Anda di halaman 1dari 29

ISSN 2502-1567

Buletin Pelestarian Warisan Budaya dan Cagar Budaya

MAYANGKARA Edisi 6 / 2018


Buletin Pelestarian Warisan Budaya dan Cagar Budaya

MAYANGKARA Edisi 6 / 2018

Sampul Depan:
Gedhong Purwaretna,
Pura Pakualaman
Uneg-uneg Redaktur
Rubrik

KORI: rubrik pembuka berisi informasi mengenai sejarah dan


penjelasan tema buletin edisi kali ini.
SUSUNAN REDAKSI PENDHAPA: tajuk utama dalam buletin.
PENANGGUNG JAWAB:
Drs. Umar Priyono, M. Pd. PLATARAN: rubrik ringan yang berisi perjalanan ataupun
informasi situs warisan budaya di berbagai tempat, khususnya
Salam Budaya, di DIY.
PEMIMPIN REDAKSI:
Dian Lakshmi Pratiwi, S.S.,, M.A PRINGGITAN: rubrik berisi kajian maupun penelitian yang
membahas mengenai tema Buletin Mayangkara edisi kali ini.
Perkembangan pembangunan modern yang terjadi di Yogyakarta khususnya di Kawasan
REDAKTUR: EMPU: rubrik wawancara interaktif dengan tokoh-tokoh yang
Cagar Budaya Pakualaman membawa berbagai dampak salah satunya identitas kawasan yang Aris Wityanto, S.IP berpengaruh dalam pelestarian warisan budaya dan cagar
budaya.
tergerus. Oleh sebab itu, sebagai salah satu Kawasan Cagar Budaya yang diprioritaskan oleh
EDITOR: PAWARTOS: rubrik berisi berita-berita pelestarian warisan
pemerintah, perlu adanya langkah khusus dalam mempertahankan karakter Kawasan Cagar
Joy Jatmiko Abdi, S.S. budaya dan cagar budaya.
Budaya Pakualaman sebagai salah satu bentuk pelestarian kota heritage. Anglir Bawono, S.S.
PAGELARAN: rubrik mengenai kegiatan masyarakat dalam
Edisi ke 6 buletin Mayangkara akan membahas lebih dalam mengenai Pelestarian Warisan upaya pelestarian terhadap warisan budaya dan cagar budaya
REPORTER: di Kotabaru.
Budaya dan Cagar Budaya serta nilai-nilai penting yang terkandung di dalam Kawasan Cagar Ria Retno Wulansari, S.S
SRAWUNG: rubrik berisi serba-serbi mengenai warisan budaya
Budaya Pakualaman. Pembaca akan menemukan rubrik-rubrik yang menambah wawasan dan cagar budaya.
FOTOGRAFER:
pembaca seperti sejarah lahir dan berkembangnya Kadipaten Pakualaman, nilai-nilai yang Faizana Izza Hasni, S.T TEBENG: rubrik berisi pandangan masyarakat terhadap
terkandung dalam naskah-naskah kesusastraan di Pakualaman, perkembangan arsitektur, tata pelestarian warisan budaya dan cagar budaya di DIY.
DESIGN & LAYOUT:
kawasan dan makna-makna Kawasan Cagar Budaya Pakualaman, upaya pelindungan dan KAWRUH: rubrik berisi informasi-informasi warisan dan cagar
Gilang Swara Sukma, S.S. budaya yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat umum.
pemanfaatan Kawasan Cagar Budaya Pakualaman dan sebagainya. Rachmad Tri Wibowo, S.S.
MANCANAGARI: rubrik berisi mengenai potensi warisan
Akhir kata semoga buletin ini dapat diterima pembaca, mampu memberikan wawasan dan budaya dan cagar budaya di luar DIY.
DISTRIBUSI & SIRKULASI:
semangat kepada masyarakat mencintai dan memiliki rasa peduli sehingga dapat ikut serta A. Sumariyadi
dalam melestarikan warisan budaya dan cagar budaya di lingkungannya. Kami mengucapkan
SEKRETARIAT:
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penerbitan Buletin Mayangkara
Irva Bauty, S.S.
edisi ke 6 tahun 2018.
KONTRIBUTOR:
KPH. Kusumo Parastho
Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.Hum
Yogyakarta, Juni 2018 Dwi Pradnyawan, S.S. M.A
Deny Setya A., S.S
Erwin Dj. S.S
Samantha Aditya P., S.S
Sinta Akhirian Desi Surya H., S.S

Redaktur PENERBIT:
UPT. Balai Pelestarian Warisan Budaya dan
Cagar Budaya
Dinas Kebudayaan DIY

Alamat Redaksi:
UPT. BPWBCB DIY
Redaksi menerima tulisan mengenai Warisan Budaya dan Cagar Budaya yang ada di DIY
Jl. Cendana Nomor 11 dan sekitarnya (dengan ketentuan maks. 3 halaman A4, font Arial 11, dan disertai foto
No. Telp (0274) 562628 atau gambar jika ada). Tulisan dilengkapi dengan identitas yang jelas dan nomor yang
Email: bpwbcb.disbuddiy@gmail.com bisa dihubungi. Tulisan dapat dikirim ke alamat redaksi. Bagi tulisan yang sesuai dengan
tema akan dicantumkan dalam edisi berikutnya.
4 5

UBARAMPE
»»22 22 K.R.M.T. PROJO KUSUMO: BUPATI PELESTARIAN
WA R I S A N B U D AYA D A N C A G A R B U D AYA
PAKUALAMAN
Tim Mayangkara memiliki kesempatan untuk
mewawancarai K.R.M.T Projo Kusumo.

                                   26 museum pura pakualaman: berjuang


6 lahirnya kadipaten pakualaman merawat budaya
»»6
Munculnya Kadipaten Pakualaman dapat dibilang unik, Sebagai sebuah kerajaan Jawa, Kadipaten Pakualaman
bukan karena ambisi kekuasaaan tetapi akibat rasa cemas juga mengemban tugas melestarikan budaya Jawa
seorang Putra Mahkota terhadap putra dari seorang selir sebagai warisan dari leluhur Kerajaan Mataram Islam.
yang dianggap sebagai kompetitor. Namun Tuhan berbicara Upaya pelestarian budaya ini telah dilakukan sejak Paku
lain, justru bukan hilang namun mendapat “kamukten”. Alam I dengan mengembangkan berbagai bentuk budaya
Kemudian pada perkembangannya, tidak seperti persaingan »»26 berupa sastra, gending, gamelan, tarian, bangunan-
kerajaan biasanya yang saling berlomba memperluas bangunan dan sebagainya. Hal ini kemudian diteruskan
wilayah kekuasaannya, Kadipaten Pakualaman justru pada masa Paku Alam II hingga sekarang. Beberapa
menyatu dengan asal usulnya, yaitu Kraton Yogyakarta. institusi budaya di wilayah Kadipaten Pakualaman
Oleh: K.P.H. Kusumoparastho mulai berdiri, seperti perpustakaan Widya Pustaka,
Jemparingan Budya Waras Tratama hingga museum.
Oleh: Erwin Djunaedi, S.S.
10 kadipaten pakualaman dari masa ke
masa: kawasan kota bersejarah dan 28 piwulang dari naskah pura pakualaman
tantangannya Pengelolaan warisan budaya atau cagar budaya
Sebagai Kawasan Cagar Budaya, Kawasan Pakualaman sering terkendala Widyapustaka menyimpan sekitar
mengalami perubahan seiring perkembangan zaman. 251 naskah berhuruf dan berbahasa Jawa. Berdasar
Oleh: Dwi Pradnyawan, S.S, M.A kajian kodikologis, diperkirakan bahwa naskah-naskah
tersebut ditulis atas prakasa Paku Alam, dikerjakan
para abdi dalem yang dipercaya oleh Paku Alam pada
»»28
16 catur gatra tunggal pakualaman: potret masanya, berdasarkan ngengrengan garis besar isi
tulisan dari Paku Alam. Meski demikian, dijumpai pula
kawasan cagar budaya di yogyakarta beberapa naskah yang ditulis oleh para sentana yang
»»10 kemudian naskahnya menjadi koleksi perpustakaan.
Membahas tentang Yogyakarta dari perspektif historis, tentu Oleh: DR. Sri Ratna Saktimulya, M.Hum
saja akan dihadapkan pada banyak pilihan untuk memilih
periode mana yang hendak diambil. Masing-masing periode
memiliki karakteristik yang khas, baik itu dari segi politik
ataupun kebudayaan yang dihasilkan. Tetapi perlu dicatat 34 dibalik wajah baru masjid pura
bahwa masing-masing periode meninggalkan jejak berupa pakualaman
bangunan bersejarah yang di antaranya dijadikan sebagai Oleh: Deny Setya Afriyanto, S.S
objek wisata dan hanya difungsikan sebagai penanda bahwa
»»16 bangunan-bangunan tersebut adalah bangunan bersejarah. 37 mELACAK JEJAK PAKUALAMAN DI KULON PROGO
Oleh: Samantha Aditya Putri, S.S. Oleh: Fitri Fauzatun, S.S

19 upaya pelindungan dan penataan kawasan 40 BIOSKOP PERMATA


cagar budaya pakualaman 41 WORKSHOP PENINGKATAN SUMBER DAYA
MANUSIA BAGI PELESTARI WARISAN BUDAYA DAN
Sebagai upaya pelestarian cagar budaya sebagaimana
diamanatkan dalam UU Cagar Budaya, maka Pemerintah
CAGAR BUDAYA
Daerah DIY melalui Dinas Kebudayaan DIY telah melakukan 42 MENENGOK CAGAR BUDAYA DI KOTA BANDUNG
beberapa upaya pelestarian cagar budaya di Kawasan 46 MAKNA SIMBOL PURa PAKUALAMAN
Cagar Budaya Pakualaman, diantaranya dengan melakukan
rehabilitasi pada beberapa bangunan cagar budaya dan
memberikan penghargaan kepada pemilik bangunan yang telah
»»19 berusaha merawat bangunan cagar budaya yang dimilikinya.
Oleh: Bhaskara Ksatria, S.T

Mayangkara | EDISI 6 | 2018 Mayangkara | EDISI 6 | 2018


6 Kori Kori 7

LAHIRNYA KADIPATEN PAKUALAMAN


Oleh : KPH Kusumoparastho

M unculnya Kadipaten Pakualaman dapat dibilang unik, bukan karena ambisi


kekuasaaan tetapi akibat rasa cemas seorang Putra Mahkota terhadap putra
dari seorang selir yang dianggap sebagai kompetitor, sehingga perlu dihilangkan.
Namun Tuhan berbicara lain, justru bukan hilang namun mendapat “kamukten”.
Kemudian pada perkembangannya, tidak seperti persaingan kerajaan biasanya
yang saling berlomba memperluas wilayah kekuasaannya, Kadipaten Pakualaman
justru menyatu dengan asal usulnya, yaitu Kraton Yogyakarta.

Mayangkara | EDISI 6 | 2018 Mayangkara | EDISI 6 | 2018


8 SEJARAH
Kori Kori 9

Lahirnya Natakusuma ke Semarang, lalu ke Cirebon kemudian ke Bogor. terhadap Belanda dan tentunya juga terhadap Inggris. H.Y. Agus Nurdiyastama, et al. 2015. Pangeran
Kemunculan Kadipaten Pakualaman dimulai Ketika diasingkan di Cirebon, Pangeran Maka Inggris menggunakan Pangeran Natakusumo Notokusumo, Hadeging Kadipaten Pakualaman
dari kelahiran putra HB I dengan selirnya Natakusuma sempat mengalami percobaan sebagai utusan agar tidak terjadi peperangan. Yogyakarta. Dinas Kebudayaan DIY
bernama R.A. Srenggorowati, anak Lurah Desa pembunuhan. Tetapi tidak berhasil, karena ada Namun usaha ini tidak berhasil, sehingga yang terjadi
Karangnongko, Kabupaten Bagelen. Kemudian, bantuan penjaga penjara. Hal ini terjadi sebab pemerintah Inggris mengempur Kraton Yogyakarta.
beliau diangkat menjadi Bupati Bagelen dengan Pangeran Natakusuma pasrah dan mendekatkan
gelar R.T. Notoyuda. Beliau merupakan cucu diri kepada Tuhan, serta kepribadiannya yang baik Pangeran Natakusuma menjadi Pangeran Merdiko
seorang pertapa yang lahir pada tanggal 21 Maret sehingga banyak yang bersimpati kepadanya. Sultan HB II menyerah kepada Inggris, berikutnya
1764. Tetapi sebelum kejadian pengasingan Inggris mengangkat Putra Mahkota menjadi HB III
Rupanya kehidupan istana tidak mengubah Pangeran Natakusuma terlebih dahulu telah kembali, dilakukan pada tanggal 21 Juni 1812 di
pendidikan perilaku sang ibu kepada anaknya terjadi pergeseran kekuasaan di lingkungan Kraton Loji.
sebagai anak desa, yang sadar akan posisinya. Ngayogyakarta Hadiningrat. Hal ini terjadi akibat Esok harinya di Kraton, Pangeran Natakusuma
Pola didikan inilah yang membuatnya menjadi campur tangan Patih Danurejo II dan Belanda. diangkat menjadi Pangeran Merdiko pada tanggal 22
sosok pemuda tangguh dan cerdas. Sikapnya Karena Sultan HB II tidak kompromi dengan Juni 1812 dan selanjutnya bergelar Paku Alam I. Saat
tersebut menarik perhatian ayahnya, Sultan HB I. keberadaan pemerintah Belanda. Namun setelah awal berdirinya, Pakualam tidak memiliki wilayah.
Melihat keadaan ini Putra Mahkota merasa lengser, Sultan HB II tetap berada di istana dan Baru setahun setelahnya, tepatnya 17 Maret 1813,
was-was, terhadap kemungkinan Pangeran bergelar sebagai Sultan Sepuh. Ini menyebabkan Pakualam memiliki wilayah di sebelah barat Sungai
Natakusuma akan menggantikan kedudukan pengasingan terhadap Pangeran Natakusuma Progo, Kapanewon Galur, Tawangrejo, Tawangsoko
ayahnya sebagai Sultan. Hal tersebut membuat dengan putranya masih berlangsung. dan Tawangkarto, keempatnya disatukan menjadi
hubungan di antara keduanya kurang membaik. Kabupaten Karangkemuning atau yang disebut
Efek Perang Eropa Adikarto.
Janji kesetiaan Pangeran Natakusuma Sementara itu, di benua lain telah terjadi Jadi berdirinya Kadipaten Pakualaman bukan
Kemudian melalui perantaranya, Mangundirjo gejolak yang cukup signifikan. Perang di Eropa karena ambisi kekuasaan, tetapi karena perjalanan
putra Sindurejo, Putra Mahkota menyatakan yang semula dikuasai Perancis, berganti dengan hidup yang berpasrah kepada Tuhan, berperilaku
keinginannya kepada Sultan HB I agar Pangeran kemenangan di pihak Inggris. Dengan Kerajaan baik dalam berbagai keadaan, setia kepada janji,
Natakusuma bersumpah setia dihadapan orang Inggris sebagai pemenang, mengakibatkan akhirnya muncul kemuliaan (mukti).
tuanya. Maka Sultan memanggil kedua putranya Belanda yang sebelumnya dikuasai Perancis, kini Posisi Pangeran Merdiko dalam rangka menjaga
untuk menghadap, diminta saling melindungi. dikuasai oleh Inggris. Dampaknya juga dirasakan janji dihadapan ayahnya Sultan HB I untuk setia dan
Pangeran Natakusuma harus selalu membantu oleh daerah-daerah kekuasaan Belanda yang tetap ngrangkani (membantu) Kraton Yogyakarta.
Putra Mahkota. Begitu juga sebaliknya. kemudian beralih menjadi kekuasaan Inggris. Agar eksistensinya dapat dilakukan dengan baik
Apabila hal ini dilanggar Tuhan Yang Maha Secara otomatis, tongkat kekuasaan di Jawa dan bebas dari turbulensi dinamika Kraton, maka
Tinggi akan memberi Pengadilan. Sumpah saling juga beralih dari Gubernur Jendral Belanda, mempunyai posisi sendiri atau otonom. Selain dr. H. K.P.H. Kusumoparastho
setia disaksikan Penghulu Ibrahim, kemudian Deandels ke Gubernur Jendral Inggris, Raffles. berasal dari satu asal usul (sejarah), juga tetap dr. H. KPH. Kusumoparastho merupakan alumni
memanjatkan doa untuk keselamatan mereka. Dalam pergantian kekuasaan juga terjadi serah berada dalam sebuah tujuan bersama sebagai dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Maka hubungan Pangeran Natakusuma dengan terima tawanan. Akibatnya, Pangeran Natakusuma “loro-lorone atunggal” sehingga antara Kraton dan Yogyakarta pada tahun 1975. Lahir 73 tahun silam di
Putra Mahkota berjalan baik. yang menjadi tawanan Belanda kala itu juga Kadipaten tak bisa dipisahkan. Semarang, tepatnya pada 7 Mei 1945. Di Kadipaten
menjadi bagian dari serah terima ini. Ada piyandel (pusaka) berupa tumbak nama Pakualaman beliau menjabat sebagai Penghageng
Proses pengasingan Pangeran Natakusuma Ketika ditanya Inggris, mengapa sampai “Kyai Buyut”. Tombak ini dibawa oleh ibunda Pambudaya atau Community Development-nya
Kejadian yang sama muncul antara Putra ditawan, beliau menjawab tidak tahu. Dalam Pangeran Natakusuma, R.A Srenggarawati sebagai Kadipaten Puro Pakualaman. Sebagai alumni dari
Mahkota HB II dengan Pangeran Natakusuma. Hal perkembangan berikutnya Inggris bersimpati karena syarat penerimaan lamaran HB I, yang akan Fakultas Kedokteran UGM, beliau sempat menjadi
ini disebabkan jika Sultan HB II kesulitan, selalu beliau bisa berbahasa Inggris dan perilakunya diberikan kepada anaknya. pengajar di almamaternya hingga tahun 1988.
minta bantuan Pangeran Natakusuma. Akibatnya yang baik. Maka, Inggris membebaskan Pangeran Pusaka “Kyai Buyut” memberi pesan kepada
Putra Mahkota khawatir Pangeran Natakusuma Natakusuma sebagai tawanan, kemudian para sentana Kadipaten Pakualaman, agar dalam
akan menggantikan Sultan. Maka dilakukan usaha menggunakannya sebagai utusan Inggris kepada kehidupan bukan mengandalkan pada keampuhan
untuk menyingkirkan Pangeran Natakusuma Sultan HB II. atau keperkasaan, kekuasaan, harta, tetapi pada
termasuk putranya. Maka usaha penyingkiran kebijaksanaan, sejalan dengan derajat “buyut”.
dilakukan bersama dengan Patih Danurejo II dan Sultan HB III diturunkan oleh Sultan Sepuh Tentunya sebagai “buyut” sikapnya harus bijaksana,
bersekongkol dengan Belanda. Pergantian kekuasaan dari Belanda ke Inggris, dengan tidak mengedepankan unsur duniawi.
Persengkongkolan itu berhasil dengan digunakan Sultan Sepuh untuk mengambil kembali
memfitnah Pangeran Natakusuma membantu kekuasaannya. Sultan HB III diturunkan sebagai
Raden Ronggo yang kala itu menjabat sebagai Putra Mahkota, dan tampuk pimpinan dipegang Sumber Bacaan:
Bupati Madiun memberontak melawan Belanda. Sultan HB II kembali. KPH. Soedarisman Poerwokoesoema. 1985. Kadipaten
Maka Pangeran Natakusuma berhasil diasingkan Adapun sikap Sultan HB II memang keras Pakualaman. Yogyakarta. Gadjahmada University
Press

Mayangkara | EDISI 6 | 2018 Mayangkara | EDISI 6 | 2018


10 Kori Kori 11

Silsilah Penguasa Pura Pakualaman


(Sumber : Buku Jumeneng Dalem Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Paku Alam X “ Pengemban Kebudayaan”)

Mayangkara | EDISI 6 | 2018 Mayangkara | EDISI 6 | 2018


12 PENDHAPA PENDHAPA 13

KADIPATEN
PAKUALAMAN
DARI MASA
KE MASA
Kawasan Kota Bersejarah dan
Tantangan Pelestariannya
Dwi Pradnyawan, S.S., M.A.

Sejarah Kadipaten Pakualaman

K adipaten Pakualaman memiliki keterkaitan


sejarah dengan Kasultanan Yogyakarta. Pendiri
Kadipaten Pakualaman adalah Pangeran Notokusumo
yang merupakan putra dari Sultan Hamengkubuwono
I. Berdirinya Kadipaten Pakualaman pada tahun 1813
tak lepas dari perjuangan Pangeran Notokusomo dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi di Kraton Yogyakarta
pada medio tahun 1800 hingga 1811.
Setelah terbentuknya Kadipaten Pakulaman
kemudian Pangeran Notokusumo bergelar Pangeran
Adipati Paku Alam I. Gelar Paku Alam kemudian dipakai
para penerusnya hingga saat ini. Sejak 1813 hingga
2018 (dan terus berlangsung) Kadipaten Pakualaman
telah dipimpin oleh sepuluh Paku Alam dari Paku Alam I
hingga Paku Alam X.
Paku Alam memiliki 2 wilayah, yakni Kadipaten
Pakualaman sebagai pusat pemerintahan sekaligus
kediaman dari Paku Alam yang berada di pusat kota
Yogyakarta, serta wilayah Adikarto yang saat ini menjadi
Kulon Progo. Kadipaten Pakualaman terletak kurang
lebih 1 km dari Istana Kasultanan Yogyakarta, tepatnya
berada di bagian timur Sungai Code.
Secara umum, wilayah Kadipaten Pakualaman
beserta bangunan Puro atau Istana Paku Alam memang
tidak seluas dan sekompleks Kraton Kasultanan,
namun Kadipaten Pakualaman memiliki unsur-unsur
yang memadai sebagai sebuah Kedaton. Kadipaten
Pakualaman dibangun oleh Paku Alam I dengan dasar-
> Bangsal Sewatama Pura Pakualaman

Mayangkara | EDISI 6 | 2018 Mayangkara | EDISI 6 | 2018


14 PENDHAPA PENDHAPA 15

Ikaputra menambahkan, selain elemen catur lama Kawasan Pakualaman secara khusus. Peta-
tunggal, ciri kota tradisional umumnya dikelilingi oleh peta lama tersebut adalah peta tahun 1830-an,
pemukiman pangeran, para pengiring (abdi dalem), 1870-an, peta 1920-an, dan peta tahun 1945-
atau prajurit militer yang mendukung penguasa. an. Berdasarkan peta-peta tersebut dapat diamati
Elemen-elemen ini nampak di Kota Yogya secara perkembangan dan perubahannya secara signifikan.
luas dan khususnya di Kadipaten Pakualaman. Sedangkan pada masa setelah 1945-an hingga saat
Bentuk yang nyata dari elemen ini umumnya adalah ini didasarkan atas pengamatan kondisi existing
toponim atau penyebutan wilayah yang berasosiasi dengan perbandingan pada peta-peta lama.
dengan nama-nama tertentu tersebut. Di wilayah Pengamatan terhadap peta-peta sebelum abad
Pakualaman masih ditemui beberapa indikasi 20 menunjukkan bahwa Kawasan Pakualaman
toponim ini seperti Suryengjuritan, Purwanggan, dalam tahap pertumbuhan, terlihat masih terdapat
Kemayoran, dan lain-lain. daerah-daerah yang lapang atau ruang terbuka yang
Ciri lain yang signifikan selain elemen catur sangat dimungkinkan adalah bagian dari ndalem-
tunggal dan toponim adalah adanya elemen jalan ndalem Pangeran yang biasanya memiliki massa
yang membentuk suatu pola tertentu. Ciri-ciri umum ruang besar dan ruang terbuka yang luas. Jaringan
dari kota tradisional adalah bentuk jaringan jalan jalan menunjukkan kesesuaiannya dengan saat
berupa grid-grid sehingga kawasannya nampak ini kecuali belum adanya jembatan penghubung
seperti terkotak-kotak. Ciri seperti ini nampak pada di wilayah barat laut (wilayah jagalan ke barat).
kebanyakan kota-kota kuno di jawa, walaupun Jembatan ini agaknya dibangun kemudian pasca
beberapa diantara melakukan penyesuaian dengan Perang Jawa atau tahun-tahun setelahnya.
bentang lahannya. Kadipaten Pakualaman, seperti Perkembangan dan perubahan pada jaringan jalan
dapat dilihat dari peta-peta memiliki jaringan jalan paling signifikan terjadi pada jalan Gajah Mada
dengan bentuk grid yang cenderung memanjang arah hingga setelah dibangunnya Stasiun Lempuyangan
timur-barat dengan adaptasi bentuk pada sisi barat pada tahun 1872. Hal ini merubah akses jalan dari
yang berbatasan dengan Sungai Code dan sebelah wilayah bintaran (pertigaan Bioskop Permata) hingga
timur yang berbatasan dengan Kali Buntung. menebus daerah Purwanggan. Jalan ini setelah
^ Gambaran Catur Tunggal di Kadipaten Pakualaman. Kedaton (Kotak Hijau); Alun-Alun (Kotak Biru); Majid (Kotak Kuning); Pasar Lama dan
Berdasarkan gambaran sederhana diatas tahun 1870-an dikenal dengan nama Station Weg.
Baru (Kotak Merah; Dibawah masjid merupakan pasar lama).
(Sumber: Peta Citra Google Maps dengan mofidikasi)
mengenai Kadipaten Pakualaman dengan ciri- Menurut beberapa sumber, di pertigaan Bioskop
ciri kota tradisional Jawa pada umumnya, dapat Permata dulunya terdapat bangunan Plengkung yang
disimpulkan bahwa kawasan Pakualaman adalah kemudian diubah menjadi jalan menuju Stasiun
kawasan dengan identitas sejarah yang sangat kuat. Lempuyangan.
dasar tradisi Jawa dan penghormatannya kepada yakni politik-kekuasaan; religius; dan ekonomi. Perubahan lain yang signifikan adalah bentuk
ayahnya, Sultan HB I. Oleh karenanya, Kadipaten Secara keruangan, alun-alun selalu berada di pusat, Perkembangan dan Perubahan alun-alun Sewandanan. Pada awalnya merupakan
Pakualaman dibangun lebih sederhana dibandingkan kemudian kedaton dapat di selatan atau utara Kadipaten Pakualaman seperti diungkapkan satu kesatuan alun-alun tanpa ada akses jalan
kraton ayahandanya. sedangkan masjid, dipastikan selalu di sisi barat; pada uraian di atas merupakan kawasan bersejarah ditengahnya. Namun pada peta 1900-an, bentuknya
dan pasar dapat berada di wilayah timur, utara atau dengan bukti adanya identitas yang nampak dari telah mengalami perubahan dengan munculnya
Morfogenesis Kawasan Pakualaman selatan. Pola seperti ini dapat dilihat di kota-kota adanya tinggalan warisan budaya baik yang tangible akses jalan yang membelah alun-alun tersebut.
Kadipaten Pakualaman sebagai pusat kuno Islam dari Demak, Cirebon, Kudus, Kotagede, maupun in-tangible. Warisan budaya tersebut dengan Perubahan lain adalah Kawasan Bintaran, dengan
pemerintahan sekaligus kediaman dari Paku Alam Plered, Surakarta, hingga Kraton Yogyakarta. berbagai macam bentuk dari tata ruang hingga satu perubahan penggunaan lahan beserta akses
merupakan sebuah kawasan bersejarah yang Diamati dari tata ruangnya, Kadipaten bangunan secara individual memperlihatkan adanya jalannya. Sebelum abad ke-20, kawasan Bintaran
didalamnya terdapat berbagai tinggalan arkeologis Pakualaman mengikuti akar tradisi tata ruang kota- transformasi kawasan Pakualaman dari waktu ke diperkirakan merupakan ndalem Pangeran dengan
dan sejarah yang penting. Selain itu, ada hal yang kota kuno Islam, seperti dapat dilihat pada tata waktu. massa ruang dan ruang terbuka yang luas. Namun
tak kalah penting yaitu sebuah tata ruang kawasan ruangnya yakni adanya alun-alun Sewandanan, Selama 205 tahun sejak pertama kali didirikan setelah tahun 1900-an, seiring dengan pertumbuhan
Kadipaten Pakualaman yang mewarisi bentuk tata Puro Paku Alam (kediaman), masjid dan pasar oleh Paku Alam I, telah banyak transformasi yang kawasan pemukiman, kawasan ini berubah menjadi
ruang tradisional Jawa, terutama pada kawasan dengan posisi yang hampir serupa, kecuali posisi terjadi baik itu perkembangan, hingga perubahan- pemukiman Belanda dengan perubahan bentuk jalan
intinya. kediaman Paku Alam yang menghadap ke selatan. perubahan yang digerakkan oleh berbagai dan ruang yang sangat berbeda.
Menurut Ikaputra, tata ruang tradisional Jawa, Hal ini menurut beberapa sumber, merupakan aspek kehidupan dalam Kawasan Pakualaman. Selain perubahan-perubahan di atas, terdapat
seperti yang dapat pada tinggalan arkeologis kota- bentuk rasa hormat Pangeran Notokusumo terhadap Perkembangan dan perubahan-perubahan dalam pula perubahan-perubahan minor yang terjadi
kota kuno di Jawa pada Masa Islam, mengikuti suatu ayahandanya yang mendirikan Kraton Yogyakarta. Kawasan Pakualaman banyak sekali terjadi, namun namun secara keseluruhan tidak mengubah wilayah
pola yang sama dan dikenal dengan istilah catur Hal seperti ini muncul pula pada wilayah pemimpin ada beberapa hal penting yang akan diamati pada inti (area catur tunggal) dan bentuk tata ruangnya.
tunggal. Catur tunggal adalah komponen inti dalam daerah dibawah Kasultanan dan Kasunanan yang tulisan ini.
tata ruang tradisional Jawa yang memiliki empat secara umum kedatonnya (atau kabupaten) selalu Pengamatan Kawasan Pakualaman pada masa Identitas dan Perubahan Kekinian
elemen yakni kedaton, alun-alun, masjid dan pasar. menghadap ke arah selatan sebagai bukti tanda lalu dibantu dengan kajian terhadap peta-peta Identitas Kawasan Pakualaman sangat
Keempat elemen ini mewakili aspek-aspek tertentu hormat.

Mayangkara | EDISI 6 | 2018 Mayangkara | EDISI 6 | 2018


16 PENDHAPA PENDHAPA 17

terkait dengan sejarah yang kuat dari Kadipaten Sumber Bacaan


Pakualaman yang mewarisi tradisi Jawa, hal ini Anonim. 2016. The Hul Guidebook, Managing
terlihat pada bentuk warisan budaya tangible dan in- Heritage In Dynamic and Constantly Changing
tangible di Kawasan Pakualaman. Tentu saja sejalan Urban Enviroment. UNESCO, World Heritage
dengan perubahan zaman bentuk warisan budaya Conventions, WHITRAP.
pun ikut berubah. Pengaruh Hindia-Belanda pada Adrisijanti, Inajati. 2000. Arkeologi Perkotaan
tahun 1870 dengan masuknya liberalisme semakin Mataram Islam. Penerbit Jendela, Yogyakarta.
me-modern-kan Kawasan Pakualaman terutama Ikaputra, 1995. A Study on the Contemporary
pada wujud bangunan dan material yang dipakai. Utilization of the Javanase Urban Heritage and
Pengaruh ini mengubah sedikit banyak warisan its Effect on Historicity: An Attempt to Introduce
tradisi tersebut dan menjadikanya sebuah bentuk the Contextual Adaptability into the Preservation
adaptasi tradisi yang baru. of Historic Enviroment of Yogyakarta. The Course
Meskipun terdapat perubahan pada era sebelum of Enviromental Engineering Graduate School of
kemerdekaan, namun perubahan yang paling Engineering Osaka University, Japan.
signifikan adalah setelah kemerdekaan atau tahun Pradnyawan, Dwi. 2015. “Sejarah Kawasan
1945 terutama setelah tahun 1970an hingga Pakualaman 1830-1946: Kajian Morfologi
saat ini. Hal ini diakibatkan oleh meningkatnya Kawasan Pakualaman. Thesis. Jurusan Pasca
pertumbuhan demografi disertai keberagaman Sarjana.Fakultas Ilmu Budaya. UGM.
kebutuhan masyarakat yang muncul sehingga Poerwokoesoemo, Soedarisman. 1985. Kadipaten
memberi dampak perubahan yang signifikan pada Pakualaman. Gadjah Mada University Press.
beberapa warisan budaya di Kawasan Pakualaman. Yogyakarta.
Pembangunan yang menyesuaikan tuntunan Saktimulya, S.R. dkk (ed.). 2012. Warnasari Sistem
zaman mengakibatkan banyak warisan budaya Budaya Kadipaten Pakualaman Yogyakarta. Trah
mulai tergusur bahkan hilang di beberapa sisi Pakualaman Hudyana. Jakarta.
Kawasan Pakualaman kemudian digantikan dengan
^ Peta Pakualaman pada tahun 1920-an bentuk-bentuk baru dan ide-ide kekinian yang secara
(Sumber: Pradnyawan, 2015) pengamatan sepintas tidak seleras dengan identitas
yang telah ada sebelumnya. Kini, identitas Kawasan
Pakualaman tersebut mengalami tantangan
yang sangat kuat dari perubahan zaman dengan
kepentingan homogen yang seakan mengedepankan
satu aspek saja. Identitas kekinian yang homogen
mungkin tidak “berbicara” dengan bahasa tradisi
dan kebudayaan, namun dengan “bahasa” lain yang
dipandang lebih efisien dengan zaman kekinian.
Kajian-kajian pelestarian yang dilakukan oleh
UNESCO telah mencatat berbagai perubahan
kekinian yang mempengaruhi pelestarian,
khususnya pelestarian kawasan bersejarah. Puluhan
bahkan ratusan kawasan bersejarah telah banyak
yang mengalami perubahan bahkan ancaman
kepunahannya.
Identitas tradisi Jawa dan adaptasinya, dengan
pengaruh modern Hindia-Belanda yang telah
memberikan warna bagi keberagaman warisan
budaya di Kawasan Pakualaman dan menjadi Dwi Pradnyawan
bagian dari sejarah Pakualaman. Hal ini akan Dwi Pradnyawan lahir di Kediri 2 Maret 1975. Sejak
memberikan identitas kuat bagi Pakualaman yang tahun 2005 ia menjadi dosen di Departemen Arkeologi
membedakannya dengan wilayah-wilayah lain di Fakultas Ilmu Budaya UGM. “mas Wavin”, begitu
Jawa, di Indonesia, bahkan di mata dunia. ia akrab dipanggil oleh mahasiswa sangat tertarik
Pertanyaannya adalah akankah kita terdampak mengenai makna-makna filosofis yang dimiliki oleh
dari proses globalisasi yang menjadikan bentuk kota Yogyakarta . Pria yang menyukai hobi fotografi dan
budaya homogen atau memilih identitas dengan baca buku ini tercatat telah membuat banyak karya tulis
^Citra Satelit Kawasan Pakualaman tahun 2015 akar tradisi dan sejarah yang kuat? dalam dunia arkeologi.
(Sumber: Pradnyawan, 2015)

Mayangkara | EDISI 6 | 2018 Mayangkara | EDISI 6 | 2018


18 PLATARAN PLATARAN 19

CATUR GATRA TUNGGAL PAKUALAMAN :


POTRET KAWASAN CAGAR BUDAYA DI YOGYAKARTA
Oleh: Samantha Aditya Putri, S.S

M embahas tentang Yogyakarta dari perspektif


historis, tentu saja akan dihadapkan pada
banyak pilihan untuk memilih periode mana yang
arsitektur tradisional dan indis.
Kawasan Pura Pakualaman adalah suatu
kompleks pemerintahan Kadipaten Pakualaman.
hendak diambil. Masing-masing periode memiliki Karena merupakan kompleks pemerintahan dan
karakteristik yang khas, baik itu dari segi politik sekaligus sebagai tempat tinggal Adipati beserta
ataupun kebudayaan yang dihasilkan. Tetapi keluarganya, maka semua bangunan yang ada di
perlu dicatat bahwa masing-masing periode kompleks Pura Pakualaman dibangun berdasarkan
meninggalkan jejak berupa bangunan bersejarah atas kebutuhan untuk kantor pemerintahan dan
yang oleh pemerintah ditetapkan sebagai warisan tempat tinggal. Selain itu, pembangunan kompleks
budaya dan cagar budaya. Bangunan-bangunan Pura Pakualaman tidak hanya didasarkan pada
bersejarah di wilayah Yogyakarta beberapa di kebutuhan semata tetapi juga mementingkan Gapura Danawara Puro Pakualaman
antaranya kemudian dijadikan sebagai objek aspek budaya, baik itu dalam arsitektur, simbol- Dok. Samantha A.P
wisata, tetapi tidak sedikit juga yang hanya simbol identitas Kadipaten Pakualaman dan nilai-
Dok. Samantha A.P
difungsikan sebagai penanda bahwa bangunan- nilai filosofis yang menjadi identitas Budaya Jawa. masa pemerintahan Adipati Paku Alam II mulai
bangunan tersebut adalah bangunan bersejarah. Dalam tata ruang tradisional Jawa dikenal Bangsal Sewatama
tahun 1831 dan selesai tahun 1839. Masjid ini
Undang-undang No. 11 tahun 2010 tentang konsep Catur Gatra Tunggal, yang meliputi empat memiliki empat saka guru dan beratap limasan
Cagar Budaya menetapkan bahwa suatu kawasan ruang penting bagi manusia yang berada dalam satu bertingkat tiga. Pada bagian puncak masjid
dapat dijadikan sebagai cagar budaya dengan kawasan. Keempat ruang penting tersebut adalah terdapat mustaka. Pada ruang utama masjid
berbagai macam ketentuan. Ketentuan itu keraton, masjid, alun-alun dan pasar. Keraton terdapat mihrab sebagai tempat imam memimpin
meliputi enam prasyarat yang harus dipenuhi. adalah pusat pemerintahan. Masjid adalah simbol sholat dan terdapat maksura, yaitu tempat khusus
Dalam undang-undang itu juga dijelaskan tentang keagamaan dan memiliki makna sebagai tempat untuk raja sholat. Maksura dilengkapi dengan
definisi kawasan cagar budaya, yaitu satuan ruang untuk berhubungan dengan Yang Maha Pencipta. dinding pelindung. Di bagian utara dan selatan
geografis yang memiliki dua situs cagar budaya Alun-alun adalah simbol sosial, di tempat inilah Dok. Samantha A.P ruang utama masjid terdapat ruang pawestren,
atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau raja dan rakyatnya dapat berinteraksi. Kondisi Masjid Besar Pura yaitu tempat sholat khusus bagi kaum perempuan.
memperlihatkan ciri ruang yang khas. Poin utama tempat yang lapang mendorong masyarakat dapat Pakualaman Masjid Pura Pakualaman dikelilingi oleh kolam air
dalam definisi undang-undang itu adalah adanya melakukan berbagai aktivitas di alun-alun. Terakhir di halamannya.
dua cagar budaya atau lebih dalam satu kawasan. adalah pasar yang merupakan simbol ekonomi, Unsur Catur Gatra Tunggal Keempat di
Peraturan Daerah (Perda) Daerah Istimewa karena di pasar orang-orang melakukan aktivitas Kadipaten Pakualaman adalah Pura Pakualaman
Yogyakarta No. 6 Tahun 2012 tentang pelestarian perekonomian. sebagai pusat pemerintahan dan pusat politik.
warisan budaya dan cagar budaya menetapkan Kawasan Cagar Budaya Pakualaman memakai Bangunan Puro Pakualaman menghadap ke
panduan arsitektur bangunan baru Kawasan konsep Catur Gatra Tunggal. Unsur pertama adalah selatan, hal ini mencerminkan sikap penghormatan
Cagar Budaya Pakualaman harus memakai gaya Alun-alun Sewandanan yang terletak di selatan dan pengakuan kepada Keraton Yogyakarta yang
Dok. Dinas
Pura Pakualaman. Dalam beberapa literatur, lebih tua). Secara umum bangunan istana Pura
Kebudayaan DIY
dahulunya alun-alun merupakan lapangan yang Pakualaman berlanggam arsitektur Jawa dan
sangat luas, namun oleh Belanda alun-alun itu Alun-alun dipengaruhi oleh arsitektur Eropa serta Timur
dipotong untuk dibuat jalan seperti sekarang ini. Di Sewandanan Tengah.
sebelah tenggara Alun-alun Sewandanan terdapat Memasuki Kadipaten Pura Pakualaman
Pasar Sentul yang merupakan unsur kedua dalam terdapat Gapura Danawara. Di gapura ini terdapat
konsep Catur Gatra Tunggal. Pasar Sentul seperti abdi dalem penjaga yang akan menerima setiap
halnya pasar-pasar di Jawa pada umumnya tamu dan juga terdapat dua buah cermin di sisi
berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi bagi kanan dan kiri. Menurut penuturan abdi dalem
Dok. Samantha A.P

masyarakat di Kadipaten Pakualaman. cermin di Gapura Danawara berfungsi sebagai alat


Masjid dalam tata ruang tradisional Jawa selalu untuk memastikan apakah setiap tamu yang datang
diletakkan di sebelah barat alun-alun. Masjid Pura Dok. Dinas ke Puro dalam keadaan rapi atau tidak, jika belum
Pakualaman terletak di sebelah barat Alun-Alun Kebudayaan DIY rapi abdi dalem penjaga kemudian meminta para
Sewandanan. Letak Masjid Pura Pakualaman tamu untuk merapikan diri sambil melihat cermin.
Pasar Sentul
tepat lurus dengan jalan. Seperti yang tertulis Akan tetapi tak sesederhana ini makna dari cermin
dalam ‘Makna Arsitektur Masjid Pakualaman tersebut. Ada dua tulisan Jawa yang tertempel di
Dalam Tinjauan Kosmologi Jawa’ tulisan Moh. samping cermin dinding Gapura Danawara pada
gambar delineasi kawasan cagar budaya pakualaman Hasim, Masjid Pura Pakualaman didirikan pada
(dokumentasi kawasan cagar budaya diy th 2012)

Mayangkara | EDISI 6 | 2018 Mayangkara | EDISI 6 | 2018


20 PLATARAN PAGELARAN 21

sisi timur dan barat berbunyi Engeta Angga Pribadi


bermakna mawas diri serta Guna Titi Purun yang
Masyarakat biasa yang berkunjung ke Pura
Pakualaman hanya dapat berkeliling di kawasan UPAYA PELINDUNGAN DAN PENATAAN
bermakna kemampuan, kecermatan dan kehendak. halaman Pura dan Museum Pura Pakualaman.
Melewati Regol Danawara, pengunjung akan
memasuki halaman istana Pura Pakualaman. Tepat
Yogyakarta menyimpan banyak cerita dari utara
hingga ke selatan. Jika teman-teman berkunjung
KAWASAN CAGAR BUDAYA
di seberang regol, nampak bediri dengan megah
Pendapa Pura Pakualaman, Bangsal Sewatama.
ke Keraton Yogyakarta, alangkah baiknya juga
berkunjung ke Pura Pakualaman. Pepatah
PAKUALAMAN
Bangunan ini berfungsi sebagai tempat untuk mengatakan, tak kenal maka tak sayang, jadi Oleh :
mengadakan acara-acara penting Kadipaten sudah siap mengenal Kawasan Cagar Budaya Bhaskara Ksatria, S.T
Pakualaman, selain itu juga untuk tempat Pakualaman?
pertunjukan seni. Kawasan Cagar Budaya (KCB) Pakualaman ditetapkan berdasar pada Keputusan Gubernur DIY Nomor
Di sisi timur Bangsal Sewatama adalah Sumber Bacaan: 186 / KEP / 2011. Luas KCB Pakualaman mencapai 85 Ha, dengan batas wilayah sebagai berikut: sebelah
bangunan yang dari bentuknya cukup unik dan Hadiyanta, Ign. Eka. “Kawasan Cagar Budaya di barat dibatasi oleh Sungai Code, batas selatan adalah Jl. Surokarsan dan Jl. Rara Mendut, batas timur
tidak asing bagi sebagian masyarakat Yogyakarta. Yogyakarta: Citra, Identitas, dan Branding Ruang” adalah Jl. Batikan dan Jl. Sukonandi, sebelah utara dibatasi oleh Jl. Ki Mangunsarkoro, Jl. Bausasran dan
Bangunan ini bernama Gedhong Purwaretna. dalam Jurnal Widya Prabha Vol. 4 (2015): 3-23. Jl. Juminahan.
Pembangunan Gedong Purwaretna dilakukan pada Paramitasari, Angela Upitya. “Identifikasi Karakter Di Kawasan Cagar Budaya Pakualaman ini terdapat Kawasan Bintaran yang merupakan sebuah
masa Paku Alam VII atas bantuan mertuanya, yaitu Kawasan Cagar Budaya Pakualaman Yogyakarta” Perkampungan Eropa yang dibangun pada awal abad ke-20. Kawasan Bintaran ini merupakan
Paku Buwana X. Gedhong Purwaretna dahulunya Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017. perkembangan dari kampung Eropa yang telah ada sebelumnya yaitu Kawasan Lodji Gede dan Lodji Kecil,
digunakan sebagai tempat tinggal Paku Buwana Pradnyawan, Dwi. “Sejarah Kawasan Pakualaman yang kini letaknya di sekitar timur Benteng Vredeburg.
X apabila berkunjung ke Pura Pakualaman, untuk 1830-1946 (Kajian Morfologi Kawasan
mengunjungi cucunya, Paku Alam VIII. Pakualaman)” Tesis. Yogyakarta: Universitas
Sebelah Barat Bangsal Sewatama terdapat Gadjah Mada. 2015
bangunan bernama Bangsal Parangkarsa. Bangunan Albiladiyah, S. Ilmi. Puro Pakualaman Selayang
ini membujur dari barat ke timur merupakan Pandang. Yogyakarta: Balai Kajian Sejarah Dan
bangunan sambungan antara bangunan sayap Nilai Tradisional, 1985.
barat dan Bangsal Sewatama. Pada masa Perang Hasim, Moh. “Makna Arsitektur Masjid Pakualaman
Kemerdekaan bangsal ini digunakan oleh Presiden Dalam Tinjauan Kosmologi Jawa”, dalam Jurnal
Sukarno selama Gedung Agung dalam perbaikan. Analisa Vol. XVIII, No. 02, Juli- Desember 2011.

Dok. Samantha A.P

Gedhong Purworetna

Tentang penulis:
Samantha Aditya Putri, lahir di Surabaya 25 tahun silam. Ketertarikannya
dalam sejarah, memantapkannya masuk jurusan sejarah UGM. Sejak kuliah
menekuni berbagai aktivitas di bidang museum dan cagar budaya. Ketertarikan ini
menjadikannya terpilih sebagai Runner Up I Duta Museum DIY 2017. Perempuan
yang memiliki hobby menulis dan travelling, saat ini aktif di Komunitas Malam
Museum, Djokdjakarta 1945, Serikat Nasional Pelestari Tosan Aji Nusantara dan
berbagai komunitas yang bergerak di bidang literasi. Bangsal Sewatama dalam proses pemugaran atap

Mayangkara | EDISI 6 | 2018 Mayangkara | EDISI 6 | 2018


22 PAGELARAN PAGELARAN 23

Sejumlah bangunan di Kawasan Cagar Budaya di sisi utara dari Komplek Pura Pakualaman
Pakualaman yang sudah ditetapkan sebagai kemudian dilanjutkan ke bangunan gandhok di sisi
cagar budaya antara lain adalah: Komplek Pura timur.
Pakualaman dan Masjid Agung Pura Pakualaman,
Rumah Indis Kemayoran, Rumah Tinggal dr. Wirjo 2. Masjid Agung Pura Pakualaman
Midjojo, SMP BOPKRI II, Dalem Suryaningpranan, Masjid Agung Pura Pakualaman terletak di
Dalem Kepatihan atau Notokusuman, Dewantara sebelah barat daya komplek Pura Pakualaman.
Kirti Griya dan Pendapa Agung Tamansiswa, Masjid Pakualaman dibangun pada masa
Gereja Katolik Santo Yusuf Bintaran dan Museum pemerintahan Sri Paku Alam II (1829-1858 M)
Sasmitaloka Panglima Besar Jendral Sudirman. setelah perang Diponegoro yaitu pada tahun 1850
Sebagai upaya pelestarian cagar budaya
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang
M. Pendirian masjid ini ditandai dengan adanya
batu tulis yang terdapat pada dinding serambi
1 2
Cagar Budaya, maka Pemerintah Daerah DIY masjid tersebut. Saat ini, masjid ini terdiri atas 3
melalui Dinas Kebudayaan DIY telah melakukan bagian yaitu bagian utama, serambi dan serambi Bangunan Dewantara Kirti Griya sebelum pemugaran (Kiri) dan sesudah pemugaran (Kanan)
beberapa upaya pelestarian cagar budaya di KCB depan. Serambi depan masjid ini merupakan plafon. Plafonnya sebagian besar berupa anyaman Rumah Indis Kemayoran, Rumah Indis Mariana
Pakualaman, diantaranya dengan melakukan bangunan tambahan dengan konstruksi beton. bambu bagian kulit bambu atau dikenal dengan Puji, dan Rumah Tinggal Ny. E. Kadri Sriyono.
rehabilitasi pada beberapa bangunan cagar budaya Pada tahun 2017, Dinas Kebudayaan DIY istilah gedhek kulitan. Pekerjaan rehabilitasi yang Meski demikian karena keterbatasan dana
dan memberikan penghargaan kepada pemilik mengembalikan serambi depan masjid ini lain adalah memperbaiki beberapa bagian dinding dan lainnya yang dimiliki pemilik atau pengelola
bangunan yang telah berusaha merawat bangunan menjadi konstruksi kayu seperti banyak ditemui yang plesterannya sudah mengelupas dan beberapa menyebabkan beberapa bagian dari bangunan
cagar budaya yang dimilikinya. pada serambi bangunan masjid lama, misalnya kolom yang sudah rusak. tersebut saat ini sudah rusak. Untuk itulah maka
di Serambi Masjid Gedhe Kotagede dan Serambi peran serta masyarakat dalam melestarikan cagar
A. Pekerjaan atau kegiatan rehabilitasi Masjid Pathok Negoro Ploso Kuning. Sebelumnya 4. Dalem Nototarunan budaya diperlukan, tidak hanya oleh pemerintah,
Pekerjaan atau kegiatan rehabilitasi pernah pada tahun 2015 dilakukan rehabilitasi oleh Dinas Dalem Nototarunan terletak di sebelah timur dari pemilik atau pengelola saja namun memerlukan
dilakukan pada beberapa bangunan, antara lain: Kebudayaan DIY berupa perbaikan atap, plafon, Komplek Puro Pakualaman. Bangunan ini didirikan keterlibatan semua pihak.
dinding, kolom dan lantai pada bagian bangunan pada tahun 1811 oleh BPH Notokusumo yang pada Sesuai dengan pasal 98 Undang-Undang
1. Komplek Pura Pakualaman utama dari masjid ini. tahun 1813 naik tahta menjadi Paku Alam I. Ada Cagar Budaya maka Pendanaan Pelestarian Cagar
Kadipaten Pura Pakualaman berdiri pada tahun kemungkinan sebelum pindah ke Puro Pakualaman Budaya menjadi tanggung jawab bersama antara
1813 dan hingga saat ini, Kadipaten Pakualaman 3. Dewantara Kirti Griya dan Pendopo Agung beliau bertempat tinggal di Dalem Nototarunan ini. Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat
sudah dipimpin sepuluh Paku Alam. Komplek Tamansiswa Pada tahun 2014 dilakukan rehabilitasi pada dengan kewajiban pemerintah pusat dan
Puro Pakualaman sebagai pusat dari Kadipaten Bangunan ini terletak di Jl. Tamansiswa No. 25, bagian struktur, rangka atap dan penutup atap pada pemerintah daerah mengalokasikan anggaran untuk
Puro Pakualaman meliputi area seluas 54.238 Yogyakarta. Pada zaman kolonial, bangunan yang bangunan ini. Sebelumnya bangunan ini sudah Pelindungan, Pengembangan, Pemanfaatan, dan
meter persegi. Di bagian depan atau selatan dari kini dikenal dengan nama Dewantara Kirti Griya rusak dan menjadi lebih parah setelah gempa bumi Kompensasi Cagar Budaya dengan memperhatikan
komplek ini terdapat pintu gerbang yang disebut ini merupakan rumah orang Belanda (Gevangenis yang melanda Yogyakarta tahun 2006. Beberapa prinsip proporsional.
Regol Danawara. Di sebelah kanan kiri regol ini Laan). Bangunan ini didirikan pada tahun 1915 kolom atau tiang penyangga terutama pada bagian
terdapat bangunan yang mengelilingi komplek Pura dengan gaya Eropa dikombinasi arsitektur Jawa. pendapa sudah miring dan diberi penyangga, Sumber Bacaan:
Pakualaman. Di selatan regol atau gerbang terdapat Pemilik terakhir sebelum ditempati Ki Hadjar beberapa bagian atap rumah sudah rusak, roboh Data Verifikasi Tahap I, II dan II, Balai Pelestarian
Alun-Alun Sewandanan dan di utara gerbang ini Dewantara adalah seorang janda penguasa atau tidak berada pada posisi semula. Peninggalan Purbakala Yogyakarta, 2010
terdapat taman. Di utara taman terdapat bangunan perkebunan Belanda bernama Mas Ajeng Warnasari Sistem Budaya Kadipaten Pakualaman
yang paling besar di komplek ini yaitu Bangsal Ramsinah, kemudian dibeli oleh Tamansiswa pada B. Penghargaan kepada pemilik bangunan cagar Yogyakarta, Trah Pakualaman Hudyana –
Sewatama, kemudian di sebelah utaranya ada tanggal 14 Agustus 1934 dengan harga 3.000 budaya yang telah berusaha merawat bangunan Jakarta, 2011
bangunan Ndalem Ageng Prabasuyasa. Bangunan gulden (mata uang Belanda). Pada tanggal 18 cagar budaya yang dimilikinya Data dari Dinas Kebudayaan DIY 2011 – 2018.
lain di komplek ini antara lain Gedhong Purwaretna Agustus 1951, pembelian tersebut dihibahkan Kegiatan pemberian penghargaan kepada
di sebelah timur Bangsal Sewatama dan Gedhong pada Yayasan Tamansiswa. Tanggal 2 Mei 1970, pemilik bangunan cagar budaya telah dilakukan oleh
Maerakaca di bagian belakang. museum diresmikan dan dibuka untuk umum
Bhaskara Ksatria, S.T
Pemda DIY. Pemberian ini sebagai bentuk apresiasi Bhaskara Ksatria tercatat
Pada tahun 2012 dan 2013 rehabilitasi dan ditandai dengan sengkalan yang berbunyi dari pemerintah terhadap pemilik atau pengelola sebagai PNS di Disbud DIY
dilakukan pada Bangsal Sewatama. Pekerjaan ”Miyat Ngaluhur Trusing Budi”, yang bermakna bangunan yang telah berusaha merawat bangunan sejak 2009. Latar belakang
yang dilakukan sebagian besar adalah penggantian para pengunjung diharapkan dapat mempelajari, cagar budaya yang dimilikinya. Penghargaan pendidikan S1 di Arsitektur
penutup atap dan rangka atap dari Bangsal meresapi, menghayati isi museum untuk sejenis juga telah dilakukan oleh Pemerintah Kota UGM serta Management
Sewatama. Kemudian pada tahun 2015 dilakukan selanjutnya dapat menciptakan gagasan – gagasan Yogyakarta dan Pemerintah Pusat melalui Balai Konstruksi menjadi bekalnya
rehabilitasi pada bangunan Bangsal Sewatama baru. Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta. Penghargaan dalam menulis beberapa
berupa penggantian lantai dan perbaikan pipa Tahun 2011 bangunan Dewantara Kirti Griya ini telah diberikan antara lain kepada pemilik / artikel. Ditambah kegemaran
air. Pada tahun 2017 dan 2018 ini dilakukan ini direhabilitasi oleh Dinas Kebudayaan DIY. pengelola : Museum Sasmita Loka Panglima Besar akan perkembangan desain
perbaikan pada atap bangunan gandhok. Selain itu Rehabilitasi yang dilakukan antara lain meliputi Sudirman, Rumah Moersamto HK atau yang juga
dilakukan juga perbaikan pada plesteran bangunan penggantian genteng, rangka atap dan talang. dan material bangunan mendorong Dadang, begitu ia
dikenal dengan Gedung Kodamkar, Gereja Katolik akrab dipanggil, untuk menulis mengenai bangunan-
ini. Pekerjaan ini dimulai dari bangunan gandhok Dilakukan juga penggantian plafon dan rangka Santo Yusup Bintaran, Dalem Ngadinegaran, bangunan warisan budaya dan cagar budaya.

Mayangkara | EDISI 6 | 2018 Mayangkara | EDISI 6 | 2018


24 EMPU EMPU 25

K.R.M.T. Projo Kusumo


MENGENAL TOKOH
PELESTARI WARISAN BUDAYA
DAN CAGAR BUDAYA
PAKUALAMAN

S ebagai kerabat sekaligus pengelola warisan


budaya dan cagar budaya Pura Pakualaman,
menurut anda apakah arti penting dari pelestarian
itu, warisan budaya kita juga sebagai salah satu
ketahanan nasional dibidang budaya.

warisan budaya dan cagar budaya di Kawasan Apakah ciri khas dari warisan budaya dan cagar
Cagar Budaya Pakualaman? budaya dari Kadipaten Pakualaman?
Kadipaten Pakualaman memiliki ciri khas unik,
Berbicara mengenai pelestarian warisan budaya penyebabnya adalah perkawinan dua budaya,
Kadipaten Pakualaman, harus diketahui dahulu yaitu budaya Yogyakarta dan Surakarta. Menurut
apa pelestarian itu. Pelestarian berasal dari kata sejarahnya, Budaya Yogyakarta dibawa oleh Kanjeng
lestari yang artinya kekal, maksud kekal di sini Gusti Pangeran Adipati Arya Paku Alam I yang
bukan berarti kekal seperti kehidupan di akhirat merupakan putera dari Sri Sultan Hamengkubuwono
melainkan segala usaha dengan segala macam cara I dari Kasultanan Yogyakarta, jadi budaya Yogyakarta
agar kebudayaan yang dimiliki Pura Pakualaman sudah ada terlebih dahulu di Kadipaten Pakualaman
tetap hidup dari generasi ke generasi. Tentu saja ini. Selanjutnya, masuknya budaya Surakarta di
dengan banyaknya warisan budaya yang dimiliki Kadipaten Pakualaman ini karena adanya perkawinan
Kadipaten Pura Pakualaman, maka Kadipaten Pura antara Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Paku
Pakualaman membuka seluas-luasnya partisipasi Alam VII dengan Gusti Bendoro Raden Ayu Retno
dari masyarakat untuk dapat ikut serta melestarikan Puwoso puteri dari Sri Paduka Sri Susuhunan
warisan budaya, selain itu juga menjalin kerjasama Pakubuwono X dari Surakarta. Oleh sebab itu
pelestarian warisan budaya dengan Perguruan Tinggi di Kadipaten Pakualaman hidup dua budaya
dan Instansi pemerintah maupun swasta. Bagi berdampingan secara harmonis, dengan
Kadipaten Pakualaman warisan budaya mempunyai hidupnya dua budaya ini bagi si pelaku
arti penting yaitu dari benda-benda warisan budaya yang ada di Kadipaten Pakualaman justru
kita bisa belajar dengan apa yang telah dilakukan menambah wawasan yang lebih luas dan
oleh para pendahulu sehingga dapat dijadikan menghilangkan fanatisme kedaerahan.
sumber ilmu pengetahuan. Selanjutnya kita bisa Jadi dengan bersentuhannya dua
menghargai leluhur kita, orang Jawa mengenal budaya ini melahirkan budaya baru
istilah mikul dhuwur (mengangkat tinggi keluhuran berdasarkan kreatifitas dan rasa
yang telah dilakukan oleh pendahulu). Di samping indah manusia secara kodrati

Mayangkara | EDISI 6 | 2018 Mayangkara | EDISI 6 | 2018


26 EMPU EMPU 27

Untuk masalah pelestarian dan perawatan ada tingalan ndalem maka sudah dipersiapkan dan budaya. Bahasa Jawa merupakan bahasa terkaya
warisan budaya dan cagar budaya, sudah ada tersedia. Warisan budaya yang sifatnya kebendaan di dunia, oleh karena itu eman-eman jika generasi
badan pengurus yang disebut dengan Reksopuro, setiap harinya dipelihara, dibersihkan dengan muda tidak peduli dengan cagar budaya.
yang tugasnya merawat warisan budaya dan cagar kehati-hatian. Kalau program jangka panjang adalah
budaya Pakualaman. Kadipaten Pakualaman masih membuat generasi penerus bisa melakukan apa yang Pribadi yang semangat melestarikan
kelihatan bersih dah terawat walaupun wilayahnya telah generasi sekarang lakukan, misalnya generasi Kanjeng Raden Mas Tumenggung Projokusumo
kecil. Perawatan warisan budaya dan cagar budaya sekarang harus belajar mengenai segala hal yang atau Raden Mas Murhadi lahir di Yogyakarta, 29
ini dilakukan setiap saat, tidak hanya ketika akan ada ada di Kadipaten Pakualaman, tujuannya supaya Juni 1949. Ia merupakan tamatan dari IKIP Negeri
hajat ataupun acara adat lainnya, tanpa ada program ada regenerasi. Yogyakarta (UNY-sekarang) jurusan Seni Rupa,
jangka pendek menengah atau panjang, jadi secara kemudian mengabdikan diri di Dirjen Kebudayaan
terus menerus dalam melakukan perawatannya. Lingkungan sekitar Kadipaten Pakualaman menjadi Direktorat Pengembangan Kesenian di Jakarta.
suatu area yang berkembang pesat. Perubahan Menjelang purna, ia pindah ke Yogyakarta dan
Bagaimana pengelolaan warisan budaya dan cagar apakah yang anda rasakan hingga saat ini? Dan berkantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
^ Proses wawancara Tim Redaksi Mayangkara kepada K.R.M.T. budaya Kadipaten Pakualaman yang berada di luar bagaimana anda menyikapi perubahan ini? DIY hingga purna bhaktinya. Kecintaannya dengan
Projo Kusumo wilayah kadipaten? Kalau perubahan pasti ada. Perubahan yang budaya menyebabkan bapak berkacamata ini
Kadipaten Pakualaman mempunyai wilayah terlihat sekarang ini adalah sikap kurang perhatiannya selalu aktif mengajar kesenian di beberapa sekolah
melahirkan budaya baru yang menjadi ciri khas di Kabupaten Kulonprogo (sekarang), maka tidak atau masa bodohnya generasi muda terhadap maupun perguruan tinggi di Yogyakarta misalnya
budaya Kadipaten Pakualaman. Kehidupan dua mungkin apabila abdi dalem yang di sini bolak-balik warisan budaya dan cagar budaya yang dimiliki. SMA Negeri 1 Yogyakarta dan Universitas Gadjah
budaya di Kadipaten Pakualaman terlihat jelas pada ke Kulonprogo. Oleh karena itu maka Kanjeng Gusti Hal ini perlu secara terus menerus diingatkan, dapat Mada. Kepribadiannya yang selalu semangat apabila
saat bertahtanya Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Pangeran Adipati Arya yang bertahta mengangkat melalui pendidikan maupun penyuluhan-penyuluhan membicarakan tentang kebudayaan dan pelestarian
Arya Paku Alam VIII, beliau memperbolehkan pada beberapa orang yang berasal dari wilayah tersebut yang diselenggarakan dengan peserta anak-anak membuatnya diangkat sebagai Bupati Nayoko di
acara-acara adat mengenakan busana yang bercorak untuk menjadi abdi dalem agar warisan budaya sekolah agar mereka dapat kenal dan akrab serta Kadipaten Pakualaman dan mempunyai tugas
Yogyakarta maupun Surakarta dengan catatan yang berada di sana kopen (terawat). Selain itu juga tumbuh rasa cinta terhadap warisan budayanya. melestarikan warisan budaya dan cagar budaya
pemakaian busana tersebut dengan cara yang benar. adanya koordinasi dan komunikasi dengan penguasa Kegiatan penyuluhan ataupun mengajarkan tentang Kadipaten Pakualaman.
Setelah bertahtanya Kanjeng Gusti Pangeran Adipati serta aparat setempat agar ikut mendukung pentingnya warisan budaya terhadap kemajuan
Arya Paku Alam IX budaya Kadipaten Pakualaman dalam melestarikan warisan budaya yang ada di bangsa dapat menjadi penyeimbang antara
tetap tidak ada perubahan yang signifikan, hanya tempat tersebut. Jika ada kerusakan akan warisan penyerapan budaya luar yang begitu cepat dan
ada berubah yaitu cara berpakaian. Hal ini dengan budaya yang berwujud benda, Pakualaman melalui dampaknya dahsyat dengan nilai-nilai luhur yang
pertimbangan bahwa Kanjeng Gusti Pangeran Reksopuro akan segera memperbaikinya, agar tidak terkandung di dalam warisan budaya. Teknologi
Adipati Arya Paku Alam I putera dari Kasultanan membebani masyarakat maupun pemangku daerah misalnya HP (Handphone), yang agaknya sekarang
Yogyakarta lalu Kadipaten Paku Alaman juga terletak setempat. telah menyita perhatian orang, walaupun apabila
di Yogyakarta maka busananya dikembalikan pada digunakan sebagaimana mestinya maka HP akan
corak Yogyakarta. Mengingat pentingnya nilai dari warisan budaya sangat bermanfaat.
Selanjutnya, ada empat kerajaan Jawa yang dan cagar budaya yang dimiliki oleh Kadipaten Perubahan lain misalnya adanya pembangunan
masing-masing tentu memiliki cirri khas sendiri- Pakualaman, menurut anda bagaimana cara di sekitar Kadipaten Pakualaman yang semakin
sendiri, misalnya dalam hal kesenian Surakarta- efektif untuk menumbuhkan rasa handarbeni pada ramai.
lah sangat menonjol, Mangkunegaran terkenal masyarakat?
akan seni sastranya, Keraton Yogyakarta menonjol Apabila ada kegiatan di warisan budaya dan Apa harapan anda terhadap pelestarian warisan
akan keheroikannya dan Kadipaten Pakualaman cagar budaya tersebut, misalnya di Masjid Besar budaya Kadipaten Pakualaman baik yang berada di
terkenal akan pendidikannya. Di Pakualaman sejak Pura Pakualaman maka masyarakat sekitar juga dalam benteng maupun di luar benteng Kadipaten
bertahtanya Sri Padukan Kanjeng Gusti Pangeran ikut dilibatkan. Agar jiwa handarbeni mereka Pakualaman?
Adipati Arya Paku Alam V, sudah ada sebuah tumbuh. Jadi bukan karena sapa sira sapa ingsun Harapannya pertama, warisan budaya Kadipaten
gerakan pendidikan yaitu dengan adanya program (siapa kamu siapa saya), semua dirangkul untuk Pakualaman dapat utuh terpelihara sebagai bukti
sekolah baik di dalam maupun di luar negeri bagi ikut terlibat dalam setiap acara atau kegiatan yang perjalanan sejarah yang bisa dipahami, dimengerti
para sentana dan abdi dalem. Oleh karena itu diselenggarakan oleh Kadipaten Pakualaman. dan dipelajari sebagai sumber ilmu pengetahuan
banyak ahli-ahli dibidang kedokteran, pendidikan yang bisa diturunkan dari generasi ke generasi.
maupun pembangunan yang berasal dari Kadipaten Apa program jangka pendek, menengah dan panjang Kedua, sebagai orang Jawa tidak kehilangan jati
Pakualaman, misalnya Ki Hajar Dewantara yang yang telah dirancang oleh Kadipaten Pakualaman diri. Ketiga, jangan sampai kehilangan kebudayaan
merupakan wayah dari Sri Paduka Kanjeng Gusti agar tetap dapat mempertahankan warisan budaya Jawa, karena orang Jawa terkenal dengan kekayaan
Pangeran Adipati Arya Paku Alam III. dan cagar budayanya?
Tidak ada program jangka pendek menengah > K.R.M.T. Projo Kusumo
yang dirancang. Semua sudah berjalan secara Usia tidak menghalangi kecintaannya terhadap kebudayaan.
Bagaimana upaya pelestarian terhadap warisan Tak ayal beliau dianugerahi gelar Bupati Nayoko oleh Kadipaten
budaya dan cagar budaya yang dimiliki Kadipaten otomatis, terkecuali apabila ada sesuatu yang
Pakualaman, yaitu seseorang yang bertugas melestarikan Warisan
Pakualaman? sifatnya mendesak dan perlu dipersiapkan maka Budaya dan Cagar Budaya di Kadiapten Pakualaman
segera dibereskan apa kebutuhannya. Misalnya

Mayangkara | EDISI 6 | 2018 Mayangkara | EDISI 6 | 2018


28 PLATARAN PLATARAN 29

namun yang ditampilkan hanya 2 meter. Menurut Perjuangan museum Pura Pakualaman masih panjang.
edukator museum, lukisan ini adalah hibah dari Pembenahan harus terus dilakukan baik secara

Dok. Erwin Djunaedi


Keraton Kasunanan Surakarta. kelembagaan, pengayaan koleksi hingga sumber daya
Selain itu, koleksi terkenal di Museum Pura Pakualaman manusia yang handal dibidang permuseuman. Tugas
ini adalah Pawon Ageng, yaitu peralatan dapur istana berat kedepan adalah merawat budaya berupa benda
yang lengkap dan ditata rapi sebagaimana dapur koleksi museum agar tidak rusak dan dilupakan oleh
istana sejak dahulu. Koleksi-koleksi ini memberikan generasi muda. Ruang untuk menegoisasikan tradisi
pengetahuan yang sangat luas bagi para pengunjung dan tuntutan zaman tetap selalu terbuka selama
yang datang saat jam buka museum yaitu pada pukul Museum Pura Pakualaman memahami tentang tugas
10.00-15.00 WIB setiap hari senin hingga jumat. dan fungsi museum yang diamanatkan akademisi,
Museum yang kini juga sudah menjadi bagian pemerintah dan International Council of Museum
dari Badan Musyawarah Musea atau Barahmus (ICOM). Tentu dorongan dan dukungan berbagai pihak
D.I Yogyakarta melakukan banyak program untuk sangat dibutuhkan oleh Museum Pura Pakualaman
menaikkan angka kunjung museum. Beberapa untuk tetap eksis sebagai wadah kebudayaan yang
program diantaranya Lomba Literasi Bahasa Jawa juga andil dalam eksistensi Kadipaten Pakualaman.
yang diselenggarakan untuk memperingati ulang
tahun museum, Lomba Busana Adat Jawa, Pameran
Bersama dan berbagai kegiatan lainnya.
Sebagai sarana edukasi dan rekreasi masyarakat,
Museum Pura Pakualaman dikunjungi kurang lebih
400 wisatawan setiap bulannya. Jadwal buka
museum yang hanya pada hari senin hingga jumat
dirasa belum maksimal dalam melayani masyarakat,
sehingga terkadang museum ini buka pada hari
sabtu dan minggu dengan syarat harus mengirim
Dokumentasi Potongan Karya Sastra yang berbentuk Lukisan Silsilah Raja Mataram Islam Sejak Nabi Adam surat izin terlebih dahulu. Museum Pura Pakualaman
tidak memberlakukan tiket masuk namun disediakan
Museum Pura Pakualaman : Berjuang Merawat Budaya kotak donasi yang bisa diisi oleh pengunjung secara
sukarela.
Oleh : Erwin Djunaedi, S.S Sebagai sebuah institusi museum, Museum Pura
Sebagai sebuah kerajaan Jawa, Kadipaten Semenjak resmi berdiri, Museum Pura Pakualaman juga menjalankan fungsinya sebagai
Pakualaman juga mengemban tugas melestarikan Pakualaman menyimpan koleksi kurang lebih 200 institusi yang merawat benda budaya dan sejarah.
budaya Jawa sebagai warisan dari leluhur Kerajaan benda budaya dan sejarah. Koleksi-koleksi ini Upaya preservasi koleksi museum menjadi isu utama
Mataram Islam. Upaya pelestarian budaya sebagian besar dipajang di ruang museum yang dalam pengelolaan museum. Menjadi catatan penting
ini telah dilakukan sejak Paku Alam I dengan dulu pernah digunakan sebagai SD Pakualaman. bagi Museum Pura Pakualaman ini adalah tindakan

Dok. Erwin Djunaedi


mengembangkan berbagai bentuk budaya berupa Ruang koleksi terbagi atas tiga bagian yakni perawatan koleksi museum masih sangat minim.
sastra, gending, gamelan, tarian, bangunan- Ruang Pengenalan yang berisi informasi sejarah Pembersihan hanya dilakukan pada lemari kaca
bangunan dan sebagainya. Hal ini kemudian Pura Pakualaman, silsilah Paku Alam I hingga tempat menaruh koleksi serta pembersihan manual
diteruskan pada masa Paku Alam II hingga Paku Alam VIII, denah istana Pura Pakualaman tanpa peralatan yang memenuhi standar konservasi.
sekarang. Beberapa institusi budaya di wilayah dan beberapa foto serta lukisan Paku Alam I Kendala utama dalam upaya pelestarian koleksi ini
Kadipaten Pakualaman mulai berdiri, seperti hingga Paku Alam VIII. Ruang berikutnya adalah adalah kurangnya sumber daya manusia di Museum
perpustakaan Widya Pustaka, Jemparingan Budya ruang peninggalan budaya yang berisi baju adat Koleksi Masterpiece Museum Pura Pakualaman
Pura Pakualaman yang mengerti tentang preservasi
Waras Tratama hingga museum. di lingkungan Pura Pakualaman, Busana Tari yang berupa Karya Sastra yang berbentuk Lukisan
dan konservasi koleksi.
Institusi museum di Kadipaten Pakualaman Beksan, senjata tradisional maupun senapan dari Silsilah Raja Mataram Islam Sejak Nabi Adam
Dalam beberapa hal, Museum Pura Pakualaman
diprakarsai oleh KGPAA Paku Alam VIII dan masa Belanda dan Jepang, alat masak istana juga belum melakukan registrasi terhadap benda- Erwin Djunaedi, S.S
diresmikan pada tanggal 29 Januari 1981. hingga peralatan upacara adat untuk keluarga benda koleksinya sehingga tidak ada data yang Lahir di Sengkang, 15 Maret
Museum ini diberi nama Museum Pura Pakualaman istana. Ruang terakhir adalah ruang kereta akurat tentang jenis dan jumlah koleksinya. Hal 1992. Menyelesaikan studi
yang bertujuan untuk menghimpun benda budaya pusaka yang terdiri dari beberapa kereta pusaka ini harus menjadi perhatian bersama sehingga di Departemen Sejarah, FIB,
dan sejarah di lingkungan istana yang sudah ada yang digunakan untuk kirab labuhan, kenaikan museum Pura Pakualaman bisa melaksanakan tugas UGM pada tahun 2017. Pendiri
sejak era Paku Alam I hingga Paku Alam VIII. tahta dan kereta untuk mengantar jenazah raja. dan kewajibannya sebagai institusi museum yang Komunitas Malam Museum
Selain menghimpun koleksi tersebut, Museum Museum Pura Pakualaman juga memiliki koleksi menyimpan, merawat dan menampilkan koleksi yang bergerak dibidang sejarah,
Pura Pakualaman juga mengemban tugas untuk masterpeace yang sangat langka, yaitu berupa museum. Museum Pura Pakualaman harus hadir museum dan cagar budaya.
mengkomunikasikan dan memberikan edukasi karya sastra berbentuk lukisan silsilah raja sebagai wadah informasi dan pengetahuan bagi Selain itu pernah menjabat
kepada masyarakat tentang khasanah budaya di Mataram Islam sejak Nabi Adam. Koleksi ini masyarakat sebagaimana cita-cita KGPAA Paku Alam sebagai Runner Up I Duta
Pura Pakualaman sebagai bagian dari sejarah dan dipajang di Ruang Pengenalan dekat pintu masuk VIII selaku pendiri. Museum D.I Yogyakarta tahun
budaya Jawa. museum. Lukisan ini berukuran 13,5 meter,
2014.

Mayangkara | EDISI 6 | 2018 Mayangkara | EDISI 6 | 2018


30 TEBENG TEBENG 31

PIWULANG DARI NASKAH


PURA PAKUALAMAN
Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.Hum

P erpustakaan Widyapustaka Pura Pakualaman


terletak di dalam kompleks ndalem Pura
Pakualaman, Jalan Sultan Agung Yogyakarta.
Berkaitan dengan nama, Widyapustaka memiliki
arti, widya ‘pengetahuan’, dan pustaka ‘buku’,
maka perpustakaan Widya Pustaka merupakan
tempat penyimpanan buku-buku pengetahuan.
Widyapustaka menyimpan sekitar 251
naskah berhuruf dan berbahasa Jawa. Berdasar
kajian kodikologis, diperkirakan bahwa naskah-
naskah tersebut ditulis atas prakasa Paku Alam,
dikerjakan para abdi dalem yang dipercaya
oleh Paku Alam pada masanya, berdasarkan
ngengrengan garis besar isi tulisan dari Paku Alam.
Meski demikian, dijumpai pula beberapa naskah
yang ditulis oleh para sentana yang kemudian
naskahnya menjadi koleksi perpustakaan.
Sehubungan dengan penciptaan naskah pada
masa Paku Alam II, bertujuan sebagai bekal kekuatan
hati untuk meraih kemuliaan. Pembelajaran yang
diperoleh melalui membaca naskah telah dilakukan
oleh Paku Alam I, yaitu pada waktu ia sebagai pangeran
yang tinggal di Kraton Yogyakarta. Naskah-naskah itu
menyebabkannya kěsěngsěm sinau lukitaning pramudita
(gemar mempelajari syair pembawa kebahagiaan). Ia
menyadari bahwa pengetahuan tentang kenegaraan, tentang
hidup dan kehidupan serta kebijaksanaan dapat diperolehnya
dari membaca karya sastra. Hal ini tertulis dalam Babad
Betawi Jilid I.
Setuju dengan pendapat Paku Alam I bahwa membaca dan
mempelajari syair-syair akan menjadikan bahagia, karena di
dalam naskah dimuat berbagai kisah dan petuah yang bermanfaat
bagi pendewasaan diri. Teks naskah-naskah tersebut ditulis dengan

> Babad Sinelan Nasekah


Naskah yang ditulis sekitar awal abad 19 M ini berisi
nasihat dan ajaran moral tentang sifat-sifat yang seharusnya
dihindari dan sifat yang seyogyanya dimiliki oleh setiap orang.

Mayangkara | EDISI 6 | 2018 Mayangkara | EDISI 6 | 2018


32 TEBENG TEBENG 33

< Babad Sinelan Nasekah yang disimpan di Widyapustaka Pura


Pakualaman 21 Butir Watak Buruk (sěstradi) Manusia Dalam Babad Betawi

yang sebaiknya kita lakukan? Semua itu terekam di Lancang


Lantap Lolos
dalam naskah yang berusia hampir 200 tahun. Ladak (Berkata Lanthang Langar Lěngus
(Suka (Lepas
Babad Sinelan Nasekah (Bb.39), sebuah naskah (Angkuh) yang tidak (Dengki) (Bengis) (Dendam)
marah) kendali)
senonoh)
yang ditulis sekitar awal abad 19 M ini terdiri
atas 294 halaman, berhuruf dan berbahasa Jawa.
Naskah yang memuat cerita babad disisipi teks lain
(ng)lěměr lusuh Lukar Langsar
berupa teks nasihat itu memuat ajaran moral tentang Lěson
(Serba
Lamur
(Tidak (Tidak punya (Suka
Luwas
sifat-sifat yang seharusnya dihindari dan sifat yang (Malas’) (Tidak awas) (Bodoh)
lambat) bersemangat) rasa malu) Merusak)
seyogyanya dimiliki oleh setiap orang. Sejumlah
contoh kasus tentang perbuatan aniaya, tamak,
khianat, dan sebagainya beserta akibat yang harus Larad
(ng)lajok Lěngguk
ditanggungnya mendominasi topik cerita Babad Lumuh Lumpur (Melanggar (ng) lunjak Lěnggak
(Bertingkah (Suka
Sinelan Nasekah tersebut. (Enggan) (Khianat) larangan- (Tamak) (Takabur)
aneh) menghina)
Seperti yang tertulis dalam Naskah-naskah Nya)
Skriptorium Pakualaman Periode Paku Alam II
(1830 – 1858), dalam naskah Babad Sinelan
Nasekah dinyatakan bahwa seseorang yang telah Dilihat dari penempatan renggan penjara běbaya
ditugasi mengupayakan hukum dan keadilan harus dalam kesatuan naskah Babad Sinelan Nasekah Orang pemarah tidak dapat mengatur emosi
dibekali kuat dan mantap hati serta bersungguh- yakni ditempatkan pada bagian depan (hal.2 dan dan selalu merangkai bahaya.
sungguh dalam melaksanakan tugasnya. Empat 3) sebelum teks ini dimulai, maka keberadaan 4. Leles
kejahatan yang harus diberantas yakni berbuat renggan penjara ini mempertegas pesan tentang Leles angles nora panggah, barang karyane
khianat, aniaya, menyalahgunakan kewenangan, dan akibat perbuatan jahat. Dengan dimasukkan ke ngoncati
mencuri. Pada halaman ini pula terdapat rěrěnggan dalam penjara, para penjahat itu dijaga agar tidak Leles ‘menyisih’ berarti tidak bersemangat,
yang menggambarkan perangkat/sarana untuk mengulangi kejahatannya dan segera menyadari tidak berpendirian tetap dan apabila diberi
menghukum seseorang yang dipenjara, seperti yang kesalahannya. Berbagai hukuman yang mengantar pekerjaan selalu menghindar.
tertera pada tulisan beraksara Jawa di bagian atas ke kematian antara lain hukuman gantung, ditembak, 5. Lanthang
rerenggan, yakni “punika sarat pirantos ruměksa”, dan dibunuh dengan pedang. Sedangkan borgol, Lanthang epeh tur jail, měnthang mung
“sadhiya ingkang dadosken pati” terjemahan “Ini rantai besi, catut bergerigi, dan palu merupakan kamurkanipun
metrum tembang dan berfungsi sebagai psikoterapi,
adalah sarana untuk menjaga dan perlengkapan sarana pembuat jera agar seseorang yang dikenai Lanthang ‘berjalan dengan tidak menoleh’
karena syair teks dilantunkan dengan irama dan
persiapan yang menyebabkan kematian”. alat itu mengakui perbuatannya. berarti berwatak dengki juga jahil, dan hanya
metrum tertentu, didengarkan dengan khidmat
sehingga muatan kisah ataupun nasihat yang Seperti yang tertera di dalam Babad Betawi, mengedepankan kemarahan
disampaikan dapat menjadi panglipur (pelipur) perbuatan buruk menyebabkan seseorang menjadi 6. Langar
hati sekaligus penyembuh kekecewaan, kepedihan, celaka harus dihindari. Dua puluh satu butir watak Langar ala bělangar
keraguan bahkan mampu membangkitkan semangat buruk menurut babad ini adalah sebagai berikut. Langar ‘garang’ berarti bengis lagi jahat.
untuk berjuang. Pengertian 21 butir sěstradi ini telah dijabarkan 7. Lěngus
Berikut ini akan dipaparkan satu contoh dalam Babad Betawi Jilid III: Lěngus engětan tur kiwil, nora ngambu-
piwulang yang dimuat dalam Babad Sinelan 1. Ladak ambu tindak kang utama
Nasekah, diperkuat dengan teks Asthabrata, Wong ladak ngědak ngidak amuthingkring, Lěngus ‘pencemberut’ berarti pendendam
khususnya tentang Bathara Yama, seorang tokoh yen ana kang wani lawan bilaine tanpa aji juga banyak mencela, sama sekali tidak
yang dikenal tegas dalam menerapkan hukuman. Orang angkuh berarti suka menginjak orang mencerminkan watak utama.
Mengapa seseorang dipenjara dan pembelajaran lain yang di bawahnya. Jika ada yang berani 8. Lěson
apa yang dapat kita peroleh atas kisah tersebut? melawan celakanya tak ternilai. Wong lěson tan kolur karya, mung
Sikap/sifat apa saja yang harus dibuang? Dan apa 2. Lancang měmangan lawan guling, gěndhung ngaku
Lancang kěparěng ngarsi, mung buru ilate ngěmut rětna, yěktine ngěmut kěrikil
landhung, daya-daya mětua Orang lěson ‘pemalas’ tidak pernah
> Ilustrasi Perlengkapan Penjara yang ada pada Babad Sinelan
Nasekah Lancang karena inginnya segera menyelesaikan pekerjaan, kesukaannya
Gambar disamping adalah perlengkapan penjara yang mengatakan, hanya karena terburu-buru mau hanya makan dan tidur. Ia congkak, mengaku
disebutkan pada Babad Sinelan Nasekah. Terlihat adanya mengucapkan. mengulum intan, sesungguhnya mengulum
perlengkapan-perlengkapan seperti Catut Bergerigi, Belati, 3. Lantap kerikil.
Pedang, Palu, Keris,Tiang Penggantung Bertali, Pintu Bergembok, Lantap wong alantap tan ngětap nganam 9. Lěměr
Roda, Borgol dan Rantai, ‘Bui’,Tombak, Senapan, Pistol, Cambuk,
Pemukul dari bambu, dan Dahan berdaun lima.

Mayangkara | EDISI 6 | 2018 Mayangkara | EDISI 6 | 2018


34 TEBENG TEBENG 35

Lojok ‘keluar dari tatanan’ berarti orang piwulang yang terdapat di dalam naskah-naskah
yang ekspresi mukanya tidak normal, dapat Jawa. Semoga tulisan kecil ini bermanfaat sebagai
dikatakan menyeramkan, tingkahnya aneh, introspeksi diri.
dan tidak wajar terhadap sesama.
19. Lunjak Sumber Bacaan:
Lunjak krangsangan kang arti, nyandhak- Paku Alam X, K.G.P.A.A. 2017. Ajaran Kepemimpinan
nyandhak tan olih, gayuh tuna luput, Asthabrata Kadipaten Pakualaman. Yogyakarta:
sěmbrana ujubriya Perpustakaan Pura Pakualaman.
Lunjak ‘melonjak’ berarti sangat tamak, Saktimulya, Sri Ratna. 2005. Katalog Naskah-
menggapai keinginan namun tidak tercapai, Naskah Perpustakaan Pura Pakualaman, Jakarta:
ingin meraih sesuatu namun selalu lepas Yayasan Obor Indonesia-The Toyota Foundation.
karena kurang hati-hati dan suka pamer. Saktimulya, Sri Ratna. 2016. Naskah-naskah
20. Langguk Skriptorium Pakualaman Periode Paku Alam II
Wong langguk anyěnyamahi, ing sěsama (1830 – 1858). Jakarta: Kepustakaan Populer
awake dhewe měrkangkang Gramedia dan EFEO.
Langguk ‘sombong’ berarti suka menghina Babad Betawi Jilid 3, Bb.7, koleksi Perpustakaan
sesama, sementara dirinya (di atas) Widyapustaka Pura Pakualaman Yogyakarta.
mengangkangi yang lain. Babad Sinelan Nasekah, Bb.39, koleksi
21. Lěnggak Perpustakaan Widyapustaka Pura Pakualaman
‘Duduk mendongak serta menoleh’. Yogyakarta.
^ 21 Butir Watak Buruk (sěstradi) Manusia yang tertulis dalam Babad Betawi Jilid III (Saktimulya 2016 : 274 – 276)

Di dalam teks Asthabrata versi Pakualaman Dr. Ratna Saktimulya, M.Hum


Nglěměr diměr smu lirih, sakeh ujar tan Luwas kasep wus tuwas, jugul butěng
tentang Bathara Yama, kaitannya dengan Dosen sekaligus
rinungu punuk ati
kepemimpinan, disebutkan oleh K.G.P.A.A Paku ketua Program
Lěměr ‘lambat’ berarti kepala batu, terlihat Luwas ‘lama’ berarti sering terlambat dalam
Alam X, sebagai berikut. Studi Sastra Jawa
serba pelan, banyak perkataan tidak didengar. bekerja tetapi selalu minta upah, berwatak
Seorang pemimpin juga disyaratkan Departemen Bahasa
10. Lamur bodoh serta pemarah.
untuk bersifat adil dan memiliki ketegasan dan Sastra Fakultas
Lamur wong nora mata, nunjang-nunjang 15. Lumuh
dalam menegakkan hukum. Semua jenis Ilmu Budaya
kurang mikir Lumuh iku lomah-lameh nadyan gěsang,
kejahatan baik kecil maupun besar akan UGM, kelahiran
Lamur ‘kabur pandangannya’ berarti orang duwe kuping lawan mata, lir lěnga winor lan
ditimbangnya secara adil. Hal itu juga Yogyakarta 18
yang berjalan tanpa menggunakan mata, warih, kalis ing wuruk lan wulang
meliputi kejahatan yang dilakukan secara September 1960
dalam bertindak selalu menabrak aturan tanpa Lumuh ‘enggan’ itu meskipun hidup namun
fisik (dengan kekerasan) dan kejahatan ini menamatkan
dipikir terlebih dahulu. serba lamban. Bertelinga dan bermata namun
intelektual. Dia akan menerapkan hukumnya pendidikan S1
11. Lusuh diibaratkan seperti minyak dicampur air karena
bahkan sampai pada anggota keluarganya. di Jurusan Sastra
Lusuh lěsah wong jějěrih datan komram, tidak mau diberi nasihat dan pelajaran.
Tidak ada orang yang bisa lolos dari jerat Nusantara UGM.
mungkěr aneng pěwadonan, mung babon 16. Lumpur
hukum jika dia melakukan kesalahan. Oleh Pendidikan master
denimpi-impi Lumpur tyas rěrěgěd, glahi gěgědhěg tur
karena itu, terus-menerus dilakukan upaya dan doktornya ditempuh di UGM. Sebagai seorang
Lusuh ‘kendor’ berarti lesu, penakut, tidak wěwěri
untuk memburu para pejahat; penjara dosen, beliau sering mengkaji atau membuat kajian
berpendirian jelas, kegemarannya bermain Lumpur berarti busuk hati, memicu iri
pun dibuka lebar untuk menghukum para dengan tema Modern Philology Java. Selain sebagai
perempuan, dan yang diangankannya hanya hati dan dengki, sehingga mengakibatkan
penjahat. dosen, beliau juga sebagai abdi dalem di Kadipaten
perempuan. seseorang menjadi penjahat.
Meskipun dia sangat tegas dalam Puro Pakualaman dengan nama paringandalem Nyi
12.Lukar 17. Larad
menjatuhkan hukuman, dia akan Mas Tumenggung Sestrarukmi.
Lukar wong tan jrih ing wirang, pěpadhane Larad wong němpuh sěsěrung, wani
kere ngěmis ngambah larangan, sumpah pěpacuh tan mengampuni para penjahat yang telah
Lukar ‘telanjang’ berarti orang yang tidak wědi menjalani hukuman dan berjanji tidak akan
takut malu, diibaratkan pengemis yang sedang Larad ‘terhanyut’ berarti orang yang berani melakukan kejahatan lagi. Akan tetapi, jika
mengemis. menerjang banyak duri, berani menginjak penjahat itu mengingkari janjinya, hukuman
13. Langsar larangan dan tidak takut pada sumpah serta mati disiapkan untuk mereka. (K.G.P.A.A.
Langsar wong běbosěni, kěcukupan pantangan. Paku Alam X)
sasědyanipun 18. Lojok Nyatalah bahwa sejak zaman dahulu perbuatan
Langsar berarti orang yang cepat bosan Wong anglojok aer mukane wus goyang, buruk harus disingkirkan. Perbuatan ini merugikan
karena segalanya telah tercukupi. kěna denarani gila, polahe aměmanehi, nora diri, lingkungan, bangsa, bahkan dunia. Piwulang
14. Luwas lumrah sapěpadha tentang “penjara” di sini hanya sebagian kecil

Mayangkara | EDISI 6 | 2018 Mayangkara | EDISI 6 | 2018


36 PAGELARAN PAGELARAN 37

DI BALIK
kalimat Pandhita Obah Sabda Tunggal di mana
Pandhita berarti angka 1, Obah berarti angka
2, Sabda berarti angka 7, dan Tunggal berarti
angka 1 (angka tahun pada sengkalan dibaca

“WAJAH BARU”
terbalik). Hal itu jika dikonversi ke dalam
Kalender Masehi berarti masjid ini didirikan
pada hari Minggu Pon, 8 Desember 1839.

MASJID PURA PAKUALAMAN


Berbeda halnya dengan prasasti pertama
tentang pendiri masjid, prasasti kedua
bertutur tentang kegiatan renovasi masjid
yang dilaksanakan pada Sabtu Pahing, 7
Dulkangidah tahun 1783 Tahun Jawa atau
OLEH : Sabtu Pahing, 21 Juli 1855 dalam kalender
Masehi. Hal ini juga diketahui dari sengkalan
DENI SETYA AFRIANTO, S.S yang berbunyi Gunaning Pujangga Sapta
Tunggal di mana Gunaning berarti angka 5,
Foto Serambi Masjid Puro Pakualaman yang diambil dari
Pujangga berarti angka 5, Sapta berarti angka
dalam Masjid.
7, dan Tunggal berarti angka 1.
Keberadaan Masjid Pura Pakualaman
didukung oleh adanya kampung di sebelah keberadaan pawestren di sisi utara dan selatan sedangkan
barat masjid yang bernama Kampung bagian serambi bagian timur merupakan bangunan baru
Kauman. Kampung Kauman sendiri biasanya sepenuhnya untuk mengakomodasi jumlah jemaah yang
terletak di sekitar masjid. Kampung ini dihuni telah bertambah.
kelompok kaum santri dan para ulama Pura
Pakualaman. Saat inipun takmir-takmir Masjid Upaya Pelestarian oleh Pemerintah DIY
Pura Pakualaman masih bertempat tinggal di Pada tahun 2016 dan 2017 Dinas Kebudayaan
sekitar masjid. Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan pemugaran
Masjid Pura Pakualaman memiliki denah Masjid Pura Pakualaman. Pemugaran masjid dilakukan
berbentuk bujur sangkar dengan langgam sebagai upaya pelestarian bangunan warisan budaya
tradisional Jawa. Keruangan masjid ini dan cagar budaya yang dimiliki oleh Daerah Istimewa
dibagi menjadi beberapa bagian di antaranya Yogyakarta. Pemugaran ini dilaksanakan melalui dua
bangunan utama, dengan dua bagian tahap yakni pada tahun 2016 pemugaran dilakukan
serambi yakni serambi bagian barat dan pada bangunan utama masjid sedangkan pada tahun
serambi bagian timur. Pada bagian bangunan 2017 pemugaran dilakukan pada bagian serambi masjid
Berdirinya Puro Pakualaman: utama dan serambi bagian barat merupakan beserta penataan lingkungannya. Sebelum dilakukan
sebuah keraton Sejarah, Kontribusi bangunan yang memiliki struktur lama dengan pemugaran tahun 2016, terlebih dahulu dilakukan
atau istana kerajaan & Nilai Kejuangannya, kajian pemugaran I tahun 2015. Kajian dilakukan untuk
Islam tak lepas dengan setelah Perang Jawa
adanya masjid. Begitu pula berakhir dan keadaan
dengan Kadipaten Pakualaman
yang berdiri sejak 17 Maret 1813.
kembali tenang, Paku Alam
II, dengan dibantu oleh patih
1 2 3
Namun masjid Puro Pakualaman baru bernama Raden Riya Natareja dan
berdiri 26 tahun setelahnya. Sejarah berdirinya Mas Penghulu Mustahal Hasranhim, mendirikan
Masjid Kagungan Puro Pakualaman ini tak lepas masjid yang menempati tanah di sisi barat daya
dari sosok Kanjeng Gusti Pangeran Aryo Adipati Pura Pakualaman. Peringatan pendirian masjid
(KGPAA) Paku Alam II. ditandai dengan adanya prasasti berbahasa Jawa
Sejarah dalam Prasasti yang ditulis menggunakan Aksara Arab dan Jawa.
Cerita dimulai dari masa Perang Jawa, tepatnya Saat ini prasasti tersebut dapat dilihat terpampang
pada tahun 1829 KGPAA. Paku Alam I wafat dan di dinding serambi masjid.
kemudian digantikan putranya yang bergelar KGPAA. Dengan mengetahui isi prasasti tersebut maka
Paku Alam II. Keadaan politik pada tahun tersebut dapat diketahui bahwa Masjid Pura Pakualaman
memanas dikarenakan terjadinya Perang Jawa didirikan pada hari Minggu Pon, 2 Syawal 1721
Tahun Jawa. Hal tersebut dapat diketahui dari 1. Ruang Utama Masjid Besar Pura Pakualaman; 2. Prasasti Pendirian Masjid Besar Pura Pakualaman; 3. Halaman Masjid
yang berlangsung antara tahun 1825 hingga 1830.
sengkalan pada prasasti di sisi utara yang menyebut BEsar Pura Pakualaman (Dok. Dinas Kebudayaan DIY)
Seperti yang ditulis oleh Djoko Dwiyanto dalam

Mayangkara | EDISI 6 | 2018 Mayangkara | EDISI 6 | 2018


38 PAGELARAN PAGELARAN 39

menentukan sasaran kegiatan pemugaran agar tepat oleh saka berbahan kayu beserta umpak dan bagian berbahan kayu. Kegiatan pemasangan plesteran
sasaran dan penuh dengan perencanaan bawahnya berupa tegel berwarna abu-abu sehingga bligon juga dilakukan pada bangunan utama yang
terlihat kembali tapak bangunan tradisional Jawa. semula berdinding keramik. Untuk bagian atap, baik
Pemugaran tahun 2016 serambi barat maupun serambi timur menggunakan
Pemugaran tahun 2016 dilakukan dengan Menemukan Fakta Baru multisirap yang diseragamkan dengan bangunan
melakukan perbaikan struktur dan penggantian Kegiatan pemugaran tidak hanya tentang utama. Bagian lain selain bangunan masjid juga
bahan dasar atap. Perbaikan struktur ini meliputi bagaimana suatu bangunan warisan budaya dan telah dilakukan perbaikan baik gapura, kamar
perbaikan struktur atap dan kolom yang dikonservasi cagar budaya dapat dikembalikan ke bentuk mandi, tempat wudhu maupun lingkungan masjid.
sesuai dengan kaidah pemugaran sesuai yang aslinya. Dalam kegiatan pemugaran juga banyak Upaya pelestarian juga mencakup pada empat
diamanatkan oleh Undang-Undang No. 11 Tahun
2011 tentang Pelestarian Cagar Budaya. Pada
ditemui data baru yang sebelumnya belum pernah
terdokumentasi. Pada saat kegiatan pembongkaran
buah prasasti. Demi tercapainya pelestarian,
dilakukan konservasi terhadap ke empat prasasti 1
bagian atap bangunan yang semula berbahan bangunan serambi bagian timur terdapat temuan ini. Saat konservasi dilakukan, terdapat data
genteng kemudian diganti dengan multisirap dua struktur yang membujur utara-selatan berada baru berupa tulisan yang terdapat pada bagian
sehingga seragam dengan Bangsal Sewatama yang belakang prasasti. Tulisan tersebut beraksara
telah dipugar pada tahun sebelumnya. Jawa yang jika diterjemahkan berbunyi “Raden
Kegiatan rehabilitasi bagian atap bangunan Ngabehi Reksa Prenata”. Untuk mengetahui siapa
utama masjid juga meliputi pendataan komponen sosok yang tertulis dalam prasasti tersebut kiranya
struktur atap yang meliputi usuk, blandar, dudur masih membutuhkan kajian lebih lanjut. Setelah
dan bagian brunjung melalui kodefikasi. Kemudian dikonservasi kemudian prasasti kembali dipasang di
pada bagian komponen struktur kayu yang telah tempat yang sama dengan sebelumnya.
mengalami kerusakan cukup parah akan diganti Saat ini jika dilihat dari depan Regol Wiwara
dengan komponen kayu yang baru dengan bentuk Kusuma maka akan terlihat bentuk bangunan yang
dan ukuran disesuaikan dengan keaslian komponen
tersebut. Untuk komponen kayu yang mengalami
bersusun dari bangunan yang lebih rendah yakni
bagian serambi bagian timur, kemudian serambi
2
kerusakan sedang ditangani melalui konservasi bagian barat yang agak lebih tinggi, baru kemudian
yaitu dengan cara menyambung bagian yang akan terlihat atap tumpang sari yang menjulang
rusak, menambal bagian yang berlubang maupun lebih tinggi pada bagian yang lebih suci yakni atap
penyuntikan atau injeksi. bangunan utama masjid.
Pada bangunan utama masjid terdapat beberapa
perkuatan struktur yang dilakukan terutama pada Sumber Bacaan:
kolom dinding. Perkuatan kolom dilakukan dengan Struktur Jagang Masjid yang diperlihatkan Albiladiyah, S. Ilmi. 1985. Puro Pakualaman
pemasangan sikawrap. Hal ini dilakukan karena Selayang Pandang. Yogyakarta: Departemen
pemasangan cor beton pada bangunan warisan Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal
budaya dan cagar budaya tidak diperbolehkan. kurang lebih satu setengah meter di timur serambi Kebudayaan, Balai Kajian Sejarah dan Nilai
Selain pekerjaan kolom ada pula penggantian plafon bagian barat. Kedua struktur tersebut merupakan Tradisional Yogyakarta.
lama dengan plafon baru serta penggantian plesteran struktur bekas kelir dan struktur jagang. Untuk
memastikan struktur kelir dapat dilihat dari koleksi
Dwiyanto, Djoko. 2009. Puro Pakualaman: Sejarah, 3
baru dengan plesteran bligon sesuai aslinya. Kontribusi & Nilai Kejuangannya. Yogyakarta:
foto lama yang dimiliki takmir masjid. Dalam foto Paradigma Indonesia. 1. Mimbar Masjid Besar Puro Pakalaman
Pemugaran tahun 2017 tersebut tampak serombongan orang berpakaian Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta 2. Mihrab Masjid Besar Puro Pakualaman
Pemugaran tahun 2017 jauh lebih kompleks Jawa berfoto di bagian depan kelir dan belum ada No. 40 Tahun 2014 tentang Panduan Arsitektur 3. Bedug Masjid Besar Pura Pakualaman
dari tahun sebelumnya, karena proses rehabilitasi serambi bagian timur. Baru Bernuansa Budaya Daerah.
diawali dengan pembongkaran serambi bagian timur Serambi bagian timur dibangun dengan maksud Suryodilogo, Atika dkk. 2011. Warnasari Sistem
atau depan masjid. Bagian ini merupakan bangunan untuk mengakomodasi jumlah jemaah yang telah Budaya Kadipaten Pakualaman. Yogyakarta: Deny Setya Afrianto, S.S
baru dengan langgam yang tidak serupa dengan bertambah banyak. Untuk struktur jagang dapat Trah Pakualaman Hudyana-Jakarta bekerjasama Pemuda asal Semarang
bangunan tradisional Jawa. Mengacu pada Pergub diketahui berdasarkan cerita masyarakat setempat. dengan Eka Tjipta Foundation dan Perpustakaan ini merupakan salah satu
DIY No. 40 Tahun 2014 tentang Panduan Arsitektur Selain itu pada bangunan masjid berlanggam Jawa Pura Pakualaman. alumni dari Departemen
Bangunan Baru Bernuansa Budaya Daerah, maka memang biasanya terdapat kolam keliling yang Tim Penulis. 2007. Toponim Kota Yogyakarta. Arkeologi, Fakultas Ilmu
bentuk serambi bagian paling timur Masjid Puro disimbolkan sebagai tempat mensucikan diri. Yogyakarta: Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Budaya Universitas Gadjah
Pakualaman sudah selayaknya dibangun kembali Pemugaran serambi masjid bagian barat kurang Kota Yogyakarta. Mada. Ketertarikannya kepada
ke dalam bentuk bangunan tradisional Jawa. Oleh lebih sama dengan yang dilakukan pada bangunan Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun pelestarian cagar budaya,
karena itu pada rehabilitasi tahun 2017 bangunan utama yakni dilakukan penggantian plafon lama 2010 tentang Cagar Budaya. membawanya menjadi salah
serambi masjid dibongkar dan dibangun kembali dengan plafon baru, penggantian plesteran baru satu Tim Pengawas dalam
dengan bangunan terbuka beratap limasan yang dengan plesteran bligon sesuai aslinya yang Pemugaran Masjid Agung Puro
dibawahnya terdapat struktur sunduk-kili disangga ditambah penggantian pintu besi menjadi pintu Pakualaman Tahun 2017.

Mayangkara | EDISI 6 | 2018 Mayangkara | EDISI 6 | 2018


40 PLATARAN PLATARAN 41

M enilik sejarah Kulon Progo tentu tidak berwujud balok bersegi panjang yang di atasnya

Dinas Kebudayaan Kab. Kulonprogo


dapat dilepaskan dari sejarah panjang terdapat bangunan meruncing bersusun seperti
Kadipaten Pakualaman. Kabupaten Kulon Progo atap pagoda. Ukuran tinggi keseluruhan adalah
merupakan wilayah yang terbentuk karena adanya 4,30 meter dengan lebar 1 meter. Saat ini, bentuk
Amanat dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan fisik tugu terlihat langsung berdiri di atas tanah
Sri Paduka Pakualam VIII, pada 5 September (tidak kelihatan struktur penyangganya).
1945. Amanat tersebut menyatakan bahwa Menurut prasasti yang ada, Tugu Pagoda
Kasultanan dan Pakualam adalah daerah yang kemungkinan dibangun oleh penduduk Tionghoa
bersifat kerajaan dan daerah istimewa dari Negara yang bermukim di Kota Wates dan diresmikan pada
Kesatuan Republik Indonesia. tanggal 23 Desember 1931. Tugu ini digunakan
Kabupaten Kulon Progo berasal dari penyatuan sebagai peringatan 25 tahun bertahtanya
1 2 antara Kabupaten Kulon Progo (sebagai
bagian dari wilayah Kasultanan Ngayogyakarta
Pakualam VII dan sekaligus peringatan 100 tahun
Kabupaten Adikarta.
Hadiningrat) dan Kabupaten Adikarta (sebagai Selanjutnya, ada sebuah daerah yang
bagian dari wilayah Kadipaten Pakualam). Oleh merupakan tinggalan Pakualaman juga yaitu
karena itu tidak mengherankan apabila di Kulon adalah sebuah daerah yang masuk Kepraja
Progo (terutama bagian selatan) banyak tinggalan- Kejawen, yang dikenal dengan nama Karang
tinggalan yang memiliki keterkaitan dengan Kemuning. Pada awalnya Karang Kemuning
Kadipaten Pakualaman. merupakan tanah pelungguh untuk Pangeran
Tinggalan pertama yang memiliki keterkaitan Notokusumo. Tanah pelungguh tersebut letaknya
dengan Kadipaten Pakualaman terletak di jantung terpencar, maka atas saran Paku Alam V melalui
Kota Wates, bangunan ini dikenal dengan nama sentono dalem Pakualam yang bernama Kyai
Bale Agoeng. Bangunan ini merupakan bangunan Kawirejo tanah-tanah tersebut disatukan menjadi
paling kuno yang terletak di kompleks Pemerintah sebuah wilayah setingkat kabupaten. Karang
3 4 Daerah Kabupaten Kulon Progo. Bale Agoeng
didirikan pada tahun 1918. Angka tahun ini dapat
Kemuning sebenarnya merupakan daerah rawa
yang tidak dapat ditanami untuk dimanfaatkan
dilihat pada tetenger yang ada di sebelah kiri pintu hasilnya.
Melacak masuk bagian depan. Selanjutnya, ada tetenger lain
yang dapat kita lihat di Bale Agoeng, yaitu tetenger
Pada masa pemerintahan Paku Alam V (1878-
1900), suatu hari sang raja mendapatkan wangsit
yang letaknya di sebelah kanan pintu masuk agar mengusahakan pengeringan daerah rawa-

Jejak bagian depan berwujud tulisan huruf jawa yang


berbunyi Bale Agoeng Ngesti Prayogi Samadyaning
Siniwi. Tulisan ini melambangkan sengkalan tahun
rawa tersebut. Wangsit itu kemudian dibicarakan
oleh Paku Alam V kepada bupati Kulon Progo
saat itu, R. Rijo Wangsadirdja yang kemudian

Pakualaman berdirinya Bale Agoeng yakni 1918. Bale Agoeng


merupakan saksi bisu penandatanganan naskah
penyatuan antara Kabupaten Kulon Progo dan
menyanggupi pelaksanaan pengeringan rawa-
rawa. Dalam hal ini, Bupati Wangsadirdja
mengajukan permohonan agar orang-orang yang

di Kulon Progo Kabupaten Adikarto pada tahun 1951.


Bale Agoeng adalah bangunan tunggal bergaya
ikut mengerjakan pengeringan itu, kelak jika
telah menjadi tanah persawahan diizinkan untuk
5 Indis. Bangunan ini menghadap ke selatan (Jalan
Bhayangkara). Berbahan utama bata berplester.
menggarap tanah tersebut sebagai imbalannya.
Permohonan tersebut disetujui oleh Paku Alam V
Oleh : Fitri Atiningsih Fauzatun, S.S. Tingginya 9,95 meter dengan atap berbentuk dan kemudian diadakan musyawarah dengan para
limasan. Bahan penutup atap menggunakan perangkat desa beserta sanak keluarganya.
1. Tugu Pagoda Wates Kulonprogo Tahun 1931 genting, sedangkan langit-langit ditutup dengan Pengeringan rawa dilakukan dengan cara
dan 2015 papan berbahan kayu jati. Tidak terdapat menggali sudetan (terusan) dibeberapa tempat di
2. Bale Agoeng Tahun 2013 pembagian ruang pada bangunan ini. Di dinding pegunungan pasir, sehingga air rawa mengalir ke
3. Gapura Masuk Menuju Kompleks Makam sebelah timur, selatan, dan barat terdapat sebuah laut. Empat sudetan tersebut dibuat secara gotong
Girigondo pintu tarung berkrepyak dan tiga buah jendela royong oleh penduduk yaitu Sowangan Kali Sen,
4. Bagian Depan Pesanggrahan Pakualaman panil. Sowangan Kali Bugel, Sowangan Kali Glagah,
Di sisi timur bangunan Bale Agoeng terdapat dan Sowangan Pasir Werdit. Dengan dibuatnya
5. Gapura masuk Menuju makam Utama
tinggalan budaya Pakualaman lainnya, yaitu Tugu 4 sudetan itu, maka daerah rawa-rawa berubah
6. Perwakilan Tionghoa, Pakualaman dan Pagoda. Letaknya di sebelah utara rel kereta api, menjadi lahan pertanian seluas 4000 bau karya dan
Belanda Saat Peresmian Tugu di Wates Tahun dipertigaan antara jalan Perwakilan, Jalan Sutijab sungguh-sungguh menjadi daerah Adi (linuwih =
6 1931 dan Jalan Kweni. Bentuk tugu ini secara umum kelewat) dan Karta (subur = makmur) atau daerah

Mayangkara | EDISI 6 | 2018 Mayangkara | EDISI 6 | 2018


42 PLATARAN PLATARAN 43

yang kelewat subur (sangat subur). Oleh karena sekarang dimanfaatkan sebagai kantor PT Jogja Paku Alam VII, KGPAA Paku Alam VIII, dan
itu, Sri Paduka Paku Alam V kemudian mengganti Magasa Iron, sebuah perusahanan penambangan beberapa kerabat Pakualaman yang lain.

Dinas Kebudayaan Kab. Kulonprogo


nama Karang Kemuning menjadi Adikarta pada pasir besi. Makam Girigondo terdiri dari 6 teras, pada
tahun 1877 dan ibukotanya dipindah dari Brosot Tinggalan selanjutnya adalah Kompleks Makam bagian atas merupakan makam raja dan teras-
ke Bendungan dengan bupati pertamanya adalah Girigondo. Makam ini terletak di desa Kaligintung, teras dibawahnya merupakan makam kerabat
Tumenggung Sosrodigdojo. Kecamatan Temon, Kabupaten Kulonprogo kerajaan. Pintu masuk makam berbentuk
Jejak Pakualaman di Kulon Progo berikutnya dengan luas mencapai ± 2 hektar . Kompleks gapura paduraksa, sedangkan di bagian atas
Makam Girigondo terdiri dari masjid, kompleks makam terdapat tulisan Girigondo dalam aksara
Makam Astana Girigondo dan sarana penunjang Jawa. Apabila akan mencapai makam ini, kita
lainnya. Struktur dalam kompleks ini antara lain harus mendaki 258 anak tangga. Selain tangga
halaman berteras lengkap dengan pagar, undakan utama terdapat jalan lain di sisi sebelah barat,
Dinas Kebudayaan Kab. Kulonprogo

(tangga), gapura, nisan dan jirat makam. Selain mulai teras VI hingga teras II sebanyak 30 anak
struktur, terdapat pula bangunan, yaitu masjid tangga.
makam (masyad) yang terletak di bagian bawah Makam Girigondo merupakan sebuah
kompleks, serta cungkup pada beberapa makam. simbol, dimana banyak nilai luhur dapat kita
Makam Girigondo merupakan makam trah petik dari leluhur kita yang terbaring disana,
Pakualaman. Makam ini dibangun pada tahun sedangkan sebagai sebuah kadipaten, Puro
Bagian Belakang Pesanggrahan Pura Pakualaman
1830 J (1900M). Tahun pembuatan dapat dilihat Pakualaman telah turut mengukir sejarah lintas
pada bagian kanan dan kiri gapura masuk yang generasi di Kulon Progo.
berbentuk paduraksa. Kompleks makam ini mulai
digunakan pada bulan September 1900 sebagai Sumber Bacaan: BPCB DIY. 2013.
makam KGPAA Paku Alam V. Di tempat ini Dinas Kebudayaan DIY, Inventarisasi & Laporan Pendataan Cagar Budaya, Bale Agung,
dimakamkan pula KGPAA Paku Alam VI, KGPAA Dokumentasi Sumber Sejarah Kabupaten Media Center, dan Gedung Panwaslu Kulon
Kulon Progo dan Kabupaten Bantul, 2012. Progo. Tidak Diterbitkan.Yogyakarta : BPCB DIY
Prasasti yang Terdapat di Depan Pesanggrahan
Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11
Olahraga Kabupaten Kulon Progo. 2013. Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
adalah Pesanggrahan Pakualaman. Pesanggrahan Database Warisan Budaya Kulon Progo. Tidak http://www.kulonprogokab.go.id

Dinas Kebudayaan Kab. Kulonprogo


ini terletak di Dusun Adikarta, Desa Glagah, Diterbitkan. Kulon Progo.
Kecamatan Temon. Pesanggrahan ini dibangun Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan
pada masa KGPAA Paku Alam V, bersamaan Olahraga Kabupaten Kulon Progo. 2015.
waktunya dengan pengeringan rawa di wilayah Ensiklopedi Budaya Kulon Progo. Tidak
Adikarta menjadi tanah pertanian. Hal ini dapat Diterbitkan. Kulon Progo. Tim Pendataan
dilihat melalui prasasti yang terdapat di depan
pesanggrahan.
Prasasti ini berbentuk persegi empat dan
terbuat dari batu putih berukuran panjang 108
cm, lebar 20 cm, tinggi 60 cm. Pada sisi timur 1 FITRI ATTININGSIH FAUZATUN, S.S.
Fitri Atiningsih Fauzatun, S.S adalah warga asli Kulon Progo. Lahir di Galur 1
terdapat tulisan huruf romawi....KLABAR....1886.
Desember 1971. Ia lulus S1 Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra, UGM tahun 1995.
Keadaan prasasti tersebut sudah sangat aus,
Selepas lulus ia mengajar sejarah di SMP 1 Kotamobagu, Manado. Pada tahun
sehingga sangat sulit untuk dibaca. Pada prasasti
2007 ia kembali ke tanah kelahiran untuk mengabdikan diri di Dinas Kebudayaan
tersebut tertulis (yang dapat dibaca) angka tahun
Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kulon Progo sebelum pindah
jawa 1882 M, 192 M dan tahun 1823 J atau
menjadi Kasi. Disbudparpora Kecamatan Panjatan tahun 2012. Pada tahun 2016
1893 M. Tahun 1822 J (1892 M) diperkirakan
ia mengemban amanah menjadi Kasi. Kepurbakalaan dan Permuseuman di Dinas
menunjukkan angka tahun pembangunan
Kebudayaan Kulon Progo hingga saat ini. Minat akan sejarah dan rasa cintanya
pesanggrahan yaitu tahun 1823 J (1893M) dan
terhadap tanah kelahirannya mendorong ia untuk ini menulis satu tulisan ini.
tahun pengeringan rawa.
Keseluruhan kawasan ini menempati areal
seluas 1 hektar. Pada awalnya bangunan ini
berbentuk Joglo yang berukuran besar, setelah
mengalami beberapa kali perubahan, maka pada
tahun 1953 dibangun sebuah bangunan baru dan
pada tahun 1957 direnovasi lagi sehingga tampak
2
seperti yang ada pada saat ini. Bangunan tersebut
1. Makam Sri Paduka Pakualam VIII
2. Makam Kerabat Pura Pakualaman

Mayangkara | EDISI 6 | 2018 Mayangkara | EDISI 6 | 2018


44 SRAWUNG PAWARTOS 45

BIOSKOP WORKSHOP
PERMATA PENINGKATAN
SUMBER DAYA
MANUSIA BAGI
PELESTARI
WARISAN BUDAYA
DAN CAGAR
BUDAYA

K eberadaan warisan budaya dan cagar budaya merupakan salah satu penanda keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta. Segala upaya telah dilakukan untuk mewujudkan pelestarian warisan budaya dan
cagar budaya tersebut, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Dalam melaksanakan upaya pelestarian,
perlu ditingkatkan kualitas pelestari budaya itu sendiri. Oleh karena itu, Dinas Kebudayaan melalui UPT Balai
Pelestarian Warisan Budaya dan Cagar Budaya mengadakan sebuah kegiatan bertajuk Peningkatan Sumber
Daya Manusia Bagi Pelestari Warisan Budaya Dan Cagar Budaya.

B agi penggemar kuliner jogja, pasti sudah tidak


asing lagi dengan gudeg permata. Tempat
makan legendaris ini menjadi salah satu tujuan
Menurut pengelola, bioskop ini didirikan pada
tahun sekitar 1940an oleh Belanda dan mulai
dikelola pada tahun 1951. Gedung Bioskop
Bentuk kegiatan ini adalah sebuah workshop.
Sesuai dengan judul kegiatannya, workshop ini
Daya Manusia Bagi Pelestari Warisan Budaya dan
Cagar Budaya berlanjut di kota Bandung. Kegiatan
utama wisata kuliner di Kota Gudeg. Baru buka Permata ini memiliki kapasitas 350 kursi. Berdirinya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan di Bandung ini sama seperti yang berlangsung di
pada malam hari, tempat ini tak pernah sepi oleh bioskop permata bersamaan dengan bioskop lain di dan pemahaman mengenai cara pengelolaan, Yogyakarta, hari pertama berupa paparan materi
para penikmat kuliner. Nama “Permata” berasal dari Yogyakarta seperti Bioskop Soboharsono, Bioskop pemeliharaan, pengenalan aspek pelestarian yang yang diberikan oleh para ahli di bidangnya masing-
nama lokasi tempat gudeg ini berada, yaitu Bioskop Rex, Bioskop Pathuk Garden, dan Bioskop Toegoe. meliputi teknis pemeliharaan warisan budaya dan masing. Acara di Bandung ini diikuti oleh lima puluh
Permata. Bioskop permata ini terletak diantara jalan gadjah cagar budaya serta konservasi bangunan. peserta pemilik atau pengelola Warisan Budaya
Ya gudeg yang satu ini berada di persis di depan mada dengan jalan sultan agung. Bangunan bioskop Tepatnya pada bulan November tahun 2017 dan Cagar Budaya DIY. Kegiatan hari pertama
bekas gedung bioskop permata. Tapi tahu kah anda permata mempunyai gaya arsitektur yang khas lalu dilaksanakan kegiatan workshop Peningkatan berlangsung di Hotel Ibis Budget.
bahwa bangunan bioskop permata ini menyimpan yaitu bergaya art deco. Pembangunan bioskop ini Sumber Daya Manusia Bagi Pelestari Warisan Hari kedua adalah dengan orientasi cagar budaya
sejuta nilai sejarah kota jogja. Kali ini tim buletin dimaksudkan untuk memberi hiburan pada prajurit Budaya Dan Cagar Budaya. Kegiatan ini berlangsung di Kawasan Kota Bandung. Orientasi didampingi
Mayangkara berkesempatan mewawancari salah jepang pada jaman dahulu. Menurut cerita pihak selama 4 hari, serta dilaksanakan di Yogyakarta dan oleh narasumber dari komunitas AlenT bernama
satu tokoh yang merupakan pengelola bioskop pengelola film-film impor yang diputar di bioskop Bandung. Ridwan Hutagalung, Irfan Teguh, dan Margani. Satu
permata. permata merupakan film-film yang dikirim langsung Di Yogyakarta, kegiatan workshop berupa per satu cagar budaya di kota Bandung disinggahi
Awalnya bioskop ini bernama Luxor yang dikelola dari jakarta. pemahaman materi yang diberikan oleh para ahli oleh rombongan workshop, diantaranya Gedung
oleh Intraport. Pada tahun 1958 pengelolaan Sayangnya kondisi bioskop saat ini sudah sangat di bidang pelestarian warisan budaya dan cagar Merdeka, Gedung Sate, Gedung Dwi Warna, Museum
diambil alih oleh NV. Perfebi secara sewa dari memprihatinkan. Oleh karenanya, atas arahan Wakil budaya. Kegiatan ini dilaksanakan di Hotel Pangeran Konferensi Asia Afrika, Museum Pos Indonesia,
Pemda DIY, setelah pihak Intraport tidak sanggup Gubernur DIY, KGPAA Pakualam X, akan dilakukan Emas, Yogyakarta. Secara umum, kegiatan workshop Hotel Preanger, Hotel Savoy Houmman, dan terakhir
meneruskan sewa, kemudian kontraknya diteruskan pemugaran gedung Bioskop Permata ini. Nantinya, di Yogyakarta berlangsung dengan baik dan lancar. cagar budaya yang dikunjungi adalah Masjid Raya
oleh NV. Perfebi secara sewa dari Pemda DIY. Seiring eks. Gedung Bioskop Permata setelah dipugar akan Selanjutnya Workshop Peningkatan Sumber Bandung. Sinta
berjalnnya waktu bioskop ini berganti nama menjadi digunakan sebagai wadah untuk sineas sineas
Permata. Yogyakarta berkreasi. Irva

Mayangkara | EDISI 6 | 2018 Mayangkara | EDISI 6 | 2018


46 MANCANAGARI MANCANAGARI 47

MENENGOK B andung merupakan salah satu kota penting di Indonesia. Ibukota


Jawa Barat ini menjadi saksi bisu rakyat Indonesia memperjuangkan

CAGAR BUDAYA
kemerdekaannya. Sejak masa penjajahan Belanda hingga masa setelah
kemerdekaan, kota ini tak henti-hentinya menjadi pusat perhatian. Beberapa
saksi bisu tersebut masih dapat kita kunjungi pada masa modern seperti

DI KOTA
sekarang ini.
Oleh karena itu, tim redaksi Mayangkara menyempatkan mengunjungi
tempat-tempat bersejarah yang pernah menjadi saksi bisu gejolak Bandung

BANDUNG
dari masa ke masa. Tempat-tempat yang kini merupakan cagar budaya di
Kota Bandung tersebut antara lain:

Gedung Sate Gedung Dwi Warna

Gedung Sate dibangun pada tahun 1920 Gedung Dwi Warna dibangun pada tahun
oleh Ir. J. Gerber, Ir. Eh. De Roo, Ir. G Hendriks, 1940 di bawah pengawasan Technische Dienst
dan Kol. Pur. VL. Slor dengan melibatkan voor Stadsgemeente Bandoeng dan diperuntukan
2000 pekerja, 150 diantaranya pemahat sebagai tempat dana pensiun seluruh Indonesia.
berkebangsaan China, tukang batu, kuli aduk, Pada masa Pendudukan Jepang, gedung ini
dan peladen. Gedung Sate menggunakan gaya dimanfaatkan sebagai Gedung Kempeitai. 10
arsitektur Indo-Eropa (Indo Europeeschen Gedung Merdeka tahun pasca Indonesia merdeka, tepatnya pada
architercture stijl). Hal yang menjadi ciri tahun 1955, gedung ini digunakan sebagai
khas Gedung Sate adalah ornamen tusuk tempat rapat komisi pada Konferensi Asia Afrika
sate pada menara sentral yang menandakan Gedung Merdeka memiliki nama asli Societeit Concordia. sebagai tempat Konferensi Asia Afrika (KAA) ke 25. Pasca (KAA) dan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat
pembangunan gedung menghabiskan dana Bangunan ini didirikan pada tahun 1895 oleh Pemerintah digunakan sebagai tempat KAA ke-25, gedung bergaya art deco Daerah Jawa Barat. Kini, gedung tersebut
5 juta gulden. Gedung Sate dahulu disebut Hindia Belanda. Gedung Merdeka dahulu difungsikan sebagai ini sering dimafaatkan sebagai tempat konferensi-konferensi dipakai sebagai Kantor Wilayah Direktorat
Gouvernements Bedrijven (GB) berfungsi tempat berdansa, menonton pertunjukan, makan malam dan dengan negera-negera di kawasan Asia-Afrika maupun Regional Jendral Perbendaharaan Provinsi Jawa Barat.
sebagai Departemen Lalulintas dan Pekerjaan sosialisasi oleh orang-orang kaya Belanda yang bekerja sebagai Pacific. Diantaranya digunakan untuk seminar Regional Pasific Bangunan ini memiliki gaya arsitektur modern
Umum, namun sekarang difungsikan sebagai pegawai perkebunan, perwira, pembesar, dan pengusaha. Gedung pada tahun 2008. pada zamannya, atap bangunan berbentuk
kantor Gubernur Provinsi Jawa Barat. ini oernah direnovasi pada tahun 1920 dan 1928 oleh arsitek Kebermanfaatan Gedung Merdeka tak hanya sampai tahun limasan dan pada bagian tengah terdapat atap
ternama dari Belanda yaitu Van Galenlast dan Wolf Schoemaker. 2008, hingga saat ini saksi sejarah Konferensi Asia Afrika 62 tambahan. Pada bagian kerucut di tengah atap
Pada masa Pendudukan Jepang, gedung ini difungsikan menjadi tahun silam tersebut dimanfaatkan sebagai museum Konferensi terdapat penangkal petir.
pusat kebudayaan dan dinamakan Dai Toa. Gedung ini kemudian Asia-Afrika yang memajang bendera-bendera negeri yang
berubah fungsi menjadi Gedung Konstituante pada tahun 1955. tergabung dalam kelompok Negara Asia-Afrika beserta kursi-
Pada masa berikutnya, Gedung Merdeka dijadikan tempat kursi yang digunakan sebagai tempat duduk delegasi maupun
kegiatan Badan Perancang Nasional dan Gedung MPRS pada tamu undangan pada saat KAA berlangsung untuk yang pertama
tahun 1960. Tahun 1980, Gedung Merdeka pernah digunakan kalinya tahun 1956.

Mayangkara | EDISI 6 | 2018 Mayangkara | EDISI 6 | 2018


48 MANCANAGARI MANCANAGARI 49

Museum Pos Indonesia Hotel Preanger

Bangunan yang berdiri sejak 1933 ini Sejarah Hotel Preanger diawali pada tahun 1884, ketika
didesain oleh dua arsitek J. Berger dan para Priangan Planter (pemilik perkebunan di Priangan) sering
Leutdsgebouwdienst bernama Pos Telegrap datang ke Bandung untuk menginap, berlibur dan berbelanja.
dan Telepon (PTT). Gaya arsitektur bangunan Awalnya, Hotel Preanger merupakan toko yang menyediakan
ini cukup unik, terlihat dari fasadnya yang semua kebutuhan mereka, namun tokonya kemudian
didominasi bangunan lengkung serta bentuk bangkrut. Pada tahun 1897 oleh seorang Belanda bernama
seperti kolom pada bagian pinggir-pinggirnya. W.H.C Preanger toko, tersebut diubah menjadi sebuah hotel
Menurut bebrapa sumber, gaya arsitektur yang diberi nama Hotel Preanger.
seperti pada gedung Museum Pos Indonesia Hotel ini dibangun dengan gaya arsitektur Indicshe Empire
ini termasuk dalam gaya arsitektur Italia jaman yang kemudian direnovasi pada tahun 1929 oleh Prof Charles
Renaissance. Sekarang Museum Pos Indonesia Prosper Wolff Schoemaker dan muridnya Ir. Soekarno. Pada Hotel Savoy Houmman
berfungsi sebagai tempat koleksi, sarana tahun 2014, hotel ini berubah nama yaitu menjadi Prama
edukasi, layanan informasi dan rekreasi. Grand Preanger. Hingga sekarang bangunan ini tetap menjadi
hotel, menariknya hotel ini menyimpan sebuah memorabilia Selain Hotel Preanger, Bandung juga memiliki hotel lain yang merupakan cagar budaya, yaitu Hotel
dari bangunan tersebut yang letaknya di lantai 1 dan terbuka Savoy Houmman. Hotel ini dahulu dimiliki oleh keluarga Ibu Homman yang terkenal akan sajian rijsttafel
untuk umum. yang lezat. Pada tahun 1939, bangunan dirancang ulang dengan desain gelombang samudra bergaya
Art Deco oleh Albert Aalbers.
Ketika Jepang menduduki Indonesia, bangunan ini digunakan sebagai wisma Jepang, hal ini
mengakibatkan banyak fasilitas yang terbengkalai. Setelah Jepang menyerah di tahun 1945, hotel ini
berubah fungsi menjadi markas Palang Merah Internasional. Pemanfaatan bangunan ini sebagai markas
Masjid Raya Bandung Palang Merah Internasional tak berlangsung lama, pada tahun 1946 bangunan tersebut diserahkan
kepada Van Es seorang dari Belanda hingga tutup usianya pada tahun 1952 dan kemudian dikelola oleh
istri Van es.
Masjid Raya Bandung didirikan pada tahun 1812.
Hotel Savoy Houmman sepeninggal istri Van Es ke Belanda dipakai oleh para Kepala Negara yang
Pendirian masjid ini ditandai dengan perpindahan
terlibat Konferensi Asia-Afrika tahun 1952. Setelah periode KAA, hotel ini pindah kepemilikan kepada
pusat kota Bandung dari Krapyak, sekitar sepuluh
HEK Ruhiyat. Ia juga sebagai pemilik salah satu hotel ternama di Bandung. Selanjutnya ia pada tahun
kilometer selatan kota Bandung ke pusat kota yang
2000 melepaskan sekitar 89 % sahamnya kepada Group Bidakara, oleh karena itu hingga saat ini, nama
sekarang. Pada awalnya, masjid berbentuk panggung
lengkap hotel ini adalah Savoy Homman Bidakara Hotel. Sinta
tradisional, bertiang kayu, berdinding anyaman
bambu, beratap rumbia dan terdapat kolam besar
untuk berwudlu. Sekarang bentuk bangunan masjid
sudah berubah menjadi modern namun bekas-
bekas kekunoan bangunan tersebut seperti alun-
alun masih ada. Secara umum, bangunan-bangunan
yang dikunjungi sampai sekarang masih dilestarikan
dan dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah
dan masyarakat. Hal ini dapat menjadi bekal ilmu
dan pengalaman bagi peserta workshop dalam
menerapkan pelestarian pada Benda Cagar Budaya
yang mereka miliki atau kelola.

Mayangkara | EDISI 6 | 2018 Mayangkara | EDISI 6 | 2018


50 SRAWUNG SRAWUNG 51

KAWASAN BINTARAN
Kawasan Bintaran merupakan bagian dari pabrik-pabrik gula di beberapa wilayah Yogyakarta.
Kawasan Cagar Budaya Pakualaman. Kawasan Bangunan-bangunan di kawasan Bintaran

Dalam Catatan Sejarah


ini tepat berada di sisi selatan Pura Pakualaman. memiliki gaya arsitektur Indis, beberapa diantaranya
Bintaran memiliki nuansa kolonial yang khas, dengan mirip dengan bangunan yang ada di kawasan Loji
bangunan-bangunan tempat tinggal dan beberapa Kecil. Beberapa diantaranya masih dapat dijumpai
fasilitas penunjang sebuah hunian. Hal tersebut tak saat ini, antaralain seperti Gereja Bintaran, Gedung
luput dari sejarah Kawasan Bintaran itu sendiri. Sasmitaloka yang dulunya merupakan rumah tinggal
Sejarah Kawasan Bintaran bermula dari ‘sodara pejabat Pura Paku Alam, SMP Bopkri yang dulunya
tuanya’, Loji Kecil dan Loji Besar. Awalnya, merupakan sekolah bernama Hollandsch Javaansche
pemukiman Belanda di Yogyakarta adalah Loji Kecil School, serta rumah-rumah tinggal.
yang dibangun di sisi timur Benteng Vredeburg. Seiring Gereja Bintaran atau yang dikenal dengan nama
berkembangnya waktu, kawasan hunian Loji Kecil Gereja Santo Yusup Bintaran memiliki andil bagi
ini semakin padat. Kemudian Pemerintah Belanda perjalanan sejarah umat Katolik di Yogyakarta
memperluas pemukiman ke Jalan Setyodinginratan, khususnya, yaitu (1) sebagai tempat dibentuknya
Kampung, Jetis, Kampung Bintaran dan Kawasan Partai Katolik Indonesia pada Kongres Umat
Kotabaru. Katolik Seluruh Indonesia yang berlangsung 12 –
Mulanya Kawasan Bintaran belum dilengkapi 17 Desember 1949. (2) sebagai sekolah rintisan
dengan sarana dan prasarana umum layaknya sebuah Kolose Pribumi yang dikenal dengan sebutan Kolose
pemukiman Eropa masa itu. Masyarakat Eropa pada De Brito. (3) menjelang akhir 1946 sebagai tempat
waktu itu masih menggunakan fasilitas umum yang berlindung bagi keluarga Ir. Soekarno dan Drs. Moh.
ada di Loji Kecil dan Loji Besar. Kemudian semakin Hatta, yang ketika itu Sang Proklamator sedang
bertambahnya penduduk, fasilitas-fasilitas umum diasingkan ke Bukit Tinggi. (4) sebagai tempat
mulai dibangun di Bintaran. mengungsi bagi penduduk setempat (1947-1948)
Seiring berjalannya waktu, bertambah pula yang diakibatkan karena Agresi Militer Belanda II di
jumlah orang yang tinggal di pemukiman Bintaran Yogyakarta.
akhirnya pemerintah kolonial Belanda membangun Bangunan dengan gaya arsitektur Indis yang
pemukiman baru yang lebih luas dan modern pada berkembang di kawasan Bintaran ini diperkirakan
masa itu, yang nantinya diberi nama Newijk atau muncul pada tahun 1930-an. Sebelumnya, di
yang sekarang dikenal dengan nama Kotabaru. Kawasan Bintaran berdiri sebuah bangunan Ndalem
Berdasarkan beberapa catatan sejarah, diketahui Mandara Giri kediaman BPH. Bintoro, keluarga
orang-orang yang bermukim di Bintaran dahulunya Kraton Yogyakarta. Retno
sebagian besar adalah orang-orang yang bekerja di

Mayangkara | EDISI 6 | 2018 Mayangkara | EDISI 6 | 2018


52 Kawruh 53
Edisi Sebelumnya:

MAKNA SIMBOL PAKUALAMAN

Bagi masyarakat di masa kini, mendengar kata menjalankan kehidupannya.


simbol bukan suatu hal yang asing lagi. Setiap 3. PO-A huruf Jawa Murda yang merupakan
simbol pastilah mengandung makna yang diyakini singkatan dari Paku Alam, gelar yang digunakan
oleh masyarakat. Simbol sendiri berasal dari Bahasa Adipati di Kadipaten Pakualaman. PO-A, Paku
Yunani yakni Symballo yang berarti “melempar berarti pasak hakekatnya adalah patok-an
bersama-sama”. yang memiliki pengertian sebagai pemegang
Maksudnya di sini adalah meletakkan sebuah ide keteraturan dalam pemahaman spiritual. Alam
atau beberapa konsep mengenai sebuah obyek yang merupakan semesta raya yang berisi benda dan
terlihat sehingga dapat mewakili gagasan atau cita- makhluk yang kesemuanya itu berada dalam
cita bersama. Simbol memerlukan penghayatan yang keteraturan.
mendalam guna mendapatkan jawaban atas nilai- 4. Sayap melambangkan posisi tergelar Sampul Belakang :
nilai yang terkandung di dalamnya. membentang sebagai wahana membawa Gereja Santo Yusuf Bintaran
Di setiap segi kehidupan terdapat simbol-simbol perjalanan. Hal ini bermakna kehidupan yang Salah satu Bangunan Cagar Budaya di
yang diyakini memiliki nilai. Salah satunya simbol aktif, hidup yang selalu bergerak.
yang dimiliki oleh Kadipaten Pakualaman. Simbol 5. Warna Pare Anom melambangkan kesuburan Zona Penyangga Kawasan Cagar Budaya
ini bernama Cahyo Gumelar Sumunaring Wibowo. (hijau) sedangkan kuning melambangkan Pakualam
Simbol ini memiliki 5 unsur yang dapat dijabarkan kesejahteraan dan keagungan yang berwibawa.
sebagai berikut: Lambang Cahyo Gumelar Sumunaring Wibowo
1. Mahkota adalah atribut yang dikenakan oleh milik Puro Pakualaman ini mengandung makna kami segenap tim redaksi
Adipati. Mahkota merupakan simbol pencapaian filosofis keberadaan manusia di dunia diciptakan mayangkara mengucapkan
derajad manusia dalam menjalani kehidupan di Tuhan sebagai khalifah (wakil)-Nya di dunia untuk permohonan maaf atas
dunia sebagai hasil upaya yang diikhtiarkan. membuat keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan. kesalahan dalam penulisan
Unsur dari mahkota ini adalah roncean bunga, Alam semesta diciptakan Tuhan dengan keteraturan, keterangan foto sampul
bunga teratai dengan 8 helai kelopak (Hasta bukan asal mencipta walaupun Dia berposisi Maha belakang Mayangkara Edisi
Brata) dan busur panah. Kuasa. Dinyatakan-Nya semua yang dicipta itu tidak 5pemasangan foto Alun-alun
2. Hati atau kalbu berada dalam setiap manusia. sia-sia. Kraton Kasunanan Surakarta
Hati nuranni yang merupakan cerminan dari dalam Majalah Mayangkara
perilaku tingkat kesolehan manusia dalam Edisi 5, yang seharusnya
dipasang adalah foto Alun-
alun Kraton Kasultanan
Yogyakarta sesuai caption
yang ada.

Mayangkara | EDISI 6 | 2018 Mayangkara | EDISI 6 | 2018


54

Mayangkara | EDISI 6 | 2018

Anda mungkin juga menyukai