Oleh Kelompok 5 :
Galang Danu Tirta (04)
Guru pengampuh :
“Om Swastyastu”
Asung Kerta Wara Nugraha saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, karena atas berkat rahmatnyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Kisah Mahabarata” selesai tepat pada waktunya.
Tentu saja dalam penyelesaian makalah ini saya selaku penulis tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu saya
sehingga makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu saya
mohon saran dan kritik dari pembaca demi menyempurnakan makalah ini di
kemudian hari.
DAFTAR ISI
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………………….. 8
3.2 Saran …………………………………………………………………………………………… 8
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cerita, tokoh, dan yadnya yang paling menonjol dalam cerita mahabarata
parwa 16-18.
2. Untuk mengetahui implementasi yadnya dalam cerita mahabarata dalam kehidupan masa kini.
BAB 2
PEMBAHASAN
Parwa ke 16
Mosalaparwa atau Mausalaparwa merupakan buku keenam belas dari seri kitab Mahabarata. Adapun
kisahnya mengisahkan musnahnya para Wresni, Andhaka dan Yadawa, sebuah kaum di Mathura-
Dwakara (Dwarawati) tempat Sang Kresna memerintah. Kisah ini juga menceritakan wafatnya Raja
Kresna dan saudaranya, Raja Bala Dewa.
Ringkasan inti Kitab Mosalaparwa
Diceritakan bahwa pada masa Yudistira naik tahta, dunia telah memasuki zaman Kali Yuga atau zaman
kegelapan. Ia telah melihat tanda-tanda dunia yang mengerikan, yang seolah-olah memberitahu bahwa
sesuatu yang mengenaskan akan terjadi. Hal yang sama dirasakan oleh Kresna. Ia merasa bahwa kejayaan
bangsanya akan berkesudahan, karena ia melihat bahwa banyak pemuda Weresni, Yadawa, dan Andhaka
yang telah dijadikan sombong, takabur, dan senang minum minuman keras hingga mabuk.
Prasthanikaparwa parwa ke 17
Kitab Prasthanikaparwa merupakan kitab ketujuh belas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini
menceritakan kisah Pandawa dan Dropadi yang mengundurkan diri dari pemerintahan dan menjauhkan
diri dari kehidupan duniawi untuk menjadi seorang pertapa. Mereka menyerahkan tahta kepada Parikesit,
satu-satunya keturunan mereka yang selamat dari perang Bharatayuddha. Para Pandawa beserta Dropadi
berencana untuk berziarah ke gunung Himalaya untuk bekal hidup mereka. Dalam perjalanan, Dropadi
dan satu persatu dari Pandawa bersaudara (Sahadewa, Nakula, Arjuna, Bima) meninggal dalam
perjalanan. Hanya Yudistira yang masih hidup dan melanjutkan perjalanannya. Yudistira membiarkan
jenazah saudara-saudaranya terkubur ditengah perjalanan tanpa memberikan upacara pembakaran yang
layak. Di tengah perlintasan, Yudistira bertemu dengan seekor anjing, dan anjing tersebut selanjutnya
menjadi kenalan perjalannya. Bersama-sama, mereka berdua berhasil mencapai puncak. Sesampainya di
puncak, kereta kencana Dewa Indra pun turun ke bumi untuk menjemput Yudistira ke surga.
Swargarohanaparwa parwa ke 18
Kitab Swargarohanaparwa merupakan kitab kedelapan belas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini
menceritakan latar belakang kisah perjalanan suci yang dilaksanakan oleh Pandawa. Kisahnya diawali
dengan penolakan Yudistira yang tidak bersedia berangkat ke surga jika harus meninggalkan anjing yang
setia menemani dalam perjalanannya. Atas ketulusan hati Yudistira, si anjing pun menampakkan susunan
aslinya yaitu Dewa Dharma, ayah Yudistira. Dewa Dharma mengatakan bahwa Yudistira telah berhasil
menempuh ujian yang diberikan kepadanya dengan tenang. Setelah mengetahui yang sebenarnya,
Yudistira bersiap berangkat ke surga. Sesampainya di surga, Yudistira terkejut karena tidak menemukan
saudara saudaranya yang saleh, melainkan mendapati bahwa Duryodana beserta sekutunya yang jahat
berada di sana. Sang Dewa mengatakan bahwa mereka dapat berada di surga karena gugur di tanah suci
Kurukshetra. Yudistira selanjutnya berangkat ke neraka. Di sana beliau mendengar suara saudara-
saudaranya yang menyayat supaya bersedia menemani penderitaan mereka. Yudistira yang memilihkan
pilihan untuk tinggal di neraka bersama saudara yang saleh daripada tinggal di surga bersama saudara
yang jahat menciptakan para Dewa tersentuh. Tabir ilusi pun diretas. Dewa Indra menjelaskan bahwa
sebenarnya saudara-saudara Yudistira (para Pandawa) pernah berdosa sedikit sehingga harus dihukum.
Sedangkan para Korawa pernah berbuat baik sedikit, tetapi perbuatan jahatnya jauh lebih banyak,
sehingga beginilah hukumannya. Yudistira pun menyadarinya selanjutnya hidup berbahagia di surga
setelah membuang jasadnya.
Abimanyu
Adirata
Arjuna
Abyasa (Byasa)
Amba
Ambalika
Ambika
Babruwahana
Baladewa (Balarama)
Barbarika
Basudewa
Bharata
Bima
Bisma
Burisrawa
Citranggada
Cekitana
Drestayumna
Drestarastra
Drona
Dropadi
Drupada
Dursala
Dursasana
Duryodana
Duswanta
Ekalawya
Gandari
Gangga
Hidimba
Hidimbi
Irawan
Janamejaya
Jarasanda
Karna
Kertawarma
Krepa
Kresna
Kunti
Kuru
Nakula
Pandu
Parikesit
Pratipa
Radha
Sakuntala
Santanu
Satyaki
Satyawati (Durgandini)
Sisupala
Srikandi (sosok yang mandiri)
Subadra
Ulupi
Utara
Wesampayana
Widura
Wirata (Matsyapati)
Yudistira (Pemimpin)
2.3 Nilai Yadnya Yang Paling Menonjol dalam cerita Mahabarata pada parwa ke 16-18
1. Parwa 16
*Parwa ini merupakan parwa yang ke-16. Dalam. Striparwa, Gandhari menyalahkan Uri
Kauoa karena tidak mencegah pembantaian atas putra-putranya, dan iapun mengutuk Uri
Kauoa. Pada akhirnya terjadi peperangan antara Yadawa, atas bantuan Muuala. Balarama
terbunuh, dan Uri Kauoa pun terbunuh oleh seorang pemburu.
-Pitra yadnya
Dimana Wasudewa memerintahkan Vauoi dan Andhaka membuat tempat ziarah di daerah
pesisir pantai untuk mandi di dalam air suci.
Para Vauoi dan Andhaka memulai membuat tempat itu dan bertemu di sana.
2. Parwa 17
*Parwa ini merupakan parwa ke-17 Mahabarata menceritakan tentang para Paooava yang
pergi ke sorga. Kelima bersaudara ini, di temani oleh
Draupadi pergi mendaki Gunung Mahameru. Mereka semua meninggal, kecuali Yudhistira.
-Dewa yadnya
3. Parwa 18
Parwa ini merupakan parwa yang ke-18 dan merupakan yang terakhir yang membangun
Mahabarata. Dalam perjalanannya di sorga, ia melihat Duryodhana duduk di singgasana,
tetapi dia tidak melihat saudara-saudaranya dan Dropadi. Ternyata semua itu hanya ilusi.
Akhirnya Yudisthira bertemu dengan saudaranya dan juga Dropadi.
-Manusa yadnya
-Dewa yadnya
Kedatangan para dewata dan menyampaikan pujian kepada Yudisthira atas prilaku yang
senantiasa berpegang kepada Dharma. Yudisthira selanjutnya menceburkan dirinya ke dalam
sungai Gaoga di kahyangan, kemudian berubah wujud dewata dan berjalan paling depan
diiringi oleh para dewata lainnya.
Bab 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
Mahabarata adalah cerita kepahlawanan yang isinya berupa nasihat dalam menjalankan
kehidupan dalam jaman kaliyuga ini. Saya bisa memberikan kesimpulan bahwa manusia
harus menjalankan pekerjaan karena kewajibannya sebagai manusia. Tidak boleh
mengharapkan hasil dan jangan jadikan hasil sebagai motif bekerja. Jangan berdiam diri
pula. Setiap cerita dalam mahabarata bisa diambil kesimpulan missal karma akan terus
berjalan, walau menerima hasil karma yang buruk jangan pernah membalasnya.
3.2 Saran
Janganlah berbuat dosa sebagai pembalasan atas sebuah dosa. “Taklukanlah kemarahan
orang lain dengan tiadanya kemarahan, taklukanlah pelaku kejahatan dengan sifat penuh
kemurnian, taklukanlah pelaku kejahatan dengan perilaku penuh welas asih, taklukanlah
mereka yang pelit dengan derma, taklukanlah kepalsuan dengan kebenaran. Arjuna tidak
menginginkan pembunuhan melainkan memperlakukan mereka dalam kesucian. Hal
seperti ini tentulah tidak pantas bagi seorang ksatriya. Kita tidak perlu takut untuk
melakukan hal yang seharusnya dilakukan, tegakkanlah dharma. Tujuan pokok dari
hidup bukanlah dalam pencarian kebahagiaan yang bersifat kebendaan. Untuk suatu cita-
cita, untuk keadilan dan kasih sayang, kita haruslah berdiri teguh melawan tirani,
menghadapi penderitaan dan kematian.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://serbaserbihindumahabharata.blogspot.com/2012/05/ringkasan-mahabharata-
parwa-16-mausala.html?m=1
2. https://serbaserbihindumahabharata.blogspot.com/2012/05/ringkasan-mahabharata-
parwa-17.html?m=1
3. https://serbaserbihindumahabharata.blogspot.com/2012/05/ringkasan-mahabharata-
parwa-18.html?m=1
4. https://id.scribd.com/document/521063457/Yadnya-dalam-Mahabharata