id
Serat Wedhatama adalah Sastra tembang atau kidungan jawa karya Mangkunegara IV Wedhatama
(berasal dalam bahasa Jawa; Wredhatama) yang berarti serat (tulisan/karya) wedha (Ajaran) tama
(keutamaan/utama). Serat Wedhatama terbagi menjadi 5 pupuh yaitu : pangkur, sinom, pucung, gambuh
dan kinanthi. Dalam Pupuh Gambuh mengajarkan untuk mengungkapkan limpahan anugerah Tuhan YME
harus ditebus dengan penghayatan mutlak, didasarkan pada kesucian batin, menjauhkan diri dari watak
angkara murka (sifat egois yang berlebih-lebihan), serta ketekunan melakukan sembahyang. Langsung
saja kita simak pupuh gambuh dan terjemahan bebasnya serta gancarannya berikut ini.
Pada 1
tandha nugrahaning Manon.Kelak saya bertutur, Empat macam sembah supaya dilestarikan; Pertama;
sembah raga, kedua; sembah cipta, ketiga; sembah jiwa, dan keempat; sembah rasa, anakku ! Di situlah
akan bertemu dengan pertanda anugrah Tuhan.
Pada 2
Pada 3
Inguni-uni ersua,
mintoken kawignyanipun,
sarengate elok-elok.Zaman dahulu belumpernah dikenal ajaran yang penuh tabir. Baru kali ini ada orang
menunjukkan hasil rekaan, memamerkan ke-bisa-an nya amalannya aneh aneh
Pada 4
anggere guru nyalemong.Kadang seperti santri “Dul” (gundul)Bila tak salah, seperti santri wilayah
selatanSepanjang Pacitan tepi pantaiRibuan orang yang percaya. Asal-asalan dalam berucap
Pada 5
akale keliru enggon.Keburu ingin tahu,cahaya Tuhan dikira dapat ditemukan. Menanti-nanti besar
keinginan (mendapatkan anugrah) namun gelap mataOrang tidak paham yang demikian ituNalarnya
sudah salah kaprah
Pada 6
dadi ora gawe bingung, kang padha nembah Hyang Manon.Bila zaman dahulu,Tertib teratur runtut
harmonissariat tidak dicampur aduk dengan olah batin, jadi tidak membuat bingung bagi yang
menyembah Tuhan
Pada 7
pakolehe putraningsun,
nyenyeger badan mwih kaot.Sesungguhnya sariat itu dapat disebut olah, yang bersifat ajeg dan
tekun.Anakku, hasil sariat adalah dapat menyegarkan badan agar lebih baik,
Pada 8
angruwat ruweting batos.Badan, otot, daging, kulit dan tulang sungsumnya menjadi segar,
Pada 9
'); }());
tekad kang padha linakon.Begitulah menurut ku !Tetapi karena orang itu berbeda-beda,
Beda pula garis nasib dari Tuhan. Sebenarnya tidak cocok tekad yang pada dijalankan itu.
Pada 10
nugraha geming Kaprabon. Namun terpaksa ersua nasehat. Karena sudah tua kewajibannya hanya ersua
petuah. Siapa tahu dapat lestari menjadi pedoman tingkah laku utama.Barang siapa bersungguh-
sungguh akan mendapatkan anugrah kemuliaan dan kehormatan.
Pada 11
meruhi marang kang momong. Berikutnya, sembah kalbu itujika berkesinambungan juga menjadi olah
spiritual.Olah (spiritual) tingkat tinggi yang dimiliki Raja. Tujuan ajaran ilmu ini; untuk memahami yang
mengasuh diri (guru sejati/pancer)
Pada 12
tuladhan marang waspaos. Bersucinya tidak menggunakan airHanya menahan nafsu di hati. Dimulai dari
perilaku yang tertata, teliti dan hati-hati (eling dan waspada). Teguh, sabar dan tekun,semua menjadi
watak dasar,
Pada 13
lageane tumalawung,
Menggapai sasaran dengan tata cara yang benar. Biarpun sederhana tatalakunya dibutuhkan konsentrasi.
Sampai terbiasa mendengar suara sayup-sayup dalam keheningan Itulah, terbukanya “alam lain”
Pada 14
kono adile Hyang Manon.Bila telah mencapai seperti itu,Saratnya sabar segala tingkah laku.Berhasilnya
dengan cara;Membangun kesadaran, mengheningkan cipta, pusatkan fikiran kepada ersua Tuhan.
Dengan hilangnya rasa sayup-sayup, di situlah keadilan Tuhan terjadi. (jiwa memasuki alam gaib rahasia
Tuhan)
Pada 15
mring pamurunging lelakon.Gugurnya jika menuruti kemauan jasad (nafsu)Tidak suka dengan indahnya
kehendak rasa sejati, Jika merasakan keinginan yang tidak-tidak akan gagal.Maka awas dan ingat
lahdengan yang membuat gagal tujuan
Pada 16
Pada 17
sucine lan Awas Emut, mring alame alam amot.Sungguh lebih penting, yangdisebut sebagai ujung jalan
spiritual,Tingkah laku olah batin, yakni menjaga kesucian dengan awas dan selalu ingat akan alam nan
abadi kelak.
SASTRA JAWA
0 543
Share
Serat Wedhatama adalah Sastra tembang atau kidungan jawa karya Mangkunegara IV Wedhatama
(berasal dalam bahasa Jawa; Wredhatama) yang berarti serat (tulisan/karya) wedha (Ajaran) tama
(keutamaan/utama). Serat Wedhatama terbagi menjadi 5 pupuh yaitu : pangkur, sinom, pucung, gambuh
dan kinanthi. Dalam Pupuh Gambuh mengajarkan untuk mengungkapkan limpahan anugerah Tuhan YME
harus ditebus dengan penghayatan mutlak, didasarkan pada kesucian batin, menjauhkan diri dari watak
angkara murka (sifat egois yang berlebih-lebihan), serta ketekunan melakukan sembahyang. Langsung
saja kita simak kelanjutan pupuh gambuh dan terjemahan bebasnya serta gancarannya berikut ini dari
Pada 18 sampai Pada 35.
Pada 18
Cara menjaganya dengan menguasai, mengambil, mengikat, merangkul erat tiga jagad yang
dikuasai.Jagad besar tergulung oleh jagad kecil,Pertebal keyakinanmu anakku !Akan kilaunya alam
tersebut.
Pada 19
Tenggelamnya rasa melalui suasana “remang berkabut”,Mendapat firasat dalam alam yang
menghanyutkan,Sebenarnya hal itu kenyataan, anakku !Sejatinya jika tidak ingat Sungguh tak bisa “larut”
Pada 20
Pada 21
Tetapi jangan salah mengerti Di situ ada cahaya sejati Ialah cahaya pembimbing, ersua penghidup akal
budi.Bersinar lebih terang dan cemerlang,tampak bagaikan bintang
Pada 22
Yaitu membukanya pintu hati Terbukanya yang kuasa-menguasai (antara cahaya/nur dengan
jiwa/roh).Cahaya itu sudah kau (roh) kuasaiTapi kau (roh) juga dikuasai oleh cahaya yang seperti bintang
cemerlang.
Pada 23
Pada 24
Apabila belum bisa membawa diri,Jangan sekali-kali berani mengaku-aku,mendapat laknat yang
demikian itu anakku !Artinya, seseorang berhak berkata apabila sudah mengetahui dengan nyata.
Pada 25
Menghayati pelajaran iniBila sudah hilang keragu-raguan hati.Hanya percaya dengan sungguh-sungguh
kepada takdiritu harap diwaspadai, diingat,dicermati bila ingin menguasai seluruhnya.
Pada 26
Melaksanakan petuah ituHarus kokoh budipekertinyaTeguh serta sabartawakal lapang dada Menerima
dan ikhlas apa adanya sikapnya dapat dipercaya Mengerti “sangkan paraning dumadi”.
Pada 27
Sabarang tindak-tanduk,
Segala tindak tandukdilakukan ala kadarnya, ersua maaf atas kesalahan ersua,menghindari perbuatan
tercela,(dan) watak angkara yang besar.
Pada 28
Sehingga tahu baik dan buruk,Demikian itu sebagai ketetapan hati,Yang membuka penghalang/tabir
antara ersua dan Tuhan,Tersimpan dalam rahasia,Terletak di dalam batin.
Pada 29
Rasa hidup itudengan cara manunggal dalam satu wujud,Wujud Tuhan meliputi alam semesta,bagaikan
rasa manis dengan madu. Begitulah ungkapannya.
Pada 30
Mana manis mana madu,apabila sudah bisa menghayati gambaran itu,Bagaimana pengertian sabda
Tuhan,Hendaklah digenggam di dalam hati, sudah jelas dipahami secara lahir dan batin.
Pada 31
Dalam batin tak keliru, Segala cahaya indah dicermati dalam hati, Yang menjadi petunjuk dalam
memahami hakekat Tuhan, Selamatnya karena budi (bebuden) yang jujur (hilang nafsu), Agar dapat
merasuk beralih “tempat”.
Pada 32
Agar usahamu berhasil, Dapat menemukan apa yang dicari, upayamu agar dapat melepas penghalang
kegaiban, Apabila kamu tidak paham ; lihatlah tentang bagaimana terjadinya telur.
Pada 33
Putih dan kuningnya, bila akan mewujud (menetas), wujud datang berganti, tak disangka-sangka, bila
kelahirannya dapat berganti wujud, Kejadiannya di situ !
Pada 34
Dipastikan tidak keluar, juga tidak masuk, Kenyataannya yang di dalam akhirnya menjadi di luar, Rasakan
sunguh-sungguh, Jangan sampai terlanjur tak bisa memahami.
Pada 35
Sebab apabila sudah terlanjur, akan tak tenang sepanjang hidup, tidak ada gunanya bila kelak mati,
Menjadi orang hina yang bodoh, dirinya sendiri malah dianggap tamu.
0 543
Share FacebookTwitter
PREV POST
Serat Wedhatama: Pupuh Gambuh dan Gancaran (Artinya) Pada 1 – Pada 17
NEXT POST
SASTRA JAWA
SASTRA JAWA
SASTRA JAWA
SASTRA JAWA
COMMENTS
Loading...
POLLING
RESULTS
VOTE
TERBARU
Jan 2, 2019
Jan 2, 2019
Jan 2, 2019
Jan 2, 2019
Jan 2, 2019
Jan 2, 2019
Jan 2, 2019
SOSIAL MEDIA
2625Followers Follow Us
2842Followers Follow Us
Follow Us @budayajawa.id
↑ Mulai posisi
Berbagi
Pos Terkait
Versi Desktop
Pertama; sembah raga, kedua; sembah cipta, ketiga; sembah jiwa, dan keempat; sembah rasa, anakku !
Mintokken kawignyanipun
Pakolehe putraningsun
Antenging ati
Begitulah menurut ku !
Dimulai dari perilaku yang tertata, teliti dan hati-hati (eling dan waspada)
Lageane tumalawung
Dengan hilangnya rasa sayup-sayup, di situlah keadilan Tuhan terjadi. (jiwa memasuki alam gaib rahasia
Tuhan)
Gagare ngunggar kayun
menjaga kesucian dengan awas dan selalu ingat akan alam nan abadi kelak.
Cara menjaganya dengan menguasai, mengambil, mengikat, merangkul erat tiga jagad yang dikuasai.
Asal hati-hati dan waspada yang menuntaskan tidak lain hanyalah diri pribadinya
Kudu santosa ing budi teguh sarta sabar tawekal legaweng ati
Hendaklah digenggam di dalam hati, sudah jelas dipahami secara lahir dan batin.
tak disangka-sangka,
bila kelahirannya
Kejadiannya di situ !
Rasakan sunguh-sungguh,
akan tak tenang sepanjang hidup, tidak ada gunanya bila kelak mati,
Sumber: https://sabdalangit.wordpress.com