" (rum= rumah; da = dari ;
do= dalam). Rum Som biasanya dihuni
oleh satu keluarga luas, terdiri dari
seorang bapak/ibu (senior) dan kelompok
anak laki-laki yang sudah berkeluarga
(kawin). Oleh sebab itu kelompok
kekerabatan keluarga luas dalam bahasa
Biak disebut "rum" (rumah).
KERANGKA RUM SOM:

1. ADIR
2. AW OR
3. ANY AN EM
4. SOYAR
5. AWUP
6. AIBEKWAN
7. ASYOPUM
8. AFYANDAR
9. AFIF
10. AYAS
11. AI BEYOSEF
Bentuk bagian-bagian.

Rum Som terdiri dari tiga bagian utama, yakni :


(1) Rum-bab (fondasi);
(2) Rum-baken (badan rumah)
(3) Rum-bunem (atap rumah).

Rum-bab terdiri dari empat sistem unit adir (= tiang), unit awor, unit soyar dan unit anyanem. Denah
bagian ini berbentuk segi empat.

Bagian rumbaken terdiri dari empat unit kerangka, yaitu: unit anyanem, unit soyar, unit awup atau
ayup dan unit ai bekwan. Lantai rumah ditata di atas unit anyanem. Epen atau dinding rumah dipasang
pada unit soyar dan awup (ayup) dan aibekwan. Ansan (lantai), open (dinding) dan aren (loteng)
membentuk ruang dalam rumbaken (ruang dalam/interior). Di dalam rumbaken terdapat tiga sistim ruang,
yakni: som, rum rido dan sim. Ruang som berbentuk limas empat sisi terpancang rebah ke depan. Ruang
rumrido berbentuk prisma sisi empat teratur rebah ke depan. Ruang-sim sebelah menyebelah rum rido
masing-masing berbentuk prisma lima sisi rebah.

Bagian rum-bunem terdiri dari lima unit kerangka, masingmasing: unit asopum, unit ai bekwan, unit
afif. unit ayasdan unit ai beyosef
Susunan Ruangan

Rum-baken atau badan rumah terdiri dari bagian serambi dan bagian
dalam (interior). Bagian serambi depan disebut Seru,ruangan ini tidak
rnempunyai dinding samping dan dinding depan. Dinding satu satunya
adalah dinding belakang yang membatasinya dengan ruang dalam. Bagian
dalam terdiri dari dua sistim ruang, yakni: (1) rum-rido (ruang tengah) dan
(2) sim (bilik tidur).

Rum-rido digunakan oleh orang Sowek. Dialek lain menyebutnya aber-


dado. Ruang ini memanjang dari belakang ke depan dengan dua buah
pintu; pintu depan dan pintu belakang. Pintu depan keluar ke ruang som
(serambi), sedangkan pintu belakang untuk keluar ke kaderen belakang
(teras belakang).

Sistim sim (bilik tidur) dibuat di samping kiri rum-rido. Sistim ini terdiri
dari sejumlah bilik yang disebut sim. Orang Sowek menyebutnya aruk.
Jumlah bilik dalam sebuah rum-som selalu genap. Jadi jika terdapat tujuh
sim di samping kiri, maka di samping kanan pun harus ada tujuh sim.
ARSITEKTUR SUKU DANI

Daerah Tingktat II Kabup;iten Jayawijaya terletak di bagian


tengah Propinsi Irian Jaya. Tepatnya pada 3° 1 O" sampai
5°10" lintang selatan dan 138° sampai 141° bujur timur. Di
sebelah utaranya berbatasan dengan Kabupaten Jayapura.
Sedangkan sebelah baratnya berbatasan dengan
Kabupaten Paniai; sebelah selatan dengan Kabupaten
Merauke, dan sebelah timur dengan negara tetangga Papua
New Guinea. Luas daerahnya kurang lebih 48.000 km2 atau
11,7% dari luas seluruh Irian Jaya (1,9). Keadaan topografi
daerah ini terdiri dari 70% gununggunung dan hutan primer,
18% dataran dan 12% lagi adalah rawa-rawa.

RUMAH HONAI

Honai berbentuk bulat, ditutup daun lalang.


Bentuk atapnya seperti kubah. Garis tengahnya
bisa mencapai lima sampai tujuh meter (3,252).
Ebeai juga sama bentuknya, cuma lebih pendek
garus tengahnya. Dapur berbentuk persegi
empat yang panjang. Letaknya memanjang;
biasanya di sisi kiri suatu pemukiman (3,265).
Kandang babi juga merupakan sebuah
bangunan persegi empat panjang dan mirip
dengan dapur. Konstruksi dinding dan atapnya
juga sama.
SUSUNAN RUANGAN

Sebuah honai biasanya terdiri dari dua buah


ruangan, yaitu ruangan bawah dan ruangan
atas atau ruang tidur. Tinggi ruang bawah dari
lantai ke loteng lebih kurang satu meter.
Ruang ini dimasuki melalui "miobulak" (= ruang
tunggu/ruang tamu yang sempit). Dinding
ruang bawah terdiri dari belahan kayu yang
diikat rapat secara vertikal dan berdiri di atas
tanah. Tinggi dinding ini dari tanah sampai ke
loteng, ada sekitar satu setengah meter.

Honai
SUSUNAN RUANGAN

Susunan ruangan sebuah ebeai dalam banyak hal


sama saja dengan honai. Ruang bawahnya berada
kira-kira 30 cm di atas permukaan tanah dan meluas
sampai ke ruang tunggu di bagian luar. Antara empat
tiang soko guru ada sebuah lobang di lantai. Di
dalamnya terdapat sebuah tungku api yang dibuat
kira-kira 15cm di atas permukaan tanah. Di bagian
belakang ada lagi sebuah ruang kecil yang dipakai
sebagai kandang babi. Di ruang tidur ada juga sebuah
tungku api kecil yang terdapat di antara tiang-tiang
soko guru.

Ebeai
Fungsi tiap-tiap Ruangan

Ruang bawah, di samping fungsinya yang utama sebagai tempat tinggal, juga dipakai sebagai ruang duduk,
ruang bekerja, ruang berbicara dan ruang bermusyawarah (wenegakwoluk). Sebagai ruang penyimpan alat,
maka al at-alat yang disimpan di situ adalah berupa kapak batu (yegehowak), anak panah (sike) dan busur
(male). Pada kaitan-kaitan di loteng sering digan tungkan di situ alatalat seperti: hiasan leher (sion),
kerang (yeraken) dan kantong tembakau mini (hanomsu; hanom = tembakau; su = kantong).

Di antara empat tiang soko guru dibuat pentas sebagai tempat meletakkan kayu bakar. Pada tali
pengikat pentas itu disisipkan puntung rokok (hanomaru), p1sau bambu (wim) atau digantungkan
rahang bawah kuskus atau tikus tanah sebagai hasil buruan. Benda-benda yang paling penting yang
disimpan di ruang ini adalah senjata-senjata dan simbol-simbol perang. Alat-alat ini diletakkan antara
tempat api dan pintu sehingga dengan mudah dan cepat diraih dalam keadaan genting.

Ruang atas berfungsi semata-mata se bagai ruang tidur. Ruang tunggu atau ruang tamu yang sempit di
luar bagian depan digunakan untuk meletakkan kapak atau alat lain yang sewaktu-waktu dapat
digunakan ; misalnya sepotong rotan. Pada waktu upacara, apabila honai telah penuh dengan orang,
ruang itu dapat difungsikan sebagai tempat berteduh/perteduhan sementara dari terik matahari atau
hujan. Sebab itu rnang ini diseb ut miobulak (mio = hujan).
I

THANK YOU !
POST TEST

Anda mungkin juga menyukai