Anda di halaman 1dari 18

PANDANGAN KOSMOLOGI

DALAM MASYARAKAT
SUNDA
Manusia dan alam semesta sama-sama ada
dalam ruang dan waktu .
Sejak seorang manusia dilahirkan sampai
pada kematiannya dia berada dalam ruang
dan waktu
Kosmologi sunda berasal dari kata kosmos yang
artinya susunan, tatanan, ketertiban. Kosmologi
berarti ilmu pengetahuan tentang dunia atau
tata alam semesta, satu catatan penting
kosmologi termasuk ilmu filsafat. Menurut Anton
Baker , dalam kosmologi manusia bertanya :
dunia ini apa? Materi itu apa? Ruang dan waktu
itu apa? Penyebab atau kausalitas itu apa?
Pertanyaan-pertanyaan itu memancing atau
mendorong manusia memikirkan dunia sebagai
suatu keseluruhan menurut dasarnya, menurut
intinya dan tempatnya dalam keseluruhan.
kosmologi sunda membicrakan tata dunia
menurut pandangan masyarakat sunda,
karena masyarakat sunda itu berubah
sepanjang sejarah keberadaanya, maka
pandanagn dunianya juga berubah-ubah.
Dengan demikian terdapat berbagai
kosmologi sunda sesuai dengan
perubahan masyarakatnya
Menurut Edi S. Ekadjati di dalam
Islam jagat raya terdiri dari 5 alam, yaitu
alam roh, alam rahim, alam dunia, alam
barzah, dan alam akhirat. Kosmologi
menurut konsep Islam didasarkan pada
kronologis kehidupan manusia (dan
makhluk lainnya). Sedangkan Naskah
Kosmologi Sunda membagi menjadi 3
alam, yaitu bumi sangkala (dunia nyata),
buana niskala (alam gaib), dan buana
jatiniskala (dunia atau alam
kemahagaiban sejati).
Bumi sangkala,alam nyata di dunia tempat
kehidupan makhluk yang memiliki jasmani (raga)
dan rohani (jiwa), yakni manusia, hewan,
tumbuhan, dan benda lain yang dapat dilihat baik
yang bergerak maupun yang tidak bergerak.Buana
niskala,alam gaib tempat tinggal makhluk gaib
yang wujudnya hanya tergambar dalam imajinasi
manusia, seperti dewa-dewi, bidadara-bidadari,
apsara-apsari, dll. Jumlah dan ragam makhluk
tersebut banyak dan bisa bergabung satu dengan
lainnya serta berkedudukan lebih tinggi dari
manusia.Buana niskala,merupakan katalain dari
surga dan neraka.
Kosmologi sunda
Kosmologi Sunda menyebutkan tidak ada itu sebagai
awing-awang uwung-uwungan. Itulah kosong yang
mutlak. Sedangkan dalam bahasa sunda yang kita
kenal sekarang adalah Ayana Aya, Ayana Euweuh.
Euweuh teh Aya, Aya teh Euweuh ). Suatu pernyataan
yang seolah-olah tanpa makna dan arti. Kita tidak
banyak tau apa arti dari pada tida ada itu atau
kosong mutlak tersebut. Carl Gustav Jung, menjelaskan
paradoks Sunda ini,Saya mulai dengan kekosongan,
kehampaan. Kosong yang dimaksud disini sama
dengan kepenuhan. Kekosongan adalah kedua hal
tersebut, kosong dan penuh. Sesuatu hal yang tidak
terbatas dan abadi tidak membawa sifat, karena dia
memiliki semua sifat.
Kekososngan yang dimaksud dalam kosmologi
masyarakat Baduy muncul keluar dari tiga batara,
yaitu Batara Keresa, Batara Kawasa, dan Maha
Karana. Ketiga Batara ini sebenarnya menyatu atau
satu yang disebut Sang Hyang Tunggal.
Keresa adalah kehendak, rasa dan nurani. Kawasa
adalah kekuasaan, kekuatan dan tenaga. Mha karana
adalah penyebab utama yang berarti ucapan, pikiran
dan kata-kata. Dengan demikian Sang Hyang Tunggal
adalah entitas tunggal dari entitas sebelumnya,
meloncat keluar dari tidak ada menjadi ada. Itulah
awal mula terjadinya segala sesuatu ini atau
munculnya bumi sangkala dan buana niskala.
Terdapat hal yang unik, dibanding dengan kosmologi
jawa, simbolisasi kesuburan yang digunakan adalah
dalam sosok ibu (Sunan Ambu, Dewi Sri) yang
memiliki kharisma, sabar, bijak, lebut, melindungi,
mau berkorban dan sebagainya. Sedangkan dalam
kosmologi jawa simbolisasi kesuburan digambarkan
dalam bentuk lingga, alat kelamin. Perbedaan
simbolisasi tergambar dalam karakteritik seni
tradisinya. Seni tradisi jawa memiliki kecenderungan
mengeksploitasi aspek-aspek erotis dari seorang
perempuan, seperti terungkap dalam seni tadisi
Tayuban, Ronggeng dan lain sebagainya. Sedangkan
dalam tradisi Sunda terungkap dalam seni tradisi
seperti Degung, Kecapi Suling, dan seni-seni lainnya.
Dalam kosmologi setiap manusia
terikat oleh waktu dan ruang
waktu dan ruang adalah tatanan yang
berada di luar sana termasuk manusia
dan peristiwa-peristiwa dikuasai oleh
takdir dan semua perilaku manusia harus
menyesuaikan diri dengan keteraturan
yang telah ditetapkan. Setiap orang
memiliki waktunya sendiri-sendiri.
Dalam pandangan masyarakat tradisional
secara umum menyataakan takdir atau
nasib manusia ditentukan oleh kedudukan
waktu pada saat manusia hadir di ruang,
maka pemaknaan tentang waktu
memegang peranan kunci dalam
memaknai tempat manusia di dunia.
Waktu yang non material menentukan
tempat dan ruang yang material. Manusia,
benda-benda serta peristiwa adalah
material.
Karena absolutnya peraanan waktu yang
universal dan otonom maka masyarakat,
mempunyai kepercayaan sebagai
panduan hidupnya yaitu berupa primbon
dalam masyarakat Jawa dan etangan
dalam masyarakat Sunda
Kunci primbon dan etangan adalah
memaknai waktu absolutnya dahulu,
penemuan waktu ini akan dapat
nenentukan letak seseorang dalam ruang
semesta khusus dalam ruang relatifnya di
dunia ini. Maka semua gerak gerik harus
diatur berdasarkan waktu tersebut agar
manusia selamat.
Dalam perhitungan waktu sial di sebut
kala terdiri dari kala keci dan kala
besar berdasarkan tanggal Hijriah
Tgl 1 kala berada di Wetan (Timur)
Tgl 2 kala berada di Kidul (Selatan)
Tgl 3 kala berada di Kulon (Barat)
Tgl 4 kala berada di Kaler ( Utara)
Tgl 5 kala berada di handap (bawah)
Tgl 6 kala berada di luhur (atas)
Larangan sasih terdapat dalam bulan-
bulan tertentu kala ageung terdapat pada
bulan Muharam, Sapar, dan Maulud yang
jatuh pada hari Sabtu dan Minggu, pada
bulan Silih Mulud, Jumadil Awal dan
Jumadil Akhir kala ageung jatuh pada hari
Senin dan Selasa. bulan Rajab, Rewah,
dan Ramadhan kaala ageung jatuh pada
hari Rabu dan kamis. Bulan syawal , Hapit
dan Rayagung kala ageung jatuh pada
hari Jumat
Naktu adalah keyakinan orang sunda mengenai
itungan ( perhitungan ) untuk kebahagiaan dunia,
akherat dan peliharaan.
Naktu di bagi menjadi beberapa bagian yaitu :
Naktu poe :
1. Ahad : 5
2. Senen : 4
3. Salasa : 3
4. Rebo : 7
5. Kemis : 8
6. Jumaah : 6
7. Saptu : 9
Naktu bulan :
1. Muharam : 7
2. Safar : 2
3. Maulud : 3
4. Silih mulud : 5
5. Jumadil awal : 6
6. Jumadil akhir : 1
7. Rajab : 2
8. Rewah : 4
9. Puasa : 5
10. syawal : 7
11. hapit : 1
12. rayagung : 3
Naktu tahun :
1. Alip :1
2. He :5
3. Jim :3
4. Je :7
5. Dal :4
6. Be :2
7. Wau : 6
8. Jim akhir : 3
Lambang lahir ( arti lahir ) :
1. Senen : kembang : mudah dikenal
2. Salasa : seuneu : gede ambek
3. Rebo : daun : ngiuhan
4. Kemis : angin : teu boga
pendirian
5. Jumat : cai : nyieun
kasuburan
6. Sabtu : bumi : membumi
7. Ahad : mega : luhur

Anda mungkin juga menyukai