Anda di halaman 1dari 42

Hukum Hindu:

1. Hukum Hindu: sebuah tata aturan yang membahas


aspek kehidupan manusia secara menyeluruh yang
menyangkut tata keagamaan, mengatur hak dan
kewajiban manusia baik sebagai individu maupun
sebagai makhluk sosial, dan aturan manusia
sebagai warga negara (tata Negara).
2. Hukum Hindu: berarti perundang-undangan yang
merupakan bagian terpenting dari kehidupan
beragama dan bermasyarakat.
Manavadharmasastra:
1. Sebuah kitab Dharmasastra yang dihimpun dengan bentuk
yang sistematis oleh Bhagawan Bhrigu, salah seorang
penganut ajaran Manu, dan beliau pula salah seorang Sapta
Rsi.
2. Kitab ini dianggap paling penting bagi masyarakat Hindu
dan dikenal sebagai salah satu dari kitab Sad Wedangga.
3. Wedangga adalah kitab yang merupakan batang tubuh
Veda yang tidak dapat dipisahkan dengan Veda Sruti dan
Veda Smrti.
4. Penafsiran terhadap pasal-pasal Manawa Dharmaṡāstra
telah dimulai sejak tahun 120 M dipelopori oleh
Kullukabhatta dan Medhiti di tahun 825 M.
Gautama, Baudhayana, Shanka-likhita, Wisnu,
Aphastamba, Harita, Wikana, Paitinasi,
Usanama, Kasyapa, Brhraspati dan Manu.

Beberapa Aliran Hukum Hindu

1. Aliran Yajnyawalkya oleh Yajnyawalkya.


2. Aliran Mithaksara oleh Wijnaneswara.
3. Aliran Dayabhaga oleh Jimutawahana.
1. Keberadaan hukum Hindu dapat berkembang dengan
pesat khususnya di wilayah India dan sekitarnya
2. Dua aliran yang yang terakhir yang mendapat
perhatian khusus dan dengan penyebarannya yang
sangat luas yaitu aliran Yajnyawalkya dan aliran
Wijnaneswara.
3. Pelembagaan aliran (Yajnyawalkya dan
Wijnaneswara) yang diatas sebagai sumber Hukum
Hindu pada Dharmasastra.
4. Adapun penggaruh Hukum Hindu sampai ke Indonesia
nampak jelas pada Jaman Majapahit.
ALASAN MENGAPA HUKUM HINDU PENTING UNTUK
DIPELAJARI ?

1. Hukum Hindu merupakan bagian dari hukum


positif yang berlaku bagi masyarakat Hindu di
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, khususnya pasal
29 ayat 1 dan 2, serta pasal 2 aturan peralihan
Undang-Undang Dasar 1945.

2. Untuk memahami bahwa berlakunya hukum Hindu


di Indonesia dibatasi oleh falsafah Negara Pancasila
dan ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang
Dasar 1945.
ALASAN MENGAPA HUKUM HINDU PENTING UNTUK
DIPELAJARI ?

3. Untuk dapat mengetahui persamaan


dan perbedaan antara hukum adat
(Bali) dengan hukum agama Hindu
atau hukum Hindu.

4. Untuk dapat membedakan antara adat


murni dengan adat yang bersumber
pada ajaran-ajaran agama Hindu.
Veda Smerti Sumber Hukum Hindu dpt dibagi 2 Klp:

1. Siksa (Phonetika) 1. Itihasa


2. Vyakarana (Tatabahasa) 2. Purana
3. Chanda (Lagu) 3. Arthasastra
4. Nirukta (Sinonim) 4. Ayur Veda
5. Jyotisa (Astronomi 5. Gandharva Veda
6. Kalpa (Ritual)
Sumber-sumber Hukum Hindu

Kitab Hukum Hindu pertama dikenal adalah Dharmasastra

Ada tiga penulis yang terkenal dgn keberadaan kitab


Dharmasastra:

1. Gautama: penulis kitab Dharmasutra yang karya


hukumnya lebih menekankan pembahasan aspek
hokum dalam rangkaian peletakan dasar tentang
fungsi dan tugas raja sebagai pemegang dharma.
Pada dasarnya beliau membahas pokok-pokok
hokum pidana dan hokum perdata.
Sumber – Sumber Hukum Hindu

2. Apastamba adalah penulis kitab


Dharmasutra yang karya hukumnya lebih
menekankan pembahasan tentang pokok-
pokok materi wyawaharapada dengan
beberapa masalah yang belum dibahas
dalam kitab Gautama, seperti:
a. mengenai hukum perzinahan
b. hukuman karena membunuh diri
c. hukuman karena melanggar dharma
d. hukuman yang timbul karena sengketa
antara buruh dengan majikan, dan
e. hukum yang timbul karena penyalahgunaan
hak milik.
Sumber – Sumber Hukum Hindu

3. Baudhayana adalah penulis kitab


Dharmasutra yang karya hukumnya
lebih menekankan pembahasan
tentang pokok-pokok hokum seperti:
a. hukum mengenai bela diri
b. penghukuman atas golongan rendah
yang membunuh Brahmana, dan
c. penghukuman atas pembunuhan yang
dilakuakn terhadap ternak orang lain.
Menurut kitab Dharmasastra yang ditulis oleh
Manu, keberadaan title hokum atau
wyawaharapada dibedakan jenisnya menjadi
delapan belas (18), yaitu:

1. Rinadana: ketentuan tentang tidak membayar


hutang.

2. Niksepa: hokum mengenai deposito dan perjanjian.

3. Aswamiwikrya: tentang penjualan barang tidak


bertuan.

4. Sambhuya-samutthana: perikatan antara firman.

5. Dattasyanapakarma: ketentuan mengenai hibah dan


pemberian
6. Wetanadana: hukum mengenai tidak membayar
upah

7. Samwidwyatikarma: hokum mengenai tidak


melakukan tugas diperjanjikan

8. Krayawikrayanusaya: pelaksanaan jual beli,

9. Swamipalawiwada: perselisihan antara buruh


dengan majikan

10. Simawiwada: perselisihan mengenai perbatasan,

11. Waparusya: mengenai penghinaan


12. Ada Dandaparusya: penyerangan dan kekerasan

13. Steya: hukum mengenai pencurian

14. Sahasa: mengenai kekerasan

15. Mengkhia Stripundharma: hukum mengenai


kewajiban suami-istri

16. Stridharma: hukum mengenai kewajiban seorang


istri

17. Wibhaga: hukum pembagian waris, dan

18. Dyutasamahwya: hukum perjudian dan


pertaruhan.
1. Hutang Piutang (Rinadana): dalam Kitab
Dharmasastra, VIII. 49 Manu Menyatakan:
 Seorang kreditur dapat menuntut / memperoleh
piutangnya dari debitur melalui persuasif moril
 Keputusan pengadilan melalui upaya akal, melalui
cara puasa didepan pintu masuk rumah debiturdan
yang akhirnya dengan kekerasan
 Yang terpenting dari hukum utang piutang itu adalah
ketentuan mengenai kebolehan menaikkan bungga
sebagai hak yang dapat dituntut oleh kreditur atas
piutang yang diberikan kepada ahli warisnya.
2. Deposito ( Niksepa) Oleh Rsi Gautama
 Ajarannya diikuti oleh Rsi Narada dan Rsi
Yajnawalkya
Dengan pembahasan yang mendalam dan meluas.
Rsi Narada dan Rsi Yajnawalkya membedakan ajaran
Hukum Niksepa menjadi beberapa jenis deposito,
Yaitu:
Yachita
Ayachita
Anwahita, dan
Nyasa
Lanjutan…………………

3. Penjualan Barang tidak bertuan (Aswamiwikraya)


 Didalam kitab Rsi Gautama tidak dijumpai
permasalahan hukum penjualan barang tidak
bertuan.
 Didalam kitabnya hanya menjelaskan adanya
klausal yang mengemukakkan dan menegaskan
bahwa penadah atau penerima barang curian dapat
dihukum (Dharmasutra XII.50).

4. Persekutuan (Sambhayasamutthana).
 Persekutuan antara firma dlm bidang hukum dagang menurut
Hukum Hindu baru pertama kali dijumpai dalam kitab
Dharmasastra Karya Rsi Wisnu.
 Premi keuntungan atau upah yang diterima oleh para anggota
harus berbanding sama menurut aturan.
Lanjutan………………..

5. Dana atau Pemberian (Dattasyanaparakarma).


 Datta Pradanika / Syanapakarma, Artinya:
menghadiahkan atau penuntutan atas
pemberian.
 Menurut Agama Hindu berbuat dana
merupakan kewajiban yang terpuji dan
diataur berdasarkan ajaran agama dan
kepercayaan masyarakat.
 Bentuk pemberian pertama kali dalam
bentuk Daksina, yaitu semacam pemberian
upah kepada Pendeta (Brahmana) yang
melakukan upacara untuk orang lain.
Sumber – Sumber Hukum Hindu

Menurut Kitab Manava Dharmasastra Buku II.


Sloka 6, yang berbunyi :

“ Vedo ‘khilo dharma mūlm


smŗtiśīle ca tadvidām.
ācāraścaiva sādhūnām
ātmanastuşţir eva ca”.
Berdasarkan sloka tersebut maka sumber-sumber
Hukum Hindu adalah Veda Sruti, Smrti, Sila,
Acara dan Atmanastuti
Pemahaman tentang hukum yang bersifat mengatur
dan mengikat, terkait dengan ajaran Agama Hindu
yang bersumber pada kitab suci Veda.
Hukum itu adalah semacam sifat dari kekuasaan
Tuhan, yang diperlihatkan dgn bentuk yg dpt dilihat
dan dialami oleh manusia.
Bentuk Hukum Tuhan yg murni disebut dengan
istilah “Rta”.
Rta adalah hukum murni yang bersifat absolut
Transcendental.
1. Sumber Hukum dalam Arti Sejarah

 Sumber hukum dalam arti sejarah adalah peninjauan


dasar-dasar hukum yang dipergunakan oleh para ahli
sejarah dalam menyusun dan meninjau pertumbuhan
suatu bangsa terutama dibidang politik, sosial,
kebudayaan, hukum, dll.
1. Pada Zaman Krta Yuga: berlaku Hukum
Hindu (Manava Dharmasastra) yang ditulis
oleh Manu.
2. Pada Zaman Treta Yuga : Berlaku Hukum
Hindu (Manava Dharmasastra yang ditulis
oleh Gautama
3. Pada Zaman Dvapara Yuga:
berlaku Hukum Hindu
(Manava Dharmasastra) yang
ditulis oleh Samkhalikhita

4. Pada Zaman Kali Yuga: berlaku Hukum


Hindu (Manava Dharmasastra) yang ditulis
oleh Parasara
Sumber Hukum Hindu dalam Arti
Sejarah

Selanjutnya sejarah
pertumbuhan hokum Hindu
dinyatakan terus berkembang.
Hal ini ditandai dengan
munculnya tiga mazhab dalam
Hukum Hindu di antaranya
adalah :
1) Aliran Yajnawalkya oleh Yajnawalkya
2) Aliran Mitaksara oleh Wijnaneswara
3) Aliran Dayabhaga oleh Jimutawahana.
2. Sumber Hukum Hindu dalam
Arti Sosiologi

Sumber hukum yang dilihat dari


keadaan ekonomi masyarakat pada
zaman-zaman sebelumnya.

Masyarakat adalah kelompok manusia pada daerah


tertentu yang mempunyai hubungan, baik hubungan
agama, budaya, bahasa, suku, darah, dan yang
lainnya.
Hukum dibuat berdasarkan kaidah-kaidah yang
berlaku dimasyarakat berdasarkan tradisi dan
berdasarkan aturan yang telah melembaga
dimasyarakat
3. Sumber Hukum Hindu dalam
Arti Formal

Menurut Prof. Mr. J.L. Van


Aveldoorm sumber Hukum dalam
arti Formal adalah sumber hukum
yang berdasarkan bentuknya yang
dapat menimbulkan hukum positif.
Artinya dibuat oleh badan atau
lembaga yang berwenang.

Yang termasuk sumber hukum dalam arti formal dan


bersifat pasti, yaitu;
1) Undang-undang,
2) Kebiasaan dan adat,
3) Traktat
Susunan sumber Hukum Hindu
dalam arti Formal adalah :

1) Undang-undang,
2) kebiasaan dan adat,
3) traktat,
4) yurisprudensi, dan
5) pendapat ahli hukum
yang terkenal.
Sistematika susunan sumber hukum
seperti tersebut di atas,

dianut pula dalam hukum


internasional sebagai tertera dalam
pasal 38 Piagam Mahkamah
Internasional dengan menambahkan
azas-azas umum hukum yang diakui
oleh berbagai bangsa yang beradab
sebagai sumber hukum juga.
Susunan hukum tersebut sebagaimana pada pasal
38 Piagam Mahkamah Internasional adalah :

a) Traktat internasional yang kedudukannya


sama dengan undang-undang terhadap
negara itu,
b) Kebiasaan internasional,
c) Azas-azas hukum yang diakui oleh bangsa-
bangsa yang beradab,
d) Keputusan-keputusan hukum sebagai
yurisprudensi bagi suatu negara, dan
e) Ajaran-ajaran yang dipublisir oleh para ahli
dari berbagai negara hukum tersebut
sebagai alat tambahan dalam bidang
pengetahuan hukum.
4. Sumber Hukum Hindu
dalam Arti Filsafat
Sumber Hukum Hindu dalam Arti Filsafat yaitu :
 Sumber hukum dalam arti filsafat merupakan
aspek rasional dari agama dan merupakan satu
bagian yang tak terpisahkan atau integral dari
agama.
 Filsafat adalah ilmu pikir, dan juga merupakan
pencairan rasional ke dalam sifat kebenaran
atau realistis, yang juga memberikan
pemecahan yang jelas dalam mengemukakan
permasalahan-permasalahan yang lembut dari
kehidupan ini, di mana ia juga menunjukkan
jalan untuk mendapatkan pembebasan abadi
dari penderitaan akibat kelahiran dan kematian.
5. Sumber Hukum Hindu Menurut Veda
Dalam sloka kitab Manawadharmasastra
ditegaskan bahwa, yang menjadi sumber
hukum umat sedharma “Hindu “ berturut-
turut sesuai urutan adalah sebagai berikut:
 Sruti
 Smerti
 Sila
 Sadacara
 Atmanastuti
5. Sumber Hukum Hindu Menurut Veda :

Menurut Dr. P.N. Sen, Dr. G.C. Sangkar,


menyatakan bahwa sumber-sumber hukum
Hindu berdasarkan ilmu dan tradisi adalah:
 Sruti
 Smerti
 Sila
 Sadacara
 Atmanastuti
 Nibanda
Ada beberapa penulis kitab Dharmasastra
antara lain:
 Manu
 Apastambha
 Baudhayana
 Wasistha
 Sankha Likhita
 Yanjawalkya
 Parasara
Sloka kitab suci yang menjelaskan sumber
Hukum Hindu.
“Yah pavamanir adhyeti
rsibhih sam bhram rasam.
sarvam sa putam asnati
svaditam matarisvand “
Terjemahannya:
“Dia yang menyerap (memasukkan ke dalam pikiran)
melalui pelajaran-pelajaran pemurnian intisari
mantra-mantra Veda yang diungkapkan kepada para
aui, menikmati semua tujuan yang sepenuhnya
dimurnikan yang dibuat manis oleh Tuhan Yang
Maha Esa yang menjadi napas hidup semesta alam
(Atharvaveda IX. 67.31).
Sloka kitab suci yang menjelaskan
sumber Hukum Hindu.
“Pavamdnir yo adhyeti­
rsibhih sambhram rasam
tasmai sarasvati duhe
ksiram sarpir madhudakam”.
Terjemahannya:
“Siapapun juga yang mempelajari mantram-mantram
Veda yang suci yang berisi intisari pengetahuan
yang diperoleh para dewi pengetahuan (yakni Sang
Hyang Saraswati) menganugrahkan susu, mentega
yang dijernihkan, madu dart minuman Soma
(minuman para dewa)'(,Atharvaveda IX.67.32).
Menurut “Soerjono Soerkarto” yang mengemukakan
bahwa hukum Adat bersumber dari perkembangan
perilaku yang berproses melalui cara, kebiasaan, tata
kelakuan, dan adat istiadat, baru kemudian menjadi
hukum adat, akan semakin mempertegas mengenai
pembuktian adanya hukum hindu menjiwai hukum adat.

Kerangka teori ini akan melahirkan adat murni,


karena la bersumberkan kepada perilaku
menjadi manusia, baik personal maupun
umum.
Dalam proses menjadikan kebiasaan, tata dan adat-
istiadat, kitab Dharmasastra atau hukum Hindu sedikit
banyak memberi pengaruh, berhubung kebiasaan, tata
kelakuan dan adat istiadat itu dibatasi oleh suatu norma-
norma sosial dan norma-nonma agama yang bersumber
langsung dari Wahyu Tuhan. Hukum Hindu dalam
pembahasan di muka dinyatakan berdasarkan pada adat.
Berbagai pengaruh hukum hindu terhadap hukum adat
sebagaimana contoh yang dikedepankan di atas,
menunjukkan skala pengaruh hukum hindu terhadap
hukum adat pada dimensi “Pawongan”dan”palemahan”.

Adanya pengaruh hukum Hindu terhadap


hukum adat, tidak dimaksudkan untuk
mengatakan bahwa hukum adat itu tidak ada
Gde Pudja mengatakan, hukum adat haruslah tetap ada,
sebagai kadiah yang asli pada masyarakat primer. Namun
sejauh ini pembuktian untuk membedakan hukum adat
dengan hukum hindu, belum banyak dilakukan. Kalau ada,
penulisan ini belum sampai melihat kemungkinan bahwa
hukum itu bersumber pada Hukum Hindu. (Pudja,
1977:34).
Demikianlah hubungan hukum Hindu dengan
budaya, adat-istiadat, dan kearifan daerah
setempat telah menyatu saling memelihara
diantaranya. Keberadaan adat-­istiadat di
Indonesia patut dipelihara guna mewujudkan
cita-cita bangsa ini yakni menjadi bangsa yang
sejahtera dan makmur serta bahagia.

Anda mungkin juga menyukai