-
Kutara Manawa: Kitab Hukum Federasi Majapahit
POSTED ON MEI 21, 2016 UPDATED ON MEI 21, 2016
Wahai saudaraku. Dalam kesempatan kali ini mari kita kembali mengulik
tentang kejayaan Nusantara lama. Dan khusus di tulisan ini, maka kajiannya masih seputar kejayaan dari
kerajaan Majapahit. Tujuannya adalah agar bangsa ini kembali sadar dan tetap percaya pada dirinya
sendiri. Karena kita adalah orang Nusantara yang tentunya punya karakter dan budayanya sendiri. Kita
tidak bisa disamakan dengan bangsa lain, dalam banyak hal, karena memang kita ini adalah bangsa yang
hebat. Dan kita pun tidak perlu ikut-ikutan dengan mereka itu, karena kita memang bukan seperti mereka.
Kembali ke sejarah Wilwatikta atau yang biasa disebut dengan Majapahit. Maka sebagai kerajaan yang
besar tentunya ada suatu mekanisme administrasi, birokrasi dan tata hukum kenegaraan yang dijadikan
sebagai landasan utama. Maklumlah saat itu Majapahit adalah sebuah kekaisaran yang memerintah
sebuah wilayah yang bahkan lebih luas dari NKRI sekarang. Sehingga demi menjalankan roda
pemerintahannya dengan lancar, maka khususnya Maha Patih Gajah Mada saat itu telah menyusun
sebuah kitab yang berisikan tentang segala aturan hukum (pidana dan perdata) yang kemudian dikenal
dengan nama Kutara Manawa.
Lalu dalam sejarahnya, kitab Kutara Manawa ini diilhami oleh kitab hukum yang lebih tua, yang
sebelumnya pernah digunakan pada masa kerajaan Singosari. Kitab hukum di zaman Singosari tersebut
terdiri dari dua buah kitab utama, yaitu Kutarasastra dan Manawasastra. Lalu, perlu diketahui pula
bahwa kitab-kitab hukum yang digunakan di masa kerajaan Singosari itu pun adalah saduran dan atau
pengembangan dari hukum yang pernah di terapkan pada masa kerajaan sebelumnya yaitu kerajaan
Medang (Mataram kuno) dan Kalingga. Dimana hukum tersebut dikenal nama Dharmasastra.
1. Pembuktian tentang keberadaan kitab Kutara Manawa
Dalam Kidung Sorandaka diuraikan bahwa Lembu Sora (seorang pembesar Majapahit) dikenakan
tuntutan hukuman mati berdasarkan kitab undang-undang Kutara Manawa, akibat pembunuhannya
terhadap Mahisa Anabrang ketika terjadi pemberontakan Rangga Lawe. Dari uraian
Kidung Sorandaka tersebut, kita pun bisa mengetahui tentang adanya kitab undang-undang yang
bernama Kutara Manawa pada masa kerajaan Majapahit. Selanjutnya dalam penelitian prasasti-prasasti di
zaman Majapahit, setidaknya terdapat dua prasasti yang mencatat nama kitab undang-undang Kutara
Manawa ini, yaitu Prasasti Bendasari (sayang tidak bertarikh) dan Prasasti Trowulan yang berangka tahun
1358 Masehi.
Pada prasasti Bendasari yang dikeluarkan oleh Sri Rajasanagara (Dyah Hayam Wuruk/Brawijaya III)
yang termuat dalam O.J.O LXXXV pada lempengan 6a, tersebut nama perundang-undangan tersebut
dalam kalimat seperti berikut ini:
“Makatanggwan rasagama ri sang hyang Kutara Manawa adi, manganukara prawettyacara sang
pandita wyawaharawiccheda ka ring malama”
Artinya: Dengan berpedoman kepada isi kitab yang mulia Kutara Manawa dan lainnya, menurut teladan
kebijaksanaan para pendeta dalam memutuskan pertikaian jaman dahulu.
Pada Prasasti Trowulan yang juga dikeluarkan oleh Sri Rajasanagara, maka pada lempengan III baris 5
dan 6, kedapatan juga nama kitab perundang-undangan Kutara Manawa ini, yang bunyinya seperti
berikut:
” …. Ika ta kabeh Kutara Manawa adisastra wicecana tatpara kapwa sama-sama sakte kawiwek saning
sastra makadi Kutara Manawa ….”
Artinya: Semua ahli tersebut bertujuan hendak menafsirkan kitab undang-undang Kutara Manawa dan
lain-lainnya. Mereka itu cakap menafsirkan kitab-kitab undang-undang seperti Kutara Manawa.
Dari uraian kedua prasasti tersebut, dapatlah kita pastikan bahwa nama kitab perundang-undangan pada
zaman kerajaan Majapahit adalah Kutara Manawa. Terjemahan dari kitab ini memang pernah diterbitkan
oleh Dr. J.C.G Jonker pada tahun 1885. Dan khusus pada pasal 23 dan 65 kitab undang-undang tersebut
menyebut nama Kutara Manawa. Oleh karenanya dalam hal ini semakin dapat dipastikan bahwa kitab
perundang-undangan di zaman kerajaan Majapahit disebut dengan Kutara Manawa.
2. Susunan dan isi kitab Kutara Manawa
Kitab hukum ini di tulis dalam bahasa Jawa kuno. Secara keseluruhan kitab Kutara Manawa ini terdiri
dari 275 pasal yang lebih menitik beratkan kepada perkara-perkara hukum pidana (jenayah) disamping
ada juga yang berkaitan dengan hukum perdata semacam perkawinan, mahar, jual-beli, hutang-piutang
dan lain-lain. Dari penelusuran yang dilakukan, maka semua pasal-pasal itu termaktub ke dalam 19 Bab
sebagai berikut:
1. Bab I : Ketentuan umum mengenai denda.
2. Bab II : Asta Dusta atau Delapan macam pembunuhan.
3. Bab III : Perlakuan terhadap hamba, disebut kawula.
4. Bab IV : Asta Corah atau Delapan macam pencurian.
5. Bab V : Sahasa atau Paksaan.
6. Bab VI : Adol-atuku atau Jual-beli.
7. Bab VII : Sanda atau Gadai.
8. Bab VIII : Ahutang-apihutang atau Hutang-piutang.
9. Bab IX : Titipan.
10. Bab X : Tukon atau Mahar.
11. Bab XI : Kawarangan atau Perkawinan.
12. Bab XII : Paradara atau Mesum.
13. Bab XIII : Drewe kaliliran atau Warisan.
14. Bab XIV : Wakparusya atau Caci-maki.
15. Bab XV : Dandaparusya atau Menyakiti.
16. Bab XVI : Kagelehan atau Kelalaian.
17. Bab XVII : Atukaran atau Perkelahaian.
18. Bab XVIII : Bhumi atau Tanah.
19. Bab XIX : Duwilatek atau Fitnah.
Catatan: Dalam Bab umum dari kitab Kutara Manawa ini dinyatakan secara tegas bahwa raja yang
berkuasa (sang amawa bhumi) harus teguh hatinya dalam menerapkan besar kecilnya denda, jangan
sampai salah dalam hal penetrapannya. Jangan sampai orang yang bertingkah salah luput dari tindakan
(hukuman). Itulah kewajiban raja yang berkuasa jika sungguh-sungguh mengharapkan kerahayuan
negaranya.
Bila dicermati, saya melihat ini tak jauh beda dengan hukum Taurat, hukum kitab yang
nyata diturunkan langsung dari Sang Pencipta ketika masa umat Bani Israil diusahakan
untuk diselamatkan. Umat yang dijanjikan akan kejayaannya, tapi kebanyakan mereka
ingkar, perjalanan kitab hukum dari masa demi masa dan setiap penjuru dunia,
diusahakan oleh para utusan. Nusantara memang mempunyai kebesarannya tersendiri,
tapi ingat dahulu kala perang saudara dan penghianatan sampai saat ini membuat seolah
bangsa ini kecil.
Masa demi masa hukum disempurnakan namun diimbangi dengan yang tidak mau taat.
Asumsi kaum ras dan keturunan, pending dulu penjelasannya, namun coba perhatikan
urutan riwayatnya.
Bani Israil dari Keturunan nabi Ibrahim yaitu nabi Yakub, Keturunan dari Yang lain dan
Kaumnya ada yang dibinasakan. Keingkaran Bani Israil beranjut sampai keberadaan nabi
Daud, dan Penerusnya adalah nabi Sulaiman, peradaban lebih luas sampai Asia dengan
ciri bangunan yg dibuat oleh bangsa Jin, dan hal itu adalah hal yang ditunjukan oleh sang
Pencipta bahwa bangsa Jin tunduk kepada manusia, penjelasan ini bukan dibolak-balik
ketika pertama kali nabi Adam diciptakan. Ada masanya bangsa Jin Tunduk atas perintah
Tuhannya. Keingkaran Umat Bani Israil yang mengkelompokan golongannya dalam
Agama Yahudi oleh para Ahli Kitab sampai lahirnya nabi Isa dan tidak mau diluruskan
Secara singkat Umat Yahudi mengingkari nabi yang akan dibangkitkan kembali, sampai
sekarang keyakinan itu mereka pertahankan. Dan masih berharap datangnya Nabi
Terakhir bagi mereka.
Kelompok golongan lain yaitu Nasrani, yang mengakui nabi Isa, namun
menyekutukannya dengan Allah, menganggap Allah itu beranak yang mempunyai Ibu.
Dan sampai sekarang keyakinan itu masih ada, dan berharap nabi Terakhir Isa yang akan
dibangkitkan sebelum kiamat (Akhir Jaman) masih terus dipertahankan.
Umat lainnya adalah Muslim yang berada diantara kedua umat itu. Namun sebagian besar
Muslim pun masih berharap akan kehadiran kembali nabi Isa sebelum kiamat. Hal itu
bertentangan dengan Penjelasan Kitab sebagai nabi Terakhir sudah jelas dinyatakan
wafat.
Kebangkitan nabi Terakhir didustakan karena dahulu kaum Nasrani dan Yahudi
mengingingkan lahir dari kalangan mereka. Apakah mereka tidak berpikir bahwa
keturunan nabi Ibrahim itu bukan hanya Yakub?
Pendustaan Keagungan Allah yang ditujukan pada Peristiwa Isra Mi’raj. Hal yang jelas
perjalanan itu adalah bukan sekedar Simbol perpindahan Kiblat dari Masjidil Aqsa
Palestina ke Masjid Haram Mekah, penegasan Perintah menyembah Allah dengan
kiblatnya pun didustakan perintahnya setelah naik ke langit dan tawar menawar jumlah
rakaat.
Peristiwa naiknya Nabi adalah ketika di selamatkan pada Penyaliban oleh Bani Israil.
Maka Kelahiran Nabi Terakhirpun tak aneh bila tetap mereka dustakan.
Diantara masa nabi Sulaiman dan Isa, negri Bagian Dunia Timur mengalami peradaban
keagamaan pula, walau tak diceritakan nabinya, tapi melihat dari isi kitab yang masih
belum berubah, Hal Kebajikan dan Hukum, perhatikan bagaimana Ketika Hindu yang
pemukanya bermewah-mewah dan menindas kaum yang dibawahnya, lalu lahir sang
Budha, yang menjelaskan akan adanya nabi Akhir Jaman.
Sayang sekali Mubaligh Islam yang menjadikan AlQur’an sebagai pedomannya
mengada-ngada pada perayaan Isra Mi’raj. Dan begitulah manusia diuji dengan Hukum
Allah dan keimanannya,
Konsep kehidupan dari Awal sampai Akhir itu ada ketentuan dari Sang Pencipta. Konsep
Jiwa yang terlahir kembali dan dipanjangkan umurnya dijelaskan dalam AlQur’an.
Dan dari sekian banyak umat manusia masih berharap kehadiran Juru Selamat Bagi
mereka. Bahkan kebangkitan dirinya sendiripun tidak diingatnya kembali. Dan akhirnya
mereka tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri.
Dalam AlQur’an Allah berfirman ” Apakah engkau mau menyelamatkan manusia yang
mau mendapat hukuman?”
Firman ini dipikir berkali-kali, dan Puji Tuhan, rangkaian ayat demi ayat dan surat demi
surat adalah menjelaskan satu sama lain.
Memberi peringatan itu kewajiban manusia, Bahwa mereka mau menerima petunjuk dan
mengikutinya atau tetap mendustakan, bukan amal atau dosa tanggungan orang lain.
Manusia jika melampaui batas akan dibutakan mata hati dan tuli akan seruan-Nya. Hanya
manusia beriman dan bertaqwa yang meminta petunjuk yang diberi petunjuk, dan
ditambah petunjuk itu.
Manusia tidak bisa hidup kembali kepada masa lalu, namun seriap kejadian tidak akan
luput dari sepengetahuan Allah, dan Allah Maha Mengetahui Segalanya, begitulah
manusia diperintah untuk bertasbih (menyucikan nama Allah) bertahmid (bersyukur
memuji Allah) Istighfar (meminta pengampunan) dan meminta petunjuk, semua
dilakukan dalam sembaHyang 5waktu.
manusia ada pengawalnya yaitu Malaikat, tapi adapula seruan Syetan. Begitulah interaksi
dari berbagai mahluk.
Hukum Allah perintah dan larangannya apa yang menyulitkan? Selain dari ketamakan
hidup? Kesibukan membuat lalai, persaingan membuat lupa diri dan menghalalkan segala
cara dan mengikuti langkah Syetan,
Perbedaan Petunjuk Allah dan Dugaan atau Prasangka itulah yang menjadikan daya nalar
manusia bimbang. Disitulah cara kerja Syetan mengajak ke Neraka. Logikanya Seruan 5
Waktu Sembahyang, ada yang taat lalai. Seruan itu adalah hal yang nyata, jika diikuti tiap
detik pun seruan berkumandang dari timur kebarat, dalam satu waktu.
Dari sumbermana ini? Keseluruhan Al Qur’an menjelaskannya, dalam situs pribadi saya
sertakan yang indexnya disederhanakan.
Terimakasih! Semoga bermanfaat dan membuka wawasa.
sayangnya kutaramanawa tidak lebih dari kitab hukum yang tidak lebih sebuah alat di
pengadilan. lembu sora difitnah dan namanya baru belakangan terungkap. gajahmada
cuman menyebut kitab kutaramanawa ketika menangkap cakdradaka( novel), tapi ketika
pembantaian bubat. ia sama sekali tak digolongkan sebagai pembunuh.
Hmmm… Tentang dua kisah (konspirasi) itu saya gak ikutan komentar ajalah..
Ada banyak versi dan sudut pandang tentang peristiwa itu.. Tapi yang jelas
hukum itu, baik atau buruknya akan kembali pada manusia sebagai
penggunanya..
Tapi terima kasih atas kunjungannya mas/mbak Hattala Salwaka.. semoga ttp
bermanfaat..
[…] Dunia atau Seni Perhiasan Mengagumkan dari Majapahit atau Majapahit: Bukti
Kejayaan Nusantara atau Kutara Manawa: Kitab Hukum Federasi Majapahit atau Sistem
Kasta di Era Majapahit: Bukti Kehebatan Bangsa […]
BALAS
Cintku;
“Wahai Yang Kesucian Wajah-NYA membahagiakan hati para pengenal-NYA. Aku
memohonkan cinta-MU. Anugerahkan padaku untuk selalu memandang-MU. Biarkan
cintaku kepada-MU membimbingku pada ridha-MU. Dan jadikan pula ENGKAU lebih
aku cintai daripada selain-MU”
Maafkan Aku
“Maafkan diriku oh Hyang Aruta. Aku terus mencari-MU, sehingga lupa bahwa ENGKAU ada
dimana-mana. Dalam memikirkan-MU, aku telah lupa bahwa ENGKAU berada diluar
pemikiran. Dalam berdoa kepada-MU, aku pun lupa bahwa ENGKAU melampaui kata-kata.
ENGKAU-lah segalanya, sedangkan diri ini tak pernah ada”
Mengubah Dunia
“Hanya dari yang biasa tapi bila memiliki cita-cita, visi dan misi yang luar biasa. Maka
seseorang akan mengubah dunia”
Renungkanlah
“Wahai kekasihku. Tak lama lagi negeri ini akan hancur. Cahaya Ilahi telah di angkat tinggi ke
langit. Karena karakter mulia terus memudar dan sering dikompromikan. Sifat-sifat duniawi
pun terus menjadi pengendali. Mereka berprilaku tidak sepantasnya dan mata mereka menjadi
rabun, sebab telah kehilangan hartanya yang paling berharga. Sedangkan hancurnya
peradaban ini disebabkan oleh kesalahan segelintir manusia. Banyak yang tahu sebabnya, akan
tetapi sebagian besar dari mereka terus mengabaikannya. Maka timbullah kelongsoran besar
dalam akhlak dan akibatnya kehidupan ini tidak dapat tertolong karena di telan bencana besar”
Khalifah
“Tidak ada kemajuan kecuali dengan jalan usaha. Tidak ada jalan bagi usaha kecuali
kecerdasan. Kecerdasan adalah sumbunya pembangunan. Tapi, tiada pembangunan tanpa
keadilan. Keadilan adalah timbangan yang menstabilkan kehidupan. Untuk itu ditunjuklah
seorang penjaga, yaitu Khalifah”
Kekhalifahan
“Tidak ada negara yang sempurna kecuali dengan hukum Tuhan. Hukum tidak dapat
ditegakkan kecuali oleh Khalifah. Tapi tidak dikatakan seorang Khalifah bila ia tidak adil dan
beriman. Sebab, kemuliaan bagi seorang Khalifah adalah kezuhudan dan kepahlawanan”
Penaklukkan
“Berikan aku seribu orang zuhud, maka akan ku taklukkan dunia”
Bunga mawar
“Jadilah bunga mawar, dan jangan pernah menjadi kumbang apalagi tawon. Karena dimana
pun ia berada, bunga tidak bisa di katakan bunga semerbak. Lantaran bunga yang sebenarnya
akan selalu tumbuh di hutan romantis”
Arsip
Arsip Pilih Bulan November 2021 Oktober 2021 September 2021 Agustus 2021 Juli 2021 Juni
2021 Mei 2021 April 2021 Maret 2021 Februari 2021 Januari 2021 Desember 2020
November 2020 Oktober 2020 September 2020 Agustus 2020 Juli 2020 Juni 2020 Mei 2020
April 2020 Maret 2020 Februari 2020 Januari 2020 Desember 2019 Oktober 2019 September
2019 Agustus 2019 Juli 2019 Juni 2019 Mei 2019 April 2019 Maret 2019 Februari 2019
Januari 2019 Desember 2018 November 2018 Oktober 2018 September 2018 Agustus 2018
Juli 2018 Juni 2018 Mei 2018 April 2018 Maret 2018 Februari 2018 Januari 2018 Desember
2017 November 2017 Oktober 2017 Agustus 2017 Juli 2017 Mei 2017 April 2017 Maret
2017 Februari 2017 Januari 2017 Desember 2016 Oktober 2016 September 2016 Agustus
2016 Juli 2016 Juni 2016 Mei 2016 April 2016 Maret 2016 Februari 2016 Januari 2016
Desember 2015 November 2015 Oktober 2015 September 2015 Agustus 2015 Juli 2015 Juni
2015 Mei 2015 April 2015 Maret 2015 Februari 2015 Januari 2015 November 2014 Oktober
2014 September 2014 Agustus 2014 Juni 2014 Mei 2014 April 2014 Maret 2014 Desember
2013 November 2013 Oktober 2013 September 2013 Agustus 2013 April 2013 Maret 2013
Februari 2013 Oktober 2012 Agustus 2012 Juli 2012 Juni 2012 Mei 2012 April 2012 Maret
2012 Februari 2012 Januari 2012 Desember 2011 November 2011 Oktober 2011 September
2011 Juli 2011 Juni 2011 Mei 2011 April 2011 Maret 2011 Februari 2011 Januari 2011
Desember 2010 November 2010 Oktober 2010 September 2010 Agustus 2010 Juli 2010 Juni
2010 Mei 2010 April 2010 Maret 2010 Februari 2010 Januari 2010 Desember 2009
November 2009 September 2009 Agustus 2009 Juli 2009 Juni 2009 Mei 2009 April 2009
Maret 2009 Februari 2009 Januari 2009 Desember 2008 November 2008 Oktober 2008
September 2008 Juni 2008 Mei 2008