Surya Candra
Kelas : 4A
Rumah Adat Sulawesi Selatan (Rumah Tongkonan Toraja)
1.1 Pengertian
Penjelasan singkat rumah adat Tongkonan asal daerah Toraja Sulawesi Selatan.
Tongkonan merupakan rumah adat yang berbentuk rumah panggung dari kayu. Kolong di
bagian bawah rumah biasanya dipakai sebagai kandang kerbau. Bentuk atap rumah
tongkonan melengkung dan dilapisi ijuk hitam. Ada yang mengatakan bentuknya seperti
perahu telungkup atau tanduk kerbau.
Menurut cerita masyarakat setempat bahwa tongkonan pertama itu dibangun oleh
Puang Matua atau sang pencipta di surga. Dulu hanya bangsawan yang berhak
membangun tongkonan. Selain itu, rumah adat tongkonan tidak dapat dimiliki secara
individu tapi diwariskan secara turun-temurun oleh marga suku Toraja.
Rumah adat Tongkonan dibangun selama tiga bulan dengan sepuluh pekerja.
Kemudian ditambah proses mengecat dan dekorasi satu bulan berikutnya. Setiap bagian
tongkonan melambangkan adat dan tradisi masyarakat Toraja.
Arti kata tongkonan berasal dari kata tongkon yang bermakna menduduki atau tempat
duduk. Dikatakan sebagai tempat duduk karena dahulu menjadi tempat berkumpulnya
bangsawan Toraja yang duduk dalam tongkonan untuk berdiskusi. Rumah adat ini
Nama : Muh. Surya Candra
Kelas : 4A
mempunyai fungsi sosial dan budaya yang bertingkat-tingkat di masyarakat. Awalnya
merupakan pusat pemerintahan, kekuasaan adat, sekaligus perkembangan kehidupan
sosial budaya masyarakat Toraja.
Rumah tongkonan yang berdiri berjejer akan mengarah ke utara dengan ujung
atap yang runcing ke atas melambangkan leluhur mereka yang berasal dari utara.
Sehingga konon katanya ketika nanti meninggal mereka akan berkumpul bersama arwah
leluhurnya yang berada di utara.
Tongkonan merupakan pusat kehidupan sosial suku Toraja karena ritual adat
terkait tongkonan sangatlah penting dalam kehidupan spiritual mereka dengan leluhur.
Oleh karena itu, semua anggota keluarga diharuskan ikut serta sebagai lambang hubungan
mereka dengan leluhur.
Rumah adat Toraja atau tongkongan mempunyai ciri unik yaitu terbuat dari 100%
material kayu yang berbentuk panggung serta atap dilapisi ijuk berwarna hitam dengan
desain melengkung menyerupai bentuk perahu telungkup. Pada kolong rumah umumnya
digunakan untuk kandang kerbau sehingga atap rumah yang didesain melengkung sering
disebut seperti tanduk kerbau. Sekilas rumah adat ini lebih mirip rumah gadang di
Sumatera.
Tongkonan adalah rumah tradisional masyarakat Toraja. Terdiri dari tumpukan kayu yang
dihiasi dengan ukiran berwarna merah, hitam, dan kuning. Kata “tongkonan” berasal dari
bahasa Toraja yang berarti tongkon ”duduk”.
1.4 Fungsi
Selain rumah, Tongkonan merupakan pusat kehidupan sosial suku Toraja. Ritual
yang berhubungan dengan rumah adat ini sangatlah penting dalam kehidupan spiritual
suku Toraja. Oleh karena itu semua anggota keluarga diharuskan ikut serta karena
melambangan hubungan mereka dengan leluhur mereka. Menurut cerita rakyat Toraja.
Tongkonan pertama dibangun di surga dengan empat tiang. Ketika leluhur suku Toraja
turun ke bumi, dia meniru rumah tersebut dan menggelar upacara yang besar.
1.5 Status
Rumah adat Toraja atau Tongkonan yang ditampilkan adalah rumah pemilik
penguasa adat yang diletakan diatas tiga pasang kepala kerbau (kabonga) merupakan
symbol kebangsawanan pemilik rumah. Sejumlah lumbung padi (alang) berukir yang
berderet di depan rumah juga merupakan ukuran status kekayaan dari sang pemilik
rumah.
Atapnya unik berbentuk perahu wangka (bugis), dan biasanya memiliki ukiran
dengan arti tertentu. Warna ukirannya sangat khas, yaitu merah, putih dan kuning serta
hitam. Tanduk kerbau di depan rumah menandakan berapa banyak pemilik rumah
melangsungkan pemakaman adat. Bagi orang toraja, kerbau memiliki arti yang sangat
mendalam, karena dianggap memiliki magis, terutama tedong bonga (kerbau belang).
Nama : Muh. Surya Candra
Kelas : 4A
Kerbau yang dianggap sebagai kendaraan roh di akhirat, oleh karena itu, fungsinya
sebagai kurban di upacara pemakaman sangat penting
1.6 Bangunan
Setiap tongkonan terdiri dari; Tongkonan (rumah), sebagai ibu dan Alang
(lumbung), sebagai bapak, yang dianggap pasangan suami-istri. Deretan Tongkonan dan
Alang saling berhadapan. Tongkonan menghadap ke utara dan Alang ke selatan. Halaman
memanjang antara Tongkonan dan Alang disebut Uluba’bah.
Nama : Muh. Surya Candra
Kelas : 4A
Rumah adat ini merupakan rumah panggung dengan konstruksi rangka kayu.
Bangunannya terdiri atas 3 bagian, yaitu ulu banua (atap rumah), kalle banua (badan
rumah), dan sulluk banua (kaki rumah). Bentuknya persegi karena sebagai mikro kosmos
rumah terikat pada 4 penjuru mata angin dengan 4 nilai ritual tertentu. Tongkonan harus
menghadap ke utara agar kepala rumah berhimpit dengan kepala langit (ulunna langi’)
sebagai sumber kebahagiaan.
– Bagian utara. Ruangan bagian utara disebut Tangalok berfungsi untuk ruang tamu,
kamar tidur anak, dan untuk meletakkan persembahan atau sesaji.
– Bagian tengah. Ruangan bagian tengah disebut Sali berfungsi untuk ruang keluarga,
dapur, ruang makan, dan meletakkan orang mati.
– Bagian selatan. Ruangan bagian selatan disebut Sumbung berfungsi sebagai ruangan
khusus kepala keluarga, namun dipercaya ruangan ini merupakan sumber penyakit.
Nama : Muh. Surya Candra
Kelas : 4A
1.8 Ornamen
Melihat Rumah Adat Tongkonan Toraja, yang sangat menarik adalah variasi
gambar dan simbol yang diukir menghiasi semua bagiannya. Ukiran-ukiran tersebut
untuk menunjukkan konsep keagamaan dan sosial suku Toraja yang disebut Pa’ssura
(Penyampaian). Oleh karena itu, ukiran kayu merupakan perwujudan budaya Toraja. Pola
yang terukir memiliki makna dengan presentase simbol tertentu dari pemilik atau rumpun
keluarga yang punya nilai magis. Ukiran-ukiran Toraja itu diyakini memiliki kekuatan
alam atau supranatural tertentu.
Diperkirakan, tidak kurang dari 67 jenis ukiran dengan aneka corak dan makna.
Warna-warna yang dominan adalah merah, kunig, putih dan hitam. Semua sumber warna
berasal dari tanah liat yang disebut Litak kecuali warna hitam yang berasal dari jelaga
atau bagian dalam pisang muda. Pencipta awal mula ukiran-ukiran magis ini diyakini dari
Ne’ Limbongan yang mana simbolnya adalah berupa lingkaran berbatas bujur sangkar
bermakna mata angin.
Selain sebagai rumah adat, Suku Toraja mengenal 3 jenis Tongkonan menurut peran
adatnya, walau bentuknya sama persis, yaitu:
1. Tongkonan Layuk, Sebagai pusat kekuasaan adat dan tempat membuat peraturan.