RUMAH TONGKONAN
Tongkonan adalah rumah adat masyarakat suku Toraja yang berada di Provinsi
Sulawesi Selatan, Indonesia. Rumah Tongkonan merupakan sebuah simbol keluarga dan
martabat dari Masyarakat Toraja. Jadi apabila rumah tersebut dijual maka secara otomatis
dapat diartikan sama dengan menjual martabat dari pemilik rumah tersebut.
PERUANGAN
Berdasarkan pandangan agama leluhur orang Toraja yaitu Aluk Todolo struktur Tongkonan
terbagi atas tiga bagian utama yaitu:
a. Bagian bawah(sulluk banua)
Merupakan kolong rumah yang di kelilingi oleh tiang-tiang menopang badan rumah
yang disebut kale banua. Dahulu Sulluk Banua ini berfungsi sebagai kandang kerbau,
yaitu kerbau pilihan memiliki tipe yang dinilai oleh masyarakat menunjuk pada status
derajat sosial yang tinggi.
JENIS
Selain rumah adat, orang Toraja mengenal tiga jenis Tongkonan dan fungsinya menurut peran
adatnya, walaupun bentuknya sama yakni:
a. Tongkonan Layuk (Pesio’ Aluk)
kegunaannya sebagai pusat kekuasaan adat, dan tempat untuk bermusyawarah,
menyusun aluk sola pemali (aturan dan larangan) dihuni oleh kepala Adat.
c. Tongkonan Parapuan
kegunaannya sebagai tempat 10 menunjang, mengatur, serta membina persatuan
keluarga dan warisan.
PERUBAHAN DAN MAKNA RUMAH ADAT TONGKONAN
Fungsi dan makna Tongkonan dengan berjalannya waktu telah telah terjadi perubahan pada
pada beberapa unsur:
a. Fungsi rumah Tongkonan sebagai tempat hunian telah ditinggalkan dan pindah
menghuni rumah yang dibangun di sebelah barat Tongkonan. Alasan untuk tidak lagi
menghuni rumah adat Tongkonan diperoleh melalui beberapa informan bahwa
ruangan dalam rumah adat Tongkonan tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan keluarga
karena semakin bertambah jumlah anggota keluarga.
b. Upacara keagamaan yang dilaksanakan di rumah adat Tongkonan, mereka
menyembah kepada Dewa di Langit dengan memberi sesajen dilakukan oleh imam
yang disebut Tominaa dengan menghadap ke timur sedangkan penyembahan kepada
arwah leluhur mereka dengan memberi sesajen menghadap ke barat dan upacara
seperti ini dilakukan di rumah adat Tongkonan. Upacara keagamaan tersebut tidak
lagi dilaksanakan semenjak masuknya agama Kristen ke Tana Toraja oleh para
penginjil sebab hal seperti itu bertentangan dengan ajaran dalam agama Kristen dan
upacara yang dulunya dilaksanakan di atas rumah Tongkonan sekarang dilaksanakan
di halaman rumah dalam bentuk ajaran agama Kristen.
c. Kekuatan aturan dan pantangan yang diatur di rumah adat Tongkonan sekarang ini
tidak lagi dilaksanakan sebab sudah diatur dalam hukum yang berlaku di Indonesia.
d. Peraturan yang menyangkut perkawinan yang tidak lagi mengikat, seperti kesepakatan
yang diatur dari rumah Tongkonan untuk menetapkan sangsi terhadap pelaku
perceraian.
STRUKTUR BANGUNAN
Arsitektur tongkonan dikenal dengan bentuknya yang khas melalui struktur bawah,
tengah dan atas yang memiliki keindahan estetika struktur dan konstruksinya. Sistem struktur
dan konstruksi arsitektur Tongkonan merupakan sistem struktur yang terpisah antara bagian
bawah (sulluk banua), bagian tengah (kale banua), dan bagian atap (rantiang banua). Setiap
bagian memiliki sistem struktur dan konstruksi yang berbeda.
Mekanika sistem struktur membentuk suatu sistem estetika arsitektural. Sistem
struktur dan konstruksi pada Tongkonan adalah struktur jamak, gaya reaksi dari sebuah
bagian struktur menjadi beban aksi pada bagian struktur yang menahannya. Sistem struktur
utama bangunan rumah Tongkonan adalah sistem kerangka. Kerangka bagian atas lantai
merupakan bagian dari dinding yang sekaligus berfungsi untuk memikul beban atap. Beban
dinding badan bangunan diteruskan ke kolom rangka kaki, dan sebagian besar beban
disalurkan melalui umpak ke muka tanah.
Konstruksi susun tumpang tindih dan ikat dari material bambu dan ditopang oleh
tiang memberikan kekuatan struktur sehingga bagian ini juga dapat berdiri sendiri dan
terpisah dengan bagian konstruksi Tongkonan lainnya. Konstruksi rumah adat Tongkonan
terbuat dari kayu tanpa menggunakan unsur logam seperti paku. Tongkonan atau rumah adat
Toraja, selalu berbentuk segi empat, ukuran panjang dan lebar telah disebut di
atas. Ragam hias atau ukiran pada Tongkonan merupakan simbol pengharapan agar penghuni
rumah dapat hidup dengan baik.
KESIMPULAN
Rumah adat Toraja sebagai rumah tradisional merupakan suatu karya arsitektur monumental
yang memiliki unsur-unsur visual bersifat simbolis dan penuh makna. Oleh karena, prinsip
kehidupan masyarakat Toraja berpedoman pada nilai tradisi yang terkandung dalam
kepercayaan Aluk Todolo, sehingga keberadaan rumah adat Toraja atau yang dikenal dengan
istilah Tongkonan menjadi bagian dari kehidupan ritualnya. Tongkonan sebagai rumah adat
masyarakat Toraja bukan sekedar hunian belaka tetapi memiliki berbagai fungsi dan makna.
Menurut falsafah hidup orang Toraja, rumah memiliki makna yang luas karena budaya, sikap,
dan perilaku orang Toraja dibangun dalam sebuah bangunan tersebut dan bentuknya terkait
pula dengan latar belakang historis nenek moyang mereka.
Secara visual, bentuk desain arsitektur rumah adat Toraja terdiri dari konstruksi desain
arsitektur rumah adat Toraja (Tongkonan) terdiri dari bagian kaki Tongkonan yang terbentuk
oleh tiang-tiang kayu, atap, badan Tongkonan yang berisi ruang-ruang yang berjejer, dan atap
Tongkonan yang terbuat dari bambu yang dipilah menjadi dua dan disusun saling tumpang
tindih. Setiap komponen-komponennya dianggap memiliki unsurunsur visual dan ritual yang
bermakna simbolis, baik pada wujud Tongkonan itu sendiri secara utuh maupun pada unsur-
unsur visual perlengkapannya. Tongkonan berasal dari kata ‘tongkon’ yang artinya tempat
duduk, atau rumah pusaka yang diwariskan secara turun-temurun. Tongkonan merupakan
tempat berkumpul atau pertemuan keluarga dan masyarakat di lingkungan masyarakat
sekitarnya. Dalam arti luas, Tongkonan adalah tempat memusyawarahkan sesuatu atau tempat
menyelesaikan masalah-masalah adat yang terjadi di masyarakat. Tongkonan juga merupakan
istana bagi Penguasa Adat dan pusat pertalian keluarga.
Terkait dengan visual dan fungsi rumah adat Toraja, dengan perwujudan bentuk
arsitektur yang bersifat simbolis dan sisi fungsional rumah adat yang bersifat sakral tentunya
tidak terlepas dengan adanya pengaruh budaya. Pengaruh budaya memberikan perubahan
pandangan hidup masyarakat Toraja terhadap nilai-nilai tradisionalnya pada masa kini,
terutama dipengaruhi oleh adanya sikap masyarakat yang memandang kepercayaan Aluk
Todolo yang penuh mitos tentang hal-hal yang gaib tidak relevan dengan perkembangan
zaman. Selain itu, masyarakat di masa kini telah memiliki wawasan tentang pengetahuan
agama yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya berdasarkan kitab suci. Seperti
halnya bangunan Toraja yang terjadi pada masa kini, telah mengalami perubahan dari segi
fungsinya desain arsitekturnya. Bangunan Toraja kini, nilai simboliknya telah hilang dan
berganti menjadi sekedar berfungsi sosial untuk kebutuhan praktis masa kini, yaitu sebagai
wadah pemersatu rumpun keluarga, simbol status sosial penghuni, dan sebagai identitas
budaya Toraja. Begitupula dengan arsitektur rumah adat Toraja saat ini terdapat perubahan
pada unsur visual atap Tongkonan dalam proporsi dan unsur visual atapnya, meskipun
menampilkan bentuk atap yang sama.