Sampul Depan:
Gedhong Purwaretna,
Pura Pakualaman
Uneg-uneg Redaktur
Rubrik
Redaktur PENERBIT:
UPT. Balai Pelestarian Warisan Budaya dan
Cagar Budaya
Dinas Kebudayaan DIY
Alamat Redaksi:
UPT. BPWBCB DIY
Redaksi menerima tulisan mengenai Warisan Budaya dan Cagar Budaya yang ada di DIY
Jl. Cendana Nomor 11 dan sekitarnya (dengan ketentuan maks. 3 halaman A4, font Arial 11, dan disertai foto
No. Telp (0274) 562628 atau gambar jika ada). Tulisan dilengkapi dengan identitas yang jelas dan nomor yang
Email: bpwbcb.disbuddiy@gmail.com bisa dihubungi. Tulisan dapat dikirim ke alamat redaksi. Bagi tulisan yang sesuai dengan
tema akan dicantumkan dalam edisi berikutnya.
4 5
UBARAMPE
»»22 22 K.R.M.T. PROJO KUSUMO: BUPATI PELESTARIAN
WA R I S A N B U D AYA D A N C A G A R B U D AYA
PAKUALAMAN
Tim Mayangkara memiliki kesempatan untuk
mewawancarai K.R.M.T Projo Kusumo.
Lahirnya Natakusuma ke Semarang, lalu ke Cirebon kemudian ke Bogor. terhadap Belanda dan tentunya juga terhadap Inggris. H.Y. Agus Nurdiyastama, et al. 2015. Pangeran
Kemunculan Kadipaten Pakualaman dimulai Ketika diasingkan di Cirebon, Pangeran Maka Inggris menggunakan Pangeran Natakusumo Notokusumo, Hadeging Kadipaten Pakualaman
dari kelahiran putra HB I dengan selirnya Natakusuma sempat mengalami percobaan sebagai utusan agar tidak terjadi peperangan. Yogyakarta. Dinas Kebudayaan DIY
bernama R.A. Srenggorowati, anak Lurah Desa pembunuhan. Tetapi tidak berhasil, karena ada Namun usaha ini tidak berhasil, sehingga yang terjadi
Karangnongko, Kabupaten Bagelen. Kemudian, bantuan penjaga penjara. Hal ini terjadi sebab pemerintah Inggris mengempur Kraton Yogyakarta.
beliau diangkat menjadi Bupati Bagelen dengan Pangeran Natakusuma pasrah dan mendekatkan
gelar R.T. Notoyuda. Beliau merupakan cucu diri kepada Tuhan, serta kepribadiannya yang baik Pangeran Natakusuma menjadi Pangeran Merdiko
seorang pertapa yang lahir pada tanggal 21 Maret sehingga banyak yang bersimpati kepadanya. Sultan HB II menyerah kepada Inggris, berikutnya
1764. Tetapi sebelum kejadian pengasingan Inggris mengangkat Putra Mahkota menjadi HB III
Rupanya kehidupan istana tidak mengubah Pangeran Natakusuma terlebih dahulu telah kembali, dilakukan pada tanggal 21 Juni 1812 di
pendidikan perilaku sang ibu kepada anaknya terjadi pergeseran kekuasaan di lingkungan Kraton Loji.
sebagai anak desa, yang sadar akan posisinya. Ngayogyakarta Hadiningrat. Hal ini terjadi akibat Esok harinya di Kraton, Pangeran Natakusuma
Pola didikan inilah yang membuatnya menjadi campur tangan Patih Danurejo II dan Belanda. diangkat menjadi Pangeran Merdiko pada tanggal 22
sosok pemuda tangguh dan cerdas. Sikapnya Karena Sultan HB II tidak kompromi dengan Juni 1812 dan selanjutnya bergelar Paku Alam I. Saat
tersebut menarik perhatian ayahnya, Sultan HB I. keberadaan pemerintah Belanda. Namun setelah awal berdirinya, Pakualam tidak memiliki wilayah.
Melihat keadaan ini Putra Mahkota merasa lengser, Sultan HB II tetap berada di istana dan Baru setahun setelahnya, tepatnya 17 Maret 1813,
was-was, terhadap kemungkinan Pangeran bergelar sebagai Sultan Sepuh. Ini menyebabkan Pakualam memiliki wilayah di sebelah barat Sungai
Natakusuma akan menggantikan kedudukan pengasingan terhadap Pangeran Natakusuma Progo, Kapanewon Galur, Tawangrejo, Tawangsoko
ayahnya sebagai Sultan. Hal tersebut membuat dengan putranya masih berlangsung. dan Tawangkarto, keempatnya disatukan menjadi
hubungan di antara keduanya kurang membaik. Kabupaten Karangkemuning atau yang disebut
Efek Perang Eropa Adikarto.
Janji kesetiaan Pangeran Natakusuma Sementara itu, di benua lain telah terjadi Jadi berdirinya Kadipaten Pakualaman bukan
Kemudian melalui perantaranya, Mangundirjo gejolak yang cukup signifikan. Perang di Eropa karena ambisi kekuasaan, tetapi karena perjalanan
putra Sindurejo, Putra Mahkota menyatakan yang semula dikuasai Perancis, berganti dengan hidup yang berpasrah kepada Tuhan, berperilaku
keinginannya kepada Sultan HB I agar Pangeran kemenangan di pihak Inggris. Dengan Kerajaan baik dalam berbagai keadaan, setia kepada janji,
Natakusuma bersumpah setia dihadapan orang Inggris sebagai pemenang, mengakibatkan akhirnya muncul kemuliaan (mukti).
tuanya. Maka Sultan memanggil kedua putranya Belanda yang sebelumnya dikuasai Perancis, kini Posisi Pangeran Merdiko dalam rangka menjaga
untuk menghadap, diminta saling melindungi. dikuasai oleh Inggris. Dampaknya juga dirasakan janji dihadapan ayahnya Sultan HB I untuk setia dan
Pangeran Natakusuma harus selalu membantu oleh daerah-daerah kekuasaan Belanda yang tetap ngrangkani (membantu) Kraton Yogyakarta.
Putra Mahkota. Begitu juga sebaliknya. kemudian beralih menjadi kekuasaan Inggris. Agar eksistensinya dapat dilakukan dengan baik
Apabila hal ini dilanggar Tuhan Yang Maha Secara otomatis, tongkat kekuasaan di Jawa dan bebas dari turbulensi dinamika Kraton, maka
Tinggi akan memberi Pengadilan. Sumpah saling juga beralih dari Gubernur Jendral Belanda, mempunyai posisi sendiri atau otonom. Selain dr. H. K.P.H. Kusumoparastho
setia disaksikan Penghulu Ibrahim, kemudian Deandels ke Gubernur Jendral Inggris, Raffles. berasal dari satu asal usul (sejarah), juga tetap dr. H. KPH. Kusumoparastho merupakan alumni
memanjatkan doa untuk keselamatan mereka. Dalam pergantian kekuasaan juga terjadi serah berada dalam sebuah tujuan bersama sebagai dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Maka hubungan Pangeran Natakusuma dengan terima tawanan. Akibatnya, Pangeran Natakusuma “loro-lorone atunggal” sehingga antara Kraton dan Yogyakarta pada tahun 1975. Lahir 73 tahun silam di
Putra Mahkota berjalan baik. yang menjadi tawanan Belanda kala itu juga Kadipaten tak bisa dipisahkan. Semarang, tepatnya pada 7 Mei 1945. Di Kadipaten
menjadi bagian dari serah terima ini. Ada piyandel (pusaka) berupa tumbak nama Pakualaman beliau menjabat sebagai Penghageng
Proses pengasingan Pangeran Natakusuma Ketika ditanya Inggris, mengapa sampai “Kyai Buyut”. Tombak ini dibawa oleh ibunda Pambudaya atau Community Development-nya
Kejadian yang sama muncul antara Putra ditawan, beliau menjawab tidak tahu. Dalam Pangeran Natakusuma, R.A Srenggarawati sebagai Kadipaten Puro Pakualaman. Sebagai alumni dari
Mahkota HB II dengan Pangeran Natakusuma. Hal perkembangan berikutnya Inggris bersimpati karena syarat penerimaan lamaran HB I, yang akan Fakultas Kedokteran UGM, beliau sempat menjadi
ini disebabkan jika Sultan HB II kesulitan, selalu beliau bisa berbahasa Inggris dan perilakunya diberikan kepada anaknya. pengajar di almamaternya hingga tahun 1988.
minta bantuan Pangeran Natakusuma. Akibatnya yang baik. Maka, Inggris membebaskan Pangeran Pusaka “Kyai Buyut” memberi pesan kepada
Putra Mahkota khawatir Pangeran Natakusuma Natakusuma sebagai tawanan, kemudian para sentana Kadipaten Pakualaman, agar dalam
akan menggantikan Sultan. Maka dilakukan usaha menggunakannya sebagai utusan Inggris kepada kehidupan bukan mengandalkan pada keampuhan
untuk menyingkirkan Pangeran Natakusuma Sultan HB II. atau keperkasaan, kekuasaan, harta, tetapi pada
termasuk putranya. Maka usaha penyingkiran kebijaksanaan, sejalan dengan derajat “buyut”.
dilakukan bersama dengan Patih Danurejo II dan Sultan HB III diturunkan oleh Sultan Sepuh Tentunya sebagai “buyut” sikapnya harus bijaksana,
bersekongkol dengan Belanda. Pergantian kekuasaan dari Belanda ke Inggris, dengan tidak mengedepankan unsur duniawi.
Persengkongkolan itu berhasil dengan digunakan Sultan Sepuh untuk mengambil kembali
memfitnah Pangeran Natakusuma membantu kekuasaannya. Sultan HB III diturunkan sebagai
Raden Ronggo yang kala itu menjabat sebagai Putra Mahkota, dan tampuk pimpinan dipegang Sumber Bacaan:
Bupati Madiun memberontak melawan Belanda. Sultan HB II kembali. KPH. Soedarisman Poerwokoesoema. 1985. Kadipaten
Maka Pangeran Natakusuma berhasil diasingkan Adapun sikap Sultan HB II memang keras Pakualaman. Yogyakarta. Gadjahmada University
Press
KADIPATEN
PAKUALAMAN
DARI MASA
KE MASA
Kawasan Kota Bersejarah dan
Tantangan Pelestariannya
Dwi Pradnyawan, S.S., M.A.
Ikaputra menambahkan, selain elemen catur lama Kawasan Pakualaman secara khusus. Peta-
tunggal, ciri kota tradisional umumnya dikelilingi oleh peta lama tersebut adalah peta tahun 1830-an,
pemukiman pangeran, para pengiring (abdi dalem), 1870-an, peta 1920-an, dan peta tahun 1945-
atau prajurit militer yang mendukung penguasa. an. Berdasarkan peta-peta tersebut dapat diamati
Elemen-elemen ini nampak di Kota Yogya secara perkembangan dan perubahannya secara signifikan.
luas dan khususnya di Kadipaten Pakualaman. Sedangkan pada masa setelah 1945-an hingga saat
Bentuk yang nyata dari elemen ini umumnya adalah ini didasarkan atas pengamatan kondisi existing
toponim atau penyebutan wilayah yang berasosiasi dengan perbandingan pada peta-peta lama.
dengan nama-nama tertentu tersebut. Di wilayah Pengamatan terhadap peta-peta sebelum abad
Pakualaman masih ditemui beberapa indikasi 20 menunjukkan bahwa Kawasan Pakualaman
toponim ini seperti Suryengjuritan, Purwanggan, dalam tahap pertumbuhan, terlihat masih terdapat
Kemayoran, dan lain-lain. daerah-daerah yang lapang atau ruang terbuka yang
Ciri lain yang signifikan selain elemen catur sangat dimungkinkan adalah bagian dari ndalem-
tunggal dan toponim adalah adanya elemen jalan ndalem Pangeran yang biasanya memiliki massa
yang membentuk suatu pola tertentu. Ciri-ciri umum ruang besar dan ruang terbuka yang luas. Jaringan
dari kota tradisional adalah bentuk jaringan jalan jalan menunjukkan kesesuaiannya dengan saat
berupa grid-grid sehingga kawasannya nampak ini kecuali belum adanya jembatan penghubung
seperti terkotak-kotak. Ciri seperti ini nampak pada di wilayah barat laut (wilayah jagalan ke barat).
kebanyakan kota-kota kuno di jawa, walaupun Jembatan ini agaknya dibangun kemudian pasca
beberapa diantara melakukan penyesuaian dengan Perang Jawa atau tahun-tahun setelahnya.
bentang lahannya. Kadipaten Pakualaman, seperti Perkembangan dan perubahan pada jaringan jalan
dapat dilihat dari peta-peta memiliki jaringan jalan paling signifikan terjadi pada jalan Gajah Mada
dengan bentuk grid yang cenderung memanjang arah hingga setelah dibangunnya Stasiun Lempuyangan
timur-barat dengan adaptasi bentuk pada sisi barat pada tahun 1872. Hal ini merubah akses jalan dari
yang berbatasan dengan Sungai Code dan sebelah wilayah bintaran (pertigaan Bioskop Permata) hingga
timur yang berbatasan dengan Kali Buntung. menebus daerah Purwanggan. Jalan ini setelah
^ Gambaran Catur Tunggal di Kadipaten Pakualaman. Kedaton (Kotak Hijau); Alun-Alun (Kotak Biru); Majid (Kotak Kuning); Pasar Lama dan
Berdasarkan gambaran sederhana diatas tahun 1870-an dikenal dengan nama Station Weg.
Baru (Kotak Merah; Dibawah masjid merupakan pasar lama).
(Sumber: Peta Citra Google Maps dengan mofidikasi)
mengenai Kadipaten Pakualaman dengan ciri- Menurut beberapa sumber, di pertigaan Bioskop
ciri kota tradisional Jawa pada umumnya, dapat Permata dulunya terdapat bangunan Plengkung yang
disimpulkan bahwa kawasan Pakualaman adalah kemudian diubah menjadi jalan menuju Stasiun
kawasan dengan identitas sejarah yang sangat kuat. Lempuyangan.
dasar tradisi Jawa dan penghormatannya kepada yakni politik-kekuasaan; religius; dan ekonomi. Perubahan lain yang signifikan adalah bentuk
ayahnya, Sultan HB I. Oleh karenanya, Kadipaten Secara keruangan, alun-alun selalu berada di pusat, Perkembangan dan Perubahan alun-alun Sewandanan. Pada awalnya merupakan
Pakualaman dibangun lebih sederhana dibandingkan kemudian kedaton dapat di selatan atau utara Kadipaten Pakualaman seperti diungkapkan satu kesatuan alun-alun tanpa ada akses jalan
kraton ayahandanya. sedangkan masjid, dipastikan selalu di sisi barat; pada uraian di atas merupakan kawasan bersejarah ditengahnya. Namun pada peta 1900-an, bentuknya
dan pasar dapat berada di wilayah timur, utara atau dengan bukti adanya identitas yang nampak dari telah mengalami perubahan dengan munculnya
Morfogenesis Kawasan Pakualaman selatan. Pola seperti ini dapat dilihat di kota-kota adanya tinggalan warisan budaya baik yang tangible akses jalan yang membelah alun-alun tersebut.
Kadipaten Pakualaman sebagai pusat kuno Islam dari Demak, Cirebon, Kudus, Kotagede, maupun in-tangible. Warisan budaya tersebut dengan Perubahan lain adalah Kawasan Bintaran, dengan
pemerintahan sekaligus kediaman dari Paku Alam Plered, Surakarta, hingga Kraton Yogyakarta. berbagai macam bentuk dari tata ruang hingga satu perubahan penggunaan lahan beserta akses
merupakan sebuah kawasan bersejarah yang Diamati dari tata ruangnya, Kadipaten bangunan secara individual memperlihatkan adanya jalannya. Sebelum abad ke-20, kawasan Bintaran
didalamnya terdapat berbagai tinggalan arkeologis Pakualaman mengikuti akar tradisi tata ruang kota- transformasi kawasan Pakualaman dari waktu ke diperkirakan merupakan ndalem Pangeran dengan
dan sejarah yang penting. Selain itu, ada hal yang kota kuno Islam, seperti dapat dilihat pada tata waktu. massa ruang dan ruang terbuka yang luas. Namun
tak kalah penting yaitu sebuah tata ruang kawasan ruangnya yakni adanya alun-alun Sewandanan, Selama 205 tahun sejak pertama kali didirikan setelah tahun 1900-an, seiring dengan pertumbuhan
Kadipaten Pakualaman yang mewarisi bentuk tata Puro Paku Alam (kediaman), masjid dan pasar oleh Paku Alam I, telah banyak transformasi yang kawasan pemukiman, kawasan ini berubah menjadi
ruang tradisional Jawa, terutama pada kawasan dengan posisi yang hampir serupa, kecuali posisi terjadi baik itu perkembangan, hingga perubahan- pemukiman Belanda dengan perubahan bentuk jalan
intinya. kediaman Paku Alam yang menghadap ke selatan. perubahan yang digerakkan oleh berbagai dan ruang yang sangat berbeda.
Menurut Ikaputra, tata ruang tradisional Jawa, Hal ini menurut beberapa sumber, merupakan aspek kehidupan dalam Kawasan Pakualaman. Selain perubahan-perubahan di atas, terdapat
seperti yang dapat pada tinggalan arkeologis kota- bentuk rasa hormat Pangeran Notokusumo terhadap Perkembangan dan perubahan-perubahan dalam pula perubahan-perubahan minor yang terjadi
kota kuno di Jawa pada Masa Islam, mengikuti suatu ayahandanya yang mendirikan Kraton Yogyakarta. Kawasan Pakualaman banyak sekali terjadi, namun namun secara keseluruhan tidak mengubah wilayah
pola yang sama dan dikenal dengan istilah catur Hal seperti ini muncul pula pada wilayah pemimpin ada beberapa hal penting yang akan diamati pada inti (area catur tunggal) dan bentuk tata ruangnya.
tunggal. Catur tunggal adalah komponen inti dalam daerah dibawah Kasultanan dan Kasunanan yang tulisan ini.
tata ruang tradisional Jawa yang memiliki empat secara umum kedatonnya (atau kabupaten) selalu Pengamatan Kawasan Pakualaman pada masa Identitas dan Perubahan Kekinian
elemen yakni kedaton, alun-alun, masjid dan pasar. menghadap ke arah selatan sebagai bukti tanda lalu dibantu dengan kajian terhadap peta-peta Identitas Kawasan Pakualaman sangat
Keempat elemen ini mewakili aspek-aspek tertentu hormat.
Gedhong Purworetna
Tentang penulis:
Samantha Aditya Putri, lahir di Surabaya 25 tahun silam. Ketertarikannya
dalam sejarah, memantapkannya masuk jurusan sejarah UGM. Sejak kuliah
menekuni berbagai aktivitas di bidang museum dan cagar budaya. Ketertarikan ini
menjadikannya terpilih sebagai Runner Up I Duta Museum DIY 2017. Perempuan
yang memiliki hobby menulis dan travelling, saat ini aktif di Komunitas Malam
Museum, Djokdjakarta 1945, Serikat Nasional Pelestari Tosan Aji Nusantara dan
berbagai komunitas yang bergerak di bidang literasi. Bangsal Sewatama dalam proses pemugaran atap
Sejumlah bangunan di Kawasan Cagar Budaya di sisi utara dari Komplek Pura Pakualaman
Pakualaman yang sudah ditetapkan sebagai kemudian dilanjutkan ke bangunan gandhok di sisi
cagar budaya antara lain adalah: Komplek Pura timur.
Pakualaman dan Masjid Agung Pura Pakualaman,
Rumah Indis Kemayoran, Rumah Tinggal dr. Wirjo 2. Masjid Agung Pura Pakualaman
Midjojo, SMP BOPKRI II, Dalem Suryaningpranan, Masjid Agung Pura Pakualaman terletak di
Dalem Kepatihan atau Notokusuman, Dewantara sebelah barat daya komplek Pura Pakualaman.
Kirti Griya dan Pendapa Agung Tamansiswa, Masjid Pakualaman dibangun pada masa
Gereja Katolik Santo Yusuf Bintaran dan Museum pemerintahan Sri Paku Alam II (1829-1858 M)
Sasmitaloka Panglima Besar Jendral Sudirman. setelah perang Diponegoro yaitu pada tahun 1850
Sebagai upaya pelestarian cagar budaya
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang
M. Pendirian masjid ini ditandai dengan adanya
batu tulis yang terdapat pada dinding serambi
1 2
Cagar Budaya, maka Pemerintah Daerah DIY masjid tersebut. Saat ini, masjid ini terdiri atas 3
melalui Dinas Kebudayaan DIY telah melakukan bagian yaitu bagian utama, serambi dan serambi Bangunan Dewantara Kirti Griya sebelum pemugaran (Kiri) dan sesudah pemugaran (Kanan)
beberapa upaya pelestarian cagar budaya di KCB depan. Serambi depan masjid ini merupakan plafon. Plafonnya sebagian besar berupa anyaman Rumah Indis Kemayoran, Rumah Indis Mariana
Pakualaman, diantaranya dengan melakukan bangunan tambahan dengan konstruksi beton. bambu bagian kulit bambu atau dikenal dengan Puji, dan Rumah Tinggal Ny. E. Kadri Sriyono.
rehabilitasi pada beberapa bangunan cagar budaya Pada tahun 2017, Dinas Kebudayaan DIY istilah gedhek kulitan. Pekerjaan rehabilitasi yang Meski demikian karena keterbatasan dana
dan memberikan penghargaan kepada pemilik mengembalikan serambi depan masjid ini lain adalah memperbaiki beberapa bagian dinding dan lainnya yang dimiliki pemilik atau pengelola
bangunan yang telah berusaha merawat bangunan menjadi konstruksi kayu seperti banyak ditemui yang plesterannya sudah mengelupas dan beberapa menyebabkan beberapa bagian dari bangunan
cagar budaya yang dimilikinya. pada serambi bangunan masjid lama, misalnya kolom yang sudah rusak. tersebut saat ini sudah rusak. Untuk itulah maka
di Serambi Masjid Gedhe Kotagede dan Serambi peran serta masyarakat dalam melestarikan cagar
A. Pekerjaan atau kegiatan rehabilitasi Masjid Pathok Negoro Ploso Kuning. Sebelumnya 4. Dalem Nototarunan budaya diperlukan, tidak hanya oleh pemerintah,
Pekerjaan atau kegiatan rehabilitasi pernah pada tahun 2015 dilakukan rehabilitasi oleh Dinas Dalem Nototarunan terletak di sebelah timur dari pemilik atau pengelola saja namun memerlukan
dilakukan pada beberapa bangunan, antara lain: Kebudayaan DIY berupa perbaikan atap, plafon, Komplek Puro Pakualaman. Bangunan ini didirikan keterlibatan semua pihak.
dinding, kolom dan lantai pada bagian bangunan pada tahun 1811 oleh BPH Notokusumo yang pada Sesuai dengan pasal 98 Undang-Undang
1. Komplek Pura Pakualaman utama dari masjid ini. tahun 1813 naik tahta menjadi Paku Alam I. Ada Cagar Budaya maka Pendanaan Pelestarian Cagar
Kadipaten Pura Pakualaman berdiri pada tahun kemungkinan sebelum pindah ke Puro Pakualaman Budaya menjadi tanggung jawab bersama antara
1813 dan hingga saat ini, Kadipaten Pakualaman 3. Dewantara Kirti Griya dan Pendopo Agung beliau bertempat tinggal di Dalem Nototarunan ini. Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat
sudah dipimpin sepuluh Paku Alam. Komplek Tamansiswa Pada tahun 2014 dilakukan rehabilitasi pada dengan kewajiban pemerintah pusat dan
Puro Pakualaman sebagai pusat dari Kadipaten Bangunan ini terletak di Jl. Tamansiswa No. 25, bagian struktur, rangka atap dan penutup atap pada pemerintah daerah mengalokasikan anggaran untuk
Puro Pakualaman meliputi area seluas 54.238 Yogyakarta. Pada zaman kolonial, bangunan yang bangunan ini. Sebelumnya bangunan ini sudah Pelindungan, Pengembangan, Pemanfaatan, dan
meter persegi. Di bagian depan atau selatan dari kini dikenal dengan nama Dewantara Kirti Griya rusak dan menjadi lebih parah setelah gempa bumi Kompensasi Cagar Budaya dengan memperhatikan
komplek ini terdapat pintu gerbang yang disebut ini merupakan rumah orang Belanda (Gevangenis yang melanda Yogyakarta tahun 2006. Beberapa prinsip proporsional.
Regol Danawara. Di sebelah kanan kiri regol ini Laan). Bangunan ini didirikan pada tahun 1915 kolom atau tiang penyangga terutama pada bagian
terdapat bangunan yang mengelilingi komplek Pura dengan gaya Eropa dikombinasi arsitektur Jawa. pendapa sudah miring dan diberi penyangga, Sumber Bacaan:
Pakualaman. Di selatan regol atau gerbang terdapat Pemilik terakhir sebelum ditempati Ki Hadjar beberapa bagian atap rumah sudah rusak, roboh Data Verifikasi Tahap I, II dan II, Balai Pelestarian
Alun-Alun Sewandanan dan di utara gerbang ini Dewantara adalah seorang janda penguasa atau tidak berada pada posisi semula. Peninggalan Purbakala Yogyakarta, 2010
terdapat taman. Di utara taman terdapat bangunan perkebunan Belanda bernama Mas Ajeng Warnasari Sistem Budaya Kadipaten Pakualaman
yang paling besar di komplek ini yaitu Bangsal Ramsinah, kemudian dibeli oleh Tamansiswa pada B. Penghargaan kepada pemilik bangunan cagar Yogyakarta, Trah Pakualaman Hudyana –
Sewatama, kemudian di sebelah utaranya ada tanggal 14 Agustus 1934 dengan harga 3.000 budaya yang telah berusaha merawat bangunan Jakarta, 2011
bangunan Ndalem Ageng Prabasuyasa. Bangunan gulden (mata uang Belanda). Pada tanggal 18 cagar budaya yang dimilikinya Data dari Dinas Kebudayaan DIY 2011 – 2018.
lain di komplek ini antara lain Gedhong Purwaretna Agustus 1951, pembelian tersebut dihibahkan Kegiatan pemberian penghargaan kepada
di sebelah timur Bangsal Sewatama dan Gedhong pada Yayasan Tamansiswa. Tanggal 2 Mei 1970, pemilik bangunan cagar budaya telah dilakukan oleh
Maerakaca di bagian belakang. museum diresmikan dan dibuka untuk umum
Bhaskara Ksatria, S.T
Pemda DIY. Pemberian ini sebagai bentuk apresiasi Bhaskara Ksatria tercatat
Pada tahun 2012 dan 2013 rehabilitasi dan ditandai dengan sengkalan yang berbunyi dari pemerintah terhadap pemilik atau pengelola sebagai PNS di Disbud DIY
dilakukan pada Bangsal Sewatama. Pekerjaan ”Miyat Ngaluhur Trusing Budi”, yang bermakna bangunan yang telah berusaha merawat bangunan sejak 2009. Latar belakang
yang dilakukan sebagian besar adalah penggantian para pengunjung diharapkan dapat mempelajari, cagar budaya yang dimilikinya. Penghargaan pendidikan S1 di Arsitektur
penutup atap dan rangka atap dari Bangsal meresapi, menghayati isi museum untuk sejenis juga telah dilakukan oleh Pemerintah Kota UGM serta Management
Sewatama. Kemudian pada tahun 2015 dilakukan selanjutnya dapat menciptakan gagasan – gagasan Yogyakarta dan Pemerintah Pusat melalui Balai Konstruksi menjadi bekalnya
rehabilitasi pada bangunan Bangsal Sewatama baru. Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta. Penghargaan dalam menulis beberapa
berupa penggantian lantai dan perbaikan pipa Tahun 2011 bangunan Dewantara Kirti Griya ini telah diberikan antara lain kepada pemilik / artikel. Ditambah kegemaran
air. Pada tahun 2017 dan 2018 ini dilakukan ini direhabilitasi oleh Dinas Kebudayaan DIY. pengelola : Museum Sasmita Loka Panglima Besar akan perkembangan desain
perbaikan pada atap bangunan gandhok. Selain itu Rehabilitasi yang dilakukan antara lain meliputi Sudirman, Rumah Moersamto HK atau yang juga
dilakukan juga perbaikan pada plesteran bangunan penggantian genteng, rangka atap dan talang. dan material bangunan mendorong Dadang, begitu ia
dikenal dengan Gedung Kodamkar, Gereja Katolik akrab dipanggil, untuk menulis mengenai bangunan-
ini. Pekerjaan ini dimulai dari bangunan gandhok Dilakukan juga penggantian plafon dan rangka Santo Yusup Bintaran, Dalem Ngadinegaran, bangunan warisan budaya dan cagar budaya.
warisan budaya dan cagar budaya di Kawasan Apakah ciri khas dari warisan budaya dan cagar
Cagar Budaya Pakualaman? budaya dari Kadipaten Pakualaman?
Kadipaten Pakualaman memiliki ciri khas unik,
Berbicara mengenai pelestarian warisan budaya penyebabnya adalah perkawinan dua budaya,
Kadipaten Pakualaman, harus diketahui dahulu yaitu budaya Yogyakarta dan Surakarta. Menurut
apa pelestarian itu. Pelestarian berasal dari kata sejarahnya, Budaya Yogyakarta dibawa oleh Kanjeng
lestari yang artinya kekal, maksud kekal di sini Gusti Pangeran Adipati Arya Paku Alam I yang
bukan berarti kekal seperti kehidupan di akhirat merupakan putera dari Sri Sultan Hamengkubuwono
melainkan segala usaha dengan segala macam cara I dari Kasultanan Yogyakarta, jadi budaya Yogyakarta
agar kebudayaan yang dimiliki Pura Pakualaman sudah ada terlebih dahulu di Kadipaten Pakualaman
tetap hidup dari generasi ke generasi. Tentu saja ini. Selanjutnya, masuknya budaya Surakarta di
dengan banyaknya warisan budaya yang dimiliki Kadipaten Pakualaman ini karena adanya perkawinan
Kadipaten Pura Pakualaman, maka Kadipaten Pura antara Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Paku
Pakualaman membuka seluas-luasnya partisipasi Alam VII dengan Gusti Bendoro Raden Ayu Retno
dari masyarakat untuk dapat ikut serta melestarikan Puwoso puteri dari Sri Paduka Sri Susuhunan
warisan budaya, selain itu juga menjalin kerjasama Pakubuwono X dari Surakarta. Oleh sebab itu
pelestarian warisan budaya dengan Perguruan Tinggi di Kadipaten Pakualaman hidup dua budaya
dan Instansi pemerintah maupun swasta. Bagi berdampingan secara harmonis, dengan
Kadipaten Pakualaman warisan budaya mempunyai hidupnya dua budaya ini bagi si pelaku
arti penting yaitu dari benda-benda warisan budaya yang ada di Kadipaten Pakualaman justru
kita bisa belajar dengan apa yang telah dilakukan menambah wawasan yang lebih luas dan
oleh para pendahulu sehingga dapat dijadikan menghilangkan fanatisme kedaerahan.
sumber ilmu pengetahuan. Selanjutnya kita bisa Jadi dengan bersentuhannya dua
menghargai leluhur kita, orang Jawa mengenal budaya ini melahirkan budaya baru
istilah mikul dhuwur (mengangkat tinggi keluhuran berdasarkan kreatifitas dan rasa
yang telah dilakukan oleh pendahulu). Di samping indah manusia secara kodrati
Untuk masalah pelestarian dan perawatan ada tingalan ndalem maka sudah dipersiapkan dan budaya. Bahasa Jawa merupakan bahasa terkaya
warisan budaya dan cagar budaya, sudah ada tersedia. Warisan budaya yang sifatnya kebendaan di dunia, oleh karena itu eman-eman jika generasi
badan pengurus yang disebut dengan Reksopuro, setiap harinya dipelihara, dibersihkan dengan muda tidak peduli dengan cagar budaya.
yang tugasnya merawat warisan budaya dan cagar kehati-hatian. Kalau program jangka panjang adalah
budaya Pakualaman. Kadipaten Pakualaman masih membuat generasi penerus bisa melakukan apa yang Pribadi yang semangat melestarikan
kelihatan bersih dah terawat walaupun wilayahnya telah generasi sekarang lakukan, misalnya generasi Kanjeng Raden Mas Tumenggung Projokusumo
kecil. Perawatan warisan budaya dan cagar budaya sekarang harus belajar mengenai segala hal yang atau Raden Mas Murhadi lahir di Yogyakarta, 29
ini dilakukan setiap saat, tidak hanya ketika akan ada ada di Kadipaten Pakualaman, tujuannya supaya Juni 1949. Ia merupakan tamatan dari IKIP Negeri
hajat ataupun acara adat lainnya, tanpa ada program ada regenerasi. Yogyakarta (UNY-sekarang) jurusan Seni Rupa,
jangka pendek menengah atau panjang, jadi secara kemudian mengabdikan diri di Dirjen Kebudayaan
terus menerus dalam melakukan perawatannya. Lingkungan sekitar Kadipaten Pakualaman menjadi Direktorat Pengembangan Kesenian di Jakarta.
suatu area yang berkembang pesat. Perubahan Menjelang purna, ia pindah ke Yogyakarta dan
Bagaimana pengelolaan warisan budaya dan cagar apakah yang anda rasakan hingga saat ini? Dan berkantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
^ Proses wawancara Tim Redaksi Mayangkara kepada K.R.M.T. budaya Kadipaten Pakualaman yang berada di luar bagaimana anda menyikapi perubahan ini? DIY hingga purna bhaktinya. Kecintaannya dengan
Projo Kusumo wilayah kadipaten? Kalau perubahan pasti ada. Perubahan yang budaya menyebabkan bapak berkacamata ini
Kadipaten Pakualaman mempunyai wilayah terlihat sekarang ini adalah sikap kurang perhatiannya selalu aktif mengajar kesenian di beberapa sekolah
melahirkan budaya baru yang menjadi ciri khas di Kabupaten Kulonprogo (sekarang), maka tidak atau masa bodohnya generasi muda terhadap maupun perguruan tinggi di Yogyakarta misalnya
budaya Kadipaten Pakualaman. Kehidupan dua mungkin apabila abdi dalem yang di sini bolak-balik warisan budaya dan cagar budaya yang dimiliki. SMA Negeri 1 Yogyakarta dan Universitas Gadjah
budaya di Kadipaten Pakualaman terlihat jelas pada ke Kulonprogo. Oleh karena itu maka Kanjeng Gusti Hal ini perlu secara terus menerus diingatkan, dapat Mada. Kepribadiannya yang selalu semangat apabila
saat bertahtanya Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Pangeran Adipati Arya yang bertahta mengangkat melalui pendidikan maupun penyuluhan-penyuluhan membicarakan tentang kebudayaan dan pelestarian
Arya Paku Alam VIII, beliau memperbolehkan pada beberapa orang yang berasal dari wilayah tersebut yang diselenggarakan dengan peserta anak-anak membuatnya diangkat sebagai Bupati Nayoko di
acara-acara adat mengenakan busana yang bercorak untuk menjadi abdi dalem agar warisan budaya sekolah agar mereka dapat kenal dan akrab serta Kadipaten Pakualaman dan mempunyai tugas
Yogyakarta maupun Surakarta dengan catatan yang berada di sana kopen (terawat). Selain itu juga tumbuh rasa cinta terhadap warisan budayanya. melestarikan warisan budaya dan cagar budaya
pemakaian busana tersebut dengan cara yang benar. adanya koordinasi dan komunikasi dengan penguasa Kegiatan penyuluhan ataupun mengajarkan tentang Kadipaten Pakualaman.
Setelah bertahtanya Kanjeng Gusti Pangeran Adipati serta aparat setempat agar ikut mendukung pentingnya warisan budaya terhadap kemajuan
Arya Paku Alam IX budaya Kadipaten Pakualaman dalam melestarikan warisan budaya yang ada di bangsa dapat menjadi penyeimbang antara
tetap tidak ada perubahan yang signifikan, hanya tempat tersebut. Jika ada kerusakan akan warisan penyerapan budaya luar yang begitu cepat dan
ada berubah yaitu cara berpakaian. Hal ini dengan budaya yang berwujud benda, Pakualaman melalui dampaknya dahsyat dengan nilai-nilai luhur yang
pertimbangan bahwa Kanjeng Gusti Pangeran Reksopuro akan segera memperbaikinya, agar tidak terkandung di dalam warisan budaya. Teknologi
Adipati Arya Paku Alam I putera dari Kasultanan membebani masyarakat maupun pemangku daerah misalnya HP (Handphone), yang agaknya sekarang
Yogyakarta lalu Kadipaten Paku Alaman juga terletak setempat. telah menyita perhatian orang, walaupun apabila
di Yogyakarta maka busananya dikembalikan pada digunakan sebagaimana mestinya maka HP akan
corak Yogyakarta. Mengingat pentingnya nilai dari warisan budaya sangat bermanfaat.
Selanjutnya, ada empat kerajaan Jawa yang dan cagar budaya yang dimiliki oleh Kadipaten Perubahan lain misalnya adanya pembangunan
masing-masing tentu memiliki cirri khas sendiri- Pakualaman, menurut anda bagaimana cara di sekitar Kadipaten Pakualaman yang semakin
sendiri, misalnya dalam hal kesenian Surakarta- efektif untuk menumbuhkan rasa handarbeni pada ramai.
lah sangat menonjol, Mangkunegaran terkenal masyarakat?
akan seni sastranya, Keraton Yogyakarta menonjol Apabila ada kegiatan di warisan budaya dan Apa harapan anda terhadap pelestarian warisan
akan keheroikannya dan Kadipaten Pakualaman cagar budaya tersebut, misalnya di Masjid Besar budaya Kadipaten Pakualaman baik yang berada di
terkenal akan pendidikannya. Di Pakualaman sejak Pura Pakualaman maka masyarakat sekitar juga dalam benteng maupun di luar benteng Kadipaten
bertahtanya Sri Padukan Kanjeng Gusti Pangeran ikut dilibatkan. Agar jiwa handarbeni mereka Pakualaman?
Adipati Arya Paku Alam V, sudah ada sebuah tumbuh. Jadi bukan karena sapa sira sapa ingsun Harapannya pertama, warisan budaya Kadipaten
gerakan pendidikan yaitu dengan adanya program (siapa kamu siapa saya), semua dirangkul untuk Pakualaman dapat utuh terpelihara sebagai bukti
sekolah baik di dalam maupun di luar negeri bagi ikut terlibat dalam setiap acara atau kegiatan yang perjalanan sejarah yang bisa dipahami, dimengerti
para sentana dan abdi dalem. Oleh karena itu diselenggarakan oleh Kadipaten Pakualaman. dan dipelajari sebagai sumber ilmu pengetahuan
banyak ahli-ahli dibidang kedokteran, pendidikan yang bisa diturunkan dari generasi ke generasi.
maupun pembangunan yang berasal dari Kadipaten Apa program jangka pendek, menengah dan panjang Kedua, sebagai orang Jawa tidak kehilangan jati
Pakualaman, misalnya Ki Hajar Dewantara yang yang telah dirancang oleh Kadipaten Pakualaman diri. Ketiga, jangan sampai kehilangan kebudayaan
merupakan wayah dari Sri Paduka Kanjeng Gusti agar tetap dapat mempertahankan warisan budaya Jawa, karena orang Jawa terkenal dengan kekayaan
Pangeran Adipati Arya Paku Alam III. dan cagar budayanya?
Tidak ada program jangka pendek menengah > K.R.M.T. Projo Kusumo
yang dirancang. Semua sudah berjalan secara Usia tidak menghalangi kecintaannya terhadap kebudayaan.
Bagaimana upaya pelestarian terhadap warisan Tak ayal beliau dianugerahi gelar Bupati Nayoko oleh Kadipaten
budaya dan cagar budaya yang dimiliki Kadipaten otomatis, terkecuali apabila ada sesuatu yang
Pakualaman, yaitu seseorang yang bertugas melestarikan Warisan
Pakualaman? sifatnya mendesak dan perlu dipersiapkan maka Budaya dan Cagar Budaya di Kadiapten Pakualaman
segera dibereskan apa kebutuhannya. Misalnya
namun yang ditampilkan hanya 2 meter. Menurut Perjuangan museum Pura Pakualaman masih panjang.
edukator museum, lukisan ini adalah hibah dari Pembenahan harus terus dilakukan baik secara
Lojok ‘keluar dari tatanan’ berarti orang piwulang yang terdapat di dalam naskah-naskah
yang ekspresi mukanya tidak normal, dapat Jawa. Semoga tulisan kecil ini bermanfaat sebagai
dikatakan menyeramkan, tingkahnya aneh, introspeksi diri.
dan tidak wajar terhadap sesama.
19. Lunjak Sumber Bacaan:
Lunjak krangsangan kang arti, nyandhak- Paku Alam X, K.G.P.A.A. 2017. Ajaran Kepemimpinan
nyandhak tan olih, gayuh tuna luput, Asthabrata Kadipaten Pakualaman. Yogyakarta:
sěmbrana ujubriya Perpustakaan Pura Pakualaman.
Lunjak ‘melonjak’ berarti sangat tamak, Saktimulya, Sri Ratna. 2005. Katalog Naskah-
menggapai keinginan namun tidak tercapai, Naskah Perpustakaan Pura Pakualaman, Jakarta:
ingin meraih sesuatu namun selalu lepas Yayasan Obor Indonesia-The Toyota Foundation.
karena kurang hati-hati dan suka pamer. Saktimulya, Sri Ratna. 2016. Naskah-naskah
20. Langguk Skriptorium Pakualaman Periode Paku Alam II
Wong langguk anyěnyamahi, ing sěsama (1830 – 1858). Jakarta: Kepustakaan Populer
awake dhewe měrkangkang Gramedia dan EFEO.
Langguk ‘sombong’ berarti suka menghina Babad Betawi Jilid 3, Bb.7, koleksi Perpustakaan
sesama, sementara dirinya (di atas) Widyapustaka Pura Pakualaman Yogyakarta.
mengangkangi yang lain. Babad Sinelan Nasekah, Bb.39, koleksi
21. Lěnggak Perpustakaan Widyapustaka Pura Pakualaman
‘Duduk mendongak serta menoleh’. Yogyakarta.
^ 21 Butir Watak Buruk (sěstradi) Manusia yang tertulis dalam Babad Betawi Jilid III (Saktimulya 2016 : 274 – 276)
DI BALIK
kalimat Pandhita Obah Sabda Tunggal di mana
Pandhita berarti angka 1, Obah berarti angka
2, Sabda berarti angka 7, dan Tunggal berarti
angka 1 (angka tahun pada sengkalan dibaca
“WAJAH BARU”
terbalik). Hal itu jika dikonversi ke dalam
Kalender Masehi berarti masjid ini didirikan
pada hari Minggu Pon, 8 Desember 1839.
menentukan sasaran kegiatan pemugaran agar tepat oleh saka berbahan kayu beserta umpak dan bagian berbahan kayu. Kegiatan pemasangan plesteran
sasaran dan penuh dengan perencanaan bawahnya berupa tegel berwarna abu-abu sehingga bligon juga dilakukan pada bangunan utama yang
terlihat kembali tapak bangunan tradisional Jawa. semula berdinding keramik. Untuk bagian atap, baik
Pemugaran tahun 2016 serambi barat maupun serambi timur menggunakan
Pemugaran tahun 2016 dilakukan dengan Menemukan Fakta Baru multisirap yang diseragamkan dengan bangunan
melakukan perbaikan struktur dan penggantian Kegiatan pemugaran tidak hanya tentang utama. Bagian lain selain bangunan masjid juga
bahan dasar atap. Perbaikan struktur ini meliputi bagaimana suatu bangunan warisan budaya dan telah dilakukan perbaikan baik gapura, kamar
perbaikan struktur atap dan kolom yang dikonservasi cagar budaya dapat dikembalikan ke bentuk mandi, tempat wudhu maupun lingkungan masjid.
sesuai dengan kaidah pemugaran sesuai yang aslinya. Dalam kegiatan pemugaran juga banyak Upaya pelestarian juga mencakup pada empat
diamanatkan oleh Undang-Undang No. 11 Tahun
2011 tentang Pelestarian Cagar Budaya. Pada
ditemui data baru yang sebelumnya belum pernah
terdokumentasi. Pada saat kegiatan pembongkaran
buah prasasti. Demi tercapainya pelestarian,
dilakukan konservasi terhadap ke empat prasasti 1
bagian atap bangunan yang semula berbahan bangunan serambi bagian timur terdapat temuan ini. Saat konservasi dilakukan, terdapat data
genteng kemudian diganti dengan multisirap dua struktur yang membujur utara-selatan berada baru berupa tulisan yang terdapat pada bagian
sehingga seragam dengan Bangsal Sewatama yang belakang prasasti. Tulisan tersebut beraksara
telah dipugar pada tahun sebelumnya. Jawa yang jika diterjemahkan berbunyi “Raden
Kegiatan rehabilitasi bagian atap bangunan Ngabehi Reksa Prenata”. Untuk mengetahui siapa
utama masjid juga meliputi pendataan komponen sosok yang tertulis dalam prasasti tersebut kiranya
struktur atap yang meliputi usuk, blandar, dudur masih membutuhkan kajian lebih lanjut. Setelah
dan bagian brunjung melalui kodefikasi. Kemudian dikonservasi kemudian prasasti kembali dipasang di
pada bagian komponen struktur kayu yang telah tempat yang sama dengan sebelumnya.
mengalami kerusakan cukup parah akan diganti Saat ini jika dilihat dari depan Regol Wiwara
dengan komponen kayu yang baru dengan bentuk Kusuma maka akan terlihat bentuk bangunan yang
dan ukuran disesuaikan dengan keaslian komponen
tersebut. Untuk komponen kayu yang mengalami
bersusun dari bangunan yang lebih rendah yakni
bagian serambi bagian timur, kemudian serambi
2
kerusakan sedang ditangani melalui konservasi bagian barat yang agak lebih tinggi, baru kemudian
yaitu dengan cara menyambung bagian yang akan terlihat atap tumpang sari yang menjulang
rusak, menambal bagian yang berlubang maupun lebih tinggi pada bagian yang lebih suci yakni atap
penyuntikan atau injeksi. bangunan utama masjid.
Pada bangunan utama masjid terdapat beberapa
perkuatan struktur yang dilakukan terutama pada Sumber Bacaan:
kolom dinding. Perkuatan kolom dilakukan dengan Struktur Jagang Masjid yang diperlihatkan Albiladiyah, S. Ilmi. 1985. Puro Pakualaman
pemasangan sikawrap. Hal ini dilakukan karena Selayang Pandang. Yogyakarta: Departemen
pemasangan cor beton pada bangunan warisan Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal
budaya dan cagar budaya tidak diperbolehkan. kurang lebih satu setengah meter di timur serambi Kebudayaan, Balai Kajian Sejarah dan Nilai
Selain pekerjaan kolom ada pula penggantian plafon bagian barat. Kedua struktur tersebut merupakan Tradisional Yogyakarta.
lama dengan plafon baru serta penggantian plesteran struktur bekas kelir dan struktur jagang. Untuk
memastikan struktur kelir dapat dilihat dari koleksi
Dwiyanto, Djoko. 2009. Puro Pakualaman: Sejarah, 3
baru dengan plesteran bligon sesuai aslinya. Kontribusi & Nilai Kejuangannya. Yogyakarta:
foto lama yang dimiliki takmir masjid. Dalam foto Paradigma Indonesia. 1. Mimbar Masjid Besar Puro Pakalaman
Pemugaran tahun 2017 tersebut tampak serombongan orang berpakaian Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta 2. Mihrab Masjid Besar Puro Pakualaman
Pemugaran tahun 2017 jauh lebih kompleks Jawa berfoto di bagian depan kelir dan belum ada No. 40 Tahun 2014 tentang Panduan Arsitektur 3. Bedug Masjid Besar Pura Pakualaman
dari tahun sebelumnya, karena proses rehabilitasi serambi bagian timur. Baru Bernuansa Budaya Daerah.
diawali dengan pembongkaran serambi bagian timur Serambi bagian timur dibangun dengan maksud Suryodilogo, Atika dkk. 2011. Warnasari Sistem
atau depan masjid. Bagian ini merupakan bangunan untuk mengakomodasi jumlah jemaah yang telah Budaya Kadipaten Pakualaman. Yogyakarta: Deny Setya Afrianto, S.S
baru dengan langgam yang tidak serupa dengan bertambah banyak. Untuk struktur jagang dapat Trah Pakualaman Hudyana-Jakarta bekerjasama Pemuda asal Semarang
bangunan tradisional Jawa. Mengacu pada Pergub diketahui berdasarkan cerita masyarakat setempat. dengan Eka Tjipta Foundation dan Perpustakaan ini merupakan salah satu
DIY No. 40 Tahun 2014 tentang Panduan Arsitektur Selain itu pada bangunan masjid berlanggam Jawa Pura Pakualaman. alumni dari Departemen
Bangunan Baru Bernuansa Budaya Daerah, maka memang biasanya terdapat kolam keliling yang Tim Penulis. 2007. Toponim Kota Yogyakarta. Arkeologi, Fakultas Ilmu
bentuk serambi bagian paling timur Masjid Puro disimbolkan sebagai tempat mensucikan diri. Yogyakarta: Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Budaya Universitas Gadjah
Pakualaman sudah selayaknya dibangun kembali Pemugaran serambi masjid bagian barat kurang Kota Yogyakarta. Mada. Ketertarikannya kepada
ke dalam bentuk bangunan tradisional Jawa. Oleh lebih sama dengan yang dilakukan pada bangunan Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun pelestarian cagar budaya,
karena itu pada rehabilitasi tahun 2017 bangunan utama yakni dilakukan penggantian plafon lama 2010 tentang Cagar Budaya. membawanya menjadi salah
serambi masjid dibongkar dan dibangun kembali dengan plafon baru, penggantian plesteran baru satu Tim Pengawas dalam
dengan bangunan terbuka beratap limasan yang dengan plesteran bligon sesuai aslinya yang Pemugaran Masjid Agung Puro
dibawahnya terdapat struktur sunduk-kili disangga ditambah penggantian pintu besi menjadi pintu Pakualaman Tahun 2017.
M enilik sejarah Kulon Progo tentu tidak berwujud balok bersegi panjang yang di atasnya
yang kelewat subur (sangat subur). Oleh karena sekarang dimanfaatkan sebagai kantor PT Jogja Paku Alam VII, KGPAA Paku Alam VIII, dan
itu, Sri Paduka Paku Alam V kemudian mengganti Magasa Iron, sebuah perusahanan penambangan beberapa kerabat Pakualaman yang lain.
(tangga), gapura, nisan dan jirat makam. Selain mulai teras VI hingga teras II sebanyak 30 anak
struktur, terdapat pula bangunan, yaitu masjid tangga.
makam (masyad) yang terletak di bagian bawah Makam Girigondo merupakan sebuah
kompleks, serta cungkup pada beberapa makam. simbol, dimana banyak nilai luhur dapat kita
Makam Girigondo merupakan makam trah petik dari leluhur kita yang terbaring disana,
Pakualaman. Makam ini dibangun pada tahun sedangkan sebagai sebuah kadipaten, Puro
Bagian Belakang Pesanggrahan Pura Pakualaman
1830 J (1900M). Tahun pembuatan dapat dilihat Pakualaman telah turut mengukir sejarah lintas
pada bagian kanan dan kiri gapura masuk yang generasi di Kulon Progo.
berbentuk paduraksa. Kompleks makam ini mulai
digunakan pada bulan September 1900 sebagai Sumber Bacaan: BPCB DIY. 2013.
makam KGPAA Paku Alam V. Di tempat ini Dinas Kebudayaan DIY, Inventarisasi & Laporan Pendataan Cagar Budaya, Bale Agung,
dimakamkan pula KGPAA Paku Alam VI, KGPAA Dokumentasi Sumber Sejarah Kabupaten Media Center, dan Gedung Panwaslu Kulon
Kulon Progo dan Kabupaten Bantul, 2012. Progo. Tidak Diterbitkan.Yogyakarta : BPCB DIY
Prasasti yang Terdapat di Depan Pesanggrahan
Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11
Olahraga Kabupaten Kulon Progo. 2013. Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
adalah Pesanggrahan Pakualaman. Pesanggrahan Database Warisan Budaya Kulon Progo. Tidak http://www.kulonprogokab.go.id
BIOSKOP WORKSHOP
PERMATA PENINGKATAN
SUMBER DAYA
MANUSIA BAGI
PELESTARI
WARISAN BUDAYA
DAN CAGAR
BUDAYA
K eberadaan warisan budaya dan cagar budaya merupakan salah satu penanda keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta. Segala upaya telah dilakukan untuk mewujudkan pelestarian warisan budaya dan
cagar budaya tersebut, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Dalam melaksanakan upaya pelestarian,
perlu ditingkatkan kualitas pelestari budaya itu sendiri. Oleh karena itu, Dinas Kebudayaan melalui UPT Balai
Pelestarian Warisan Budaya dan Cagar Budaya mengadakan sebuah kegiatan bertajuk Peningkatan Sumber
Daya Manusia Bagi Pelestari Warisan Budaya Dan Cagar Budaya.
CAGAR BUDAYA
kemerdekaannya. Sejak masa penjajahan Belanda hingga masa setelah
kemerdekaan, kota ini tak henti-hentinya menjadi pusat perhatian. Beberapa
saksi bisu tersebut masih dapat kita kunjungi pada masa modern seperti
DI KOTA
sekarang ini.
Oleh karena itu, tim redaksi Mayangkara menyempatkan mengunjungi
tempat-tempat bersejarah yang pernah menjadi saksi bisu gejolak Bandung
BANDUNG
dari masa ke masa. Tempat-tempat yang kini merupakan cagar budaya di
Kota Bandung tersebut antara lain:
Gedung Sate dibangun pada tahun 1920 Gedung Dwi Warna dibangun pada tahun
oleh Ir. J. Gerber, Ir. Eh. De Roo, Ir. G Hendriks, 1940 di bawah pengawasan Technische Dienst
dan Kol. Pur. VL. Slor dengan melibatkan voor Stadsgemeente Bandoeng dan diperuntukan
2000 pekerja, 150 diantaranya pemahat sebagai tempat dana pensiun seluruh Indonesia.
berkebangsaan China, tukang batu, kuli aduk, Pada masa Pendudukan Jepang, gedung ini
dan peladen. Gedung Sate menggunakan gaya dimanfaatkan sebagai Gedung Kempeitai. 10
arsitektur Indo-Eropa (Indo Europeeschen Gedung Merdeka tahun pasca Indonesia merdeka, tepatnya pada
architercture stijl). Hal yang menjadi ciri tahun 1955, gedung ini digunakan sebagai
khas Gedung Sate adalah ornamen tusuk tempat rapat komisi pada Konferensi Asia Afrika
sate pada menara sentral yang menandakan Gedung Merdeka memiliki nama asli Societeit Concordia. sebagai tempat Konferensi Asia Afrika (KAA) ke 25. Pasca (KAA) dan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat
pembangunan gedung menghabiskan dana Bangunan ini didirikan pada tahun 1895 oleh Pemerintah digunakan sebagai tempat KAA ke-25, gedung bergaya art deco Daerah Jawa Barat. Kini, gedung tersebut
5 juta gulden. Gedung Sate dahulu disebut Hindia Belanda. Gedung Merdeka dahulu difungsikan sebagai ini sering dimafaatkan sebagai tempat konferensi-konferensi dipakai sebagai Kantor Wilayah Direktorat
Gouvernements Bedrijven (GB) berfungsi tempat berdansa, menonton pertunjukan, makan malam dan dengan negera-negera di kawasan Asia-Afrika maupun Regional Jendral Perbendaharaan Provinsi Jawa Barat.
sebagai Departemen Lalulintas dan Pekerjaan sosialisasi oleh orang-orang kaya Belanda yang bekerja sebagai Pacific. Diantaranya digunakan untuk seminar Regional Pasific Bangunan ini memiliki gaya arsitektur modern
Umum, namun sekarang difungsikan sebagai pegawai perkebunan, perwira, pembesar, dan pengusaha. Gedung pada tahun 2008. pada zamannya, atap bangunan berbentuk
kantor Gubernur Provinsi Jawa Barat. ini oernah direnovasi pada tahun 1920 dan 1928 oleh arsitek Kebermanfaatan Gedung Merdeka tak hanya sampai tahun limasan dan pada bagian tengah terdapat atap
ternama dari Belanda yaitu Van Galenlast dan Wolf Schoemaker. 2008, hingga saat ini saksi sejarah Konferensi Asia Afrika 62 tambahan. Pada bagian kerucut di tengah atap
Pada masa Pendudukan Jepang, gedung ini difungsikan menjadi tahun silam tersebut dimanfaatkan sebagai museum Konferensi terdapat penangkal petir.
pusat kebudayaan dan dinamakan Dai Toa. Gedung ini kemudian Asia-Afrika yang memajang bendera-bendera negeri yang
berubah fungsi menjadi Gedung Konstituante pada tahun 1955. tergabung dalam kelompok Negara Asia-Afrika beserta kursi-
Pada masa berikutnya, Gedung Merdeka dijadikan tempat kursi yang digunakan sebagai tempat duduk delegasi maupun
kegiatan Badan Perancang Nasional dan Gedung MPRS pada tamu undangan pada saat KAA berlangsung untuk yang pertama
tahun 1960. Tahun 1980, Gedung Merdeka pernah digunakan kalinya tahun 1956.
Bangunan yang berdiri sejak 1933 ini Sejarah Hotel Preanger diawali pada tahun 1884, ketika
didesain oleh dua arsitek J. Berger dan para Priangan Planter (pemilik perkebunan di Priangan) sering
Leutdsgebouwdienst bernama Pos Telegrap datang ke Bandung untuk menginap, berlibur dan berbelanja.
dan Telepon (PTT). Gaya arsitektur bangunan Awalnya, Hotel Preanger merupakan toko yang menyediakan
ini cukup unik, terlihat dari fasadnya yang semua kebutuhan mereka, namun tokonya kemudian
didominasi bangunan lengkung serta bentuk bangkrut. Pada tahun 1897 oleh seorang Belanda bernama
seperti kolom pada bagian pinggir-pinggirnya. W.H.C Preanger toko, tersebut diubah menjadi sebuah hotel
Menurut bebrapa sumber, gaya arsitektur yang diberi nama Hotel Preanger.
seperti pada gedung Museum Pos Indonesia Hotel ini dibangun dengan gaya arsitektur Indicshe Empire
ini termasuk dalam gaya arsitektur Italia jaman yang kemudian direnovasi pada tahun 1929 oleh Prof Charles
Renaissance. Sekarang Museum Pos Indonesia Prosper Wolff Schoemaker dan muridnya Ir. Soekarno. Pada Hotel Savoy Houmman
berfungsi sebagai tempat koleksi, sarana tahun 2014, hotel ini berubah nama yaitu menjadi Prama
edukasi, layanan informasi dan rekreasi. Grand Preanger. Hingga sekarang bangunan ini tetap menjadi
hotel, menariknya hotel ini menyimpan sebuah memorabilia Selain Hotel Preanger, Bandung juga memiliki hotel lain yang merupakan cagar budaya, yaitu Hotel
dari bangunan tersebut yang letaknya di lantai 1 dan terbuka Savoy Houmman. Hotel ini dahulu dimiliki oleh keluarga Ibu Homman yang terkenal akan sajian rijsttafel
untuk umum. yang lezat. Pada tahun 1939, bangunan dirancang ulang dengan desain gelombang samudra bergaya
Art Deco oleh Albert Aalbers.
Ketika Jepang menduduki Indonesia, bangunan ini digunakan sebagai wisma Jepang, hal ini
mengakibatkan banyak fasilitas yang terbengkalai. Setelah Jepang menyerah di tahun 1945, hotel ini
berubah fungsi menjadi markas Palang Merah Internasional. Pemanfaatan bangunan ini sebagai markas
Masjid Raya Bandung Palang Merah Internasional tak berlangsung lama, pada tahun 1946 bangunan tersebut diserahkan
kepada Van Es seorang dari Belanda hingga tutup usianya pada tahun 1952 dan kemudian dikelola oleh
istri Van es.
Masjid Raya Bandung didirikan pada tahun 1812.
Hotel Savoy Houmman sepeninggal istri Van Es ke Belanda dipakai oleh para Kepala Negara yang
Pendirian masjid ini ditandai dengan perpindahan
terlibat Konferensi Asia-Afrika tahun 1952. Setelah periode KAA, hotel ini pindah kepemilikan kepada
pusat kota Bandung dari Krapyak, sekitar sepuluh
HEK Ruhiyat. Ia juga sebagai pemilik salah satu hotel ternama di Bandung. Selanjutnya ia pada tahun
kilometer selatan kota Bandung ke pusat kota yang
2000 melepaskan sekitar 89 % sahamnya kepada Group Bidakara, oleh karena itu hingga saat ini, nama
sekarang. Pada awalnya, masjid berbentuk panggung
lengkap hotel ini adalah Savoy Homman Bidakara Hotel. Sinta
tradisional, bertiang kayu, berdinding anyaman
bambu, beratap rumbia dan terdapat kolam besar
untuk berwudlu. Sekarang bentuk bangunan masjid
sudah berubah menjadi modern namun bekas-
bekas kekunoan bangunan tersebut seperti alun-
alun masih ada. Secara umum, bangunan-bangunan
yang dikunjungi sampai sekarang masih dilestarikan
dan dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah
dan masyarakat. Hal ini dapat menjadi bekal ilmu
dan pengalaman bagi peserta workshop dalam
menerapkan pelestarian pada Benda Cagar Budaya
yang mereka miliki atau kelola.
KAWASAN BINTARAN
Kawasan Bintaran merupakan bagian dari pabrik-pabrik gula di beberapa wilayah Yogyakarta.
Kawasan Cagar Budaya Pakualaman. Kawasan Bangunan-bangunan di kawasan Bintaran