Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH, FILOSOFI AKSARA DAN PENANGGALAN JAWA

RAHAYU…..!!!

HONG WILAHENG SEKAR BHAWANA LANGGENG……!

I. AKSARA JAWA

Sejarah Aksara dan Penanggalan Jawa selalu terkait. Kalau Penanggalan Jawa berdasarkan
“Sangkan Dumadining Bawana” atau asal-muasal terciptanya alam semesta (makrokosmos
dan mikrokosmos), sedangkan Aksara Jawa berdasarkan “Sangkan Paraning Dumadi” atau
asal-muasal terjadinya hidup dan kehidupan (SOURCE SPIRIT ALWAYS OF LIFE). Aksara
Jawa pertama kali diciptakan atau diperkenalkan oleh Mpu Hubayun pada tahun ± 911 SM
(Sebelum Masehi). Dalam perjalanan sejarah pada tahun 50 SM (Sebelum Masehi) Prabu Sri
Maha Punggung I atau Ki Ajar Padang I mengadakan perubahan pada Haksara dan sastra
Jawa.
Bertepatan tanggal 21 Juni 77 M oleh Prabu Ajisaka atau Prabu Sri Maha Punggung III
melakukan kembali perubahan aksara dan Penanggalan Jawa, dalam budaya Jawa ketika
menghitung selalu dimulai dari angka nol (Das), sehingga Penanggalan Jawa kembali
bermulai pada tanggal 1 Badrawarna (Suro) tahun Sri Harsa, Windu Kuntara adalah tanggal
1, Bulan 1, Tahun 1, Windu 1 tepat pada hari Radite Kasih (Minggu Kliwon) ditetapkan
permulaan perhitungan Penanggalan Jawa, bertepatan tanggal 21 Juni 78 Masehi.
Penanggalan Jawa memakai pedoman peredaran Matahari (Solar). Sedangkan kalender
Caka Hindhu diciptakan oleh Maharaj Kaneshaka dari suku Avicaka di India Utara pada 23
Maret 78, sekarang tahun barunya disebut tahun baru Nyepi.
Prabu Ajisaka adalah asli orang Jawa bukan dari India, serta memiliki banyak nama atau
gelar, yaitu: Prabu Jaka Sangkala, Prabu Widayaka, Prabu Sindula, Prabu Sri Maha Punggung
III, Ki Ajar Padang III. Salah satu petilasannya ada di Mrapen (Api Abadi) daerah Grobogan,
Purwodadi, Jawa Tengah. Beberapa bukti kalau Ajisaka asli Jawa adalah :
1. Pusaka yang diperebutkan oleh para Pembantunya (Punakawan) adalah Keris,
sedangkan sampai detik ini diakui oleh seluruh dunia bahwa Keris adalah asli budaya
Jawa,. Karena kalau seandainya Ajisaka dari India tentunya di India akan banyak
ditemukan pusaka Keris yang kuno maupun yang baru.
2. Para Pembantu (Punakawan) Ajisaka sebenarnya ada empat (4) orang, bukan dua (2)
orang seperti yang selama ini dikenal orang dan kadang diajarkan di bangku
sekolah. Dari nama-nama para pembantu (punakawan) Ajisaka ditilik dari bahasa
menandakan asli bahasa Jawa Kuna atau Kawi. Sedang Nama-nama Pembantu
(Punakawan) Ajisaka adalah :
a. Dura : bacanya tetap pakai vokal “a”, karena kalau dibaca pakai vocal “O”
artinya akan berubah jauh dan tidak ada keterkaitan atau
tidak relevan (duro=bohong). Sedangkan dalam berbagai catatan sejarah
bahasa dan sastra Jawa mulai banyak menggunakan vokal “O” pada masa
sesudah abad 14 terpengaruh sastra Arab. Sedang kalau “Dura” (ra dibaca
dengan vokal “A”) dalam bahasa Jawa Kuna berarti “unsur alam dari anasir
air “ (Hidrogen), tetapi kalau “Dura” (ra dibaca dengan vokal “O”)
artinya “bohong”.
b. Sambadha : “badha” kalau dibaca dengan vocal “A” dalam bahasa Jawa Kuna
berarti “unsur alam dari anasir api” (Nitrogen), tetapi kalau dibaca dengan
vokal “O” (sembodho) artinya “mampu” dan tidak relevan atau tidak ada
kaitannya dengan sangkan paraning dumadi maupun sangkan dumadining
bhawana.

Dipersembahkan oleh KRAT. PEIROYOHADINAGORO


c. Duga : “ga” kalau dibaca dengan vokal “A” dalam bahasa Jawa Kuna berarti
“unsur alam dari anasir tanah” (Carbon), tetapi kalau dibaca dengan vokal “O”
berarti “pangati-ati” (dugo-kiro) diartikan dalam bahasa Indonesia secara
bebas berarti “peringatan & arahan” dan juga tidak relevan dengan sangkan
paraning dumadi maupun sangkan dumadining bhawana.
d. Prayuga : kalau dibaca dengan vokal “A” bahasa Jawa Kuna berarti “unsur
alam dari anasir angin (Oksigen)” , tetapi kalau dibaca “prayugo”
artinya “sebaiknya” dan juga tidak relevan dengan sangkan paraning dumadi
maupun sangkan dumadining bhawana.
3. Semua empat anasir tersebut adalah anasir alam yang ada pada alam semesta atau
Jagad Gedhe atau Bhawana Ageng atau Makrokosmos, serta terdapat juga pada tubuh
manusia atau Jagad Cilik atau Bhawana Alit atau Mikrokosmos.
4. Sedang nama Ajisaka juga asli bahasa Jawa Kuna (Aji-Saka) yang berarti seorang Raja
yang mengerti dan mempunyai kemampuan spiritual atau Raja-Pinandhita atau
Pemimpin Spiritual. Dengan kata lain adalah seorang pemimpin yang ahli ilmu tata
negara, bangsa, masyarakat (kehidupan), sekaligus menguasai tentang agama atau
spiritual (hidup). Karena Aji artinya Raja, sedang Saka artinya tiang atau pedoman
hidup. Aji Saka berarti seorang raja yang mengerti akan “Hidup” dan “Kehidupan”.
Sehubungan hal tersebut, pada pasangan (sandangan) aksara Jawa ada simbol-simbol 4
anasir alam, antara lain :
1. Carbon atau Tanah disimbolkan dengan Pepet.
2. Hidrogen atau Air disimbolkan dengan Wulu.
3. Nitrogen atau Api disimbolkan dengan Soco atau Cecek.
4. Oksigen atau Angin disimbolkan dengan Layar.
Di prasasti Candi Borobudhur atau SWAMBHA-BUDHURA, kira-kira pada abad 7-8 Masehi.
Perkiraan penelitian arkeolog dengan meneliti lapisan batu bawah dan atas, diperkirakan
Candi Borobudhur dibangun selama 104 tahun, Mpu Galian dan Mpu Gunadharma
melakukan perubahan atau penyempurnaan kembali aksara Jawa.
Aksara dalam Bausastra Jawa artinya “tulisan gambaring swara utawa wanda” kalau
dialihkan dalam bahasa Indonesia berarti tulisan gambar dari suara atau penampilan.
Sedangkan dalam bahasa Jawa Kuna aksara dari kata “hak & sara” yang berarti “darbeg-ing
galih” arti bebas dalam bahasa Indonesia berarti miliknya hati atau suara hati.
Selama ini makna atau filosofi aksara Jawa yang dipahami oleh masyarakat umum (terutama
pada masyarakat pecinta budaya Jawa) banyak sekali dan sangat beragam, tetapi cenderung
terkesan “gathuk mathuk” & “seje silit seje anggit”, walau dari sisi ilmu sastra masih bisa
diterima. Tetapi yang menjadi keprihatinan, seolah-olah meng-amin-i atau menguatkan
pandangan minor dari masyarakat umum, terutama generasi muda dan orang-orang yang
selama ini membenci budaya Jawa. Kalau budaya Jawa itu identik dengan gathuk-mathuk,
gugon-tuhon, klenik, mistik dan apapun yang terkesan tidak rasional dan ilmiah. Padahal
kalau kita pelajari budaya Jawa yang benar, ada kata kunci yaitu “kasunyatan lan tinemu ing
nalar” atau dengan kata lain “ilmiah dan rasional.

Dipersembahkan oleh KRAT. PEIROYOHADINAGORO


Contoh 1:
Aksara Jawa Bahasa Jawa Bahasa Indonesia
HAsal Dzat Hyang Suksma Jati Asal mula dari Dzat Tuhan Roh-
HA nrangi. Jati yang menerangi.
Menimbun daya nafas kehidupan
NA NAndho daya prana gung ametha. agung membentuk.
CA CAhya cipta-budi kabeh. Cahya cipta-budi menyeluruh.
RA RAsa jajag tyas anggung. Rasa mendasar dalam hati selalu.
Berkehendak lancar terus
KA KArsa lancar manrus ngugemi. menerus dan berpegang teguh.
Menyalakan api setia pada
DA DAden tuhu ucapnya. ucapannya (jujur).
Senantiasa menjaga dan berbuat
TA TAnsah hamemayu. baik.
Serba perasa, berfikir dan
SA SArwindra muji Hyang Suksma. beribadah kepada Tuhan.
Tak hentinya untuk selalu
WAntu dahat mangunah Gusti menggapai ridho Tuhan dan
WA kapundhi. memujaNya.
Dengan bijaksana dan semerbak
LA LAntip ruming nestapa. harumnya rasa keprihatinan.
Pedomannya cenderung
PAndomira condhong anggung senantiasa waspada dan sadar
PA eling. diri.
DHAmang catur sangkan paran Memahami makna asal mulanya
DHA kwawa. dan bagaimana mampunya.
Jangan lengah akan semua tujuan
JA JA lirwa ing saancase. dasar semula.
Yaitu patut dilakukan dengan
YA YA ngayogya tinuntun. bimbingan.
Kearah kebajikan hidup dan rasa
NYA NYAng karya tamaning dumadi. kemanusiaan.
MA MArma tinata mbaka. Maka diatur dengan sistematis.
GA GAyuh hanyadarum. Cita-cita yang menyeluruh.
Akan membuat indah dan
BA BAkal adi tyas sakeca. senangnya hati.
Tata kecerahan fikir manusia
THArik ning jalmo eling jatining akan hidup sejati atau sejatinya
THA urip. hidup.
Menggapai keheningan tingkat atas
NGA NGAngkah ningrat nunggal Hyang. alam menyatu dengan TUHAN.

Dipersembahkan oleh KRAT. PEIROYOHADINAGORO


Contoh 2 :

Aksara Jawa Bahasa Jawa Bahasa Indonesia


HAng, Hing, Hung, Heng, Hong.
Sabdaning Angin (Howo kang Sesuatu yang awal. Sebab-akibat
HA obah). dari sabda kehidupan.
Nitahake, nganakake, ngayomi, lan Menciptakan, memelihara, dan
NA nyirnakake. Menghancurkan.
Cahaya dari intisari Cahaya
CA CAhya, nanging cahyaning Tejo. (Cahaya Tuhan).
RA RAsa, nanging rasaning Urip. Rasa sejati sang hidup.
KA Karsa, nanging karsaning Urip. Kehendak sejati sang hidup.
Sejatinya Hidup tidak akan pernah
DA DAtan sirna sejatining Urip. sirna (Hidup itu kekal).
Terlahir karena kehendak yang
TA Tumitis awit titis. benar dan dikehendaki.
SA SAri rasaning sagung gumelar. Sari kehidupan alam semesta.
Sesuatu yang unggul, penuh
Wandita, wahana kang winadi lan misteri dan sistematis serta
WA wola-wali. dinamis.
Lumaris, lumaksana datan kendat Semua berjalan dinamis sesuai
LA awit jantraning jagad. dinamika atau kodrat alam.
Alam tempat Hidup dan
PA PAntio, papan, sasana. kehidupan.
DHA DHAwuh, sabda, pangandika. Firman dan sabda Tuhan
Alam semesta meliputi
JA JAgad cilik lan jagad gede. mikrokosmos, dan makrokosmos.
Betul-betul sejatinya hidup dan
YA Yekti, sejati. kehidupan.
NYA NYAwiji, manunggal. Menjadi satu kesatuan.
MA MArmo. Menjadikan sebab dan akibat.
GA GAntio, owah, obah. Perubahan yang dinamis.
Terbuka dan tergambar dengan
BA Binuka, kagelar. adanya alam semesta.
THA THukul, semi. Selalu tumbuh dan bersemi.
Menuju alam awang-uwung (back
hold life) menyatunya Sang Hidup
NGA NGAkasa, Awang-uwung. dan Sang Maha Hidup.

Makna dan filosofi aksara Jawa seperti dua contoh tersebut sangat banyak dan beragam.
Beda orang, beda paham/keyakinan dan beda daerah, beda pula pemahaman atau
Dipersembahkan oleh KRAT. PEIROYOHADINAGORO
penjabaran mereka dengan sistem akronim (singkatan), sehingga kadang cenderung
terkesan gathuk-mathuk.
Karena prinsip dasar dalam budaya Jawa adalah “kasunyatan dan tinemu ing nalar” (ilmiah
dan rasional), bukan sekedar gathuk-mathuk. Sekarang kita coba memahami makna dan
filosofi aksara Jawa dengan metode atau paradigma lain.

Aksara Jawa Makna Dasar Makna Bebas


Apapun dan siapapun yang ada di
alam semesta ini (makrokosmos dan
mikrokosmos), semua adalah utusan
Tuhan. Sehingga manusia, hewan,
tumbuhan, virus, tanah, air, api,
udara, mahkluk permanen, semi
HA, NA, CA, RA, permanen, abstrak, dll. semua adalah
KA Ono utusan (ada utusan). utusan Tuhan.
Semua utusan tadi tidak mampu
menolak dari semua kehendak
Tuhan, sehingga sebagai utusan
Tuhan harus menjalankan kodrat
alam yang merupakan manifestasi
dari kekuasaan Tuhan. Contoh :
manusia harus menjalankan kodrat
dan takdirnya sebagai manusia, ikan
harus menjalankan kodrat dan
takdirnya sebagai ikan, burung
Datan bisa swala (tidak bisa harus menjalankan kodrat dan
DA, TA, SA, WA, menolak kodrat dan takdir takdirnya sebagai burung, dll.
LA Tuhan).
v Untuk menjalankan kodrat dan
takdirnya sebagai burung, burung
diber i kekuatan dan bekal untuk
bisa terbang, memilah biji-bijian
tertentu untuk menjadi makanannya,
dll.
v Ikan untuk menjalankan kodrat
dan takdirnya sebagai ikan, ikan
diberi kekuatan dan bekal untuk
hidup didalam air, dll.
v Manusia untuk menjalankan
kodrat dan takdirnya sebagai
manusia, manusia di beri kekuatan
dan bekal yang melebihi dari utusan
lain. Sehingga manusia bisa sedikit
merubah kodrat alam, contoh :
· Kodrat manusia tidak bisa
terbang seperti burung tetapi
manusia mampu merubah kodrat
tersebut sehingga sekarang manusia
Semua diberi kekuatan dan mampu terbang, bahkan bisa
PA, DHA, JA, YA, bekal sesuai dengan kodrat dan melebihi tingginya burung terbang.
NYA takdir sebagai utusan Tuhan. · Kodrat manusia tidak bisa hidup

Dipersembahkan oleh KRAT. PEIROYOHADINAGORO


didalam air tapi sekarang manusia
bisa hidup didalam air dengan
peralatan selam.
· Kodrat malam adalah gelap
tetapi manusia mampu merubah
kodrat tersebut sehingga sekarang
malam bisa menjadi terang.
v Dll.

Hidup ini merupakan misteri dan


teka-teki dari Tuhan Yang Maha
Kuasa. Sehingga sebagai utusan
Tuhan harus mampu mencari
Jatidiri dan menjadi diri sendiri
sesuai dengan kodrat dan takdirnya.
Diharapkan kalau sebagai utusan
Tuhan ,mampu mengerti Hidup
Sejati tentu akan terjadi komunikasi
yang intens antara Sang Hidup
MA, GA BA, Urip iki bathangan (hidup ini (utusan/caraka) dengan Sang Maha
THA, NGA adalah misteri dan teka-teki). Hidup (Tuhan).

Selain pemahaman tersebut diatas, ada makna lain yang sangat tinggi nilai filosofinya, yaitu :
semua aksara Jawa “dipangku” mati dan akan berubah atau berganti makna maupun arti,
kecuali aksara JA dan WA. Maksudnya : siapapun kita, apapun agama atau suku kita, apapun
kedudukan kita, seberapa tinggi kekuasaan kita, seberapa tinggi kepandaian kita, kalau
dipangku oleh situasi dan kondisi tersebut masih “mati” jiwa kita berarti kita belum JAWA.
Dengan kata lain bisa diartikan JAWA adalah “sesuatu yang tidak pernah mati”, atau SPIRIT
ALWAYS OF LIFE atau Jiwa yang selalu hidup atau jiwa yang tidak pernah mati. Sehingga
kalau kita betul-betul mempelajari Jawa akan kita temukan pengertian : Spirit Of Java (Jiwa
Jawa), Javanese culture (Budaya Jawa), Javanologi (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Jawa
maupun budaya Jawa). Sedangkan aliran/penghayat kepercayaan adalah Spiritual Culture.

II. PENANGGALAN JAWA

Pada waktu jaman Kerajaan Mataram Islam dipimpin oleh Sultan Agung Hanyakra Kusuma,
waktu itu ada ancaman pengaruh bangsa asing (VOC) yang sudah menguasai Sunda Kelapa
(Batavia) sangat besar dan terasa mengancam keselamatan rakyat maupun kedaulatan
Negara. Sehingga terpikir bagaimana membuat rakyatnya rukun dan bersatu yaitu dengan
cara meng-Akulturasi-kan tiga ungsur budaya yang ada pada waktu itu (Jawa, Hindhu,
Islam), disimboliskan pada bentuk perubahan Penanggalan Jawa. Tetapi karena berbeda
pedoman dasar peredaran yaitu Matahari (Solar) untuk Penanggalan Jawa dan kalender
Hindhu, sedangkan Bulan (Lunar) untuk kalender Hijriah, sehingga walaupun
disatukan (khususnya Penanggalan Jawa dan Kalender Hijriah) dengan cara
dihilangkannya satu masa Penanggalan Jawa (4 windu=4×8=32 tahun), tetapi walau begitu
tetap saja berselisih satu hari. Karena hal ini pula akhirnya muncullah istilah tahun ABOGE
(tahun Alip, tgl 1 Suro jatuh hari Rebo Wage) dan tahun ASAPON (tahun Alip, tgl. 1 Suro
jatuh hari Seloso Pon). Perubahan ini bertepatan tanggal 1 Muharram 1043 H = 29 Besar
1554 Jawa = 8 Juli 1633 M.
Sekarang masa Sultan Agung sudah lama berselang, banyak kalangan yang berpendapat
kalau aksara dan Penanggalan Jawa sudah waktunya perlu diadakan perubahan atau

Dipersembahkan oleh KRAT. PEIROYOHADINAGORO


penyesuaian dengan perkembangan jaman, supaya tetap elegan dan flexibel di segala jaman.
Tetapi supaya tetap tidak kehilangan roh atau jatidiri, dalam mengadakan perubahan
tersebut jangan merubah makna dan filosofi aslinya, seperti yang terjadi dalam sejarah
terjadinya perubahan aksara dan Penanggalan Jawa, walau perubahan tersebut berkali-kali,
tetapi tetap tidak merubah makna dan filsafat aslinya. Barangkali karena perubahan yang
dilakukan Sultan Agung Hanyakrakusuma cukup signifikan, sehingga mengakibatkan
keterpurukan bangsa ini semakin parah sejak runtuhnya Majapahit, dan sampai
sekarang keterpurukan itu belum pulih karena akibat dari hilangnya Jatidiri bangsa
ini. Sementara itu, mulai masa Sultan Agung sampai sekarang, belum ada yang berani
melakukan perubahan atau penyesuaian. Ada yang berpendapat kalau Penanggalan Jawa
seharusnya setiap 75 atau 120 tahun sekali harus diadakan penyesuaian. Ada yang
berpendapat, kalau sekarang dekade perhitungan tahun ABOGE sudah berakhir dan sudah
seharusnya diganti decade perhitungan tahun ASOPON. Terlepas dari berbagai pendapat
tersebut, lebih baik demi kembalinya sebuah Jati Diri bangsa, karena bangsa yang besar
adalah bangsa yang punya dan kuat JATI DIRI-nya. lebih baik kita kembali pada
Penanggalan Jawa asli yang diciptakan oleh Mpu Hubayun (911 SM) dan kita usahakan
menjadi kalender nasional atau bahkan kalender internasional, karena Jawa adalah Global
genius, bukan Local genius. Dengan pertimbangan :
1. Penanggalan Jawa Mpu Hubayun adalah Penanggalan Jawa asli dan yang pertama
atau tertua (911 SM).
2. Kalender yang penuh dengan nilai-nilai filosofi tinggi, yang menandakan bangsa kita
adalah bangsa yang besar. Sehingga kalau bisa Penanggalan Jawa diangkat menjadi
Kalender Nasional Negara Indonesia. Karena tidak semua bangsa dan negara di dunia
memiliki kalender sendiri.
3. Kalender yang mengarah pada keselarasan atau keharmonian alam semesta, karena
berdasarkan proses awal terjadinya alam semesta (Sangkan Dumadining Bhawana).
4. Penanggalan Jawa yang selaras dengan aksara Jawa, Sangkan Dumadining Bhawana
dan Sangkan paraning Dumadi.
5. Satu-satunya kalender di dunia yang mengakomodasi makrokosmos dan
mikrokosmos, sehingga tidak sekedar kalender yang hanya memakai hitungan angka.
6. Penanggalan Jawa harus berdiri diatas semua golongan (agama,suku). Karena makna
kata JAWA itu sendiri tidak bermakna sukuisme maupun kedaerahan (teritorial).
Sedangkan Penanggalan Jawa Sultan Agung, selain adanya polemik dengan berbagai
pendapat yang berbeda juga terlalu banyak mengadopsi pengaruh Islam. Sehingga
orang yang tidak memeluk agama Islam, muncul perasaan tidak merasa ikut
memiliki, sedang pemeluk agama Islam sendiri juga banyak yang tidak merasa
memiliki karena dianggapnya peninggalan agama Hindhu. Semua itu berakibat
hilangnya nilai-nilai kebersamaan, gotong-royong, guyub-rukun, yang menjadi ciri-
khas bangsa kita. Akibatnya sekarang ini banyak orang yang sudah tidak mengenal
lagi atau sudah tidak peduli pada Penanggalan Jawa, aksara Jawa dan Budaya Jawa.
7. Kalender atau penanggalan adalah simbol kehidupan sehari-hari, sementara
kalender yang ada sekarang ini dan menjadi kalender resmi nasional negara
Indonesia, tercetak angka besar kalender Masehi dan angka kecil kalender Hijriah.
Tanpa kita sadari sudah cukup lama ada kekuatan tertentu yang ingin
menghancurkan Nusantara/Indonesia dengan berawal menghilangkan simbol
kehidupan sehari-hari Nusantara/Jawa. Alhasil sekarang ini secara umum bangsa
kita merasa malu, hina dan tidak bangga menggunakan simbol-simbol Nusantara
dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga terpuruklah bangsa kita sekarang ini.

Dipersembahkan oleh KRAT. PEIROYOHADINAGORO


A. PENETAPAN HARI DALAM PENANGGALAN JAWA (Makrokosmos).

1. Hari ke-1 berdasarkan Surya disebut Radite atau Rawiwara sekarang Minggu
(Dipengaruhi Planet Matahari), naptunya 5.
2. Hari ke-2 berdasarkan Rembulan disebut Suma atau Sumawara sekarang Senen
(Dipengaruhi Planet Bulan), naptunya 4.
3. Hari ke-3 berdasarkan Kartika-I disebut Anggara atau Manggala sekarang Selasa
(Dipengaruhi Planet Mars), naptunya 3.
4. Hari ke-4 berdasarkan Pertiwi disebut Buda atau Pertala sekarang Rebo
(Dipengaruhi Planet Bumi), naptunya 6.
5. Hari ke-5 berdasarkan Kartika-II disebut Respati sekarang Kamis (Dipengaruhi
Planet Jupiter), naptunya 8.
6. Hari ke-6 berdasarkan Kartika-IV disebut Sukra sekarang Jum’at (Dipengaruhi
Planet Uranus dan Venus), naptunya 6.
7. Hari ke-7 berdasarkan Kartika-III disebut Tumpak sekarang Sabtu (Dipengaruhi
Planet Saturnus), naptunya 9.

B. SIFAT – SIFAT MAKROKOSMOS


1. Matahari adalah bintang induk Tata Surya dan merupakan komponen utama sistem
Tata Surya ini. Bintang ini berukuran 332.830 massa bumi. Massa yang besar ini
menyebabkan kepadatan inti yang cukup besar untuk bisa mendukung
kesinambungan fusi nuklir dan menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat.
Kebanyakan energi ini dipancarkan ke luar angkasa dalam bentuk radiasi
eletromagnetik, termasuk spektrum optik.
2. Bulan adalah satu-satunya satelit alami Bumi, dan merupakan satelit alami terbesar
ke-5 di Tata Surya. Bulan tidak mempunyai sumber cahaya sendiri dan cahaya
Bulan sebenarnya berasal dari pantulan cahaya Matahari.
3. Mars (1,5 SA dari matahari, SA : Satuan Astronomi = ± 150 juta kilo meter)
berukuran lebih kecil dari bumi dan Venus (0,107 massa bumi). Planet ini memiliki
atmosfer tipis yang kandungan utamanya adalah karbon dioksida. Permukaan Mars
yang dipenuhi gunung berapi raksasa seperti Olympus Mons dan lembah retakan
seperti Valles marineris, menunjukan aktivitas geologis yang terus terjadi sampai
baru belakangan ini. Warna merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang kaya
besi. Mars mempunyai dua satelit alami kecil (Deimos dan Phobos) yang diduga
merupakan asteroid yang terjebak gravitasi Mars.
4. Bumi (1 SA dari matahari) adalah planet bagian dalam yang terbesar dan terpadat,
satu-satunya yang diketahui memiliki aktivitas geologi dan satu-satunya planet
yang diketahui memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya yang cair adalah khas di
antara planet-planet kebumian dan juga merupakan satu-satunya planet yang
diamati memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berbeda dibandingkan
planet-planet lainnya, karena dipengaruhi oleh keberadaan mahluk hidup yang
menghasilkan 21% oksigen. Bumi memiliki satu satelit, bulan, satu-satunya satelit
besar dari planet kebumian di dalam Tata Surya.
5. Yupiter (5,2 SA), dengan 318 kali massa bumi, adalah 2,5 kali massa dari gabungan
seluruh planet lainnya. Kandungan utamanya adalah hidrogen dan helium. Sumber
panas di dalam Yupiter menyebabkan timbulnya beberapa ciri semi-permanen pada
atmosfernya, sebagai contoh pita pita awan dan Bintik Merah Raksasa. Sejauh yang
diketahui Yupiter memiliki 63 satelit. Empat yang terbesar, Ganymede, Callisto, Io,
dan Europa menampakan kemiripan dengan planet kebumian, seperti gunung
berapi dan inti yang panas.[44] Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di Tata
Surya, berukuran lebih besar dari Merkurius.

Dipersembahkan oleh KRAT. PEIROYOHADINAGORO


6. Uranus (19,6 SA) yang memiliki 14 kali massa bumi, adalah planet yang paling
ringan di antara planet-planet luar. Planet ini memiliki kelainan ciri orbit. Uranus
mengedari matahari dengan bujkuran poros 90 derajad pada ekliptika. Planet ini
memiliki inti yang sangat dingin dibandingkan gas raksasa lainnya dan hanya
sedikit memancarkan energi panas. Uranus memiliki 27 satelit yang diketahui, yang
terbesar adalah Titania, Oberon, Umbriel, Ariel dan Miranda.
7. Venus (0,7 SA dari matahari) berukuran mirip bumi (0,815 massa bumi). Dan
seperti bumi, planet ini memiliki selimut kulit silikat yang tebal dan berinti besi,
atmosfernya juga tebal dan memiliki aktivitas geologi. Akan tetapi planet ini lebih
kering dari bumi dan atmosfernya sembilan kali lebih padat dari bumi. Venus tidak
memiliki satelit. Venus adalah planet terpanas dengan suhu permukaan mencapai
400 °C, kemungkinan besar disebabkan jumlah gas rumah kaca yang terkandung di
dalam atmosfer. Sejauh ini aktivitas geologis Venus belum dideteksi, tetapi karena
planet ini tidak memiliki medan magnet yang bisa mencegah habisnya atmosfer,
diduga sumber atmosfer Venus berasal dari gunung berapi.
8. Saturnus (9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya, memiliki beberapa
kesamaan dengan Yupiter, sebagai contoh komposisi atmosfernya. Meskipun
Saturnus hanya sebesar 60% volume Yupiter, planet ini hanya seberat kurang dari
sepertiga Yupiter atau 95 kali massa bumi, membuat planet ini sebuah planet yang
paling tidak padat di Tata Surya. Saturnus memiliki 60 satelit yang diketahui sejauh
ini (dan 3 yang belum dipastikan) dua di antaranya Titan dan Enceladus,
menunjukan activitas geologis, meski hampir terdiri hanya dari es saja. Titan
berukuran lebih besar dari Merkurius dan merupakan satu-satunya satelit di Tata
Surya yang memiliki atmosfer yang cukup berarti.

C. PENETAPAN PASARAN DALAM PENANGGALAN JAWA (Mikrokosmos).

Disamping itu ada Pasangan atau Sisihan Hari yang berdasarkan sedulur 4 kalima Pancer
yang berupa cahaya:
1. Cahaya berwarna Putih disebut Pethakan sekarang disebut Manis/Legi, unsur Udara
atau Oksigen. Naptunya 5.
2. Cahaya berwarna Merah disebut Abritan sekarang disebut Jenar/Paing, unsur Api
atau Nitrogen. Naptunya 9.
3. Cahaya berwarna Kuning disebut Jene’an sekarang disebut Palguna/Pon, unsur
Cahaya atau Foton. Naptunya 7.
4. Cahaya berwarna Hitam disebut Cemengan sekarang disebut Langking/Wage, unsur
Tanah atau Carbon. Naptunya 4.
5. Cahaya berwarna Hijau disebut Gesang atau pancer disebut Kasih/Kliwon, unsur air
atau Hidrogen. Naptunya 8.

D. SIFAT – SIFAT MIKROKOSMOS


1. Udara :
a. Memiliki masa sehingga dapat menimbulkan tekanan
b. Transparan dalam beberapa bentuk radiasi
c. Tidak berwarna,tidak berbau dan tidak dapat dirasakan kecuali dalam bentuk angin.
d. Bersifat elastis dan dinamis,sehingga dapat mengembang dan mengkerut sehingga
dapat bergerak dan berpindah
2. Api :
a. Api adalah oksidasi cepat terhadap suatu material dalam proses
pembakaran kiwiami, yang menghasilkan panas, cahaya, dan berbagai hasil reaksi
kimia lainnya.

Dipersembahkan oleh KRAT. PEIROYOHADINAGORO


b. Api berupa energi berintensitas yang bervariasi dan memiliki bentuk cahaya (dengan
panjang gelombang juga di luar spektrum visual sehingga dapat tidak terlihat oleh
mata manusia) dan panas yang juga dapat menimbulkan asap.
3. Cahaya :
a. Cahaya merambat lurus
b. Cahaya dapat menembus benda bening
c. Cahaya dapat dipantulkan
d. Cahaya dapat dibiaskan
4. Tanah :
a. Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme.
b. Tubuh tanah terbentuk dari campuran bahan organik dan mineral.
5. Air :
a. air mengalir dari permukaan tinggi ke rendah, karena gaya gravitasi
b. air mengalami kapilaritas, yaitu meresapnya partikel air melalui celah2 kecil
c. permukaan air yang tenang adalah datar
d. air dapat memantulkan maupun membiaskan cahaya
e. bayangan benda yang dilihat di air pasti lebih kecil dari ukuran sebenarnya

E. PENETAPAN BULAN DALAM PENANGGALAN JAWA (CANDRA)

1. Bulan ke-1 disebut Badra Warna sekarang disebut Sura, Naptunya 7.


2. Bulan ke-2 disebut Asuji sekarang disebut Sapar, Naptunya 2.
3. Bulan ke-3 disebut Kartika sekarang disebut Mulud/Rabi’ulawal, Naptunya 3
4. Bulan ke-4 disebut Pusa sekarang disebut Bakda Mulud/Rabi’ulakhir, Naptunya 5 .
5. Bulan ke-5 disebut Manggasri sekarang disebut Jumadilawal, Naptunya 6.
6. Bulan ke-6 disebut Sitra sekarang disebut Jumadilakir, Naptunya 1.
7. Bulan ke-7 disebut Manggalaka sekarang disebut Rejeb, Naptunya 2.
8. Bulan ke-8 disebut Naya sekarang disebut Ruwah/Sadran, Naptunya 4.
9. Bulan ke-9 disebut Palguna sekarang disebut Puasa, Naptunya 5.
10. Bulan ke-10 disebut Wisaka sekarang disebut Syawal, Naptunya 7.
11. Bulan ke-11 disebut Jita sekarang disebut Apit/Dulkaidah/Selo, Naptunya 1.
12. Bulan ke-12 disebut Srawana sekarang disebut Besar/Dulhijah, Naptunya 3.

F. PENETAPAN TAHUN ATAU WARSA DALAM PENANGGALAN JAWA

1. Tahun ke-1 disebut Sri/Harsa sekarang di sebut tahun Alip, Naptunya 1.


2. Tahun ke-2 disebut Endra/Heruwarsa sekarang di sebut tahun Ehe, Naptunya 5.
3. Tahun ke-3 disebut Guru/Jimantara sekarang di sebut tahun Jimawal, Naptunya 3.
4. Tahun ke-4 disebut Yama/Duryata sekarang di sebut tahun Je, Naptunya 7.
5. Tahun ke-5 disebut Ludra/Dhamma sekarang di sebut tahun Dal, Naptunya 4.
6. Tahun ke-6 disebut Brahma/Pitaka sekarang di sebut tahun Be, Naptunya 2.
7. Tahun ke-7 disebut Kala/Wahyu sekarang di sebut tahun Wawu, Naptunya 6.
8. Tahun ke-8 disebut Uma/Dirgawarsa sekarang di sebut tahun Jimakir, Naptunya 3.

Dipersembahkan oleh KRAT. PEIROYOHADINAGORO


G. PAWUKON ATAU SATUAN MINGGU DALAM PENANGGALAN JAWA

1. Sinta 11. Kuningan 21. Wuye


2. Landep 12. Langkir 22. Manail
3. Kurantil 13. Mandhasia 23. Prangbakat
4. Tolu 14. Julungpujud 24. Bala
5. Gumbreg 15. Pahang 25. Wugu
6. Warigalit 16. Kuruwelut 26. Wayang
7. Warigagung 17. araken 27. Kulawu
8. Julungwangi 18. Tambir 28. Dhukut
9. Sangsang 19. Madhangkungan 29. Watugunung
10. Gunungan 20. Maktal 30. Wukir

H. PARINGKELAN DALAM PENANGGALAN JAWA


1. Tungle atau Ujungan (Ron)
2. Aryang atau Tiyang (Wong)
3. Warungkung atau Sato (Kewan)
4. Paningron atau Ulam (Iwak)
5. Uwas atau Peksi (Manuk)
6. Mawulu (Wiji)

I. MANGSA DALAM PENANGGALAN JAWA

Mangsa adalah nama waktu sebulan (seperdua belas tahun) tetapi lamanya tidak sama, ada
yang kurang dari 30 hari dan ada juga yang lebih dari 40 hari. Perhitungan mangsa dimulai
dan matahari tampak di sebelah utara (bulan Juni). Mangsa juga merupakan penggambaran
indikator birahi alam, sehingga mangsa banyak digunakan para petani untuk pedoman
bercocok tanam. Contoh : 1. birahinya anjing kawin itu mangsa 9, sehingga tidak akan kita
temukan anjing kawin pada mangsa yang lain. 2. Adanya musim buah – buahan.
Nama mangsa pada umurnya sebagai berikut:

1. Kartika = Kasa = 22 jun - 01 Agt = 41


2. Pusa = Kar = 02 Agt – 24 Agt = 23
3. Manggasari = Katelo = 25 Agt – 17 Sep = 24
4. Sitra = Kapapat = 18 Sep – 12 Okt = 25
5. Manggakala = Kalima = 13 Okt – 08 Nop = 27
6. Naya = Kaenem = 09 Nop – 21 Des = 43
7. Palguna = Kapitu = 22 Des – 02 Peb = 43
8. Wisaka = kawolu = 03 Peb – 28 Pem = 26
9. Jita = Kasongo = 01 Mar – 25 Mar = 25
10. Srawan = Kasepuluh = 26 Mar – 18 Apr = 24
11. Bandrawana = Kasewelas = 19 Apr – 11 Mei = 23
12. Asuji = Karolas = 12 Mei – 21 Jun = 41

Mangsa Kasewelas disebut pula Dhestha.

Mangsa Karolas disebut pula Sadda.

Dipersembahkan oleh KRAT. PEIROYOHADINAGORO


J. HARI SENGKALA DALAM PENANGGALAN JAWA

Hari sengkala adalah hari wewenang jin untuk memusuhi (menggoda / mengganggu)
manusia, oleh karena itu bagi manusia adalah sengkala artinya halangan atau gangguan.
Nama hari-hari sengkala adalah :
1. Sampar wangke = tersandung bangkai = tidak baik untuk punya hajat, bepergian jauh
atau maju perang.
2. Tali wangke = tali bangkai = tidak baik untuk punya hajat, pergi jauh dan maju
perang.
3. Sari Agung = larangan besar = tidak baik untuk punya hajat, pergi jauh dan maju
perang.
4. Kala Renteng = kala hari berturut-turut, tidak baik untuk punya hajat, pergi jauh dan
maju perang.
5. Aryang = ringkel jalma = nasib tidak baik untuk manusia, tidak baik untuk punya
hajat, pergi jauh dan maju perang.

K. HARI BAIK DALAM PENANGGALAN JAWA


Menurut kepercayaan kuno ada dua hari baik untuk punya hajat dan berusaha :
1. Sri tumpuk, baik untuk meminang, menikah, mulai mananam segala macam tananam,
mulai berusaha (berdagang atau mendirikan perusahaan)
2. Bulan atau wuku yang ada harinya Anggara Kasih, baik untuk meminang, menikah,
khitanan, boyongan, dan segala macam usaha.

L. HARI KELAHIRAN
Hari kelahiran biasanya dianggap baik bagi yang orang lahir pada hari itu, oleh karena
banayk orang yang memperingati hari kelahirannya dengan berpuasa, bersemadi,
bersedekah dan lain sebagainya. Bahkan pada hari kelahirannya dipergunakan segala
macam hajat yang baik, misalnya pindah rumah, mendirikan rumah, mulai berusaha dan
segala macam perbuatan baik. Biasanya yang dianggap tantangan bagi seseorang sesuai
dengan kelahirannya ialah hari Puput Puser, ialah pangkal pusatnya sudah mengering lalu
lepas dari perutnya.

M. DINA UWAS
Hari yang tidak pernah ditempati tahun baru Jawa disebut Dino Uwas (Dino tanpo tanggal)
tidak baik untuk segala keperluan, hari tersebut antara lain :
1. Selasa wage
2. Rabu legi
3. Kamis pon
4. Saptu kliwon
5. Minggu pahing

N. Watak tahun ketika tahun barunya (1 suro) jatuh pada hari :


1. Radite (minggu) : tahun kelabang atau Date kenobo
2. Soma (senen) : tahun cacing atau soma werjita
3. Anggara (selas) : tahun kepiting atau anggara rekata
4. Buda (rabu) : tahun kerbau atau buda mahesa
5. Respati (kamis) : tahun serangga atau respati mimi-mintuna
6. Sukra (jum’at) : tahun udang atau sukra lengkara
7. Tumpak (saptu) : tahun kambing atau tumpak menda

Dipersembahkan oleh KRAT. PEIROYOHADINAGORO


Demikian sekilas tentang sejarah aksara dan penanggalan Jawa, karena memang saling
terkait. Semoga bisa mendatangkan manfaat dalam hidup dan kehidupan kita.
Membangkitkan simbol simbol kehidupan Nusantara untuk menuju kebangkitan Nusantara
Jaya.

RAHAYU….!!!
HONG WILAHING SEKAR BHAWONO LANGGENG

Malang, 13 September 2014


LP3BJ & ORMAS “Raket Prasaja”

KRT. Sutrimo Rekso Budaya. SE. MM


Ketua Umum

Dipersembahkan oleh KRAT. PEIROYOHADINAGORO

Anda mungkin juga menyukai