Anda di halaman 1dari 11

IMPLEMENTASI YADNYA DALAM CERITA

MAHABARATA DALAM KEHIDUPAN


SEKARANG

Oleh Kelompok 5 :
Galang Danu Tirta (04)

I Putu Aris Arimbawa (10)

Ni Luh Erika Septia Suryantari (24)

Ni Putu Ari Setia Dewi (28)

Ni Putu Ayu Puspita Dewi (29)

Ni Putu Chintya Cristiana Ditha (30)

Guru pengampuh :

Ni Nengah Pusparyani S.Pd

SMA Negeri 2 Semarapura

Tahun Ajaran 2021/2022


KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”
Asung Kerta Wara Nugraha saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, karena atas berkat rahmatnyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Kisah Mahabarata” selesai tepat pada waktunya.
Tentu saja dalam penyelesaian makalah ini saya selaku penulis tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu saya
sehingga makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu saya
mohon saran dan kritik dari pembaca demi menyempurnakan makalah ini di
kemudian hari.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………….………………………………………………………………… i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………………………………... 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………………………... 1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………………………... 1


1.3 Tujuan ………………………………………………………………………………………… 1

BAB 2 PEMBAHASAN …………………………………………………………………………… 2


2.1 Cerita Mahabarata Parwa 16-18 ……………………………………………………………….. 2
2.2 Tokoh-tokoh yang ada dalam parwa 16-18 ……………………………………………………. 5
2.3 Yadnya yang paling menonjol pada parwa 16-18 ……………………………………………... 6

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………………….. 8
3.2 Saran …………………………………………………………………………………………… 8

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………… 9


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mahabarata adalah sebuah karya sastra kuno yang konon ditulis oleh Begawan Byasa atau Vyasa dari
India. Buku ini terdiri dari delapan belas kitab, maka dinamakan Astadasaparwa (asta = 8, dasa = 10,
parwa = kitab). Namun, ada pula yang meyakini bahwa kisah ini sesungguhnya merupakan kumpulan dari
banyak cerita yang semula terpencar-pencar, yang dikumpulkan semenjak abad ke-4 sebelum Masehi.
Secara singkat, Mahabarata menceritakan kisah konflik para Pandawa lima dengan saudara sepupu
mereka sang seratus Korawa, mengenai sengketa hak pemerintahan tanah negara Astina. Puncaknya
adalah perang Bharatayuddha di medan Kurusetra dan pertempuran berlangsung selama delapan belas
hari.

1.2 Rumusan Masalah


1. Carilah cerita mahabarata parwa 16-18 !
2. Tokoh siapa saja yang terdapat pada parwa 16-18 ?
3. Yadnya apa yang paling menonjol dalam parwa 16-18 ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cerita, tokoh, dan yadnya yang paling menonjol dalam cerita mahabarata
parwa 16-18.
2. Untuk mengetahui implementasi yadnya dalam cerita mahabarata dalam kehidupan masa kini.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Cerita Mahabarata Parwa 16-18

Parwa ke 16
Mosalaparwa atau Mausalaparwa merupakan buku keenam belas dari seri kitab Mahabarata. Adapun
kisahnya mengisahkan musnahnya para Wresni, Andhaka dan Yadawa, sebuah kaum di Mathura-
Dwakara (Dwarawati) tempat Sang Kresna memerintah. Kisah ini juga menceritakan wafatnya Raja
Kresna dan saudaranya, Raja Bala Dewa.
Ringkasan inti Kitab Mosalaparwa
Diceritakan bahwa pada masa Yudistira naik tahta, dunia telah memasuki zaman Kali Yuga atau zaman
kegelapan. Ia telah melihat tanda-tanda dunia yang mengerikan, yang seolah-olah memberitahu bahwa
sesuatu yang mengenaskan akan terjadi. Hal yang sama dirasakan oleh Kresna. Ia merasa bahwa kejayaan
bangsanya akan berkesudahan, karena ia melihat bahwa banyak pemuda Weresni, Yadawa, dan Andhaka
yang telah dijadikan sombong, takabur, dan senang minum minuman keras hingga mabuk.

Kutukan para brahmana


Pada suatu hari, Narada beserta beberapa rsi berkunjung ke Dwaraka. Beberapa pemuda yang jahil
merencanakan sesuatu untuk mempermainkan para rsi. Mereka mendandani Samba (Putera Kresna dan
Jembawati) dengan busana wanita diarak keliling kota lalu dihadapkan kepada para rsi yang mengunjungi
Dwaraka. Kesudahan salah satu dari mereka cakap, “Orang ini merupakan permaisuri Sang Babhru yang
dengan kesaktiannya. Kalian merupakan para rsi yang pintar dan memiliki ilmu tinggi. Dapatkah kalian
mengetahui, apa yang akan dilahirkannya? Bayi laki-laki atau perempuan?”. Para rsi yang tahu sedang
dipermainkan dijadikan marah dan cakap, “Orang ini merupakan Sang Samba, keturunan Basudewa. Ia
tidak akan melahirkan bayi laki-laki ataupun perempuan, melainkan senjata mosala yang akan
memusnahkan kamu semua!”

Musnahnya Wangsa Wresni, Andhaka, dan Yadawa


Setelah senjata yang dilahirkan oleh Sang Samba dihancurkan, datanglah Bhatara saat, Dewa Maut,
dan ini merupakan pertanda buruk. Atas saran Kresna, para Wresni, Yadawa dan Andhaka melakukan
perjalanan suci menuju Prabhastirtha, dan mereka melangsungkan upacara di pinggir pantai. Di pantai,
para Wresni, Andhaka dan Yadawa tidak bisa menghilangkan norma budaya buruk mereka, yaitu minum
arak hingga mabuk. Dalam kondisi mabuk, Satyaki cakap, “Kertawarma, kesatria macam apa kau ini?
Dalam Bharatayuddha dahulu, engkau telah membunuh para putera Dropadi, termasuk Drestadyumna dan
Srikandi dalam kondisi tidur. Tingkah laku macam apa yang kau lakukan?”. Ucapan tersebut disambut
oleh tepuk tangan dari Pradyumna, yang faedahnya bahwa ia mendukung argument Satyaki. Kertawarma
marah dan cakap, “Kau juga kejam, membunuh Burisrawa yang tak bersenjata, yang sedang
meninggalkan medan laga untuk memulihkan tenaga”.
Setelah saling melontarkan ejekan, mereka bertengkar ramai. Satyaki mengambil pedang lalu
memenggal kepala Kertawarma di hadapan Kresna. Melihat hal itu, para Wresni marah lalu menyerang
Satyaki. Putera Rukmini dijadikan garang, kesudahan membantu Satyaki. Setelah beberapa lama, kedua
kesatria perkasa tersebut tewas di hadapan Kresna. Kesudahan setiap orang berkelahi satu sama lain,
dengan memakai apapun sebagai senjata, termasuk tanaman eruka yang tumbuh di sekitar tempat
tersebut. Ketika dicabut, daun tanaman tersebut berubah dijadikan senjata setajam pedang. Dengan
memakai senjata tersebut, para keturunan Wresni, Andhaka, dan Yadawa saling membunuh sesama.
Tidak peduli kawan atau lawan, bahkan ayah dan anak saling bunuh. Anehnya, tak seorang pun yang
berniat untuk meninggalkan tempat itu. Dengan mata kepala sendiri, Kresna menyadari bahwa rakyatnya
digerakkan oleh takdir kehancuran mereka. Dengan menahan kepedihan, ia mencabut segenggam rumput
eruka dan mengubahnya dijadikan senjata yang bisa meledak kapan saja. Setelah putera dan kerabat-
kerabatnya tewas, ia meleparkan senjata di tangannya ke arah para Wresni dan Yadawa yang sedang
berkelahi. Senjata tersebut meledak dan mengakhiri riwayat mereka semua.

Prasthanikaparwa parwa ke 17
Kitab Prasthanikaparwa merupakan kitab ketujuh belas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini
menceritakan kisah Pandawa dan Dropadi yang mengundurkan diri dari pemerintahan dan menjauhkan
diri dari kehidupan duniawi untuk menjadi seorang pertapa. Mereka menyerahkan tahta kepada Parikesit,
satu-satunya keturunan mereka yang selamat dari perang Bharatayuddha. Para Pandawa beserta Dropadi
berencana untuk berziarah ke gunung Himalaya untuk bekal hidup mereka. Dalam perjalanan, Dropadi
dan satu persatu dari Pandawa bersaudara (Sahadewa, Nakula, Arjuna, Bima) meninggal dalam
perjalanan. Hanya Yudistira yang masih hidup dan melanjutkan perjalanannya. Yudistira membiarkan
jenazah saudara-saudaranya terkubur ditengah perjalanan tanpa memberikan upacara pembakaran yang
layak. Di tengah perlintasan, Yudistira bertemu dengan seekor anjing, dan anjing tersebut selanjutnya
menjadi kenalan perjalannya. Bersama-sama, mereka berdua berhasil mencapai puncak. Sesampainya di
puncak, kereta kencana Dewa Indra pun turun ke bumi untuk menjemput Yudistira ke surga.

Swargarohanaparwa parwa ke 18
Kitab Swargarohanaparwa merupakan kitab kedelapan belas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini
menceritakan latar belakang kisah perjalanan suci yang dilaksanakan oleh Pandawa. Kisahnya diawali
dengan penolakan Yudistira yang tidak bersedia berangkat ke surga jika harus meninggalkan anjing yang
setia menemani dalam perjalanannya. Atas ketulusan hati Yudistira, si anjing pun menampakkan susunan
aslinya yaitu Dewa Dharma, ayah Yudistira. Dewa Dharma mengatakan bahwa Yudistira telah berhasil
menempuh ujian yang diberikan kepadanya dengan tenang. Setelah mengetahui yang sebenarnya,
Yudistira bersiap berangkat ke surga. Sesampainya di surga, Yudistira terkejut karena tidak menemukan
saudara saudaranya yang saleh, melainkan mendapati bahwa Duryodana beserta sekutunya yang jahat
berada di sana. Sang Dewa mengatakan bahwa mereka dapat berada di surga karena gugur di tanah suci
Kurukshetra. Yudistira selanjutnya berangkat ke neraka. Di sana beliau mendengar suara saudara-
saudaranya yang menyayat supaya bersedia menemani penderitaan mereka. Yudistira yang memilihkan
pilihan untuk tinggal di neraka bersama saudara yang saleh daripada tinggal di surga bersama saudara
yang jahat menciptakan para Dewa tersentuh. Tabir ilusi pun diretas. Dewa Indra menjelaskan bahwa
sebenarnya saudara-saudara Yudistira (para Pandawa) pernah berdosa sedikit sehingga harus dihukum.
Sedangkan para Korawa pernah berbuat baik sedikit, tetapi perbuatan jahatnya jauh lebih banyak,
sehingga beginilah hukumannya. Yudistira pun menyadarinya selanjutnya hidup berbahagia di surga
setelah membuang jasadnya.

2.2 Tokoh-tokoh yang ada dalam parwa 16-18

 Abimanyu
 Adirata
 Arjuna
 Abyasa (Byasa)
 Amba
 Ambalika
 Ambika
 Babruwahana
 Baladewa (Balarama)
 Barbarika
 Basudewa
 Bharata
 Bima
 Bisma
 Burisrawa
 Citranggada
 Cekitana
 Drestayumna
 Drestarastra
 Drona
 Dropadi
 Drupada
 Dursala
 Dursasana
 Duryodana
 Duswanta
 Ekalawya
 Gandari
 Gangga
 Hidimba
 Hidimbi
 Irawan
 Janamejaya
 Jarasanda
 Karna
 Kertawarma
 Krepa
 Kresna
 Kunti
 Kuru
 Nakula
 Pandu
 Parikesit
 Pratipa
 Radha
 Sakuntala
 Santanu
 Satyaki
 Satyawati (Durgandini)
 Sisupala
 Srikandi (sosok yang mandiri)
 Subadra
 Ulupi
 Utara
 Wesampayana
 Widura
 Wirata (Matsyapati)
 Yudistira (Pemimpin)

2.3 Nilai Yadnya Yang Paling Menonjol dalam cerita Mahabarata pada parwa ke 16-18

1. Parwa 16

*Parwa ini merupakan parwa yang ke-16. Dalam. Striparwa, Gandhari menyalahkan Uri
Kauoa karena tidak mencegah pembantaian atas putra-putranya, dan iapun mengutuk Uri
Kauoa. Pada akhirnya terjadi peperangan antara Yadawa, atas bantuan Muuala. Balarama
terbunuh, dan Uri Kauoa pun terbunuh oleh seorang pemburu.

-Pitra yadnya

Dimana Wasudewa memerintahkan Vauoi dan Andhaka membuat tempat ziarah di daerah
pesisir pantai untuk mandi di dalam air suci.

Para Vauoi dan Andhaka memulai membuat tempat itu dan bertemu di sana.

2. Parwa 17

*Parwa ini merupakan parwa ke-17 Mahabarata menceritakan tentang para Paooava yang
pergi ke sorga. Kelima bersaudara ini, di temani oleh

Draupadi pergi mendaki Gunung Mahameru. Mereka semua meninggal, kecuali Yudhistira.
-Dewa yadnya

Keberangkatan para Paooava meninggalkan istana menuju guung Mahameru. Selanjutnya


Dewa Indra memberitahu bahwa ia akan bertemu dengan semua saudaranya yang meninggal
satu-persatu sebelum sampai di puncak gunung Mahameru.

3. Parwa 18

Parwa ini merupakan parwa yang ke-18 dan merupakan yang terakhir yang membangun
Mahabarata. Dalam perjalanannya di sorga, ia melihat Duryodhana duduk di singgasana,
tetapi dia tidak melihat saudara-saudaranya dan Dropadi. Ternyata semua itu hanya ilusi.
Akhirnya Yudisthira bertemu dengan saudaranya dan juga Dropadi.

-Manusa yadnya

Sesampainya di sorga Yudisthira melihat Duryodhana dan saudara-saudaranya dalam


kemewahan yang gemerlapan dan duduk di singgasana. Kepedulian Yudisthira kepada
saudara-saudaranya dan putrid Pancala.

-Dewa yadnya

Kedatangan para dewata dan menyampaikan pujian kepada Yudisthira atas prilaku yang
senantiasa berpegang kepada Dharma. Yudisthira selanjutnya menceburkan dirinya ke dalam
sungai Gaoga di kahyangan, kemudian berubah wujud dewata dan berjalan paling depan
diiringi oleh para dewata lainnya.
Bab 3
Penutup

3.1 Kesimpulan

Mahabarata adalah cerita kepahlawanan yang isinya berupa nasihat dalam menjalankan
kehidupan dalam jaman kaliyuga ini. Saya bisa memberikan kesimpulan bahwa manusia
harus menjalankan pekerjaan karena kewajibannya sebagai manusia. Tidak boleh
mengharapkan hasil dan jangan jadikan hasil sebagai motif bekerja. Jangan berdiam diri
pula. Setiap cerita dalam mahabarata bisa diambil kesimpulan missal karma akan terus
berjalan, walau menerima hasil karma yang buruk jangan pernah membalasnya.

3.2 Saran

Janganlah berbuat dosa sebagai pembalasan atas sebuah dosa. “Taklukanlah kemarahan
orang lain dengan tiadanya kemarahan, taklukanlah pelaku kejahatan dengan sifat penuh
kemurnian, taklukanlah pelaku kejahatan dengan perilaku penuh welas asih, taklukanlah
mereka yang pelit dengan derma, taklukanlah kepalsuan dengan kebenaran. Arjuna tidak
menginginkan pembunuhan melainkan memperlakukan mereka dalam kesucian. Hal
seperti ini tentulah tidak pantas bagi seorang ksatriya. Kita tidak perlu takut untuk
melakukan hal yang seharusnya dilakukan, tegakkanlah dharma. Tujuan pokok dari
hidup bukanlah dalam pencarian kebahagiaan yang bersifat kebendaan. Untuk suatu cita-
cita, untuk keadilan dan kasih sayang, kita haruslah berdiri teguh melawan tirani,
menghadapi penderitaan dan kematian.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://serbaserbihindumahabharata.blogspot.com/2012/05/ringkasan-mahabharata-
parwa-16-mausala.html?m=1

2. https://serbaserbihindumahabharata.blogspot.com/2012/05/ringkasan-mahabharata-
parwa-17.html?m=1

3. https://serbaserbihindumahabharata.blogspot.com/2012/05/ringkasan-mahabharata-
parwa-18.html?m=1

4. https://id.scribd.com/document/521063457/Yadnya-dalam-Mahabharata

5. Buku Paket Agama Hindu Kelas 11 (Revisi 2017)

Anda mungkin juga menyukai