PURANA WANGSA
KYAI ANGLURAH MAMBAL SAKTI
BAB I
Pendahuluan
Om awighnam astu namā śidyam.
Om prânamyam sirā sang widyam, bhukti bhukti hitartwatam,
prêwaksyā tatwam widayah, wişņu wangsā pādāyā śiwanêm, sirā
ghranā sitityam waknyam. Rajastryam mahā bhalam, sāwangsanirā
mongjawam, bhupa-lakam, satyamloka. Om namadewayā,
pānamaskaraning hulun, ri Bhatarā Hyang mami. Om kara panga
bali puspanam. Prajā pasyā. nugrah lakam, janowa papā wināsayā,
dirgha premanaming sang ngadyut, sembahing ngulun ri
Sanghyang Bhumi Patthi,hanugrahaneng hulun, muncaranākna
ikang tatwa, mogha tan katamanan ulun hupadrawa, tan kêneng
tulah pāmiddi, wastu pari purņā hanmu rahayu, ratkeng kulā
warggā sāntanannirā, mamastu jagatitayā. sukham bhawantu Om
purnam bhawantu, saptawredyastu Swaha.
Pengaksama kami kehadapan Bhatara Hyang Mami yang bergelar
Omkara Hradaya Namah Swaha, Sunia Loka, Sida Loka Suara.
Anugrahkanlah hamba atau ijinkan hamba menceritakan segala masa
lalu yang telah tertulis dalam lepihan tembaga dan lontar yang sudah
suci menyatu dengan Hyang Widhi, Om Bhur, Bwah, Swah semoga
tidak berdosa, terikat usana, semoga tidak alpaka dari penciptaan Sang
Hyang Purwa Tatwa, begitu juga dengan seketurunan hamba,
bebaskanlah hamba dari alpaka kehadapan Ida Hyang Widhi, lara
wigraha mala papa petaka, bisa terbebas dari kutukan Sang Hyang
Widhi, membicarakan masa lalu, sekarang dan yang akan datang, juga
menemukan kebahagiaan sekala niskala atau lahir bathin, anugrahkanlah
hamba agar sempurna menemui panjang umur, kebahagiaan untuk
keluarga dan alam semesta.
Karena sebuah rasa penuh tulus dan kecintaan terhadap alam, budaya
serta kehidupan sosial masyarakat Hindu di Bali, berbekal keinginan
mengabdi terhadap tanah kelahiran dilandasi dengan semangat bakti
terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan para leluhur yang sudah
menyatu di dalam rangkuman sinar suci Beliau, kami memberanikan diri
meramu data-data yang ada didalam bentuk sebuah karya sastra yang
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
2
sangat sederhana yang kami persembahkan sebagai yadnya kepada
pembaca dan generasi penerus kita, agar bisa kelak dikemudian hari
dipakai sebagai bahan kajian dalam menyusun karya sastra yang lebih
sempurna.
Segala macam bentuk ketidaksempurnaan dan kekurangan memenuhi
kata demi kata dalam buku ini, sehingga dengan kerendahan hati kami
memohon berbagai petunjuk dalam usaha kami membuat buku ini
mendekati sempurna. Karena kami yakin dalam era global ini, banyak
hal yang harus bisa kita lakukan untuk menjawab berbagai pertanyaan
zaman, salah satu diantaranya adalah tentang sejarah. Sejarah yang
ditulis dengan dasar metode penulisan yang benar, data penunjang yang
kuat serta pemahaman yang dalam akan mampu membangun rasa cinta
generasi terhadap tanah kelahiran serta yang bertumbuh dan
berkembang di wilayahnya. Karena rasa cinta akan hadir apabila kita
mengenal jati diri yang mencakup tentang berbagai pilosofi yang
terkandung didalam kebiasaan kehidupan sosial budaya kita. Pada
intinya kami berusaha menyelaraskan berbagai dasar budaya keagamaan
kita yang terdiri dari Kuno Dresta, Loka Dresta dan Sastra Dresta dalam
sebuah kajian yang bisa menggugah kesadaran kita tentang pentingnya
berbagai kearifan lokal yang didukung oleh sastra agama Hindu dalam
menjaga Sradha umat beragama. Semoga kemudian kita dan generasi
mendatang bisa melewati masa-masa kritis sebagai penjaga agama dan
budaya warisan leluhur kita dahulu, agar perjuangan dan usaha yang
sudah dilakukan oleh leluhur kita semenjak dahulu tidak hanya menjadi
cerita usang yang semakin hilang, hanya karena ketidaktahuan kita
terhadap perjuangan mereka. Kita adalah bagian dari masa lalu, masa
kini dan masa yang akan datang, karena sejarah adalah sumber
pengetahuan yang merupakan satu-satunya media untuk mengetahui
masa lampau, yaitu mengetahui peristiwa-peristiwa penting pada masa
lampau dengan perbagai permasalahannya. Peristiwa yang menjadi
objek sejarah sarat dengan pengalaman penting manusia karena mampu
membangkitkan imajinasi memperluas wawasan intelektual,
memperdalam simpati, sebagai sarana ideal untuk mendidik masyarakat
agar berpikir secara bebas mengajarkan kepada masyarakat cara berfikir
mmeningkatkan kreatifitas dan memberikan pelajaran untuk mengenal
dirinya sendiri. Sejarah juga menjadi sumber pendidikan penalaran,
pendidikan moral, menciptakan kebijaksanaan, dasar pendidikan politik,
perubahan, pendidikan masa depan dan sebagai ilmu bantu untuk ilmu-
ilmu yang lain.
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
3
Dalam penyusunan buku ini saya menggunakan berbagai metode,
diantaranya saya namakan "Menyambung Batang", menimbang
kelaziman di berbagai wilayah, setelah zaman prasasti antara tahun 900
Masehi hingga 1200 Masehi, penduduk memiliki kecenderungan
melakukan pencatatan yang terbatas diantara clan-clan baik besar
maupun kecil, para penulis tradisional menuangkan pengetahuan mereka
dalam lembaran-lembaran daun lontar, yang sangat jarang menyertakan
tahun pada tulisan. Dengan mempelajari secara seksama, bentuk tulisan,
tata bahasa, serta isi yang tertuang dalam karya tulisan itu, dapatlah kita
menentukan apa maksud tulisan dan pada era kepemerintahan siapa
tulisan itu dibuat. Tulisan-tulisan klasik ini dikenal dengan nama Babad,
Bancangah, Ilikita atau Paplesiran. Zaman babad berlangsung di Bali
antara tahun 1600 hingga pertengahan tahun 1700 Masehi. Mulai tahun
1950 setelah masa kemerdekaan barulah dilaksanakan kembali
pencatatan-pencatatan masih secara sangat sederhana oleh para pejabat
untuk kepentingan data penduduk, data wilayah dan pembagian
administrasi pemerintah Republik Indonesia. Dalam kurun waktu 1760
hingga hingga tahun 1950 terjadi kekosongan pencatatan di Bali, hal ini
terjadi akibat perang antar Nagari, wabah penyakit, kelaparan
Pemerintahan Kolonial dan Jepan serta bencana alam. Menyajikan buku
dengan catatan lengkap dari zaman Purba, Zaman Prasasti, Zaman
Babad, Zaman Kolonial Belanda-Jepang hingga zaman kekinian, patut
dilengkapi dengan catatan yang lengkap di masing-masing zaman
tersebut.
Setelah zaman Babad dan sebelum zaman Kemerdekaan RI saya
mencoba menyambung catatan tersebut dengan unduhan data-data dari
para peneliti asing yang tertuang dalam Bank Data yang menjadi koleksi
beberapa musium di luar negeri dan koleksi para kolektor data yang
tersimpan dengan sangat rapi pada tulisan-tulisan kuno berbahasa Jawa
Kuno, Inggris maupun Belanda. Menyambung catatan antara zaman ke
zaman ini yang saya namakan metode Menyambung Batang. Semua
data dari masing-masing zaman dihubungkan dengan berbagai
peninggalan yang ada di tempat penelitian, juga warisan turun temurun
berupa bhisama dan aturan yang mengikat sebuah clan atau sebuah desa.
Sudah pasti pada proses ini memerlukan waktu yang lama, ketelitian
mengkaji dan penyajian dan khusus, sehingga mampu dibaca dan
dipelajari oleh seluruh lapisan masyarakat. Pada akhirnya setelah
terpapar semua data itu menjadi draft, saya memberikan keleluasaan
kepada para sahabat, masyarakat, para praktisi dan para penekun ilmu
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
4
sejarah dan Babad untuk menguji metode Sambung Batang ini, sehingga
buku hasil metode ini bisa menjadi salah satu alternatif untuk
membangun untaian kejadian setiap zaman secara lengkap dan medetail
dalam sebuah karya tulis semi akademis.
Kami ucapkan Terimakasih yang tidak terhingga kepada seluruh
keluarga besar ANGMAS, garis Keturunan dari Kyayi Anglurah
Mambal Sakti yang sudah memberikan bantuan sangat besar berupa
data-data terkait penyusunan buku ini.
Semoga pikiran yang jernih mengalir dari semua penjuru arah angin,
sehingga kita bisa memaknai setiap langkah dalam proses hidup di
Bhuwana Agung maupun Bhuwana Alit sebagai sebuah keharusan yang
sudah direncanakan oleh Sang Pencipta. Yang kekal adalah perubahan
dan kebenaran utama hanya nilai-nilai spirit dan ritual yang mampu
memaknai setiap perubahan sebagai sebuah kebenaran utama.
Kyai Ler agar dikawini setelah putra Dalem lahir. Hal ini merujuk pada
kekuasaan Dalem yang tanpa batas dan kelaziman hal yang dilakukan
oleh Dalem penguasa Gelgel terhadap beberapa selir beliau yang lain.
Kemungkinan hal ini terjadi saat diketahui oleh beliau bahwa dua orang
Kepala Mentri kerajaan, Kyai Agung dan Kyai Ler berbeda pendapat
dan apabila dibiarkan akan menyebabkan perpecahan diantara para
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
72
pengikut mereka dan berdampak sangat luas kepada kerajaan yang
beliau pimpin. Dengan pertimbangan penyelamatan kerajaan maka
diperintahkan kepada Kyai Ler untuk meninggalkan Gelgel menuju ke
Batu Angsut atau Mambal pada tahun 1612 Masehi, dengan hadiah
seorang selir beliau yang dalam kondisi hamil. Setelah lahir putra
tersebut diberi nama I Gusti Mambal dan diupacarai secara ksatria
utama. Selain putra anugerah Dalem, Kyai Di Ler juga menurunkan
putera, antara lain: I Gusti Panida, I Gusti Kamasan Wayahan, I Gusti
Ketut Kamasan, I Gusti Sibetan, I Gusti Sampalan, I Gusti Temesi, I
Gusti Teges, I Gusti Ubud dan I Gusti Basangkasa, sementara beberapa
putri dari beliau tidak dikisahkan dengan detail. Hubungan antara Dalem
Sagening dan I Gusti Mambal sangat baik, terbukti dengan anugerah
nama kehormatan Kyai Anglurah Mambal yang dianugrahkan Dalem
Sagening terhadap I Gusti Mambal. Tidak hanya anugrah nama, tetapi
juga anugrah pusaka, berupa keris yang bernama Si Tan Kober dan
tombak pusaka yang bernama Ki Barungit. Semenjak mendapat anugrah
pusaka tersebut, Kyai Anglurah Mambal lebih dikenal dengan gelar
Kyai Anglurah Mambal Sakti. Pada sekitar tahun 1638 Masehi, Kyai
Anglurah Mambal Sakti mengambil istri dari keturunan Krian Punta,
menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: I Gusti Ngurah
Gede Mambal dan I Gusti Ngurah Made Pengkuh.
Keberadaan Kyai Anglurah Mambal Sakti di Mambal selanjutnya
sebagai penguasa mambal menggantikan kedudukan mertuanya yang
mangkat pada usia tua, dibumbui dengan cerita-cerita yang berkembang
dan diyakini oleh masyarakat sebagai sebuah kebenaran, seperti
berkunjungnya utusan penguasa Kesiman yang meminta air "apatin
tumbak" kepada Kyai Anglurah Mambal Sakti, setelah diisi keinginan
dari utusan Kesiman tersebut, sang utusan membuat trowongan selebar
tangkai tombak yang diputar-putar. Merasa tertipu oleh utusan Kesiman
adalah niat beliau mengerahkan pasukan dan rakyat untuk
menghancurkan tebing danau Bratan, agar air danau mengalir ke
wilayah Kesiman sehingga menyebabkan banjir besar.Konon niat ini
dihalangi oleh penguasa di Bratan, sehingga niat Kyai Anglurah
Mambal Sakti membalas dendam kepada penguasa Kesiman tidak
kesampaian.
Peta wilayah Mambal dan foto Puri Kesiman tgl 26 Mei 1912, Koleksi Tropen Museum
(Meru in de Puri van de Kesiman)
Foto Candi Kurung dan pelinggih bagian timur dari Mrajan Agung Anglurah Mambal
sakti di Mambal.
Tanpa sebab yang pasti yang diketahui sebagai alasan, segera I Gusti
Made Kamasan meninggalkan arena pengepungan dan meminta
perlindungan kepada Anglurah Mambal Sakti II di Mambal. Sementara
Buku The Spell Of Power, karya dari Henk Schulte Nordhholt
memaparkan setelah masa pengepungan I Gusti Made Kamasan memilih
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
78
berlindung di Badung, seraya menyusun kekuatan dan menaklukkan
wilayah-wilayah kekuasaan Mengwi dan membangun Puri di Sibang.
Sumber sejarah yang ditulis oleh Henk Schulte Nordholt memaparkan
pada saat ditinggalkan oleh generasi Anglurah Mambal Sakti menuju ke
Den-Bukit Buleleng, penguasa Mengwi tidak menghancurkan Puri
Mambal melainkan membiarkan Puri tetap berdiri tetapi tidak
memerintahkan orang untuk mengurus puri tersebut.
Katalog Gempa periode tahun 1538 hingga tahun 1877 yang ditulis oleh
ahli geologi dan mineral berkebangsaan Jerman, Arthur Wichmann
menyebutkan bahwa pada tanggal 22 November 1815 Bali dilanda
gempa berkekuatan magnetudo 7,0 skala richter, dikenal dengan nama
Gejer Bali atau Bali bergetar. Catatan Badan Administrasi Kelautan dan
Atmosfer Nasional Amerika Serikat atau National Oceanic and
Atmosphreric Administration (NOAA) mencatat Gejer Bali
menewaskan 1.200 korban dan ribuan bangunan hancur. Data lokal
Babad Ratu Panji Sakti dan Babad Buleleng juga memaparkan dengan
sangat jelas kerusakan yang diakibatkan oleh Gejer Bali.
I Gusti Ngurah Gede Lanang, putra dari I Gusti Gede Gerih mengambil
istri bernama Gusti Luh Bengkel dari Bindu, menurunkan 2 orang putra:
I Gusti Ngurah Gede Bengkel dan I Gusti Ngurah Wayahan Meranggi.
Selanjutnya I Gusti Ngurah Gede Bengkel menurunkan putra masing-
masing bernama I Gusti Ngurah Gede Dangin, I Gusti Ngurah Ketut
Bengkel dan wanita (tidak dikisahkan).
Dikisahkan I Gusti Ngurah Wayahan Meranggi generasi ke 5 dari Kyayi
Anglurah Mambal Sakti, yang mempunyai kemampuan sangat tinggi
dalam ilmu magis mahluk astral berhasil dalam misinya berdamai
dengan mahluk kasat mata yang sangat sering menganggu pembangunan
bendungan dan saluran irigasi sepanjang aliran sungai Ayung.
Kemampuan itu dikenal luas sebagai "Sang Pascat Merangi Srenggi"
nama Meranggi kemungkinan berasal dari julukan beliau Merangi
Srenggi, lama kelamaan dilapal menjadi Meranggi. I Gusti Ngurah
Wayahan Meranggi menurunkan 4 orang putra masing-masing
bernama : I Gusti Ngurah Putu Meranggi, I Gusti Ngurah Wayahan
Gede, I Gusti Ngurah Nyoman Songkrong, I Gusti Ngurah Ketut Rai.
Sekian lama I Gusti Ngurah Wayahan Meranggi beserta putra-putranya
tinggal di Puri Lanang, pada suatu masa I Gusti Ngurah Wayahan
Meranggi beserta ke 4 putra-putranya meninggalkan Puri Lanang dan
masing-masing membangun Jero di Sibang Kaja. I Gusti Ngurah Putu
Meranggi membangun Jero Meranggi (yang keturunannya akan
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
81
dikisahkan pada garis keturunan di Jero Meranggi). I Gusti Ngurah
Wayahan Gede dan I Gusti Ngurah Nyoman Songkrong beserta ayahnya
membangun Jero Bekul (yang keturunannya akan dikisahkan di garis
keturunan di Jero Bekul). Sedangkan putranya yang bungsu, yaitu I
Gusti Ngurah Ketut Rai memilih untuk tetap tinggal di areal Puri
Lanang (sebelah selatan) yang kemudian disebut dengan Jero Anyar
(yang garis keturunanya akan dikisahkan di garis keturunan di Jero
Anyar). Kemudian setelah I Gusti Ngurah Wayahan Meranggi tinggal di
Jero Bekul bersama kedua putranya, beliau kembali mengambil istri
yang putra-putra beliau selanjutnya akan dikisahkan di garis keturunan
di Jero Bekul.
VII.3.1. Jero Meranggi, Sibang Kaja
Jero Meranggi adalah salah satu dari sekian Jero yang dibangun oleh
generasi Anglurah Mambal Sakti di Sibang Kaja, dikisahkan Kyai
Anglurah Mambal Sakti di Puri Mambal menurunkan dua orang putra
laki-laki, masing-masing bernama I Gusti Ngurah Gede Mambal yang
kemudian diabhiseka bergelar Kyayi Anglurah Rsi Mambal dan I Gusti
Ngurah Made Pengkuh, beliau berdua sangat pandai dalam mengatur
rakyat dalam membangun berbagai macam bendungan dan saluran
irigasi lainnya. sebagai bukti bahwa beliau berhasil membangun
terowongan air dan bendungan di wilayah Kedewatan dan Sagempel. I
Gusti Ngurah Gede Mambal menurunkan 4 orang putra, masing masing
bernama: I Gusti Ngurah Putu Mambal, I Gusti Ngurah Made Mambal, I
Gusti Ngurah Gede Gerih, dan seorang putri bernama I Gusti Ayu Luh
Mambal. Karena gejolak politik di Mengwi pada saat itu membuat
keempat saudara meninggalkan puri di Mambal dan terpisah, masing-
masing mencari tempat bermukim. I Gusti Ngurah Putu Mambal dan I
Gusti Ngurah Made Mambal meninggalkan Puri Mambal menuju Den
Bukit, setelah sekian lama di Den Bukit, I Gusti Ngurah Putu Mambal
dan para pengikut melanjutkan perjalanan hingga di Ubung Badung. I
Gusti Ngurah Made Mambal bersama dengan para pengikut
memutuskan untuk menetap di Sibetan wilayah Karangasem dan
selanjutnya membangun Jero Macang Karangasem.
I Gusti Ngurah Gede Gerih dan I Gusti Ayu Luh Mambal menuju
wilayah Sibang Kaja, ikut serta dua orang putra dari I Gusti Ngurah
Gede Gerih yang bernama I Gusti Ngurah Gede Lanang dan I Gusti
Ngurah Made Tegal diiringi oleh sejumlah pengikut. Pada generasi II, I
Gusti Ngurah Gede Lanang menurunkan 2 orang putra, masing-masing
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
82
bernama: I Gusti Ngurah Gede Bengkel dan I Gusti Ngurah Wayahan
Meranggi. I Gusti Ngurah Gede Bengkel menurunkan 3 putra, antara
lain bernama: I Gusti Ngurah Gede Dangin, I Gusti Ayu Ngurah dan I
Gusti Ngurah Ketut Bengkel (tidak dikisahkan). I Gusti Ngurah
Wayahan Meranggi menurunkan 4 orang putra masing-masing
bernama : I Gusti Ngurah Putu Meranggi, I Gusti Ngurah Wayahan
Gede, I Gusti Ngurah Nyoman Songkrong, I Gusti Ngurah Ketut Rai.
Seorang putra diberi nama I Gusti Ngurah Putu Meranggi untuk
mengingatkan kemampuan ayahnya dalam mengatur mahluk astral.
Selanjutnya I Gusti Ngurah Putu Meranggi membangun Jero Meranggi
dan menurunkan garis keturunan Anglurah Mambal Sakti trah Meranggi
selanjunya.
I Gusti Ngurah Putu Meranggi menurunkan seorang putra, bernama I
Gusti Ngurah Putu Grudug sebagai generasi penerus trah Meranggi di
Jero Meranggi. I Gusti Ngurah Putu Grudug menurunkan 4 orang putra,
masing-masing bernama: I Gusti Ngurah Putu Pek, I Gusti Ngurah Made
Jangkung, I Gusti Ngurah Nyoman Jerak dan seorang putri bernama I
Gusti Ayu Ketut Meranggi. Tidak dikisahkan lebih jauh tentang I Gusti
Ngurah Putu Pek, I Gusti Ngurah Nyoman Jerak dan I Gusti Ayu Ketut
Meranggi. Putra kedua I Gusti Ngurah Putu Grudug yang bernama I
Gusti Ngurah Made Jangkung menurunkan 7 orang putra, masing-
masing bernama: I Gusti Ayu Putu Sibuh, I Gusti Ngurah Made Bucu, I
Gusti Ngurah Nyoman Baret, I Gusti Ayu Putu Kreped, I Gusti Ngurah
Made Kreped, I Gusti Ngurah Nyoman Rengga dan I Gusti Ngurah
Ketut Rundah.
Dikisahkan I Gusti Ngurah Made Bucu selanjutnya meninggalkan Jero
Meranggi menuju wilayah Banjar Lambing membangun jero sebelah
barat Kuburan Desa Adat Lambing dan tidak menurunkan generasi. I
Gusti Ngurah Made Kreped juga pindah dari Jero Meranggi, selanjutnya
membangun Jero di Samuan, dikenal dengan nama Jero Meranggi
Samuan, juga menurunkan generasi di Samuan selanjutnya akan di
ceritakan pada garis keturunan di Jero Meranggi Samuan. Sedangkan I
Gusti Ngurah Ketut Rundah juga pindah dari Jero Meranggi, selanjutnya
membangun Jero Meranggi Kanginan juga menurunkan generasi yang
akan diceritakan pada garis keturunan di Jero Meranggi Kanginan.
Putra pertama dari I Gusti Ngurah Made Regug yang bernama I Gusti
Ngurah Sukastika menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: I
Gusti Ngurah Anom Mahardika dan I Gusti Ayu Ngurah Ermawati.
Selanjutnya I Gusti Ngurah Anom Mahardika menurunkan seorang
putra yang bernama: I Gusti Ngurah Gde Thresna Premana.
Putra Ke 2 dari I Gusti Ngurah Putu Sari, yang bernama I Gusti Ngurah
Made Sekar selanjutnya menurunkan seorang putra I Gusti Ayu Kerti
yang kemudian dijadikan sebagai Sentana Rajeg, dinikahkan dengan I
Gusti Ngurah Arsana (dari Jero Meranggi Samuan). Kemudian nama
jero diberi sebutan dengan nama Jero Meranggi Sekar-Kembang
Mertha). Sedangkan putra ke 5 dari I Gusti Ngurah Putu Sari, I Gusti
Ngurah Ketut Merta selanjutnya meningkalkan Jero kemudian
membangun Jero yang diberi nama Jero Meranggi Mertha, Kembang
Mertha (keturunannya akan dikisahkan di garis keturunan di Jero
Meranggi Mertha-Kembang Mertha).
Dikisahkan dari perkawinan I Gusti Ayu Kerti sebagai sentana rajeg
yang dinikahkan dengan I Gusti Ngurah Arsana menurunkan 4 orang
putra, I Gusti Ngurah Adnyana, I Gusti Ngurah Antara Putra, I Gusti
Ayu Ratna Dewi, I Gusti… (meninggal). Selanjutnya I Gusti Ngurah
Adnyana menurunkan putra, I Gusti Ayu Widya Santhi, sedangkan I
Gusti Ngurah Antara Putra selanjutnya menuunkan putra, I Gusti
Ngurah Bisma Pratama Putra.
VII.3.5. Jero Meranggi Mertha, Kembang Mertha
Dikisahkan setelah putra ke 5 dari I Gusti Ngurah Putu Sari yaitu I Gusti
Ngurah Ketut Mertha meninggalkan Jero Meranggi Sekar, selanjutnya
beliau membangun jero yang diberi nama Jero Meranggi Mertha.
Selanjutnya I Gusti Ngurah Ketut Mertha menurunkan 7 orang putra, I
Gusti…(meninggal), I Gusti Ayu Merti, I Gusti…(meninggal), I Gusti
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
90
Ngurah Nyoman Raka, I Gusti…(meninggal), I Gusti Ayu Kerti, I Gusti
Ayu Kartini.
Kemudian I Gusti Ngurah Nyoman Raka menurunkan 6 orang putra, I
Gusti…(meninggal), I Gusti Ayu Made Suartini, I Gusti Ngurah Sudana,
I Gusti Ngurah Suarjana, I Gusti Ngurah Adnyana Putra, I Gusti…
(meninggal)
I Gusti Ngurah Sudana menurunkan putra, I Gusti Ayu Mariani Dewi,
selanjutnya I Gusti Ngurah Suarjana menurunkan putra, I Gusti Ayu
Made Juni Antari Putri sedangkan I Gusti Ngurah Adnyana Putra
menurunkan putra, I Gusti Ngurah Agung Merta Yasa.
Keterangan Denah
Keterangan Denah:
1. Pelinggih Dalem Karang 2. Pelinggih Taksu
3. Pelinggih Saren 4. Pelinggih Catu
5. Pelinggih Padma Sari 6. Pelinggih Meru/ Limas
7. Pelinggih Gedong Simpen 8. Pelinggih Kamimitan
9. Pelinggih Panglurah 10. Pelinggih Raja Dewata
11. Pelinggih Pepelik 12. Pelinggih Piasan/ Paruman
13. Bale Gong
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
96
Putra Pertama Kyayi Anglurah Mambal Sakti yang bernama I Gusti
Ngurah Gede Mambal menurunkan 4 orang putra, masing-masing
bernama: I Gusti Ngurah Putu Mambal, I Gusti Ngurah Made Mambal, I
Gusti Ngurah Gede Gerih dan seorang putri bernama I Gusti Ayu Luh
Mambal. Tidak dikisahkan tentang I Gusti Ngurah Putu Mambal, I Gusti
Ngurah Made Mambal dan I Gusti Ayu Luh Mambal, kini dikisahkan
tentang putra ke 3 dari I Gusti Ngurah Gede Mambal yang bernama I
Gusti Ngurah Gede Gerih, yang memilih untuk membangun puri di
Sibang Kaja. Beliau menurunkan 2 orang putra, masing-masing
bernama: I Gusti Ngurah Gede Lanang dan I Gusti Ngurah Made Tegal
(mengembara ke wilayah Pemecutan dan Demung-Kediri). Kemudian I
Gusti Ngurah Gede Lanang menurunkan putra masing- masing bernama
I Gusti Ngurah Gede Bengkel (tidak dikisahkan) dan I Gusti Ngurah
Wayahan Meranggi.
Kemudian dikisahkan I Gusti Ngurah Wayahan Meranggi bersama putra
ke 2 dan ke 3 nya yang bernama I Gusti Ngurah Wayahan Gede dan I
Gusti Ngurah Nyoman Songkrong meninggalkan Puri Lanang,
membangun Jero, yang diberi nama Jero Bekul. Sedangkan putra
pertamanya yaitu I Gusti Ngurah Putu Meranggi memutuskan
membangun jero yang diberi nama Jero Meranggi dan putranya yang ke
4 memilih untuk tetap tinggal di areal Puri Lanang (sebelah selatan)
membangun jero yang diberi nama Jero Anyar. Setelah beberapa lama I
Gusti Ngurah Wayahan Meranggi kembali beliau menikah dengan Gusti
Luh Aseman-Abiansemal, menurunkan putra masing-masing bernama I
Gusti Ngurah Wayan Aseman (putra yang ke 5) dan I Gusti Ngurah
Made Aseman (putra yang ke 6-tidak dikisahkan). Selanjutnya kembali I
Gusti Ngurah Wayahan Meranggi mengambil istri yang bernama Jero
Dangin menurunkan putra I Gusti Ketut Dangin (putra yang ke 7) dan I
Gusti Ayu.....(putra yang ke 8-meninggal) juga tidak diceritakan.
Putra ke 2 dari I Gusti Ngurah Wayahan Meranggi, yaitu I Gusti Ngurah
Wayahan Gede selanjutnya menurunkan 2 orang putra masing-masing
bernama I Gusti Ngurah Wayahan Gede II (sama dengan nama ayahnya)
dan adiknya yang perempuan bernama I Gusti Ayu Kaleran (diambil
sebagai istri oleh I Gusti Ngurah Made Mambal Angmas VI- Puri
Ngurah). Putra ke 3 dari I Gusti Wayahan Meranggi yang bernama I
Gusti Ngurah Nyoman Songkrong menurunkan 2 orang putra masing-
masing bernama, I Gusti Ngurah Putu Lenyeh dan I Gusti Ngurah
Landung. Dikisahkan kemudian putra ke 5 dari I Gusti Ngurah
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
97
Wayahan Meranggi, yaitu I Gusti Ngurah Wayan Aseman menurunkan
2 orang putra masing-masing bernama I Gusti Ngurah Putu Seraka dan I
Gusti Ngurah Rai Batan II.
Selanjutnya putra pertama dari I Gusti Ngurah Nyoman Songkrong yang
bernama I Gusti Ngurah Putu Lenyeh menurunkan putra masing-masing,
I Gusti Ngurah Putu Angkik, I Gusti Ayu Suwet dan I Gusti Ngurah
Bongkos yang kemudian diangkat sebagai putra oleh I Gusti Ngurah
Matahan Gede di Jero Anyar yang tidak memiliki keturunan, tentang I
Gusti Ngurah Bongkos akan dicerikan pada garis keturunan di Jero
Anyar,sedangkan putra ke 2 dari I Gusti Ngurah Nyoman Songkrong
yang bernama I Gusti Ngurah Landung membangun Jero baru yang
diberi nama Jero Jasa yang keturunannya akan diceritakan pada garis
keturunan Jero Jasa. Selanjutnya I Gusti Ngurah Wayahan Gede II
menurunkan 3 orang putra masing-masing bernama, I Gusti Ngurah
Putu Rengen, I Gusti Ayu Jambi dan I Gusti Ayu Raja yang kemudian
diangkat sebagai putra oleh I Gusti Ngurah Bongkos yang juga tidak
memiliki keturunan, selanjutnya tentang I Gusti Ayu Raja akan
diceritakan pada garis keturunan di Jero Anyar). Selanjutnya dikisahkan
putra pertama dari I Gusti Ngurah Wayan Aseman di Jero Bekul, yang
bernama I Gusti Ngurah Putu Seraka membangun Jero baru disebelah
timur Jero Bekul yang di beri nama Jero Bekul Saren Kangin yang
keturunannya akan diceritakan pada garis keturunan Jero Bekul Saren
Kangin, sedangkan putra ke 2 nya yang bernama I Gusti Ngurah Rai
Batan II menurunkan seorang putra yang bernama I Gusti Ngurah Putu
Liklik.
Dikisahkan I Gusti Ngurah Putu Angkik di Jero Bekul menurunkan
putra masing-masing bernama, I Gusti Ayu Gedong, I Gusti Ayu Ceprok
dan I Gusti Ngurah Made Gerong. Selanjutnya I Gusti Ngurah Putu
Rengen kemudian menurunkan seorang putra bernama I Gusti Ngurah
Putu Jenar yang masih anak-anak ditinggal ibunya (meninggal),
kemudian I Gusti Ngurah Jenar diajak atau diasuh oleh bibik atau
tantenya, yaitu I Gusti Ayu Raja yang tinggal di Jero Anyar dan tidak
lama kemudian I Gusti Ngurah Putu Rengen ayah dari I Gusti Ngurah
Putu Jenar, turut serta juga ke Jero Anyar. Selanjutnya I Gusti Ngurah
Putu Jenar memiliki keturunan yang akan diceritakan pada garis
keturunan di Jero Anyar. Selanjutnya I Gusti Ngurah Putu LikLik
menurunkan 3 orang putra masing-masing bernama, I Gusti Ngurah
Made Lengoh, I Gusti Ayu Leging, I Gusti Ayu Legit.
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
98
Dikisahkan kembali putra ke 3 dari I Gusti Ngurah Putu Angkik yang
bernama I Gusti Ngurah Made Gerong menurunkan putra sebanyak 6
orang masing – masing bernama, I Gusti Ayu Loji, I Gusti Ngurah
Loteng, I Gusti Ngurah Kantor, I Gusti Ayu Meja, I Gusti Ayu Korsi, I
Gusti Ayu Kupeg. Selanjutnya I Gusti Ngurah Made Lengoh setelah
dewasa mengembara ke wilayah Kuta mengiringi Brahmana Giriya Pada
dan kemudian I Gusti Ngurah Made Lengoh membangun jero yang
diberi nama Jero Bekul Kuta selanjutnya keturunannya akan diceritakan
pada garis keturunan di Jero Bekul Kuta.
Selanjutnya putra ke 2 dari I Gusti Ngurah Made Gerong, yaitu I Gusti
Ngurah Loteng menurunkan 3 orang putra masing-masing bernama, I
Gusti Ngurah Ada (meninggal), I Gusti Ngurah Wija, I Gusti Ngurah
Budha (meninggal), sedangkan putra ke 3 I Gusti Ngurah Made Gerong,
yaitu I Gusti Ngurah Kantor membangun jero baru disebelah barat Jero
Bekul yang diberi nama Jero Bekul Saren Kauh keturunannya akan
diceritakan pada garis keturunan Jero Bekul Saren Kauh.
I Gusti Ngurah Wija di Jero Bekul menurunkan 6 orang putra masing-
masing bernama, I Gusti Ayu Puriani, I Gusti Ayu Purniati, I Gusti
Ngurah Wijana (diangkat sebagai putra penuntun oleh I Gusti Ngurah
Ketut Kubuk di Jero Anyar), I Gusti Ngurah Wiratha, I Gusti Ngurah
Wiratma, I Gusti Ngurah Alit Wardana.
Selanjutnya I Gusti Ngurah Wijana menurunkan satuorang putra, I Gusti
Ngurah Agung Wiriyana. I Gusti Ngurah Wiratha kemudian
menurunkan 2 orang putra, I Gusti Ayu Andrani, I Gusti Ngurah Angga
Wikranta. I Gusti Ngurah Wiratma juga menurunkan 2 putra, I Gusti
Ayu Sintia Ningrum dan I Gusti Ngurah Wira Satya. Sedangkan I Gusti
Ngurah Alit Wardana menurunkan 3 orang putra masing-masing
bernama, I Gusti Ngurah Putra Ardinata, I Gusti Ngurah Alit Bawa
Santosa (meninggal) dan I Gusti Ngurah Lanang Pradnyana.
VII.3.9. Jero Jasa, Sibang Kaja
Dikisahkan I Gusti Ngurah Nyoman Songkrong di Jero Bekul
menurunkan 2 orang putra, masing- masing bernama: I Gusti Ngurah
Putu Lenyeh dan I Gusti Ngurah Landung. Selanjutnya I Gusti Ngurah
Landung meninggalkan Jero Bekul membangun jero baru, yang diberi
nama Jero Jasa, beliau menurunkan generasi selanjutnya di Jero Jasa,
dimulai dengan beliau menurunkan tiga orang putra, masing-masing
bernama: I Gusti Ayu Sibuh, I Gusti Ngurah Rai dan I Gusti Ayu
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
99
Ceblong. I Gusti Ngurah Rai sebagai satu-satunya generasi penerus Jero
Jasa menurunkan 6 orang putra, masing-masing bernama: I Gusti Ayu
Beruk, I Gusti Ayu Cibluk, I Gusti Ngurah Nyoman Wanda, I Gusti Ayu
Kereg, I Gusti Ngurah Made Pegeg dan I Gusti Ngurah Ceblok.
Putra ke 2 dari I Gusti Ngurah Rai yang bernama I Gusti Ayu Cibluk
menikah dengan I Gusti Ngurah Ketut Sangut dari Jero Meranggi.
Setelah menikah I Gusti Ayu Cibluk diminta oleh adiknya yang bernama
I Gusti Ngurah Made Pegeg untuk kembali ke Jero Jasa beserta
suaminya untukmembantu merawat Jero Jasa, karena I Gusti Ngurah
Made Pegeg yang masih berusia anak-anak ditinggal ibunya
(meninggal). Beberapa lama kemudian I Gusti Ayu Cibluk dan I Gusti
Ngurah Ketut Sangut menurunkan 6 orang putra, masing-masing
bernama: I Gusti Ngurah Kepeng, I Gusti Ngurah Made Kepeg, I Gusti
Ngurah Rai, I Gusti Ayu Nami, I Gusti Ayu Raka dan I Gusti Ngurah
Oka. Kemudian I Gusti Ngurah Oka (diangkat sebagai putra oleh
pamannya, yaitu I Gusti Ngurah Pegeg) karena putra beliau sering
meninggal pada saat dilahirkan. Dan selanjutnya putra-putra dari I Gusti
Ayu Cibluk dan I Gusti Ngurah Ketut Sangut melanjutkan keturunannya
di Jero Jasa.
Putra ke 5 dari I Gusti Ngurah Rai yang bernama I Gusti I Gusti Ngurah
Made Pegeg menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama: I
Gusti Ngurah Sudiarta, I Gusti Ayu Rai dan I Gusti Ngurah Sujana.
Selanjutnya putra pertama dari I Gusti Ayu Cibluk dan I Gusti Ngurah
Ketut Sangut yang bernama, I Gusti Ngurah Kepeng menurunkan 8
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
100
orang putra, masing-masing bernama: I Gusti Ngurah Darma, I Gusti
Ayu Kerti, I Gusti Ngurah Arimbawa, I Gusti Ngurah Ayu Raka, I Gusti
Ngurah Wirata, I Gusti Ayu Nuratni, I Gusti Ngurah Alit Adi Wijaya
dan I Gusti Ayu Muratni. Putra ke 2 dari I Gusti Ayu Cibluk dan I Gusti
Ngurah Ketut Sangut yang bernama, I Gusti Made Kepeg menurunkan
seorang putra yang bernama I Gusti Ayu Sekar, kemudian setelah istri
dari I Gusti Ngurah Made Kepeg meninggal beliau menikah sebagai istri
ke Jero Meranggi dan tidak memiliki keturunan.
Keterangan Denah
1. Pelinggih Padma 2. Pelinggih Kemimitan
3. Pelinggih Ratu Ngurah 4 Pelinggih Ratu Nyoman
5. Pelinggih Dewata Dewati 6. Pelinggih Taksu
7. Pelinggih Ratu Ngurah Sakti 8. Pelinggih Dalem Karang
Mrajan
9. Paruman 10. Bale gong
11. Candi Bentar
Keterangan Denah
Keterangan Denah:
Putra pertama dari I Gusti Ngurah Puaji yang bernama I Gusti Ngurah
Putu Tilem setelah dewasa mengambil istri dari Jero Bekul (putri dari I
Gusti Ngurah Putu Angkik) yang bernama I Gusti Ayu Ceprok namun
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
117
tidak menurunkan putra, kemudian I Gusti Ngurah Putu Tilem
mengangkat keponakan dari I Gusti Ayu Ceprok di Jero Bekul yang
bernama I Gusti Ayu Kupeg. Beberapa lama kemudian dikisahkan I
Gusti Ayu Kupeg akhirnya kembali lagi ke Jero Bekul. Tidak dikisahkan
tentang I Gusti Ayu Nama, I Gusti Ngurah Gede, I Gusti Ngurah Ketut
Jil, I Gusti Ayu Limbur, I Gusti Ayu Nik, I Gusti Ngurah Tuger dan I
Gusti Ayu Lembut.
Dikisahkan kini putra ke 7 dari I Gusti Ngurah Puaji yang bernama I
Gusti Ngurah Gentuh mengambil istri yang bernama I Gusti Ayu Oka
dari Jero Bun Pinatih namun tidak menurunkan putra, kemudian I Gusti
Ngurah Gentuh mengangkat putra bernama I Gusti Ngurah Darma (Jero
Bun Pinatih). Selanjutnya I Gusti Ngurah Darma menurunkan 3 orang
putra, masing-masing bernama: I Gusti Ngurah Agung Eka Darmadi, I
Gusti Ayu Damayanti dan I Gusti Ngurah Agung Gede Triyana Putra.
Putra pertama dari I Gusti Ngurah Darma yang bernama I Gusti Ngurah
Agung Eka Darmadi menurunkan 2 orang putra masing-masing
bernama, I Gusti Agung Istri Laksmitha Jayapratiwi dan I Gusti Ngurah
Agung Gde Putra Paku Dharmawijaya. Sedangkan putra ketiga dari I
Gusti Ngurah Darma yang bernama I Gusti Ngurah Agung Gede
Triyana Putra menurunkan putra yang bernama I Gusti Ayu Agung
Wina Wulandari.
VII.3.18. Jero Nyuhung Nusa Penida.
Dikisahkan generasi ke 5 dari Anglurah Mambal Sakti yang bernama I
Gusti Ngurah Wayahan Meranggi menurunkan putra 8 orang, masing-
masing bernama: I Gusti Ngurah Putu Meranggi, I Gusti Ngurah
Wayahan Gede, I Gusti Ngurah Nyoman Songkrong, I Gusti Ngurah
Ketut Rai, I Gusti Ngurah Wayan Aseman, I Gusti Ngurah Made
Aseman, I Gusti Ngurah Ketut Dangin dan I Gusti Ayu ..... meninggal.
Sekian lama waktu berlalu, berdasarkan catatan dan penuturan
Pengelingsir di Tanglad Nusa Penida, diceritakan I Gusti Ngurah
Wayahan Meranggi mengambil istri dari Sempidi, bernama Jero
Sempidi menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: I Gusti
Ngurah Rai Batan dan I Gusti Ngurah Ketut Batan (tidak dikisahkan). I
Gusti Ngurah Rai Batan kini dikisahkan, setelah menginjak dewasa
meninggalkan Sibang Kaja menuju ke Nusa Penida menyertai I Gusti
Agung Nyoman Munggu, yang dikisahkan pada masa pemerintahan I
Gusti Agung Made Agung Raja ke VIII Mengwi yang bergelar Cokorda
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
118
Agung Ngurah Made Agung beliau didampingi oleh raja muda yang
bernama Cokorda Made Kandel, seorang putra yang diangkat dari Dewa
Agung Made dari kerajaan Dalem Sukawati oleh I Gusti Agung Putu
Mayun. Cokorda Made Kandel menurunkan 2 orang putra yaitu, I Gusti
Agung Putu Mayun Mreta dan I Gusti Agung Nyoman Munggu. Setelah
wafat Cokorda Made Kandel bergelar Bhatare Ring Saren Sibang.
Kemudian dalam masa pemerintahan I Gusti Agung Made Agung Raja
IX Mengwi, yang bergelar Cokorda Ngurah Made Agung, pada tahun
1830 = 1835 berselisih dengan adik tirinya yaitu I Gusti Agung Ketut
Agung. Raja juga menjalankan fitnah terhadap I Gusti Agung Nyoman
Munggu hingga beliau diasingkan oleh Dewa Agung Klungkung ke
Nusa Barong (Nusa Penida). Dikisahkan rombongan I Gusti Agung
Nyoman Munggu dan I Gusti Ngurah Rai Batan menyeberang dari
pantai Kusamba menaiki perahu kecil dan mendarat di Pantai Atuh
selanjutnya menuju Desa Karang Ampel.
Keterangan Denah:
Keterangan Denah:
Putra Pertama dari I Wayan Gohin yang bernama I Wayan Geriya kini
dikisahkan menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama I Made
Manca dan I Nyoman Geriya.. I Made Manca menurunkan 4 orang
putra, masing-masing bernama: I Wayan Lembongan, I Made Parsa, I
Nyoman Yarsa dan I Ketut Pedoman Putra pertama dari I Made
Manca yangbernama I Wayan Lembongan menurunkan seorang putra
bernama I Wayan Madesa. Putra ke 2 dari I Made Manca yang bernama
I Made Parsa menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: I
Wayan Gohin dan I Ketut Legit.
Putra ke 2 dari I Wayan Giriya yang bernama I Nyoman Geriya
menurunkan 4 orang putra, masing-masing bernama: I Wayan Madesa, I
Made Rianta, I Nyoman Pedoman dan I Ketut Gentos. I Nyoman
Pedoman dikisahkan menurunkan seorang putra, bernama I Wayan
Rayeg. I Wayan Rayeg menurunkan 4 orang putra, masing-masing
bernama: I Wayan Rugeg, I Made Gemuh, I Nyoman Racep dan I Ketut
Siwer. Putra pertama dari I Wayan Rayeg yang bernama I Wayan Rugeg
menurunkan seorang putra bernama I Wayan Miter. Putra ke 2 dari I
Wayan Rayeg yang bernama I Made Gemuh menurunkan 2 orang putra,
masing-masing bernama I Wayan Miasa dan I Made Wangsa. Putra ke 3
dari I Wayan Rayeg yang bernama I Nyoman Racep menurunkan 2
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
132
orang putra, masing-masing bernama: I Wayan Karta dan I Made Gatra.
Putra ke 4 dari I Wayan Rayeg yang bernama I Ketut Siwer menurunkan
seorang putra, bernama: I Made Gatra.
Putra dari I Wayan Rugeg yang bernama I Wayan Miter menurunkan 2
orang putra, masing-masing bernama: I Wayan Putra dan I Made Suta. I
Wayan Putra menurunkan seorang putra, bernama: I Made Widya yang
kemudian menurunkan dua orang putra, masing-masing bernama: Arya
Reza Satria dan Arya Bima Bagaskara. I Made Suta menurunkan 2
putra, I Gede Sutama dan I Kadek Sumawa. I Gede Sutama berputra
Kadek Sheanrey Ellizen Wirasena . Putra dari I Ketut Siwer yang
bernama I Made Gatra menurunkan seorang putra yang bernama: I
Wayan Sibang.
Putra ke 2 dari I Wayan Gohin yang bernama I Made Gohin
menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: I Made Putu dan I
Ketut Lanang. I Made Putu menurunkan 2 orang putra, masing-masing
bernama: I Wayan Pedoman dan I Made Biasa. I Ketut Lanang
menurunkan seorang putra, bernama: I Wayan Pura. Putra I Ketut
Lanang yang bernama I Wayan Pura menurunkan 3 orang putra, masing-
masing bernama: I Wayan Saplug, I Made Sabug dan I Nyoman Beg. I
Wayan Saplug menurunkan seorang putra bernama I Wayan Satu yang
kemudian menurunkan putra bernama Ngurah Alit Pradika. Ngurah Alit
Pradika menurunkan putra bernama Ngurah Derbi.
Putra ke 3 dari I Wayan Gohin yang bernama: I Nyoman Putu
menurunkan 4 orang putra masing-masing bernama I Made Manca, I
Ketut Putu Renu, I Wayan Pedoman dan I Ketut Karna. I Made Manca
dikisahkan menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama: I Made
Sala, I Nyoman Yupa. I Made Sala dikisahkan menurunkan 3 orang
putra, masing-masing bernama: I Wayan Tenger, I Made Gohin dan I
Nyoman Sunia. I Wayan Tenger menurunkan seorang putra bernama I
Gede Suket yang kemudian menurunkan 3 orang putra, masing-masing
bernama: I Wayan Putu I Made Dul dan I Ketut Kerab. I Wayan Putu
menurunkan 4 orang putra masing-masing bernama: I Wayan Kabet, I
Made Sanding, I Nyoman Taram dan I Ketut Nandra. I Made Dul
menurunkan seorang putra bernama I Wayan Ketur sementara I Ketut
Kerab juga meneurunkan seorang putra bernama I Wayan Seri. Putra
pertama dari I Wayan Putu yang bernama I Wayan Kabet menurunkan
seorang putra yang bernama I Made Jana. Putra ke 3 dari I Wayan Putu
yang bernama I Nyoman Taram menurunkan seorang putra bernama
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
133
Kade Budiarta. Sementara putra ke 2 dari I Wayan Putu yang bernama I
Made Sanding menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama: I
Wayan Tantra, I Made Sumantra dan I Ketut Ngurah.
Putra ke 2 dari I Made Sala yang bernama I Made Gohin menurunkan
seorang putra bernama I Wayan Naya yang kemudian menurunkan 3
orang putra, masing-masing bernama: I Wayan Mara, I Made Lama dan
I Nyoman Gohin. I Wayan Mara menurunkan seorang putra bernama I
Wayan Wana. I Made Lama menurunkan 4 orang putra, masing-masing
bernama: I Wayan Suparta, Kade Merta, Kade Karta dan Ketut
Adiputra.
Putra ke 3 dari I Made Sala yang bernama I Nyoman Sunia menurunkan
2 orang putra, masing-masing bernama: I Wayan Riandeg dan I Ketut
Yuger. I Ketut Yuger menurunkan seorang putra bernama I Wayan
Muter, sementara I Wayan Riandeg menurunkan 2 orang putra, masing-
masing bernama: I Wayan Suweca dan I Ketut Warna. I Wayan Suweca
menurunkan seorang putra bernama I Wayan Regig yang selanjutnya
menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: I Putu Semadi dan
Bang Arnawa. Putra ke 2 dari I Wayan Riandeg yang bernama I Ketut
Warna menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: Putu
Sumarda dan Gede Karsana. Putra I Ketut Yuger yang bernama I wayan
Muter menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: Wayan Sada
dan Gede Eka Saputra.
Putra ke 3 dari I Wayan Gohin bernama I Nyoman Putu dikisahkan
menurunkan 4 orang putra, masing-masing bernama I Made Manca, I
Ketut Putu Renu, I Wayan Pedoman dan I Ketut Karna. I Ketut Putu
Renu dikisahkan menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: I
Wayan Lanang dan I Nyoman Putu Cidra. I Wayan Lanang menurunkan
2 orang putra, masing-masing bernama: I Wayan Garamya dan I
Nyoman Retanya.
Putra pertama dari I Wayan Lanang yang bernama I Wayan Garamya
menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: I Wayan Naweg
dan I Ketut Meregeg. I Wayan Naweg menurunkan 3 orang putra,
masing-masing bernama: I Wayan Giur, I Made Sinar dan I Ketut Soma.
I Ketut Soma menurunkan seorang putra bernama I Wayan Ebit atau
Emor yang kemudian menurunkan 3 orang putra, masing-masing
bernama: Gede Sumerta, Made Widiasa dan Nyoman Suketrisna. Putra
ke 2 I Wayan Garamya yang bernama Ketut Meregeg menurunkan
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
134
seorang putra bernama Made Sulatra yang selanjutnya menurunkan 2
orang putra, masing-masing bernama: Nyoman Sukerta dan Wayan
Sukastika.
Putra ke 2 dari I Wayan Lanang yang bernama I Nyoman Retanya
menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: Wayan Gohin dan
Made Narip. Wayan Gohin menurunkan seorang putra bernama Wayan
………..oo0oo……….
Pada hakikatnya, bhakti terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa bisa
diwujudkan oleh Umat Hindu lewat berbagai bentuk. Rasa syukur atas
anugrah Beliau, memuja dan mensucikan Pelinggih Arcana Widhi,
membangun dan memperbaiki Pelinggih Kahyangan, menelusuri sejarah
yang erat kaitannya dengan kehidupan sosial religius perjalanan suci
dari Kiyayi Anglurah Mambal Sakti dan generasi setelah beliau hingga
sekarang, adalah sebagian kecil bentuk Sradha Bhakti terhadap
Keagungan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Membuat kesadaran yang
maha tinggi bahwa segala sesuatu yang ada di muka dunia ini adalah
berkat ciptaanNya, berkat pemeliharaanNya, dan terakhir hanya
Beliaulah yang mempunyai kekuasaan melebur. Konsep-konsep tersebut
sudah terpatri dalam jiwa setiap warih yang berkeinginan memiliki
sebuah catatan lengkap tentang leluhur.
Purana Wangsa terdiri dari 2 suku kata, Purana dan Wangsa, bila ditilik
dari makna yang terkandung bias diartikan sebagai berikut: Purana
berasal dari kata Pura dan Hana, Pura atau Pur dalam bahasa Sanskerta
berarti Benteng, atau sebuah tempat yang difungsikan untuk menjaga
sesuatu. Kata Hana berarti keberadaan nyata yang bias dituangkan
dalam bentuk karya sastra tulis maupun lisan, jadi Purana bias diartikan
sebagai sebuah karya seni klasik yang mengisahkan tentang keberadaan
sebuah tempat yang difungsikan sebagai tempat menjaga sesuatu. Kata
Wangsa berasal dari 2 suku kata Wang dan Sa, bila diartikan Wang
adalah Manusia dan Sa adalah Satu, bila digabungkan keduanya menjadi
Manusia yang berasal dari satu garis keturunan yang diyakini oleh
keturunannya atau warihnya.
Kewajiban utama bagi yang patut dilakukan oleh warih sebuah wangsa
adalah yadnya yang sungguh-sungguh dengan penuh keyakinan, dimulai
dengan melaksanakan semua bhisama leluhur, menjauhi larangan-
larangan, menjadikan luluhur sebagai panutan dalam berlaku sehari-hari
dan yang paling penting bisa mewariskan nilai leluhur yang utama untuk
generasi penerus wangsa. Yadnya tertinggi yang bisa dilakukan adalah
dengan pengetahuan suci, salah satunya tertuang dalam Purana Wangsa
ini. Karena dengan Purana Wangsa kita bisa beryadnya di tiga jaman.
Pertama kita beryadnya kepada leluhur yang sudah suci dengan
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
150
memuliakan beliau melalui tulisan yang mengisahkan perjalanan beliau
yang maha suci, bukan hanya sekedar mencakupkan kedua tangan
mengucapkan mantra. Kedua kita bisa beryadnya jaman kekinian,
sehingga saudara, kerabat dan khalayak yang ingin tahu tentang
keberadaan leluhur kita dahulu menjadi tahu dan mengerti sejelas-
jelasnya. Ketiga kita bisa beryadnya kepada generasi mendatang, para
sentana, kerabat atau khalayak umum yang belum ada pada jaman kita,
karena buku Purana Wangsa ini akan menjadi warisan pengetahuan
untuk generasi yang akan datang.
Memahami diri kita patut dimulai dari proses awal dari mana kita
berasal, apa yang kita lakukan sekarang dan apa tujuan yang akan kita
gapai kemudian. Baik dan buruk seperti siang dan malam, bahagia dan
derita seperti kelahiran dan kematian, hal yang sudah pasti akan terjadi
pada setiap kehidupan manusia dan seluruh isi alam semesta. Kita hanya
perlu mengisi masa ini menjadikan sesuatu bermakna sesuai dengan
fungsinya. Wangsa utama adalah wangsa yang bisa membawa nama
leluhurnya harum tak tercela dengan apa yang dilakukan oleh generasi
penerusnya. Jaman boleh berubah, ritual pun pasti berubah, tetapi darah
yang mengalir adalah bagian dari masa lalu yang menggumpal disiapkan
untuk masa kini dan masa yang akan datang.
Mari bersama-sama menjalankan sesana anut linggih, sifat watak sesuai
dengan kelahiran. Pembuktian kelahiran utama hanya bisa dilakukan
dengan prilaku yang utama juga.
Om Ayuwredhi Yasa Wredhi Suka Sriyah Dharma Santana Wredinsca
santute sapta wredayah, Yatomeru stito dewah yawat gangga mahetale
candrarka gagana tawat yawatdwa wijaya bhawet
Om Santhi Santhi Santhi Om
Giriya Gunung Payangan
Foto bersama semeton Jero Bukit Kauh, Trah I Gusti Made Sekar yang tinggal di
Badung
Matur uning ring Merajan untuk mulai penyusunan Buka Purana ANGMAS
(Tgl. 15 Agustus 2019)
Finalisasi koreksi narasi buku draft 3 Purana Wangsa ANGMAS Sibang Kaja