Oleh:
Selain itu, masyarakat desa kami selalu menyambut tahun baru Islam 1
Muharram dengan selamatan khusus membuat jenang suro ( bubur suro). Bubur
suro yang sepintas mirip dengan bubur jakarta ini di buat hanya khusus pada
bulan suro, tetapi tidak diseragamkan tanggal pembuatannya. Jenang suro terbuat
dari beras, diberi kuah kare, ditaburi irisan dadar telor, kacang tanah goreng, tahu,
tempe, daun seledi dan cabe merah sebagai penghias.
Namun, kami sendiri tidak mengetahui apa arti dari jenang suro itu.
Termasuk simbol-simbol dari penampilan jenang suro, karena saat selametan
digelar tanpa mengundang tetangga, atau diacaran secara khusus. Niat dilafalkan
dalam hati, kemudian setelah jenang selesai dimasak dan ditata penampilan ,
selanjutnya akan diantar ke sanak saudara, tetangga, masing-masing satu piring.
Secara fisik, bentuk jenang suro sama dengan jenang yang lain, ada bubur
putih dari beras dari bubur beras, ada wana merah dari hiasan cabe merah,
sedangkan kuahnya warna kuning yaitu kuah kare berbahan kunyit. Menariknya,
saat mengantar dengan piring. Penerima tinggal menarik daun pisang yang di
bentuk bulat sebagai alas, kemudian dipindah ke piringnya sendiri. Kiranya
menjadi pekerjaan kita bersama, untuk mengungkapkan makna tradisi dari
selametan jenang suro. Agar kita juga bisa menjelaskan kepada generasi muda,
bahwa yang dilakukan orang tuanya itu ad maknanya, baik yang tersirat maupun
tersurat.