Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang berbentuk kepulauan dengan

wilayah

yang

sangat

luas

dengan

suku

bangsa

yang

beranekaragam.Tak heran jika Indonesia dianggap oleh Negara lain


sebagai sebuah Negara yang kaya akan budaya. Salah satunya suku
terbesar yang

ada di indonesia adalah Suku Sunda. Suku sunda

adalah sebuah suku yang berasal dari bagian barat Pulau Jawa
Indonesia yang merupakan suku terbesar kedua di indonesia.
Suku bangsa Sunda sering juga disebut orang Priangan .Menurut
Rouffaer (1905: 16) menyatakan bahwa kata Sunda berasal dari akar
kata

sund

atau

kata

suddha

dalam

bahasa

Sansekerta

yang

mempunyai pengertian bersinar, terang, berkilau, putih. Kebudayaan


Sunda juga termasuk salah satu kebudayaan tertua di Nusantara.
Kebudayaan Sunda yang ideal kemudian sering kali dikaitkan sebagai
kebudayaan masa Kerajaan Sunda. Ada beberapa ajaran dalam
budaya Sunda tentang jalan menuju keutamaan hidup. Etos dan watak
Sunda itu adalah cageur, bageur, singer dan pinter, yang dapat
diartikan sehat, baik, mawas, dan cerdas.
Kebudayaan Sunda juga merupakan salah satu kebudayaan yang
menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia yang dalam
perkembangannya perlu dilestarikan. Sistem kepercayaan spiritual
tradisional

Sunda

adalah Sunda

Wiwitan yang

mengajarkan

keselarasan hidup dengan alam. Contohnya lagi adalah Suku sunda


memiliki rumah sunda ato rumah adatnya tersendiri dimana rumah
adat itu pun terbentuk dari adanya pengaruh oleh filosofi-filosofi yang
berada

di

lingkungan

orang

suku

sunda

sendiri.

Dan

seiiring

perkembangan zaman yang ada dan banyaknya budaya luar yang


1

masuk terlihat jelas bahwa filosofi yang ada di masyarakat sunda ikut
berubah dengan mempengaruhi bentuk dari rumah adat atau rumah
suku sunda .
Atas dasar pemikiran diatas, Penulis tertarik untuk mengangkat
tema Kosmologi Rumah Sunda dan Perkembangannya
1.2.

Rumusan Masalah

Dalam penyusunan makalah Kosmologi

Rumah

Sunda

dan

Perkembanganya.
ini, berikut rumusan masalah yang akan kami bahas, antara lain :
1. Apa itu Kosmologi Rumah Sunda ?
2. Bagaimana perkembangan Kosmologi Rumah Sunda ?
1.3.

Tujuan

Maksud dan tujuan dari penyusunan makalah Kosmologi Rumah


sunda dan Perkembanganya. ini antara lain :
1. Untuk lebih memahami Kosmologi Rumah Sunda
2. Untuk mengetahui Perkembangan Kosmologi Rumah Sunda

BAB II
Kajian Teoritis dan Metodologi
2

2.1.
Kajian Teoritis
2.1.1.
Definisi Kosmologi
Kosmologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan sejarah
alam semesta berskala besar. Secara khusus, ilmu ini berhubungan
dengan asal mula dan evolusi dari suatu subjek. Kosmologi
dipelajari dalam astronomi, filosofi, dan agama. Kosmologi bukan
astronomi yang membagi-bagi seluruh alam semesta menjadi
galaksi, bintang, planet, bulan, lalu menelaahnya satu demi satu.
Kosmologi memadukan semua cabang dan ranting pohon ilmu
pengetahuan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh
mengenai alam semesta. Kosmologi menelaah ruang dan waktu,
menyelidiki asal - usul semua, materi pengisi alam, mempelajari
peristiwa kosmis penting, termasuk asal mula kehidupan dan
kemungkinan perkembangan kecerdasan.
Jadi bisa disimpulkan bahwa kosmologi cabang filsafat yang
membahas mengenai masalah-masalah alam dan memberikan
pemahaman dasar tentang alam.
2.1.2.

Kosmologi Sunda
Kosmologi Sunda bisa diartikan pandangan alam menurut

masyarakat sunda.
2.1.3.
Kosmologi Rumah sunda
Rumah

secara

umum

diartikan sebagai

bangunan yang

dijadikan rumah tinggal selama jangka waktu tertentu untuk


berlindung dari berbagai ancaman (iklim ,binatang buas dan lain
lain).
Kosmologi rumah sunda merupakan pandangan masyarakat
sunda terhadap filosofi filosofi terbentuknya rumah

2.2.

Metodologi
3

Metode penelitian yang digunakan untuk mencapai maksud dan


tujuan yang telah ada yaitu dengan menggunakan metode
kualitatif dan metode deskriptif.
Metode

kualitatif

menggambarkan

yaitu

obyek

metode
sesuai

penelitian yang berusaha

dengan

kenyataan

melalui

pengamatan (observasi).
Metode Deskriptif yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk
membuat deskripsi secara sistematis, factual dan akurat mengenai
fakta dan sifat populasi dari daerah tersebut.
Penelitian dengan metode deskriptif mempunyai langkah penting
seperti berikut :
1. Mengidentifikasi rumusan masalah
2. Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas
3. Menentukan tujuan dan manfaat penelitian
4. Melakukan
studi
pustaka
yang
berkaitan
dengan
permasalahan
5. Mengumpulkan data
2.3.
Pembahasan
2.3.1.
Sejarah Suku Sunda
Pada 1998 suku Sunda berjumlah lebih kurang 33 juta jiwa.
Kebanyakan dari mereka hidup di Jawa Barat, diperkirakan 1 juta
jiwa hidup di propinsi lain. Berdasarkan sensus tahun 1990
didapati bahwa Jawa Barat memiliki populasi terbesar dari
seluruh provinsi yang ada di Indonesia yaitu 35,3 juta orang.
Demikian pula penduduk kota mencapai 34,51%, suatu jumlah
yang cukup berarti yang dapat dijangkau dengan berbagai
media.

Kendati

demikian,

suku

Sunda

adalah

salah

satu

kelompok orang yang paling kurang dikenal di dunia. Nama


mereka sering dianggap sebagai orang Sudan di Afrika dan salah
eja dalam ensiklopedia. Beberapa koreksi ejaan dalam komputer
juga mengubahnya menjadi Sundanese. Sejarah singkat praabad 20 ini dimaksudkan untuk memperkenalkan orang Sunda di
4

Jawa Barat kepada yang melayani di Indonesia. Pada abad ini


sejarah mereka telah terjalin melalui bangkitnya nasionalisme
yang akhirnya menjadi Indonesia modern.
Menurut Pelamonia (2010), Suku Sunda merupakan salah
satu suku yang menempati wilayah Pulau Jawa bagian barat.
Daerah yang didiami oleh suku Sunda disebut Tatar Sunda atau
Tanah Pasundan. Suku Sunda merupakan salah satu suku yang
sebagian besar penduduknya mendiami Tatar Pasundan dan
bertetangga dengan beberapa suku lainnya sepeti Banten,
Cirebon dan suku Badui. Keberadaannya di Jawa Barat hingga
saat ini masih menjadi sebuah misteri bagi para peneliti. Hal ini
disebabkan

karena

tidak

adanya

cerita-cerita

yang

dapat

dijadikan sumber untuk mengungkap asal usul suku ini. Pola


hidup masyarakat Sunda Kuno adalah berladang. Komunitas
peladang ini hidupnya cenderung berpindah-pindah (nomaden).
Masa tinggal mereka di suatu tempat disesuaikan dengan masa
berladang yang relatif singkat, yang tak memerlukan teknik
irigasi. Maka itu, mereka tak merasa perlu untuk membangun
tempat

tinggal

untuk

didiami

selama-lamanya.

Karenanya,

hingga kini jarang sekali ditemukan bangunan-bangunan kuno


peninggalan masa Sunda-Galuh (apalagi masa Salakanagara dan
Tarumanagara) seperti biara atau candi. Mungkin satu-satunya
candi yang bisa

dibanggakan orang Sunda

adalah Candi

Cangkuang di Garut. Jangan heran pula, mengapa istana di


Pakuan, yang dalam cerita-cerita pantun dan babad dilukiskan
begitu megah, tak meninggalkan jejak-jejaknya. Tak seperti
candi-candi di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera yang
terbuat dari batu bata dan batu-batu kali yang diukir dengan
ornamen-ornamen yang sangat detail. Istana Pakuan hanya
terbuat dari tanah liat dan batu-batu yang dijejerkan dan tidak
ada relief-relief yang rumit di dalam istana
5

2.3.2.

Rumah Sunda
Dalam pandangan Masyarakat Sunda, rumah merupakan

lambang wanita. Apabila orang tua meninggal, maka anak


perempuan termuda mewarisi rumah, dan jika tidak ada anak
Perempuan, maka menantu perempuan akan

mewarisinya.

Apabila rumah tersebut baru dibangun oleh suami, maka akan


diwariskan kepada istrinya. Apabila seorang pria akan menikah
Maka harus mempersiapkan sebuah rumah untuk calon istrinya.
Di kalangan masyarakat Sunda dikenal istilah seserahan. Pihak
mempelai pria memberikan bekal perlengkapan rumah tangga
secukupnya bagi calon istrinya, berupa: pakaian, peralatan
Dapur, kosmetik, binatang ternak, dan lain-lain, semampunya.
2.3.3.

Bentuk Rumah
Bentuk rumah masyarakat Sunda yaitu panggung. Berasal

dari Kata pang dan agung. Pang artinya: paling, dan agung
artinya: Tinggi atau atas. Panggung artinya rumah yang memiliki
lantai

Di

atas

tanah

atau

letak

lantainya

paling

tinggi

dibandingkan Tanah dasarnya, atau juga rumah berkolong,


memiliki umpak.
2.3.4.
Fungsi Rumah panggung menurut Sunda
Terdapat dua fungsi:
1. Fungsi teknik: tidak mengganggu bidang resapan air,
kolong

sebagai

media

pengkondisian

ruang

dengan

mengalirnya udara secara silang, baik untuk kehangatan


(malam hari) dan kesejukan (siang hari), kolong juga
dipakai untuk menyimpan persediaan kayu bakar, kandang
ayam, itik, dll.
2. Fungsi
simbolik:

didasarkan

pada

kepercayaan

masyarakat Sunda, bahwa dunia terbagi tiga: buana larang


6

(handap), buana panca tengah (tengah-tengah), dan buana


nyungcung (luhur). Dunia tengah merupakan pusat alam
semesta, dan manusia sebagai pusat alam semesta, itulah
sebabnya tmpt tinggal manusia di tengah-tengah, dan
tiang sebagai pemisah antara dunia atas dengan bawah.
2.3.5.

(rumah berkolong).
Makna Rumah panggung

Susunan rumah panggung terbagi tiga bagian (simbol tubuh


Manusia), yaitu: bawah, tengah, dan atas.
1. Bawah

(kaki)

memiliki

makna

kabinasaan,

yaitu

kematian. Contohnya: tanah sebagai simbol kematian


2. Tengah (badan) memiliki makna kahirupan, yaitu
kehidupan. Contohnya: makan, minum, melahirkan anak.
3. Atas (kepala) memiliki makna hubungan manusa ka
Gustina, yaitu hubungan vertikal, antara manusia dengan
Tuhannya. Contohnya: kegiatan ritual adat: seren taun,
sesajen, dll.
Dari ketiga susunan tersebut, atas (kepala) merupakan bagian
Yang paling terhormat.
2.3.6.
Pembagian Organisasi Denah Rumah Panggung
Teridiri menjadi 3
1. Tepas imah : bagian paling depan, merupakan daerah untuk
aktivitas laki-laki. Laki-laki bersifat di luar, terlibat politik, dan
hubungan eksternal dan tempat bekerja.
Tepas imah terdiri: buruan imah, golodog, teras.
2. Tengah imah: bagian netral, bersifat terbuka, laki-laki dan
perempuan boleh melakukan aktivitas bersama-sama.
Tengah imah terdiri: ruang masamoan, ruang semah, dll.
3. Pawon: bagian paling belakang, merupakan area khusus bagi
perempuan. Laki-laki dilarang masuk, terutama ke dalam
goah dan padaringan, karena pamali menurut adat.
Pawon terdiri: goah, padaringan, panggulaan, hawu.

2.3.7.

Proses Ngadeugkeun Rumah Panggung


1. Niat ngamimitian: niat, berniat
2. Nyekar: berziarah ke makam leluhur, bawa sesajen
3. Nyuhunkeun tumbal ngala bahan: memohon izin pd
4.
5.
6.
7.

2.3.8.

sesepuh
Natahan: penebangan pohon di hutan
Ngalelemah: membersihkan lahan
Nanjeurkeun umpak: memasang pondasi umpak
Ngadegkeun: memasang lantai, dinding, atap dan plafon

Upacara Ngadeugkeun Rumah Panggung


1. Upacara sebelum: nyekar, ngalelemah, dan natahan: bawa
bawa menyan bodas, kembang, parukuyan, nyiru, dll.
2. Upacara selama: ngadegkeun suhunan dan parawanten.
bawa nyiru, kendi diisi air, lima macam tumbuh-tumbuhan:
cau manggala, harupat, jawer kotok, pare, dan jaringao.
Parawanten: padi, kelapa, gula merah, tebu, dan pisang
mas, sedangkan bendera merah putih dipasang di puncak
wuwung.
3. Upacara sesudah:

salametan

dan

ngaruwat

imah.

Salametan: ngalebetan bumi atau ngalih bumi, sedangkan


ngaruwat imah: hajat rongkah (pesta besar) bagi yg
mampu.

Kesenian

yang

ditampilkan:

wayang

golek

semalam suntuk, jaipongan, calung, dog-dog lojor, dll.

2.3.9.

Pantangan Pada Saat Mendirikan Rumah


1. Warga dilarang bepergian jauh (ke luar kota) setelah rumah
dibangun selama empat puluh hari, karena pamali menurut
adat, apabila dilanggar, akan mendapat musibah, seperti:
rejekinya seret, susah, dan sial, anggota keluarga sakit,

celaka, dan lain-lain. Warga harus segera bertobat di


hadapan sesepuh dan berjanji tidak mengulanginya lagi.
2. Pintu depan dengan pintu belakang tidak boleh satu garis
lurus, karena rejeki yang masuk lewat pintu depan akan
bablas keluar lewat pintu belakang (keberuntungan).
3. Kayu yang dipakai bahan bangunan tidak boleh bekas
padung (peti mati), karena pamali menurut adat.
4. Atap rumah tidak boleh menggunakan bahan dari tanah,
karena tabu, dilarang adat. Tanah simbol kematian.
2.3.10.

Bentuk Bentuk Atap Rumah Masyarakat Sunda


1. Suhunan julang ngapak
Julang

ngapak,

yaitu

bentuk

bangunan

rumah

yang suhunan bagian sisi kiri kanan agak melebar ke samping.


Ada juga yang menyebutnya memakai sorondoy. Apabila di lihat
dari arah depan seperti burung yang sedang terbang.

2. Suhunan badak heuay

Badak heuay, yaitu bentuk bangunan seperti saung tidak


memakai wuwung sambungan atap (hateup) depan dengan
belakang seperti badak sedang membuka mulutnya (menguap,
arti sunda heuay).

3. Suhunan tagog anjing

Tagog anjing, yaitu bentuk bangunan mirip dengan bentuk


badak heuay, tetapi ada sambungan kebagian depan dan sedikit
turun. Jadi bangunannya tekuk (ngeluk) seperti anjng jongkok.

4. Suhunan kandang
Parahu kumureb, yaitu bentuk bangunan rumah yang atapnya
(suhunan) membentuk perahu terbalik (telungkup).

5. Suhunan jolopong
Suhunan

jolopong,

yaitu

bentuk

bangunan

yang

atapnya

(suhunan) memanjang sering disebut suhunan panjang atau


gagajahan.

6. Suhunan capit gunting


Capit gunting, yaitu bentuk bangunan rumah yang atap
(suhunan)

bagian

ujung

belakang

atas

dan

depan

atas

menggunakan kayu atau bambu yang bentuknya menyilang


dibagian atasnya seperti gunting.

10

2.3.11.

Pandangan Kosmologi Masyarakat Sunda yang Ter-

refleksikan pada Rumahnya


1. Padaringan dipercaya sebagai tempat bersemayamnya Nyi
2.
3.
4.
5.

Sri Sanghyang Pohaci (Dewi Padi).


Pintu sebagai jalur lalu lintas rejeki dan keberuntungan
Rumah sebagai simbol tangtungan jelema
Kolong merupakan refleksi dari makna kabinasaan
Kuburan tidak boleh diletakkan di sebelah wetan (timur),
karena

timur

simbol

kehidupan

(terbit

matahari),

sedangkan barat simbol kematian (terbenam matahari).


Jadi, harus di letakkan di sebelah kulon (barat).
6. Bagian depan rumah harus menghadap ke kidul (selatan),
karena kidul adalah tempat bersemayamnya Dewi Padi.
begitu juga letak hawu (tungku api) di dalam pawon.

2.3.12.

Perkembangan Kosmologi Rumah Sunda


Kebudayaan
lokal
masyarakat
Sunda

relatif

beranekaragam, antara lain bentuk arsitektur rumah tradisional


masyarakat

Sunda

menjadi

suatu

kebanggaan

sekaligus

tantangan untuk mempertahankan serta mewariskannya kepada


generasi

selanjutnya,

tetapi

seiring

perkembangan

zaman,

bentuk dan nilai-nilai kearifan lokal arsitektur rumah tradisional


tersebut

mengalami

perubahan

kepada

sesuatu

hal

yang
11

dianggap lebih modern dan mungkin dinilai lebih praktis


dibandingkan dengan arsitektur rumah tradisional masyarakat
Sunda itu sendiri.
DIkarekanan

Pada

Awalnya,

orang

Sunda

membuat

bangunan yang sangat sederhana, hanya untuk melindungi diri,


dan

menghangatkan

tubuh

(siduru),

tanpa

berfikir

untuk

kemewahan furniture, dll. Kemudian berkembang menjadi hunian


yang lebih kompleks. Secara konseptual, ruang diatur dengan
menggambarkan goah sebagai kotak yang paling tengah,
dikelilingi kotak pawon dan kotak yang mengelilingi paling luar
disebut rumah.
2.3.13.

BAB III
Kesimpulan dan Impact
3.1.

Kesimpulan

12

3.2.

Impact

DAFTAR PUSTAKA

13

14

Anda mungkin juga menyukai