Indana Rif’an1, Nansi Amallia2, Arlita Millenia3, Nur Hanikmah4, M. Alfian NK5
1
1102417004, 21102417005, 31102417020, 41102417025, 51102417026
Abstrak
A. Biografi
Pada 1936 Romo Mangun masuk Sekolah di Holland Inlander School (HIS)
Fransiscus Xaverius, Muntilan Magelang. Romo Mangun lulus dari HIS pada tahun
1943. Kemudian pindah ke Semarang untuk melanjutkan pendidikan dan masuk
sekolah teknik, namun tidak berapa lama beliau ke Yogyakarta untuk Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Disini Romo Mangun bersekolah di dua tempat yang
berbeda. Paginya bersekolah di Sekolah Teknik Mataram (STM) Jetis Yogyakarta dan
sorenya bersekolah di Sekolah Angkatan Muda Katolik Republik Indonesia (AMKRI).
Namun, pada tahun 1944 STM Jetis dibubarkan karena gedungnya dijadikan markas
perjuangan tentara RI. Romo Mangun lalu mendarftarkan diri menjadi prajurit TKR
Batalyon X divisi III. Dia ikut dalam pertempuran di Ambarawa, Magelang dan
Mranggen. Ketika STM Jetis dibuka kembali pada 1946, ia melanjutkan sekolahnya
hingga lulus pada 1947.
Tepat pada 10 Februari 1999, setelah memberikan ceramah dalam seminar yang
bertema "Meningkatkan Peran Buku dalam Upaya Membentuk Masyarakat Indonesia
Baru" di hotel Le Mardian Jakarta, Romo Mangun meninggal dunia akibat serangan
jantung.
Hasil karya-karya yang telah dihasilkan oleh Romo Mangun dalam bidang
arsitektur diantara lain, Gereja St. Maria Assumpta, Klaten; SD Kanisius, dan
rumahnya sendiri Wisma Kuwera, Mrican, Yogyakarta. Selain di bidang arsitektur
Romo Mangun juga yang paling populer yaitu karya novelnya yang berjudul Burung-
Burung Manyar, yang sampai diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang dan Belanda,
serta karya itu juga mendapatkan penghargaan South Asian Write Award pada tahun
1983. Hal ini menjadi salah satu alasan Romo Mangun untuk memunculkan gagasan
tentang “belajar sejati”-suatu proses belajar yang berlangsung seumur hidup dan
dimulai dengan kesadaran diri sendiri tanpa harus melalui pendidikan formal di
bangku sekolah.
Romo Mangun yang peduli akan masalah sosial dan pendidikan di Indonesia,
membangun sekolah yang ditujukan kepada anak-anak yang memperjuangkan hak
dalam memperoleh pendidikan yang setara dan masalah kemiskinan harus
dituntaskan melalui pendidikan. Romo Mangun memanfaatkan salah satu bangunan
sekolah kanisius yang hampir tutup dan lahirlah Sekolah Dasar Kansius Ekspremintal
(SDKE) yang terletak di Dusun Mangunan, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Di dalam
sekolahan ini Romo Mangun menciptakan kurikulum sendiri khas Mangunan, yang
tujuannya ingin mencetak generasi yang Ekloratif, Kreatif, dan Integral.
Sekolah ini semula dikelola oleh yayasan kanisius, dan hendak ditutup akibat
kekurangan murid. Romo Mangun meminta sekolah ini dari pihak yayasan untuk
dikelola sebagai tempat untuk mewujudkan gagasanya, sejak itulah sekolah ini beubah
namanya menjadi sekolah dasar Kanisisus Eksperimen
Romo mangun mendirikan dua lembaga SDKE Mangunan dan Dinamika Edukasi
Dasar (DED). Di dalam dua lembaga tersebut terdapat komunitas atau sekumpulan
orang yang ikut serta di dalamnya, dan di bawah pemerintahan yang sama.
Permasalahannya adalah anak yang kurang punya atau miskin ditutup aksesnya untuk
belajar dikarenakan kurangnya dana. Oleh karena itu, DED berusaha menjawab semua
permalahan tersebut dengan menyelenggrakan pendidikan murah.
Ada dua hal yang menjadi fokus kegiatan yayasan DED, yaitu mencari bentuk
kurikulum alternatif yang menghargai hak “anak sebagai anak” dan menemukan guru
sejati yang tidak hanya sekedar menjadi indoktrianator. Bagi Romo Mangun, guru
merupakan pihak pertama yang mesti diantar pada paradigma pendidikan yang
memerdekakan. Hal ini dilakukan lewat apa yang diupayakan Laboratorium DED, dan
apa yang terselenggarakan di SDKE Mangunan.6
Ada juga tutor teman sebaya yaitu proses belajar memungkinkan anak belajar
dengan caranya sendiri, anak bisa menjadi guru bagi temanya, mereka bias
menggunakan bahasa mereka sendiri yang lebih mudah dipahami, komunikasi bisa
berjalan tanpa hambatan. Karena pola pikir mereka sama, bahasa yang dipakai bisa
seperti ketika mereka bermain bersama.
Metode Pembelajaran
a. Metode penemuan
Guru memberikan tugas kepada siswa kemudian guru memberikan kebebasan
siswa untuk mengerjakan tugas tersebut. Hal ini menyebabkan siswa dapat
berlatih mandiri untuk melakukan penelitian, merumuskan masalah, serta
menyampaikan pokok fikirannya sendiri dari hasil mencari tahu jawaban dari
tugas tersebut.
b. Metode dialog dan diskusi
Pada metode ini dapat terjadi komunikasi dua arah, yaitu antara guru dan murid.
Dalam proses pembelajaran siswa akan bertanya kepada guru mengenai materi
yang kurang dipahami. Ataupun dapat terjadi antara siswa satu dengan yang lain
melalui proses disksusi.
c. Metode cerita
Dalam metode ini siswa diajak untuk suka dalam membaca buku,
pembelajarannya dikemas kedalam sebuah mata pelajaran yang ada di SDKE
Mangunan yaitu mata pelajaran Baca Buku Bagus. Romo mangun dibantu oleh
temannya yang bernama Butet Karta Rajasa dalam mengampu mata pelajaran ini.
Anak akan tertarik dengan materi pelajaran apabila ia mendapatkan suatu hal
yang bagus menurutnya, kemudian anak tersebut dapat mengkontruksi
pengetahuannya berdasarkan ilmu yang ia dapat dari membaca buku.
Isi/Materi
Romo Mangun bersama dengan DED membuat 5 mata pelajaran khas Mangunan,
yaitu: Kotak Pertanyaan, Membaca Buku Bagus, Majalah Meja, Komunikasi Iman, dan
Musik untuk pendidikan. Kelima mata pelajaran khas tersebut merupakan cara untuk
melatih kepekaan anak untuk mencermati lingkungan keseharian. Bersama dengan
Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan Matematika, kelima mata pelajaran khas ini bertujuan
untuk memberi keterampilan hidup bagi anak miskin.
9. YB. Mangunwijaya. “Bila Andong Mati,” dalam Impian dari Yogyakarta, h. 265-266
10. Nugroho, Pendidikan Pemerdekaan, h.72
Selain itu, pendidikan seni juga berguna untuk mempertajam pikiran, kreativitas
dan menyehatkan tubuh.11
Pendidikan seni yang dimaksud di sini adalah musik pendidikan. Yakni
pendidikan manusia seutuhnya. Anak belajar bahasa musik dengan cara:
mendengarkan, meniru, melihat dan merasakan secara langsung. Contoh
penerapannya adalah seperti ini: Guru mengajak siswa untuk berdiaog tentang
paduan suara sebelum masuk ke materi pemecahan suara. Guru memberikan
penjelasan kepada siswa mengenai materi yang akan dipelajari. Kemudian guru
memberikan contoh teknik pemecahan suara, siswa menirukan setiap bagian.
Guru menggali kreatifitas siswa melalui tanya jawab dengan siswa.
d) Pendidikan Bahasa dan Komunikasi
Dengan penguasaan bahasa, baik bahasa komunikasi interaksi maupun bahasa
verbal, baik bahasa nasional maupun bahasa internadional, anak didik mampu
hidup di mana pun. Selain itu, dengan bekal ini anak didik juga akan mudah
untuk menyerap informasi dan ilmu pengetahuan secara mandiri sehingga
wawasan yang dimilikinya bias lebih luas dan bertambah.
e) Pelajaran IPA dan IPS
Pelajaran ini diberikan sesuai dengan kebutuhan anak didik, yakni dipilah mana
yang perlu diketahui dan mana yang tidak ada salah dan ruginya jika tidak
diketahui. Semua itu harus sesuai dan relevan dengan kehidupan keseharian anak
didik.
f) Matematika
Menurut Romo Mangun, pelajaran matematika adalah pelajaran penting kedua
setelah bahasa karena membantu anak untuk dapat berfikir logis, kritis, teliti,
berabstraksi, bisa mengambil keputusan dan kreatif.12 Dalam hal ini, Romo
Mangun sepakat dengan Drost bahwa matematika adalah ilmu kuantitas, namun
mengajarkan seseorang bernalar logis.
DAFTAR PUSTAKA
Pradipto, D. (2007). Belajar Sejati VS Kurikulum Nasional. Yogyakarta:
Kanisius (Anggota IKAPI)
Risyanto, D. (2015). Pemikiran Y.B. Mangunwijaya Tentang Pendidikan Sekolah Dasar
di Yogyakarta Tahun 1974-1999. Oktober, 2015. Universitas Negeri Yogyakarta.
http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/risalah/article/viewFile/830/756
Hannan, A. (2013). Konsep Pendidikan YB. Mangunwijaya. Pr. Jurnal Pemikiran Islam,
20 (1), Maret, 2013.
http://ejournal.iaitribakti.ac.id/index.php/tribakti/article/view/89/81