Anda di halaman 1dari 2

Kitab kalpasutra dibagi menjadi empat :

a) Srautasutra : tentang darsapurnamasa (purnama tilem).


b) Grhyasutra : tentang upacara garbhadhana sampai antyesti (kematian).
c) Dharmasutra : tentang hukum, agama kebiasaan atau acara dan sistacara.
d) Sulwasutra : tentang arsitektur.
Kitab Dharmasutra ini dijadikan dasar dalam menulis dharmasastra , yang penulisannya dibagi
menjadi dua :
a) Bentuk Sutra (1000 SM) amat singkat, yaitu aphrisme.
b) Bentuk sastra (Abad 5 SM) yang lebih terurai.
Jadi Sruti adalah UU-nya, Smerti adalah UU Pokok dan UU Pelaksanaannya adalah Nibandha. Sehingga
Sruti dan Smerti mempunyai kekuatan hukum yang sama.
Kitab Dharmasastra dibedakan atas masa berlaku dan pengarangnya seperti :
a) Manawa Dharmasastra karya Manu berlaku zaman Kerta Yuga
b) Gautama Dharmasastra karya Gautama berlaku zaman Treta Yuda
c) Sankhalikhita Dharmasastra berlaku zaman Dwapara Yuda
d) Parasara Dharmasastra berlaku zaman Kali Yuda

Manawa Dharmasastra (Compendium Hukum Hindu)

Wyawaharapada dalam Dharmasutra. Terdiri dari tiga buah kitab, sbb :


a) Yang ditulis oleh Gautama : terdiri dari tupoksi seorang raja berupa hukum pidana dan perdata.
b) Yang ditulis oleh Apastamba : terdiri dari hukum perzinahan, bunuh diri, melanggar dharma, buruh
dengan majikan dan penyalahgunaan hak milik.
c) Yang ditulis oleh Budhayana terdiri dari : hukum bela diri, pembunuhan seorang Brahmana,
pembunuhan ternak orang lain.

Pokok Bahasan di dalam Kitab Dharmasastra


Ada 3 penulisan Dharmasastra, yakni : Wisnu, Manu, dan Yajnawalkya, akan tetapi yang paling
terkenal adalah Manu dengan 18 titel hukumnya, sbb :
1. Rinadana : ketentuan tentang tidak membayar hutang.
2. Niksepa : tentang deposito dan perjanjian.
3. Aswamiwikraya : tentang penjualan barang tak bertuan.
4. Sambhuya-samutthana : tentang perikatan antara firman.
5. Dattasyanapakarma : tentang hibah dan pemberian.
6. Wetanadana : tentang hukum mengenai tidak membayar upah.
7. Samwidwyatikarma : hukum mengenai tidak melakukan tugas yang diperjanjikan.
8. Krayawikrayanusaya : pelaksanaan jual beli.
9. Swamipalawiwada : perselisihan antara buruh dan majikan.
10. Simawiwada : perselisihan mengenai perbatasan
11. Waparusya : tentang penghinaan.
12. Dandaparusya : tentang penyerangan dan kekerasan.
13. Steya : tentang pencurian.
14. Sahasa : tentang kekerasan.
15. Stripundharma : tentang suami istri.
16. Stripundharma : tentang kewajiban seorang istri.
17. Wibhaga : tentang pembagian waris.
18. Dyutasamahwya : tentang perjudian dan pertarungan.

Beberapa Masalah Hukum dalam Perkembangan


a) Hukum Piutang
Menurut Manu dalam kitabnya Bab VIII.49. dinyatakan bahwa seorang kreditor dapat menuntut atau
memperoleh piutangnya dari debitur melalui persuasif moril, keputusan pengadilan, melalui upaya akal,
melalui cara puasa di pintu masuk rumah si debitur dan dengan cara kekerasan.
Bab XII.40, hutang seorang debitur jatuh kepada ahli warisnya bila ia meninggal dunia.
b) Deposito (Niksepa)
Deposito banyak macamnya seperti : Yachita, Ayachita, Anwahita dan Nyasa.
c) Penjualan Barang Tak Bertuan
Dalam kitab Gautama, Bab XII.50, menegaskan penadah atau penerima barang curian dapat
dihukum. Dengan demikian orang yang membeli barang curian dapat dihukum.
Yajnawalkya mempertegas dalam bab II.168-174, baik pembeli maupun penjualnya dapat
dituntut. Oleh karena itu, ia harusdapat membuktikan bahwa benda itu adalah haknya yang sah.
d) Dana atau Pemberian
Dalam bentuk daksina, yaitu semacm pemberian sebagai upah kepada pendeta (brahmana) yang
melakukan upacara untuk orang lain.

Kronologi Hukum Hindu

1. Acara dalam mengadili Menuruti Sastra


Pembagian ada dua :
a. Ahwana : pemanggilan untuk memaksa terdakwa datang di depan pengadilan. Dilakukan dengan
pemberian kabar (murda) melalui atasan.
b. Asadha : tindakan penuntut umum untuk melakukan penahanan dalam rangka pemanggilan
supaya terdakwa tidak melarikan diri.
2. Acara Pemeriksaan
Ditinjau dari segi pembuktian menurut Rsi Yajnawalkya ada 4 macam bukti, yaitu :
a. Lekhya : (Bukti otentik atau tertulis)
b. Bhukti : (bukti pemilihan atas materi)
c. Saksi : (bukti saksi)
d. Diwya : (bukti sumpah).

Menurut Bhagawan Manu ada 4 persyaratan saksi :


a. Minimal 3 saksi.
b. Saksi harus sudah berumah tangga (dewasa).
c. Saksi diberikan oleh para pihak.
d. Saksi bebas dari lobha.
Pelaksanaan sumpah ada 4, yakni :
a. Sumpah menurut Tula/Timbangan, yakni yang disumpaah ditimbang dengan pemberat lainnya.
b. Sumpah menurut Agni , yakni dites dengan api, bila terbakar dianggap bersalah.
c. Wisa (sumpah dengan racun/mecor), disumpah dengan minum racun, bila masih hidup dianggap
tidak bersalah.
d. Kosa adalah sumpah semacam wisa, air bekas pembersih keris atau arca yang telah dimantrai
kemudian diminumkan.

Anda mungkin juga menyukai