Rumah adat Toraja atau tongkongan mempunyai ciri unik yaitu terbuat dari 100% material
kayu yang berbentuk panggung serta atap dilapisi ijuk berwarna hitam dengan desain
melengkung menyerupai bentuk perahu telungkup. Pada kolong rumah umumnya digunakan
untuk kandang kerbau sehingga atap rumah yang didesain melengkung sering disebut seperti
tanduk kerbau. Sekilas rumah adat ini lebih mirip rumah gadang di Sumatera.
Rumah Tongkonan biasanya berdiri berjajar mengarah ke utara. Rumah yang mengarah ke
utara terutama bentuk atap yang meruncing keatas sekaligus melambangkan para leluhur
masyarakat Toraja yang dipercaya berasal dari arah utara. Jadi jika adal penduduk yang
meninggal mereka percaya arwahnya akan berkumpul dengan leluhur mereka di utara.
Tongkonan adalah rumah tradisional masyarakat Toraja. Terdiri dari tumpukan kayu yang
dihiasi dengan ukiran berwarna merah, hitam, dan kuning. Kata “tongkonan” berasal dari
bahasa Toraja yang berarti tongkon ”duduk”.
Fungsi
Rumah adat Tongkonan (https://dinarnabilamurthy.blogspot.com)
Selain rumah, Tongkonan merupakan pusat kehidupan sosial suku Toraja. Ritual yang
berhubungan dengan rumah adat ini sangatlah penting dalam kehidupan spiritual suku Toraja.
Oleh karena itu semua anggota keluarga diharuskan ikut serta karena melambangan
hubungan mereka dengan leluhur mereka. Menurut cerita rakyat Toraja. Tongkonan pertama
dibangun di surga dengan empat tiang. Ketika leluhur suku Toraja turun ke bumi, dia meniru
rumah tersebut dan menggelar upacara yang besar.
Dalam kisah lainnya, diceritakan ketika seorang Pemangku Adat bernama Londong di
Rura (Ayam jantan dari Rura) berupaya menyatukan kelompok dengan menyelenggarakan
Upacara Adat besar. Upacara itu dinamai MA’BUA tanpa melalui musyawarah adat dan
upacara memotong babi. Kemudian Tuhan menjatuhkan laknat dan kutukan sehingga tempat
upacara terbakar dan menjadi danau yang dapat disaksikan sekarang antara perjalanan dari
Toraja ke Makassar (KM 75). Kemudian bercerai-berailah komunitas tersebut ada yang ke
selatan dan ke arah utara.
Sementara kelompok yang menuju ke utara sampai di sebuah tempat di kaki Gunung
Kandora yang dinamakan Tondok Puan. Mereka mendirikan rumah adat tempat pertemuan
dengan nama Banua Puan; artinya rumah yang berdiri di tempat yang bernama Puan.
Kemudian dinamakan Tongkonan yang artinya Balai Musyawarah. Bangunan itu merupakan
Tongkonan pertama di Toraja dan komunitas pertama yang terbentuk bernama To
Tangdilino; artinya pemilik bumi yang diambil dari nama Pemangku Adat pertama (Pimpinan
Komunitas To Lembang).
Status
Tanduk kerbau di depan rumah menandakan berapa banyak pemilik rumah melangsungkan
pemakaman adat (https://rumahadat.blog.com)
Rumah adat Toraja atau Tongkonan yang ditampilkan adalah rumah pemilik penguasa
adat yang diletakan diatas tiga pasang kepala kerbau (kabonga) merupakan symbol
kebangsawanan pemilik rumah. Sejumlah lumbung padi (alang) berukir yang berderet di
depan rumah juga merupakan ukuran status kekayaan dari sang pemilik rumah.
Atapnya unik berbentuk perahu wangka (bugis), dan biasanya memiliki ukiran dengan
arti tertentu. Warna ukirannya sangat khas, yaitu merah, putih dan kuning serta hitam.
Tanduk kerbau di depan rumah menandakan berapa banyak pemilik rumah melangsungkan
pemakaman adat. Bagi orang toraja, kerbau memiliki arti yang sangat mendalam, karena
dianggap memiliki magis, terutama tedong bonga (kerbau belang). Kerbau yang dianggap
sebagai kendaraan roh di akhirat, oleh karena itu, fungsinya sebagai kurban di upacara
pemakaman sangat penting.
Bangunan
Tata Ruang
Masyarakat asli Toraja mempercayai bahwa rumah Tongkonan sebagi Ibu, sementara
lumbung padi (alang sura) dipercaya sebagai Bapak. Selain sebagai rumah tinggal, fungsi
utama dari Tongkonan sebenarnya adalah untuk upacara adat, melakukan aktivitas sosial
sekaligus mempererat jalinan kekerabatan atau silaturahmi. Struktur interior rumah adat
Toraja terdiri dari 3 bagian yaitu bagian utara, bagian tengah, dan bagian selatan.
– Bagian utara. Ruangan bagian utara disebut Tangalok berfungsi untuk ruang tamu, kamar
tidur anak, dan untuk meletakkan persembahan atau sesaji.
– Bagian tengah. Ruangan bagian tengah disebut Sali berfungsi untuk ruang keluarga, dapur,
ruang makan, dan meletakkan orang mati.
– Bagian selatan. Ruangan bagian selatan disebut Sumbung berfungsi sebagai ruangan khusus
kepala keluarga, namun dipercaya ruangan ini merupakan sumber penyakit.
Ornamen
Diperkirakan, tidak kurang dari 67 jenis ukiran dengan aneka corak dan makna. Warna-warna
yang dominan adalah merah, kunig, putih dan hitam. Semua sumber warna berasal dari tanah
liat yang disebut Litak kecuali warna hitam yang berasal dari jelaga atau bagian dalam pisang
muda. Pencipta awal mula ukiran-ukiran magis ini diyakini dari Ne’ Limbongan yang mana
simbolnya adalah berupa lingkaran berbatas bujur sangkar bermakna mata angin.
Selain sebagai rumah adat, Suku Toraja mengenal 3 jenis Tongkonan menurut peran adatnya,
walau bentuknya sama persis, yaitu:
1. Tongkonan Layuk, Sebagai pusat kekuasaan adat dan tempat membuat peraturan.
3. Tongkonan Batu A’riri, tempat pembinaan keluarga serumpun dengan pendiri Tongkonan.