Anda di halaman 1dari 7

Nama : Muh.

Surya Candra
Kelas : 4A
Rumah Adat Sulawesi Selatan (Rumah Tongkonan Toraja)
1.1 Pengertian

Penjelasan singkat rumah adat Tongkonan asal daerah Toraja Sulawesi Selatan.
Tongkonan merupakan rumah adat yang berbentuk rumah panggung dari kayu. Kolong di
bagian bawah rumah biasanya dipakai sebagai kandang kerbau. Bentuk atap rumah
tongkonan melengkung dan dilapisi ijuk hitam. Ada yang mengatakan bentuknya seperti
perahu telungkup atau tanduk kerbau.

1.2 Asal Usul

Menurut cerita masyarakat setempat bahwa tongkonan pertama itu dibangun oleh
Puang Matua atau sang pencipta di surga. Dulu hanya bangsawan yang berhak
membangun tongkonan. Selain itu, rumah adat tongkonan tidak dapat dimiliki secara
individu tapi diwariskan secara turun-temurun oleh marga suku Toraja.

Rumah adat Tongkonan dibangun selama tiga bulan dengan sepuluh pekerja.
Kemudian ditambah proses mengecat dan dekorasi satu bulan berikutnya. Setiap bagian
tongkonan melambangkan adat dan tradisi masyarakat Toraja.

1.3 Makna Rumah Tongkonan

Arti kata tongkonan berasal dari kata tongkon yang bermakna menduduki atau tempat
duduk. Dikatakan sebagai tempat duduk karena dahulu menjadi tempat berkumpulnya
bangsawan Toraja yang duduk dalam tongkonan untuk berdiskusi. Rumah adat ini
Nama : Muh. Surya Candra
Kelas : 4A
mempunyai fungsi sosial dan budaya yang bertingkat-tingkat di masyarakat. Awalnya
merupakan pusat pemerintahan, kekuasaan adat, sekaligus perkembangan kehidupan
sosial budaya masyarakat Toraja.

Rumah tongkonan yang berdiri berjejer akan mengarah ke utara dengan ujung
atap yang runcing ke atas melambangkan leluhur mereka yang berasal dari utara.
Sehingga konon katanya ketika nanti meninggal mereka akan berkumpul bersama arwah
leluhurnya yang berada di utara.

Tongkonan merupakan pusat kehidupan sosial suku Toraja karena ritual adat
terkait tongkonan sangatlah penting dalam kehidupan spiritual mereka dengan leluhur.
Oleh karena itu, semua anggota keluarga diharuskan ikut serta sebagai lambang hubungan
mereka dengan leluhur.

Rumah adat Toraja atau tongkongan mempunyai ciri unik yaitu terbuat dari 100%
material kayu yang berbentuk panggung serta atap dilapisi ijuk berwarna hitam dengan
desain melengkung menyerupai bentuk perahu telungkup. Pada kolong rumah umumnya
digunakan untuk kandang kerbau sehingga atap rumah yang didesain melengkung sering
disebut seperti tanduk kerbau. Sekilas rumah adat ini lebih mirip rumah gadang di
Sumatera.

Rumah Tongkonan biasanya berdiri berjajar mengarah ke utara. Rumah yang


mengarah ke utara terutama bentuk atap yang meruncing keatas sekaligus melambangkan
para leluhur masyarakat Toraja yang dipercaya berasal dari arah utara. Jadi jika adal
penduduk yang meninggal mereka percaya arwahnya akan berkumpul dengan leluhur
mereka di utara.

Tongkonan adalah rumah tradisional masyarakat Toraja. Terdiri dari tumpukan kayu yang
dihiasi dengan ukiran berwarna merah, hitam, dan kuning. Kata “tongkonan” berasal dari
bahasa Toraja yang berarti tongkon ”duduk”.

1.4 Fungsi

Selain rumah, Tongkonan merupakan pusat kehidupan sosial suku Toraja. Ritual
yang berhubungan dengan rumah adat ini sangatlah penting dalam kehidupan spiritual
suku Toraja. Oleh karena itu semua anggota keluarga diharuskan ikut serta karena
melambangan hubungan mereka dengan leluhur mereka. Menurut cerita rakyat Toraja.
Tongkonan pertama dibangun di surga dengan empat tiang. Ketika leluhur suku Toraja
turun ke bumi, dia meniru rumah tersebut dan menggelar upacara yang besar.

Dalam kisah lainnya, diceritakan ketika seorang Pemangku Adat bernama


Londong di Rura (Ayam jantan dari Rura) berupaya menyatukan kelompok dengan
menyelenggarakan Upacara Adat besar. Upacara itu dinamai MA’BUA tanpa melalui
musyawarah adat dan upacara memotong babi. Kemudian Tuhan menjatuhkan laknat dan
kutukan sehingga tempat upacara terbakar dan menjadi danau yang dapat disaksikan
Nama : Muh. Surya Candra
Kelas : 4A
sekarang antara perjalanan dari Toraja ke Makassar (KM 75). Kemudian bercerai-berailah
komunitas tersebut ada yang ke selatan dan ke arah utara.

Sementara kelompok yang menuju ke utara sampai di sebuah tempat di kaki


Gunung Kandora yang dinamakan Tondok Puan. Mereka mendirikan rumah adat tempat
pertemuan dengan nama Banua Puan; artinya rumah yang berdiri di tempat yang bernama
Puan. Kemudian dinamakan Tongkonan yang artinya Balai Musyawarah. Bangunan itu
merupakan Tongkonan pertama di Toraja dan komunitas pertama yang terbentuk bernama
To Tangdilino; artinya pemilik bumi yang diambil dari nama Pemangku Adat pertama
(Pimpinan Komunitas To Lembang).

1.5 Status

Rumah adat Toraja atau Tongkonan yang ditampilkan adalah rumah pemilik
penguasa adat yang diletakan diatas tiga pasang kepala kerbau (kabonga) merupakan
symbol kebangsawanan pemilik rumah. Sejumlah lumbung padi (alang) berukir yang
berderet di depan rumah juga merupakan ukuran status kekayaan dari sang pemilik
rumah.

Atapnya unik berbentuk perahu wangka (bugis), dan biasanya memiliki ukiran
dengan arti tertentu. Warna ukirannya sangat khas, yaitu merah, putih dan kuning serta
hitam. Tanduk kerbau di depan rumah menandakan berapa banyak pemilik rumah
melangsungkan pemakaman adat. Bagi orang toraja, kerbau memiliki arti yang sangat
mendalam, karena dianggap memiliki magis, terutama tedong bonga (kerbau belang).
Nama : Muh. Surya Candra
Kelas : 4A
Kerbau yang dianggap sebagai kendaraan roh di akhirat, oleh karena itu, fungsinya
sebagai kurban di upacara pemakaman sangat penting

1.6 Bangunan

Setiap tongkonan terdiri dari; Tongkonan (rumah), sebagai ibu dan Alang
(lumbung), sebagai bapak, yang dianggap pasangan suami-istri. Deretan Tongkonan dan
Alang saling berhadapan. Tongkonan menghadap ke utara dan Alang ke selatan. Halaman
memanjang antara Tongkonan dan Alang disebut Uluba’bah.
Nama : Muh. Surya Candra
Kelas : 4A
Rumah adat ini merupakan rumah panggung dengan konstruksi rangka kayu.
Bangunannya terdiri atas 3 bagian, yaitu ulu banua (atap rumah), kalle banua (badan
rumah), dan sulluk banua (kaki rumah). Bentuknya persegi karena sebagai mikro kosmos
rumah terikat pada 4 penjuru mata angin dengan 4 nilai ritual tertentu. Tongkonan harus
menghadap ke utara agar kepala rumah berhimpit dengan kepala langit (ulunna langi’)
sebagai sumber kebahagiaan.

1.7 Tata Ruang

Masyarakat asli Toraja mempercayai bahwa rumah Tongkonan sebagi Ibu,


sementara lumbung padi (alang sura) dipercaya sebagai Bapak. Selain sebagai rumah
tinggal, fungsi utama dari Tongkonan sebenarnya adalah untuk upacara adat, melakukan
aktivitas sosial sekaligus mempererat jalinan kekerabatan atau silaturahmi. Struktur
interior rumah adat Toraja terdiri dari 3 bagian yaitu bagian utara, bagian tengah, dan
bagian selatan.

– Bagian utara. Ruangan bagian utara disebut Tangalok berfungsi untuk ruang tamu,
kamar tidur anak, dan untuk meletakkan persembahan atau sesaji.

– Bagian tengah. Ruangan bagian tengah disebut Sali berfungsi untuk ruang keluarga,
dapur, ruang makan, dan meletakkan orang mati.

– Bagian selatan. Ruangan bagian selatan disebut Sumbung berfungsi sebagai ruangan
khusus kepala keluarga, namun dipercaya ruangan ini merupakan sumber penyakit.
Nama : Muh. Surya Candra
Kelas : 4A
1.8 Ornamen

Melihat Rumah Adat Tongkonan Toraja, yang sangat menarik adalah variasi
gambar dan simbol yang diukir menghiasi semua bagiannya. Ukiran-ukiran tersebut
untuk menunjukkan konsep keagamaan dan sosial suku Toraja yang disebut Pa’ssura
(Penyampaian). Oleh karena itu, ukiran kayu merupakan perwujudan budaya Toraja. Pola
yang terukir memiliki makna dengan presentase simbol tertentu dari pemilik atau rumpun
keluarga yang punya nilai magis. Ukiran-ukiran Toraja itu diyakini memiliki kekuatan
alam atau supranatural tertentu.

Diperkirakan, tidak kurang dari 67 jenis ukiran dengan aneka corak dan makna.
Warna-warna yang dominan adalah merah, kunig, putih dan hitam. Semua sumber warna
berasal dari tanah liat yang disebut Litak kecuali warna hitam yang berasal dari jelaga
atau bagian dalam pisang muda. Pencipta awal mula ukiran-ukiran magis ini diyakini dari
Ne’ Limbongan yang mana simbolnya adalah berupa lingkaran berbatas bujur sangkar
bermakna mata angin.

1. 9 Pembangunan Rumah Adat

Secara teknis pembangunan tongkonan adalah pekerjaan yang melelahkan,


sehingga biasanya dilakukan dengan bantuan keluarga besar. Ada tiga jenis tongkonan.
Tongkonan layuk adalah tempat kekuasaan tertinggi. Digunakan sebagai pusat
“pemerintahan”. Tongkonan pekamberan adalah milik anggota keluarga yang memiliki
wewenang tertentu dalam adat dan tradisi lokal. Sedangkan anggota keluarga biasa
Nama : Muh. Surya Candra
Kelas : 4A
tinggal di tongkonan batu. Eksklusivitas kaum bangsawan atas tongkonan semakin
berkurang seiring banyaknya rakyat biasa yang dapat pekerjaan menguntungkan di daerah
lain di Indonesia. Setelah memperoleh cukup uang, orang biasa pun mampu membangun
tongkonan yang besar.

1. 10 Macam - Macam Rumah Adat

Selain sebagai rumah adat, Suku Toraja mengenal 3 jenis Tongkonan menurut peran
adatnya, walau bentuknya sama persis, yaitu:

1. Tongkonan Layuk, Sebagai pusat kekuasaan adat dan tempat membuat peraturan.

2. Tongkonan Pekaindoran (Pekanberan), merupakan tempat untuk melaksanakan


peraturan dan perintah adat.

3. Tongkonan Batu A’riri, tempat pembinaan keluarga serumpun dengan pendiri


Tongkonan.

Anda mungkin juga menyukai