Anda di halaman 1dari 107

KULIAH PERKEMBANGAN ARSITEKTUR I

TOPIK:
PERKEMBANGAN
ARSITEKTUR NUSANTARA
OLEH:
Ir. Pakhri Anhar, MT.
PERIODENISASI ARSITEKTUR
INDONESIA:
1. Arsitektur Era Hindu dan Budha, seperti
arsitektur candi.
2. Arsitektur Era Islam
3. Arsitektur Vernakular Nusantara
4. Arsitektur Kolonial
5. Arsitektur Pasca Kemerdekaan
ARSITEKTUR ERA HINDU-BUDHA
DI INDONESIA
Arsitektur Era Hindu dan
Budha

1. Perkembangan Kerajaan Hindu dan


Budha
2. Prasati Kerajaan Hindu-Budha
3. Arsitektur Candi: Fungsi Candi, Tatanan
dan Konsep Arsitektural Candi, Teknik
dan Konstruksi Candi, Tipologi Candi.
Perkembangan Kerajaan Hindu-Budha

1. Abad ke 8 s/d 10 ada 2 kerajaan utama di


Indonesia, yaitu:
a. Kerajaan Syailendra di Selatan Jawa Tengah - Budha
Mahayana atau Vajrayana
b. Kerajaan Sanjaya di Utara Jawa Tengah - Hindu aliran
Syiwa
2. Prasasti lain yang lebih dulu ada berupa yupa
tugu peringatan korban di Kutai (diperkirakan
abad ke 4)
3. Prasasti lain adalah berupa lingga dan yoni,
arca budha, arca tara, arca manjucri, arca
durga, arca budha dan sejumlah candi
hindu/budha yang tersebar di Jawa/Sumatera.
Kerajaan/Dinasti PRASASTI ARCA/ CANDI AGAMA
MONUMEN

Kutai/Kalimantan Timur 7 prasasti Mulawarman, abad ke 4

Tarumanegara/ Jawa Barat 7 prasasti Purnawarman, abad ke 4 - Batu Jaya, Kerawang Budha
5

Kaling/ Jawa Tengah Tuk-mas, tahun 650 M Hindu-Budha

Sriwijaya 5 buah prasasti, tahun 683 M Arca Budha, 600 M Muara Takus, 1064 M. Budha
Biara, Padang Lawas, 1024 M

Mataram/ Jawa Tengah Canggal, 732 M Lingga Yoni Gunung Wukir Hindu
Arjuna, 809 M Klp C, Dieng Hindu

Kanjuruhan/ Jawa Timur/ Dinasti Sanjaya Kanjuruhan Dinoyo, 760 M Lingga Badut Hindu, Syiwa
3 prasasti, 856M Wiraha Ratu Boko Hindu-Budha
Raja Balitung, 907 M

Dinasti Syailendra Kalasan, 778 M Arca Tara Kalasan, Prambanan Hindu


Kelurak, 782 M Arca Manjcri Plaosan Hindu-budha
Karang Tengah, 824 M Sewu, lorojonggrang. Hindu-Budha
Borobudur, Pawon, Mendut Budha

Keluarga Isana/ Jawa Timur Sindok, 929 M Ngetos, Ngawi Hindu


Pucangan dikenal dengan prasasti Arca Durga Gunung Gangsir, Gempol, Pasuruan Hindu
calcutta

Keluarga Warmadewa Sanur, 914 M Padas, Gunung Kawi, Tampak Siring Hindu

Airlangga Pucangan dikenal dengan prasasti Arca Wisnu dan Garuda (garuda Belahan, Jawa Timur Hindu
calcutta mukha)

Kerajaan Kediri Sri Jayawarsa, 1104 M Hindu

Singasari Prajnaparamita (Ken Dedes) Kidal, 1427 M Hindu-Budha


Wur are, 1289 M Joko Dolok Jago, 1268 M Budha
Paramayu, 1292 M Amoghapaca Jawi Syiwa Budha
Singosari Syiwa Budha
Contoh peninggalan kerajaan/dinasti
hindu-budha
Tatanan struktur ruang
candi borobudur
Candi Muara Takus

Candi Plaosan

Candi Sewu
Candi Sewu
(Hindu-
Budha)

Candi
Singosari

Candi
Prambanan
Prasasti
Lingga Yoni
Prasasti Yupa
ARSITEKTUR ERA ISLAM DI
INDONESIA
Arsitektur Era Islam

1. Kerajaan Islam Di Indonesia


2. Pertumbuhan Awal Kota-kota Islam
3. Makam dan Kuburan Orang Islam
4. Masjid Sebagai Tempat Suci
a. Perkembangan Arsitektur Masjid
b. Tatanan dan Konsepsual Arsitektur Masjid
5. Istana Kerajaan Islam
Kerajaan Islam Di Indonesia
1. Islam masuk ke Indonesia diperkirakan pada abad ke 13
2. Kerajaan Samudera (Aceh) sebagai kerajaan Islam I di
Indonesia dengan Sultan Malik Al Saleh (1297)
3. Samudera menjadi pelabuhan penting, dan pada abad
ke 14 dan 15, Malaka telah menjadi pusat perdagangan
dan penyebaran agama Islam di Nusantara.
4. Kerajaan Ternate (1430)
5. Kerajaan Goa (Sulawesi, abad ke 15)
6. Kerajaan Majapahit mengalami masa surut awal abad
ke 17, dan berganti dengan kerajaan Islam: Kerajaan
Demak, Mataram, Banten, dan kemudian daerah Jawa
menajdi wilayah kerajaan Islam
Kota-kota Islam Di Indonesia
1. Islam berkembang di awali dari adanya kontak
perdagangan, dan terciptalah pusat/
bandar/pelabuhan/persinggahan perdagangan pusat
permukiman.
2. Istilah bandar = kuto, city/town, cicade (Purtogis), stad
(Belanda) ,yang berarti pusat permukiman, benteng.
3. 2 model kota yang timbul adalah kota pelabuhan dan
kota benteng
4. Dari aspek lokasi ada 2 model lagi: kota pesisir sebagai
kota pelabuhan, kota pedalaman sebagai kota
administrasi
5. Kota Pedalaman merupakan kota istana dengan
upacara/ morfologi yang rumit dan magis dan
bermatapencaharian petani, sebaliknya kota pesisir
menjadi pelabuahan pintu gerbang kota yang
mempunyai skuen dari luar ke dalam
Ciri Kota Pedalaman

1. Mempunyai poros utara selatan,


gunung laut.
2. Ada istana, dan benteng mengelilinginya.
3. Terdapat alun-alun
4. Istana berada di selatan.
5. Masjid berada di barat alun-alun
Ciri kota Pesisir
1. Berada di pinggir pantai atau sungai,
terkadang berada pada dataran rendah yang
berawa-rawa.
2. Pelabuhan dan pasar menjadi titik sentral
terbentuknya kota.
3. Perkampungan etnik/fungsi pekerjaan
4. Terdapat alun-alun sebagai pusat berkumpul
masyarakat.
5. Poros meru tetap menjadi poros kota.
Gambar kota pesisir
S T
E
U
M
R P
A O
B
D
A
U
Y L
A U
Makam Orang Islam
1. Persoalan mati bagi masyarakat Islam di
Indonesia merupakan salah satu ritual penting
dalam perjalanan manusia menuju alam akhirat
2. Manusia Indonesia (termasuk sebagian orang
Islam) berfikir bahwa orang hidup mempunyai
kaitan dengan orang mati sehingga berupaya
untuk menempatkan makam/kuburan sebagai
bagian dari alam hidup manusia.
3. Akhirnya makam/kuburan menjadi sesuatu
yang sakral.
Ciri-ciri Makam Orang Islam

1. Kuburan/makam bagi masyarakat Islam


merupakan salah satu tempat yang sakral.
2. Lokasi biasanya dekat dengan masjid, di
dataran tinggi, dan berada di luar istana.
3. Ciri-ciri makam: batu nisan, balok kayu
persegi panjang berukis ayat Al Quran
(sayap), atau berbentuk jada atau club
4. Menhadap barat, atau membujur utara -
selatan
Gambar
kuburan/
Nisan
Masjid-masjid Tradisional di
Indonesia

Secara Umum:
1. Orientasi bangunan ke arah barat
2. Atap tumpuk (1, 3, 5)
3. Puncak atap ada mustuko atau memolo
4. Parit berair (kulah)
5. Tiang soko guru
Tatanan/Susunan Ruang
1. Ruang utama, tempat sholat
2. Mihrab, tempat imam pemimpin sholat
3. Mimbar, kursi, tempat pada pemimpin agama
berceramah, berkhotbah.
4. Maksurah, ruang khusus tembus pandang
untuk para pemimpin sholat
5. Halaman terbuka, lapangan terbuka, taman
dan disertai pancuran air untuk berwudhu
6. Serambi, koridor atau selasar
7. Menara (minoret)
8. Tempat berwudhu untuk bersuci sebelum
sholat
MESJID KUDUS SALAH SATU
PERWUJUDAN AKULTURASI
KEBUDAYAAN ISLAM DAN HINDU
DI INDONESIA
Masjid Baiturrahim (Aceh)

Masjid Agung Minangkabau


(Sumbar)
Masjid Pontianak

Pola Masjid Agung


di Jawa

Masjid Chengho
Beberapa Ciri dan Model Arsitektur

Islam
Mihrab Masjid
Mihrab
Mihrab Masjid
adalah bagian penting yang selalu hadir dalam arsitektur sebuah masjid. Sebab,

Mihrab
mihrab adalahtempat
merupakan bagiantempat
pentingimam
yang memimpin
selalu hadirshalat.
dalam arsitektur sebuah masjid.

Sebab, mihrab merupakan tempat tempat imam memimpin shalat.


ATAP TINGKAT DAN MENARA
Pengaruh KEBUDAYAAN INDIA
dan MESIR tampak pada
bentuk pintu gerbang
Masjid Deli, Medan

Pntu gerbang dengan atap berbentuk


limas dan beduk pada bagian atas
Atap Mesjid berupa ATAP TUMPANG/TINGKAT
TIGA dengan dua buah MENARA beratap KUBAH
SENI HIAS dan RELIEF pada
gapura atau pintu gerbang
Masjid Sumenep, Madura
Atap masjid memiliki BENTUK
SEPERTI GEREJA dengan menara
beratap runcing pada pojok masjid

Atap masjid dengan BENTUK


ATAP TINGKAT dan MENARA
dengan kubah kecil bentuk
bawang
Pintu gerbang Masjid Agung di Solo dipengaruhi
oleh corak KEBUDAYAAN INDIA
Istana Kerajaan Islam
ARSITEKTUR VERNAKULAR
INDONESIA
ARSITEKTUR VERNAKULAR

Arsitektur Vernakular adalah arsitektur yang


dibentuk sesuai dengan lingkungan dan
sumber daya setempat yang dibangun oleh
masyarakatnya dengan menggunakan
teknologi sederhana untuk memenuhi
kebutuhan karakteristik yang
mengakomodasi nilai ekonomi dan tatanan
budaya masyarakat setempat (Paul Oliver)
FENOMENA UMUM
1. Mengutamakan nilai religi, keyakinan.
2. Kurang menghargai kebutuhan badaniah
3. Terikat pada struktur sosial dan kekerabatan
4. Dipengaruhi oleh tata cara hidup agraris
5. Adaptif terhadap kondisi alam tropis
6. Teknologi dan bambu sangat menonjol.
7. Jika ada ornamen, dominasi adalah motif flora dan
fauna
8. Pemahaman Kosmologi sangat menentukan.
Simbol strukturalis dualistik sangat menonjol
seperti kaja kelod, utara selatan, barat timur,
kecuali di Bali menggunakan strukturalis triangle.
Ciri Arsitektur Vernakular

1. Kesederhanaan organisasi ruang atau ruang


tunggal.
2. Bentuk atap miring dengan mahkota tanduk
atau sejenisnya.
3. Proporsi atap sangat besar
4. Bentuk rumah panggung (berkolong)
5. Bahan dari kayu atau batu, sesuai dengan
potensi setempat
6. Atap dedaunan
7. Bangunan dengan struktur rangka
8. Bentuk atap terkadang menonjol ke luar
Karakteristik dan Pola Perkampungan
1. Sering berpola lineir dan rumah saling berhadapan, namun
ada juga berbentuk radial
2. Pada titik tertentu, biasanya persimpangan terdapat ruang
bersama, ruang terbuka, sebagai tempat berkumpul, ritual
keagamaan dan sbagainya. Dan ruang terbuka ini
ditempatkan batu megalith/tugu/ tiang sakral.
3. Pada perkampungan berbentuk radial, bangunan-bangunan
berorientasi pada satu, dan layer lapisan rumah
4. Para pemimpin mendapatkan tempat di dekat ruang
terbuka/bersama tersebut.
5. Dari aspek fungsi, ada 3 fungsi bangunan: rumah tinggal,
bale adat (ruang musyawrah/ruang pengadilan) dan lumbung
6. Pola perkampungan ini juga menggambarkan strata sosial
masyarakat
RUMAH DAN TATANAN RUMAH
1. Tatanan Ruang dalam Rumah dipengaruhi oleh
respon terhadap faktor kosmologi, sistem
kekerabatan, dan kondisi alam sekitar.
2. Secara mendasar hirarki tatanan ruang dapat
dibagi menjadi 2 katagori, yaitu: pembagian secara
horisontal dan secara vertikal
3. Secara horisontal, ruang yang terdapat paling
dalam (belakang) makin sakral, dan secara vertikal
terbagi 3 bagian, bagian atas bernilai suci (tempat
para dewa), bagian tengah tempat manusia, dan
bagian bawah untuk roh jahat/ hewan.
4. Bentuk denah bersifat sederhaa, ruang tunggal,
rata-rata persegi, namun ada elips, serta ada
bersifat individual namun juga banyak yang
bersifat komunal.
Rumah Batak
Rumah Gadang Minangkabau
Rumah Adat Toraja
Dataran Rendah Papua
Teknologi Membangun
1. Bangunan sangat sederhana, terdiri dari kolom dan
balok kayu yang disusun dan diikat/dipasak antar
keduanya.
2. Atap dan dinding dibuat dari bahan yang
sederhana, namun tahan terhadap kondisi alam,
misal atap daun dan dinding dari dedaunan pula.
3. Untuk menjaga stabilitas daya dukung tanah, maka
bagian pondasi diberi batu atau juga palang kayu
yang tahan/awet terhadap alam lingkungan.
4. Untuk menghindari hewan pengerat, maka pada
bagian puncak tiang kolom diberi piringan.
5. Ada juga struktur dengan konstruksi segitiga untuk
penahan gempa, seperti terdapat di Nias.
Upacara Membangun Rumah
1. Di Negeri yang banyak etnik ini, ritual membangun
rumah menjadi salah satu prasyarat untuk
mendapatkan spirit, jiwa yang dapat mendukung
penghuninya.
2. Upacara-upacara itu dimulai dari: mencari/
membersihkan lokasi, mengukur bangunan, mendirikan
tiang, menaikkan atap hingga selamatan penggunaan
rumah.
3. Rumah sebagai jagat kecil seseorang/keluarga,
sehingga ritual kelahiran, perkawinan dan kematian
juga tidak bisa dipisahkan dari jiwa rumah, yang
dikaitkan dengan matahari terbit dan tenggelam
4. Untuk menambahkan spirit/jiwa rumah dalam menjaga
penghuninya berbagai sesajen ikut pula menyertainya,
seperti: raga-raga di Toba, Bakul Salah di Dayak Bukit,
dan lainnya.
ARSITEKTUR KOLONIAL
ARSITEKTUR KOTA KOLONIAL
1. Ada 2 tipe kota pada masa prakolonial:
a. Kota pesisir yang heterogen dan profan
b. Kota Pusat Kerajaan yang homogen dan sakral, yang didasari
2 prinsip: mikrokosmos-dualistik dan mikrokosmos hirarkis
2. Dalam masa kolonial, Belanda mengadopsi kota
yang sudah ada yang dikembangkan pada upaya
pemerintah kolonial dapat melakukan kontrol yang
kuat, seperti penempatan loji pada sisi timur alun-
alun, atau perbentengan pada kawasan utama kota
asal, atau juga kecepatan jalur transportasi (kanal)
3. Berbagai fungsi bangunan baru muncul seiring
dengan adanya aktivitas yang dibawa oleh
pemerintah kolonial, seperti pos, bank, pengadilan,
stasiun, taman, rumah sakit, gereja dan
sebagainya.
Arsitektur Kolonial

Fase-fasenya:
1. Periode abad 16 sampai 18
2. Awal tahun 1800 sampai 1920
3. Tahun 1920 1940 an
Periode 1600 - 1800
1. Bangunan masih berorientasi pada gaya bentuk
bangunan asli di Belanda.
2. Bentuk empat persegi panjang. Lebar cendrung
kecil namun bangunan memanjang. Hal ini
terkait dengan efisiensi infrastruktur.
3. Atap cendrung curam dan dinding depan
bertingkat bergaya Belanda di ujung teras.
4. Bangunan tidak berorientasi dan belum
menyesuaikan dengan iklim setempat
5. Contoh kediaman Reine de Klerk (sebelumnya
kediaman Gubernur Jendral Belanda) di Batavia
Periode 1800 - 1920
1. Pemerintah Belanda mengambil alih Hindia
Belanda dari VOC
2. Gaya neoklasik yang melanda Eropah dengan
segala kemegahannya diterjemahkan secara
bebas. Hasilnya terwujudlah arsitektur kolonial
yang disesuaikan dengan lingkungan lokal,
iklim, dan material yang ada di tempat
(Indische architectuur)
3. Ciri-ciri arsitektur indis yang berkembang:
a. Denah simetris 1 lantai, terbuka, pilar di serambi depan
dan belakang. Mempunyai serambi tengah menuju
ruang tidur dan ruang lainnya
b. Pilar menjulang ke atas bergayaYunani, terdapat gevel
atau mahkota di serambi depan dan belakang.
c. Menggunakan atap perisai
Periode 1920 1940 an
1. Pendatang arsitek Belanda di Indonesia,
khususnya dengan berdirinya Technische
Hogeschool (sekarang ITB)
2. Basic rancangan mengacu pada arsitektur
klasik, namun sangat memperhatikanc
kondisi-kondisi tropis yang ada.
3. Arsitek Belanda yang baru ini mulai
memasukkan arsitektur lokal dalam
arsitektur kolonial, sehingga muncul konsep
arsitektur eklektik.
Ciri Umum:
1. Menggunakan gevel (gable) dengan
berbagai variasi curvilinier gable, stepped
gable, gambrel gable, maupun bentuk
pediment
2. Penggunaan tower (biasa pada gereja) pada
bangunan
3. Penggunaan dormer pada bangunan
4. Penyesuaian terhadap iklim tropis basah,
dengan cara: ventilasi yang lebar dan tinggi,
dan galeri (istilah sekarang selasar) untuk
menghambat sinar matahari langsung
Biro Arsitek Terkenal
1. W. Lemei (pembawa gaya art deco)
2. Herman Thomas Karsten (museum sonobudoyo
Yogyakarta, lebih dikenal perencana kota)
3. Henri Maclaine Pont (Kampus ITB sekarang)
4. C.P. Wolf Schoemaker (Villa Isola Bandung)
5. C. Citroen (Balai Kota Surabaya)
6. MJ. Hulswit dan Peter JH. Cuypers, Edward Cuypers
(Balai kota Jakarta, sekarang Museum Fatahillah)
7. AIA (Algemeen Infineurs Architecten, FJL Ghysell,
Hein Avon Essen, F. Stlitz): stasiun kota, Jakarta
8. Beberapa arsitek lain yang tidak menetap: PAJ
Munjen, HP Berlage, Klinkhamer and Ouendag, J.
Gerber (hotel Homan,1939)
Kolonial Art Deco
Kolonial Formalisme
Gedung BI
Bangunan kantor pos dan bank indonesia di
Yogyakarta, karya arsitektur kolonial
Gedung BNI Yogyakarta, bersebelahan dengan kantor
pos, yang merupakan bangunan kolonial
ARSITEKTUR PASCA KEMERDEKAAN
DI INDONESIA
Tinjauan Umum
1. Arsitektur Indonesia periode awal pasca
kemerdekaan dipengaruhi oleh modernisme
arsitektur Belanda ,khususnya Delf dan de stijl.
2. Pengaruh ini terkait dengan banyaknya arsitek
Indonesia lulusan Belanda (Silaban) maupun
lulusan pertama dari ITB (Technische
Gogeschool).
3. Selain itu adanya kebijakan dari Pemerintah
Indonesia tentang program nasionalisasi
(Demokrasi terpimpin) menyebabkan
terputusnya kesinambungan arsitektur
Indonesia Modern dengan tradisi arsitektur
Hindia Belanda.
Bentuk dan Pola Karya Arsitektur
Indonesia I
1. Aliran Delf dan De Stijl menjadi kiblat awal
arsitektur Indonesia.
2. Pola dan Bentuknya adalah berupa gabungan
bangunan kotak dan sistem grid rasional yang
memungkinkan penggunaan unsur pracetak
dari luar.
3. Arsitek pada saat itu mengerjakan pekerjaan
tersebut secara mandiri, sehingga detail
apapun dibuat sendiri. Hal ini terkait dengan
dipulangkannya arsitek Belanda karena
progranl nasionalisasi.
Periode I Arsitek Indonesia

1. Tokoh-tokohnya: R. Soesilo (Kota Satelit


Kebayoran Baru) , Liem Bwan Tjiem
(Semarang), Soedarsono (Monas),
Soehamir, Silaban (Istiqlal)
2. Konsep Dasar: Dipengaruhi oleh aliran Delft,
dengan fokus mengembangkan arsitektur
tropis modern Indonesia dengan tradisi
berarsitektur modernis rasional sejati.
Karya Liem Bwan Tjie
Karya Silaban
Periode II Arsitek Indonesia

1. Tokoh pelopornya merupakan produk I ITB


pasca kemerdekaan seperti Hasan Purbo
(ITB), Parmono Atmadi (UGM), Johan Silas
(ITS), Sidharta (Undip), Suhartono Susilo
(Parahiyangan).
2. Arsitek muda produk luar negeri juga mulai
bergabung dalam periode II ini seperti
Soejoedi, Han Awal (TU Berlin), Soewondo
Bismo Sutedjo (TH Hannover)
Konsep dan Pemikiran

1. Tidak banyak karya yang dihasilkan oleh arsitek


periode ke 2, karena sistem pemerintahan dan
meletusnya G30S/PKI.
2. Konsep pemikiran yang dikembangkan adalah
lecendrungan meninggalkan pemikiran
arsitektur tropis modern yang telah dirintis
sebelumnya, dan ketertarikan pada arsitektur
tradisional mulai muncul serta menguatnya
tradisi berarsitektur modernis rasional sejati.
3. Selain itu muncul pula pemikiran arsitektur
untuk rakyat.
Hotel Indonesia (HI)
Karya Han Awal (Univ. Atmajaya)
Periode III Arsitek
Indonesia
1. Periode ini berkisar pada tahun 1970-1980,
dimana program pembangunan Indonesia
(Repelita) telah dimulai, sehingga dunia
konstruksi bergairah kembali.
2. Tokoh pelopornya seperti Han Awal, Slamet
Wirasondjaja, Danisworo, Soejoedi, Djauharu
Soemintardja, YB Mangunwidjaja.
3. Tokoh-tokoh ini menjadi lebih dinamis dengan
lulusan arsitek dalam negeri seperti Robi
Sularto, Adhi Mursid, Yuswadi Saliya, Eko
Budiardjo dan Gunawan Tjahyono
Fokus Arsitektur

1. Pencarian identitas arsitektur idonesia


2. Tradisi modernis rasional terdahulu
mendapat kritis keras sejalan derasnya
pemikiran arsitektur (modernisme) dunia.
3. Arsitek secara individual tidak terlalu
muncul lagi, namun secara tim seperti atileir
6, encona, dan biro-biro arsitek lainnya
menjadi semakin kuat.
Karya Soejoedi
Karya Achmad Numan
Gelora Bung Karno, Senayan
Periode IV 1980 - 1990
1. Kelompok arsitek yang dikatagorikan dalam
kelompok ini adalah generasi ke 3 arsitek
lulusan dalam negeri seperti: Josep Prijotomo,
Budi Sukada, Bagoes P. Wiryomartono, Baskoro
Tedjo, Zhou Fuyuan, Andi Siswanto, dan
beberapa arsitek lulusan luar negeri seperti
Antonio Ismael, Budiman H. Hendropurnomo,
dan Budi Lim
2. Pada periode ini penguatan terhadap arsitek
sebagai tim sangat menonjol. Muncul biro
arsitek Atelier 6, Gubah Laras, Encona,
Tripanoto Sri, Team 4, Arkonin, dan Parama
loka
Puncak Karya Generasi ini
adalah berupa:
1. Hotel Santika, Hotel Nusa Dua, Hotel Hilton
(Klp. Atilier 6, Adhi Mursid)
2. Taman Mini Indonesia Indah, RS. Kanker
(Tripanoto Sri, arsitek cendana)
3. Perumahan Kali Code, Sendang Sono,
Rumah Tinggal Arief Budiman (YB
Mangunwidjaja)
4. MTQ Aceh (perkampungan Arafah, Nana
Tjahyana)
5. Gunawan Tjahyono, Rektorat UI
Fokus Kansep Pemikiran

KEINGINAN UNTUK MENSENYAWAKAN


ARSITEKTUR MODERN DAN TRADISIONAL,
SERTA DENGAN PENEKANAN KEPA DA
SIMBOL MAKNA DAN BUDAYA
DIBANDINGKAN DENGAN
PERMASALAHAN KONDISI TROPIS.
Konservasi Bank Universal (Budi Lim)
TMII Tripanoto Sri
Perumahan Kali Code YB
Mangunwidjaja
RS Kanker-
Tripanoto Sri
(atas)
Rektorat UI
dan Masjid
Ukhuwah UI
Gunawan
Tjahjono
Wisma
Dharmala
Sakti
Paul
Rudolph
Perpustakaan ITB, pemaknaan simbolik
metafora dengan susunan buku
Periode V Arsitek Indonesia

1. Suatu periode munculnya kelompok arsitek


muda yang berfikiran lepas dari keterikatan
dalam penjelajahan desain serta kekuatan ingin
berekspresi secara jujur
2. Beberapa tokoh dan karya dalam periode ini
seperti Klp DCM (Budiman cs) dengan Tugu
Park Hotel di Malang, Gedung Ford Foundation,
kemudian ada Budi Lim Konservasi Bank
Universal, kemudian klp Arcadia dengan the
condor dan Dunia Fantasi Ancol, kemudian ada
yori antar, sarjono sani, Fuyuan (rumah pabrik).
Tugu Park Hotel di Malang Budiman cs

Boulevard Square Manado, Atilier 6


Karya
Atilier 6
Periode VI Arsitek Indonesia

1. Arsitek muda berbakat bermunculan


dengan tradisi profesionalisme, dan dengan
penjelajahan desain yang fungsional dan
adanya kejujuran berekspresi.
2. Selain itu periode ini memunculkan pula
tekanan yang kuat terhadap arsitek untuk
rakyat, serta memandang arsitektur sebagai
kesatuan lingkungan/kawasan
3. Periode ini ditandai dengan karya-karyaYori
Antar, Ridwan Kamil, maupun Adhi Utomo.
Rumah dan Masjid, PT. Urbane
Indonesia ridwan kamil
Karya Adi
Utomo
Kampus UMY dan UII Yogya, meandang arsitektur
sebagai kesatuan lingkungan/kawasan
Segitiga Senen Klp.
Danisworo, memandang
kekuatan ekonomi dalam
arsitektur
Hotel Regatta
Hotel JW Marriot

Karya Arsitek
Luar Negeri Di
Indonesia,
dengan konsep
futuristiknya Hotel Ritz Carlton
RANGKUMAN

Anda mungkin juga menyukai