Anda di halaman 1dari 18

RUMAH ADAT

SAORAJA LA
TENRI BALI
Di SENGKANG,
SULAWESI SELATAN

MUH. FIRMANSYAH 220211502059


RUMAH
01
TRADISIONA
L
DI SULAWESI
SELATAN
Jenis-jenis rumah tradisional atau rumah bugis Sulawesi Selatan seperti yang ada di
Wajo, Soppeng, dan Bone saat sekarang, berdasarkan fungsi huniannya dapat dibedakan
menjadi dua yaitu;
1) Saoraja (salassa) berarti rumah besar yang di tempati oleh keturunan raja (kaum
bangsawan),
2) Bola adalah rumah yang di tempati oleh rakyat biasa.

Rumah bugis memiliki keunikan tersendiri, dibandingkan dengan rumah panggung dari
suku yang lain. Bentuknya biasanya memanjang ke belakang, dengan tambahan disamping
bangunan utama dan bagian depan (orang bugis menyebutnya lego-lego).
02
SEJARAH
SAORAJA LA
TENRI BALI
Saoraja La Tenri Bali di Kabupaten Wajo berasal dari bahasa Bugis. “Saoraja” diartikan
sebagai istana raja, sedangkan “La Tenri Bali” merupakan salah satu nama raja yang pernah
memimpin Kerajaan Wajo. Jadi, Saoraja La Tenri Bali adalah Istana Raja La Tenri Bali.
Arung Matoa sebutan masyarakat setempat bagi pemimpin Kerajaan Wajo tersebut. Arung
Matoa yang pernah memimpin Kerajaan Wajo memiliki istana dan bentuk kekuasaan yang
berbeda-beda. Para Arung Matoa memiliki ciri khas masing-masing, salah satunya adalah
saoraja yang mereka miliki. Saoraja La Tenri Bali inilah yang paling dikenal sebagai salah
satu rumah adat dan menjadi ikon wisata Kabupaten Wajo. Rumah adat Saoraja La Tenri Bali
diresmikan pada tahun 1995.
Saoraja La Tenri Bali terletak di Kelurahan
Atakkae, Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo.
Oleh karena itu, Saoraja La Tenri Bali lebih
dikenal sebagai Rumah Adat Atakkae.
Lokasinya berada kurang lebih 3 kilometer ke
arah Timur dari kota Sengkang, ibukota
Kabupaten Wajo. Berjarak kurang lebih 200
kilometer sebelah utara Kota Makassar.
Saoraja La Tenri Bali terbilang unik. Bentuknya yang berupa rumah panggung
mencirikan rumah adat Sulawesi Selatan pada umumnya. Namun yang membuatnya berbeda
adalah ukurannya yang sangat besar. Jumlah tiang rumah panggung warga biasanya berkisar
antara 12 hingga 20 buah tiang. Diameter dan bentuk tiangnya pun bervariasi. Saoraja La
Tenri Bali memiliki 101 buah tiang. Berat tiangnya pun fantastis, mencapai 2 ton per tiang.
Hal yang tidak kalah uniknya adalah bentuk tiang rumah yang bundar, tidak berbentuk segi
empat sebagaimana rumah panggung pada umumnya. Diameter tiangnya pun sangat besar
sehingga akan sulit mempertemukan kedua tangan ketika memeluk tiangnya.
Awalnya, kawasan budaya Atakkae menjadi tempat representatif tempat pelaksanaan
pameran pembangunan yang rutin digelar setiap tahun. Namun, pasca-reformasi, pameran
pembangunan ditiadakan sehingga disulaplah menjadi kawasan wisata. Objek wisata
andalan Kabupaten Wajo tidak hanya Danau Tempe dengan keindahan panorama alamnya,
terutama saat matahari terbit atau terbenam. Juga memiliki potensi pariwisata andalan lain,
seperti perkebunan murbei dan peternakan ulat sutra, atau kawasan wisata Atakkae.
Selain itu, Saoraja La Tenri Bali sering dijadikan sebagai pusat atraksi budaya di
Kabupaten Wajo.
03
ARSITEKTUR
SAORAJA LA
TENRI BALI
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, infographics &
images by Freepik
1. Denah
Llantai dasarnya dipenuhi oleh
pemandangan 101 jumlah tiang yang tersebar
rata. Pada rumah bugis, sentralitas ditandai oleh
aliri posi/tiang pusar yang menandai sumber
sumange’ dan dihormati dalam ritual. Tiang ini
dihiasi saat ada upacara-upacara, tarian-tarian
disajikan di sekitarnya, dan ketika dilakukan
pelayaran antara Dunia Tengah (Alo-Bola) dan
Dunia Atas (Rakkeang), itulah fungsi lantai
dasar Saoraja La Tenri Bali ini. Sedangkan,
lantai utamanya digunakan sebagai ruang
musyawarah atau acara-acara yang tidak lagi
menggunakan upacara.
2. Tata Ruang

Saoraja La Tenri Bali seperti Saoraja pada


umumnya, memiliki lego-lego yang terletak
pada bagian depan dari Saoraja. Lego-lego
inilah yang pertama dijumpai pengunjung
setelah menaiki tangga yang berfungsi sebagai
tempat duduk tamu sebelum dipersilahkan
masuk ke dalam bagian dalam dari saoraja.
Selain itu, Saoraja La Tenri Bali juga
mempunyai dapureng (jonge), yang terletak di
belakang yang berfungsi sebagai tempat
memasak dan menyimpan peralatan masak.
3. Struktur dan Konstruksi
Jenis kayu yang biasanya digunanakan adalah kayu ulin untuk
menyangga rumah adat Saoraja La Tenri Bali. Dinding tersusun dari
papan, dan atap menggunakan jenis atap sirap. Sistem struktur
menggunakan rumah panggung dengan menggunakan tiang penyangga
dan menggunakan pondasi, rumah tersebut mempunyai tiang sebanyak
101 buah. Lingkaran tiang rumah 1,45 meter dengan garis tengah 0,45
meter, dan tinggi tiang dari tanah ke loteng 8,10 meter. Bangunan rumah
adat ini mempunyai ukuran panjang 42,20 meter, lebar 21 meter, dan
tinggi bubungan 15 meter.
4. Atap
Soraja La Tenri Bali menggunkan atap pelana dengan
genteng sirap. Adapun timpa’ laja yang masih dipergunakan
sekarang sebagai salah satu pembeda antara rumah
bangsawan dan masyarakat biasa, dan jenis-jenisnya adalah:
1) Salassa’ tidak terbatas banyaknya tingkatan timpa’
laja’nya.
2) Salassa Baringeng, hanya tiga tingkatan timpa’ laja’nya.
3) Rumah tiga petak, dua tingkatan timpa’ laja’nya.
4) Rumah rakyat, tidak bertingkat timpa’laja’nya.
5. Kolom

Gambar
Kolom pada Saoraja La Tenri Bali,
tiang-tiang berbentuk segi delapan

Gambar
Struktur bagian bawah kolom Saoraja La Tenri Bali

Gambar
Sambungan pengerat (pattolo raise) yang terdapat pada kolom Saoraja La Tenri Bali,
dimana menghubungkan tiang utama dengan sambungan kayu pada lantai loteng.
6. Ornamen

Ornamen berbentuk nanas ini


melambangkan kemakmuran pada
saat itu, di mana buah nanas
merupakan penghasilan terbesar dari
Kabupaten Wajo selain dari hasil
pertanian lainnya.
7. Ukiran

Di setiap pinggiran tempat duduk


dan tangga tersebut terdapat ukiran
yang bermakna sebagai penanda
dari rumah seorang raja serta
bangsawan dan sebagai keindahan.
Begitu pula ukiran yang berada di
bagian timpa laja rumah tersebut.
8. Lego-lego

Lego-lego dalam suku Bugis adalah teras.


Lego-lego dalam rumah adat Saoraja ini
digunakan raja, bangsawan, dan para Ata
sebagai tempat bersantai atau melepaskan
penat. Tempat duduk ini adalah tempat duduk
para raja dan bangsawan, sedangkan bagian
bawah untuk masyarakat Ata.
THAN
YOU !!!
Do you have any questions?

https://syam-ok.unm.ac.id
www.youtube.com

Anda mungkin juga menyukai