Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH, FILOSOFI AKSARA DAN PENANGGALAN

JAWA
December 10, 2014admin Reply

RAHAYU..!!!
HONG WILAHENG SEKAR BHAWANA LANGGENG!
I.

AKSARA JAWA

Sejarah Aksara

dan

Penanggalan

Jawa selalu terkait.

Kalau

Penanggalan Jawa

berdasarkan Sangkan Dumadining Bawana atau asal-muasal terciptanya alam


semesta (makrokosmos dan mikrokosmos), sedangkan Aksara Jawa berdasarkan
Sangkan Paraning Dumadi atau asal-muasal terjadinya hidup dan kehidupan (SOURCE
SPIRIT ALWAYS OF LIFE). Aksara Jawa pertama kali diciptakan atau diperkenalkan oleh
Mpu Hubayun pada tahun 911 SM (Sebelum Masehi). Dalam perjalanan sejarah pada
tahun 50 SM (Sebelum Masehi) Prabu Sri Maha Punggung I atau Ki Ajar Padang I
mengadakan perubahan pada Haksara dan sastra Jawa.
Bertepatan tanggal 21 Juni 77 M oleh Prabu Ajisaka atau Prabu Sri Maha Punggung III
melakukan kembali perubahan aksara dan Penanggalan Jawa, dalam budaya Jawa ketika
menghitung selalu dimulai dari angka nol (Das), sehingga Penanggalan Jawa kembali
bermulai pada tanggal 1 Badrawarna (Suro) tahun Sri Harsa, Windu Kuntara adalah
tanggal 1, Bulan 1, Tahun 1, Windu 1 tepat pada hari Radite Kasih (Minggu Kliwon)
ditetapkan permulaan perhitungan Penanggalan Jawa, bertepatan tanggal 21 Juni 78
Masehi. Penanggalan Jawa memakai pedoman peredaran Matahari (Solar).Sedangkan
kalender Caka Hindhu diciptakan oleh Maharaj Kaneshaka dari suku Avicaka di India Utara pada 23
Maret 78, sekarang tahun barunya disebut tahun baru Nyepi.
Prabu Ajisaka adalah asli orang Jawa bukan dari India, serta memiliki banyak nama atau
gelar, yaitu: Prabu Jaka Sangkala, Prabu Widayaka, Prabu Sindula, Prabu Sri Maha
Punggung III, Ki Ajar Padang III. Salah satu petilasannya ada di Mrapen (Api Abadi)
daerah Grobogan, Purwodadi, Jawa Tengah. Beberapa bukti kalau Ajisaka asli Jawa adalah
:
1. Pusaka yang diperebutkan oleh para Pembantunya (Punakawan) adalah Keris, sedangkan
sampai detik ini diakui oleh seluruh dunia bahwa Keris adalah asli budaya Jawa,. Karena kalau
seandainya Ajisaka dari India tentunya di India akan banyak ditemukan pusaka Keris yang
kuno maupun yang baru.
2. Para Pembantu (Punakawan) Ajisaka sebenarnya ada empat (4) orang, bukan dua (2)
orang seperti yang selama ini dikenal orang dan kadang diajarkan di bangku sekolah. Dari
nama-nama para
pembantu (punakawan) Ajisaka ditilik dari bahasa

menandakan asli bahasa Jawa Kuna atau Kawi. Sedang Nama-nama Pembantu (Punakawan)
Ajisaka adalah :
a. Dura : bacanya tetap pakai vokal a, karena kalau dibaca pakai vocal O artinya akan
berubah jauh dan tidak ada keterkaitan atau tidak relevan(duro=bohong). Sedangkan

dalam berbagai catatan sejarah bahasa dan sastra Jawa mulai banyak
menggunakan vokal O pada masa sesudah abad 14 terpengaruh sastra
Arab. Sedang kalau Dura (ra dibaca dengan vokal A) dalambahasa Jawa Kuna berarti
unsur alam dari anasir air (Hidrogen), tetapi kalau Dura (ra dibaca dengan vokal O)
artinya bohong.
b. Sambadha : badha kalau dibaca dengan vocal A dalam bahasa Jawa Kuna berarti
unsur
alam dari anasir
api (Nitrogen),
tetapi
kalau
dibaca
dengan
vokal
O (sembodho) artinya mampu dan tidak relevan atau tidak ada kaitannya dengan
sangkan paraning dumadi maupun sangkan dumadining bhawana.
c. Duga : ga kalau dibaca dengan vokal A dalam bahasa Jawa Kuna berarti unsur
alam dari anasir tanah (Carbon), tetapi kalau dibaca dengan vokal O berarti pangati-ati
(dugo-kiro) diartikan dalam bahasa Indonesia secara bebas berarti peringatan & arahan dan

juga tidak relevan dengan sangkan paraning dumadi maupun sangkan


dumadining bhawana.
d. Prayuga : kalau dibaca dengan vokal A bahasa Jawa Kuna berarti unsur alamdari anasir
angin (Oksigen) , tetapi kalau dibaca prayugo artinya sebaiknya dan juga tidak relevan
dengan sangkan paraning dumadi maupun sangkan dumadining bhawana.
3. Semua empat anasir tersebut adalah anasir alam yang ada pada alam semesta atau Jagad
Gedhe atau Bhawana Ageng atau Makrokosmos, serta terdapat juga pada tubuh manusia atau
Jagad Cilik atau Bhawana Alit atau Mikrokosmos.
4. Sedang nama Ajisaka juga asli bahasa Jawa Kuna (Aji-Saka) yang berarti seorang Raja yang
mengerti dan mempunyai kemampuan spiritual atau Raja-Pinandhita atau Pemimpin Spiritual.
Dengan kata lain adalah seorang pemimpin yang ahli ilmu tata negara, bangsa,
masyarakat (kehidupan), sekaligus menguasai tentang agama atau spiritual
(hidup). Karena Aji artinya Raja, sedang Saka artinya tiang atau pedoman hidup. Aji Saka berarti
seorang raja yang mengerti akan Hidup dan Kehidupan.
Sehubungan hal tersebut, pada pasangan (sandangan) aksara Jawa ada simbol-simbol 4
anasir
1. Carbon

alam,
atau

2. Hidrogen
3. Nitrogen

Tanah

atau
atau

antara
Air

Api

disimbolkan

lain

disimbolkan

dengan

Pepet.

disimbolkan

dengan

Wulu.

dengan

Soco

atau

Cecek.

4. Oksigen atau Angin disimbolkan dengan Layar.


Di prasasti Candi Borobudhur atau SWAMBHA-BUDHURA, kira-kira pada abad 7-8 Masehi.
Perkiraan penelitian arkeolog dengan meneliti lapisan batu bawah dan atas, diperkirakan Candi
Borobudhur dibangun selama 104 tahun,

Mpu Galian dan Mpu Gunadharma melakukan


perubahan atau penyempurnaan kembali aksara Jawa.
Aksara dalam Bausastra Jawa artinya tulisan gambaring swara utawa wanda kalau
dialihkan dalam bahasa Indonesia berarti tulisan gambar dari suara atau penampilan.

Sedangkan dalam bahasa Jawa Kuna aksara dari kata hak & sara yang berarti
darbeg-ing galih arti bebas dalam bahasa Indonesia berarti miliknya hati atau suara
hati.
Selama ini makna atau filosofi aksara Jawa yang dipahami oleh masyarakat umum
(terutama pada masyarakat pecinta budaya Jawa) banyak sekali dan sangat beragam,
tetapi cenderung terkesan gathuk mathuk & seje silit seje anggit, walau dari sisi ilmu
sastra masih bisa diterima. Tetapi yang menjadi keprihatinan, seolah-olah meng-amin-i atau
menguatkan pandangan minor dari masyarakat umum, terutama generasi muda dan orang-orang
yang selama ini membenci budaya Jawa. Kalau budaya Jawa itu identik dengan gathuk-mathuk,
gugon-tuhon, klenik, mistik dan apapun yang terkesan tidak rasional dan ilmiah. Padahal kalau kita
pelajari budaya Jawa yang benar, ada kata kunci yaitu kasunyatan lan tinemu ing nalar atau
dengan kata lain ilmiah dan rasional.
Contoh 1:
Aksara Jawa

Bahasa Jawa

Bahasa Indonesia

HAsal Dzat Hyang Suksma Jati nrangi.

Asal mula dari Dzat Tuhan Roh-Jati


yang menerangi.

NA

NAndho daya prana gung ametha.

Menimbun daya nafas kehidupan


agung membentuk.

CA

CAhya cipta-budi kabeh.

Cahya cipta-budi menyeluruh.

RA

RAsa jajag tyas anggung.

Rasa mendasar dalam hati selalu.

KArsa lancar manrus ngugemi.

Berkehendak lancar terus menerus


dan berpegang teguh.

DA

DAden tuhu ucapnya.

Menyalakan api setia pada ucapannya


(jujur).

TA

TAnsah hamemayu.

Senantiasa menjaga dan berbuat baik.

SA

SArwindra muji Hyang Suksma.

Serba perasa, berfikir dan beribadah


kepada Tuhan.

WA

WAntu dahat mangunah Gusti


kapundhi.

Tak hentinya untuk selalu menggapai


ridho Tuhan dan memujaNya.

LA

LAntip ruming nestapa.

Dengan bijaksana dan semerbak


harumnya rasa keprihatinan.

PAndomira condhong anggung eling.

Pedomannya cenderung senantiasa


waspada dan sadar diri.

HA

KA

PA

DHA

Memahami makna asal mulanya dan


DHAmang catur sangkan paran kwawa. bagaimana mampunya.

JA

JA lirwa ing saancase.

Jangan lengah akan semua tujuan


dasar semula.

YA ngayogya tinuntun.

Yaitu patut dilakukan dengan


bimbingan.

NYA

NYAng karya tamaning dumadi.

Kearah kebajikan hidup dan rasa


kemanusiaan.

MA

MArma tinata mbaka.

Maka diatur dengan sistematis.

GA

GAyuh hanyadarum.

Cita-cita yang menyeluruh.

BAkal adi tyas sakeca.

Akan membuat indah dan senangnya


hati.

THArik ning jalmo eling jatining urip.

Tata kecerahan fikir manusia akan


hidup sejati atau sejatinya hidup.

NGAngkah ningrat nunggal Hyang.

Menggapai keheningan tingkat atas


alam menyatu dengan TUHAN.

Aksara Jawa

Bahasa Jawa

Bahasa Indonesia

HA

HAng, Hing, Hung, Heng, Hong.


Sabdaning Angin (Howo kang obah).

Sesuatu yang awal. Sebab-akibat dari


sabda kehidupan.

NA

Nitahake, nganakake, ngayomi, lan


nyirnakake.

Menciptakan,
memelihara,
Menghancurkan.

CA

CAhya, nanging cahyaning Tejo.

Cahaya dari intisari Cahaya (Cahaya


Tuhan).

RA

RAsa, nanging rasaning Urip.

Rasa sejati sang hidup.

KA

Karsa, nanging karsaning Urip.

Kehendak sejati sang hidup.

DAtan sirna sejatining Urip.

Sejatinya Hidup tidak akan pernah sirna


(Hidup itu kekal).

TA

Tumitis awit titis.

Terlahir karena kehendak yang benar


dan dikehendaki.

SA

SAri rasaning sagung gumelar.

Sari kehidupan alam semesta.

YA

BA

THA

NGA
Contoh 2 :

DA

dan

WA

Wandita, wahana kang winadi lan


wola-wali.

Sesuatu yang unggul, penuh misteri


dan sistematis serta dinamis.

LA

Lumaris, lumaksana datan kendat awit


jantraning jagad.

Semua
berjalan
dinamis
dinamika atau kodrat alam.

PA

PAntio, papan, sasana.

Alam tempat Hidup dan kehidupan.

DHA

DHAwuh, sabda, pangandika.

Firman dan sabda Tuhan

JA

JAgad cilik lan jagad gede.

Alam semesta meliputi mikrokosmos,


dan makrokosmos.

YA

Yekti, sejati.

Betul-betul
kehidupan.

NYA

NYAwiji, manunggal.

Menjadi satu kesatuan.

MA

MArmo.

Menjadikan sebab dan akibat.

GA

GAntio, owah, obah.

Perubahan yang dinamis.

BA

Binuka, kagelar.

Terbuka dan tergambar dengan adanya


alam semesta.

THA

THukul, semi.

Selalu tumbuh dan bersemi.

NGAkasa, Awang-uwung.

Menuju alam awang-uwung (back hold


life) menyatunya Sang Hidup dan Sang
Maha Hidup.

NGA

sejatinya

hidup

sesuai

dan

Makna dan filosofi aksara Jawa seperti dua contoh tersebut sangat banyak dan
beragam. Beda orang, beda paham/keyakinan dan beda daerah, beda pula pemahaman
atau penjabaran mereka dengan sistem akronim (singkatan), sehingga kadang
cenderung

terkesan

gathuk-mathuk.

Karena prinsip dasar dalam budaya Jawa adalah kasunyatan dan tinemu ing nalar
(ilmiah dan rasional), bukan sekedar gathuk-mathuk. Sekarang kita coba memahami makna dan
filosofi aksara Jawa dengan metode atau paradigma lain.

Aksara Jawa

Makna Dasar

HA, NA, CA, RA, Ono utusan (ada utusan).


KA

Makna Bebas
Apapun dan siapapun yang ada di alam
semesta ini (makrokosmos dan
mikrokosmos), semua adalah utusan
Tuhan. Sehingga manusia, hewan,

tumbuhan, virus, tanah, air, api, udara,


mahkluk permanen, semi permanen,
abstrak, dll. semua adalah utusan Tuhan.

DA, TA, SA, WA,


LA

Datan bisa swala (tidak bisa


menolak kodrat dan takdir Tuhan).

PA, DHA, JA, YA, Semua diberi kekuatan dan bekal


NYA
sesuai dengan kodrat dan takdir
sebagai utusan Tuhan.

Semua utusan tadi tidak mampu menolak


dari semua kehendak Tuhan, sehingga
sebagai utusan Tuhan harus menjalankan
kodrat alam yang merupakan manifestasi
dari kekuasaan Tuhan. Contoh : manusia
harus menjalankan kodrat dan takdirnya
sebagai manusia, ikan harus menjalankan
kodrat dan takdirnya sebagai ikan, burung
harus menjalankan kodrat dan takdirnya
sebagai burung, dll.

v Untuk menjalankan kodrat dan takdirnya


sebagai burung, burung diber i
kekuatan dan bekal untuk bisa terbang,
memilah biji-bijian tertentu untuk
menjadi makanannya, dll.

v Ikan untuk menjalankan kodrat dan


takdirnya sebagai ikan, ikan diberi
kekuatan dan bekal untuk hidup
didalam air, dll.

v Manusia untuk menjalankan kodrat dan


takdirnya sebagai manusia, manusia di
beri kekuatan dan bekal yang melebihi
dari utusan lain. Sehingga manusia
bisa sedikit merubah kodrat alam,
contoh :

Kodrat manusia tidak bisa terbang


seperti burung tetapi manusia
mampu merubah kodrat tersebut
sehingga sekarang manusia
mampu terbang, bahkan bisa
melebihi tingginya burung terbang.

Kodrat manusia tidak bisa hidup


didalam air tapi sekarang manusia
bisa hidup didalam air dengan
peralatan selam.

Kodrat malam adalah gelap tetapi


manusia mampu merubah kodrat
tersebut sehingga sekarang malam
bisa menjadi terang.

v Dll.
Hidup ini merupakan misteri dan teka-teki
dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Sehingga

MA,
GA
THA, NGA

BA,

Urip iki bathangan (hidup ini adalah


misteri dan teka-teki).

sebagai utusan Tuhan harus mampu


mencari Jatidiri dan menjadi diri sendiri
sesuai dengan kodrat dan takdirnya.
Diharapkan kalau sebagai utusan
Tuhan ,mampu mengerti Hidup Sejati
tentu akan terjadi komunikasi yang intens
antara Sang Hidup (utusan/caraka)
dengan Sang Maha Hidup (Tuhan).

Selain pemahaman tersebut diatas, ada makna lain yang sangat tinggi nilai filosofinya,
yaitu : semua aksara Jawa dipangku mati dan akan berubah atau berganti makna
maupun arti, kecuali aksara JA dan WA. Maksudnya : siapapun kita, apapun agama atau
suku kita, apapun kedudukan kita, seberapa tinggi kekuasaan kita, seberapa tinggi
kepandaian kita, kalau dipangku oleh situasi dan kondisi tersebut masih mati jiwa kita
berarti kita belum JAWA. Dengan kata lain bisa diartikan JAWA adalah sesuatu yang
tidak pernah mati, atau SPIRIT ALWAYS OF LIFE atau Jiwa yang selalu hidup atau jiwa yang
tidak pernah mati. Sehingga kalau kita betul-betul mempelajari Jawa akan kita temukan
pengertian : Spirit Of Java (Jiwa Jawa), Javanese culture (Budaya Jawa), Javanologi (Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Jawa maupun budaya Jawa). Sedangkan aliran/penghayat
kepercayaan adalah Spiritual Culture.
II.

PENANGGALAN JAWA

Pada waktu jaman Kerajaan Mataram Islam dipimpin oleh Sultan Agung Hanyakra
Kusuma, waktu itu ada ancaman pengaruh bangsa asing (VOC) yang sudah menguasai
Sunda Kelapa (Batavia) sangat besar dan terasa mengancam keselamatan rakyat
maupun kedaulatan Negara. Sehingga terpikir bagaimana membuat rakyatnya rukun
dan bersatu yaitu dengan cara meng-Akulturasi-kan tiga ungsur budaya yang ada pada
waktu itu (Jawa, Hindhu, Islam), disimboliskan pada bentuk perubahan Penanggalan
Jawa. Tetapi karena berbeda pedoman dasar peredaran yaitu Matahari (Solar) untuk
Penanggalan

Jawa dan kalender

Hindhu,

sedangkan Bulan

(Lunar) untuk

kalender

Hijriah,sehingga walaupun disatukan (khususnya Penanggalan Jawa dan Kalender Hijriah) dengan

cara dihilangkannya satu masa Penanggalan Jawa (4 windu=48=32 tahun), tetapi walau begitu
tetap saja berselisih satu hari. Karena hal ini pula akhirnya muncullah istilah tahun ABOGE (tahun
Alip, tgl 1 Suro jatuh hari Rebo Wage) dan tahun ASAPON (tahun Alip, tgl. 1 Suro jatuh hari Seloso
Pon). Perubahan ini bertepatan tanggal 1 Muharram 1043 H = 29 Besar 1554 Jawa = 8 Juli
1633 M.
Sekarang

masa

Sultan

Agung

sudah

lama

berselang,

banyak

kalangan

yang berpendapat kalau aksara dan Penanggalan Jawa sudah waktunya perlu diadakan
perubahan atau penyesuaian dengan perkembangan jaman, supaya tetap elegan dan
flexibel di segala jaman. Tetapi supaya tetap tidak kehilangan roh atau jatidiri, dalam mengadakan
perubahan tersebut jangan merubah makna dan filosofi aslinya, seperti yang terjadi dalam sejarah
terjadinya perubahan aksara dan Penanggalan Jawa, walau perubahan tersebut berkali-kali, tetapi
tetap tidak merubah makna dan filsafat aslinya. Barangkali karena perubahan yang dilakukan Sultan
Agung Hanyakrakusuma cukup signifikan, sehingga mengakibatkan keterpurukan bangsa
ini semakin

parah sejak runtuhnya Majapahit, dan sa mpai sekarang keterpurukan itu

belum pulih karena akibat dari hilangnya Jatidiri bangsa ini. Sementara itu, mulai masa Sultan
Agung sampai sekarang, belum ada yang berani melakukan perubahan atau penyesuaian. Ada yang
berpendapat kalau Penanggalan Jawa seharusnya setiap 75 atau 120 tahun sekali harus
diadakan penyesuaian. Ada yang berpendapat, kalau sekarang dekade perhitungan
tahun ABOGE sudah berakhir dan sudah seharusnya diganti decade perhitungan tahun
ASOPON. Terlepas dari berbagai pendapat tersebut, lebih baik demi kembalinya sebuah
Jati Diri bangsa, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang punya dan kuat JATI DIRInya. lebih baik kita kembali pada Penanggalan Jawa asli yang diciptakan oleh Mpu Hubayun (911

dan kita usahakan menjadi kalender nasional atau bahkan kalender


internasional, karena Jawa adalah Global genius, bukan Local genius. Dengan
SM)

pertimbangan :
1. Penanggalan Jawa Mpu Hubayun adalah Penanggalan Jawa asli dan yang pertama atau
tertua (911 SM).
2. Kalender yang penuh dengan nilai-nilai filosofi tinggi, yang menandakan bangsa kita adalah
bangsa yang besar. Sehingga kalau bisa Penanggalan Jawa diangkat menjadi Kalender Nasional
Negara Indonesia. Karena tidak semua bangsa dan negara di dunia memiliki kalender sendiri.
3. Kalender yang mengarah pada keselarasan atau keharmonian alam semesta,karena
berdasarkan proses awal terjadinya alam semesta (Sangkan Dumadining Bhawana).
4. Penanggalan Jawa yang selaras dengan aksara Jawa, Sangkan Dumadining Bhawana dan
Sangkan paraning Dumadi.
5. Satu-satunya kalender di dunia yang mengakomodasi makrokosmos dan mikrokosmos,
sehingga tidak sekedar kalender yang hanya memakai hitungan angka.
6. Penanggalan Jawa harus berdiri diatas semua golongan (agama,suku). Karena makna kata
JAWA itu sendiri tidak bermakna sukuisme maupun kedaerahan (teritorial). Sedangkan
Penanggalan Jawa Sultan Agung, selain adanya polemik dengan berbagai pendapat yang
berbeda juga terlalu banyak mengadopsi pengaruh Islam. Sehingga orang yang tidak memeluk

agama Islam, muncul perasaan tidak merasa ikut memiliki, sedang pemeluk agama Islam
sendiri juga banyak yang tidak merasa memiliki karena dianggapnya peninggalan agama
Hindhu. Semua itu berakibat hilangnya nilai-nilai kebersamaan, gotong-royong, guyub-rukun,
yang menjadi ciri-khas bangsa kita. Akibatnya sekarang ini banyak orang yang sudah tidak
mengenal lagi atau sudah tidak peduli pada Penanggalan Jawa, aksara Jawa dan Budaya

Jawa.
7. Kalender atau penanggalan adalah simbol kehidupan sehari-hari, sementara kalender yang
ada sekarang ini dan menjadi kalender resmi nasional negara Indonesia, tercetak angka besar
kalender Masehi dan angka kecil kalender Hijriah. Tanpa kita sadari sudah cukup lama ada
kekuatan tertentu yang ingin menghancurkan Nusantara/Indonesia dengan berawal
menghilangkan simbol kehidupan sehari-hari Nusantara/Jawa. Alhasil sekarang ini secara umum
bangsa kita merasa malu, hina dan tidak bangga menggunakan simbol-simbol Nusantara dalam
kehidupan sehari-hari. Sehingga terpuruklah bangsa kita sekarang ini.
A. PENETAPAN HARI DALAM PENANGGALAN JAWA (Makrokosmos).
1. Hari ke-1 berdasarkan Surya disebut Radite atau Rawiwara sekarangMinggu
(Dipengaruhi Planet Matahari), naptunya 5.
2. Hari ke-2 berdasarkan Rembulan disebut Suma atau Sumawara sekarangSenen
(Dipengaruhi Planet Bulan), naptunya 4.
3. Hari ke-3 berdasarkan Kartika-I disebut Anggara atau Manggala sekarangSelasa
(Dipengaruhi Planet Mars), naptunya 3.
4. Hari
ke-4
berdasarkan Pertiwi disebut Buda atau
Pertala sekarang Rebo
(Dipengaruhi Planet Bumi), naptunya 6.
5. Hari ke-5 berdasarkan Kartika-II disebut Respati sekarang Kamis (Dipengaruhi
Planet Jupiter), naptunya 8.
6. Hari ke-6 berdasarkan Kartika-IV disebut Sukra sekarang Jumat (Dipengaruhi
Planet Uranus dan Venus), naptunya 6.
7. Hari ke-7 berdasarkan Kartika-III disebut Tumpak sekarang Sabtu (Dipengaruhi
Planet Saturnus), naptunya 9.
B. SIFAT SIFAT MAKROKOSMOS
1. Matahari adalah bintang induk Tata Surya dan merupakan komponen utama sistem
Tata Surya ini. Bintang ini berukuran 332.830 massa bumi. Massa yang besar ini
menyebabkan kepadatan inti
kesinambungan fusi nuklir dan

yang cukup besar untuk bisa mendukung


menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat.

Kebanyakan energi ini dipancarkan ke luar angkasa dalam bentuk radiasi eletromagnetik,
termasuk spektrum optik.
2. Bulan adalah satu-satunya satelit alami Bumi, dan merupakan satelit alami terbesar
ke-5 di Tata Surya. Bulan tidak mempunyai sumber cahaya sendiri dan cahaya Bulan
sebenarnya berasal dari pantulan cahaya Matahari.
3. Mars (1,5 SA dari matahari, SA : Satuan Astronomi = 150 juta kilo meter) berukuran
lebih kecil dari bumi dan Venus (0,107 massa bumi). Planet ini memiliki atmosfer tipis
yang kandungan utamanya adalah karbon dioksida. Permukaan Mars yang dipenuhi

gunung berapi raksasa seperti Olympus Monsdan lembah retakan seperti Valles
marineris, menunjukan aktivitas geologis yang terus terjadi sampai baru belakangan ini.
Warna merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang kaya besi. Mars mempunyai
dua satelit alami kecil (Deimos dan Phobos) yang diduga merupakan asteroid yang
terjebak gravitasi Mars.
4. Bumi (1 SA dari matahari) adalah planet bagian dalam yang terbesar dan terpadat,
satu-satunya yang diketahui memiliki aktivitas geologi dan satu-satunya planet yang
diketahui memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya yang cair adalah khas di antara planetplanet kebumian dan juga merupakan satu-satunya planet yang diamati memiliki lempeng
tektonik. Atmosfer bumi sangat berbeda dibandingkan planet-planet lainnya, karena
dipengaruhi oleh keberadaan mahluk hidup yang menghasilkan 21% oksigen. Bumi
memiliki satu satelit, bulan, satu-satunya satelit besar dari planet kebumian di
dalam Tata Surya.
5. Yupiter (5,2 SA), dengan 318 kali massa bumi, adalah 2,5 kali massa dari gabungan
seluruh planet lainnya. Kandungan utamanya adalah hidrogen danhelium. Sumber
panas di dalam Yupiter menyebabkan timbulnya beberapa ciri semi-permanen pada
atmosfernya, sebagai contoh pita pita awan dan Bintik Merah Raksasa. Sejauh yang
diketahui Yupiter memiliki 63 satelit. Empat yang terbesar, Ganymede, Callisto, Io,
dan Europa menampakan kemiripan dengan planet kebumian, seperti gunung berapi
dan inti yang panas.[44]Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di Tata Surya,
berukuran lebih besar dari Merkurius.
6. Uranus (19,6 SA) yang memiliki 14 kali massa bumi, adalah planet yang paling ringan
di antara planet-planet luar. Planet ini memiliki kelainan ciri orbit. Uranus mengedari
matahari dengan bujkuran poros 90 derajad pada ekliptika. Planet ini memiliki inti yang
sangat dingin dibandingkan gas raksasa lainnya dan hanya sedikit memancarkan energi
panas. Uranus memiliki 27 satelit yang diketahui, yang terbesar adalah Titania,
Oberon, Umbriel, Ariel dan Miranda.
7. Venus (0,7 SA dari matahari) berukuran mirip bumi (0,815 massa bumi). Dan
seperti bumi, planet ini memiliki selimut kulit silikat yang tebal dan berinti besi,
atmosfernya juga tebal dan memiliki aktivitas geologi. Akan tetapi planet ini lebih kering
dari bumi dan atmosfernya sembilan kali lebih padat dari bumi. Venus tidak memiliki
satelit. Venus adalah planet terpanas dengan suhu permukaan mencapai 400 C,
kemungkinan besar disebabkan jumlah gas rumah kaca yang terkandung di dalam
atmosfer. Sejauh ini aktivitas geologis Venus belum dideteksi, tetapi karena planet ini
tidak memiliki medan magnet yang bisa mencegah habisnya atmosfer, diduga sumber
atmosfer Venus berasal dari gunung berapi.
8. Saturnus (9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya, memiliki beberapa
kesamaan dengan Yupiter, sebagai contoh komposisi atmosfernya. Meskipun Saturnus
hanya sebesar 60% volume Yupiter, planet ini hanya seberat kurang dari sepertiga
Yupiter atau 95 kali massa bumi, membuat planet ini sebuah planet yang paling tidak
padat di Tata Surya. Saturnus memiliki 60 satelit yang diketahui sejauh ini (dan 3 yang
belum dipastikan) dua di antaranya Titan dan Enceladus, menunjukan activitas
geologis, meski hampir terdiri hanya dari es saja. Titan berukuran lebih besar

dari Merkuriusdan merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya yang memiliki


atmosfer yang cukup berarti.
C. PENETAPAN PASARAN DALAM PENANGGALAN JAWA (Mikrokosmos).
Disamping itu ada Pasangan atau Sisihan Hari yang berdasarkan sedulur 4 kalima
Pancer yang berupa cahaya:
1. Cahaya
berwarna Putih disebut Pethakan sekarang disebut Manis/Legi,
unsur Udara atau Oksigen. Naptunya 5.
2. Cahaya
berwarna Merah disebut Abritan sekarang disebut Jenar/Paing,
unsur Api atau Nitrogen. Naptunya 9.
3. Cahaya
berwarna Kuning disebut Jenean sekarang disebut Palguna/Pon,
unsur Cahaya atau Foton. Naptunya 7.
4. Cahaya berwarna Hitam disebut Cemengan sekarang disebutLangking/Wag
e, unsur Tanah atau Carbon. Naptunya 4.
5. Cahaya berwarna Hijau disebut Gesang atau pancer disebut Kasih/Kliwon,
unsur air atau Hidrogen. Naptunya 8.
D. SIFAT SIFAT MIKROKOSMOS
1. Udara :
a. Memiliki masa sehingga dapat menimbulkan tekanan
b. Transparan dalam beberapa bentuk radiasi
c. Tidak berwarna,tidak berbau dan tidak dapat dirasakan kecuali dalam bentuk
angin.
d. Bersifat elastis dan dinamis,sehingga dapat mengembang dan mengkerut
sehingga dapat bergerak dan berpindah
2. Api :
a. Api adalah oksidasi cepat
terhadap
suatu
material
dalam
prosespembakaran kiwiami, yang menghasilkan panas, cahaya, dan berbagai
hasil reaksi kimia lainnya.
b. Api
berupa
energi
berintensitas
yang
bervariasi
dan
memiliki
bentukcahaya (dengan panjang gelombang juga di luar spektrum visual sehingga
dapat tidak terlihat oleh mata manusia) dan panas yang juga dapat
menimbulkan asap.
3. Cahaya :
a.
Cahaya merambat lurus
b.
Cahaya dapat menembus benda bening
c.
Cahaya dapat dipantulkan
d.
Cahaya dapat dibiaskan
4. Tanah :
a.
Tanah

berasal

dari pelapukan batuan dengan

bantuan organisme.
b.
Tubuh tanah terbentuk dari campuran bahan organik dan mineral .

5. Air :
a. air mengalir dari permukaan tinggi ke rendah, karena gaya gravitasi
b. air mengalami kapilaritas, yaitu meresapnya partikel air melalui celah2 kecil
c. permukaan air yang tenang adalah datar
d. air dapat memantulkan maupun membiaskan cahaya
e. bayangan benda yang dilihat di air pasti lebih kecil dari ukuran sebenarnya
E. PENETAPAN BULAN DALAM PENANGGALAN JAWA (CANDRA)
1.
Bulan ke-1 disebut Badra Warna sekarang disebut Sura, Naptunya 7.
2.
Bulan ke-2 disebut Asuji sekarang disebut Sapar, Naptunya 2.
3.
Bulan ke-3 disebut Kartika sekarang disebut Mulud/Rabiulawal, Naptunya
3.
4.

Bulan ke-4 disebut Pusa sekarang disebut Bakda Mulud/Rabiulakhir,

Naptunya 5 .
5.
Bulan ke-5 disebut Manggasri sekarang disebut Jumadilawal, Naptunya 6.
6.
Bulan ke-6 disebut Sitra sekarang disebut Jumadilakir, Naptunya 1.
7.
Bulan ke-7 disebut Manggalaka sekarang disebut Rejeb, Naptunya 2.
8.
Bulan ke-8 disebut Naya sekarang disebut Ruwah/Sadran, Naptunya 4.
9.
Bulan ke-9 disebut Palguna sekarang disebut Puasa, Naptunya 5.
10. Bulan ke-10 disebut Wisaka sekarang disebut Syawal, Naptunya 7.
11. Bulan ke-11 disebut Jita sekarang disebut Apit/Dulkaidah/Selo, Naptunya 1.
12. Bulan ke-12 disebut Srawana sekarang disebut Besar/Dulhijah, Naptunya 3.
F.

PENETAPAN TAHUN ATAU WARSA DALAM PENANGGALAN JAWA


1. Tahun ke-1 disebut Sri/Harsa sekarang di sebut tahun Alip, Naptunya 1.
2. Tahun ke-2 disebut Endra/Heruwarsa sekarang di sebut tahun Ehe, Naptunya
5.
3.

Tahun

ke-3

disebut Guru/Jimantara sekarang

di

sebut

tahun Jimawal,

Naptunya 3.
4. Tahun ke-4 disebut Yama/Duryata sekarang di sebut tahun Je, Naptunya 7.
5. Tahun ke-5 disebut Ludra/Dhamma sekarang di sebut tahun Dal, Naptunya 4.
6. Tahun ke-6 disebut Brahma/Pitaka sekarang di sebut tahun Be, Naptunya 2.
7. Tahun ke-7 disebut Kala/Wahyu sekarang di sebut tahun Wawu, Naptunya 6.
8. Tahun ke-8 disebut Uma/Dirgawarsa sekarang di sebut tahun Jimakir,
Naptunya 3.
G. PAWUKON ATAU SATUAN MINGGU DALAM PENANGGALAN JAWA
1.
Sinta
11.
Kuningan
21.
Wuye
2.
Landep
12.
Langkir
22.
Manail
3.
Kurantil
13.
Mandhasia
23.
Prangbakat

4.

Tolu
24.
Bala
Gumbreg
25.
Wugu
Warigalit
26.
Wayang
Warigagung
27.
Kulawu
Julungwangi
28.
Dhukut
Sangsang
Watugunung
Gunungan
30.
Wukir

5.
6.
7.
8.
9.
29.
10.

14.

Julungpujud

15.

Pahang

16.

Kuruwelut

17.

Maraken

18.

Tambir

19.

Madhangkungan

20.

Maktal

H. PARINGKELAN DALAM PENANGGALAN JAWA


1. Tungle atau Ujungan (Ron)
2. Aryang atau Tiyang (Wong)
3. Warungkung atau Sato (Kewan)
4. Paningron atau Ulam (Iwak)
5. Uwas atau Peksi (Manuk)
6. Mawulu (Wiji)
I.

MANGSA DALAM PENANGGALAN JAWA

Mangsa adalah nama waktu sebulan (seperdua belas tahun) tetapi lamanya tidak
sama, ada yang kurang dari 30 hari dan ada juga yang lebih dari 40 hari.
Perhitungan mangsa dimulai dan matahari tampak di sebelah utara (bulan Juni).
Mangsa juga merupakan penggambaran indikator birahi alam, sehingga mangsa
banyak digunakan para petani untuk pedoman bercocok tanam. Contoh : 1.
birahinya anjing kawin itu mangsa 9, sehingga tidak akan kita temukan anjing kawin pada
mangsa yang lain. 2. Adanya musim buah buahan.
Nama mangsa pada umurnya sebagai berikut:
1. Kartika
= Kasa
=
2. Pusa
= Karo
=
3. Manggasari
= Katelo
=
4. Sitra
= Kapapat
=
5. Manggakala
= Kalima
=
6. Naya
= Kaenem
=
7. Palguna
= Kapitu
=
8. Wisaka
= Kawolu
=
9. Jita
= Kasongo
=
10. Srawana
= Kasepuluh
=

22 Jun 01 Agt
02 Agt 24 Agt
25 Agt 17 Sep
18 Sep 12 Okt
13 Okt 08 Nop
09 Nop 21 Des
22 Des 02 Peb
03 Peb 28 Pem
01 Mar 25 Mar
26 Mar 18 Apr

= 41
= 23
= 24
= 25
= 27
= 43
= 43
= 26
= 25
= 24

11. Badrawana
12. Asuji

= Kasewelas
= Karolas

= 19 Apr 11 Mei
= 12 Mei 21 Jun

= 23
= 41

Mangsa Kasewelas disebut pula Dhestha.


Mangsa Karolas disebut pula Sadda.
J.
HARI SENGKALA DALAM PENANGGALAN JAWA
Hari sengkala adalah hari wewenang jin untuk memusuhi (menggoda /
mengganggu) manusia, oleh karena itu bagi manusia adalah sengkala artinya
halangan atau gangguan.
Nama hari-hari sengkala adalah :
1. Sampar wangke = tersandung bangkai = tidak baik untuk punya hajat, bepergian jauh
atau maju perang.
2. Tali wangke = tali bangkai = tidak baik untuk punya hajat, pergi jauh dan maju perang.
3. Sari Agung = larangan besar = tidak baik untuk punya hajat, pergi jauh dan maju
perang.
4. Kala Renteng = kala hari berturut-turut, tidak baik untuk punya hajat, pergi jauh dan
maju perang.
5. Aryang = ringkel jalma = nasib tidak baik untuk manusia, tidak baik untuk punya hajat,
pergi jauh dan maju perang.
K.

HARI BAIK DALAM PENANGGALAN JAWA

Menurut kepercayaan kuno ada dua hari baik untuk punya hajat dan berusaha :
1. Sri tumpuk, baik untuk meminang, menikah, mulai mananam segala macam tananam,
mulai berusaha (berdagang atau mendirikan perusahaan)
2. Bulan atau wuku yang ada harinya Anggara Kasih, baik untuk meminang, menikah,
khitanan, boyongan, dan segala macam usaha.
L. HARI KELAHIRAN
Hari kelahiran biasanya dianggap baik bagi yang orang lahir pada hari itu, oleh
karena banayk orang yang memperingati hari kelahirannya dengan berpuasa,
bersemadi, bersedekah dan lain sebagainya. Bahkan pada hari kelahirannya
dipergunakan

segala

macam

hajat

yang

baik,

misalnya

pindah

rumah,

mendirikan rumah, mulai berusaha dan segala macam perbuatan baik. Biasanya
yang dianggap tantangan bagi seseorang sesuai dengan kelahirannya ialah hari
Puput Puser, ialah pangkal pusatnya sudah mengering lalu lepas dari perutnya.
M. DINA UWAS
Hari yang tidak pernah ditempati tahun baru Jawa disebut Dino Uwas (Dino tanpo tanggal)
tidak baik untuk segala keperluan, hari tersebut antara lain :
1.

Selasa wage

2.

Rabu legi

3.

Kamis pon

4.

Saptu kliwon

5.

Minggu pahing

N. Watak tahun ketika tahun barunya (1 suro) jatuh pada hari :


1.

Radite (minggu)

: tahun kelabang atau Date kenobo

2.

Soma (senen)

: tahun cacing atau soma werjita

3.

Anggara (selasa)

: tahun kepiting atau anggara rekata

4.

Buda (rabu)

: tahun kerbau atau buda mahesa

5.

Respati (kamis)

: tahun serangga atau respati mimi-mintuna

6.

Sukra (jumat)

7.

Tumpak (saptu)

: tahun udang atau sukra lengkara


: tahun kambing atau tumpak menda

Jawa, karena memang saling


manfaat dalam hidup dan kehidupan

Demikian sekilas tentang sejarah aksara dan penanggalan

terkait.

Semoga

bisa

mendatangkan

kita.Membangkitkan simbol simbol kehidupan Nusantara untuk menuju kebangkitan Nusantara


Jaya.

RAHAYU.!!!

Anda mungkin juga menyukai