Anda di halaman 1dari 7

NAMA: TATAHIRA ANNASIRA

NPM : 1906101020064
MATA KULIAH : SEJARAH ACEH KLASIK

ASAL MULA KERAJAAN LINGE DAN GAYO

Kerajaan Lingge didirikan oleh Adi genali yang datang dari negeri RUM pada tahun 1025 M di
Buntul. Kerajaan ini berkuasa ditanoh gayo dan berkedudukan di gayo deret.tetapi sejarah suku
bangsa gayo dan kerajaan nya sampai sekarang masih belum jelas dan harus dilakukan
penelitian lagi secara sungguh sungguh
Snouck Horgronje pernah melakukan penelitian tentang gayo beberapa tahun sevelum Belanda
menyerbu ke tanah Gayo pada tahun 1904.konon Snouck tidak pernah ke tanah gayo dia hanya
mendapat kan sumber dari Aman ratus dan Djampok. Penelitian nya itu di tulis dalam buku Het
Gayoland en zijne bewoners.
Namun dalam buku itu Snouck tidak menjelaskan asal usul suku gayo dan kerajaan linge. Dia
lebih banyak mengulas tentang keturunan beberapa reje gayo spt kejuruan bukit. Gayo lut.
Linge. Nosar dan Bebesan di daerah gayo lut dan keujrun patiambang di daerah gayo lues dan
keujrun abok di lokop serbo jadi dan mengenai beberapa lagenda tentang nenek moyang Orang
Gayo
Kisah dan asal usul kerajaan Linge dan Gayo terdapat dalam catatan perjalan marco polo ketika
pada tahun 1292 dalam perjalan nya ke Cina. Marco polo singgah di kerajaan Perlak
Ketika Marco Polo berada di Perlak ia mendapati penduduk Perlak sudah beragama Islam.
Penduduk yang tidak mau menerima islam mengungsi kepedalaman.mareka menemukan
“kerajaan kecil dan laut kecil” di pedalaman.
Rakyat asli di pedalaman menyebut daerahnya dengan nama Lainggow dan menyebut raja nya
dengan nama Ghayo o gayo yg arti nya raja Gunung Suci. Didaerah itu telah berdiri kerajaan
kecil bernama kerajaan Lainggow yang masih berhubungan dengan kerajaan Perlak.
Besar kemungkinan yang di maksud dengan lainggow tersebut adalah kerajaan Linge. Sedang
kan yg di maksud dengan laut kecil itu adalah laut tawar. Mengingat laut tawar lah satu satu
nya “laut” yang ada di pedalaman Perlak.
Dari catatan marco polo ini kita ketahui bahwa di pedalaman Perlak sudah ada penduduk asli yg
mendiami sekitar danau sebelum masuk Islam dan sebelum kedatangan political Refugee ke
daerah Gayo.Akibat perperangan kerajaan Perlak dengan kerajaan Sriwijaya pada masa
pemerintahan Sultan makdum alaidin malik ibrahim johan syah tahun 986-1023.
Jika catatan marco polo ini benar maka penduduk asli pedalaman ini disebut sebagai Suku
Ghayo sesuai dengan sebutan raja nya Ghayo o Ghayo yg selanjut nya di sebut sebagai suku
gayo dan kerajaan nya bernama linge.
Catatan Marco polo ini dikutip oleh Dada meuraxa dalam buku nya sejarah kebudayaan
sumatra. Terbitan hamsar medan dihalaman 64
Ada pula pendapat yg mengatakan asal usul ureng gayo adalah pelarian dari Perlak yg menolak
islam. Lari ke pedalaman karena Ka Yo. Artinya sdh takut atau penakut yg lama kelamaan
menjadi Gayo.
Sejarawan Aceh HM Zainuddin menyebutkan perkataan Gayo awal mula nya berasal dari kata
KA YO dalam bahasa aceh yg arti nya penakut. Namun pendapat itu di bantah dan disanggah
oleh Tengku ilyas Leube tokoh gayo yang juga Raja linge ke 18.Beliau mengajak HM zainuddin
beradu argumen diforum ilmiah. Tapi sayang sebelum rencana itu terlaksanakan HM zainuddin
mninggal dunia sehingga gagal agenda tersebut.sumber dari hikayat raja raja Pasai menyebut
kan orang orang yg tdk mau masuk islam kemudian lari hulu sungai peusangan krn itu mareka
dinamai Gayo sampai sekarang
Adapun dicerita kan oleh orang yg empunya cerita. Ada satu negeri kaum dalam negeri itu tiada
ia mahu masuk agama islam maka ia lari ke hulu sungai peusangan maka kerena itu lah dinamai
orang dalam negeri itu GAYO sampai sekarang.
Pendapat lain tentang perkataan Gayo adalah kaitan dengan kisah yang menimpa merah mege
anak bungsu dari muyang mersa cucu daripada pendiri kerajaan ISAQ maulana malik Isaq.
Ketika enam saudara muyang mege bersepakat untuk membunuh nya dengan cara memasuk
kan muyang mege kedalam telaga tua di loyang datu krn iri hati dan dengki. Mareka
mengangap muyang mersa ayah muyang mege pilih kasih dalam menyanyangi anak anak nya.
Kisah nya mirip kisah Nabi Yusuf yg di jatuh kan ke sumur oleh saudara saudara tiri beliau
Yehuda
Muyang mersa bersama penduduk mencari anak nya berhari hari.atas bantuan anjing
peliharaan muyang mersa bernama pase akhir nya muerah mege di temu kan dan meurah
mege berhasil diselamat kan dalam keadaan masih hidup. Secara spontan mareka
berteriak.”dirgayo…. Dirgayo.. Dirgayo yg arti nya Selamat.. Kemudian perkataan dirgayo itu
lama kelamaan berubah menjadi GAYO.
Adapun kerajaan nya nenurut M yunus jamil kerajaan Linge didirikan tahun 1025 dengan raja
nya bernama kik betul atau Kawe tupat yg memerintah bersamaan masa pemerintahan Sultan
Makdum alaidin johan syah di kerajaan Perlak.
Salah satu raja cek di gayo tahun 1905

Pada tahun 1511 diketahu seorang raja linge yaitu raja Linge je XXII mempunyai kedudukan
penting di kerajaan Aceh darussalam dan Johor. Ketika portugis merebut malaka dan Sultan
mahmudsyah mengungsi ke kampar dan keluarga nya mengungsi ke Aceh.seorang putra
Malaka bernama Sultan mansyur syah dinikah kan dengan putri Aceh dan seorang putri Malaka
dinikah kan dengan pembesar Kerajaan Aceh yaitu Raja Linge XIII
Raja linge XIII menjabat sebagai panglima besar angkatan perang Aceh berjuang bersama Sultan
mengusir portugis di malaka dan pasai serta Aru. Krn kesibukan dan kedudukan yang strategis
dikerrajaan Aceh maka raja Linge XIII menyerahkan kerajaan Linge di tanoh Gayo kepada anak
tertua nya menjadi raja Linge XIV. Raja Linge XIII ini lah yg kemudian memiliki anak bernama
bener meri dan seungeda yang melegenda itu peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan
Sultan Aceh Alaidin Riayatsyah tahun 1539-1571.
Pendapat lain juja mengatakan Salah satu literatur yang saya jadikan acuan adalah sejarah
Kerajaan Syiah di nusantara. Syiah hadir sejak awal Islam masuk ke Nusantara. Bahkan, menurut
beberapa sejarawan, kerajaan Islam pertama di Nusantara didirikan oleh Syiah: Kerajaan Perlak.
Bukti arkeologisnya makam Raja Perlak pertama, Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz
Syah, di Peureulak, Aceh Timur.

Pada tahun 800 Masehi, sebuah kapal dagang berlabuh di Bandar Perlak. Armada itu
mengangkut seratus saudagar Muslim Arab Quraisy, Persia, dan India, yang dipimpin nakhoda
Khalifah. Mereka membarter kain, minyak atar, dan perhiasan dengan rempah-rempah.
“Rombongan misi Islam yang dipimpin Nakhoda Khalifah semuanya orang-orang Syiah,” tulis
sejarawan A. Hasjmy dalam Syi’ah dan Ahlussunnah.

Sejak itu, mereka kerap datang ke Bandar Perlak sehingga banyak orang Perlak masuk Islam,
termasuk Meurah (Maharaja) Perlak dan keluarganya. Sebagai penghargaan kepada Nakhoda
Khalifah, pada tahun 840 Masehi diproklamasikan kerajaan Perlak yang beribukota Bandar
Khalifah, saat ini letaknya sekira enam kilometer dari kota Peureulak. “Kerajaan Islam yang
pertama berdiri di Indonesia yaitu Perlak, boleh dinamakan Daulah Syi’iyah (Kerajaan Syi’ah),”
simpul Hasjmy.

Sultan pertama Perlak adalah Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah, yang beraliran
Syiah dan merupakan keturunan Arab dan menikah dengan perempuan setempat, yang
mendirikan Kesultanan Perlak pada 1 Muharram 225 H (840 M). Ia mengubah nama ibukota
kerajaan dari Bandar Perlak menjadi Bandar Khalifah. Sultan ini bersama istrinya, Putri Meurah
Mahdum Khudawi, kemudian dimakamkan di Paya Meuligo, Peureulak, Aceh Timur.(Siti
Rahmah.Perempuanku Sayang, Perempuanku Malang)

Pergolakan Sunni – Syiah berlangsung beberapa tahun, sampai pada tahun 362 H (956 M),
setelah meninggalnya sultan ketujuh, Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan
Berdaulat, terjadi lagi pergolakan selama kurang lebih empat tahun antara Syiah dan Sunni yang
diakhiri dengan perdamaian dan pembagian kerajaan menjadi dua bagian:
– Perlak Pesisir (Syiah) dipimpin oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah (986 – 988)
– Perlak Pedalaman (Sunni) dipimpin oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan
Berdaulat (986 – 1023)

Dibawah kepemimpinan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat, kaum
sunni membuka kawasan baru sebagai basis kerajannya di sekitar daerah Lokop Serba Jadi.
Inilah cikal bakal kerjaan Linge. Pada saat terbentuknya kerajaan Suni ini, Kerajaan Perlak
diserang oleh kerjaan Sriwijaya. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan kembali ke
Perlak untuk merebut kerajaan Perlak  yang telah dikuasai oleh kerajaan Sriwijaya. Beliau
memimpin perjuangan melawan Sriwijaya hingga tahun 1006.

Selama 20 tahun lamanya pertempuran melawan kerajaan Sriwijaya, Sultan Makhdum Alaiddin
Malik Ibrahim Shah Johan memerintahkan sebagian kaum suni yang masih tingal di kawasan
Lokop Serbe Jadi untuk bertahan di pegunungan. Kaum Sunni ini bergerak sekitar 34 km masuk
kepedalaman untuk membuka kawasan baru.

“…. Lingga Negara Perlak Aceh” yang diterjemahkan oleh Masykur A. Badal.
Menurut Tgk. Ilyas Leube dalam kekeberen Gayo yang sempat direkam pada tahun 1976, beliau
mengkisahkan bahwa bentuk bendera kerajaan Linge, pada bagian atas tertulis kaliamat
Syahadat dan bagian bahwah bertuliskan nama para sahabat nabi yang 4 ; Abu Bakar, Umar,
Ustman dan Ali.

Salah satu bukti hubungan Kerajaan Linge dengan kerajaan Perlak adalah setempel Reje Linge
yang antara lain bertuliskan “…. Lingga Negara Perlak Aceh” yang diterjemahkan oleh Masykur
A. Badal.

KERAJAAN LINGE

Bendera kerajaan Linge


Kerajaan Linge adalah sebuah Kerjaaan kuno di Aceh. Kerajaan ini terbentuk pada tahun 1025
dengan raja pertamanya adalah Adi Genali. Adi Genali (Kik Betul) mempunyai empat orang anak
yaitu: Empu Beru, Sibayak Linge, Merah Johan, Reje Linge I mewariskan kepada keturunannya
sebilah pedang dan sebentuk cincin permata yang berasal dari sultan Peureulak Makhdum
Berdaulat Mahmud.
Syah (1012-1038).
Kerajaan Lingë berdiri pada abad ke-10, sedangkan masa kejatuhannya pada abad ke-12 atau
ke-13. Kerajaan Lingë berasal dari Kerajaan Rum atau Turki, asal kata Lingë berasal dari bahasa
Gayô yang berarti Léng Ngé yang artinya suara yang terdengar. Raja Lingë I ini beragama Islam
bernama Réjé Genali atau Tengku Kawe Tepat .
Raja Lingë mempunyai 4 anak, 3 laki-laki dan satu perempuan. Seorang perempuan bernama
Datu Beru, dan ketiga anak laki-lakinya bernama Djohan Syah, Ali Syah dan Malam Syah.
Pada masa kolonial Belanda kerajaan Linge menjadi sebuah keujreun yang di pimpin oleh
seorang keujreun bergelar Reje. Tahun 1919 keujrun Linge di jabat oleh Aman Cahyamani
sepeninggal Beliau di ganti kan okeh Sasa Aman talib.
Pada masa kolonial Belanda kerajaan Linge menjadi sebuah keujreun yang di pimpin oleh
seorang keujreun bergelar Reje. Tahun 1919 keujrun Linge di jabat oleh Aman Cahyamani
sepeninggal Beliau di ganti kan oleh Sasa Aman Talib.
Daftar Raja Raja Linge

Silsilah keturunan Kerajaan Linge dari Suku Gayo


Kute Reje sekarang namanya Provinsi Aceh.
1. Reje Linge Ke I Ahmad Syarief
2. Raja Linge Ke II Meurah Ishaqsyah
3. Raja Linge Ke III Meurah Jernang
4. Raja Linge Ke IV Adi Genali
5. Reje Linge Ke V Johansyah
6. Raja Linge Ke VI Bujang Lano
7. Raja Linge Ke VII Kejurun Jagong
8. Raja Linge Ke VIII Uyub
9. Raja Linge Ke IX Hud
10.Raja Linge Ke X Mahmud
11.Raja Linge Ke XI M.Saleh
12.Raja Linge Ke XII Lhut
13.Raja Linge Ke XIII Bukit
14.Raja Linge Ke XIV Alisyah
15.Raja Linge Ke XV Aman Nyak
16.Raja Linge Ke XVI Cut
17.Raja Linge Ke XVII Sasa
18.Raja Linge Ke XVIII Abdul Muthalib
Umah Pintu Ruang Raje Linge. Rumah adat pitu ruang (tujuh ruang) adalah tempat tinggal
Kerajaan Linge dari Raja Linge I-XIII

Anda mungkin juga menyukai