Anda di halaman 1dari 175

1

PURANA WANGSA
KYAI ANGLURAH MAMBAL SAKTI
BAB I
Pendahuluan
Om awighnam astu namā śidyam.
Om prânamyam sirā sang widyam, bhukti bhukti hitartwatam,
prêwaksyā tatwam widayah, wişņu wangsā pādāyā śiwanêm, sirā
ghranā sitityam waknyam. Rajastryam mahā bhalam, sāwangsanirā
mongjawam, bhupa-lakam, satyamloka. Om namadewayā,
pānamaskaraning hulun, ri Bhatarā Hyang mami. Om kara panga
bali puspanam. Prajā pasyā. nugrah lakam, janowa papā wināsayā,
dirgha premanaming sang ngadyut, sembahing ngulun ri
Sanghyang Bhumi Patthi,hanugrahaneng hulun, muncaranākna
ikang tatwa, mogha tan katamanan ulun hupadrawa, tan kêneng
tulah pāmiddi, wastu pari purņā hanmu rahayu, ratkeng kulā
warggā sāntanannirā, mamastu jagatitayā. sukham bhawantu Om
purnam bhawantu, saptawredyastu Swaha.
Pengaksama kami kehadapan Bhatara Hyang Mami yang bergelar
Omkara Hradaya Namah Swaha, Sunia Loka, Sida Loka Suara.
Anugrahkanlah hamba atau ijinkan hamba menceritakan segala masa
lalu yang telah tertulis dalam lepihan tembaga dan lontar yang sudah
suci menyatu dengan Hyang Widhi, Om Bhur, Bwah, Swah semoga
tidak berdosa, terikat usana, semoga tidak alpaka dari penciptaan Sang
Hyang Purwa Tatwa, begitu juga dengan seketurunan hamba,
bebaskanlah hamba dari alpaka kehadapan Ida Hyang Widhi, lara
wigraha mala papa petaka, bisa terbebas dari kutukan Sang Hyang
Widhi, membicarakan masa lalu, sekarang dan yang akan datang, juga
menemukan kebahagiaan sekala niskala atau lahir bathin, anugrahkanlah
hamba agar sempurna menemui panjang umur, kebahagiaan untuk
keluarga dan alam semesta.
Karena sebuah rasa penuh tulus dan kecintaan terhadap alam, budaya
serta kehidupan sosial masyarakat Hindu di Bali, berbekal keinginan
mengabdi terhadap tanah kelahiran dilandasi dengan semangat bakti
terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan para leluhur yang sudah
menyatu di dalam rangkuman sinar suci Beliau, kami memberanikan diri
meramu data-data yang ada didalam bentuk sebuah karya sastra yang
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
2
sangat sederhana yang kami persembahkan sebagai yadnya kepada
pembaca dan generasi penerus kita, agar bisa kelak dikemudian hari
dipakai sebagai bahan kajian dalam menyusun karya sastra yang lebih
sempurna.
Segala macam bentuk ketidaksempurnaan dan kekurangan memenuhi
kata demi kata dalam buku ini, sehingga dengan kerendahan hati kami
memohon berbagai petunjuk dalam usaha kami membuat buku ini
mendekati sempurna. Karena kami yakin dalam era global ini, banyak
hal yang harus bisa kita lakukan untuk menjawab berbagai pertanyaan
zaman, salah satu diantaranya adalah tentang sejarah. Sejarah yang
ditulis dengan dasar metode penulisan yang benar, data penunjang yang
kuat serta pemahaman yang dalam akan mampu membangun rasa cinta
generasi terhadap tanah kelahiran serta yang bertumbuh dan
berkembang di wilayahnya. Karena rasa cinta akan hadir apabila kita
mengenal jati diri yang mencakup tentang berbagai pilosofi yang
terkandung didalam kebiasaan kehidupan sosial budaya kita. Pada
intinya kami berusaha menyelaraskan berbagai dasar budaya keagamaan
kita yang terdiri dari Kuno Dresta, Loka Dresta dan Sastra Dresta dalam
sebuah kajian yang bisa menggugah kesadaran kita tentang pentingnya
berbagai kearifan lokal yang didukung oleh sastra agama Hindu dalam
menjaga Sradha umat beragama. Semoga kemudian kita dan generasi
mendatang bisa melewati masa-masa kritis sebagai penjaga agama dan
budaya warisan leluhur kita dahulu, agar perjuangan dan usaha yang
sudah dilakukan oleh leluhur kita semenjak dahulu tidak hanya menjadi
cerita usang yang semakin hilang, hanya karena ketidaktahuan kita
terhadap perjuangan mereka. Kita adalah bagian dari masa lalu, masa
kini dan masa yang akan datang, karena sejarah adalah sumber
pengetahuan yang merupakan satu-satunya media untuk mengetahui
masa lampau, yaitu mengetahui peristiwa-peristiwa penting pada masa
lampau dengan perbagai permasalahannya. Peristiwa yang menjadi
objek sejarah sarat dengan pengalaman penting manusia karena mampu
membangkitkan imajinasi memperluas wawasan intelektual,
memperdalam simpati, sebagai sarana ideal untuk mendidik masyarakat
agar berpikir secara bebas mengajarkan kepada masyarakat cara berfikir
mmeningkatkan kreatifitas dan memberikan pelajaran untuk mengenal
dirinya sendiri. Sejarah juga menjadi sumber pendidikan penalaran,
pendidikan moral, menciptakan kebijaksanaan, dasar pendidikan politik,
perubahan, pendidikan masa depan dan sebagai ilmu bantu untuk ilmu-
ilmu yang lain.
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
3
Dalam penyusunan buku ini saya menggunakan berbagai metode,
diantaranya saya namakan "Menyambung Batang", menimbang
kelaziman di berbagai wilayah, setelah zaman prasasti antara tahun 900
Masehi hingga 1200 Masehi, penduduk memiliki kecenderungan
melakukan pencatatan yang terbatas diantara clan-clan baik besar
maupun kecil, para penulis tradisional menuangkan pengetahuan mereka
dalam lembaran-lembaran daun lontar, yang sangat jarang menyertakan
tahun pada tulisan. Dengan mempelajari secara seksama, bentuk tulisan,
tata bahasa, serta isi yang tertuang dalam karya tulisan itu, dapatlah kita
menentukan apa maksud tulisan dan pada era kepemerintahan siapa
tulisan itu dibuat. Tulisan-tulisan klasik ini dikenal dengan nama Babad,
Bancangah, Ilikita atau Paplesiran. Zaman babad berlangsung di Bali
antara tahun 1600 hingga pertengahan tahun 1700 Masehi. Mulai tahun
1950 setelah masa kemerdekaan barulah dilaksanakan kembali
pencatatan-pencatatan masih secara sangat sederhana oleh para pejabat
untuk kepentingan data penduduk, data wilayah dan pembagian
administrasi pemerintah Republik Indonesia. Dalam kurun waktu 1760
hingga hingga tahun 1950 terjadi kekosongan pencatatan di Bali, hal ini
terjadi akibat perang antar Nagari, wabah penyakit, kelaparan
Pemerintahan Kolonial dan Jepan serta bencana alam. Menyajikan buku
dengan catatan lengkap dari zaman Purba, Zaman Prasasti, Zaman
Babad, Zaman Kolonial Belanda-Jepang hingga zaman kekinian, patut
dilengkapi dengan catatan yang lengkap di masing-masing zaman
tersebut.
Setelah zaman Babad dan sebelum zaman Kemerdekaan RI saya
mencoba menyambung catatan tersebut dengan unduhan data-data dari
para peneliti asing yang tertuang dalam Bank Data yang menjadi koleksi
beberapa musium di luar negeri dan koleksi para kolektor data yang
tersimpan dengan sangat rapi pada tulisan-tulisan kuno berbahasa Jawa
Kuno, Inggris maupun Belanda. Menyambung catatan antara zaman ke
zaman ini yang saya namakan metode Menyambung Batang. Semua
data dari masing-masing zaman dihubungkan dengan berbagai
peninggalan yang ada di tempat penelitian, juga warisan turun temurun
berupa bhisama dan aturan yang mengikat sebuah clan atau sebuah desa.
Sudah pasti pada proses ini memerlukan waktu yang lama, ketelitian
mengkaji dan penyajian dan khusus, sehingga mampu dibaca dan
dipelajari oleh seluruh lapisan masyarakat. Pada akhirnya setelah
terpapar semua data itu menjadi draft, saya memberikan keleluasaan
kepada para sahabat, masyarakat, para praktisi dan para penekun ilmu
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
4
sejarah dan Babad untuk menguji metode Sambung Batang ini, sehingga
buku hasil metode ini bisa menjadi salah satu alternatif untuk
membangun untaian kejadian setiap zaman secara lengkap dan medetail
dalam sebuah karya tulis semi akademis.
Kami ucapkan Terimakasih yang tidak terhingga kepada seluruh
keluarga besar ANGMAS, garis Keturunan dari Kyayi Anglurah
Mambal Sakti yang sudah memberikan bantuan sangat besar berupa
data-data terkait penyusunan buku ini.
Semoga pikiran yang jernih mengalir dari semua penjuru arah angin,
sehingga kita bisa memaknai setiap langkah dalam proses hidup di
Bhuwana Agung maupun Bhuwana Alit sebagai sebuah keharusan yang
sudah direncanakan oleh Sang Pencipta. Yang kekal adalah perubahan
dan kebenaran utama hanya nilai-nilai spirit dan ritual yang mampu
memaknai setiap perubahan sebagai sebuah kebenaran utama.

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


5
BAB II
AWAL SEBUAH PERADABAN
II.1.Zaman Bahari
Zaman bahari tatkala Nusa Bali dan Lombok masih dalam keadaan
goncang, layaknya perahu diatas lautan selalu goyang dan oleng. Ketika
itu hanya ada empat gunung di Bali, di bagian Timur gunung
Lempuyang namanya, dibagian selatan gunung Andakasa, bagian Barat
gunung Watukaru, bagian utara Gunung Mangu namanya dan pula
gunung Bratan. Sebab itu sangat mudahlah Hyang Haribhawana
menggoyangkan nusa ini. Bhatara Hyang Pasupati sangat sedih melihat
situasi Nusa Bali, maka segeralah Beliau memotong puncak gunung
Mahameru, untuk dibawa ke Pulau Bali dan Lombok, Badawang Nala
diperintahkan mengusung puncak gunung, Sang Anantabhoga dan Naga
Basuki menjadi tali gunung itu, sedang Naga Taksaka menerbangkan
dan menurunkan di Bali pada hari Kamis Kliwon wuku Merakih, sasih
Kadasa sekitar bulan April, tepat saat bulan mati atau Tilem, rah 1,
tanggek 1, tahun Saka 11.
Menurut analisa Team Sejarah dan Budaya Bali th 2012, cerita ini
menggambarkan secara terselubung bahwa Bhatara Pasupati yang
dimaksud adalah seorang penguasa di pulau Jawa, Gunung Mahameru
digambarkan sebagai ilmu pengetahuan, Bedawang Nala digambarkan
sebagai dasar dari ilmu keagamaan, Sang Naga Anantabhoga dan Naga
Basuki dimaksud sebagai lambang aturan tentang pelaksanaan ilmu
keagamaan tersebut. Jadi bisa dianalisa untuk sementara, bahwa pada
sekitar tahun 11 Saka, keadaan pulau Bali dan Lombok selalu bergolak
dan tidak aman akibat belum adanya tatanan ilmu pengetahuan
keagamaan yang mengatur kehidupan penduduknya. Hal ini yang
mengerakkan hati seorang penguasa di pulau Jawa untuk menyebarkan
ajaran agama dan ilmu pengetahuan ke Bali dan Lombok. Ajaran suci
itu diantaranya berupa dasar-dasar keyakinan serta aturan-aturan yang
mengikat masyarakat dalam melaksanakan kewajiban terhadap bangsa
dan agamanya. Karena setelah ajaran agama dan ilmu pengetahuan itu
diturunkan di Bali dan Lombok, kedua pulau menjadi mulai tenang
tanpa gejolak.
Selang beberapa tahun lamanya pada hari Kamis Kliwon wuku Tolu,
pada Purnama raya, sasih Kasa sekitar bulan Juli, rah 7, tenggek 2, tahun
Saka 27, terjadi hujan sangat lebat disertai badai, guruh dan kilat sambar
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
6
menyambar.Gempa bumi gemuruh membawa hujan selama dua bulan
tidak putus-putus. Puncaknya kemudian, Gunung Agung atau Giri
Tolangkir meletus mengeluarkan sangat banyak air salodaka atau air
belerang, pada hari Selasa Kliwon wuku Kulantir, sasih Kalima sekitar
bulan Nopember, tepat bulan Purnama, pada tahun Saka 31, tampak
turun beliau yang dimuliakan, Bhatara Hyang Putrajaya disertai adiknya
yang dikenal dengan nama Hyang Bhatari Dewi Danu, menuju Besakih,
terus menetap bertempat disana bergelar Hyang Mahadewa. Bhatara
Dewi Danu berparhyangan di Ulun Danu Batur dan Bhatara Hyang
Genijaya berparhyangan di Gunung Lempuyang. Beliau bertiga diutus
oleh Bhatara Hyang Pasupati untuk turun ke Bali, sebagai junjungan
rakyat Bali sampai akhir zaman. Tahun Saka 896 kembali Bhatara
Hyang Pasupati mengutus murid-murid Beliau untuk turun ke Bali
bertugas menyempurnakan tatanan kehidupan masyarakat Bali,
walaupun penuh dengan rintangan, segala kehendak Beliau akhirnya
terlaksana sehingga Bali dan Lombok menjadi daerah yang tenang tanpa
gejolak. Tulisan dalam lembar demi lembar babad ini mengandung
makna yang jauh lebih dalam dari sekedar mithologi belaka,
menyiratkan perkembangan ilmu pengetahuan di Pulau Bali dan
Lombok pada masa sekitar tahun 896 Saka.
II.2.Penyebaran Suku Bangsa Austronesia.
Sebelum kedatangan para Rsi Agung yang mengajarkan kehidupan
beragama di Bali, keadaan hutan-hutan tropis yang lebat menjadi tempat
bermukim yang sangat baik bagi orang-orang Autronesia yang
berbudaya sangat terbatas. Awalnya empat kerabat dari kelompok
masyarakat yang kesehariannya memakai bahasa Austronesia, Tai-
Kadai, Hmong-Mien Austro-Asiatik menepati wilayah Tiongkok bagian
selatan antara tahun 2000 Sebelum Masehi hingga 1000 Sebelum
Masehi. Bangsa Han yang mendiami wilayah utara Tiongkok menyerbu
ke selatan hingga mengusir penduduk Austronesia dan memaksa mereka
untuk melakukan migrasi besar-besaran ke wilayah Taiwan, kepulauan
Asia Tenggara dan Samudra Pasifik lainnya. Migrasi yang bertahap dari
penduduk Austronesia menjadikan mereka kemudian mendiami
wilayah-wilayah yang berjauhan dan berkembang kehidupannya di
masing-masing wilayah sesuai dengan kultur wilayah yang didiami,
sehingga cenderung memiliki beberapa perbedaan walaupun mempunyai
asal perkembangan yang awalnya sama. Penyebaran penduduk dari
Taiwan ke Bali diduga melalui Maritime Asia Tenggara, sehingga
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
7
budaya dan Bahasa penduduk Bali berkaitan sangat erat dengan
penduduk kepulauan Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Oseania.
Bila ditinjau dari ras dan penyebarannya, penduduk Bali merupakan ras
Melayu Mongoloid dalam sub ras Deutro Melayu yang juga bermukim
dan berkembang di daerah Bali, Jawa dan Banjar. Bali telah dihuni oleh
bangsa Austronesia sekitar tahun 2000 sebelum Masehi yang bermigrasi
dan berasal dari Taiwan melalui Maritime Asia Tenggara.Budaya dan
bahasa dari orang Bali demikian erat kaitannya dengan orang-orang dari
kepulauan Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Oseania, data juga
ditunjang dengan ditemukannya oleh para peneliti berbagai jenis alat-
alat batu yang berasal dari saat itu di dekat desa Cekik di bagian sebelah
barat pulau Bali. Ilmu Arkeologi yang khusus mempelajari kehidupan
masa lampau melalui benda-benda artefak membagi masa Pra Aksara
atau Pra Sejarah menjadi 2 zaman.
Para peneliti asing seperti: P.V. van Stein Callenfels, A.N.J. Th. van der
Hoop, dan H.R. van Heekern membagi pembabakan zaman dalam ilmu
Arkeologi menjadi 2 teori, yang diketahui dari berbagai penggalian dan
penelitian terhadap benda dan alam zaman pra aksara. Dari hasil
penelitian para ahli arkeologi, maka tabir kehidupan masyarakat pra
aksara Indonesia dapat diketahui dan dapat dibagi menjadi 2 Jaman,
yaitu zaman batu dan zaman perundagian.
Pada zaman batu dibagi lagi menjadi 3 periode atau masa, antara lain
zaman batu tua atau Paleothikum, zaman batu tengan atau Mesolithikum
dan zaman batu muda atau Neolithikum. Peninggalan-peninggalan
zaman batu seperti kapak genggam, kapak Sumatera, pebble, kapak
persegi dan kapak lonjong belum ada yang ditemukan di daerah
Mambal sehingga untuk sementara bisa kita simpulkan bahwa daerah
Mambal belum ada tanda-tanda terjamah oleh kehidupan manusia pada
zaman batu yang berlangsung kurang lebih 700.000 tahun lamanya.
Pada zaman ini alat-alat kehidupan manusia sebagian besar terbuat dari
batu, kayu dan tulang. Sementara itu berdasarkan para ahli memakai
metode Tipologi atau metode dengan acuan bentuk dan tipe benda
peninggalan menjadi zaman Batu menjadi 3 periode, antara lain zaman
batu, zaman logam atau perundagian dan zaman pra aksara.
Zaman batu dan zaman logam tidak bisa ditentukan dengan pasti kapan
mulai dan berakhirnya karena pada zaman logam alat-alat dari batu
masih juga dipergunakan oleh penduduk. Para ahli membuat pedanan
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
8
zaman logam hanya sebagai tanda bahwa sudah mulai dikenal oleh
penduduk alat-alat yang terbuat dari logam. Peninggalan dari zaman ini
banyak ditemukan di wilayah Bali, terutama sekali berbentuk perhiasan
sebagai bekal kubur di beberapa sarkofagus.
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan penduduk di berbagai
daerah di Bali lebih memilih untuk bermukim di wilayah-wilayah
pegunungan yang berjarak dekat dengan sumber air, selain karena
berlimpah sumber makanan juga sangat baik dipakai sebagai benteng
alam guna menangkal serangan musuh atau binatang buas. Pada era
berikutnya penduduk mulai berupaya menyiapkan bahan persediaan
makanan dengan bercocok tanam, meninggalkan goa-goa tempat tinggal
mereka mereka sebelumnya dan mulai tinggal di dataran dengan rumah
sederhana yang berbahan baku kayu dan bambu beratap kulit kayu atau
rumbia. Peneliti Barat, B.J. Miggen dan Clifford Evan Jr dalam studinya
tentang kehidupan di hutan-hutan teropis menyatakan bahwa hutan
tropis di wilayah Bali tidak berbeda jauh dengan keadaan hutan Tropis
di Amerika Selatan.
Perubahan perlahan-lahan terjadi dengan terbentuknya perkampungan-
perkampungan kecil semacam Dukuh atau Kuwu dengan beberapa
rumah kecil yang tempatnya tidak beraturan. Bentuk rumah di
perkampungan Bali pada masa ini berbentuk kebulat-bulatan dengan
atap rumbia yang menjuntai hingga ujungnya menyentuh tanah. Rumah
ini hanya bisa menampung beberapa anggota keluarga saja, tidak lebih
dari 4 orang.

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


9
BAB III
MASA HINDU BUDDHA
Masa perkembangan faham Hindu Buddha di Nusantara terjadi sudah
sangat lama, seluruh wilayah pulau Bali mengalami masa ini, terbukti
hingga sekarang faham ini menjadi warisan yang tidak pernah hilang.
Pura-pura kahyangan yang berdiri megah di hampir semua pelosok
wilayah ini menjadi bukti bahwa faham Hindu Buddha masuk keseluruh
wilayah Bali kemudian berkembang sesuai dengan keadaan wilayah dan
perkembangan budaya penduduknya masing-masing.
III.1. Para pengungsi India.
Mulai dikenalnya keberadaan kerajaan-kerajaan Hindu Buddha di
Nusantara, diungkapkan oleh para ahli sejarah dunia diawali dengan
kerajaan di daerah Sumatera Utara pada tahun 500 Masehi. Kebanyakan
kerajaan-kerajaan itu didirikan oleh para pengungsi dari India, terdiri
dari kaum Bangsawan, Pendeta dan para pedagang yang menghindar
dari kemelut yang terjadi di India. Para pengungsi India ini berlayar
mencari daerah baru untuk bermukim sebagai tempat melanjutkan
tradisi yang mereka anut dan yakini secara turun temurun. Kerajaan-
kerajaan kecil itu tersebar di beberapa wilayah di Sumatera Utara,
dengan jumlah penduduk yang juga tidak terlalu banyak. Kerajaan-
kerajaan itu antara lain Kendahari, Pali, Malayu Sri Boja dan lain-lain
yang bertahan sampai sekitar tahun 682 sampai dengan tahun 686
Masehi.
III.2. Kerajaan Sriwijaya sebagai pusat perkembangan Agama
Buddha Nusantara.
Di Palembang berdiri kemudian sebuah kerajaan yang bernama
Sriwijaya, nama kerajaan berasal dari bahasa Sanskerta yang
mengandung dua suku kata: Sri dan Wijaya, Sri berati Cahaya, Wijaya
berarti kemenangan. Cikal bakal keberadaan kerajaan yang terletak di
seputar kota Palembang, Sumatera Selatan sekarang ini menurut catatan
sudah ada pada tahun 500-an. Kerajaan Sriwijaya terdiri atas tiga daerah
utama: daerah ibukota yang berpusatkan di sekitar Palembang, lembah
Sungai Musi dan daerah-daerah muara, pada sekitar tahun 425 Masehi,
agama Buddha sudah diperkenalkan di Sriwijaya yang berlokasi di
Palembang, sehingga menarik hati banyak sarjana dari negara-negara di
Asia untuk datang untuk memperdalam ajaran agama Buddha. Salah
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
10
satu diantara mereka adalah seorang pendeta dari Tiongkok yang
bernama I Ching, dalam perjalanan studinya ke Universitas Nalanda,
India pada tahun 671 hingga 695, menceritakandalam salah satu
bukunya bahwa Sriwijaya sudah menjadi rumah belajar bagi ribuan
sarjana Buddha. Semua tulisannya menjadi bahan yang sangat penting
untuk mengetahui keberadaan kerajaan ini. Prasasti yang menuliskan
tentang Sriwijaya antara lain dibuat pada tahun 683 di Palembang,
bernama Prasasti Kedukan Bukit yang berisi tulisan singkat
menceritakan tentang usaha Raja Sriwijaya, yang bergelar Dapunta
Hyang Sri Jayanaga melakukan penyerangan ke wilayah Malayu Sriboja
ke selatan dan dibagian utara wilayah Sumatera, juga melakukan
menaklukan terhadap Kerajaan Tarumanegara. Diantara kerajaan-
kerajaan Malayu, Kerajaan Kendari dan Kerajaan Pali juga dapat
dikuasai, seperti yang tertulis dalam Prasasti Kedukan Bukit yang
berangka tahun 683 Masehi, Prasasti Talang Tuo bertahun 684 Masehi
dan Prasasti Kota Kapur.
Expansi Sriwijaya itu yang membuat para bangsawan dan para Rsi di
Sumatera meninggalkan wilayah Malayu Sriboja mencari daerah yang
baru diluar kekuasaan Kerajaan Sriwijaya kearah timur dengan perahu
sampai mendarat di wilayah Nusa Goh atau dikenal dengan nama Pulau
Sapi. Dengan sisa kekuatan pengikutnya mendirikan kerajaan Pali yang
bermula dari sebuah desa kecil terpencil yang sunyi, nama kerajaan yang
baru didirikan itu sama dengan sewaktu masih di Sumatera yang
berpenduduk sebagian besar memeluk agama Buddha.
III.3. Kerajaan Kutai dan Mataram sebagai cikal Bakal
perkembangan Agama Hindu di Jawa dan Bali.
Letak kerajaan Kutai berlokasi di daerah Kutai, Kalimantan Timur,
keberadaan kerajaan Hindu pertama di Indonesia ini diterangkan oleh 7
buah prasasti yang berbahasa Sanskerta dan berhuruf Pallawa.
Masyarakat Kutai pada saat itu belum mempunyai bahasa dan huruf
yang baku, para ahli sejarah memperkirakan bahwa prasasti yang
berbentuk Yupa mulai ditulis pada sekitaran tahun 400 Masehi. Kalimat
yang terpahat pada salah satu yupa setelah diteliti dapat ditarik
kesimpulan bahwa yang menjadi cikal bakal dari kerajaan Kutai adalah
Kudungga yang dilanjutkan oleh Aswawarman dan pada masa
pemerintahan Mulawarwan kerajaan Kutai mencapai masa kejayaanya.
Kerajaan Kutai memiliki hubungan dagang yang sangat baik dengan
India, hal itulah yang membuat semua prasasti di Kutai ditulis dalam
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
11
huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta yang merupakan hurup dan
bahasa Hindu Selatan di India yang merupakan daerah asal agama
Hindu-Buddha. Dengan perkiraan tertulisnya prasasti yang menceritakan
tentang kerajaan Kutai pada sekitar tahun 400 Masehi, dapatlah
disimpulkan bahwa Kutai adalah kerajaan Hindu pertama di Nusantara.
Pada tahun 730 Masehi, secara resmi Sri Maharaja Sanjaya menjadi raja
di pulau Jawa, kerajaanya disebut sebagai kerajaan Mataram, wilayah
kekuasaanya meliputi seluruh pulau Jawa, kecuali tanah Sunda. Sri
Maharaja Sanjaya mulai melakukan penaklukan-penaklukan ke daerah
sekitar, seperti Sriwijaya, Lingor atau Thailand hingga Hujung Medini
atau Malaysia Barat. Beliau juga dikenal sebagai Raja Rsi yang sangat
gemar menyebarkan agama Hindu di daerah-daerah taklukannya,
memperkenalkan ajaran Lingga Yoni dalam penyebaran agama Hindu
yang dilakukan oleh para pendeta-pendeta kerajaan Mataram. Semua
konsep pemerintahan beliau dapat kita lihat pada Prasasti Canggal yang
diketemukan di Gunung Wukir Jawa Tengah berangka tahun 732
Masehi dikisaran Tahun 730 Masehi.
Salah seorang Pendeta guru dari perguruan Markandhya yang bernama
Rsi Markandhya melakukan perjalanan suci dari Pasraman Gunung
Wukir di Damalung, tempat dimana prasasti Canggal ditemukan.
Berlanjut ke lereng pegunungan Hyang di Purbalingga, kemudian
menuju lereng Gunung Rahung di tepi sungai Paralingga daerah
Banyuwangi berakhir di Gunung Agung atau Lingga Acala tempat Pura
Besakih sekarang. Di daerah lereng Gunung Raung wilayah Desa
Girimulya dan di sekitar Tirta Empul di Jawa Timur ditemukan juga
oleh para peneliti sejumlah peninggalan kuno berupa arca-arca kecil
pratima. Diantaranya berupa arca perunggu Tri Murti ditemukan tahun
1984, arca Rsi Markandhya seukuran ibu jari ditemukan tahun 1985,
tempat Tirta berupa Cupu Manik dari perunggu, dua buah Bokor
Perunggu, arca perunggu Bhatara Wisnu, arca perunggu Dewi Durgha,
Gentha Panditha dan tujuh bilah keris ditemukan pada tahun 1976.
Kemudian ditemukan juga batu Andesit diperkirakan dipakai untuk
mengolah obat saat itu dan terakhir ditemukan juga beberapa bilah daun
gamelan kuno.
Didalam Lontar Bhuwana Tatwa Maharsi Markandhya juga dikisahkan
seorang Maha Rsi yang bernama Maharsi Meru, mengambil seorang
isteri, berputera dua orang yang sangat tampan rupanya, berbudi mulia
dan berpikiran sangat bijaksana. Yang sulung diberi nama Sang Ayati,
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
12
adiknya diberi nama Sang Niyata. seperti yang tersurat dalam sloka
Bhuwana Tatwa Maharsi Markandhya, yang berbunyi :
Sang Ayati mwang Sang Niyata pada pada sira apekik listu
paripurna, wicaksaneng aji, wibuhing sastra utama
Yang artinya:
Sang Ayati dan Sang Niyata sama-sama berparas sangat tampan, sangat
pintar dan faham berbagai ilmu pengetahuan yang menjadikan beliau
berdua sangat bijaksana.
Sang Ayati berputera Sang Prana, demikian pula adiknya, yang bernama
Sang Niyata, berputera Sang Mrakanda. Setelah dewasa Sang Mrakanda
beristerikan Dewi Manaswini, berputera Maharsi Markandhya.
Selanjutnya Maharsi Markandhya, beristerikan Dewi Dumara,
menurunkan Maharsi Dewa Sirah, yang beristerikan Dewi Wipari, yang
kemudian menurunkan banyak putera. Pada hari yang baik, salah
seorang murid Maha Rsi Agastya yang bernama Sang Ila putera dari
Maharsi Trenawindhu, sedang bertapa di Jawa Dwipa Mandala.
Demikian pula Sang Aridewa dan Sang Anaka, melakukan Tapa
Samadhi di Pegunungan Adi Hyang, yang sekarang disebut
Pegunungan Dieng. Seperti halnya Maharsi Markandhya juga bertapa di
pegunungan Adi Hyang atau pegunungan Dieng di gunung Damalung.
III.4. Penduduk Bali Mula dan Bali Aga.
Pada awalnya penduduk pulau Bali terdiri dari kelompok-kelompok
kecil masyarakat yang membentuk kuwu-kuwu terpencil dan berjauhan
letaknya antara satu dengan yang lainnya, terdiri dari ras Austronesia
yang memiliki aturan dan pemimpin masing-masing kemudian
berkembang hampir ke seluruh pelosok Bali. Penduduk Bali yang
awalnya tidak menganut agama, melakukan ritual dengan cara
menyembah para leluhur yang mereka kenal dengan sebutan Hyang,
kepercayaan mereka bahwa tiap benda, baik yang bernyawa maupun
tidak bernyawa mempunyai roh, yang ditakuti dan dihormati. Meyakini
bahwa semua unsur dalam dunia dikuasai Hyang sebuah kekuatan yang
tidak tampak. Mereka memuliakan gunung, sungai, danau, laut, pohon
dan batu serta benda-benda lain sebagai tempat bersamayamnya para
Hyang. Keadaan seperti ini berlangsung sangat lama, diperkirakan
hingga awal pertama tarikh Masehi atau sekitar abad pertama Masehi.
Menurut Lontar Bali Tattwa, datanglah seorang Rsi yang bernama Maha
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
13
Rsi Markandhya ke Bali, Setelah menyiapkan diri dengan para
pengikutnya yang berjumlah kurang lebih 800 orang, yang terdiri dari
orang-orang Aga, berangkatlah kemudian Maha Rsi Markandhya ke
arah timur dengan tempat tujuan pertama adalah Gunung Agung.
Rombongan Sang Maha Rsi turun di pantai Pabahan Bali di Buleleng,
segera melakukan pembukaan hutan dengan menebangi kayu-kayu besar
untuk lahan pertanian, dan tempat pemukiman. Akan tetapi atas
kehendak Hyang Jagatnatha banyak murid-murid beliau terkena wabah
penyakit aneh tanpa sebab, ada yang meninggal diterkam binatang buas
seperti Mranggi atau Macan, Singa, dan Ular, ada juga yang hilang
tanpa jejak, tidak sedikit pengikut beliau yang gila. Dengan semua
kejadian itu, pengiring Sang Maharsi yang awalnya berjumlah 800
orang, hanya tersisa hidup sejumlah 200 orang saja. Mereka memilih
bermukim di wilayah sekitar perbukitan yang membentang dari selatan
ke utara di Bali tengah, yang dikenal dengan nama Munduk Taro.
Diantaranya kampung-kampung tua disepanjang dataran subur yang
diapit oleh dua aliran sungai, Sungai Wos Lanang dan Sungai Wos
Wadon. Dataran yang membentang dari utara ke selatan dari Taro
sampai Campuhan Gunung Lebah di Ubud. Sebagian yang lain
menyebar kearah barat dan timur Munduk Taro membangun kuwu-
kuwu di daerah tepian sungai dan perbukitan yang menyedikan banyak
sumber air dan makanan. pengikut Rsi Markandhya yang selamat dan
menghuni berbagai wilayah Bali secara terpencar ini kemudian dikenal
dengan nama Penduduk Bali Mula, yang artinya ditancapkan di Bali
sebagai cikal-bakal pembuat peradaban Bali kemudian.
Sang Maharsi Markandhya memutuskan untuk kembali ke Pesraman di
Gunung Raung, beliau melakukan yoga, tapa, brata dan semadhi untuk
memohon bimbingan dari Hyang Jagatnatha untuk mengetahui sebab
bencana yang sudah menimpa para pengikut beliau di Gunung Agung,
sekaligus untuk menghimpun kekuatan baru. Dari Tapa Semadhi itulah
diketahui bahwa pada waktu pertama merabas Hutan di lereng Gunung
Tohlangkir beliau tidak menghaturkan upacara yang cukup serta tidak
menanam Panca Datu. Kisah ini menyiratkan sebuah pesan bahwa saat
kedatangan Maha Rsi Markandhya di Bali, sudah ada penguasa-
penguasa lokal yang memiliki banyak pengikut belum bisa menerima
kedatangan beliau yang mengajarkan faham ke-Tuhanan di Bali.
Diperkirakan para penguasa lokal dan masyarakat Bali ini menghalang-
halangi usaha beliau dalam menyebarkan ajaran suci itu.
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
14
Dalam buku Sejarah Bali Jilid I dan III, karangan Gora Sirikan dan
diterbitkan Nyoman Djelada, juga ada menerangkan, kedatangan Rsi
Markandhya yang kedua ke Bali dengan membawa ribuan orang
pengikut dari Desa Aga, yang dikenal sebagai keturunan petani cakap
mengubah hutan menjadi perkampungan dan lahan pertanian. Setelah
berhasil membuka lahan pertanian, maka tanah lapang itu segera dibagi-
bagikan kepada pengikutnya guna dijadikan sawah, ladang, serta sebagai
pekarangan rumah. Tempat dimana awal Sang Rsi melakukan
pembagian lahan itu kelak menjadi satu desa yang diberi nama Desa
Puwakan, yang artinya tempat pembagian yang adil. Tentang pembagian
tanah dan kehadiran Maharsi di Bali, dalam Markandhya Purana ada
dijelaskan:
Saprapta ira sang Yoghi Markandhya maka di watek panditha
Adji, mwah wadwan ira sadya ring genahe katuju, dadya ta agelis
sang Yoghi Markandhya mwang watek Panditha prasama anangun
bratha samadhi, anguncar aken wedha samadhi, mwah wedha
pangaksamaning Bhatara kabeh, sang Panditha Aji anguncar aken
wedha panulaksarwa marana, tarmalupengpuja samadhi,
Dewayajna mwang Bhhutayajna, Pratiwi stawa. Wus puput
ngupacaraning pangaci aci, irika padha gelis wadwan ira kapakon
angrabas ikangwana balantara, angrebah kunong taru-taru, ngawit
saking Daksina ka Utara.
Reh sampun makweh olih ngrabas ikang wana balantara, mwah
dinuluran swecaning Hyang tan hana manggih pasangkalan, Sang
Yoghi Markandhya anuduh akenwadwan ira araryan rumuhun
angrabas wana ika, tur wadwan ira sadaya, angangge sawah
mwang tegal karang paumahan
Artinya :
Setibanya Sang Yoghi Markandhya seperti juga para Panditha Aji,
bersama rakyatnya semua di tempat yang di tuju, maka segera Sang
Yoghi Markandhya dan para pandhita semuanya melakukan bratha
samadi, dengan mengucapkan wedha samadi, serta weda memohon
perkenan Ida Bhatara semua, Sang panditha Aji mengucapkan weda
penolakan terhadap semua jenis hama dengan tak melupakan puja
samadhi, menyelenggarakan upacara Dewa Yajnya dan Bhuta Yajnya,
serta memuja Pertiwi.

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


15
Setelah selesai melakukan pangaci-aci atau melakukan upacara yadnya,
maka seluruh rakyatnya diperintahkan merabas hutan belantara tersebut,
menebang kayu-kayu, di mulai dari selatan setelah itu baru ke utara.Atas
perkenan Tuhan Hyang Maha Kuasa, proses perabasan hutan tidak
mendapat halangan.Karena sudah luas, maka Sang Yoghi Markandhya
memerintahkan rakyatnya untuk berhenti melakukan perabasan hutan.
Yoghi Markandhya kemudian membagi-bagikan lahan itu kepada
pengikutnya untuk dijadikan sawah, tanah tegalan, serta pekarangan
rumah,.....
Sekian lama setelah masa kedatangan Sang Rsi yang dimulai dari tahun
858 Saka, ajaran suci beliau menyatu dengan jiwa penduduk Bali
menjadi pondasi kepercayaan pengikut beliau yang kemudian menyebar
tidak hanya di wilayah munduk Taro, tetapi juga dibawa oleh penduduk
Aga di desa-desa seperti: Sambiran, Sangsit, Dausa, Cabongan,
Lembongan, Nusa Penida, Cempaga, Tenganan, Kintamani, Sastra,
Sidhatapa, Timbrah, Kedisan, Terunyan, Padarba, Kutapang, Batur,
Kayubihi, Gobleg, Sental, Kawan, Bakung, Kayang, Bratan, Tigawasa,
Bantang, Pangotan, Sukawana, Kembang Sari, Bayung, Ceking, Lampu,
Kutadalem, Abang, Abianbase, Sambahan, Lot, Plaga, Blakiuh,
Gadungan, Camangawon, Angkah, Marga, Tabuana, Pasekan, Pengalu
dan hampir seluruh wilayah Bali.
III.5. Masa Bali Kuno
Ada keyakinan dari banyak ahli sejarah yang mengkaitkan cikal bakal
pulau Bali dengan keberadaan kerajaan P’o-liyang ditulis dalam
beberapa buku petualang bangsa Cina pada masa pemerintahan Dinasti
Cui. Tetapi banyak pula pendapat berbeda dari para ahli sejarah dunia
yang telah dikemukakan cenderung menyatakan bahwa P’o-li
merupakan kerajaan besar, atau paling tidak terletak di wilayah yang
luas. Toponim yang lebih cocok diidentifikasikan dengan Bali, menurut
bagian lain pendapat Groeneveldt, adalah Dva-pa-tan yang terbaca
dalam kitab sejarah Kuno dinasti T’ang. Negeri itu dikatakan terletak di
sebelah selatan Kamboja dalam jarak dua bulan pelayaran, atau di
sebelah timur Ho-lingatau Ka-ling. Adat istiadatnya sama dengan Ho-
ling yang setiap bulannya padi sudah dapat dituai oleh petani, dan
penduduk menulis pada daun rontal. Jika ada orang mati, mayatnya
diberi perhiasan emas, ke dalam mulutnya dimasukkan sepotong emas,
lalu dibakar disertai dengan bau-bauan yang harum. Di dalam kitab Chu-
fan-chih bagian Su-chi-tan, Bali disebut dengan nama Mali. Lebih jauh,
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
16
penulis kitab Yao-i-chin-lue mencatat nama P’eng-li yang mungkin
dapat diidentifikasikan dengan Pali atau Mali. Hingga kini kitab Chu-
fan-chih menjadi acuan terkuat sebagai catatan tertua tentang
keberadaan pulau Bali yang diyakini oleh para ahli sejarah dunia.
III.6. Sekta-sekta di Bali.
Masuknya agama Hindu di Bali diperkirakan sebelum abad ke-8 Masehi
dengan didapatkan hasil penelitian tulisan pada nekara di Pejeng yang
berbahasa Sanskerta. Pada baris pertama dari dalam prasasti itu
menyebutkan kata “Siwas.......ddh.......” Dr. R. Goris menduga kata yang
sudah haus itu kemungkinan ketika utuh berbunyi: “Siwa Siddhanta”.
disimpulkan pada abad ke-8, Paksa Siwa Siddhanta telah berkembang di
Bali, karena sampai terbuatnya sebuah prasasti, berarti ajaran ini sudah
lama berkembang sebelumnya. Meluas dan mendalamnya ajaran agama
dianut oleh raja dan rakyat tentunya melalui proses yang cukup panjang,
oleh karena itu diyakini bahwa agama Hindu sudah masuk secara
perlahan-lahan di Bali sebelum abad ke-8 Masehi.
Bukti lain yang merupakan awal penyebaran agama Hindu di Bali
adalah ditemukannya arca Siwa di pura Putera Bhatara Desa di desa
Bedaulu, Gianyar. Arca tersebut merupakan satu tipe dengan arca-arca
Siwa dari candi Dieng yang berasal dari abad ke-8 yang menurut
Stutterheim, arca itu tergolong berasal dari periode seni arca Hindu Bali.
Dalam prasasti Sukawana, Bangli yang memuat angka 882 Masehi,
menyebutkan adanya tiga tokoh agama yaitu Bhiksu Siwaprajna, Bhiksu
Siwa Nirmala dan Bhiksu Siwakangsita membangun pertapaan di
Cintamani, menunjukkan kemungkinan telah terjadi pembauran antara
Siwa dan Buddha di Bali. Pembauran antara Siwaisme dan Buddhisme
di Bali sebenarnya diduga lebih menampakkan diri pada masa
pemerintahan raja besar Dharma Udayana Warmadewa, karena kedua
agama tersebut menjadi agama negara.
Bersamaan dengan datangnya agama Hindu ke Bali, pada abad ke-8 juga
dijumpai banyak peninggalan yang menunjukkan masuknya agama
Buddha Mahayana dapat diketahui dari stupika-stupika tanah liat yang
tersebar di daerah Pejeng Selatan, Titiapi dan Blahbatuh, Gianyar.
Seluruh stupika di pura Penataran Sasih dapat diteliti diselamatkan dan
dipindahkan ke Museum Bali. Sekitar abad ke-13 Masehi, di Bali
berkembang pula sekta Bhairawa dengan peninggalan berupa arca-arca
Bhairawa di pura Kebo Edan Pejeng. Sekta ini berkembang sebagai
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
17
akibat adanya hubungan politis dengan kerajaan Singhasari di Jawa
Timur pada masa pemerintahan raja Kertanegara. Berdasarkan data
sejarah tersebut, diyakini bahwa perkembangan awal kedatangan agama
Hindu atau Siwaisme dan Buddha atau Mahayana hampir pada saat yang
bersamaan dan bahkan akhirnya agama Buddha Mahayana ini luluh ke
dalam agama Hindu seperti diwarisi di Bali saat ini.
Masa Bali Kuno merupakan masa tumbuh dan berkembangnya agama
Hindu yang mencapai kejayaan pada abad ke-10 ditandai oleh
berkuasanya raja suami isteri Dharma Udayana Warmadewa dan
Gunaprya Dharmapatni. Pada masa pemerintahan raja ini terjadi proses
Jawanisasi di Bali, yakni mulai banyaknya prasasti yang sebelumnya
berbahasa Bali Kuno digantikan dengan bahasa Jawa Kuno dan susastra
Hindu berbahasa Jawa Kuno dibawa dari Jawa dan dikembangkan di
Bali. Sekta-sekta yang berkembang di Bali, yang menurut penelitian Dr.
R. Goris pada tahun 1926 berjumlah 9 sekta, yang terdiri dari: Siwa
Siddhanta, Pasupata, Bhairawa, Waisnawa, Bodha atau Soghata,
Brahmana, Rsi, Sora atau Surya dan Ganapatya. Sementara dalam
beberapa lontar di Bali disebutkan ada 6 sekta yang dikenal dengan
nama Sad Agama, yang terdiri dari: Sambhu, Brahma, Indra, Bayu,
Wisnu dan Kala. Intisari dari ke 6 sekta tersebut kemudian dikenal
dengan Siwa Siddhanta yang mewarnai kehidupan beragama di Bali
dengan peninggalan beberapa lontar-lontar tua, antara lain: Bhuwana
Kosa, Wrhaspati Tattwa, Tattwa Jnana, Sang Hyang Maha Jnyana, Catur
Yuga, Widhi Sastra dan lain-lain. Sementara Mudra dan Kutamantra
yang dilaksanakan oleh para panditha Hindu di Bali dalam aktivitas
ritual pelaksanaan Puja Parikrama hingga kini diyakini bersumber pada
ajaran Siwa Siddhanta.
Pada masa pemerintahan raja Dharma Udayana, seorang panditha Hindu
bernama Mpu Rajakerta menjabat Senapati I Kuturan jabatan semacam
perdana mentri yang menata kehidupan keagamaan dengan baik dan
terwarisi hingga kini. Pada ajaran Siwa Siddhanta masyarakat meyakini
bahwa Dewa Siwa sebagai dewa tertinggi yang mempunyai 3 hakekat
atau tattwa yaitu: Parama siwa-tattwa yang bersifat tak terwujud atau
niskala, Sada siwa-tattwa yang bersifat berwujud-tak berwujud atau
sakala-niskala dan Siwa-tattwa yang bersifat berwujud atau sakala.
Selain agama Siwa Siddhanta dikenal pula aliran Siwa Bhairawa yang
muncul sejak masa pemerintahan Raja Jayabhaya dari Kediri,
merupakan sebuah aliran yang memuja Siwa sebagai Bhairawa, terdapat
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
18
pula agama Waisnawa yang memuja Dewa Wisnu. Peradaban awal yang
ditemukan pada stupa-stupa dan batu bertulis di situs Pejeng dengan
angka tahun Isaka 700 atau tahun 778 Masehi dalam bahasa Sanskerta
adalah kutipan sebuah mantra Buddha yang berbunyi:
Ye Dharma Hetu Prabawahetun Tesan Tathagato Hyawadattesanca
Yo Nirodha Ewam Wadi Mahasramanah
Artinya :
Keadaan tentang sebab-sebab kejadian atau proses terciptanya dunia
sudah dijelaskan oleh Sang Buddha yang maha mulia.
Banyak ahli berpendapat bahwa penduduk Bali Kuno lebih dahulu
mengenal Agama Buddha dari pada Agama Hindu, tetapikarena
perbedaan waktu antara kedatangan para Bhiksu dengan kedatangan
para Rsi Hindu hampir bersamaan maka terjadilah percampuran antara
dua agama itu. Prasasti-prasasti yang bertarikh tahun 804 Isaka atau
pada tahun 882 Masehi sudah menyebutkan nama-nama bulan kalender
dengan solar system (Hindu) seperti di India. Selain itu, prasasti batu
padas yang ditemukan di Blanjong Sanur telah bertuliskan tahun Saka
menurut sistem Candra Sangkala dari peradaban Hindu: Khecara Wahni
Murti. Murti berarti Siwa berarti 8; Wahni berarti cahaya berarti 3;
Khecara berarti bintang berarti 9. Jadi sistem Candra Sangkala itu
menunjukkan tahun kejadian yakni: Isaka 839 atau tahun 917 Masehi.
Sistem Candra Sangkala selain menunjukkan tahun kejadian, juga
berbentuk kalimat yang dapat ditafsirkan sebagai pemberitaan, dalam
hal ini Khecara Wahni Murti, artinya: Bintang yang terang bercahaya
bagaikan Bhatara Siwa. Kalimat ini juga ditafsirkan sebagai pujian
kepada Raja Kesari Warmadewa yang ketika itu berkuasa dan beristana
di Singha Dwala, beliau beragama Buddha penganut sekta Mahayana.
Percampuran budaya Buddha-Mahayana dengan Hindu sekta Siwa
Sidantha dan sekta Waisnawa telah terjadi di Bali kuno setidak-tidaknya
sejak tahun 882 Masehi seperti yang diuraikan di atas, jauh sebelum
kejadian yang sama di Jawa Timur. Siwa-Buddha berasimilasi di Jawa
Timur baru diakui sejak tahun 1365 Masehi oleh Mpu Prapanca dalam
tulisan kekawinnya berjudul Desawarnana, dan selanjutnya Mpu
Tantular menulis hal sama pada kekawinnya yang berjudul Arjuna
Wiwaha pada tahun 1367 Masehi dan Sutasoma pada tahun 1380
Masehi.

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


19
Di Bali, Siwa-Buddha dan Waisnawa dilebur menjadi agama Hindu
dengan konsep Tri Murti oleh Mpu Kuturan. Peristiwa itu terjadi pada
masa pemerintahan Raja suami isteri Gunaprya Dharma Patni dan
Udayana Warnadewa yang bertahta di Bali pada tahun Saka 910 sampai
dengan 988 atau tahun 988 Masehi sampai dengan tahun 1011 Masehi.
Pada masa itu penduduk pulau Bali adalah mayoritas orang Bali
Mulayang merupakan pengikut Rsi Markandhya pada kedatangan beliau
yang pertama, selanjutnya pengikut Rsi Markandhya dari desa Aga Jawa
yang mengikuti beliau pada kedatangan kedua disebut sebagai orang
Bali Aga. Dengan demikian penduduk Bali pada masa itu mengenal 6
sekta yang dalam pelaksanaan keagamaan yang berbeda pelaksanaanya
satu dengan yang lainnya. Tata cara yang berbeda dalam melaksanakan
keyakinan itu seringkali menimbulkan ketegangan akibat pertentangan
antara satu sekta dengan sekta yang lainnya, dimana semua penganut
sekte merasa diri paling benar ajarannya dengan balutan cerita-cerita
mithologi yang penuh nilai magis.
III.7. Kedatangan para Mpu ke Bali.
Para penganut sekta yang selalu bersaing dan bertentangan satu dengan
yang lainnya itu merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya
gangguan keamanan dan ketertiban di masyarakat yang membawa
dampak buruk pada hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat. Akibat
yang bersifat kurang baik ini bukan saja menimpa desa bersangkutan,
tetapi meluas sampai pada sistem pemerintahan kerajaan, sehingga roda
pemerintahan menjadi ikut terganggu. Dalam kondisi seperti itu, Raja
suami isteri Gunaprya Dharmapatni dan Udayana Warmadewa
mendatangkan beberapa orang Rsi dari Jawa Timur yang oleh Gunaprya
Dharmapatni sudah dikenal sejak lama semasih beliau di Jawa Timur, 4
orang Brahmana bersaudara yaitu:
1. Mpu Semeru, dari sekta Siwa tiba di Bali pada hari Jumat Kliwon,
wuku Pujut, bertepatan dengan hari Purnamaning Kawolu, Candra
Sengkala Jadma Siratmaya Muka yaitu tahun Saka 921 atau tahun
999 Masehi lalu berparhyangan di Besakih.
2. Mpu Ghana, penganut aliran Gnanapatya tiba di Bali pada hari
Senin Kliwon, wuku Kuningan tanggal 7 tahun Saka 922 atau
tahun 1000 Masehi, lalu berparhyangan di Gelgel
3. Mpu Kuturan, pemeluk agama Buddha dari aliran Mahayana tiba
di Bali pada hari Rabu Kliwon wuku Pahang, maduraksa atau
tanggal ping 6, Candra Sengkala: Agni Suku Babahan atau tahun
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
20
Saka 923 atau tahun 1001 Masehi, selanjutnya berparhyangan di
Silayukti daerah Padang.
4. Mpu Gnijaya, pemeluk Brahmaisme tiba di Bali pada hari Kamis
Umanis, wuku Dungulan, bertepatan sasih Kadasa, Prati Padha
Sukla, tanggal 1, Candra Sengkala: Muka Dikwitangcu atau tahun
Saka 928 atau 1006 Masehi, lalu berparhyangan di bukit Bisbis,
Lempuyang.
Keempat orang Brahmana dari Jawa Timur itu sebenarnya bersaudara 5
orang, dikenal dengan nama Sang Panca Panditha atau Sang Panca
Tirtha yang, setia menjalankan dharma kepanditan dan menjadi guru
loka di wilayahnya masing-masing, adiknya yang bungsu bernama Mpu
Bharadah masih menetap di Jawa Timur, berparhyangan di LemahTulis,
Pajarakan.
Raja Gunaprya Dharma Patni dan Udayana Warnadewa yang bertahta
dari tahun Saka 910 sampai dengan 933 atau dari tahun 988 sampai
dengan tahun 1011 Masehi menerbitkan prasasti pertama dan kedua. Sri
Adnyadani yang bertahta dari tahun Saka 933 sampai 938 atau dari
tahun 1011 sampai dengan tahun 1016 Masehi menerbitkan prasasti
yang ketiga dan Sri DharmaWangsa Wardhana Marakato Pangkaja
Stano Tungga Dewa, yang bertahta dari tahun Saka 938 sampai 962 atau
dari tahun 1016 sampai dengan tahun 1040 Masehi menerbitkan prasasti
keempat sampai ketujuh. Usaha-usaha yang dilakukan oleh Mpu
Kuturan dalam meredam gejolak yang bersumber dari banyaknya sekta
atau aliran yang saling bertentangan di Bali, diantaranya adalah dengan
membuat pertemuan besar di Bata Anyar. Dalam pertemuan besar itu
diundang wakil-wakil aliran juga para pemuka agama dan adat di Bali.
Dalam pertemuan itu kemudian diputuskan bahwa semua aliran sekta di
Bali, dilebur menjadi tiga komponen dasar disebut dengan Tri Murti.
1. Aliran pemuja air dan alam masuk dalam kategori Wisnu, dipuja
dan dimuliakan pada pura Puseh.
2. Aliran pemuja surya, bulan dan api dilebur dalam kelompok
pemuja Brahma, dimuliakan di pura Bale Agung atau pura Desa.
3. Semua sekta atau aliran yang memuja udara, bintang dan planet
dilebur kedalam pemuja Iswara atau Siwa, dimuliakan di pura
Dalem.
Ketiga pura yang terbentuk dari sari-sari sekta itu disebut Pura
Kahyangan Tiga yang menjadi lambang persatuan semua aliran di Bali.
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
21
Dalam pertemuan besar di Samuan Tiga juga diperkenalkan istilah Desa
Adat, dan sejak saat itu berbagai perubahan diciptakan oleh Mpu
Kuturan, baik dalam bidang politik, sosial, dan spiritual. Dibekas tempat
rapat itu kemudian dibangun pura Samuan Tiga, selanjutnya prasasti-
prasasti yang dikeluarkan raja mulai ditulis dengan bahasa Jawa Kuno
atau Bahasa Kawi mengganti bahasa Bali Kuno yang dipakai dalam
penulisan prasasti-prasasti sebelumnya.
Masa pemerintahan awal dinasti Warmadewa di Bali dibagi menjadi 2
poros pegunungan, barat dan timur. Bagian barat berpusat di gunung
Penulisan, Batur, Abang, Batukaru, Beratan, Bon, Catur, Mangu,
Sanghyang, Pohen, Tapak, Silangjana, Lesung. Adeng, Patas, Merbuk,
Musi, Kutul, Klatakan, Ngandang, Banyuwedang, Perapat Agung,
Gondol dan Masehe. Sementara di bagian timur ada jajaran pegunungan,
dimulai dari Gunung Agung, Jambul, Seraya, Satu dan Asah. Semua
gugusan gunung dan bukit ini pada masa kuno menjadi tempat tumbuh
berkembangnya budaya religius di Bali. Daerah Mambal salah satu
wilayah yang menjadi tempat tumbuh kembangnya budaya dan agama
yang tertuang dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dikenal
kemudian dengan nama dresta. Pada waktu yang hampir bersamaan
dengan masa pemerintahan Raja Sri Ugrasena tahun 912 hingga 942
Masehi yang beristana di Kintamani yang menguasai gugusan
pegunungan di wilayah barat, Raja Sri Kesari Warmadewa juga
membangun wilayah kekuasaan yang berpusat di Besakih pada tahun
913 hingga tahun 955 Masehi gugusan pegunungan di wilayah timur.
Pemerintahan 2 dinasti ini diperkirakan bersamaan dengan Penyebaran
faham Buda dan Waisnawa dari kerajaan Mataram Kuno di Jawa ke
pulau Bali.
Raja terakhir yang memerintah di Bali pada masa Bali Kuno adalah
Bhatara Sri Astasura Ratna Bumi Banten yang diangkat menggantikan
kedudukan Bhatara Sri Wala Jaya Kertaning Rat. Bhatara Sri Astasura
Ratna Bhumi Banten atau Sri Gajah Waktera dikenal juga dengan nama
Sri Topolung, beliau mengadakan pergantian sejumlah pejabat
pemerintahan. Ki Pasung Grigis diangkat menjadi Patih Mangkubhumi,
berkedudukan di Tengkulak, Patih Anom dipegang oleh Ki Kebo Iwa
atau Kebo Taruna berasrama di Blahbatuh. Beliau juga mengangkat para
petinggi istana yang berkedudukan sebagai Menteri dan Demung,
seperti: Menteri Ki Girikmana berkedudukan di Ularan Buleleng,
Menteri Ki Tambyak di desa Jimbaran, Menteri Ki Tunjung Tutur
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
22
diangkat berkedudukan di desa Tenganan. Ki Buwahan menjadi Menteri
di desa Batur, Ki Kopang menjadi Pertanda di desa Seraya, Ki
Walungsari diangkat menjadi Pertanda di desa Taro. Ki Gudug Basur
menduduki jabatan sebagai Tumenggung, Ki Kala Embang menjadi
Demung, Ki Kala Gemet menjabat sebagai Tumenggung berkedudukan
di desa Tangkas, Ki Buwahan di Batur dan Ki Walung Singkal
berkedudukan di desa Taro.
Demikianlah para Menteri Bhatara Sri Astasura Ratna Bhumi Banten
yang sebagian besar diantaranya adalah merupakan keturunan dari
Ugrasena, ksatria Kalingga. Raja Sri Astasura Ratna Bhumi Banten
adalah seorang penganut Buddha yang taat, terbukti pada tahun 1338
Masehi beliau banyak mendirikan tempat suci agama Buddha hampir di
seluruh wilayah kekuasaan beliau.

Peninggalan Goa Garbha

Keadaan yang berlangsung aman dan tentram tersebut tiba-tiba terancam


karena sikap dari Raja Sri Astasura Ratna Bumi Banten yang menentang
dan tidak bersedia tunduk dibawah kekuasaan Ratu Majapahit
Tribhuwana Wijaya Tunggadewi, meskipun beliau adalah juga berasal
dari keturunan Majapahit.

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


23
Bab IV
Ekspansi Majapahit
IV.1. Usaha Penaklukan Bali
Sri Tapolung yang bergelar Bhatara Astasura Ratna Bumi Banten, Sri
Gajah Wahana menurut Babad Usana Bali Pulina adalah seorang raja
sakti dari Bali yang bertahta di Bedahulu sebagai  Dhalem  pada  tahun
1250 Saka atau tahun 1328 Masehi yang dalam Purana Bali Dwipa
disebutkan Beliau merupakan putera dari raja suami isteri Sri Masula
Masuli dari dinasti Warmadewa. Kidung Pamacangah menyebutkan
bahwa Arya Damar sebagai penguasa bawahan Majapahit di Palembang
yang membantu Majapahit dalam usaha menaklukkan Bali pada tahun
1343 Masehi dengan memimpin 15.000 prajurit menyerang Bali dari
arah utara. Mapatih Gajah Mada menuju arah timur Majapahit, bersama
keluarga dan prajuritnya yang gagah-gagah untuk menyerang Bali.
Prajurit Patih Liman Mada berjumlah 15.000 orang bersenjata lengkap,
semua pada terlihat gagah pemberani. Setelah hampir berperang selama
dua hari, pasukan Majapahit berhasil mengalahkan pasukan Bali
pimpinan Ki Pasung Giri. Arya Damar juga kemudian berhasil
menewaskan Ki Pasung Giri setelah menghujamkan keris pusakanya di
lambung Ki Pasung Giri.
Mengetahui Ki Pasung Giri tewas di tangan Arya Damar, mental
pasukan Bali seketika hilang, banyak diantaranya yang gugur dan
menyerah, tidak sedikit juga yang berhasil melarikan diri dari medan
laga. Pasukan Arya Damar segera menguasai daerah Ularan yang
merupakan benteng utara kerajaan Bali. Pasukan bala bantuan dari
Majapahit kembali dikirim dalam jumlah besar yang dipimpin oleh Arya
Kutawaringin. Mereka mendaratkan kapal dan menggabungkan diri
dengan sisa-sisa pasukan yang bertahan di benteng desa Ularan, Arya
Damar bersama-sama dengan Arya Kutawaringan memimpin pasukan
mengadakan serangan ke kubu-kubu pertahanan pasukan Bali. Akhirnya
daerah Bali utara dan bagian Barat berhasil diduduki oleh pasukan
Majapahit, akan tetapi daerah-daerah bagian timur masih tetap utuh
dibawah pimpinan Ki Bwahan yang bermarkas di desa Batur. Untuk
penguasaan daerah ini, sangat besar jumlah pasukan yang gugur dari
kedua belah pihak, alam pulau Bali yang berbukit-bukit ditambah
dengan hutan-hutannya yang masih lebat, menyebabkan peperangan itu
berlangsung lama. Tidak kurang dari 7 bulan lamanya Arya Damar dan
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
24
Arya Kutawaringin memimpin pasukan melakukan serangan secara
terus menerus, barulah daerah Bali utara dapat dikuasai semua setelah
Ki Bwahan berhasil ditewaskan.
Pertempuran di pantai selatan Bali yang dipimpin oleh Mahapatih Gajah
Mada tidak kalah pula hebatnya, gelombang laut yang besar membawa
keuntungan bagi pasukan Gudug Basur dan Ki Tambyak yang bertahan
di pesisir pantai. Banyak perahu-perahu pasukan Majapahit yang
tenggelam sebelum sempat melakukan pendaratan. Walaupun demikian
pertempuran sengit terjadi pula, setelah pasukan Majapahit melakukan
pendaratan yang tak henti-hentinya. 6 orang perwira Majapahit yang
masing-masing memimpin pasukan yang berjumlah 15.000 orang,
disambut oleh pasukan Bali yang sejak lama telah mengadakan
pertahanan dengan rapat. Demikianlah, disana-sini terjadi pertempuran
yang serentak, sehingga hanya dalam waktu 7 hari pesisir pantai selatan
Bali telah dapat diduduki oleh pasukan Majapahit yang sangat besar
jumlahnya. Ki Gudug Basur dan Ki Tambyak gugur dalam pertempuran
itu bersama-sama dengan ribuan pasukan lainnya dari kedua belah
pihak.
Walaupun tentara Majapahit telah mendapat kemenangan di pesisir utara
dan timur, namun mereka belum berani melakukan penyerbuan ke pusat
kota, mengingat dengan keberanian dan kegigihan rakyat Bali dalam
usaha mempertahankan negerinya. Menunggu waktu yang tepat Mereka
tinggal menyusup berbaur dan menetap di desa-desa Bali menyamar
sebagai penduduk Bali. Sementara itu kesatuan-kesatuan pasukan Sunda
yang melakukan pendaratan di pantai bagian barat, boleh dikatakan
selamat tidak disambut dengan pertempuran oleh pasukan Bali, mereka
tidak menjumpai perlawanan yang berarti. Hal itu terjadi karena
kebetulan mereka melakukan pendaratan pada tempat-tempat yang
sunyi, diantara hutan pantai kemudian segera menyusup ketengah-
tengah hutan menuju ke pusat kota Beda-Ulu.
Kembali diceritakan Arya Damar dan Arya Kutawaringin yang telah
memperoleh kemenangan di Bali Utara bersama-sama pasukannya terus
bergerak maju menuju ke pusat pemerintahan Bali di Beda-Ulu, dengan
tujuan utama untuk menghancurkan Beda-Ulu. Setelah 5 hari menempuh
perjalanan yang amat sulit, bersualah mereka dengan Gajah Mada
bersama induk pasukannya di desa Tawing, segera menyusun rencana
dan strategi untuk menyerang ke pusat kerajaan Beda Ulu. Pasukan
Majapahit menyamar menyusup masuk kedalam kota Beda Ulu,
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
25
mendiami berbagai daerah di sekitar kota raja, sesudah penuh sesak
orang-orang Majapahit di kota Beda Ulu, tiba-tiba mereka mengangkat
senjata menyerang kraton Beda-Ulu dengan serempak dan tiba-tiba.
Pasukan Sunda mengepung desa Tengkulak dari segala penjuru, pasukan
Ki Pasung Grigis yang lengah tidak sempat mengadakan perlawanan.
Banyak pasukannya yang tewas dalam pertempuran itu, sementara Ki
Pasung Grigis ditangkap dan ditawan. Peristiwa itu terjadi pada tahun
tahun 1343 Masehi, semenjak saat itu kerajaan Beda-Ulu hancur dan
pulau Bali berada dibawah kekuasaan Majapahit. Hentikan dahulu
ceritanya demikian.
Dalam perayaan kemenangan tersebut tiba tiba muncullah utusan dari
Ratu Majapahit Tri Bhuwana Tunggadewi yang bernama Kuda Pengasih
yang tiada lain merupakan ipar dari Patih Gajah Mada, karena Kuda
Pengasih adalah adik Ken Bebed, isteri dari Patih Gajah Mada. Kuda
Pengasih putera patih Matuwa diutus dari Majapahit untuk memantau
langsung pasukan Majapahit dibawah pimpinan Patih Gajah Mada yang
telah lama meninggalkan Majapahit. Kuda Pengasih menyaksikan pesta
ria yang dilaksanakan guna merayakan kemenangan yang baru saja
diraih pasukan Majapahit yang berhasil menundukkan laskar Kryan
Pasung Grigis. Kuda Pengasih kemudian menyampaikan pesan dari Ratu
Tribhuwana Wijaya Tunggadewi yang isinya meminta apabila Bali telah
berhasil ditaklukkan maka Patih Gajah Mada dan Arya Damar diminta
kembali secepatnya ke Majapahit, akan tetapi para arya yang lain
diperintahkan untuk tetap tinggal di Bali untuk menjaga keamanan Pulau
Bali. Para Arya yang ditugaskan di Bali diantaranya: Arya Kenceng,
Arya Sentong, Arya Beleteng, Arya Kutawaringin, Arya Belog dan Arya
Binculuk.
IV.2. Masa kekosongan pemerintahan Bali.
Secara keseluruhan pulau Bali berhasil ditaklukan oleh Majapahit pada
tahun 1343 Masehi, mulai saat itu menjadi wilayah yang kosong tanpa
pemimpin, sehingga pulau Bali menjadi tidak aman dengan banyaknya
jenis kejahatan yang merajalela. Pemindahan Patih Pasung Grigis dari
Tengkulak ke Jawa sebagai orang hukuman, menjadi benih-benih
kemarahan penduduk Bali. Beberapa bulan kemudian Ki Pasung Grigis
diangkat menjadi Panglima Perang Majapahit dalam upaya Majapahit
penaklukan Sumbawa yang menentang kekuasaan Majapahit. Ki Pasung
Grigis akhirnya tewas bersama dengan Dadela Natha dalam perang
tanding yang sangat seru. Berita tewasnya Ki Pasung Grigis di
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
26
Sumbawa, menyebakan kembali timbul kekacauan di seluruh pelosok
pedesaan Bali.
Orang-orang Bali serentak mengangkat senjata di berbagai desa,
mengepung dan menyerang kedudukan pasukan Majapahit. Menerima
laporan kekacauan di Bali, dikirim kembali bala bantuan dalam jumlah
yang besar dari Majapahit untuk memadamkan pemberontakan rakyat
Bali. Tempat terjadinya pertempuran itu diberi nama Yeh Selukat di
wilayah Gianyar. Demikianlah antara lain disebutkan di dalam kitab
Usana Jawa, tentang berbagai pemberontakan yang terjadi di desa-desa
sebelum kerajaan Majapahit berhasil menempatkan wakilnya di Bali.
Berdasarkan data yang tertulis di dalam kitab Usana Jawa, rupanya
sebuah pura besar yang bernama Pura Kentel Gumi di desa Tusan
Klungkung didirikan pada waktu itu. Nama pura mengesankan, bahwa
ketentraman di Bali telah dapat dipulihkan setelah sekian lama
mengalami kekacauan akibat perang. Pura Kentel Gumi dianggap
sebagai lambang mulai “Kentel” atau aman Bali secara keseluruhan dari
berbagai gejolak yang disebabkan oleh pemberontakan penduduk Bali
kepada para Arya Majapahit. Masa guncangan yang terjadi akibat belum
aman dan tentramnya pulau Bali ini, dianggap sebagai masa buram di
Bali, karena secara pasti belum ada tata pemerintahan yang jelas bagi
seluruh rakyat Bali.
Arya Kenceng, Arya Sentong, Arya Beleteng, Arya Belog, Arya
Kutawaringin dan Arya Binculuk menjadi penguasa secara lokal dan
otonom masing-masing dan bersifat kedaerahan. Arya Damar kembali
ke Majapahit, kemudian diangkat sebagai Raja di Palembang. Adik-adik
beliau ditempatkan sebagai raja di masing-masing daerah di Bali seperti
Arya Kenceng di Tabanan, Arya Sentong di Perean, Arya Belog di
Kaba-kaba dan diberbagai daerah lainnya.

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


27
Bab V
Dinasti Kepakisan di Bali
V.1. Ida Sri Aji Cili Ketut Soma Kresna Kepakisan.
Akibat lama tidak ada pemimpin di Bali, para Arya Bali yang
merupakan keturunan dari Mpu Dwijaksara berkeinginan menghadap ke
Majapahit memohon petunjuk Raja Majapahit. Para Arya Bali yang
berangkat untuk menghadap Raja Majapahit antara lain: Kyai Patih
Ulung, Kyai Pemacekan, Kyai Kepasekan dan Kyai Padang Subadra.
Menimbang permohonan para arya dari Bali itu, segera Prabhu
Jayanegara, mengirim utusan ke Kediri menghadap Ida Sri Mpu Soma
Kresna Kepakisan, memohon putera beliau yang paling kecil, agar
bersedia menjadi pemimpin di Bali. Tidak diceritakan sepanjang
perjalanan, Ida Sri Aji Cili Ketut Soma Kresna Kepakisan tiba di Bali
tahun 1274 Saka, tahun 1352 Masehi, diangkat menjadi Adipati Bali di
Keraton Samprangan, bergelar Sri Aji Dalem Ketut Kresna Kepakisan.
Pengikut setia beliau, Si Tan Kawur, Si Tan Mundur dan Si Tan Kober,
diberikan tempat di desa Tianyar. Masa pemerintahan Sri Aji Dalem
Ketut Kresna Kepakisan, masih juga ada gejolak tidak terima oleh
penduduk Bali terutama yang mendiami wilayah pegunungan, desa-desa
di gunung yang masih belum aman, antara lain: Desa Culik, Skul,
Bulakan, Tista, Kunir, Simanten, Basangalas, Sarinten, Tulamben, Get,
Lokasrana, Batu Dawa, Margatiga, Puan, Juntal, Crutcut, Bantas, Kerta
Bayem, Watu Wayang, Kedampal, Asti dan desa-desa lain di
pegunungan Bali.
Hal itulah yang mendorong Sri Aji Dalem Ketut Kresna Kepakisan
mengirim utusan ke Jawa, menghadap kepada Sang Prabhu Jaya Negara,
terdiri dari Kyai Patih Ulung, Kyai Pemacekan, Kyai Kepasekan dan
Kyai Padang Subadra. Setelah bertemu dan menghadap Raja Majapahit,
dianugrahi keris pusaka Ki Lobar, keris pusaka Ki Durgha Dungkul
adalah pemberian dari Rakryan Gajah Mada kepada Sri Aji Dalem Ketut
Kresna Kepakisan agar digunakan untuk mengamankan wilayah Bali.
Mulai adanya keris Ki Lobar di puri Samprangan, sedikit demi sedikit
mulailah aman wilayah-wilayah kekuasaan beliau di pegunungan Bali,
tidak ada lagi orang gunung yang melakukan tindak kejahatan. Upaya
lain yang dilakukan untuk menentramkan Bali agar bisa lebih tentram,
adalah dengan mengadakan pertemuan di Puri Samprangan dengan para
Arya Bali yang berpengaruh, membicarakan tentang keadaan Bali yang
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
28
belum tentram. Para Arya Bali yang hadir dalam pertemuan itu, antara
lain: Ki Pasek Gelgel, Ki Pasek Tohjiwa, Ki Pasek Padang Subadra, Ki
Pasek Penataran, Ki Pasek Kepasekan, Ki Pasek Bendesa, Ki Pasek
Kubakal, Ki Pasek Kedangkan, Ki Pasek Ngukuhin, Ki Pasek Kubayan
dan Ki Pasek Gaduh serta para pemuka Bali lainnya.

Mrajan Shri Kresna Kepakisan

Selain membahas tentang keamanan Bali juga tentang parahyangan yang


ada di seluruh Bali, utamanya sekali membahas tentang segala sesuatu
yang berkaitan dengan Pura Besakih dan pura-pura peninggalan Bali
kuno lainnya. Sri Aji Dalem Ketut Kresna Kepakisan, menurunkan
putera laki perempuan sebanyak 4 orang, antara lain: Sri Dewa Ile, Sri
Dewa Tarukan, Isteri menikah ke Blambangan dan Sri Dewa ketut
Ngulesir. Selain 4 putera diatas, ada juga putera yang lahir dari selir,
yang bernama I Dewa Tegal Besung.
V.2. Ida Sri Dalem Ile.
Sri Aji Dalem Ketut Kresna Kepakisan mangkat digantikan oleh putera
sulung beliau yang bernama Ida Sri Dalem Ile, tetapi dalam menjalankan
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
29
pemerintahan, beliau jarang sekali perduli dengan keadaan rakyat,
apalagi sampai mengadakan pertemuan membahas tentang kerajaan Bali
dengan para manca dan punggawa Puri Samprangan, karena beliau
lebih tertarik mengurus isterinya yang bernama Ida Sri Dewi, putri dari
Pusering Tasik Besakih dari pada membicarakan masalah kerajaan. Ida
Dalem Tarukan mempunyai kegemaran yang berbeda dengan kakaknya,
beliau amat gemar bekerja di ladang, taman, juga sawah, menanam
bemacam-macam bunga dan bebijian. Karena kesalah pahaman Ida
Dalem Tarukan terpaksa harus mengungsi dari istana dan mengembara
ke desa-desa menyamar seperti rakyat biasa dan menjadi orang buruan
kerajaan.
V.3. Ida Sri Dewa Ketut Ngulesir bergelar Sri Dalem Ketut Smara
Kepakisan.
Para Arya, Manca, dan Punggawa Puri Samprangan, menganggap
bahwa Ida Sri Dalem Ile tidak cakap menduduki jabatan Adipati Bali,
maka para Punggawa, Arya dan Manca semua, memutuskan
mengangkat Ida Sri Dewa Ketut Ngulesir menjadi Adipati Bali. Rakryan
Patih Kebon Tubuh berhasil menghadap Ida Sri Dewa Ketut Ngulesir di
desa Pandak. Ida Dalem Ile menderita sakit keras, mulai dari
meninggalnya putri beliau, tidak berapa lama beliau mangkat pada tahun
1302 Saka atau tahun 1380 Masehi. Ida Dalem Ketut Ngulesir
menggantikan kakaknya menjadi raja, dengan gelar Sri Dalem Ketut
Smara Kepakisan, tahun 1307 Saka, tahun 1385 Masehi di Keraton
Gelgel, yang diberi nama Suweca Pura. Pada sebuah kesempatan Ida
Dalem Ketut Ngulesir menghadap Sri Hayam Wuruk yang kemudian
berkenan menganugrahi beliau keris pusaka yang bernama Ki Taksaka.
Dalam perjalanan pulang ke Bali dari Majapahit terjadi hal-hal gaib
yang membuat Ida Dalem Ketut Ngulesir memberikan nama baru Ki
Bengawan Canggu untuk keris pusaka Ki Taksaka.
Dalam babad Dalem kembali diceritakan Sri Dalem Ketut Smara
Kepakisan, kembali lagi berlayar ke Jawa, Tepatnya di wilayah Madura,
untuk memenuhi undangan dari Rakryan Mahapatih Madu, sang
penguasa Madura yang sedang menyelenggarakan karya maligya leluhur
beliau. Ida Sri Mpu Bujangga Kayu Manis, dari Negara Keling
dipercaya sebagai pemimpin upacara maligya yang berjalan dengan
sangat baik. Disela-sela prosesi upacara maligya, raja Bali menghadap
kepada Mpu Bujangga Kayu Manis untuk memohon kepada Ida
Bujangga agar bersedia berkunjung ke Bali sebagai pemimpin upacara
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
30
Mapudgala yang akan beliau selenggarakan. Tidak diceritakan secara
lengkap kedatangan Ida Sri Mpu Bujangga Kayu Manis ke Bali dan
prosesi upacara Pudgala yang diadakan oleh Sri Dalem Ketut Smara
Kepakisan di Sweca Pura Gelgel. Tetapi dapatlah ditarik kesimpulan
bahwa Ida Sri Mpu Bujangga Kayu Manis yang menjadi purahita Bali
pada zaman ini juga menyebarkan ajaran-ajaran Waisnawa di beberapa
wilayah utama kerajaan Bali.
Beliau memberi pemahaman tentang pentingnya unsur petirtan pada
masing-masing prasada sebagai lambang atau simbol bahwa ajaran
Waisnawa atau ajaran Wisnu menjadi ajaran yang merakyat di Bali.
Pada masa ini diyakini bahwa penduduk wilayah Mambal lambat laun
bisa menerima ajaran Waisnawa sebagai salah satu ajaran suci yang
turut membentuk tata cara upacara upakara ditempat ini hingga
sekarang. Hal ini bisa dilihat dari peninggalan petirtan yang banyak
ditemukan disekitar wilayah Mambal yang masih tetap disucikan dan
difungsikan sebagai areal khusus dalam berbagai prosesi ritual
masyarakat sampai saat ini.
V.4. Masa Pemerintahan Sri Dalem Waturenggong Jaya Kepakisan.
Ida Sri Dalem Ketut Semara Kepakisan menurunkan 2 orang putera laki-
laki dan sudah beranjak dewasa, masing-masing bernama Ida Sri Dewa
Watu Renggong, adiknya bernama I Dewa Gedong Arta. Ida Sri Dewa
Waturenggong terpilih untuk menjadi raja dengan gelar Sri Dalem
Waturenggong Jaya Kepakisan. Pada pemerintahan beliaulah kerajaan
Bali mencapai masa jayanya, terkenal sampai ke daerah-daerah jauh.
Saat itu di Jawa ada seorang Brahmana Buddha bernama Mpu
Smaranatha, beliau mempunyai 2 orang putera laki-laki bernama Mpu
Dhang Hyang Angsoka dan Mpu Dhang Hyang Nirartha. Ida Mpu
Dhang Hyang Nirartha menikah dengan Ni Dewi Penataran di kerajaan
Deha, mulai saat itu Mpu Dhang Hyang Nirartha berubah trah dari trah
Buddha menjadi trah Siwa, mengikuti trah mertuanya. dari hasil
pernikahan itu beliau mempunyai putera 2 orang laki perempuan, yang
bernama Ni Dewi Sinarbhawa, yang kemudian menjadi Ida Bhatari
Melanting. Adiknya bernama Ida Kemenuh, juga dikenal dengan nama
Ida Agra Kulon.
Dari kerajaan Deha Ida Mpu Dhang Hyang Nirartha kemudian
mengungsi ke kerajaan Pasuruhan, disana beliau menikah dengan
sepupunya, yang bernama Ni Dewi Manu, putri dari Ida Mpu
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
31
Panawasikan. Dari hasil pernikahan itu beliau menurunkan 2 orang
putera laki-laki, bernama Ida Wayan Angelor, adiknya bernama Ida
Nyoman Lor. Setelah berdiam beberapa lama di Pasuruhan Ida Mpu
Dhang Hyang Nirartha kemudian melanjutkan perjalanan beliau ke
Blambangan, mengambil isteri, adik kandung dari Raja Blambangan,
yang bernama Ni Dewi Patni Keniten, berputera 3 orang, laki dan
perempuan, antara lain: Ni Dewi Swabhawa, Ida Wayahan Wetan atau
Ida Telaga atau Ida Ender, Ida Nyoman Wetan. yang kemudian
menurunkan Brahmana Keniten di Bali. Beberapa lama beliau tinggal di
Blambangan bersama semua keluarga, sampai akhirnya beliau harus
mengungsi dari Blambangan, karena beliau terkena pitnah, dituduh
memasang guna-guna terhadap isteri Dalem Blambangan yang tergila-
gila. Tujuan pengungsian beliau adalah Pulau Bali, menyeberang laut
dengan menggunakan Waluh pahit, sedang isteri dan para putera
menyeberang dengan menaiki perahu bocor.
Tidak diceritakan dalam perlayaran, sampailah Ida Mpu Dhang Hyang
Nirartha beserta keluarga di Bali, rombongan merapat di Pantai
Purancak. Perjalanan dilanjutkan, akhirnya sampailah beliau dan
rombongan di Desa Gading Wani, pemimpin desa Gading Wani yang
bernama Ki Bandesa Gading Wani memohon bimbingan kepada Ida
Dang Hyang, setelah dirasa cukup pengetahuannya segera didiksa
dengan gelar diksa Ki Dukuh Macan Gading, berangsur-angsur
damailah desa Gading Wani. Diceritakan sudah cukup lama Ida Dhang
Hyang Nirartha tinggal di desa Gading Wani, maka tersebarlah berita
tentang kesaktian beliau sampai di Bhumi Mas, juga oleh pemimpin Mas
yaitu Kyai Pangeran Mas, yang segera berangkat menghadap kepada Ida
Dhang Hyang Nirartha di Gading Wani. Kyai Pangeran Mas mohon
anugerah Ida Mpu Dhang Hyang agar berkenan mampir di Bhumi Mas.
Tidak diceritakan dalam perjalanan, sampailah rombongan Ida Dhang
Hyang di Bhumi Mas. Disana kemudian dihaturi Pasraman oleh Kyai
Bendesa Mas, juga dihaturkan putri beliau yang bernama Ni Ayu
Kumitir sebagai penguriyagan agar diperisteri. Dari hasil pernikahan itu
menurunkan seorang putera bernama Ida Bukcabe, sekian lama beliau
mengamalkan dan menyebarkan ajaran suci di bumi Mas, sampai
kemudian mendiksa Pangeran mas menjadi dwijati.
Di keraton Gelgel dikisahkan Dalem Ketut Waturenggong Jaya
Kepakisan berkeinginan mengangkat Ida Sri Mpu Angsoka di Kediri,
Jawa agar bersedia menjadi guru nabe Dalem Ketut Waturenggong.
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
32
Akan tetapi Dhang Hyang Angsoka menolak dengan halus keinginan
Dalem Waturenggong, karena di Bali sudah ada adik beliau yang
bernama Ida Dhang Hyang Nirarta, sudah sangat paham dengan ajaran
agama dan ilmu kesaktian. Dengan petunjuk dari Dhang Hyang
Angsoka, Dalem Waturenggong kemudian mengirim Rakryan Dawuh
Bale Agung sebagai utusan ke bumi Mas untuk menjemput Ida Dhang
Hyang Nirartha. Rakryan Dawuh Bale Agung mendapatkan banyak
petuah dari Ida Dhang Hyang tentang berbagai ilmu pengetahuan,
sehingga saat Rakryan Dawuh mohon untuk didiksa, Ida Dhang Hyang
berkenan mendiksanya. Rakryan Dawuh Bale Agung mengutarakan
tujuan kedatangannya sebagai utusan Dalem Bali adalah untuk
mengundang Ida Dhang Hyang agar berkenan berkunjung ke Swecapura
di Gelgel. Ida Dhang Hyang berkenan dan segera berangkat diiringi oleh
Rakryan Dawuh Bale Agung. Tidak diceritakan dalam perjalanan,
tibalah rombongan di Gelgel, tetapi Ida Dalem Waturenggong sedang
pergi berburu di hutan Padang. Segera Ida Dhang Hyang diantar oleh
Rakryan Dawuh Bale Agung menuju desa Padang menyusul Dalem
Baturenggong yang sudah beberapa hari membangun perkemahan di
Silayukti. Tidak terkira marahnya Dalem Bali kepada Rakryan Dawuh
Bale Agung yang dianggap tidak bisa melaksanakan tugas dengan baik,
karena lebih mementingkan diri sendiri, dari pada melaksanakan
perintah Dalem.
Dalam perjalanan pulang dari Padang menuju Gelgel rombongan Dalem
terhadang banjir di Sungai Unda, sehingga berhentilah kereta kerajaan
kerajaan. Ida Dhang Hyang Nirartha merapalkan mantra sakti Aswa
Siksa, sehingga dengan ajaib akhirnya rombongan Dalem Bali bisa
menyeberangi sungai Unda, karena roda kereta yang dikendarai tidak
tenggelam di banjir. Pada tahun 1489 Masehi, rombongan Dalem sampai
di Swecapura, segera Ida Dhang Hyang dihaturkan tempat menginap di
Taman Bagenda, tempat dimana Dalem Waturenggong dianugrahi
banyak ilmu pengetahuan. Setelah dianggap lulus, Ida Dhang Hyang
Nirartha berkenan mendiksa Ida Dalem Waturenggong menjadi Raja
Rsi. Demikian dikisahkan dalam berbagai bentuk usana dan tattwa.
Kini dikisahkan tentang Penyerangan Dulang Mangap Bali ke
Blambangan yang dipimpin oleh Kryan Ularan, Pangeran Bandesa dan
Pangeran Gelgel terjadi pada tahun 1512 Masehi, berhasil menaklukan
Blambangan setelah raja Blambangan tewas, disusul dengan penguasaan
daerah Puger. Tahun 1520 Masehi, Ida Sri Dalem Waturenggong Jaya
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
33
Kepakisan menyerang Sasak, karena banyaknya rakyat Sasak yang
menjadi perompak di Selat Bali menganggu nelayan Bali ditengah laut.
Setelah mengerahkan pasukan yang sangat banyak, di tahun 1460
Masehi, Sasak takluk di bawah kekuasaan Raja Bali. Pada tahun 1478
Masehi, kerajaan Majapahit runtuh, sehingga mulai saat itu semakin
cemerlanglah kerajaan Bali, banyak para cerdik pandai dari Jawa yang
memutuskan untuk meninggalkan Jawa menghamba di Bali. Banyak
kerajaan lain berkeinginan bersahabat dengan Kerajaan Bali, seperti
Sumbawa, Madura, Bone dan yang lainnya, dengan tujuan menjalin
kerjasama ekonomi disamping juga untuk mengamankan kerajaan
masing-masing dari serbuan musuh.
Ida Dalem Waturenggong mempunyai 3 orang putera, laki-laki dan
perempuan, antara lain: I Dewa Pamayun, I Dewa Anom Sagening dan
Sri Dewi Manik. Saat Dalem berpulang ke alam sunia, putera-putrinya
masih semua belia, jadi roda pemerintahan di Gelgel dipegang oleh I
Dewa Anggungan, putera dari I Dewa Tegal Besung. Dibantu oleh Ida
Sri Dewa Gedong Arta, I Dewa Pagedangan, I Dewa Nusa dan I Dewa
Bangli, dengan wilayah kekuasaan meliputi semua wilayah pulau Bali
dan daerah-daerah taklukan. Khusus di Bali, raja mengangkat banyak
senapati dan pangeran sebagai adipati di wilayah-wilayah yang berjarak
cukup jauh dari kraton Gelgel. Para senapati ini dikenal dengan sebutan
Anglurah yang setiap enam bulan sekali melaporkan keadaan daerah
kekuasaanya kepada Dalem Bali. Mereka yang diberi kedudukan
sebagai Anglurah adalah keturunan para arya yang berasal dari Kediri
dan arya Bali yang merupakan keturunan dari para petinggi Raja Bali,
Sri Astasura Ratna Bhumi Banten. Para Anglurah ini mempunyai
kekuasaan dan tanggung jawab yang besar terhadap wilayah
kekuasaanya masing-masing. Mereka yang mengatur kehidupan
ekonomi, sosial dan budaya penduduk yang mendiami wilayah
kekuasaanya.
V.5. Gejolak di Swecapura.
Dhalem Waturenggong mangkat tahun 1550 Masehi, putera-putera
beliau masih semuanya berusia belia, sehingga sementara waktu
pemerintahan dipegang oleh I Dewa Anggungan, dibantu oleh Rakryan
Batan Jeruk. Sekarang dikisahkan Rakryan Batan Jeruk yang bersekutu
dengan I Dewa Anggungan, berencana mengambil alih kekuasaan
dengan membunuh para putera mahkota Swecapura. Rencana jahat itu
didengar oleh Rakryan Kebon Tubuh yang segera mengungsikan ketiga
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
34
putera Dalem Bali menuju desa Pekandelan dengan melobangi tembok,
menyeberang dihalaman rumah Kryan Penulisan. Setelah Keraton
dikuasai oleh pemberontak, tidak ditemukan ketiga putera Dalem
didalam istana, Rakryan Batan Jeruk marah dan mengamuk membantai
banyak para sahaya. Para Arya seperti Kyai Pinatih, Kyai Kapal, Kyai
Abiansemal, Kyai Kebon Tubuh, Kyai Sukahet, Kyai Pegatepan, Kyai
Kaba-kaba, Kyai Pacung dan Kyai Brangsinga, segera berkumpul dan
menangkap Kryan Batanjeruk dan berhasil memadamkan
pemberontakan. Rakryan Batanjeruk akhirnya tewas tewas, Senapati
perang pemberontak Ki Gusti Tusan bersembunyi dirumah pamanya, I
Pande Tusan, I Gusti Bebengan dan I Gusti Gung Nangka bersembunyi
di utara gunung, Kyai Prajurit bersembunyi di rumah Ki Pasek
Manduang. I Dewa Anggungan menyerahkan diri kepada laskar Gelgel.
Setelah pemberontakan Rakryan Batanjeruk berhasil dipadamkan,
kepemerintahan di keraton Swecapura diatur oleh para punggawa Gelgel
yang setia kepada Dalem Bali, menunggu para putera dalem dewasa.
V.6. Masa Ida Sri Dalem Pamayun.
Ida Sri Dewa Pamayun diangkat menjadi raja setelah dirasa cukup
dewasa dibantu oleh adiknya yang bernama Ida Sri Dewa Anom
Sagening. Setelah abhiseka bergelar Ida Sri Dalem Pamayun, tetapi
beliau kurang cakap dalam memerintah. Ada banyak gejolak yang
terjadi di Gelgel, seperti yang dilakukan oleh penguasa Kuta, I Gusti
Ngurah Telabah yang menyertakan I Capung sebagai pembunuh yang
tidak cepat diselesaikan sehingga berbuntut panjang, sampai hancurnya
semua keluarga I Gusti Ngurah Telabah. Setelah cukup lama beliau
memegang kekuasaan di Gelgel, beliau merasa tidak sanggup mengatur
pemerintahan, dengan berbesar hati beliau kemudian meninggalkan
Gelgel, membangun puri di Desa Kapal. Ida Sri Dalem Pamayun tidak
mempunyai keturunan, itulah sebabnya beliau lebih dikenal dengan
gelar Sri Dalem Bekung, yang artinya raja yang tidak mempunyai
keturunan.
V.7. Ida Sri Dalem Anom Sagening Dharma Kepakisan.
Pada tahun 1580 Masehi, Ida Dalem Anom Sagening diangkat menjadi
Raja Gelgel, dengan gelar Ida Sri Dalem Anom Sagening Dharma
Kepakisan. Dalam masa pemerintahan beliau Kerajaan Gelgel mulai
berwibawa dan menjadi kuat kembali. Tahun 1626 Masehi, kembali
Dulang Mangap Bali menyerang Sasak yang ingin lepas dari kekuasaan
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
35
Gelgel. Penyerangan itu dipimpin oleh Kryan Tabanan dan Kryan Tabah
sementara pertahanan laskar Sasak dipimpin oleh Ki Kebo Mundar.
Sasak dapat ditaklukan oleh Kryan Tabanan, sementara Kryan Tabah
melarikan diri dari peperangan. Karena hal tersebut Kryan Tabah tidak
diakui lagi sebagai ksatriya oleh Raja Gelgel. Ki Kebo Mundar yang
menyerah masih diberikan wewenang untuk mengatur Sasak, dibawah
kekuasaan Gelgel. Daerah Badung yang dulu diperintah oleh Kryan
Tabah, dianugrahkan oleh Dalem Bali kepada Kyai Ngurah Tegeh Kuri,
saudara dari Kryan Ngurah Tabanan yang kemudian membangun puri di
Pemecutan.
Saat suatu hari Ida Dalem Sagening sedang berburu, karena kemalaman,
akhirnya beliau dan rombongan menginap di puri Ki Pungakan, yang
saat itu menjadi pemimpin di desa Manggis. Karena Dalem jatuh cinta
kepada putri Ki Pungakan, jadilah kemudian putri Ki Pungakan hamil,
menurunkan putera yang diberi nama I Dewa Manggis Kuning, diakui
oleh Dalem sebagai putera beliau. Ida Sri Dalem Anom Sagening
banyak mempunyai putera, yang beribu dari permaisuri antara lain; I
Dewa Ayu Rangda Gowang dan Sri Dewa Dimadya. Putera beliau dari
selir antara lain: I Dewa Lebah, I Dewa Karangasem, I Dewa Sumerta, I
Dewa Blayu, I Dewa Bedulu, I Dewa Anom, I Dewa Cau, I Dewa Sidan,
I Dewa Pasawan, I Dewa Meregan, I Dewa Kulit, dan I Dewa Kabetan.

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


36
Bab VI
Dinasti Kyai Anglurah Mambal Sakti
Dikisahkan adalah pada masa pemerintahan Ida Dalem Sagening
kembali kejayaan kerajaan Bali berkat pemerintahan beliau yang
bijaksana. Krian Patih Agung yang sebelumnya bernama Kriyan Dawuh,
kemudian diganti dengan nama menjadi Kriyan Nginte, disebabkan
beliau Sang Patih sangat setia kepada Ida Dalem Sagening. Ada
diceritakan adik laki-laki dari Kriyan Nginte bernama I Gusti Agung Di
Ler, dianugerahi salah satu selir Ida Dalem yang sudah dalam kondisi
hamil, seraya berpesan kepada I Gusti Agung Di Ler, dalam masa
kehamilan sang istri agar tidak mengauli istrinya, agak anak yang lahir
kemudian benar-benar lahir sebagai darah Ida Dalem. I Gusti Agung Di
Ler melaksanakan perintah tersebut hingga lahirlah putra Dalem dari
istrinya. Oleh Ida Dalem Sagening, putra yang lahir tersebut diberi nama
I Gusti Mambal, diupacara layaknya putra seorang Ksatria utama,
dibesarkan oleh I Gusti Agung Di Ler dengan kasih sayang dan
penghormatan karena merupakan anugerah dari Ida Dalem. Setelah I
Gusti Mambal beranjak semakin dewasa, I Gusti Agung Di Ler kembali
menurunkan putra kandung, antara lain bernama: I Gusti Panida, I Gusti
Kamasan Wayahan, I Gusti Ketut Kamasan, I Gusti Sibetan, I Gusti
Sampalan, I Gusti Temesi, I Gusti Teges, I Gusti Ubud dan I Gusti
Basangkasa. Sementara putri-putri beliau ada yang diabil sebagai isteri
oleh Ida Dalem Sagening, diperisteri oleh Dalem Pemade, diambil isteri
ke wilayah Sidemen, diambil sebagai isteri ke wilayah Sukahet, diambil
sebagai isteri ke wilayah Bon Nyuh dan diambil isteri ke wilayah
Tambahan. Seperti itulah masing-masing nama putra dan putri dari I
Gusti Agung Di Ler. Tidak dikisahkan tentang putra-putra yang lain dari
I Gusti Agung Di Ler, dikisahkan I Gusti Mambal semakin beranjak
dewasa, sangat disayang beliau oleh Dalem. Saat terjadi
kesalahpahaman antara I Gusti Agung Nginte dan I Gusti Agung Di Ler
sehingga hampir terjadi bentrokan diantara kedua kakak beradik
tersebut, dengan bijaksana Ida Dalem memerintahkan I Gusti Agung Di
Ler beserta seluruh keluarga dan pengikutnya untuk meninggalkan
Gelgel agar membangun puri di wilayah Batuangsut pada tahun 1612
Masehi. I Gusti Mambal dianugerahi gelar kehormatan Kyai Anglurah
Mambal, dan setelah mendapatkan anugerah Dalem berupa Keris pusaka
Si Tan Kober dan tombak pusaka Ki Barungit, Kyai Anglurah Mambal
lebih dikenal kemudian dengan sebutan Kyai Anglurah Mambal Sakti.
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
37

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


38

VI.1. Mithologi dan Realitas Sejarah


Menurut Babad Pande Tista, dikisahkan Rakyan Punta atau Rakrian
Penata diperintahkan oleh Ida Dalem agar menetap menjaga keamanan
untuk daerah Batuangsut, sebelum kemudian daerah itu dikenal dengan
nama Mambal. Hubungan baik antara I Gusti Ngurah Mambal dan Krian
Punta semakin bertambah erat setelah salah seorang putra dari Krian
Punta diambil sebagai istri oleh I Gusti Ngurah Mambal. Sepeninggal
Krian Punta, I Gusti Ngurah Mambal menggantikan kedudukan
mertuanya sebagai penguasa Batuangsut, semakin berkembang wilayah
Batuangsut dibawah kepemimpinan I Gusti Ngurah Mambal yang
bijaksana. Sekian lama kemudian wilayah Batuangsut berubah nama
menjadi Mambal, sesuai dengan nama pemimpinnya, Kyai Anglurah
Mambal Sakti. Ada 2 orang putra dari Kyai Anglurah Mambal Sakti,
masing-masing bernama Kyai Ngurah Gede Mambal dan I Gusti Ngurah
Made Pengkuh. I Gusti Ngurah Made Pengkuh, putra kedua dari Kyai
Anglurah Mambal Sakti, setelah dewasa mengambil istri bernama I
Gusti Ayu Kamasan. Menurut penuturan beberapa pengelingsir Puri dan
cerita yang berkembang disekitar Mambal, suatu saat, diperkirakan
sekitar tahun 1680 Masehi, datang serombongan utusan dari wilayah
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
39
Kesiman untuk meminta air "apatin tumbak". Karena meminta hanya
sedikit air, Kyai Anglurah Mambal Sakti pun memberikan, namun
rupanya ada tipu muslihat dibalik kata-kata "apatin tumbak" itu. Sang
utusan menancapkan dan memutar tombak di tanah, sehingga
membentuk trowongan (Aungan) yang membelah antara Senau dan
Desa Mambal. Merasa diperdaya, Kyai Anglurah Mambal Sakti menjadi
murka segera beliau mengerahkan banyak pengikut untuk membongkar
danau Beratan agar masyarakat kesiman terkena Banjir besar. Melihat
hal itu, rencang Dewi Danu berupa Tabuan kulit menyengat para pekerja
hingga mati, namun ketika dicolek atau diolesin pamor oleh Kyai
Anglurah Mambal Sakti mereka hidup lagi, berulang-ulang kejadian
tersebut terjadi. Sampai akhirnya ada suara gaib dari langit yang intinya
Ida Bhatari Danu yang melarang Kyai Anglurah Mambal Sakti
melaksanakan niatnya, agar mencari jalan lain untuk mengalirkan air
dari Beratan ke Mambal.
Kyai Anglurah Mambal Sakti kembali pulang ke Mambal, sesampai di
puri, beliau memerintahkan putra beliau yang bernama I Gusti Ngurah
Made Pengkuh agar mengerahkan rakyat untuk membangun trowongan
di daerah Kedewatan dan di wilayah Sangempel, segera I Gusti Ngurah
Made Pengkuh melaksanakan perintah dari ayahnya untuk membuat
trowongan dimaksud dengan pengerahkan rakyat beliau dipimpin oleh
para undagi pengarungan. Semakin lama semakin terkenal kemampuan
Kyai Anglurah Mambal Sakti mengatur wilayahnya menjadi sebuah
wilayah yang ramai dan sejahtera. Diceritakan pada sebuah kesempatan
Kyai Anglurah Mambal Sakti, sedang bercakap-cakap dengan
Bhagawanta Beliau yang bergelar Ida Pedanda Manuaba yang termasyur
sebagai wiku dengan kemampuan sastra dan kebijaksanaan yang sangat
tinggi. Perbincangan tentang tattwa itu sampai pada bagian alam sorga.
Kyai Anglurah Mambal Sakti menanyakannya kepada Ida Pedanda
Manuaba:
"Oh Sang Wiku maha bijaksana, ada suatu hal yang mengganjal
dalam pikiran saya, tidak ada lain adalah tentang Sorga yang
dipaparkan oleh sekian banyak sastra, adakah sebenarnya sorga
itu, dimana letaknya, kemudian bagaimana cara mencapainya?"
Setelah mengunyah sirih dan membuang sisa kunyahannya dalam batok
kelapa, segera Ida Pedanda Manuaba menjawab dengan senyum penuh
keteduhan:

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


40
"Ananda Arya, Tidak ada sastra yang bohong, sepanjang kita
memahaminya, Sebenarnya Sorga itu ada, letaknya ada di arah
selatan, cara mencapainya dengan sungguh-sungguh, tekun dan
tanpa rasa takut serta kesungguhan menuju arah itu".
"Anaknda akan menuju kesana bila saatnya nanti tiba, mohon
restu dari Sang Maha Muniwara".
Kyai Anglurah Mambal Sakti menjawab dengan bersemangat, karena
keinginan kuat beliau untuk tahu keberadaan Sorga yang sebenarnya.
Pada waktu yang ditetapkan, Kyai Anglurah Mambal Sakti menyiapkan
diri untuk melakukan perjalanan ke arah selatan hingga menyelam ke
dasar laut, setelah semua siap bergegas beliau mengawali perjalanan,
tetapi segera dilarang oleh Ida Pedanda Manuaba.
"Ananda Arya, kemana ananda hendak pergi?"
"Mencari Sorga ke arah selatan, mau menyelam kedasar lautan
di selatan, karena besar keinginan ananda tahu keberadaan
sorga ya Sang Maha Muniwara"
Kyai Anglurah Mambal Sakti menjawab dengan penuh semangat, segara
Ida Pedanda Manuaba memegang tangan Kyai Anglurah Mambal Sakti,
mengajaknya duduk dan berkata dengan lembut
"Sebenarnya ananda, Sorga itu ada dalam diri ananda, bukan di
dasar laut atau di angkasa, Sastra menyebutkan Sorga terletak
di arah selatan, dimaksudkan adalah selatan sama artinya
dengan Teben, sama artinya dengan kembali pulang. Sorga akan
berhasil ditemukan dengan kesadaran tinggi dari jiwa ananda.
Saat jiwa ananda sudah berhasil dikendalikan dengan kesadaran
tertinggi, sehingga ananda menemukan rasa bahagia tanpa tepi,
rela melepaskan semua beban duniawi dan selalu bersemangat
melaksanakan dharma, itulah sebanarnya sorga yang
dimaksudkan oleh sastra".
"Terimakasih atas petunjuk Hyang Maha Muni, akan ananda
ingat semua anugerah ini, hingga ke keturunan ananda kelak".
"Demikianlah ananda, karena jaman kini sudah sangat tua,
banyak orang pintar dan sakti, tetapi sombong dan kurang
bijaksana, jauhi prilaku seperti itu. Kebijaksanaan yang ananda

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


41
terapkan di wilayah ananda sudah terbukti membuat wilayah
yang ananda pimpin menjadi sejahtera".
Suatu masa, Kyai Anglurah Mambal Sakti sakit pada kedua mata,
hingga beliau tidak bisa melihat, segera Ida Pedanda Manuaba meramu
obat mata untuk Kyai Anglurah, bahan obat itu terdiri dari sarana merica
21 butir dan daun sirih 11 lembar.
"Apa sarana obat yang Dang Guru pakai untuk mengobati sakit
mata ananda ini, terasa sangat perih dan panas".
Kyai Anglurah Mambal Sakti bertanya kepada Ida Pedanda Manuaba.
Ida Pedanda Manuaba menjawab dengan sangat tenang
"Merica 21 butir dan daun sirih 11 lembar dicampur dan
dihaluskan, dijapa dan airnya diteteskan pada kedua mata
ananda"
"Mengapa semua ramuan obat yang Dang Guru ramu rasanya
seperti menyiksa, Jamu pahit, obat luka memerihkan, param
berbau amis dan ini sangat panas ananda rasakan di kedua
mata".
Ida Pedanda Mambal menerangkan:
"Nasi berasal dari padi yang dituai, dijemur, ditumbuk menjadi
beras, dicuci berkali-kali dengan air, dimasak dengan api, diaru
dimasak lagi, baru bisa kita makan ananda. Sama dengan
kehidupan, semua kebaikan diawali oleh hal buruk, kebahagiaan
diawali oleh kesedihan, kesembuhan diawali dengan penyakit
yang diobati dengan tata usada yang benar. Mengubah sesuatu
menjadi lebih baik membutuhkan proses, tapa, brata, yoga dan
semadi, sama halnya dengan mengubah keadaan ananda dari
sakit menjadi sembuh, prosesnya adalah diaobati dengan jalan
ditutuh".
Kalau ananda kuat menjalani proses itu ananda akan sembuh,
apabila ananda berlaku seperti prilaku seorang anak yang tidak
satria, sakit itu akan ananda bawa hingga kematian. Tergantung
ananda pilih yang mana, melewati proses sakit menjadi sehat,
atau mengabaikan proses untuk tetap sakit".

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


42
"Terimakasih Dang Guru atas semua pencerahannya sehingga
terbuka semua pikiran ananda tentang proses menuju sebuah
perubahan".
Tidak berapa lama kemudian mata beliau sehat kembali seperti
sediakala, senang dan berbahagia Kyai Anglurah Mambal Sakti. Pernah
pada suatu kesempatan Kyai Anglurah Mambal Sakti pernah berseteru
dengan Ida Pedanda Telaga akibat berpapasan di jalan, sama-sama tidak
mau mengalah. Hampir terjadi bentrokan diantara keduanya, tetapi
setelah mereka mengetahui jati diri masing-masing akhirnya bisa
berdamai, Kyai Anglurah Mambal Sakti menjamu Ida Pedanda Telaga
di Purinya. Terjadi hubungan sangat baik kemudian diantara Kyai
Anglurah Mambal Sakti dan Ida Pedanda Telaga yang terkenal juga
sebagai seorang pendeta yang sangat sakti dan berpengetahuan sangat
tinggi. Kyai Anglurah Mambal Sakti setelah kemudian melaksanakan
upacara Madwijati memohon anugerah padwijatian kepada Ida Pedanda
Manuaba sebagai nabhe. Tidak diceritakan lebih jauh masa bhiksuka
beliau hingga mangkat karena usia.
VI.2. Dinasti Kyai Anglurah Mambal Sakti.
Kini diceritakan kisah I Gusti Ngurah Gede Mambal memperistri putra
dari Ida I Dewa Gede Karang yang bernama Dewa Ayu Karang. Dari
perkawinan itu, beliau dianugerahi 2 orang putra, yang tertua bernama
1. I Gusti Ngurah Putu Mambal,
2. I Gusti Ngurah Made Mambal.
Kembali I Gusti Ngurah Gede Mambal mengambil putra dari Ki
Bandesa Gerih sebagai istri, menurunkan 2 putra orang laki-laki dan
perempuan, diberi nama
3. I Gusti Ngurah Gede Gerih dan seorang adiknya
perempuan tidak diceritakan lebih lanjut.
Selanjutnya I Gusti Ngurah Gede Mambal mapogala atau madwijati,
mengangkat Ida Pedanda Mambal sebagai guru, setelah menjadi wiku
bergelar Kyai Anglurah Rsi Mambal. Tidak diceritakan lebih lanjut
tentang Ida Kyai Anglurah Rsi Mambal setelah menjadi wiku hingga
beliau berpulang ke alam sunia. Putra beliau kemudian yang
menggantikan beliau dalam memimpin di Mambal.

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


43
Dikisahkan sekarang I Gusti Agung Gede Kamasan putra dari I Gusti
Agung Ngurah Made Agung Bimasakti, yang bergelar Tjokorda Sakti
Blambangan Pangeka Radya Mangopura Mengui yang merupakan Raja
Mengwi pertama. I Gusti Agung Gede Kamasan yang berkuasa terhadap
wilayah sebelah timur Mengwi, Penarungan dan Sibang. Raja Mengwi, I
Gusti Agung Alangkajeng bergelar Tjokorda Banya sangat sering
tinggal di Blambangan setelah Blambangan berhasil ditaklukkan,
keberadaan beliau di Blambangan mempunyai misi menghalau para
ksatria Madura yang ingin menguasai Blambangan. Di Tahun 1739 I
Gusti Agung Alangkajeng bahkan tinggal sampai 3 bulan lamanya di
Blambangan, memimpin sendiri pasukan Mengwi.
I Gusti Agung Gede Kamasan memanfaatkan kesempatan dengan
mengumpulkan pasukan menyertakan juga pasukan-pasukan dari para
ksatria yang menjadi sekutunya. Menurut Babad Bali Radya, selain
pasukan I Gusti Ngurah Mambal ada juga pasukan-pasukan terpilih dari
Tamanbali dibawah pimpinan I Dewa Tampaksiring dan I Dewa Pejeng
menyerbu ke kota raja Mengwi dan mengepung Puri Mengwi yang
dipertahankan oleh putra mahkota Mengwi dengan beberapa ratus
pasukan yang setia. Karena raja Mengwi tidak berada di Puri,
pemimpin-pemimpin daerah lain dibawah kekuasaan mengwi memilih
untuk diam menunggu situasi tanpa berniat mengirim pasukan bantuan
untuk Raja Muda Mengwi yang bertahan di istana. Raja Mengwi yang
mendengar bahwa Putra Mahkota terancam oleh pasukan gabungan
yang dipimpin oleh I Gusti Agung Gede Kamasan, segera meninggalkan
Blambangan dan kembali ke Mengwi. Sesampai di Mengwi, raja
seakan-akan tidak tahu bahwa saudaranya mengepung istana, justru raja
membawa oleh-oleh sangat banyak dari Blambangan yang dikirim oleh
utusan untuk I Gusti Agung Gede Kamasan. Mendapat perlakuan seperti
itu membuat I Gusti Agung Gede Kamasan mwngurungkan niatnya
menyerang istana dan lebih memilih untuk meninggalkan Mengwi dan
meminta perlindungan kepada I Gusti Ngurah Gede Putu Mambal,
penguasa Mambal pada saat itu. Beberapa kali utusan dari Raja Mengwi
menghadap ke Mambal membawa pesan raja kepada I Gusti Agung
Gede Kamasan, untuk kembali ke Mengwi, tidak diceritakan tentang
kisah para utusan tersebut.

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


44
VI.3. Pertalian Persaudaraan dengan Dinasti Kamasan, Giriya
Mambal dan Bandesa Gerih.
Karena merasa dirinya terancam, I Gusti Agung Gede Kamasan
meminta ijin kepada I Gusti Ngurah Putu Mambal untuk meninggalkan
wilayah Mambal. I Gusti Ngurah Putu Mambal menyetujui rencana dari
I Gusti Made Kamasan, dengan segera beliau menyiapkan pasukan
pilihan sebanyak 600 orang, juga para ksatria Mambal yang lain sebagai
pemimpin pasukan, seperti: I Gusti Pacung Cawu, I Gusti Undisan, I
Gusti Sibetan, I Gusti Bon Dalem, I Gusti Basang Tamyang, I Dewa
Gede Karang dan juga Ida Pedanda Magelung, semua ikut serta dalam
pelarian I Gusti Made Kamasan, sebelum berangkat sempat beliau
dengan tergesa gesa berucap:
"Dipastikan akan dihancurkan Desa Mambal ini oleh pasukan
Kerajaan Mengwi, mari kalian semua bersiap-siap untuk
meninggalkan Mambal".
Semua pengikut beliau menyatakan kesetiaan mereka untuk mengiringi
junjungannya meninggalkan Mambal.
Kembali kami ceritakan setelah rombongan I Gusti Agung Gede
Kamasan meninggalkan Mambal menuju Desa Panji di wilayah
Buleleng diiringi oleh pasukan dan para ksatria seperti: I Gusti Ngurah
Putu Mambal, I Gusti Ngurah Made Mambal, I Dewa Gede Karang juga
Ida Pedanda Magelung.
Rombongan itu juga disertai oleh Gusti Pacung Cawu, Gusti Sibetan,
Gusti Undisan, Gusti Bon Dalem, Gusti Basang Tamiang dan I Gusti
Suda. Sementara itu I Gusti Ngurah Gede Gerih ikut serta meninggalkan
Mambal tetapi tidak bersama-sama ke Desa Panji, melainkan menuju
Desa Sibang Kaler turut serta putranya dua orang
1.I Gusti Ngurah Gede Lanang
2.I Gusti Ngurah Made Tegal.
I Gusti Ngurah Gede Lanang meninggalkan Mambal dan memutuskan
untuk tinggal menetap di Sibang Kaler setelah membangun puri Lanang,
sementara itu I Gusti Ngurah Made Tegal tidak ikut serta tinggal di
Sibang, melainkan menuju desa Buagan wilayah Pemecutan. Menurut
Henk Schulte Nordholt nama Sibang sudah dikenal pada sekitar tahun
1680, nama desa ini diberikan pada budak Sayban atau Sibang, untuk
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
45
mengidentifikasi berdasarkan tempat asal (Daghregister. 1680.652-6).
Pendeta Brahmana yang ikut dalam pengungsian ini berasal dari
keluarga Manuaba dari Giriya Lelangon (Heyting 1925a).
Sekian lamanya beliau menetap di Sibang Kaler, semakin maju daerah
Sibang kemudian, sampai akhirnya beliau mampu membangun sebuah
puri dengan nama Puri Lanang. I Gusti Ngurah Gede Lanang mengambil
istri dari Bindu bernama Gusti Luh Bengkel, menurunkan 2 orang putra
laki-laki, masing masing bernama:
1.I Gusti Ngurah Gede Bengkel,
2.I Gusti Ngurah Wayahan Meranggi.
I Gusti Ngurah Gede Bengkel beristri 2 orang, menurunkan 3 orang
putra, dua laki-laki dan seorang perempuan, yang tertua bernama:
1.I Gusti Ngurah Gede Dangin,
2.I Gusti Ngurah Ketut Bengkel
I Gusti Ngurah Wayahan Meranggi mengambil istri juga 2 kali,
menurunkan 4 orang putra, yang ketiganya laki-laki, masing-masing
bernama:
1. I Gusti Ngurah Putu Meranggi menetap di Jero Meranggi.
2. I Gusti Ngurah Wayahan Gede,
3. I Gusti Ngurah Nyoman Songkrong
yang tinggal menetap di Jero Bekul bersama dengan ayahnya, sementara
adiknya yang bungsu bernama:
4. I Gusti Ngurah Ketut Rai menetap di Jero Anyar.
I Gusti Ngurah Wayahan Meranggi kembali mengambil istri di
abiansemal bernama Gusti Luh Aseman, menurunkan putra:
4. I Gusti Ngurah Wayan Aseman,
5. I Gusti Ngurah Made Aseman.
Kembali beliau mengambil istri yang bernama Jero Dangin, menurunkan
2 orang putra, laki perempuan, yang laki-laki bernama
6. I Gusti Ngurah Ketut Dangin,

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


46
7. sementara putra perempuan beliau meninggal, tidak
terceritakan lagi.
Dikisahkan I Gusti Ngurah Wayahan Gede mengambil istri,
menurunkan 2 orang putra, laki-laki dan perempuan, masing-masing
bernama:
1. I Gusti Ngurah Wayahan Gede II seperti nama ayahnya,
dan adiknya wanita bernama
2. I Gusti Ayu Kaleran diambil sebagai istri oleh I Gusti
Ngurah Made Mambal di Puri Ngurah.
Sesudah dewasa I Gusti Ngurah Nyoman Songkrong mengambil istri
menurunkan 2 orang putra, yang tertua bernama:
1. I Gusti Ngurah Putu Lenyeh
2. I Gusti Ngurah Landung membangun Jero Jasa di sebelah
utara Banjar Tengah
Dikisahkan I Gusti Ngurah Ketut Rai menurunkan seorang putra
bernama I Gusti Ngurah Matahan Gede
Ada lagi salah seorang keturunan dari I Gusti Ngurah Wayahan
Meranggi mengambil istri yang bernama Ni Luh Sempidi menurunkan 2
orang putra laki-laki, masing-masing bernama:
1. I Gusti Ngurah Rai Batan, selanjutnya menuju Nusa
Penida.
2. I Gusti Ngurah Ketut Batan.
Dikembalikan ceritanya, setelah sekian lamanya I Gusti Agung Gede
Kamasan dan I Gusti Ngurah Putu Mambal dan keluarga disertai Ida
Pedanda, diiringi pasukan bermukim di desa Panji, Buleleng, beliau
memutuskan untuk meninggalkan Desa Panji menuju arah
Tampaksiring. Perpindahan beliau kali ini diiringi oleh seluruh pasukan
dan para ksatria dan bhagawanta, hanya I Gusti Undisan, I Gusti Suda, I
Gusti Bon Dalem dan I Gusti Sebetan yang ditugaskan untuk tetap
bermukim di Panji dengan sejumlah pengikut.
Tidak berapa lama rombongan I Gusti Agung Gede Kamasan dan I
Gusti Ngurah Putu Mambal disertai Ida Pedanda bermukim di
Tampaksiring, kembali meninggalkan wilayah Tampaksiring menuju
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
47
wilayah Batuyang dan bermukim bersama para pengikut beliau semua.
Suatu ketika I Gusti Ngurah Made Mambal memohon ijin untuk
meninggalkan Batuyang mengungsi menuju Sibetan Karangasem,
membawa serta pengikut sebanyak 60 orang. I Gusti Basang Tamiang
juga memutuskan untuk meninggalkan Batuyang menuju Desa Sidemen
Karangasem, bersama putra-putra beliau yang bernama I Gusti Muncan
dan I Gusti Made Meneng, sedangkan I Dewa Gede Karang masih
tinggal di Batuyang.
VI.4. Batuyang, Pemecutan, Ubung, Sibang.
Sekarang dikisahkan I Gusti Agung Gede Kamasan bersama I Gusti
Ngurah Gede Putu Mambal juga Ida Pedanda Magelung meninggalkan
Batuyang menuju Pemecutan. Perjalanan ini diiringi oleh I Gusti Pacung
Cawu, selanjutnya beliau semua mengabdi kepada Raja Pemecutan.
Sekian lama tinggal menetap di Pemecutan, I Gusti Ngurah Gede Putu
Mambal mengambil istri, keluarga dari Raja Pemecutan bernama I Gusti
Ayu Pemecutan. Raja Mengwi I Gusti Agung Made Alangkajeng yang
memerintah Mengwi tahun 1722 hingga tahun 1740 mengirim beberapa
kali utusan ke Pemecutan untuk menemui I Gusti Agung Gede Kamasan
untuk membujuk beliau pulang kembali ke Sibang dan berpuri di Sibang
tanpa gangguan dari Mengwi. Tetapi ajakan itu ditolak oleh I Gusti
Agung Gede Kamasan yang lebih memilih pulang sebagai pejuang
dengan menaklukan kembali wilayah yang ingin beliau kuasai, bukan
mendiami suatu wilayah karena hadiah raja yang berbelas kasih
kepadanya.
Pada tahun 1740 raja Mengwi I Gusti Agung Made Alangkajeng
mangkat, mulailah terjadi huru hara di istana Mengwi. I Gusti Agung
Putu Mayun dan I Gusti Agung Made Munggu memerintah di Mengwi
secara bersama-sama, sementara putra dari raja I Gusti Agung Made
Alangkajeng yang bernama I Gusti Agung Made Agung meninggalkan
Mengwi membangun puri di Kapal. Penguasa Puri Bun membangkang,
juga penguasa Puri Abiansemal, itu sebabnya kemudian kedua puri ini
dihancurkan oleh dinasti Mengwi. Dikisahkan sekarang, terjadi
persengketaan antara Raja Pemecutan dan Raja Mengwi, I Gusti
Ngurah Gede Putu Mambal dan I Gusti Agung Gede Kamasan
dianugerahi wilayah tempat tinggal oleh Raja Pemecutan di wilayah
Ubung, selanjutnya I Gusti Ngurah Gede Putu Mambal, I Gusti Agung
Gede Kamasan dan Ida Pedanda Magelung serta I Gusti Pacung Cawu
bermukim. Di Ubung I Gusti Agung Gede Kamasan dan I Gusti Ngurah
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
48
Putu Mambal membuat kesepakatan bersaudara, mengikat rasa, suka
sama suka, kalau duka yang lainnya juga merasakan duka sampai
dengan keturunannya kemudian. Apabila ada diantara mereka yang
kemudian berhianat terhadap kesepakatan, agar terkena celaka dan
hancur karena kekuatan samudera. Seperti itulah kesepakatan I Gusti
Agung Gede Kamasan dan I Gusti Ngurah Putu Mambal disaksikan oleh
Ida Pedanda Magelung di pinggir Ulakan, sehingga kemudian tempat itu
dinamakan Ulakan Tantu. Semua kesepakatan itu selanjutnya menjadi
bhisama yang turun temurun hingga kemudian. Dihentikan dahulu
ceritanya.
Sekian lama beliau semua berpuri dan bergiriya di Ubung, I Gusti
Ngurah Gede Putu Mambal dan Ida Pedanda Magelung membangun
Perhyangan Ida Bhatari Rambut Siwi dan Bhatari Sang Hyang di Pulaki,
sebagai tempat pemujaan I Gusti Ngurah Putu Mambal. Karena bakti
dan teguh menjalankan kewajiban tapa brata yoga semadi I Gusti
Ngurah Putu Mambal mendapat anugrah"Aksara Pangicalan Sekanan
Makewehin"atau hurup suci sebagai sarana menghilangkan semua aral
yang melintang dalam kehidupan. Tidak diceritakan berapa lama
kemudian, di dengar berita itu oleh I Gusti Agung Gede Kamasan, saat
beliau I Gusti Agung Gede Kamasan bertikai dengan penguasa diutara
desa Ubung, I Gusti Ngurah Putu Mambal membantu penyerangan
saudaranya dengan membuat layangan sakti. Setelah diupacara oleh I
Gusti Ngurah Putu Mambal dan Ida Pedanda Magelung, segera layangan
sakti tersebut diterbangkan ke angkasa di utara desa Ubung. Konon
setiap orang yang dilintasi oleh layangan menjadi takluk kepada I Gusti
Agung Gede Kamasan. Para pengikut Puri Penarungan dan Puri Kapal
memperoleh irigasi dari bendungan di sungai Penet untuk mengairi
wilayah pertanian mereka, sementara para pengikut Puri Sibang
mendapat aliran air dari dam di sungai Ayung untuk mengairi wilayah
pertanian dari para pengikutnya. Diceritakan kini ada seorang pemuka
masyarakat yang memimpin desa Sibang Kaler bernama Ki Bendesa
Karang yang tidak mau tunduk kepada I Gusti Agung Gede Kamasan
yang berniat menaklukkan desa Sibang Kaler. Ki Bandesa Karang
mengumpulkan semua pengikutnya untuk berperang menghadapi
pasukan I Gusti Agung Gede Kamasan dan I Gusti Ngurah Gede Putu
Mambal secara ksatria. Tidak diceritakan bagaimana serunya
pertempuran yang terjadi di pinggir Sungai Ayung bagian barat Desa
Sibang Kaler, tewas Ki Bandesa Karang pada tahun Saka Surya Sanga
Kawahan Bumi atau diperkirakan pada tahun 1791 Masehi, pada masa
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
49
pemerintahan I Gusti Agung Putu Agung di Mengwi yang merupakan
putra dari I Gusti Agung Made Munggu. Seluruh pasukan Ki Bandesa
Karang yang masih hidup memutuskan untuk lari menyelamatkan diri
tercerai berai, tidak tentu arah, dan tidak diceritakan kembali.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama Sibang Kaler berhasil dikuasai
oleh I Gusti Agung Gede Kamasan dan I Gusti Ngurah Putu Mambal. I
Gusti Agung Gede Kamasan membangun Puri di Serijati, sementara I
Gusti Ngurah Putu Mambal membangun puri di Saberan Rakta Utara
atau Sibang Kaleran diberi nama Puri Ngurah. Ida Pedanda Magelung
membangun Giriya di Lelangon. Sedangkan Gusti Pacung Cawu
diperintahkan oleh I Gusti Ngurah Gede Putu Mambal menetap di
Ubung. Juga putra beliau yang bernamaI Gusti Mambal Cawu,
dianugerahkan tempat oleh I Gusti Ngurah Putu Mambal selayaknya
seorang wesiya, dalam prosesi kematian maupun dalam kehidupan
sehari-hari. Anugerah ini diberikan karena memang beliau berasal dari
wangsa Wesya Majapahit keturunan tiga bersaudara atau Tiga Sanak
(Pasemeton Tiga) yang mengiringi Ksatrya dari Kepakisan saat menjadi
Adipati Bali dahulu. Tidak dicertakan lebih jauh tentang I Gusti Pacung
Cawu yang menetap di Ubung beserta keluarganya.
Dikisahkan I Gusti Ngurah Putu Mambal yang membangun Puri Ngurah
sempat beliau membangun Kreteg atau Setu disebelah selatan dari Puri
Serijati untuk akses jalan dan akses irigasi penduduk. Beliau I Gusti
Ngurah Putu Mambal berputra seorang, bernama:
1. I Gusti Ngurah Gede Mambal
sama dengan nama kakek beliau. I Gusti Ngurah Putu Mambal setelah
berusia lanjut melaksanakan Dharma Kadwijatian atau Mapodgala
mohon anugrah kepada Ida Pedanda Magelung. Oleh Sang Nabe diberi
gelar Kawikon I Gusti Ngurah Rsi Mambal sampai beliau mangkat
karena usia lanjut. Dihentikan ceritanya. Diceritakan kemudian I Gusti
Ngurah Gede Mambal mengambil istri yang merupakan putri dari I
Gusti Gede Lambing, menurunkan 6 putra masing-masing bernama:
1. Ida Dewata Dipada berpuri di Puri Ngurah, dengan
Bhagawanta bernama Ida Pedanda Nyoman Gelgel
2. I Gusti Ngurah Lanang berpuri di Puri Kaleran
3. I Gusti Ngurah Rai berpuri di Puri Kanginan
4. I Gusti Ngurah Puaji beribu Jero Poh Tegeh

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


50
setelah cukup umur melaksanakan Dharma Kadwijatian atau Mapodgala
mohon anugrah kepada Ida Pedanda Gede Buruan, oleh Nabe diberi
gelar Kawikon sebagai I Gusti Ngurah Rsi Mambal
Ida Dewata Dipada ngambil putri I Gusti Gede Meranggi sebagai istri
berputra laki perempuan bernama:
1. I Gusti Ngurah Made Mambal
2. I Gusti Ayu Rai berpuri di Puri Kanginan.
I Gusti Ngurah Made Mambal menikahi I Gusti Luh Lambing berputra I
Gusti diambil sebagai istri oleh I Gusti Ngurah Anom saking Puri
Kanginan. I Gusti Ngurah Anom berputra 3, yang laki bernama I Gusti
Ngurah Made Mambal, kemudian dikenal dengan nama Bhatara Dewata
ring Naga

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


51

I Gusti Ngurah Made Mambal yang berpuri di Puri Ngurah mengambil


istri yang merupakan putri dari I Gusti Ngurah Wayan Gede di Jero
Bekul yang bernama I Gusti Luh Kaleran, berputra 4. Putra Laki-laki
beliau bernama
1. I Gusti Ngurah Raka,
2. I Gusti Ngurah Made Oka yang mengambil istri dari Puri
Kaleran,
3. I Gusti Ngurah Anom yang meninggal semasih belia.
Sekian waktu lamanya kembali beliau mengambil istri dari luar wangsa
berputra:
1. I Gusti Ngurah Alit
2. I Gusti Ayu Putu Ngurah.
Sementara Putra dari Ida Bhatara mantuk ring Naga yang beribu dari
Pasek Sibang laki dan perempuan, masing-masing bernama:
1. I Gusti Gede Alit mengambil saudara sepupunya dari Banjar
Lambing sebagai istri menurunkan 5 orang putra laki-laki dan
perempuan.
2. I Gusti Ngurah Made mengambil putri dari I Gusti Agung
Gede Kamasan sebagai istri,
3. I Gusti Ngurah Nyoman
mengambil istri 2 kali di Banjar Lambing berputra 5 orang, laki dan
perempuan.

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


52
1. I Gusti Ngurah Putu dan
2. I Gusti Ngurah Made Tangkeng membangun puri di Puri
Kanginan.
Dikisahkan I Gusti Ngurah Raka mengambil putri dari I Gusti Ngurah
Bija dari Banjar Bantas sebagai istri, setelah sekian lama beliau
menjalankan dharma Kepandithan atau Mapodgala memohon anugrah
nabhe di Klungkung kepada Ida Pedanda Gede Ketut Pidada. Beliau
berputra 5 orang, dari I Gusti Luh Made Raka, yang merupakan putri
dari I Gusti Ngurah Ketut Bija menurunkan:
1. I Gusti Ngurah Mayun,
juga dari istrinya I Gusti Ngurah Made Oka menurunkan seorang putri.
Dahulu I Gusti Ngurah Raka mengambil sepupunya dari Puri Kaleran
menurunkan seorang putri. Ada lagi istri beliau dari wangsa Bendesa
menurunkan putra laki-laki bernama
2. I Gusti Ngurah Anom berpuri di Puri Kaleran.
Ada lagi istri beliau dari wangsa Pasek, menurunkan putri 2 orang,
diambil sebagai istri ke Taman Punggul bernama I Gusti Ayu Berati,
yangdiambil sebagai istri ke Puri Anyar Sibang Gede bernama I Gusti
Ayu Punya, yang diambil sebagai istri ke Giriya Pidada Klungkung
bernama I Gusti Ayu Kerti.
Diceritakan dahulu ada yang bernama I Gusti Ayu Mambal yang
diambil istri oleh I Gusti Made Kamasan menurunkan putra 2 orang
laki-laki bernama:
1. I Gusti Agung Gede Mambal meninggal semasih muda,
2. I Gusti Agung Gede Lebah
yang kemudian menurunkan para ksatria di Puri Kapal Kanginan dan di
Jero Tambangan Dewalang juga yang lain-lainnya.
Dikisahkan menjelang Kaliyuga disebut oleh para sastrawan, terjadi
perseteruan antara I Gusti Made Kamasan dengan I Gusti Ngurah Raka
hingga hancur diserang Desa Sibang Kaler. I Gusti Ngurah Raka
mengungsi dari Sibang menuju Puri I Gusti Ngurah Dawuh yang
merupakan menantu beliau di Taman Punggul bersama para saudara,
istri dan putra putri. Tidak diceritakan berapa lama beliau di Taman
Punggul, sampai akhirnya kembali beliau dan rombongan meninggalkan
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
53
Taman Punggul menuju Klungkung, hampir selama 4 tahun beliau
tinggal di Klungkung.
Diceritakan terjadi perseteruan I Gusti Agung, raja Mengwi dengan Ida
Dalem Klungkung. I Gusti Ngurah Raka diminta untuk kembali ke
Sibang beserta dengan istri dan para putra beliau semua. Tidak
diceritakan sepanjang perjalanan beliau dari Klungkung ke Sibang,
dikisahkan sampai di Sibang, terjadi kesalah pahaman antara I Gusti
Ngurah Raka dengan I Gusti Made Kamasan dan I Gusti Agung raja
Mengwi, menyebabkan gugurnya I Gusti Ngurah Raka pada saat terjadi
pertempuran sengit di wilayah Anggabaya. Tidak diceritakan
pertempuran yang menyebabkan I Gusti Ngurah Raka gugur.
Kini diceritakan setelah berhasil dikalahkan I Gusti Agung di Mengwi
oleh raja Badung, I Gusti Ngurah Mayun membangun Puri di Sibang
Kaler dinamai Puri Ngurah. I Gusti Ngurah Anom berpuri di Puri
Lanang.
I Gusti Ngurah Mayun mengambil sepupunya sebagai istri di Puri
Lanang putri dari I Gusti Ngurah Made Oka bernama I Gusti Ayu Made.
I Gusti Ngurah Anom mengambil istri putri dari I Dewa Gede Rai
Sukawati bernama I Dewa Ayu Rai. I Gusti Ngurah Mayun berputra I
Gusti Ayu Raka mengambil suami ke Puri Angantaka, keturunan dari I
Gusti Ngurah Jelantik yang bernama I Gusti Ngurah Oka yang sampai
meninggalnya tidak menurunkan putra. I Gusti Ngurah Mayun sesudah
menjalankan Puja Ksatrya Wangsa bergelar I Gusti Ngurah Mayun
Mambal. tidak diceritakan kisah beliau lebih lanjut.
Sekarang kembali diceritakan tentang I Gusti Ngurah Mayun Mambal
ada putri beliau yang bernama
1. I Gusti Ayu Raka,
2. I Gusti Bagus Ngurah diangkat putra oleh Ida Pedanda
Nyoman Buruan.
3. I Gusti Ngurah Gede Rai diangkat putra oleh I Gusti Ngurah
Anom di Puri Lanang, keduanya sama-sama menurunkan Perti
Sentana.
Beliau yang kemudian menjadi pewaris utama di Puri Lanang,
mempunyai 2 orang istri, masing-masing: I Gusti Ayu Sasih dari Puri

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


54
Kawan Banjar Lambing, dan I Gusti Ayu Nadi dari Jero
Anyar,keduanya menurunkan putra dan putri. Masing-masing bernama:
1. I Gusti Ngurah Lanang,
2. I Gusti Ngurah Putra (meninggal muda),
3. I Gusti Ngurah Alit Bali Putra,
4. I Gusti Ayu Seriyani,
5. I Gusti Ngurah Mambal Asak diangkat putra oleh I Gusti
Ngurah Bagus Puja dijadikan saudara dengan I Gusti Ngurah
Agung Watusila di Puri Ngurah.
Ada adiknya dari lain Ibu bernama
6. I Gusti Ngurah Gede Oka Ardana,
7. I Gusti Ayu Mas Suwati Ardani,
8. I Gusti Ngurah Gede Raka Weda,
9. I Gusti Ngurah Gede Putra Ardana,
10. I Gusti Ayu Mas Rai Susilawati.
Adik dari I Gusti Ngurah Gede Rai yang bernama I Gusti Ayu Ngurah
diambil istri oleh Brahmana dari Giriya Lelangon, bernama Ida Bagus
Aji Ratih, semua pada menurunkan sentana. I Gusti Ngurah Bagus Puja
yang diceritakan di depan mengambil istri dari wangsa Brahmana,
bernama Ida Ayu Made Ngurah, menurunkan putra laki dan perempuan,
masing-masing bernama:
1. I Gusti Ayu Ratnadi diambil istri oleh I Gusti Ngurah Cakra
Tenaya dari Puri Kelodan Angantaka yang merupakan keturunan
Jelantik.
2. Adiknya perempuan diambil istri oleh Anak Agung Bagus di
Puri Dalem Mengwi.
Ada saudaranya yang lahir dari ibu wangsa kebanyakan bernama:
1. I Gusti Ayu Berangti, setelah dewasa diambil istri oleh I Gusti
Agung Gede Rai Ordiya di Puri Kanginan Sibang Gede,

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


55
I Gusti Ngurah Agung Watusila mengambil istri Jero Nyoman
Kesumawati menurunkan putra wanita 2 orang. I Gusti Ngurah Agung
Watusila kembali mengambil istri putri dari I Gusti Agung Putu Oka
dari Puri Kanginan yang bernama I Gusti Ayu Mas, menurunkan putra
laki-laki dan perempuan. I Gusti Ngurah Lanang mengambil istri
keturunan dari keluarga I Gusti Alit Pemecutan menurunkan putra laki-
laki dan perempuan.
Dikembalikan ceritanya I Gusti Ngurah Wayahan Gede II mengambil
istri, berputra:
1. I Gusti Ngurah Putu Rengen,
2. I Gusti Ayu Jambi (Pegat Sumbah),
3. I Gusti Ayu Raja, diangkat anak oleh I Gusti Ngurah Bongkos
di Jero Anyar.
I Gusti Ngurah Putu Lenyeh mengambil istri menurunkan putra dan
putri, masing masing bernama:
1. I Gusti Ngurah Putu Angkik,
2. I Gusti Ayu Putu Suwet.
I Gusti Ngurah Bongkos ke Jero Anyar, I Gusti Ayu Suwet diambil istri
ke Jero Pinatih.
Dikembalikan ceritanya I Gusti Ngurah Putu Rengen mengambil istri
bernama Jero Samping, menurunkan putra
1. I Gusti Ngurah Putu Jenar yang juga kemudian tinggal di Jero
Anyar. Hentikan dahulu ceritanya.
Dikisahkan kini I Gusti Ngurah Putu Angkik sesudah dewasa
mengambil istri bernama I Gusti Ayu Rai dari Jero Kawan Banjar
Lambing menurunkan 2 putri, masing-masing bernama:
1. I Gusti Ayu Gedong yang kemudian menikah ke Jero Bun,
2. I Gusti Ayu Ceprok menikah ke Jero Pohaji.
Kembali I Gusti Ngurah Putu Angkik mengambil istri dari bekas istri
dari Jero Kawan Banjar Lambing yang bernama Jero Taman,
menurunkan putra laki-laki seorang, bernama

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


56
3. I Gusti Ngurah Made Gerong, yang kemudian diangkat anak
oleh I Gusti Ayu Rai. Dihentikan dahulu ceritanya.
Diceritakan kini I Gusti Ngurah Wayan Aseman mengambil istri dan
menurunkan 2 orang putra laki-laki, masing-masing bernama:
1. I Gusti Ngurah Putu Seraka tinggal di Jero Bekul Saren
Kangin
2. I Gusti Ngurah Ketut Batan II yang mengambil istri berputra I
Gusti Ngurah Putu Liklik. I Gusti Ngurah Putu Liklik mengambil
istri berputra 3 laki-laki dan perempuan, masing-masing
bernama, I Gusti Ngurah Made Lengoh, I Gusti Ayu Leging
(Sudah meninggal) dan I Gusti Ayu Legit yang menikah ke
Giriya Jaksa.
I Gusti Ngurah Lengoh setelah dewasa kemudian meninggalkan puri
mengungsi ke Kuta bersama Brahmana dari Giriya Pada Mambal.
Kembali kini diceritakan I Gusti Ngurah Putu Landung mengambil istri
menurunkan 3 orang putra laki-laki dan perempaun, masing-masing
bernama:
1. I Gusti Ayu Sibuh,
2. I Gusti Ngurah Rai dan
3. I Gusti Ayu Ceblong, menikah dengan I Gusti Ngurah Made
Gerong di Jero Bekul.
I Gusti Ayu Sibuh diangkat anak oleh saudaranya di Jero Meranggi
dijadikan suami istri dengan I Gusti Ngurah Made Kaler dari Jero
Macang Karangasem. Menurunkan 2 orang putri, masing-masing
bernama
1. I Gusti Ayu Karang
2. I Gusti Ayu Simpreg.
Sekian lama waktu berlalu, I Gusti Ngurah Made Kaler pergi
meninggalkan Jero Meranggi, kembali ke Jero Macang Karangasem
berikut kedua putrinya. Dihentikan dahulu ceritanya.
Kembali diceritakan beliau yang lahir dari Jero Poh Tegeh bernama I
Gusti Ngurah Puaji, setelah beliau dewasa mengambil istri dari Jero Bun

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


57
Pinatih bernama Gusti Ayu Made Rai, menurunkan 9 orang putra laki-
laki dan perempuan, masing-masing bernama:
1. I Gusti Ngurah Putu Tilem
2. Gusti Ayu Nama
3. I Gusti Ngurah Gede (meninggal muda)
4. I Gusti Ngurah Ketut Jil
5. Gusti Ayu Limbur (diambil istri ke Jero Meranggi)
6. Gusti Ayu Nik (sudah meninggal)
7. I Gusti Ngurah Gentuh
8. I Gusti Ngurah Tuger
9. Gusti Ayu Lembut
Kini dikisahkan I Gusti Ngurah Tilem setelah dewasa mengambil istri
dari Jero Bekul,putri dari I Gusti Ngurah Angkik yang bernama Gusti
Ayu Ceprok, tidak menurunkan putra, sehingga mengangkat putra yang
sebelumnya merupakan putra dari I Gusti Ngurah Gerong di Jero Bekul
bernama
1. Gusti Ayu Made Kupeg.
Kembali diceritakan I Gusti Ngurah Gentuh sesudah dewasa mengambil
istri di Jero Bun Pinatih bernama Gusti Ayu Oka.Menurunkan seorang
putra, tetapi meninggal saat masih bayi, selanjutnya I Gusti Ngurah
Gentuh mengangkat sentana dari putra I Gusti Ngurah Pegog, di Jero
Bun Pinatih yang bernama I Gusti Ngurah Darma.
I Gusti Ngurah Tuger sekarang dikisahkan, setelah menginjak usia
dewasa mengambil istri bernama: Gusti Ayu Wati dari Jero Macang
Karangasem tetapi tidak menurunkan putra. Dihentikan dahulu
kisahnya.
Kembali diceritakan I Gusti Ngurah Darma setelah dewasa mengambil
istri dari orang kebanyakan (lamak) bernama Jero Cinaga yang berasal
dari Banjar Kelandis, Badung, menurunkan 2 orang putra laki-laki dan
perempuan, masing-masing bernama:
1. I Gusti Ngurah Eka Darmadi,

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


58
2. I Gusti Ayu Damayanti. Dihentikan dahulu ceritanya.
Dikisahkan sekarang I Gusti Ngurah Made Gerong di Jero Bekul
mengambil istri bernama I Gusti Ayu Ceblong, yang merupakan putri
dari I Gusti Ngurah Putu Landung di Jero Jasa. Menurunkan putra laki-
laki dan perempuan sebanyak 6 orang, masing-masing bernama:
1. I Gusti Ayu Loji diambil istri ke Jero si Kangin oleh I Gusti
Ngurah Tegeg,
2. I Gusti Ngurah Loteng,
3. I Gusti Ngurah Kantor,
4. I Gusti Ayu Meja diambil istri ke Jero Bun,
5. I Gusti Ayu Korsi diambil istri oleh keturunan dari sentanan I
Gusti Salit Pemecutan,
6. I Gusti Ayu Kupeg diambil istri ke Jero Anyar. Hentikan
dahulu kisahnya.
I Gusti Ngurah Loteng di Jero Bekul kini dikisahkan, setelah dewasa
mengambil istri di Jero Kanginan Banjar Lambing, bernama I Gusti Ayu
Danti yang merupakan putri dari I Gusti Ngurah Lambing, menurunkan
3 orang putra semuanya laki-laki, masing-masing bernama:
1. I Gusti Ngurah Ada (sudah meninggal)
2. I Gusti Ngurah Wija
3. I Gusti Ngurah Budha (meninggal saat berusia 14 tahun).
Dihentikan dahulu kisahnya.
Dikisahkan kini I Gusti Ngurah Kantor di Jero Bekul Saren Kauh
mengambil istri dari Jero Kanginan Banjar Lambing yang bernama I
Gusti Ayu Toya, putri dari I Gusti Ngurah Lambing. Menurunkan 7
orang putra laki-laki dan perempuan, masing-masing bernama:
1. I Gusti Ayu Otel (sudah diambil istri)
2. I Gusti Ayu Gotri diambil istri ke Jero Anyar,
3. I Gusti Ngurah Dos,
4. I Gusti Ngurah Oka Yadnya,

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


59
5. I Gusti Ngurah Sarbi,
6. I Gusti Ngurah Pernawa,
7. I Gusti Ayu Suartini Dihentikan dahulu kisahnya.
Kembali dikisahkan I Gusti Ngurah Wayan Bongkos di Jero Anyar
mengambil istri bernama I Gusti Ayu Lemo, saudara dari I Gusti Ayu
Juwuk di Puri Lanang, tetapi tidak menurunkan putra. I Gusti Ngurah
Wayan Bongkos selanjutnya mengangkat putra dari putra I Gusti
Ngurah Wayahan Gede II di Jero Bekul yang bernama I Gusti Ayu Raja.
Setelah dewasa diambilkan suami yang bernama I Gusti Ngurah Ketut
Kaler, menurunkan putra yang bernama:
1. I Gusti Ngurah Sepug,
2. I Gusti Ngurah Gejen,
3. I Gusti Ayu Rarit (diambil istri ke Puri Lanang)
4. I Gusti Ngurah Gede,
6. I Gusti Ngurah Alit,
7. I Gusti Ayu Renteb,
8. I Gusti Ayu Rame keambil (diambil istri ke Giriya Susuk timur
jalan)
9. I Gusti Ngurah Kubuk,
10. I Gusti Ayu Nadi (diambil istri ke Puri Lanang)
11. I Gusti Ayu Ngepil (diambil istri ke Jero Kanginan Banjar
Lambing).
Dikisahkan sekarang I Gusti Ngurah Wija mengambil 2 orang istri
masing-masing menurunkan putra. Istri pertama menurunkan 2 orang
putra perempuan, masing-masing bernama:
1. I Gusti Ayu Puriani,
2. I Gusti Ayu Purniati (diambil istri ke Jero Bun).
Istri kedua beliau bernama Jero Puspa yang merupakan keturunan dari
wangsa Pasek Bali Karang menurunkan putra 4 orang, laki-laki, masing-
masing bernama:

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


60
1. I Gusti Ngurah Gede Wijana (Diangkat putra ke Jero Anyar)
2. I Gusti Ngurah Rai Wiratha (Diangkat putra oleh sepupunya)
3. I Gusti Ngurah Wiratma juga diangkat putra
4. I Gusti Ngurah Alit Wardana juga diangkat putra Dihentikan
dahulu ceritanya.
Dikisahkan sekarang I Gusti Ngurah Dos mengambil istri dari Jero Jasa
bernama I Gusti Ayu Raka, menurunkan 3 orang putra, masing-masing
bernama:
1. I Gusti Ngurah Budi Adnyana,
2. I Gusti Ngurah Sudana Putra,
3. I Gusti Ayu Sukerni.
I Gusti Ngurah Oka Yadnya mengambil istri dari Puri Ubud bernama
Cokorda Istri Anom, menurunkan putra 4 orang, masing-masing
bernama:
1. I Gusti Ngurah Agung,
2. I Gusti Ngurah Ayu Agung Kusumawati,
3. I Gusti Ayu Agung Sriyani,
4. I Gusti Ngurah Agung Bagus.
I Gusti Ngurah Sarbi mengambil istri bernama I Gusti Ayu Soka dari
Jero Kaja Kauh, menurunkan putra, masing-masing bernama:
1. I Gusti Ayu Sri Asih,
2. I Gusti Ngurah Putra,
3. I Gusti Ngurah Alit,
4. I Gusti Ngurah Anom, Dihentikan dahulu kisahnya.
I Gusti Ngurah Pernawa mengambil istri dari Jero Pinatih bernama I
Gusti Ayu Astika, menurunkan putra masing-masing bernama:
1. I Gusti Ayu Purjuniatni,
2. I Gusti Ngurah Mabri Yuda, Dihentikan dahulu kisahnya.

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


61
Kini dikisahkan I Gusti Ngurah Jenar mengambil istri dari Jero Jasa
bernama I Gusti Ayu Beruk, tetapi tidak menurunkan putra, sehingga
beliau mengambil istri lagi dari Jero Macang Karangasem yang bernama
I Gusti Ayu Raka. Dari istri kedua beliau menurunkan seorang putra
laki-laki bernama
1. I Gusti Ngurah Sengkuran,
berapa lama kemudian I Gusti Ngurah Jenar kembali mengambil istri
dari Jero Meranggi bernama I Gusti Ayu Gatra, tetapi tidak menurunkan
putra.
Sementara itu I Gusti Ngurah Sepug yang pergi meninggalkan Jero
Anyar membangun Jero di Susuk wilayah Banjar Sangging. I Gusti
Ngurah Sepug mengambil istri bernama I Gusti Ayu Supleg,
menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama:
1. I Gusti Ngurah Oka,
2. I Gusti Ngurah Puglur,
3.I Gusti Ngurah Suardana.
I Gusti Ngurah Gede di Jero Anyar mengambil istri dari Jero Bekul
bernama I Gusti Ayu Kupeg, menurunkan putra 2 orang, yang sulung
meninggal semasih bayi, sementara adiknya bernama I Gusti Gede
Namia. I Gusti Ngurah Alit mengambil istri dari wangsa Pasek Gelgel
bernama Jero Pasek, tetapi tidak menurunkan putra.
I Gusti Ngurah Kubuk mengambil istri dari Jero Bekul yang merupakan
putri dari I Gusti Ngurah Kantor bernama I Gusti Ayu Gotri, karena
tidak menurunkan putra, kemudian mengangkat putra yang dahulunya
merupakan putra dari I Gusti Ngurah Wija dari Jero Bekul.
I Gusti Ngurah Gejen mengambil istri dari Jero Kanginan bernama I
Gusti Ayu Oka, menurunkan 3 orang putra, yang sulung bernama
1. I Gusti Ngurah Oka, adiknya bernama
2. I Gusti Ayu Raka diambil sebagai istri ke Jero Samuan, yang
bungsu bernama
3. I Gusti Ayu Pija diambil sebagai istri oleh keturunan dari I
Gusti Salit Pemecutan.

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


62
I Gusti Ngurah Sengkuran mengambil istri dari Jero Kanginan Banjar
Lambing bernama I Gusti Ayu Ribet menurunkan 2 orang putra, sang
kakak bernama
1. I Gusti Ngurah Nama Arnawa, adiknya bernama
2. I Gusti Ayu Ari diambil sebagai istri ke Jero Macang
Karangasem.
I Gusti Ngurah Oka mengambil istri dari putra I Gusti Salit Pemecutan,
tetapi tidak menurunkan putra, kembali I Gusti Ngurah Oka mengambil
istri dari Jero Macang Karangasem bernama I Gusti Ayu Anom,
berputra 4 orang, yang sulung bernama
1. I Gusti Ngurah Putra Danaya,
2. I Gusti Ayu Alit Sumerti,
3. I Gusti Ayu Marini,
4. I Gusti Ngurah Parwata.
I Gusti Ngurah Nama Arnawa mengambil istri bernama I Gusti Ayu
Ngurah berasal dari Banjar Lambing menurunkan 3 orang putra,
masing-masing bernama:
1. I Gusti Ngurah Adnyana Putra,
2. I Gusti Ngurah Rai Premana,
3. I Gusti Ngurah Atmaja Putra.
Dikembalikan ceritanya, I Gusti Ngurah Rai di Jero Jasa mengambil
istri, berputra laki-laki dan perempuan, yang sulung bernama:
1. I Gusti Ayu Beruk diambil sebagai istri ke Jero Anyar,
2. I Gusti Ayu Cibluk,
3. I Gusti Ngurah Nyoman Wanda,
4. I Gusti Ayu Kereg diambil sebagai istri ke Jero Kanginan
Banjar Lambing,
5. I Gusti Ngurah Made Pegeg,
6. I Gusti Ngurah Ceblok.

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


63
I Gusti Ngurah Made Pegeg mengambil istri bernama I Gusti Ayu
Dibleg menurunkan 3 orang putra, yang sulung bernama
1. I Gusti Ngurah Sudiarta,
2. I Gusti Ayu Rai sudah diambil istri keluar,
3. I Gusti Ngurah Sujana.
I Gusti Ayu Cibluk dinikahkan dengan saudara beliau dari Jero
Meranggi yang bernama I Gusti Ngurah Ketut Sangut, berputra 6 orang,
masing-masing bernama:
1. I Gusti Ngurah Kepeng,
2. I Gusti Ngurah Rai,
3. I Gusti Ngurah Kepeg,
4. I Gusti Ayu Nami diambil sebagai istri ke Jero Meranggi Saren
Kangin
5. I Gusti Ayu Raka diambil sebagai istri ke Jero Bekul,
6. I Gusti Ngurah Oka diperas sentana oleh I Gusti Made Pegeg.
I Gusti Ngurah Sudiarta mengambil istri bernama I Gusti Ayu Kerti
berputra 3 orang, putra beliau yang sulung bernama:
1. I Gusti Ayu Trisnawati,
2. I Gusti Ayu Ari Muliatini,
3. I Gusti Ngurah Purnama Diputra.
I Gusti Ngurah Kepeng mengambil istri bernama I Gusti Ayu Paten
menurunkan 8 orang putra, putra beliau yang sulung bernama:
1. I Gusti Ngurah Darma diambil sebagai istri ke Jero Meranggi,
2. I Gusti Ayu Kerti,
3. I Gusti Ngurah Arimbawa,
4. I Gusti Ayu Raka,
5. I Gusti Ngurah Wirata,
6. I Gusti Ayu Ardini,
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
64
7. I Gusti Ngurah Alit Adi Wijaya,
8. I Gusti Ayu Muratni.
I Gusti Ngurah Rai mengambil istri dari putra I Gusti Ngurah Seregog di
Saren Kauh bernama I Gusti Ayu Yasa menurunkan 3 orang putra
perempuan, masing-masing bernama:
1. I Gusti Ayu Niti sudah menikah keluar,
2. I Gusti Ayu Nadi juga sudah menikah keluar,
3. I Gusti Ayu Mariani.
I Gusti Ngurah Oka mengambil istri yang merupakan putra dari I Gusti
Ngurah Glogor di Jero Meranggi, bernama I Gusti Ayu Nik,
menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama:
1. I Gusti Ngurah Darma Putra,
2. I Gusti Ngurah Anom Atmaja.
Diceritakan kini I Gusti Ngurah Lengoh yang diceritakan sebelumnya
meninggalkan puri menuju ke wilayah Kuta, mengambil beliau istri dari
orang kebanyakan yang berasal dari Kekeran, Mengwi bernama Jero
Nesa menurunkan seorang putra, bernama I Gusti Ngurah Kompiang
Suweca.
I Gusti Ngurah Kompiang Suweca setelah dewasa mengambil istri dari
wangsa kebanyakan, bernama Jero Kandel berasal dari Banjar
Abianbase, menurunkan putra 4 orang, masing-masing bernama:
1. I Gusti Ayu Rai Nyici diambil sebagai istri dari wangsa biasa
2. I Gusti Ngurah Semadi,
3. I Gusti Ayu Suratmi,
4. I Gusti Ngurah Alit Satem,
Dihentikan sedemikian ceritanya.

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


65
BAB VII
GARIS KETURUNAN
KYAYI ANGLURAH MAMBAL SAKTI
Menurut pandangan ilmuwan Sejarah, Kuntowidjojo (2001) dalam
bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Sejarah, yang diterbitkan
Yayasan Bentang Budaya, disebutkan bahwa sejarah merupakan ilmu
yang mempunyai makna sosial yang penting bagi perkembangan dan
perubahan masyarakat. Melalui catatan sejarah dapat memotivasi
seseorang untuk berbuat lebih baik dari nenek moyangnya. Bahkan
terpenting dalam pemahaman peristiwa masa lalu, akan menggugah
kesadaran sejarah yang bersifat kolektif yaitu bentuk pengalaman
bersama sebagai ungkapan reaksi mereka kepada situasi dalam peristiwa
sosial, politik, ekonomi, kebudayaan dari masa ke masa.
Peristiwa demi peristiwa masa lalu yang disejarahkan sebagai karya para
sejarahwan yang benar-benar memiliki tanggung jawab moral atas
pencatatan dan penyebaraluasan catatan-catatan peristiwa masa lalu
yang dikemukakan atau ditulis secara apa adanya, setidaknya terbebas
dari unsur subyektivitas dan menghindari tendensi tertentu sehingga
tidak banyak mengandung bias, sehingga dapat dikatakan memiliki
kebenaran yang masih layak diuji, dinalar ulang dan tidak cenderung
tendensius alias memenuhi kepentingan sepihak. memahami sejarah
leluhur secara faktual terkait dengan kehidupan atau aktivitas kita di
masa kini. Adanya masa kini disebabkan kejadian atau peristiwa masa
lalu dan bilamana hal tersebut dipahami akan menggugah kesadaran kita
untuk berbuat lebih bijak di masa yang akan datang.
Metode pembelajaran yang masih bersifat normatif, bahkan cenderung
hanya mengenalkan angka atau tahun dimana peristiwa terjadi, belajar
menghafal dan mengetahui seseorang yang ditokohkan tanpa membahas
lebih mendalam tentang kaitan dengan situasi dan kondisi saat peristiwa
masa lalu itu berlangsung telah menjadikan kita sebagai murid atau
pembelajar hanya menerima pengetahuan sejarah secara monoton
(hanya dari sumber terbatas, hanya dari satu sudut pandang, tidak
mampu menghayati nilai-nilai yang sesungguhnya pada peristiwa masa
lalu yang didalamnya terkandung makna tersirat.
Kekeliruan dalam menanamkan fondasi akan membuahkan kekeliruan
lebih lanjut dan menjadi bangsa yang tidak mampu membijaki diri.
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
66
Sebab itu pula, betapa pentingnya fakta dalam mengungkap rentetan
peristiwa masa lalu, dan cara penyampaiannya harus melalui media yang
dapat dipercaya. Dengan mempelajari dan memahami sejarah atau
peristiwa yang berlangsung di masa lalu terutama yang berkaitan dengan
kehidupan dan aktivitas leluhur akan membuat kita lebih bijaksana
dalam bersikap dan berperilaku, ikut mengisi atau mewarnai kehidupan
yang bermakna, baik masa kini dan di masa mendatang.
Ringkasan sejarah leluhur Kyayi Anglurah Mambal Sakti yang dibangun
dengan data dari berbagai lontar tua masa lalu, prasasti, peninggalan dan
folklor dimulai kisah ini dengan masa awal sebuah peradaban di Bali,
dengan mengutip data dari Babad Pasek, karya I Gusti Sugriwa, termuat
di tahun 11 Saka, saat penduduk Bali masih belum mengenal budaya
sehingga sering terjadi pertentangan diantara mereka. Keadaan seperti
itu diungkapkan dengan narasi Bali dan Lombok selalu bergoyang
seperti perahu di tengah lautan tanpa nahkoda, kadang rapat kadang
terpisah. Pada Tahun 27 Saka Gunung Agung atau Tolangkir meletus
setelah didahului oleh hujan dan badai membuat penduduk Bali banyak
yang menjadi korban selanjutnya Bali memerlukan waktu sangat lama
untuk bisa pulih seperti sediakala. Pada tahun 31 Saka, turun Bhatara
Hyang Putrajaya berparahyangan di Besakih, bergelar Hyang
Mahadewa, Dewi Danu berparahyangan di Ulundanu Batur, Bhatara
Hyang Genijaya berparahyangan di Gunung Lempuyang.Beliau bertiga
menjadi junjungan semua penduduk Bali Hingga akhir jaman. Tahun
896 Saka kembali para murid dari Hyang Pasupati turun ke Bali
menyempurnakan semua ajaran yang sudah ada sebelumnya, sehingga
menjadi tenanglah gejolak di Pulau Bali dan Lombok. Diperkirakan oleh
para ahli sejarah bahwa yang mendiami sebagian besar pulau Bali
adalah penduduk dengan ras Austronesia yang banyak mendiami
wilayah Malaysia, Filipina dan Oseania.Mereka dalam budaya kuburnya
membuat sarkofagus, perhiasan bekal kubur dan alat-alat pertukangan
yang banyak ditemukan di wilayah Bali.
Peradaban Hindu Budha berkembang di Bali pada sekitar tahun 750
Masehi, bersamaan dengan berkembangnya kerajaan Mataram Hindu di
Jawa dengan raja bernama Maharaja Sanjaya. Keberadaan data tentang
kerajaan Mataram Hindu diperkuat oleh prasasti Mantyasih, Prasasti
Canggal, Prasasti Taji Gunung dan Prasasti Tihang. Pada kisaran tahun
858 Saka, mendaratlah di Bali seorang Rsi dari perguruan Markandheya
diiringi oleh para murid yang bertujuan utama menyebarkan faham Siwa
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
67
Budha di Bali, tetapi rupanya misi ini gagal karena tidak mendapat restu
dari penguasa Bali, sehingga pengikut Sang Rsi tercerai berai mendiami
wilayah-wilayah tepian sungai, dikenal kemudian dengan nama
penduduk Bali Mula. Dikarenakan kedatangan beliau yang pertama
gagal membawa misi Mataram ke Bali, pada awal tahun 923 kembali
mendarat seorang Rsi utama bersama para penduduk yang terdiri dari
para petani di desa Aga selanjutnya setelah berhasil membangun
perkampungan Bali, para pengikut dari Desa Aga ini dikenal dengan
nama penduduk Bali Aga. Bukti peninggalan dari ajaran Markandheya
hingga kini masih dijumpai di beberapa tempat berupa Lingga Yoni.
Masa pengenalan ajaran Markandheya ini termuat dalam lontar tua,
Bhuwana Tattwa Maha Rsi Markandheya, dikuatkan dengan buku
Sejarah Bali, Jilid I dan 2 karya Ghora Sirikan.
Anthropologist berkebangsaan Belanda, DR. R. Goris memaparkan
dengan sangat jelas babak berikutnya, yaitu babak Bali Kuno, pada masa
ini di Bali berkembang 2 dinasti yang sempat memerintah yaitu Dinasti
Warmadewa dan Dinasti Jaya. Diawali dengan pemerintahan pada
sekitar tahun 914 Masehi yang dibuktikan dengan Prasasti Blanjong
sampai dengan tahun 1343 Masehi, saat Majapahit berhasil menaklukan
Bali. Dibidang keagamaan dan kepercayaan, pada masa ini berkembang
9 sekte menurut DR.R Goris, antara lain: Siwa Sidhanta, Pasupata,
Bhairawa, Waisnawa, Bodha atau Sogata, Brahmana, Rsi, Sora atau
Surya dan Ganapatya. Sementara menurut Lontar Usana Bali, dikenal 6
sekte dengan sebutan Sad Agama, antara lain: Sambhu, Brahma, Indra,
Bayu, Wisnu dan Kala. Pengikut sekte-sekte ini selalu bertentangan satu
dengan yang lainnya, sehingga pada masa Bali Kuno, sering sekali
terjadi perang antara sekte memperebutkan wilayah atau pengikut. Pada
masa pemerintahan Gunapriya Dharma Patni dan Udayana Warmadewa
di Bali diundanglah 4 orang Brahmana suci dari Jawa untuk datang ke
Bali dengan tujuan menyebarkan berbagai ilmu pengetahuan keagamaan
kepada rakyat Bali, tahun 1000 Masehi turun Mpu Ghana, Tahun 1001
Masehi turun Mpu Kuturan dan pada tahun 1006 turun Mpu Gnijaya,
yang selanjutnya masing-masing membangun parahyangan sebagai
tempat menyebarkan ajaran suci.
Tatanan kepercayaan penganut sekte di Bali, disempurnakan oleh Mpu
Kuturan dengan mengelompokkan para pengikut sekte dalam 3 aliran,
pemuja api dikenal dengan aliran Brahma, Pemuja Air dikenal dengan
aliran Waisnawa dan pemuja ruang dikenal dengan nama aliran Iswara.
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
68
Ketiga aliran ini dikenal dengan nama Tri Murthi Paksa, yang artinya
aliran pemuja 3 kekuatan manifestasi Tuhan dalam fungsinya sebagai
Utpti, Stiti dan Prelina. Dari Tri Murti Paksa inilah yang kemudian
mewariskan 3 kahyangan utama yang dikenal dengan nama Kahyangan
Tiga, terdiri dari kahyangan Puseh, Desa dan Dalem. Diyakini pula
bahwa Desa Adat yang diwarisi hingga sekarang berasal dari tatanan Tri
Murthi Paksa yang dituangkan dalam ruang dan waktu oleh para
pemimpin desa setelah jaman pemerintahan raja suami istri Gunapriya
Dharmapatni dan Udayana Warmadewa.
Masa Bali Kuno, menurut DR.R Goris berakhir saat kerajaan Bali
ditaklukan oleh expansi Majapahit pada tahun 1343 Masehi. Bali
mengalami masa kekosongan kekuasaan hingga tahun 1352 Masehi,
selama 9 tahun pulau Bali tanpa pemerintahan yang jelas, para Arya
memerintah secara otonomi di wilayahnya masing-masing, Arya
Kenceng, salah satu putra Sang Adityawarman membangun istana di
Pucangan Buahan (Tabanan) dengan diberikan rakyat sebanyak 40.000
orang, Arya Kutawaringin berkuasa di Gelgel dan diberikan rakyat
sebanyak 5.000 orang, Arya Sentong berkuasa di Perean dan diberikan
rakyat sebanyak 10.000 orang, Arya Belog berkuasa di daerah Kaba
Kaba, Arya Delancang berkuasa di Desa Kapal, Arya Kanuruhan
berkuasa di Desa Tangkas, Arya Punta berkuasa di Desa Mambal, Arya
Jerudeh berkuasa di Desa Temukti, Arya Tumenggung berkuasa di Desa
Petemon, Arya Pamacekan berkuasa di Desa Bondalem dan Arya
Beleteng berkuasa di Desa Pacung. Ida Sri Aji Cili Ketut Soma Kresna
Kepakisan tiba di Bali sebagai Adipati Bali pertama pada tahun 1274
Masehi, beristana di Samprangan, beliau memerintah Bali dibawah
bayang-bayang kekuasaan para pemimpin Bali Kuno sebelumnya yang
masih tersisa dan menguasai wilayah-wilayah pegunungan Bali. Setelah
mangkat kekuasaan Bali dipegang oleh putra sulung beliau yang
bernama Ida Shri Dalem Ile yang memerintah dalam jangka waktu yang
sangat pendek karena dianggap tidak cakap oleh para Arya yang sepakat
kemudian mengagkat adik beliau yang bernama Shri Dewa Ketut
Ngulesir sebagai raja beristana di Gelgel. Beliau berabhiseka Shri
Dalem Ketut Smara Kepakisan dengan istana dberi nama Sweca Lingga
Arsa Pura, pada tahun 1380 Masehi. Pengganti Shri Dalem Ketut Smara
Kepakisan sebagai raja adalah putra beliau yang bernama Shri Dewa
Waturenggong dengan gelar abhiseka Shri Dalem Waturenggong Jaya
Kepakisan, pada masa pemerintahan beliau kerajaan Bali mencapai
masa kejayaanya, didukung dengan fakta bahwa kerajaan Majapahit
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
69
runtuh pada tahun 1521 Masehi, seperti yang dicatat pada catatan
sejarah dari Tiongkok, Portugis yang ditulis oleh Tome Pires dan Italia
yang ditulis oleh Pigafetta tentang keruntuhan Majapahit oleh
Kesultanan Demak.

Dipastikan oleh para peneliti sejarah Bali, bahwa pada masa


pemerintahan Shri Dalem Waturenggong Jaya Kepakisan di Gelgel, Bali
sudah menjadi negara Merdeka dan berdaulat, semenjak tahun 1521
Masehi. Penulis Mendes Pinto Fernao dari Portugis tahun 1509-1583,
dalam karyanya Peregrinacam, menceritakan banyak hal tentang masa
pemerintahan Dalem Waturenggong setelah keruntuhan Majapahit,
dikisahkan juga Ida Dang Hyang Nirartha seorang pendeta Hindu Daha
datang ke Bali pada tahun 1537 Masehi, semasa pemerintahan Dalem
Waturenggong. Tahun 1550 Masehi Dalem Waturenggong mangkat,
karena para putra beliau masih sangat muda, pemerintahan dipegang
sementara oleh I Dewa Anggungan, sampai akhirnya sang pemegang
amanat terbujuk oleh Patih Krian Batanjeruk untuk merebut kekuasaan
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
70
Gelgel. Setelah pemberontakan Dewa Anggungan dan Krian Batanjeruk
berhasil dipadamkan Ida Shri Dalem Pemayun menjadi raja, dikenal
dengan nama Dalem Bekung dari tahun 1551-1582 Masehi.
Tahun 1582 Masehi Ida Dalem Sagening diangkat menjadi raja dengan
gelar Ida Shri Dalem Anom Sagening menggantikan kedudukan kakak
beliau yang dianggap kurang cakap oleh sekalian pembesar
kerajaan.Sepanjang masa pemerintahan Dalem Anom Sagening
Kerajaan Gelgel kembali berjaya. Dalem Seganing disebut sebagai raja
dalam teks religius Usana Bali dan Rajapurana Besakih. Akan tetapi,
sebagian informasi perihal masa kekuasaannya berasal dari Babad
Dalem, sebuah kronik abad ke-18. Beliau adalah putra termuda dari
penguasa Gelgel, Dalem Waturenggong. Dalem Seganing diduga
sebagai raja Bali yang pertama kali bertemu pendatang Belanda pada
tahun 1597. Dalem Seganing dibantu oleh dua kepala menteri, Kiyayi
Agung dan Kiyayi Ler (Lor). Kiyayi Ler diduga identik dengan 'Kiljoer',
menteri tertinggi Bali pada masa kunjungan 1597. Menurut sebuah teks
Belanda, "Si Kiljoer ini, selain rajanya, menempati jabatan tertinggi di
seluruh pulau Bali, dan tidak satupun yang dapat bertemu raja di istana
kecuali atas izinnya selain si Kiljoer ini", seperti petikan naskah dari
'Balinese Babad as Historical Sources' Bijdragen tot de Taal-, Land-en
Volkenkunde 147 1991, karya H. Creese.
Dalem Sagening menurunkan putra Ida I Dewa Anom Pemayun, I Dewa
Dimade, I Dewa Ayu Randa Gowang, I Dewa Anom Dawan. Dari istri-
istri yang lain beliau menurunkan banyak putra, seperti: I Dewa Cawu, I
Dewa Blayu, I Dewa Sumerta, I Dewa Pemeregan, I Dewa Lebah, I
Dewa Sidan, I Dewa Kabetan I Dewa Pesawahan, I Dewa Kulit, I Dewa
Bedahulu, I Dewa Manggis, Kyai Barak Panji, Kyai Mambal Sakti dan
Pangeran Sukehet.
VII.1. Kyai Anglurah Mambal Sakti.
Tentang keberadaan Kyai Anglurah Mambal Sakti diceritakan dalam
berbagai naskah bahwa Ida Dalem Sagening menjamah istri Kiyayi Ler
hingga hamil dan melahirkan Kyai Mambal Sakti. Kemungkinan yang
lebih mendekati kebenaran adalah salah satu dari sekian banyak selir
dari Ida Dalem Sagening yang sudah dalam keadaan mengandung
dihadiahkan kepada Kepala Mentri

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


71

Kyai Ler agar dikawini setelah putra Dalem lahir. Hal ini merujuk pada
kekuasaan Dalem yang tanpa batas dan kelaziman hal yang dilakukan
oleh Dalem penguasa Gelgel terhadap beberapa selir beliau yang lain.
Kemungkinan hal ini terjadi saat diketahui oleh beliau bahwa dua orang
Kepala Mentri kerajaan, Kyai Agung dan Kyai Ler berbeda pendapat
dan apabila dibiarkan akan menyebabkan perpecahan diantara para
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
72
pengikut mereka dan berdampak sangat luas kepada kerajaan yang
beliau pimpin. Dengan pertimbangan penyelamatan kerajaan maka
diperintahkan kepada Kyai Ler untuk meninggalkan Gelgel menuju ke
Batu Angsut atau Mambal pada tahun 1612 Masehi, dengan hadiah
seorang selir beliau yang dalam kondisi hamil. Setelah lahir putra
tersebut diberi nama I Gusti Mambal dan diupacarai secara ksatria
utama. Selain putra anugerah Dalem, Kyai Di Ler juga menurunkan
putera, antara lain: I Gusti Panida, I Gusti Kamasan Wayahan, I Gusti
Ketut Kamasan, I Gusti Sibetan, I Gusti Sampalan, I Gusti Temesi, I
Gusti Teges, I Gusti Ubud dan I Gusti Basangkasa, sementara beberapa
putri dari beliau tidak dikisahkan dengan detail. Hubungan antara Dalem
Sagening dan I Gusti Mambal sangat baik, terbukti dengan anugerah
nama kehormatan Kyai Anglurah Mambal yang dianugrahkan Dalem
Sagening terhadap I Gusti Mambal. Tidak hanya anugrah nama, tetapi
juga anugrah pusaka, berupa keris yang bernama Si Tan Kober dan
tombak pusaka yang bernama Ki Barungit. Semenjak mendapat anugrah
pusaka tersebut, Kyai Anglurah Mambal lebih dikenal dengan gelar
Kyai Anglurah Mambal Sakti. Pada sekitar tahun 1638 Masehi, Kyai
Anglurah Mambal Sakti mengambil istri dari keturunan Krian Punta,
menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: I Gusti Ngurah
Gede Mambal dan I Gusti Ngurah Made Pengkuh.
Keberadaan Kyai Anglurah Mambal Sakti di Mambal selanjutnya
sebagai penguasa mambal menggantikan kedudukan mertuanya yang
mangkat pada usia tua, dibumbui dengan cerita-cerita yang berkembang
dan diyakini oleh masyarakat sebagai sebuah kebenaran, seperti
berkunjungnya utusan penguasa Kesiman yang meminta air "apatin
tumbak" kepada Kyai Anglurah Mambal Sakti, setelah diisi keinginan
dari utusan Kesiman tersebut, sang utusan membuat trowongan selebar
tangkai tombak yang diputar-putar. Merasa tertipu oleh utusan Kesiman
adalah niat beliau mengerahkan pasukan dan rakyat untuk
menghancurkan tebing danau Bratan, agar air danau mengalir ke
wilayah Kesiman sehingga menyebabkan banjir besar.Konon niat ini
dihalangi oleh penguasa di Bratan, sehingga niat Kyai Anglurah
Mambal Sakti membalas dendam kepada penguasa Kesiman tidak
kesampaian.

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


73

Kyai Anglurah Mambal Sakti

I Gusti Ngurah Gede Mambal I Gusti Ngurah Made Pengkuh

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


74

Peta wilayah Mambal dan foto Puri Kesiman tgl 26 Mei 1912, Koleksi Tropen Museum
(Meru in de Puri van de Kesiman)

Menurut registrasi Nasional Cagar Budaya, analisa dan laporan dari


Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Puri Agung Kesiman
dibangun pada tahun 1779 Masehi oleh I Gusti Ngurah Made Pemecutan
setelah Puri Satria dihancurkan oleh I Gusti Ngurah Rai, adik dari I
Gusti Ngurah Made Pemecutan. Namun sumber lain mengatakan bahwa
Puri Agung Kesiman didirikan oleh I Gusti Gede Kesiman pada abad
ke-19 usai I Gusti Ngurah Made Pemecutan membagi daerah kekuasaan
kepada kedua anaknya, I Gusti Ngurah Gede dan I Gusti Gede Kesiman.
Apabila disebutkan bahwa utusan kerajaan Kesiman yang menghadap
kepada Kyai Anglurah Sakti Mambal untuk meminta jalan air "Apatin
Tumbak" berarti, kemungkinan terjadi penghadapan itu pada tahun 1783
Masehi, setelah kerajaan Kesiman berdiri selama 4 tahun.
Atas perintah dari Kyai Anglurah Mambal Sakti, putra beliau yang
bernama I Gusti Ngurah Made Pengkuh kemudian mengerahkan
pasukan dan rakyat untuk membangun bendungan di Kedewatan dan
Sangempel untuk mengairi daerah pertanian sekitar Mambal. Sekian
lama berkuasa terhadap rakyat di Mambal, Kyai Anglurah Mambal Sakti
memutuskan untuk melaksanakan dharma kawikon dengan memohon
anugerah tapak kepada Ida Pedanda Manuaba di Mambal.
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
75

Foto Candi Kurung dan pelinggih bagian timur dari Mrajan Agung Anglurah Mambal
sakti di Mambal.

Tidak dikisahkan lebih jauh keberadaan beliau setelah menjadi wiku


hingga mangkat pada usia tua. Ada peninggalan beliau yang hingga kini
masih berdiri dengan tegak, walaupun sudah mengalami beberapa kali
renovasi, berupa Mrajan Agung Anglurah Mambal Sakti di Mambal.
Jumlah bangunan pelinggih yang tidak terlalu banyak serta luas Mrajan
yang berkesan agak sempit serta letak mrajan yang dikelilingi oleh tanah
sawah dan tegalan, dianalisa bahwa Mrajan Agung Anglurah Mambal
Sakti ini adalah Petilasan atau taman, tempat Beliau dahulu
melaksanakan tapa brata yoga dan semadi, bukan Mrajan utama Puri
Mambal. Hal ini didukung oleh data Lontar Peniti Krama Kawyapura
tentang keberadaan Puri Mambal sebagai satelit timur Mengwi pada
tahun 1720 Masehi terletak di arah timur laut pasar Mambal. Puri
Mambal digambarkan dengan detail menghadap selatan dengan Alun-
alun di seberang jalan.

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


76
VII.2. Kyai Anglurah Mambal Sakti II.
Selanjutnya dikisahkan putra beliau yang bernama I Gusti Ngurah Gede
Mambal mengambil istri bernama Dewa Ayu Karang yang merupakan
putra dari I Dewa Karang menurunkan 2 orang putra masing-masing
bernama: I Gusti Ngurah Putu Mambal dan I Gusti Ngurah Made
Mambal
I Gusti Ngurah Gede
Mambal

I Gusti Ngurah I Gusti Ngurah I Gusti Ngurah I Gusti Luh


Putu Mambal Made Mambal Gede Gerih Mambal

Kembali I Gusti Ngurah Gede Mambal dikisahkan mengambil putri dari


Ki Bandesa Gerih sebagai istri, menurunkan 2 orang putra, masing-
masing bernama: I Gusti Ngurah Gede Gerih dan I Gusti Luh Mambal,
tidak diceritakan lebih lanjut.
I Gusti Ngurah Gede Mambal, setelah berusia senja memutuskan untuk
menjalankan Dharma Kawikon, memohon anugrah tapak kepada Ida
Pedanda Mambal, di Giriya Mambal, segera kemudian beliau dianugrahi
gelar kawikon sebagai Kyai Anglurah Rsi Mambal. I Gusti Ngurah Putu
Mambal menjadi pengganti beliau dalam memimpin rakyat Mambal,
diperkirakan sekitar tahun 1735 Masehi.
Pada masa pemerintahan I Gusti Agung Sakti atau I Gusti Agung Putu
di Mengwi yang memerintah antara tahun 1690 hingga tahun 1722
Masehi Mengwi sudah memperluas wilayah kekuasaanya dan berhasil
menguasai hampir seluruh wilayah Bali selatan dan tengah. Menurut
teks Babad Mengwi Blahkiuh, Babad Mengwi Sedang, sebagian besar
wilayah kekuasaan Mengwi diberikan hak pengaturan kepada para
cabang keturunannya. Pangeran di Munggu mendapat pengikut 550
keluarga, Gusti Buleleng di Kapal Muncan mendapat 500 keluarga, I
Gusti Penarungan di Penarungan mendapat pengikut sejumlah 450
keluarga, I Gusti Made Kamasan di Sibang mendapat 400 keluarga
sebagai pengikut. I Gusti Made Kamasan adalah putra dari Raja
pertama Mengwi tiba di Sibang pada tahun 1716 Masehi, menggantikan
kedudukan mertuanya sebagai penguasa Sibang. Dari Mengwi beliau
diiringi oleh pengikut sejumlah 400 kepala keluarga yang sebagian besar

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


77
berasal dari Desa Mengwi, Banjar Sayan dan Desa Beha. Di wilayah
yang baru mereka mendiami wilayah Mengwi dan wilayah Busana.
Dikisahkan kini gejolak yang terjadi di Kerajaan Mengwi, pertentangan
terjadi antara 2 bersaudara I Gusti Agung Alangkajeng dan I Gusti Made
Kamasan yang hampir menimbulkan perang saudara di Mengwi. Tahun
1739 Masehi, saat raja Agung Alangkajeng berada di Blambangan
dalam usaha mengusir orang-orang Madura yang sering melakukan
kekacauan di Blambangan, I Gusti Made Kamasan menyusun kekuatan
dengan para sekutunya, Penguasa Mambal Anglurah Mambal Sakti II
dan Senopati Agung Mambal yang bernama I Gusti Ngurah Made
Mambal, Penguasa Tamanbali, I Dewa Tampaksiring dan I Dewa
Pejeng. Sekitar 2300 laskar gabungan bergerak dan mengepung istana
Mengwi yang saat itu dipertahankan oleh putra mahkota Mengwi
dengan pengawal 700 orang di dalam istana.Saat I Gusti Agung
Alangkadjeng kembali dari Blambangan berpura-pura tidak tahu bahwa
istana Mengwi sedang dikepung oleh pasukan I Gusti Made Kamasan,
segera beliau mengirim utusan untuk menemui I Gusti Made Kamasan
dan menghadiahkan benda-benda mahal sebagai oleh-oleh dari
Blambangan.

Tanpa sebab yang pasti yang diketahui sebagai alasan, segera I Gusti
Made Kamasan meninggalkan arena pengepungan dan meminta
perlindungan kepada Anglurah Mambal Sakti II di Mambal. Sementara
Buku The Spell Of Power, karya dari Henk Schulte Nordhholt
memaparkan setelah masa pengepungan I Gusti Made Kamasan memilih
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
78
berlindung di Badung, seraya menyusun kekuatan dan menaklukkan
wilayah-wilayah kekuasaan Mengwi dan membangun Puri di Sibang.
Sumber sejarah yang ditulis oleh Henk Schulte Nordholt memaparkan
pada saat ditinggalkan oleh generasi Anglurah Mambal Sakti menuju ke
Den-Bukit Buleleng, penguasa Mengwi tidak menghancurkan Puri
Mambal melainkan membiarkan Puri tetap berdiri tetapi tidak
memerintahkan orang untuk mengurus puri tersebut.
Katalog Gempa periode tahun 1538 hingga tahun 1877 yang ditulis oleh
ahli geologi dan mineral berkebangsaan Jerman, Arthur Wichmann
menyebutkan bahwa pada tanggal 22 November 1815 Bali dilanda
gempa berkekuatan magnetudo 7,0 skala richter, dikenal dengan nama
Gejer Bali atau Bali bergetar. Catatan Badan Administrasi Kelautan dan
Atmosfer Nasional Amerika Serikat atau National Oceanic and
Atmosphreric Administration (NOAA) mencatat Gejer Bali
menewaskan 1.200 korban dan ribuan bangunan hancur. Data lokal
Babad Ratu Panji Sakti dan Babad Buleleng juga memaparkan dengan
sangat jelas kerusakan yang diakibatkan oleh Gejer Bali.

Disusul kemudian dengan gempa-gempa lain yang mengakibatkan


kehancuran terhadap bangunan-bangunan di Pulau Bali, termasuk
Mambal. Hancurnya Puri Mambal yang sudah tidak terawat sebelumnya
juga terjadi pada masa ini, membuat puri hancur tidak tersisa walau
hanya reruntuhannya. Petilasan Anglurah Mambal Sakti yang kini
dikenal sebagai Mrajan Agung Anglurah Mambal Sakti juga mengalami
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
79
kerusakan tetapi tidak separah Puri Mambal. Bangunan yang sederhana
dan berada di tanah lapang yang luas membuat kerusakan pada Petilasan
tidak terlalu parah, sehingga generasi selanjutnya masih mempunyai
gambaran dalam merenovasi bangunan.
VII.3. Dinasti Sibang Kaja.
Kembali dikisahkan seperti pada pustaka Peplesiran Anglurah Mambal
Sakti di Sibang Kaja yang tersimpan di Jero Bekul Sibang Kaja. Karena
merasa diri terancam keselamatannya, I Gusti Agung Gede Kamasan
bersama keluarga dan para pengikut meminta perlindungan kepada
sahabatnya, I Gusti Ngurah Putu Mambal di Mambal. Raja Mengwi, I
Gusti Agung Alangkajeng mengirim 2 kali utusan menghadap kepada I
Gusti Agung Gede Kamasan di Mambal, bulan Agustus 1741, I Gusti
Nyoman Abasan dengan beberapa pengiring menghadap kepada I Gusti
Agung Gede Kamasan, dilanjutkan pada bulan November awal I Gusti
Putu Congkod menyusul sebagai utusan Mengwi menghadap ke
Mambal. Masing-masing utusan membawa misi yang sama, yaitu
membujuk I Gusti Agung Gede Kamasan agar mau kembali ke Mengwi
sebagai bangsawan Mengwi, tetapi ditolak secara halus oleh I Gusti
Agung Gede Kamasan. Penolakan ini dilakukan karena kekhawatiran
beliau terhadap keselamatan diri, keluarga dan para pengikutnya, karena
dianggap menentang raja Mengwi secara terang-terangan. Puncak dari
rasa khawatir itu, beliau memutuskan untuk pergi dari Mambal diiringi
oleh 600 pasukan dan para ksatria tangguh dari Mambal menuju desa
Panji Buleleng, pada Bulan Februari tahun 1742 Masehi. I Gusti Ngurah
Putu Mambal, I Gusti Ngurah Made Mambal, I Dewa Gede Karang juga
Ida Pedanda Magelung diiringi oleh Gusti Pacung Cawu, Gusti Sibetan,
Gusti Undisan, Gusti Bondalem, Gusti Basang Tamiang dan Gusti Suda.
Perjalanan rombongan ini menuju arah utara, menembus hutan
Abiansemal, Punggul, Carangsari, menyeberangi jajaran Gunung Bon,
Catur, terus keutara menyusuri hutan lebat hingga tiba di Lemukih,
sampai akhirnya di Panji. Penguasa Buleleng, Gusti Alit Panji yang
merupakan putra dari Gusti Panji Wayahan menerima dengan baik
kedatangan rombongan dari Mambal ini.
Tidak dikisahkan lebih jauh selama I Gusti Made Kamasan bersama
keluarga, sahabat dan para pengiring bermukim di desa Panji Buleleng.
Dalam waktu yang hampir bersamaan I Gusti Ngurah Gede Gerih juga
meninggalkan Mambal bersama dengan 2 orang putra, masing-masing
bernama I Gusti Ngurah Gede Lanang dan I Gusti Ngurah Made Tegal
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
80
serta sejumlah pengiring pilihan menuju Sibang Kaja. Sekian lama di
Sibang Kaja, I Gusti Ngurah Gede Lanang kemudian membangun puri
dengan nama Puri Lanang dengan kemungkinan tahun 1743Masehi, tiga
tahun lamanya setelah raja Mengwi, I Gusti Agung Made Alangkajeng
mangkat, kemudian digantikan oleh I Gusti Agung Putu Mayun.
I Gusti Ngurah Gede Gerih
(Sibang Kaja)

I Gusti Ngurah Gede Lanang I Gusti Ngurah Made Tegal

I Gusti Ngurah Gede Lanang


(Sibang Kaja)

I Gusti Ngurah Gede Bengkel I Gusti Ngurah Wayahan Meranggi

I Gusti Ngurah Gede Lanang, putra dari I Gusti Gede Gerih mengambil
istri bernama Gusti Luh Bengkel dari Bindu, menurunkan 2 orang putra:
I Gusti Ngurah Gede Bengkel dan I Gusti Ngurah Wayahan Meranggi.
Selanjutnya I Gusti Ngurah Gede Bengkel menurunkan putra masing-
masing bernama I Gusti Ngurah Gede Dangin, I Gusti Ngurah Ketut
Bengkel dan wanita (tidak dikisahkan).
Dikisahkan I Gusti Ngurah Wayahan Meranggi generasi ke 5 dari Kyayi
Anglurah Mambal Sakti, yang mempunyai kemampuan sangat tinggi
dalam ilmu magis mahluk astral berhasil dalam misinya berdamai
dengan mahluk kasat mata yang sangat sering menganggu pembangunan
bendungan dan saluran irigasi sepanjang aliran sungai Ayung.
Kemampuan itu dikenal luas sebagai "Sang Pascat Merangi Srenggi"
nama Meranggi kemungkinan berasal dari julukan beliau Merangi
Srenggi, lama kelamaan dilapal menjadi Meranggi. I Gusti Ngurah
Wayahan Meranggi menurunkan 4 orang putra masing-masing
bernama : I Gusti Ngurah Putu Meranggi, I Gusti Ngurah Wayahan
Gede, I Gusti Ngurah Nyoman Songkrong, I Gusti Ngurah Ketut Rai.
Sekian lama I Gusti Ngurah Wayahan Meranggi beserta putra-putranya
tinggal di Puri Lanang, pada suatu masa I Gusti Ngurah Wayahan
Meranggi beserta ke 4 putra-putranya meninggalkan Puri Lanang dan
masing-masing membangun Jero di Sibang Kaja. I Gusti Ngurah Putu
Meranggi membangun Jero Meranggi (yang keturunannya akan
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
81
dikisahkan pada garis keturunan di Jero Meranggi). I Gusti Ngurah
Wayahan Gede dan I Gusti Ngurah Nyoman Songkrong beserta ayahnya
membangun Jero Bekul (yang keturunannya akan dikisahkan di garis
keturunan di Jero Bekul). Sedangkan putranya yang bungsu, yaitu I
Gusti Ngurah Ketut Rai memilih untuk tetap tinggal di areal Puri
Lanang (sebelah selatan) yang kemudian disebut dengan Jero Anyar
(yang garis keturunanya akan dikisahkan di garis keturunan di Jero
Anyar). Kemudian setelah I Gusti Ngurah Wayahan Meranggi tinggal di
Jero Bekul bersama kedua putranya, beliau kembali mengambil istri
yang putra-putra beliau selanjutnya akan dikisahkan di garis keturunan
di Jero Bekul.
VII.3.1. Jero Meranggi, Sibang Kaja
Jero Meranggi adalah salah satu dari sekian Jero yang dibangun oleh
generasi Anglurah Mambal Sakti di Sibang Kaja, dikisahkan Kyai
Anglurah Mambal Sakti di Puri Mambal menurunkan dua orang putra
laki-laki, masing-masing bernama I Gusti Ngurah Gede Mambal yang
kemudian diabhiseka bergelar Kyayi Anglurah Rsi Mambal dan I Gusti
Ngurah Made Pengkuh, beliau berdua sangat pandai dalam mengatur
rakyat dalam membangun berbagai macam bendungan dan saluran
irigasi lainnya. sebagai bukti bahwa beliau berhasil membangun
terowongan air dan bendungan di wilayah Kedewatan dan Sagempel. I
Gusti Ngurah Gede Mambal menurunkan 4 orang putra, masing masing
bernama: I Gusti Ngurah Putu Mambal, I Gusti Ngurah Made Mambal, I
Gusti Ngurah Gede Gerih, dan seorang putri bernama I Gusti Ayu Luh
Mambal. Karena gejolak politik di Mengwi pada saat itu membuat
keempat saudara meninggalkan puri di Mambal dan terpisah, masing-
masing mencari tempat bermukim. I Gusti Ngurah Putu Mambal dan I
Gusti Ngurah Made Mambal meninggalkan Puri Mambal menuju Den
Bukit, setelah sekian lama di Den Bukit, I Gusti Ngurah Putu Mambal
dan para pengikut melanjutkan perjalanan hingga di Ubung Badung. I
Gusti Ngurah Made Mambal bersama dengan para pengikut
memutuskan untuk menetap di Sibetan wilayah Karangasem dan
selanjutnya membangun Jero Macang Karangasem.
I Gusti Ngurah Gede Gerih dan I Gusti Ayu Luh Mambal menuju
wilayah Sibang Kaja, ikut serta dua orang putra dari I Gusti Ngurah
Gede Gerih yang bernama I Gusti Ngurah Gede Lanang dan I Gusti
Ngurah Made Tegal diiringi oleh sejumlah pengikut. Pada generasi II, I
Gusti Ngurah Gede Lanang menurunkan 2 orang putra, masing-masing
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
82
bernama: I Gusti Ngurah Gede Bengkel dan I Gusti Ngurah Wayahan
Meranggi. I Gusti Ngurah Gede Bengkel menurunkan 3 putra, antara
lain bernama: I Gusti Ngurah Gede Dangin, I Gusti Ayu Ngurah dan I
Gusti Ngurah Ketut Bengkel (tidak dikisahkan). I Gusti Ngurah
Wayahan Meranggi menurunkan 4 orang putra masing-masing
bernama : I Gusti Ngurah Putu Meranggi, I Gusti Ngurah Wayahan
Gede, I Gusti Ngurah Nyoman Songkrong, I Gusti Ngurah Ketut Rai.
Seorang putra diberi nama I Gusti Ngurah Putu Meranggi untuk
mengingatkan kemampuan ayahnya dalam mengatur mahluk astral.
Selanjutnya I Gusti Ngurah Putu Meranggi membangun Jero Meranggi
dan menurunkan garis keturunan Anglurah Mambal Sakti trah Meranggi
selanjunya.
I Gusti Ngurah Putu Meranggi menurunkan seorang putra, bernama I
Gusti Ngurah Putu Grudug sebagai generasi penerus trah Meranggi di
Jero Meranggi. I Gusti Ngurah Putu Grudug menurunkan 4 orang putra,
masing-masing bernama: I Gusti Ngurah Putu Pek, I Gusti Ngurah Made
Jangkung, I Gusti Ngurah Nyoman Jerak dan seorang putri bernama I
Gusti Ayu Ketut Meranggi. Tidak dikisahkan lebih jauh tentang I Gusti
Ngurah Putu Pek, I Gusti Ngurah Nyoman Jerak dan I Gusti Ayu Ketut
Meranggi. Putra kedua I Gusti Ngurah Putu Grudug yang bernama I
Gusti Ngurah Made Jangkung menurunkan 7 orang putra, masing-
masing bernama: I Gusti Ayu Putu Sibuh, I Gusti Ngurah Made Bucu, I
Gusti Ngurah Nyoman Baret, I Gusti Ayu Putu Kreped, I Gusti Ngurah
Made Kreped, I Gusti Ngurah Nyoman Rengga dan I Gusti Ngurah
Ketut Rundah.
Dikisahkan I Gusti Ngurah Made Bucu selanjutnya meninggalkan Jero
Meranggi menuju wilayah Banjar Lambing membangun jero sebelah
barat Kuburan Desa Adat Lambing dan tidak menurunkan generasi. I
Gusti Ngurah Made Kreped juga pindah dari Jero Meranggi, selanjutnya
membangun Jero di Samuan, dikenal dengan nama Jero Meranggi
Samuan, juga menurunkan generasi di Samuan selanjutnya akan di
ceritakan pada garis keturunan di Jero Meranggi Samuan. Sedangkan I
Gusti Ngurah Ketut Rundah juga pindah dari Jero Meranggi, selanjutnya
membangun Jero Meranggi Kanginan juga menurunkan generasi yang
akan diceritakan pada garis keturunan di Jero Meranggi Kanginan.

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


83

Foto Merajan Jero Meranggi, Sibang Kaja

Generasi ke 8 dari Anglurah Mambal Sakti di Jero Meranggi, putra


ketiga dari I Gusti Ngurah Made Jangkung yang bernama I Gusti
Ngurah Nyoman Baret menurunkan 8 putra, masing-masing bernama: I
Gusti Ngurah Putu Sari, I Gusti Ayu Besok, I Gusti Ngurah Nyoman
Wanda (meninggal), I Gusti Ayu Pisang, I Gusti Ngurah Putu Cublik, I
Gusti Ngurah Made Tegeg, I Gusti Ngurah Ketut Sangut dan I Gusti
Ngurah Made Gelogor.
Dikisahkan I Gusti Ngurah Putu Sari, putra pertama dari I Gusti Ngurah
Nyoman Baret meninggalkan Jero Meranggi, selanjutnya membangun
Jero di Kembang Mertha yang akan diceritakan pada garis keturunan di
Jero Kembang Mertha. Putra ke 5 dari I Gusti Ngurah Nyoman Baret
yang bernama I Gusti Ngurah Putu Cublik menurunkan 4 orang putra,
masing-masing bernama: I Gusti Ayu Cublek, I Gusti Ayu Cublik, I
Gusti Ayu Gujug dan I Gusti Ngurah Ketut Mumbul. Putra ke 8 dari I
Gusti Ngurah Nyoman Baret yang bernama I Gusti Ngurah Made
Gelogor menurunkan 7 orang putra, masing-masing bernama: I Gusti
Ngurah Putu Reta, I Gusti Ayu Made Ngurah, I Gusti Ngurah Nyoman
Srenggi, I Gusti Ngurah Ketut Sregug, I Gusti Ngurah Gede Putu Pandu,
I Gusti Ngurah Made Oka dan I Gusti Ayu Nik. Sedemikian jumlah
keturunan Anglurah Mambal Sakti trah Meranggi pada tingkatan 10
yang menurunkan generasi selanjutnya.
Dikisahkan putra ke 3 dari I Gusti Ngurah Made Gelogor, I Gusti
Ngurah Nyoman Srenggi meninggalkan Jero Meranggi, selanjutnya
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
84
membangun Jero di sebelah barat daya Jero Meranggi yang kemudian
diberi nama Jero Meranggi Kawan menurunkan generasi yang akan
diceritakan di garis keturunan Jero Meranggi Kawan. I Gusti Ngurah
Ketut Sregug, putra ke 4 dari I Gusti Ngurah Made Gelogor juga
membangun Jero yang di beri nama Jero Meranggi Saren Kaja
menurunkan generasi yang akan diceritakan pada garis keturunan Jero
Meranggi Saren Kaja. Putra ke 4 dari I Gusti Ngurah Putu Cublik, yang
bernama I Gusti Ngurah Ketut Mumbul menurunkan seorang putra,
bernama I Gusti Ayu Sukerni yang dijadikan sentana Rajeg yang
dinikahkan dengan I Gusti Ngurah Putu Darma dari Jero Jasa. Putra ke 6
dari I Gusti Made Gelogor yang bernama I Gusti Ngurah Made Oka
menurunkan 2 orang putra masing-masing bernama I Gusti Ayu Artini
dan I Gusti Ngurah Sudiarta.

Keterangan Gambar Denah:

1. Penugun Mrajan 2. Pelinggih Taksu


3. Pelinggih Saren 4. Pelinggih Catu
5. Pelinggih Limas 6. Pelinggih Gedong
7. Pelinggih Kamimitan 8. Pelinggih Penglurah
9. Apit Lawang Kiwa 10. Apit Lawang Tengen
11 Paruman/ Piasan 12. Pepelik
.

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


85

Dikisahkan kini dari perkawinan pasangan I Gusti Ayu Sukerni dengan I


Gusti Ngurah Putu Darma menurunkan 2 orang putra, masing-masing
bernama: I Gusti Ngurah Adnyana Putra dan I Gusti Ayu Sudarmini.
Sementara I Gusti Ngurah Adnyana Putra kemudian menurunkan 3
orang putra, masing-masing bernama: I Gusti Ayu Laras Sasi Kirana, I
Gusti Ngurah Reksa Bagaskara dan I Gusti Ayu Nandira Wasundari.
Putra ke 2 dari I Gusti Ngurah Made Oka, I Gusti Ngurah Sudiarta
Selanjutnya menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama I Gusti
Ngurah Ambas Tresna Wedana dan I Gusti Ayu Riska Dwi
Pradnyawati.
VII.3.2. Jero Meranggi Samuan.
Jero Meranggi Samuan adalah pecahan dari Jero Meranggi, seperti
dikisahkan di awal, salah seorang putra dari I Gusti Ngurah Made
Jangkung yang bernama I Gusti Ngurah Made Kreped, yang merupakan
putra ke 5 pada hitungan garis ke 9 dari Kyayi Anglurah Mambal Sakti,
setelah dewasa memutuskan untuk membangun Jero diluar Jero
Meranggi, diberi nama Jero Meranggi Samuan.

Foto Merajan Jero Merangi, Samuan

I Gusti Ngurah Made Kreped menurunkan 2 orang putra, masing-masing


bernama: I Gusti Ayu Karang dan I Gusti Ngurah Sukra. Selanjutnya I
Gusti Ngurah Sukra menurunkan 8 putra, masing-masing bernama: I
Gusti Ngurah Raka, I Gusti Ayu Made Wati, I Gusti Ngurah Mambal, I
Gusti........ (sudah meninggal), I Gusti........ (sudah meninggal), I Gusti
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
86
Ngurah Arsana (menikah sebagai Predana ke Jero Meranggi Sekar-
Kembang Mertha, I Gusti........ (sudah meninggal) dan I Gusti........
(sudah meninggal).

Putra pertama yang bernama I Gusti Ngurah raka kemudian tinggal di


Sibang Kaja (tidak menurunkan generasi). Putra ke 3 dari I Gusti
Ngurah Sukra yang bernama I Gusti Ngurah Mambal menurunkan 3
orang putra, masing-masing bernama I Gusti Ayu Suwerni, I Gusti
Made Ariani dan I Gusti Ngurah Budiarta. Putra ke 3 dari I Gusti
Ngurah Mambal yang bernama I Gusti Ngurah Budiarta menurunkan 2
orang putra, masing-masing bernama I Gusti Ayu Pradnya Dewi dan I
Gusti Ayu Kumala Dewi.
VII.3.3 Jero Meranggi Kanginan-Sibang Kaja
Jero Meranggi Kanginan adalah bagian dari Jero Meranggi yang
dibangun oleh Putra ke 7 dari I Gusti Ngurah Made Jangkung yang
bernama I Gusti Ngurah Ketut Rundah yang selanjutnya menurunkan 3
orang putra, masing-masing bernama: I Gusti Ayu Putu Rundah, I Gusti
Ngurah Made dan I Gusti Ngurah Nyoman Pageh. I Gusti Ngurah
Nyoman Pageh menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama: I
Gusti Ngurah Putu Griya (meninggal di Selebes-Sulawesi), I Gusti
Ngurah Made Regug dan I Gusti Ayu Nyoman Sari. Selanjutnya I Gusti
Ngurah Made Regug menurunkan 5 orang putra, masing-masing
bernama: I Gusti Ngurah Sukastika, I Gusti Ayu Rai Sukerti, I Gusti

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


87
Ngurah Alit Arjana, I Gusti Ayu Anom Somawati dan I Gusti Ayu
Mahendrawati.

Foto Merajan dan denah Jero Meranggi Kanginan-Sibang Kaja

Putra pertama dari I Gusti Ngurah Made Regug yang bernama I Gusti
Ngurah Sukastika menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: I
Gusti Ngurah Anom Mahardika dan I Gusti Ayu Ngurah Ermawati.
Selanjutnya I Gusti Ngurah Anom Mahardika menurunkan seorang
putra yang bernama: I Gusti Ngurah Gde Thresna Premana.

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


88
Putra ke 3 dari I Gusti Ngurah Made Regug yang bernama I Gusti
Ngurah Alit Arjana menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama:
I Gusti Ngurah Mahendra Putra dan I Gusti Ngurah Oka Ari Darmawan.
VII.3.4. Jero Meranggi Sekar, Kembang Mertha
Keberadaan Jero Meranggi di Kembang Mertha berawal dari
pengembaraan generasi ke 10 Kyayi Anglurah Mambal Sakti, yaitu I
Gusti Ngurah Putu Sari yang merupakan putra pertama dari I Gusti
Ngurah Nyoman Baret yang selanjutnya menurunkan 5 orang putra,
masing-masing bernama: I Gusti Ngurah Putu (meninggal), I Gusti
Ngurah Made Sekar, I Gusti Ayu Nyoman, I Gusti Ayu Sandat dan I
Gusti Ngurah Ketut Merta.

Foto Merajan Jero Meranggi Sekar, Kembang Mertha

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


89

Putra Ke 2 dari I Gusti Ngurah Putu Sari, yang bernama I Gusti Ngurah
Made Sekar selanjutnya menurunkan seorang putra I Gusti Ayu Kerti
yang kemudian dijadikan sebagai Sentana Rajeg, dinikahkan dengan I
Gusti Ngurah Arsana (dari Jero Meranggi Samuan). Kemudian nama
jero diberi sebutan dengan nama Jero Meranggi Sekar-Kembang
Mertha). Sedangkan putra ke 5 dari I Gusti Ngurah Putu Sari, I Gusti
Ngurah Ketut Merta selanjutnya meningkalkan Jero kemudian
membangun Jero yang diberi nama Jero Meranggi Mertha, Kembang
Mertha (keturunannya akan dikisahkan di garis keturunan di Jero
Meranggi Mertha-Kembang Mertha).
Dikisahkan dari perkawinan I Gusti Ayu Kerti sebagai sentana rajeg
yang dinikahkan dengan I Gusti Ngurah Arsana menurunkan 4 orang
putra, I Gusti Ngurah Adnyana, I Gusti Ngurah Antara Putra, I Gusti
Ayu Ratna Dewi, I Gusti… (meninggal). Selanjutnya I Gusti Ngurah
Adnyana menurunkan putra, I Gusti Ayu Widya Santhi, sedangkan I
Gusti Ngurah Antara Putra selanjutnya menuunkan putra, I Gusti
Ngurah Bisma Pratama Putra.
VII.3.5. Jero Meranggi Mertha, Kembang Mertha
Dikisahkan setelah putra ke 5 dari I Gusti Ngurah Putu Sari yaitu I Gusti
Ngurah Ketut Mertha meninggalkan Jero Meranggi Sekar, selanjutnya
beliau membangun jero yang diberi nama Jero Meranggi Mertha.
Selanjutnya I Gusti Ngurah Ketut Mertha menurunkan 7 orang putra, I
Gusti…(meninggal), I Gusti Ayu Merti, I Gusti…(meninggal), I Gusti
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
90
Ngurah Nyoman Raka, I Gusti…(meninggal), I Gusti Ayu Kerti, I Gusti
Ayu Kartini.
Kemudian I Gusti Ngurah Nyoman Raka menurunkan 6 orang putra, I
Gusti…(meninggal), I Gusti Ayu Made Suartini, I Gusti Ngurah Sudana,
I Gusti Ngurah Suarjana, I Gusti Ngurah Adnyana Putra, I Gusti…
(meninggal)
I Gusti Ngurah Sudana menurunkan putra, I Gusti Ayu Mariani Dewi,
selanjutnya I Gusti Ngurah Suarjana menurunkan putra, I Gusti Ayu
Made Juni Antari Putri sedangkan I Gusti Ngurah Adnyana Putra
menurunkan putra, I Gusti Ngurah Agung Merta Yasa.

Foto dan denah Merajan Jero Meranggi Mertha, Kembang Mertha

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


91

1. Candi Bentar 2. Ratu PAnglurah Agung


3. Kamimitan atau Kamulan 4. Padmasari
5. Penyawangan Pura Dalem 6. Taksu
Meranggi
7. Piasan atau Paruman

VII. 3.6. Jero Meranggi Kawan-Sibang Kaja


Jero Meranggi Kawan adalah bagian dari Jero Meranggi yang dibangun
oleh putra ke 3 dari I Gusti Ngurah Made Gelogor, yaitu I Gusti Ngurah
Nyoman Srenggi yang selanjutnya menurunkan putra, I Gusti Ngurah
Made Alit Subawa yang kemudian menurunkan putra 4 orang putra, I
Gusti Ngurah Suryadana, I Gusti Ayu Suryaningsih, I Gusti Ayu Tri
Suartini, I Gusti Ayu Sri Suarjayanti.

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


92

Foto dan denah Merajan Jero Meranggi Kawan Sibang Kaja

Keterangan Denah

1. Pelinggih Paruman 2. Pelinggih Taksu


3. Pelinggih Kamulan 4. Pelinggih Ratu Anglurah
5. Candi Bentar
Selanjutnya I Gusti Ngurah Suryadana menurunkan 3 orang putra, I
Gusti Ngurah Bayu Premana, I Gusti Ngurah Wijaya Kusuma, yang
kemudian diangkat putra oleh I Gusti Ngurah Mambal dari Jero
Meranggi Saren Kaja dan putra ke 3 nya bernama I Gusti Ayu Geisha
Paramita
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
93
VII.3.7. Jero Meranggi Saren Kaja, Sibang Kaja
Jero Meranggi Saren Kaja letaknya berdampingan / disebelah utara Jero
Meranggi, yang dibangun oleh generasi ke 11 Kyayi Anglurah Mambal
Sakti putra ke 4 dari I Gusti Ngurah Made Gelogor yaitu I Gusti Ngurah
Ketut Sregug yang selanjutnya beliau menurunkan 8 orang putra, I Gusti
Ngurah Putu Dana (meninggal), I Gusti Ayu Made Rasmini, I Gusti
Ngurah Mambal, I Gusti Ayu Ketut Manis, I Gusti Ngurah Mambal
Sedana, I Gusti Ayu Artini, I Gusti Ngurah Ardana (meninggal), I Gusti
Ayu Rai.

Foto Merajan Jero Meranggi Saren Kaja


Sibang Kaja

Selanjutnya I Gusti Ngurah Mambal menurunkan 4 putra masing-


masing bernama, I Gusti Ayu Tri Desi, I Gusti Ayu Putri Yuliastuti, I
Gusti Ayu Ratna Dewi dan mengangkat seorang putra dari I Gusti
Ngurah Suryadana (dari Jero Meranggi Kawan), yang bernama I Gusti
Ngurah Wijaya Kusuma, yang selanjutnya setelah diangkat putra diberi
nama I Gusti Ngurah Bagus Dimas Ariputra. Sedangkan putra ke 5 dari I
Gusti Ngurah Ketut Sregug, I Gusti Ngurah Mambal Sedana
menurunkan 2 orang putra masing-masing bernama I Gusti Ayu Nadi
Maharani dan I Gusti Ngurah Panji Merta Sedana.

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


94

Denah Merajan Jero Meranggi Saren Kaja, Sibang Kaja


Keterangan Denah
1. Paruman 2. Pelinggih Taksu
3. Pelinggih Kemulan 4. Pelinggih Ratu Ngurah
5. Bale Gong 6. Candi Bentar

VII.3.8. Jero Bekul Sibang Kaja


Cikal bakal keberadaan Jero Bekul di Sibang Kaja dimulai dari Kyayi
Anglurah Mambal Sakti menurunkan 2 orang putra masing-masing
bernama: I Gusti Ngurah Gede Mambal atau Kyayi Anglurah Mambal
Sakti II dan I Gusti Ngurah Made Pengkuh. Beliau berdua berkedudukan
di Puri Mambal yang menjadi bagian dari Manca-Gra Mengwi di tahun
1700 Masehi. Ada Wiku utama yang sangat faham dengan segala jenis
sastra utama, kediatmikan dan sangat mumpuni dalam bidang ilmu falak
atau Warigha, beliau melaksanakan Dharma Kepanditan dan Ida
Pedanda Manuaba di Giriya Mambal yang ditunjuk sebagai
Bhagawanta. Yang dimaksud Bhagawanta adalah Wiku kerajaan atau
Manca-Gra yang memiliki jumlah Manca tidak kurang dari 12, meliputi
wilayah barat hingga Latu, ke utara hingga berbatasan dengan
Carangsari, wilayah selatan berbatasan dengan Darmasaba dan wilayah
timur hingga ke Kengetan.

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


95

Foto Merajan Jero Bekul - Sibang Kaja

Keterangan Denah:
1. Pelinggih Dalem Karang 2. Pelinggih Taksu
3. Pelinggih Saren 4. Pelinggih Catu
5. Pelinggih Padma Sari 6. Pelinggih Meru/ Limas
7. Pelinggih Gedong Simpen 8. Pelinggih Kamimitan
9. Pelinggih Panglurah 10. Pelinggih Raja Dewata
11. Pelinggih Pepelik 12. Pelinggih Piasan/ Paruman
13. Bale Gong
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
96
Putra Pertama Kyayi Anglurah Mambal Sakti yang bernama I Gusti
Ngurah Gede Mambal menurunkan 4 orang putra, masing-masing
bernama: I Gusti Ngurah Putu Mambal, I Gusti Ngurah Made Mambal, I
Gusti Ngurah Gede Gerih dan seorang putri bernama I Gusti Ayu Luh
Mambal. Tidak dikisahkan tentang I Gusti Ngurah Putu Mambal, I Gusti
Ngurah Made Mambal dan I Gusti Ayu Luh Mambal, kini dikisahkan
tentang putra ke 3 dari I Gusti Ngurah Gede Mambal yang bernama I
Gusti Ngurah Gede Gerih, yang memilih untuk membangun puri di
Sibang Kaja. Beliau menurunkan 2 orang putra, masing-masing
bernama: I Gusti Ngurah Gede Lanang dan I Gusti Ngurah Made Tegal
(mengembara ke wilayah Pemecutan dan Demung-Kediri). Kemudian I
Gusti Ngurah Gede Lanang menurunkan putra masing- masing bernama
I Gusti Ngurah Gede Bengkel (tidak dikisahkan) dan I Gusti Ngurah
Wayahan Meranggi.
Kemudian dikisahkan I Gusti Ngurah Wayahan Meranggi bersama putra
ke 2 dan ke 3 nya yang bernama I Gusti Ngurah Wayahan Gede dan I
Gusti Ngurah Nyoman Songkrong meninggalkan Puri Lanang,
membangun Jero, yang diberi nama Jero Bekul. Sedangkan putra
pertamanya yaitu I Gusti Ngurah Putu Meranggi memutuskan
membangun jero yang diberi nama Jero Meranggi dan putranya yang ke
4 memilih untuk tetap tinggal di areal Puri Lanang (sebelah selatan)
membangun jero yang diberi nama Jero Anyar. Setelah beberapa lama I
Gusti Ngurah Wayahan Meranggi kembali beliau menikah dengan Gusti
Luh Aseman-Abiansemal, menurunkan putra masing-masing bernama I
Gusti Ngurah Wayan Aseman (putra yang ke 5) dan I Gusti Ngurah
Made Aseman (putra yang ke 6-tidak dikisahkan). Selanjutnya kembali I
Gusti Ngurah Wayahan Meranggi mengambil istri yang bernama Jero
Dangin menurunkan putra I Gusti Ketut Dangin (putra yang ke 7) dan I
Gusti Ayu.....(putra yang ke 8-meninggal) juga tidak diceritakan.
Putra ke 2 dari I Gusti Ngurah Wayahan Meranggi, yaitu I Gusti Ngurah
Wayahan Gede selanjutnya menurunkan 2 orang putra masing-masing
bernama I Gusti Ngurah Wayahan Gede II (sama dengan nama ayahnya)
dan adiknya yang perempuan bernama I Gusti Ayu Kaleran (diambil
sebagai istri oleh I Gusti Ngurah Made Mambal Angmas VI- Puri
Ngurah). Putra ke 3 dari I Gusti Wayahan Meranggi yang bernama I
Gusti Ngurah Nyoman Songkrong menurunkan 2 orang putra masing-
masing bernama, I Gusti Ngurah Putu Lenyeh dan I Gusti Ngurah
Landung. Dikisahkan kemudian putra ke 5 dari I Gusti Ngurah
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
97
Wayahan Meranggi, yaitu I Gusti Ngurah Wayan Aseman menurunkan
2 orang putra masing-masing bernama I Gusti Ngurah Putu Seraka dan I
Gusti Ngurah Rai Batan II.
Selanjutnya putra pertama dari I Gusti Ngurah Nyoman Songkrong yang
bernama I Gusti Ngurah Putu Lenyeh menurunkan putra masing-masing,
I Gusti Ngurah Putu Angkik, I Gusti Ayu Suwet dan I Gusti Ngurah
Bongkos yang kemudian diangkat sebagai putra oleh I Gusti Ngurah
Matahan Gede di Jero Anyar yang tidak memiliki keturunan, tentang I
Gusti Ngurah Bongkos akan dicerikan pada garis keturunan di Jero
Anyar,sedangkan putra ke 2 dari I Gusti Ngurah Nyoman Songkrong
yang bernama I Gusti Ngurah Landung membangun Jero baru yang
diberi nama Jero Jasa yang keturunannya akan diceritakan pada garis
keturunan Jero Jasa. Selanjutnya I Gusti Ngurah Wayahan Gede II
menurunkan 3 orang putra masing-masing bernama, I Gusti Ngurah
Putu Rengen, I Gusti Ayu Jambi dan I Gusti Ayu Raja yang kemudian
diangkat sebagai putra oleh I Gusti Ngurah Bongkos yang juga tidak
memiliki keturunan, selanjutnya tentang I Gusti Ayu Raja akan
diceritakan pada garis keturunan di Jero Anyar). Selanjutnya dikisahkan
putra pertama dari I Gusti Ngurah Wayan Aseman di Jero Bekul, yang
bernama I Gusti Ngurah Putu Seraka membangun Jero baru disebelah
timur Jero Bekul yang di beri nama Jero Bekul Saren Kangin yang
keturunannya akan diceritakan pada garis keturunan Jero Bekul Saren
Kangin, sedangkan putra ke 2 nya yang bernama I Gusti Ngurah Rai
Batan II menurunkan seorang putra yang bernama I Gusti Ngurah Putu
Liklik.
Dikisahkan I Gusti Ngurah Putu Angkik di Jero Bekul menurunkan
putra masing-masing bernama, I Gusti Ayu Gedong, I Gusti Ayu Ceprok
dan I Gusti Ngurah Made Gerong. Selanjutnya I Gusti Ngurah Putu
Rengen kemudian menurunkan seorang putra bernama I Gusti Ngurah
Putu Jenar yang masih anak-anak ditinggal ibunya (meninggal),
kemudian I Gusti Ngurah Jenar diajak atau diasuh oleh bibik atau
tantenya, yaitu I Gusti Ayu Raja yang tinggal di Jero Anyar dan tidak
lama kemudian I Gusti Ngurah Putu Rengen ayah dari I Gusti Ngurah
Putu Jenar, turut serta juga ke Jero Anyar. Selanjutnya I Gusti Ngurah
Putu Jenar memiliki keturunan yang akan diceritakan pada garis
keturunan di Jero Anyar. Selanjutnya I Gusti Ngurah Putu LikLik
menurunkan 3 orang putra masing-masing bernama, I Gusti Ngurah
Made Lengoh, I Gusti Ayu Leging, I Gusti Ayu Legit.
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
98
Dikisahkan kembali putra ke 3 dari I Gusti Ngurah Putu Angkik yang
bernama I Gusti Ngurah Made Gerong menurunkan putra sebanyak 6
orang masing – masing bernama, I Gusti Ayu Loji, I Gusti Ngurah
Loteng, I Gusti Ngurah Kantor, I Gusti Ayu Meja, I Gusti Ayu Korsi, I
Gusti Ayu Kupeg. Selanjutnya I Gusti Ngurah Made Lengoh setelah
dewasa mengembara ke wilayah Kuta mengiringi Brahmana Giriya Pada
dan kemudian I Gusti Ngurah Made Lengoh membangun jero yang
diberi nama Jero Bekul Kuta selanjutnya keturunannya akan diceritakan
pada garis keturunan di Jero Bekul Kuta.
Selanjutnya putra ke 2 dari I Gusti Ngurah Made Gerong, yaitu I Gusti
Ngurah Loteng menurunkan 3 orang putra masing-masing bernama, I
Gusti Ngurah Ada (meninggal), I Gusti Ngurah Wija, I Gusti Ngurah
Budha (meninggal), sedangkan putra ke 3 I Gusti Ngurah Made Gerong,
yaitu I Gusti Ngurah Kantor membangun jero baru disebelah barat Jero
Bekul yang diberi nama Jero Bekul Saren Kauh keturunannya akan
diceritakan pada garis keturunan Jero Bekul Saren Kauh.
I Gusti Ngurah Wija di Jero Bekul menurunkan 6 orang putra masing-
masing bernama, I Gusti Ayu Puriani, I Gusti Ayu Purniati, I Gusti
Ngurah Wijana (diangkat sebagai putra penuntun oleh I Gusti Ngurah
Ketut Kubuk di Jero Anyar), I Gusti Ngurah Wiratha, I Gusti Ngurah
Wiratma, I Gusti Ngurah Alit Wardana.
Selanjutnya I Gusti Ngurah Wijana menurunkan satuorang putra, I Gusti
Ngurah Agung Wiriyana. I Gusti Ngurah Wiratha kemudian
menurunkan 2 orang putra, I Gusti Ayu Andrani, I Gusti Ngurah Angga
Wikranta. I Gusti Ngurah Wiratma juga menurunkan 2 putra, I Gusti
Ayu Sintia Ningrum dan I Gusti Ngurah Wira Satya. Sedangkan I Gusti
Ngurah Alit Wardana menurunkan 3 orang putra masing-masing
bernama, I Gusti Ngurah Putra Ardinata, I Gusti Ngurah Alit Bawa
Santosa (meninggal) dan I Gusti Ngurah Lanang Pradnyana.
VII.3.9. Jero Jasa, Sibang Kaja
Dikisahkan I Gusti Ngurah Nyoman Songkrong di Jero Bekul
menurunkan 2 orang putra, masing- masing bernama: I Gusti Ngurah
Putu Lenyeh dan I Gusti Ngurah Landung. Selanjutnya I Gusti Ngurah
Landung meninggalkan Jero Bekul membangun jero baru, yang diberi
nama Jero Jasa, beliau menurunkan generasi selanjutnya di Jero Jasa,
dimulai dengan beliau menurunkan tiga orang putra, masing-masing
bernama: I Gusti Ayu Sibuh, I Gusti Ngurah Rai dan I Gusti Ayu
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
99
Ceblong. I Gusti Ngurah Rai sebagai satu-satunya generasi penerus Jero
Jasa menurunkan 6 orang putra, masing-masing bernama: I Gusti Ayu
Beruk, I Gusti Ayu Cibluk, I Gusti Ngurah Nyoman Wanda, I Gusti Ayu
Kereg, I Gusti Ngurah Made Pegeg dan I Gusti Ngurah Ceblok.
Putra ke 2 dari I Gusti Ngurah Rai yang bernama I Gusti Ayu Cibluk
menikah dengan I Gusti Ngurah Ketut Sangut dari Jero Meranggi.
Setelah menikah I Gusti Ayu Cibluk diminta oleh adiknya yang bernama
I Gusti Ngurah Made Pegeg untuk kembali ke Jero Jasa beserta
suaminya untukmembantu merawat Jero Jasa, karena I Gusti Ngurah
Made Pegeg yang masih berusia anak-anak ditinggal ibunya
(meninggal). Beberapa lama kemudian I Gusti Ayu Cibluk dan I Gusti
Ngurah Ketut Sangut menurunkan 6 orang putra, masing-masing
bernama: I Gusti Ngurah Kepeng, I Gusti Ngurah Made Kepeg, I Gusti
Ngurah Rai, I Gusti Ayu Nami, I Gusti Ayu Raka dan I Gusti Ngurah
Oka. Kemudian I Gusti Ngurah Oka (diangkat sebagai putra oleh
pamannya, yaitu I Gusti Ngurah Pegeg) karena putra beliau sering
meninggal pada saat dilahirkan. Dan selanjutnya putra-putra dari I Gusti
Ayu Cibluk dan I Gusti Ngurah Ketut Sangut melanjutkan keturunannya
di Jero Jasa.

Foto Merajan Jero Jasa

Putra ke 5 dari I Gusti Ngurah Rai yang bernama I Gusti I Gusti Ngurah
Made Pegeg menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama: I
Gusti Ngurah Sudiarta, I Gusti Ayu Rai dan I Gusti Ngurah Sujana.
Selanjutnya putra pertama dari I Gusti Ayu Cibluk dan I Gusti Ngurah
Ketut Sangut yang bernama, I Gusti Ngurah Kepeng menurunkan 8
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
100
orang putra, masing-masing bernama: I Gusti Ngurah Darma, I Gusti
Ayu Kerti, I Gusti Ngurah Arimbawa, I Gusti Ngurah Ayu Raka, I Gusti
Ngurah Wirata, I Gusti Ayu Nuratni, I Gusti Ngurah Alit Adi Wijaya
dan I Gusti Ayu Muratni. Putra ke 2 dari I Gusti Ayu Cibluk dan I Gusti
Ngurah Ketut Sangut yang bernama, I Gusti Made Kepeg menurunkan
seorang putra yang bernama I Gusti Ayu Sekar, kemudian setelah istri
dari I Gusti Ngurah Made Kepeg meninggal beliau menikah sebagai istri
ke Jero Meranggi dan tidak memiliki keturunan.

Keterangan Denah
1. Pelinggih Padma 2. Pelinggih Kemimitan
3. Pelinggih Ratu Ngurah 4 Pelinggih Ratu Nyoman
5. Pelinggih Dewata Dewati 6. Pelinggih Taksu
7. Pelinggih Ratu Ngurah Sakti 8. Pelinggih Dalem Karang
Mrajan
9. Paruman 10. Bale gong
11. Candi Bentar

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


101
Putra ke 3 dari I Gusti Ayu Cibluk dan I Gusti Ngurah Ketut Sangut
yang bernama I Gusti Ngurah Rai menurunkan 3 orang putra, masing-
masing bernama: I Gusti Ayu Niti, I Gusti Ayu Nadi dan I Gusti Ayu
Mariani. Putrake 6 dari I Gusti Ayu Cibluk dan I Gusti Ngurah Ketut
Sangut yang bernama I Gusti Ngurah Oka menurunkan 2 orang putra,
masing-masing bernama: I Gusti Ngurah Darma Putra dan I Gusti
Ngurah Anom Bali Putra. Putra pertama dari I Gusti Ngurah Made
Pegeg yang bernama I Gusti Ngurah Sudiarta menurunkan 3 orang
putra, masing-masing bernama I Gusti Ayu Ngurah Trisna Wati, I Gusti
Ayu Ari Mulyatini dan I Gusti Ngurah Purnama Adi Putra. Sedangkan
putra ke 3 dari I Gusti Ngurah Made Pegeg yang bernama I Gusti
Ngurah Sujana menurunkan 2 putra masing-masing bernama I Gusti
Ayu Purwanti dan I Gusti Ngurah Darma Saputra.
Selanjutnya putra ke 3 dari I Gusti Ngurah Kepeng, yaitu I Gusti
Ngurah Arimbawa menurunkan putra masing – masing benama, I Gusti
Ayu Sayang Tirtayanti dan dan I Gusti Ngurah Rai Wibawa. Sedangkan
putra yang ke 5, I Gusti Ngurah Wirata menurunkan seorang putra yang
bernama, I Gusti Ngurah Bagus Budiawan. Selanjutnya putranya yang
ke 7, I Gusti Ngurah Alit Adi Wijaya juga menurunkan seorang putra
yang bernama I Gusti Ngurah Dedy Antara Yasa.
Selanjutnya putra pertama dari I Gusti Ngurah Oka, yaitu I Gusti
Ngurah Dharma Putra menurunkan 2 orang putra masing-masing
bernama, I Gusti Ngurah Mradangga Putra dan I Gusti Ayu Mirah
Tirtayoni. Sedangkan putra kedua dari I Gusti Ngurah Oka yaitu I Gusti
Ngurah Anom Bali Putra selanjutnya menurunkan 2 orang putra masing-
masing bernama, I Gusti Ngurah Bagus Satria Kirana dan I Gusti
Ngurah Gede Grih Kirana.
Selanjtnya putra ke 3 dari I Gusti Ngurah Sudiarta yang bernama I Gusti
Ngurah Purnama Adi Putra menurunkan putra masing – masing
bernama, I Gusti Ngurah Agung Pandhu Wasista dan I Gusti Ngurah
Agung Parthasarathi wasista. Selanjutnya putra ke 2 dari I Gusti Ngurah
Arimbawa yang bernama I Gusti Ngurah Rai Wibawa menurunkan putra
yang bernama I Gusti Ayu Hany Alisha Putri
VII.3.10. Jero Bekul Saren Kangin, Sibang Kaja.
Jero Bekul Saren Kangin adalah sub dari Jero Bekul utama sebelumnya.
Keberadaan Jero Bekul Saren Kangin berawal dari putra pertama I Gusti
Ngurah Wayan Aseman di Jero Bekul utama yang bernama I Gusti
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
102
Ngurah Putu Seraka meninggalkan Jero Bekul Utama selanjutnya I
Gusti Ngurah Putu Seraka membangun jero baru disebelah timur Jero
Bekul Utama yang diberi nama Jero Bekul Saren Kangin.

Foto Merajan Jero Bekul Saren Kangin, Sibang Kaja

Keterangan Denah

1. Pelinggih Kamulan 2. Pelinggih Ratu Ngurah


3. Pelinggih Gedong Batu 4. Pelinggih Taksu
5. Pelinggih Dalem Karang 6. Paruman/ Piasan
Mrajan
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
103
Setelah sekian lama menikah I Gusti Ngurah Putu Seraka tidak memiliki
keturunan, kemudian beliau mengangkat seorang putra dari trah
Aseman yang bernama I Gusti Ngurah Ketut Kreped. Selanjutnya I
Gusti Ngurah Ketut Kreped menurunkan 2 orang putra, masing-masing
bernama: I Gusti Ngurah Putu Tegeg seorang putra yang diangkat dari
Jero Meranggi dan I Gusti Ngurah Made Tegig. Setelah sekian lama
menikah I Gusti Ngurah Putu Tegeg tidak memiliki keturunan kemudian
beliau mengangkat seorang putra dari Jero Meranggi, yang bernama I
Gusti Ayu Gujug. Sedangkan I Gusti Ngurah Made Tegig menurunkan 7
orang putra, masing-masing bernama: I Gusti Ngurah Putu Teges, I
Gusti Ngurah Rasna, I Gusti Ngurah Ari Susila, I Gusti Ngurah...
(meninggal pada usia muda), I Gusti Ngurah Putra Naya, I Gusti Ayu
Rai dan I Gusti Ngurah Wardana.
Dikisahkan putra pertama dari I Gusti Ngurah Made Tegig, yaitu I Gusti
Ngurah Putu Teges menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama:
I Gusti Ayu Budiani, I Gusti Ayu Budiawati dan I Gusti Ngurah Bagus
Wilantara (mengangkat anak dari I Gusti Ngurah Wardana),
Selanjutnya putra keduanya, yaitu I Gusti Ngurah Rasna menurunkan 4
orang putra, masing-masing bernama: I Gusti Ayu Puriani, I Gusti Ayu
Trisna Dewi, I Gusti Ayu Sri Pradnyawati dan I Gusti Ngurah Putra
Yasa. Kemudian putra ke 3 nya, yaitu I Gusti Ngurah Ari Susila
menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: I Gusti Ngurah Ari
Wijana dan I Gusti Ngurah Alit. Sedangkan putra ke 5 nya, yaitu I Gusti
Ngurah Putra Naya menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama:
I Gusti Ayu Yuni Suantini dan I Gusti Ngurah Anom Juliawan dan
putranya yang bungsu, yaitu I Gusti Ngurah Wardana menurunkan 4
orang putra, masing-masing bernama: I Gusti Ayu Dwipayani, I Gusti
Ayu Febrianti, I Gusti Ngurah Andika Darma Putra dan I Gusti Ngurah
Bagus Wilantara yang kemudian diangkat sebagai putra oleh I Gusti
Ngurah Putu Teges.
Selanjutnya putra pertama dari I Gusti Ngurah Ari Susila yang bernama
I Gusti Ngurah Ari Wijana menurunkan 2 orang putra masing - masing
bernama, I Gusti Ayu Wilandari Maharani dan I Gusti Ayu Sri
Mahayoni.
VII.3.11. Jero Bekul Kuta, Kuta
Jero Bekul Kuta adalah sub dari Jero Bekul utama sebelumnya.
Keberadaan Jero Bekul Kuta berawal pada saat Generasi ke 9 dari garis
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
104
keturunan Kyai Anglurah Mambal Sakti yang bernama I Gusti Ngurah
Made Lengoh yang dikisahkan mengembara dari Jero Bekul Sibang
Kaja menuju wilayah Kuta mengiringi Brahmana dari Giriya Pada dan

Foto Merajan Jero Bekul Kuta

selanjutnya I Gusti Ngurah Made Lengoh membangun Jero di Wilayah


Kuta, yang diberi nama Jero Bekul Kuta dan kemudian beliau
menurunkan seorang putra yang diberi nama I Gusti Ngurah Kompiang
Suweca, kemudian I Gusti Ngurah Kompiang Suweca menurunkan 4
orang putra, masing-masing bernama: I Gusti Ayu Rai Nyici, I Gusti
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
105
Ngurah Semadi, I Gusti Ayu Suratmi dan I Gusti Ngurah Alit Satem.
Selanjutnya I Gusti Ngurah Semadi menurunkan 2 orang putra, masing-
masing bernama: I Gusti Ngurah Putu Sujana dan I Gusti Ayu
Kusumawati. Sedangkan I Gusti Ngurah Alit Satem menurunkan 2
orang putra masing-masing bernama: I Gusti Lanang Bagus Jinendra
dan I Gusti Ayu Putri Cantika Prameswari.
VII.3.12. Jero Bekul Saren Kauh-Sibang Kaja.
Jero Bekul Saren Kauh adalah sub dari Jero Bekul utama sebelumnya.
Keberadaan Jero Bekul Saren Kauh dibangun oleh putra ke 3 dari I
Gusti Ngurah Made Gerong di Jero Bekul utama yang bernama I Gusti
Ngurah Kantor, selanjutnya beliau menurunkan 7 orang putra, masing-
masing bernama: I Gusti Ayu Otel, I Gusti Ayu Gotri, I Gusti Ngurah
Ketut Dos, I Gusti Ngurah Oka Yadnya, I Gusti Ngurah Sarbi, I Gusti
Ngurah Pernawa dan I Gusti Ayu Suartini.

Merajan Jero Bekul Saren Kauh, Sibang Kaja

I Gusti Ngurah Ketut Dos, menurunkan 3 orang putra, masing-masing


bernama: I Gusti Ngurah Budi Adnyana, I Gusti Ngurah Sudana Putra
dan I Gusti Ayu Suryani. I Gusti Ngurah Oka Yadnya menurunkan 4
orang putra, masing-masing bernama: I Gusti Agung Ngurah Agung, I
Gusti Agung Ayu Kusumawati, I Gusti Agung Ayu Sriyani dan I Gusti
Agung Ngurah Bagus. I Gusti Ngurah Sarbi menurunkan 4 orang putra,
masing-masing bernama: I Gusti Ayu Muliatini, I Gusti Ngurah Putra, I
Gusti Ngurah Alit dan I Gusti Ngurah Anom, I Gusti Ngurah Sarbi

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


106

Keterangan Denah Mrajan Jero Bekul Saren Kauh:

1. Pelinggih Dalem Karang 2. Pelinggih Taksu


Mrajan
3. Pelinggih Padmasari 4. Pelinggih Kamimitan
5. Pelinggih PAnglurah 6. Paruman / Piasan
7. Bale Gong

selanjutnya meninggalkan Jero Bekul Saren Kauh sekitar tahun 1978


menuju Parigi Sulawesi bersama ke 4 putra-putranya selanjutnya beliau
membangun jero yang diberi nama Jero Bekul Parigi Sulawesi,
keturunannya selanjutnya akan diceritakan di garis keturunan Jero Bekul
Parigi Sulawesi. I Gusti Ngurah Prenawa menurunkan 2 orang putra,
masing-masing bernama: I Gusti Ayu Purjuniatni dan I Gusti Ngurah
Agung Mabriyuda.
Selanjutnya putra pertama dari I Gusti Ngurah Dos yaitu I Gusti Ngurah
Budi Adnyana menurunkan 2 orang putra masing-masing bernama : I
Gusti Ayu Ari Pradnyawati dan I Gusti Ngurah Bagus Adinda Wiguna.
Sedangkan putranya yang ke 2 yaitu I Gusti Ngurah Sudana Putra
menurunkan 2 putra masing2 bernama I Gusti Ngurah Surya Nadendra
dan I Gusti Ngurah Candra Dwinendra. Dikisahkan putra pertama dari I
Gusti Ngurah Oka Yadnya, yaitu I Gusti Agung Ngurah Agung
menurunkan 2 orang putra masing-masing bernama: I Gusti Ayu Adnya
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
107
Narayani dan I Gusti Ngurah Andrayuga Wedanta. Sedangkan putranya
yang ke 4, yaitu I Gusti Agung Ngurah Bagus menurunkan 3 orang putra
masing-masing bernama : I Gusti Ngurah Agung Satria Wiguna, I Gusti
Ngurah Agung Candra Dharma Semadi, I Gusti Ngurah Agung Aruna
Adi Bhaskara.
VII.3.13. Jero Bekul Parigi, Sulawesi
Jero Bekul Parigi adalah merupakan pecahan dari Jero Bekul Saren
Kauh, yang dibangun oleh putra ke 5 dari I Gusti Ngurah Kantor yang
bernama I Gusti Ngurah Sarbi. Pada sekitar tahun 1978 beliau
meninggalkan Jero Bekul Saren Kauh menuju Parigi Sulawesi bersama
ke 4 putranya yang masih anak-anak, disebutkan masing-masing
bernama: I Gusti Ayu Muliatini, I Gusti Ngurah Putra, I Gusti Ngurah
Alit dan I Gusti Ngurah Anom. Setelah sekian lama I Gusti Ngurah
Sarbi membangun jero yang diberi nama Jero Bekul Parigi Sulawesi.
Dikisahkan ke 4 putra beliau masing-masing menurunkan putra, antara
lain: I Gusti Ngurah Putra menurunkan 3 orang putra masing-masing
bernama I Gusti Agung Savitri Vidyanindi, I Gusti Agung Vidyautari
Putri dan I Gusti Ngurah Agung Ramananda Triguna.

Foto Jero Bekul Parigi, Sulawesi

I Gusti Ngurah Alit menurunkan 3 orang putra masing-masing bernama:


I Gusti Ayu Gita Widyaswari, I Gusti Agung Krishna Dwipayana dan I
Gusti Ngurah Bagus Kaisar. I Gusti Ngurah Anom juga menurunkan 3
orang putra masing-masing bernama : I Gusti Ngurah Bagus Gayatri
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
108
Narayana, I Gusti Ngurah Lanang Dwipayana dan I Gusti Ngurah Adi
Ramaditya.

VII.3.14. Jero Anyar Sibang Kaja


Jero Anyar Sibang Kaja adalah salah satu Jero yang menurunkan garis
purusa dari Kiyayi Anglurah Mambal Sakti hingga kini. Dikisahkan
Kyai Anglurah Mambal Sakti menurunkan 2 orang putra, masing-
masing bernamaI Gusti Ngurah Gede Mambal atau Kiyayi Anglurah
Mambal Sakti II dan I Gusti Ngurah Made Pengkuh.

Foto Mrajan Jero Anyar


PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
109
I Gusti Ngurah Made Pengkuh dalam beberapa data pendukung,
diperkirakan bermukim di wilayah perbatasan timur wilayah Manca-Gra
Mambal, sekitar Sungai Ayung dan Sungai Wos dan menurunkan putra
dan cucu hingga sekarang. I Gusti Ngurah Gede Mambal menurunkan 4
orang putra, masing-masing bernama: I Gusti Ngurah Putu Mambal, I
Gusti Ngurah Made Mambal, I Gusti Ngurah Gede Gerih dan I Gusti
Ayu Luh Mambal. Dikisahkan I Gusti Ngurah Gede Gerih, menurunkan
2 orang putra, masing-masing bernama: I Gusti Ngurah Gede Lanang
dan I Gusti Ngurah Made Tegal.

1. Candi Bentar Mrajan 2. Paruman atau Piasan


3. Bale Gong 4. Pelinggih Ratu Panglurah
5. Pelinggih Rong Tiga 6. Pelinggih Padmasana
7. Pelinggih Taksu 8. Pelinggih Ibu
9. Pelinggih Dalem

Tidak dikisahkan tentang I Gusti Ngurah Made Tegal, dikisahkan I


Gusti Ngurah Gede Lanang menurunkan 2 orang putra, masing-masing
bernama: I Gusti Ngurah Gede Bengkel (Tidak dikisahkan) dan I Gusti
Ngurah Wayahan Meranggi. I Gusti Ngurah Wayahan Meranggi
menurunkan 8 orang putra, antara lain bernama: I Gusti Ngurah Putu
Meranggi yang membangun Jero Meranggi, I Gusti Ngurah Wayahan
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
110
Gede dan I Gusti Ngurah Nyoman Songkrong membangun Jero Bekul
bersama ayahnya, dan putranya yang bernama I Gusti Ngurah Ketut Rai
membangun Jero Anyar.
Setelah menetap di Jero Bekul I Gusti Ngurah Wayahan Meranggi,
kembali menurunkan putra yaitu: I Gusti Ngurah Wayan Aseman dan I
Gusti Ngurah Made Aseman (tidak dikisahkan), I Gusti Ngurah Ketut
Dangin (juga tidak dikisahkan) dan I Gusti Ayu…(meninggal).
Dikisahkan putra ke 4 dari I Gusti Ngurah Wayahan Meranggi yang
bernama I Gusti Ngurah Ketut Rai memilih untuk tetap tinggal di areal
Puri Lanang, dan kemudian membangun Jero di sebelah selatan Puri
Lanang, yang selanjutnya diberi nama Jero Anyar. I Gusti Ngurah Ketut
Rai kemudian menurunkan seorang putra bernama I Gusti Ngurah
Matahan Gede. Setelah sekian lama menikah I Gusti Ngurah Matahan
Gede tidak memiliki keturunan, kemudian beliau mengangkat seorang
putra yang bernama I Gusti Ngurah Bongkos dari Jero Bekul. Sekian
lama berumah tangga, I Gusti Ngurah Bongkos tidak juga mempunyai
putra, sehingga mengangkat putra saudaranya di Jero Bekul yang
bernama I Gusti Ayu Raja. Turut serta dalam pengangkatan tersebut
keponakan dari I Gusti Ayu Raja di Jero Bekul yang bernama I Gusti
Ngurah Jenar yang masih berusia anak-anak, dan beberapa lama
kemudian ayah dari I Gusti Ngurah Jenar yang bernama I Gusti Ngurah
Putu Rengen turut serta ke Jero Anyar menyusul putranya, I Gusti
Ngurah Jenar. Setelah cukup umur I Gusti Ayu Raja sebagai sentana
rajeg dinikahkan dengan I Gusti Ngurah Ketut Kaler dan menurunkan
10 orang putra, masing-masing bernama: I Gusti Ngurah Sepug, I Gusti
Ngurah Gejen, I Gusti Ayu Rarit, I Gusti Ngurah Gede, I Gusti Ngurah
Alit, I Gusti Ayu Renteb, I Gusti Ayu Rame, I Gusti Ngurah Kubuk, I
Gusti Ayu Nadi dan I Gusti Ayu Ngepil.
Dikisahkan kemudian I Gusti Ngurah Sepug memilih untuk membangun
jero baru yang dikenal dengan nama Jero Anyar Susuk, mengenai garis
keturunan beliau selanjutnya akan dikisahkan pada garis keturunan di
Jero Anyar Susuk. Demikian juga halnya dengan I Gusti Ngurah Gejen
memilih meninggalkan Jero Anyar membangun jero baru yang
kemudian diberi nama Jero Anyar Kubon, yang garis keturunannya akan
dikisahkan di garis keturunan di Jero Anyar Kubon.
Selanjutnya dikisahkan putra ke 4 dari pasangan rajeg I Gusti Ayu Raja
dan I Gusti Ngurah Ketut Kaler yang bernama I Gusti Ngurah Gede,
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
111
menurunkan 2 orang putra, masing masing bernama: yang tertua tidak
diketahui namanya dan sudah meninggal adiknya bernama I Gusti
Ngurah Gede Namia. I Gusti Ngurah Kubuk setelah lama menikah tidak
memiliki keturunan, kemudian mengangkat putra ke 3 dari I Gusti
Ngurah Wija Jero Bekul, yang bernama I Gusti Ngurah Wijana
dijadikan putra penuntun. I Gusti Gede Namia kemudian menurunkan 3
orang putra, masing-masing bernama: I Gusti Ayu Agung Inten
Narapatni, I Gusti Gede Agung Naranata dan I Gusti Gede Agung
Amungkurat.
Dikisahkan I Gusti Ngurah Jenar menurunkan seorang putra bernama I
Gusti Ngurah Sengkuran yang selanjutnya menurunkan 2 orang putra,
masing-masing bernama: I Gusti Ngurah Nama Arnawa dan I Gusti Ayu
Ari. I Gusti Ngurah Nama Arnawa menurunkan 3 orang putra, masing-
masing bernama: I Gusti Ngurah Adnyana Putra, I Gusti Ngurah Rai
Pramana dan I Gusti Ngurah Atmaja Putra.
Selanjutnya putra pertama dari I Gusti Ngurah Nama Arnawa yang
bernama I Gusti Ngurah Adnyana Putra menurunkan 2 orang putra
masing – masing bernama, I Gusti Ngurah Bagus Ananda Putra dan I
Gusti Ayu Istri Maheswari. Putra kedua dari I Gusti Ngurah Nama
Arnawa yang bernama I Gusti Ngurah Rai Pramana menurunkan 3
orang putra yang masing-masing bernama I Gusti Ayu Mirah
Pradnyawati, I Gusti Ayu Nariyadnya Dewi dan I Gusti Ayu Sinta
Lestari Putri. Sedangkan putra ketiga dari I Gusti Ngurah Nama Arnawa
yang bernama I Gusti Ngurah Atmaja Putra kemudian menurunkan 3
orang putra yang masing-masing bernama, I Gusti Ngurah Bagus Adi
Putra, I Gusti Ayu Dwi Rahayu Permatasari dan I Gusti Ayu Agung
Pramiswari Dewi.
VII.3.15. Jero Anyar Susuk, Sibang Kaja
Jero Anyar Susuk adalah sub dari Jero Anyar yang dibangun oleh Putra
pertama dari pasangan I Gusti Ayu Raja dengan I Gusti Ngurah Ketut
Kaler yang bernama I Gusti Ngurah Sepug, beliau memilih untuk
membangun jero sendiri kemudian diberi nama Jero Anyar Susuk.
Beliau menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama I Gusti
Ngurah Oka Monokan, I Gusti Ngurah Nyoman Suardana dan I Gusti
Ngurah Ketut Puglur. I Gusti Ngurah Oka Monokan mengangkat
seorang putra yang bernama I Gusti Ngurah Sarjana dari Trah Lanang
Dauh. I Gusti Ngurah Nyoman Suardana menurunkan 4 orang putra,
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
112
masing-masing bernama: I Gusti Ayu Surati, I Gusti Ayu Megawati, I
Gusti Ayu Rai (meninggal) dan I Gusti Ayu Alit Sumariati. I Gusti
Ngurah Ketut Puglur menurunkan seorang putra bernama I Gusti Ayu
Mertiyani.

Merajan Jero Anyar Susuk, Sibang Kaja

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


113
Keterangan Denah
1 Candi Bentar 2 Paruman / Piasan
3 Pelinggih Pepelik 4 Pelinggih Penglurah
5 Pelinggih Kamulan 6 Pelinggih Padma
7 Pelinggih Taksu 8 Dalem Karang Mrajan
9 Bale Gong

Selanjutnya I Gusti Ngurah Sarjana menurunkan 6 orang putra masing-


masing bernama, I Gusti Agung Ayu Ratih Kartini Ningrum, I Gusti
Agung Ayu Dewi Kumala Ningrum, I Gusti Ngurah Agung Anom
Suryawan, I Gusti Agung Anggi Kumala Sari, I Gusti Agung Ngurah
Adipta Negara dan I Gusti Agung Ngurah Andika Kumara Jaya.
Selanjutnya putra dari I Gusti Ngurah Ketut Puglur yang bernama I
Gusti Ayu Mertiyani dijadikan Sentana Rajeg dinikahkan dengan I Gusti
Kompyang Suardika dari Trah Arya Pinatih kemudian menurunkan
seorang putra yang bernama I Gusti Putu Ngurah Mahaputra.
VII.3.16. Jero Anyar Kubon, Sibang Kaja
Jero Anyar Kebon adalah sub dari Jero Anyar yang dibangun oleh Putra
kedua dari I Gusti Ayu Raja dan Ngurah Ketut Kaler yang bernama I
Gusti Ngurah Gejen,

Foto Merajan Jero Anyar Kubon,Sibang Kaja

beliau menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama I Gusti


Ngurah Oka, I Gusti Ayu Raka dan I Gusti Ayu Bija. I Gusti Ngurah
Oka kemudian menurunkan 4 orang putra, antara lain bernama I Gusti
Ngurah Putra Denaya, I Gusti Ayu Alit Sumerti, I Gusti Ayu Marini dan
I Gusti Ngurah Parwata. Selanjutnya I Gusti Ngurah Putra Denaya
menurunkan 3 orang putra masing-masing bernama I Gusti Ayu
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
114
Yundari, I Gusti Ngurah Gede Jaya Kusuma dan yang bungsu bernama I
Gusti Ngurah Adi Putra.

Keterangan Denah Mrajan Jero Anyar Kubon

1. Candi Bentar 2. Paruman / Piasan


3. Pelinggih Ratu Panglurah 4. Pelinggih Kamulan
5. Pelinggih Gedong Sari 6. Pelinggih Taksu
7. Dalem Karang Mrajan

I Gusti Ngurah Parwata menurunkan 2 orang putra masing-masing


bernama, I Gusti Ngurah Agung Yoga Dipayana dan I Gusti Ngurah
Agung Wira Krisnawan.
VIII.3.17. Sekilas tentang Jero Poh Tegeh, Sibang Kaja
Cikal bakal terbentuknya generasi Anglurah Mambal Sakti di Jero Poh
Tegeh dimulai dari kisah Kyai Anglurah Mambal Sakti menurunkan
dua orang putra laki-laki, masing-masing bernama I Gusti Ngurah Gede
Mambal yang kemudian diabhiseka bergelar Kyayi Anglurah Rsi
Mambal (Anglurah Mambal Sakti II) dan I Gusti Ngurah Made
Pengkuh. Selanjutnya I Gusti Ngurah Gede Mambal menurunkan 4
orang putra, masing masing bernama: I Gusti Ngurah Putu Mambal, I
Gusti Ngurah Made Mambal, I Gusti Ngurah Gede Gerih, dan seorang
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
115
putri bernama I Gusti Ayu Luh Mambal. Seperti yang dikisahkan pada
halaman sebelumnya tentang pengembaraan I Gusti Ngurah Putu
Mambal menuju Den Bukit-Tampaksiring-Batuyang-Ubung dan terakhir
menetap di Sibang. Selanjutnya I Gusti Ngurah Putu Mambal
menurunkan seorang putra yang bernama I Gusti Ngurah Gede Mambal
(sama dengan nama kakeknya). Setelah dewasa I Gusti Ngurah Gede
Mambal mengambil istri dan menurunkan 6 orang putra, yaitu Ida
Dewata Dipada, I Gusti Ngurah Lanang, I Gusti Ngurah Rai dan
putranya yang lahir di Jero Poh Tegeh bernama I Gusti Ngurah Puaji, I
Gusti Ngurah Made Genuk dan I Gusti Ngurah Mangkok.
Disusun kembali dari cerita turun-temurun dan peninggalan sejarah
yang ada, sekitar tahun 1864 datanglah orang-orang Jagamati (sekarang
bernama Jagapati) meminta bantuan pada I Gusti Ngurah Gede Mambal
di Sibang (sekarang bernama Sibang Kaja) untuk mengamankan wilayah
Jagamati yang akan dikuasai oleh penguasa Batubulan pasca runtuhnya
Puri Mengwi di Munggu. Kemudian I Gusti Ngurah Gede Mambal
memerintahkan putranya yaitu I Gusti Ngurah Puaji dan 40 orang
pengikut untuk mengamankan wilayah Jagamati, turut serta dalam
perjalanan tesebut I Gusti Ngurah Made Genuk dan I Gusti Ngurah
Mangkok. Setelah I Gusti Ngurah Puaji beserta warga Jagamati berhasil
mengamankan wilayah Jagamati, beliau kemudian memimpin warga
untuk menata wilayah Jagapati selama 9 tahun dan membangun Pura
Puseh. Setelah wilayah Jagapati tertata dengan baik, I Gusti Ngurah
Puaji memilih untuk meninggalkan Jagapati kembali ke Sibang,
sedangkan kedua adiknya I Gusti Ngurah Made Genuk dan I Gusti
Ngurah Mangkok memilih untuk tetap tinggal di Jagapati (dikenal
dengan nama Jero Pakuaji atau Jero Jagapati) bersama warga Sibang
yang kemudian menetap di Jagapati (saat ini dikenal dengan warga
Banjar Sibang). Tercatat I Gusti Ngurah Made Genuk menurunkan putra
dan cucu (sampai 2 generasi saja) sedangakan I Gusti Ngurah Mangkok
tidak menikah sampai tutup usia.
Dikisahkan setelah I Gusti Ngurah Puaji kembali ke Sibang, beliau
kemudian membangun Jero Poh Tegeh (sebutan Jero Pohaji pada masa
Mekel Jero Pudak Puaji) di perempatan sebelah timur Puri Lanang yang
diresmikan pada tahun 1875, sebagai titik perpindahan kedua setelah
mengambil istri Gusti Ayu Rai di Jero Bun Pinatih. Semasa hidupnya I
Gusti Ngurah Puaji pernah duduk sebagai Sedahan Ageng yang
kemudian menurunkan 9 orang putra, masing-masing bernama: I Gusti
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
116
Ngurah Putu Tilem, I Gusti Ayu Nama, I Gusti Ngurah Gede
(meninggal muda), I Gusti Ngurah Ketut Jil, I Gusti Ayu Limbur, I
Gusti Ayu Nik (meninggal muda), I Gusti Ngurah Gentuh, I Gusti
Ngurah Tuger dan I Gusti Ayu Lembut.

Foto Merajan dan denah Jero Poh Tegeh Sibang

Keterangan Denah:

1. Padma 2. Kamimitan atau Kemulan


3. Pengelurah Agung 4. Gedong Sari
5. Taksu 6. Ratu Gede Bende
7. Paruman atau Piasan 8. Apit Lawang Kiwa Tengen

Putra pertama dari I Gusti Ngurah Puaji yang bernama I Gusti Ngurah
Putu Tilem setelah dewasa mengambil istri dari Jero Bekul (putri dari I
Gusti Ngurah Putu Angkik) yang bernama I Gusti Ayu Ceprok namun
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
117
tidak menurunkan putra, kemudian I Gusti Ngurah Putu Tilem
mengangkat keponakan dari I Gusti Ayu Ceprok di Jero Bekul yang
bernama I Gusti Ayu Kupeg. Beberapa lama kemudian dikisahkan I
Gusti Ayu Kupeg akhirnya kembali lagi ke Jero Bekul. Tidak dikisahkan
tentang I Gusti Ayu Nama, I Gusti Ngurah Gede, I Gusti Ngurah Ketut
Jil, I Gusti Ayu Limbur, I Gusti Ayu Nik, I Gusti Ngurah Tuger dan I
Gusti Ayu Lembut.
Dikisahkan kini putra ke 7 dari I Gusti Ngurah Puaji yang bernama I
Gusti Ngurah Gentuh mengambil istri yang bernama I Gusti Ayu Oka
dari Jero Bun Pinatih namun tidak menurunkan putra, kemudian I Gusti
Ngurah Gentuh mengangkat putra bernama I Gusti Ngurah Darma (Jero
Bun Pinatih). Selanjutnya I Gusti Ngurah Darma menurunkan 3 orang
putra, masing-masing bernama: I Gusti Ngurah Agung Eka Darmadi, I
Gusti Ayu Damayanti dan I Gusti Ngurah Agung Gede Triyana Putra.
Putra pertama dari I Gusti Ngurah Darma yang bernama I Gusti Ngurah
Agung Eka Darmadi menurunkan 2 orang putra masing-masing
bernama, I Gusti Agung Istri Laksmitha Jayapratiwi dan I Gusti Ngurah
Agung Gde Putra Paku Dharmawijaya. Sedangkan putra ketiga dari I
Gusti Ngurah Darma yang bernama I Gusti Ngurah Agung Gede
Triyana Putra menurunkan putra yang bernama I Gusti Ayu Agung
Wina Wulandari.
VII.3.18. Jero Nyuhung Nusa Penida.
Dikisahkan generasi ke 5 dari Anglurah Mambal Sakti yang bernama I
Gusti Ngurah Wayahan Meranggi menurunkan putra 8 orang, masing-
masing bernama: I Gusti Ngurah Putu Meranggi, I Gusti Ngurah
Wayahan Gede, I Gusti Ngurah Nyoman Songkrong, I Gusti Ngurah
Ketut Rai, I Gusti Ngurah Wayan Aseman, I Gusti Ngurah Made
Aseman, I Gusti Ngurah Ketut Dangin dan I Gusti Ayu ..... meninggal.
Sekian lama waktu berlalu, berdasarkan catatan dan penuturan
Pengelingsir di Tanglad Nusa Penida, diceritakan I Gusti Ngurah
Wayahan Meranggi mengambil istri dari Sempidi, bernama Jero
Sempidi menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: I Gusti
Ngurah Rai Batan dan I Gusti Ngurah Ketut Batan (tidak dikisahkan). I
Gusti Ngurah Rai Batan kini dikisahkan, setelah menginjak dewasa
meninggalkan Sibang Kaja menuju ke Nusa Penida menyertai I Gusti
Agung Nyoman Munggu, yang dikisahkan pada masa pemerintahan I
Gusti Agung Made Agung Raja ke VIII Mengwi yang bergelar Cokorda
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
118
Agung Ngurah Made Agung beliau didampingi oleh raja muda yang
bernama Cokorda Made Kandel, seorang putra yang diangkat dari Dewa
Agung Made dari kerajaan Dalem Sukawati oleh I Gusti Agung Putu
Mayun. Cokorda Made Kandel menurunkan 2 orang putra yaitu, I Gusti
Agung Putu Mayun Mreta dan I Gusti Agung Nyoman Munggu. Setelah
wafat Cokorda Made Kandel bergelar Bhatare Ring Saren Sibang.
Kemudian dalam masa pemerintahan I Gusti Agung Made Agung Raja
IX Mengwi, yang bergelar Cokorda Ngurah Made Agung, pada tahun
1830 = 1835 berselisih dengan adik tirinya yaitu I Gusti Agung Ketut
Agung. Raja juga menjalankan fitnah terhadap I Gusti Agung Nyoman
Munggu hingga beliau diasingkan oleh Dewa Agung Klungkung ke
Nusa Barong (Nusa Penida). Dikisahkan rombongan I Gusti Agung
Nyoman Munggu dan I Gusti Ngurah Rai Batan menyeberang dari
pantai Kusamba menaiki perahu kecil dan mendarat di Pantai Atuh
selanjutnya menuju Desa Karang Ampel.

Foto Mrajan Jero Nyuhung Nusa Penida

Keseharian dari I Gusti Ngurah Rai Batan adalah menjalankan Dharma


Usada, untuk melaksanakan pemujaan dalam melaksanakan kewajiban,
dibangun kemudian sebuah parahyangan dengan nama Merajan Giriya.
Sekian lama di Desa Karang Ampel, selanjutnya I Gusti Ngurah Rai
Batan menuju arah selatan pulau tepatnya di Desa Sekartaji, juga
membangun parahyangan dengan nama Merajan Giriya, seperti yang
sudah dibangun di Desa Karang Ampel.

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


119
I Gusti Agung Nyoman Munggu yang sudah selesai melaksanakan
tugas, membenahi tata kelola Desa di Nusa Penida diperintahkan
kembali ke Mengwi. I Gusti Ngurah Rai Batan memilih untuk tinggal
menetap di Sekartaji mengambil istri dan menurunkan 2 orang putra,
masing-masing bernama: I Gusti Wayan Sekar dan I Gusti Made Sekar.
Pada suatu kesempatan I Gusti Ngurah Rai Batan bertemu dengan
penguasa Desa Tanglad saat melaksanakan tugas Dharma Usada, adalah,

Keterangan Denah:

1. Rong Tiga 2. Gedong Bata


3. Meru Tumpang 3 4. Padma
5. Taksu 6. Paruman
7. Piasan 8. Limas Sari- Limas Catu
9. Saluang 10. Penyineban
11. Pertiwi 12. Ratu Anglurah Agung
13. Rong 2 14. Peselang
15. Penyawangan M Sibang 16. Apit Lawang
17. Kori Agung 18. Candi Bentar

Ki Pasek Tutuan menghaturkan tempat untuk membangun jero, setelah


selesai diupacarai dinamakan Jero Nyuhung selanjutnya membangun
merajan yang dinamakan sebagai Merajan Giriya Wayahan. Warga Arya
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
120
Wang Bang Pinatih di bagian hilir membangun juga parahyangan
dengan nama Merajan Giriya Nguda, warga Arya Kenceng dan warga
Pasek Gelgel juga masing-masing membangun parahyangan dengan
letak dan posisi berjejer hulu-tebenan sebagai tempat memuja Ida Sang
Hyang Widhi Wasa dan manisfestasi Beliau termasuk juga seluruh
luluhur.
Dikisahkan di Jero Nyuhung, putra pertama dari I Gusti Ngurah Rai
Batan yang bernama I Gusti Wayan Sekar menurunkan seorang putra
yang bernama I Gusti Wayan Manca. I Gusti Wayan Manca
menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama Jero Wayan Kilat
dan Jero Wayan Jabrag. Jero Wayan Kilat dikisahkan menurunkan 4
orang putra, masing-masing bernama: Jero Wayan Grarah, Jero Made
Tetep, Jero Nyoman Gede dan Jero Nyoman Regeh. Jero Wayan Grarah
menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama: I Wayan Grarah, I
Nyoman Greneng dan I Ketut Sekar.
Dikisahkan I Wayan Grarah menurunkan 2 orang putra bernama I
Wayan Pijer dan I Ketut Taman. Selanjutnya putra pertama dari I
Wayan Grarah bernama I Wayan Pijer menurunkan 6 orang putra
diantaranya Ni Gede Tantri, Ni Nyoman Sari, I Wayan Mujana, I Putu
Astawa, Ni Ketut Darti, dan Ni Nengah Suastini. Dilanjutkan ceritranya
putra ketiga dari I Wayan Pijer bernama I Wayan Mujana beristrikan Ni
Wayan Setia menurunkan 4 orang putra mereka adalah, Ni Putu Nirliani,
I Kadek Mertiyadnya, Ni Komang Marini Sriastuti, I Ketut Indra
Juniartawan. Selanjutnya putra keempat I Wayan Pijer bernama Putu
Astawa menurunkan 2 orang putra, mereka adalah Ni Luh Rai
Sudiasprilina Wati dan Ade Putra Arimbawa dengan istri Ni Putu
Suciandari melahirkan 3 orang putra bernama Ni Putu Novi Berliana, Ni
Kadek Meara Maheswari Putri dan Ni Komang Gwan Clareta Putri.
Diteruskan putra kedua dari I Wayan Grarah bernama I Ketut Taman
menurunkan 2 orang putra bernama I Wayan Astika dan I Wayan
Cemeng. Selanjutnya I Wayan Astika menurunkan 1 orang putra
bernama I Gede Saptya Ardana dan adiknya I Wayan Astika bernama I
Made Cemeng menurunkan 2 orang putra masing-masing I Komang
Ardana dan I Ketut Sumantra.
Selanjutnya diceritakan putra ke-2 dari Jro Wayan Grarah bernama I
Nyoman Greneng menurunkan seorang putra bernama I Wayan Suder
kemudian I Wayan Suder (merantau ke Desa Nusa Sari, Melaya,
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
121
Jembrana) menurunkan 4 orang putra diantaranya, I Wayan Sukla, I
Gede Mambal, I Kadek Suama, dan I Komang Budagama. Dikisahkan
putra pertama I Wayan Suder yang bernama I Wayan Sukla mempunyai
seorang putra bernama Kadek Adi Wirawan, selanjutnya adik dari I
Wayan Sukla bernama I Gede Mambal menurunkan 3 orang putra
bernama Ni Wayan Galuh Ariani, I Kadek Manda, dan I Komang Galih.
Selanjutnya dikisahkan adik dari I Gede Mambal bernama I Kadek
Suama tidak diceritakan dan adik dari I Kadek Suama bernama I
Komang Budagama menurunkan 2 orang putra yaitu Ni Putu Ayu Sita
dan I Kadek Ngurah Budi Kusuma.
Putra ketiga dari Jro Wayan Grarah bernama I Ketut Sekar menurunkan
5 orang putra mereka, Ni Wayan Putri, I Made Putra, Ni Nyoman Siti, I
Wayan Padu (ke Lampung Selatan) dan Ni Made Sari. Selanjutnya putra
kedua dari I Ketut Sekar bernama I Made Putra menurunkan 2 orang
putra bernama I Wayan Sudana dan I Putu Ngurah Adnyana Putra.
Diceritakan putra pertama dari I Made Putra bernama I Wayan Sudana
dengan istri Ni Made Nasir menurunkan dua orang putra bernama Ni
Putu Indra dan I Made Yuli Wipradnyana. Dikisahkan adik dari I Wayan
Sudana bernama I Putu Ngurah Adnyana Putra beristrikan Ni Komang
Ani berputra 3 orang yakni, Ni Putu Anggi Widayanti, Kadek Deva
Juniarta, dan Ni Komang Gino Tania. Diceritakan putra ke-4 dari I Ketut
Sekar bernama I Wayan Padu menurunkan seorang putra bernama I
Komang Suwenda.
Diceritrakan Jero Made Tetep menurunkan 2 orang putra, masing-
masing bernama: I Wayan Tetep dan I Nyoman Rinyep. Putra pertama
dari I Wayan Tetep yaitu Jero Wayan Semantra dengan istrinya Ni
Wayan Ruci menurunkan 6 orang putra diantaranya Ni Wayan Santri, I
Nyoman Satria (I Nyoman Satya), Jro Mangku Ketut Mataram, Jro
Mangku Wayan Jagra, I Made Santra dan Ni Komang Sukri.
Putra kedua dari I Wayan Tetep bernama I Nyoman Tantra memiliki 3
orang istri yang pertama Ni Ketut Kabeh melahirkan 4 orang putra
bernama I Wayan Sukadana, Ni Kadek Murni, Ni Ketut Wati dan
terakhir Ni Wayan Suarni. Sedangkan istri yang kedua menurunkan
seorang putra bernama I Wayan Darma. Selanjutnya istri yang ketiga
dari I Nyoman Tantra namanya Ni Ketut Suari melahirkan seorang putra
bernama I Wayan Mertadana. Putra ketiga dari I Wayan Tetep bernama
I Made Sekar menurunkan dua orang putra adalah Ni Wayan Sri
Anggreni dan I Kadek Kardana. Putra keempat dari I Wayan Tetep
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
122
dengan nama I Made Seneng tinggal di Sumatra menurunkan dua orang
putra mereka, I Wayan Suyasa dan Ni Kadek Suyasih. Putra ke-5 dari I
Wayan Tetep bernama I Ketut Karta tinggal di Sumatra menurunkan 6
orang putra masing-masing I Wayan Murah, I Kadek Sudiana, I
Komang Ariawan, I Ketut Darmika, I Wayan Landep, I Nengah
Mambal.
Kembali dikisahkan putra Jro Mangku Wayan Semantra yang bernama I
Nyoman Satria menurunkan 2 orang putra mereka adalah Ni Putu Rai
Notisi dan I Kadek Ngurah Prayadnya. Kemudian putra ketiga dari Jro
Mangku Wayan Semantra bernama Jro Mangku Ketut Mataram tinggal
di Manukwari (Irian Jaya) menurunkan putra 3 orang masing-masing
Luh Ayu Pipit Puspayanti, Made Agus Sila Adnyana, dan terakhir Ni
Komang Astiti Santi Devi. Diceritakan putra keempat dari Jro Mangku
Wayan Semantra bernama Jro Mangku Wayan Jagra (Jro Mangku Gede
Dalem Ped Desa Nusa Sari) menurunkan Ni Putu Dewi Julianingsih, Ni
Kadek Kristina Juniantari, dan I Komang Agus Triatmaja. Selanjutnya
adik dari Jero Mangku Wayan Jagra yang bernama I Made Santra
dengan istri Ni Putu Wastri menurunkan 2 orang putra, bernama: Ayu
Tina Ariayanti dan Kadek Agus Palentino Dwiputra.
Diceritakan keturunan I Nyoman Tantra dengan istri pertama Ni Ketut
Kabeh yang bernama I Wayan Sukadana menurunkan 2 orang putra
bernama I Gede Ngurah Jeni Mahendra dan I Kadek Novi. Selanjutnya I
Nyoman Tantra dengan istri kedua Ni Nyoman Manis putranya bernama
I Wayan Darma menurunkan seorang putra bernama I Gede Jio
Aryawiguna. Seterusnya I Nyoman Tantra bersama istri ke-3 bernama
Ni Ketut Suari melahirkan seorang putra yaitu I Wayan Mertadana
selanjutnya menurunkan 2 orang putra mereka adalah I Gede Ngurah Eri
Pratama dan Kadek Ngurah Riski Yudana. I Made Sekar dengan
putranya bernama I Kadek Kardana menurunkan 3 orang putra masing-
masing I Gede Ngurah Yoga Prasada, I Kadek Sindu Pramana, dan Ni
Komang Leo Nika. Seterusnya I Made Seneng putra keempat dari I
Wayan Tetep dengan nama putranya I Wayan Suyasa menurunkan 3
orang putra mereka, I Putu Suardana, I Kadek Dedi Artawan dan I
Komang Wiranata.
Putra ke-5 I Wayan Tetep bernama I Ketut Karta dengan nama putranya
I Wayan Murah menurnkan 3 orang putra adalah I Putu Ngurah Yande
Diopani, I Kadek Eda, dan I Ngurah Candra. Putra ke-2 I Ketut Karta
bernama I Kadek Sudiana menurunkan 3 orang putri diantaranya, Ni
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
123
Luh Putu Amelia Centika Dewi, I Made Wildan Waskita, Komang
Naeta Kusuma Putri. Diceritaka putra ke-3 dari Ketut Karta bernama I
Komang Ariawan menurunkan 2 orang putra yaitu Gede Andrean Mofi
Ariawan dan Kadek Andrana Mbun Ariawan. Selanjutnya disebutkan
putra ke-4 dari I Ketut Karta namanya I Ketut Darmika menurunkan 2
orang putra mereka, Putu Kesya Adelia dan Komang Adelio.
Selanjutnya putra ke-5 I Ketut Karta bernama I Wayan Landep
menurunkan seorang putra bernama Putu Arsia. Putra ke-6 dari I Ketut
Karta bernama I Nengah Mambal dengan seorang putra bernama Ni
Putu Killa. Diceritakan putra ke-2 dari Jro Made Tetep bernama I
Nyoman Rinyep menurunkan seorang putra bernama I Made Suta
selanjutnya tidak diceritrakan.
Putra ke-3 dari Jro Wayan Kilat bernama Jro Nyoman Gde menurunkan
seorang putra bernama I Wayan Gede dan kemudian I Wayan Gede
menurunkan pula 3 orang putra mereka I Wayan Sita, I Made Putu
Ariantara, dan I Nyoman Sukanta. Diceritrakan I Wayan Sita sebagai
putra pertama dari I Wayan Gede menurunkan 2 orang putra bernama I
Nyoman Nirta kemudian menurunkan seorang putra bernama Ngurah
Purnawa dan I Wayan Purnita menurunkan seorang putra bernama
Komang Aditya. Sedangkan adik dari I Wayan Sita bernama I Made
Putu Ariantara menurunkan 3 orang putra tiada lain Ni Wayan Suti, I
Gede Suta, dan Ngurah Mambal.
Putra kedua dari I Made Putu Ariantara bernama Gede Suta menurunkan
seorang putra bernama I Putu Suarjana. Kemudian adik dari I Gede Suta
bernama Ngurah Mambal menurunkan seorang putra namanya Ngurah.
Selanjutnya dikisahkan adik dari I Made Putu Ariantara bernama I
Nyoman Sukanta menurun seorang putra bernama I Wayan Satu,
kemudian I Wayan Satu menurunkan 3 orang putra mereka I Putu
Ngurah Wibawa, Kadek Ngurah Udiana dan Komang Ngurah Dharma
Yoga.
Jro Nyoman Regeh menurunkan seorang putra bernama Jro Wayan
Manca, kemudian Jro Wayan Manca dengan 2 orang istri masing-
masing istri pertama bernama Ni Ketut Sari (dari Soyor) menurunkan 3
orang putra mereka adalah I Wayan Mandra, Jro Mangku Made Malem
(Mangku Gede), Ni Nyoman Parti. Selanjutnya istri yang kedua
bernama Ni Gede Muri menurunkan seorang putra bernama I Nyoman
Tantra. Diceritakan I Wayan Mandra bersama dua orang istri, pertama
bernama Ni Ketut Ilep menurunkan 6 orang putra mereka adalah I Kade
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
124
Ngurah Suparta, Komang Sutiariyani, Ngurah Ketut Mudiana, Ngurah
Gede Purnawam, I Kadek Wijayana dan I Ketut Suartana. Sedangkan
istri yang kedua bernama Ni Nyoman Lungid menurunkan 3 orang putra
masing-masing Ni Gede Supadmi, I Kadek Widiartha dan I Ketut
Mudiarta. Lanjut dikisahkan putra dari I Wayan Mandra yang bernama I
Made Ngurah Suparta menurunkan seorang putra bernama Ngurah
Anglurah Alit. Kemudian adik dari I Made Ngurah Suparta bernama
Ngurah Ketut Mudiana menurunkan seorang putra pula bernama Agus
Gede Sukarta. Selanjutnya adik dari Ngurah Ketut Mudina bernama
Ngurah Gede Purnawam dan adik dari Ngurah Gede Purnawan bernama
I Kadek Wijayana menurunkan 2 orang putra, pertama bernama Ngurah
Gede dan Ngurah Kade. Selanjutnya adik dari I Kadek Wijanaya
bernama I Ketut Suartana.
Sedangkan istri kedua dari I Wayan Mandra putranya yang bernama I
Kadek Widiartha menurunkan dua orang putra bernama I Putu Eka
Prayoga Abdi Negara dan Ngurah Indra Yuda Mahardika. Kemudian
adik dari I Kadek Widiartha bernama I Ketut Mudiarta dengan nama
istri Ardiani Dwi Pitaloka (dari Banyuwangi) melahirkan seorang putra
bernama I Ngurah Masardi Artha.
Lanjut dikisahkan adik dari I Wayan Mandra bernama Jro Mangku
Made Malen (Mangku Gede) memiliki 3 orang istri. Pertama bernama
Ni Wayan Tantri melahirkan 9 orang putra/putri mereka adalah Ni Gede
Sudiasih, Kadek Sutini, Komang Sibang, Ketut Murah, Kadek Ayu
Widyawati, Komang Ayu Suarningsih, Ketut Sunantra, Putu Evayani,
Kadek Waningsih. Diceritakan putra dari Jro Mangku Made Malem
bernama I Ketut Murah beristrikan Ani melahirkan seorang putri
bernama Gede Galuh. Selanjutnya istri kedua dari Jro Mangku Made
Malem bernama Ni Wayan Tayar melahirkan seorang putri bernama Ni
Wayan Wati. Sedangkan istri ke-3 dari Jro Mangku Made Malem
bernama Ni Wayan Mesin melahirkan seorang putra bernama I Wayan
Agus. Kemudian I Wayan Agus kawin dengan Ni Ketut Kartini
melahirkan seorang putra bernama Putu Ngurah Ananda.
Istri ke-2 I Wayan Manca bernama Ni Gede Muri melahirkan I Nyoman
Tantra dan selanjutnya I Nyoman Tantra sebagai istri Ni Made Molek
menurunkan 5 orang putra mereka, I Putu Aristawan, I Komang
Sudiawan, I Ketut Sumawa, Wayan Warsika, I Kadek Kaja. Selanjutnya
putra pertama dari I Nyoman Tantra bernama I Putu Astawan dan istri
Ni Luh Nilawati melahirkan 3 orang putra adalah I Putu Ngurah Tirta
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
125
Yasa, Ni Kadek Ayu Segening dan I Komang Ngurah. Kemudian adik
dari I Komang Sudiawan bernama I Ketut Sumawa dan istri Ni Wayan
Wari melahirkan 2 orang putra bernama I Gede Agus dan I Kadek
Marcel. Seterusnya adik I Ketut Sumawa bernama I Wayan Warsika
dengan istri Ni Ketut Sukri menurunkan 2 orang putra bernama I Gede
Agus Kemayun dan I Kadek Agung.
Putra ke 2 dari I Gusti Wayan Manca yang bernama Jero Wayan Jabrag
menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama Jero Wayan Jajar
dan Jero Ketut Jagra. Jero Wayan Jajar menurunkan seorang putra,
bernama I Wayan Sekar, I Wayan Sekar dengan 2 orang istri dan istri
pertama menurunkan 5 orang putra, masing-masing bernama: Ni Wayan
Sepun, Ni Nyoman Sinten, Ni Ketut Raka, I Wayan Suarjana dan I
Made Sarjana, sedangkan istri kedua bernama Ni Wayan Randu
menurunkan seorang putra bernama I Gede Mustika menurunkan 2
orang putra tiada lain I Nyoman Adi Putra dan I Ketut Yasa Arnata.
Diceritrakan putra keempat I Wayan Sekar bernama I Wayan Suarjana
beristrikan Ni Nyoman Samper menurunkan 3 orang putra masing-
masing I Wayan Sukadana, Ni Kadek Seniwati (kawin ke Badung) dan I
Komang Arta. Selanjutnya putra ke-5 dari I Wayan Sekar yakni I Made
Sarjana dengan istri Ni Ketut Masir melahirkan empat orang putra
masing-masing Ni Gede Ariasih, Dwi, Mas dan terakhir I Ketut Adi
Nara Saputra.
Jero Ketut Jagra dikisahkan mengambil 2 orang istri, dari istri pertama
Jero Ketut Jagra menurunkan seorang putra, bernama Ni Wayan Manis.
Dari istri ke 2 Jero Ketut Jagra menurunkan 5 orang putra, masing-
masing bernama: Ni Made Nengah, I Ketut Teja, Ni Made Suari, I Gede
Mumbul Arnata dan Ni Luh Supadmi. Selanjutnya I Ketut Teja
menurunkan 4 orang putra mereka adalah Ni Wayan Sudiasih, Kadek
Sartini, Nyoman Muliasti, dan I Gede Sumerta, seterusnya diceritakan I
Gede Mumbul Arnata bersama istri Ni Ketut Rasmi melahirkan 2 orang
putra bernama I Putu Oka Pratama dan I Made Bayu Saryawan.
Selanjutnya diceritakan adik dari I Gusti Wayan Sekar bernama I Gusti
Made Sekar membangun jero di Bukit Kauh dan menurunkan seorang
putra bernama I Gusti Wayan Subandra yang selanjutnya juga
menurunkan seorang putra, bernama Jero Nyoman Mindra. Kemudian
Jero Nyoman Mindra mengambil 2 orang istri, keduanya menurunkan

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


126
putra, dari istri beliau yang pertama menurunkan seorang putra bernama
Jero Wayan Mambal.
Kemudian Jero Wayan Mambal menurunkan 5 orang putra, masing-
masing bernama: I Wayan Jadeng, I Made Rumbyah, I Nyoman Rendeh,
I Ketut Gumbreg dan I Ketut Gede. Putra pertama dari Jero Wayan
Mambal yang bernama I Wayan Jadeng mengambil 2 orang istri, dari
istri pertama menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama Ni
Wayan Dreman dan Ni Made Jantuk. Dari istri ke 2 menurunkan
seorang putra, bernama Jero Wayan Sumawa. Kemudian Jero Wayan
Sumawa menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama: Ni Wayan
Puspawati, I Made Cipta dan I Nyoman Pranata.
I Made Cipta dikisahkan menurunkan 4 orang putra, masing-masing
bernama: I Gede Ariesmawan Pusdika, I Kadek Wawan Andika,
Komang Trisita Cipta Dewi dan Alit Marchya Cipta Dewi. I Nyoman
Pranata menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama: Ni Putu
Yantipratiwi, Ni Kadek Tatik Priliamona (sudah meninggal) dan
Komang Arisapta Librawan.
I Made Rumbyah menurunkan seorang putra bernama Ni Wayan
Tanggal, selanjutnya diceritakan I Nyoman Rendeh menurunkan 2 orang
putra, Ni Wayan Ruci (Melaya) dan Ni Made Tusi (Lampung).
Dikisahkan I Ketut Gumbreg dengan istri Ni Made Ruci (Br Soyor)
menurunkan 6 orang putra, masing-masing bernama: Jero Mangku
Wayan Murah, Ni Made Arti, I Nyoman Suasta, Ni Nengah Catri, Ni
Gede Tantri dan Ngurah Mudana. Selanjutnya dikisahkan Jero Mangku
Wayan Murah memiliki 2 orang istri, masing-masing menurunkan putra.
Dari istri pertama, Jero Mangku Wayan Murah menurunkan 5 orang
putra, masing-masing bernama: I Wayan Sudama, Ni Nyoman Suparti,
Ni Luh Kirim, I Ketut Tama dan Ni Kadek Suparmi. Dari istri ke 2, Jero
Mangku Wayan Murah menurunkan 2 orang putra, masing-masing
bernama: Ni Putu Sukartiniasih dan Made Puspawati. Putra pertama
dari Jero Mangku Wayan Murah yang bernama I Wayan Sudama
menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama: I Putu Sudarma, I
Made Ngurah Astawa dan Komang Nilawati. Putra ke 4 dari Jero
Mangku Wayan Murah yang bernama I Ketut Tama menurunkan 2
orang putra, masing-masing bernama: I Ngurah Wiadnyana Putra dan
Alit Dwipayana. Putra pertama dari I Wayan Sudama yang bernama I
Putu Sudarma menurunkan seorang putra, bernama Bintang Ngurah
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
127
Surya Putra. Putra ke 2 dari I Wayan Sudama yang bernama I Made
Ngurah Astawa menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama:
Ngurah Agung Weda Anggara dan Ngurah Azka Nicola.
Putra ketiga Jero Ketut Gumbreg adalah I Nyoman Suasta menurunkan
6 orang putra masing-masing bernama: Ni Luh Puspawati, Ni Made
Sasih, Ni Nyoman Tini Antari, Ni Ketut Astitiwati, Ayu Saptawati dan I
Nyoman Adnyana Putra.
Selanjutnya putra ke-6 Jero Ketut Gumbreg yang bernama Ngurah
Mudana menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama: Sri Eka
Oktaviani Wangmas, Dwi Harkita Ningrum dan Alit Tri Santika
Ningsih, dan menetap tinggal di Sibangkaja, karena tugas sebagai abdi
negara.
Jero Ketut Gede dikisahkan menurunkan 2 orang putra, masing-masing
bernama: Ni Wayan Kasi dan I Made Enteg. Tidak dikisahkan tentang
Ni Wayan Kasi, dikisahkan I Made Enteg mengambil istri 2 orang, dari
istri pertama I Made Enteg menurunkan 2 orang putra, masing-masing
bernama: I Wayan Surya Darma dan I Made Ngurah Adnyana,
sementara dari istri kedua I Made Enteg menurunkan 3 orang putra,
masing-masing bernama: I Wayan Sujana, Ni Ketut Karti dan I Wayan
Sana. I Wayan Surya Darma menurunkan 2 orang putra, masing-masing
bernama: Ngurah Sutama Adi Saputra beristrikan Ni Nengah Eka
Sumastini dan Ni Kadek Ayu Sutami Antari. I Made Ngurah Adnyana
menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama: Dion Anggara,
Ramadika dan Aldi Cipta Dewa. I Wayan Sujana dikisahkan
menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama: Wayan Astiti
Rahayu, Made Ayu Astuti dan Komang Nila Anjelina. I Wayan Sana
dikisahkan menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama: Gede
Sugarta Mambal, Ni Kadek Jika dan I Komang Gopinda.
Diceritakan Jero Nyoman Mindra mengambil 2 orang istri, dari istri
pertama, Jero Nyoman Mindra menurunkan seorang putra bernama Jero
Wayan Mambal. Dari istri kedua Jero Nyoman Mindra menurunkan 4
orang putra, masing-masing bernama Jero Mangku Wayan Sangging,
Odah Tebel (Nyuhungan), Odah Ketut Belio (Bukit Inggan) dan Jero
Ketut Genter.
Kembali dikisahkan putra dari Jro Nyoman Mindra dari istri yang kedua
yang bernama Jero Mangku Wayan Sangging menurunkan 4 orang
putra, masing-masing bernama: Jero Mangku Wayan Loya, Jro Made
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
128
Gemor, Jro Mangku Nyoman Weja dan Ni Ketut Ciring. Jero Mangku
Wayan Loya menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: Ni
Made Sahe dan Ni Ketut Sari.
Jro Made Gemor menurunkan 5 orang putra, masing-masing bernama:
Jero Mangku Wayan Mambal, Jero Mangku Nyoman Sibang, Ni Ketut
Sulasmi, Ni Gede Kastari dan Luh Wati. Selanjutnya Jero Mangku
Wayan Mambal beristrikan Ni Made Kuning menurunkan 3 orang putra,
masing-masing bernama: Putu Sudarma, Nyoman Merta dan Ketut
Suastama, I Wayan Widnyana dan Ayu Suatiningsih. Putu Sudarma
dengan istri Luh Wiri melahirkan 3 orang putra: pertama Ngurah Eka
Kusuma Jaya beristrikan Novianingsih melahirkan seorang putra Putu
Radha Gita Sundari, putra kedua dari Putu Sudarma yaitu Made Yuliasti
dan ketiga Komang Asintia Sri Utami. Selanjutnya putra kedua Jro
Mangku Wayan Mambal yaitu I Nyoman Merta dengan istri Ni Wayan
Sukarti menurunkan 2 orang putra I Gede Terima dan Made Desta
Mahardika. Dilanjutkan ceritanya putra ketiga dari Jro Mangku Wayan
Mambal bernama I Ketut Swastama beristrikan Ni Putu Widya Ningsih
melahirkan seorang putra dengan nama I Gede Richard Grand Hill.
Sedangkan putra terakhir dari Jro Mangku Wayan Mambal bernama I
Wayan Widnyana dengan istri Ni Nyoman Rindiani menurunkan
seorang putra bernama Gede Selviani. Selanjutnya adik dari Jero
Mangku Wayahan Mambal bernama Jero Mangku Nyoman Sibang
dengan istri Ni Nengah Suwati melahirkan 3 orang putra, bernama Alit
Sudiarsa, Gede Suryanatha, dan Ngurah Mahardika. Selanjutnya Alit
Sudiarsa beristri Ni Nyoman Novi Nuryanti menurunkan seorang putra
bernama Ngurah Manusatya Pramana.
Diceritrakan Jero Nyoman Mindra mengambil 2 orang istri, dari istri
pertama, Jero Nyoman Mindra menurunkan seorang putra bernama Jero
Wayan Mambal. Dari istri ke 2 Jero Nyoman Mindra menurunkan 4
orang putra, masing-masing bernama Jero Mangku Wayan Sangging,
Odah Tebel, Odah Ketut Belio, dan Jero Ketut Genter. Jero Ketut Genter
dikisahkan mengambil 2 orang istri dari istri pertama, Jero Ketut Genter
menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: Jero Mangku
Wayan Durya dan Ni Nyoman Karep, Jero Mangku Wayan Durya
kemudian menurunkan seorang putra bernama Ni Made Sari. Dari istri
ke 2 Jero Ketut Genter menurunkan 3 orang putra, masing-masing
bernama I Made Sukanda, I Nyoman Subanda dan Ayu. I Made Sukanda
menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama I Gede Widnyana
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
129
Putra Angmas, Ayu Komala Dewi dan Ni Komang Mirah. I Nyoman
Subanda menurunkan 4 orang putra masing-masing bernama: Putu Eka
Purnamayanti, Ayu Kadek Sasmita Dewi, Komang Tri Septia Ningsing
dan Ngurah Wijaya Putra.
Selanjutnya Jro Mangku Nyoman Weja beristrikan Ni Made Alus
menurunkan dua orang putra yaitu Jro Mangku Wayan Linggih dan Jro
Mangku Nyoman Suasta. Selanjutnya Jro Mangku Wayan Linggih
beristrikan Ni Made Marsi menurunkan 2 orang putra pertama Ngurah
Suarsa, kedua Ngurah Alit Parnawa. Selanjutnya diceritrakan Ngurah
Suarsa beristrikan I Gusti Ayu Made Ariati dari Tabanan menurunkan 3
orang putra yaitu Ngurah Mahendra Putrawan Abadi, Ngurah Alit Dwija
Putra dan Ayu Sri Puspita Pertiwi.
Dikisahkan putra kedua dari Jro Mangku Wayan Linggih yang bernama
Ngurah Alit Parnawa dengan istri Ni Wayan Swarni menurunkan
seorang putra yang bernama Ayu Pranita Satyawati. Kembali diceritakan
putra kedua dari Jro Mangku Nyoman Weja adalah Jro Mangku
Nyoman Suasta beristrikan Ni Made Rai Pujanawati berputra 3 orang
yaitu Putu Rahmayanti, Dwi Karunia Dewanti dan Tri Nugraha Adi
Putra. Diceritakan adik dari Jero Mangku Wayan Sangging, bernama
Jero Ketut Genter, mengambil 2 orang istri, dari istri pertama bernama
Biyang Durya, menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama Jero
Mangku Wayan Durya dan Ni Nyoman Karep, Jero Mangku Wayan
Durya kemudian menurunkan seorang putra, bernama Ni Made Sari,
dari istri kedua, bernama Ni Wayan Darti menurunkan 3 orang putra,
masing-masing bernama: I Made Sukanda, I Nyoman Subanda dan Ayu.
I Made Sukanda menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama: I
Gede Widnyana Putra Angmas, Ayu Komala Dewi dan Ni Komang
Mirah. I Nyoman Subanda menurunkan 4 orang putra, masing-masing
bernama: Putu Eka Purnamayanti, Ayu Kadek Sasmita Dewi, Komang
Tri Septia Ningsing dan Ngurah Wijaya Putra.
VII.3.19. Jero Bukit Nusa Penida.
I Gusti Ngurah Wayahan Meranggi yang merupakan generasi ke 5 dari
Kiyayi Anglurah Mambal Sakti di Sibang Kaja menurunkan putra 8
orang, masing-masing bernama: I Gusti Ngurah Putu Meranggi, I Gusti
Ngurah Wayahan Gede, I Gusti Ngurah Nyoman Songkrong, I Gusti
Ngurah Ketut Rai, I Gusti Ngurah Wayan Aseman, I Gusti Ngurah
Made Aseman, I Gusti Ngurah Ketut Dangin dan I Gusti…(meninggal).
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
130
Berdasarkan catatan dan penuturan Pengelingsir di Tanglad Nusa
Penida, ada dikisahkan I Gusti Ngurah Wayahan Meranggi mengambil
istri lagi dari Sempidi, bernama Jero Sempidi menurunkan 2 orang
putra, masing-masing bernama: I Gusti Ngurah Rai Batan dan I Gusti
Ngurah Ketut Batan. I Gusti Ngurah Rai Batan kini dikisahkan, setelah
menginjak dewasa meninggalkan Sibang Kaja menuju ke Nusa Penida,
berputra 4 orang, masing-masing bernama I Gusti Wayan Sekar, I Gusti
Made Sekar, I Gusti Putu Pedoman dan I Gusti Made Moneng. Putra ke
3 dari I Gusti Ngurah Rai Batan dari istri ke-2 warga Penatih yang
bernama I Gusti Putu Pedoman menurunkan seorang putra, bernama I
Gusti Made Pedoman. I Gusti Made Pedoman kemudian menurunkan
seorang putra bernama I Wayan Gohin yang selanjutnya menurunkan
putra 4 putra, masing-masing bernama: I Wayan Geriya, I Made Gohin,
I Nyoman Putu dan I Ketut Manca.

Keterangan Denah:

1. Bale Penyimpenan 2. Meru Tumpang 2


3. Saluang 4. Limas Sari Limas Catu
5. Gedong/Taksu 6. Pesanggaran
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
131
7. Meru Tumpang 3 8. Rong Tiga
9. Ibu 10. Panglurah
11. Rong 2 12. Sapta Patala
13. Piasan 14. Pemereman
15. Bale Pesanekan 16. Aling-aling
17. Kori Agung 18. Candi Bentar
19. Candi Bentar

Foto Merajan Jero Bukit Nusa Penida

Putra Pertama dari I Wayan Gohin yang bernama I Wayan Geriya kini
dikisahkan menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama I Made
Manca dan I Nyoman Geriya.. I Made Manca menurunkan 4 orang
putra, masing-masing bernama: I Wayan Lembongan, I Made Parsa, I
Nyoman Yarsa dan I Ketut Pedoman Putra pertama dari I Made
Manca yangbernama I Wayan Lembongan menurunkan seorang putra
bernama I Wayan Madesa. Putra ke 2 dari I Made Manca yang bernama
I Made Parsa menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: I
Wayan Gohin dan I Ketut Legit.
Putra ke 2 dari I Wayan Giriya yang bernama I Nyoman Geriya
menurunkan 4 orang putra, masing-masing bernama: I Wayan Madesa, I
Made Rianta, I Nyoman Pedoman dan I Ketut Gentos. I Nyoman
Pedoman dikisahkan menurunkan seorang putra, bernama I Wayan
Rayeg. I Wayan Rayeg menurunkan 4 orang putra, masing-masing
bernama: I Wayan Rugeg, I Made Gemuh, I Nyoman Racep dan I Ketut
Siwer. Putra pertama dari I Wayan Rayeg yang bernama I Wayan Rugeg
menurunkan seorang putra bernama I Wayan Miter. Putra ke 2 dari I
Wayan Rayeg yang bernama I Made Gemuh menurunkan 2 orang putra,
masing-masing bernama I Wayan Miasa dan I Made Wangsa. Putra ke 3
dari I Wayan Rayeg yang bernama I Nyoman Racep menurunkan 2
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
132
orang putra, masing-masing bernama: I Wayan Karta dan I Made Gatra.
Putra ke 4 dari I Wayan Rayeg yang bernama I Ketut Siwer menurunkan
seorang putra, bernama: I Made Gatra.
Putra dari I Wayan Rugeg yang bernama I Wayan Miter menurunkan 2
orang putra, masing-masing bernama: I Wayan Putra dan I Made Suta. I
Wayan Putra menurunkan seorang putra, bernama: I Made Widya yang
kemudian menurunkan dua orang putra, masing-masing bernama: Arya
Reza Satria dan Arya Bima Bagaskara. I Made Suta menurunkan 2
putra, I Gede Sutama dan I Kadek Sumawa. I Gede Sutama berputra
Kadek Sheanrey Ellizen Wirasena . Putra dari I Ketut Siwer yang
bernama I Made Gatra menurunkan seorang putra yang bernama: I
Wayan Sibang.
Putra ke 2 dari I Wayan Gohin yang bernama I Made Gohin
menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: I Made Putu dan I
Ketut Lanang. I Made Putu menurunkan 2 orang putra, masing-masing
bernama: I Wayan Pedoman dan I Made Biasa. I Ketut Lanang
menurunkan seorang putra, bernama: I Wayan Pura. Putra I Ketut
Lanang yang bernama I Wayan Pura menurunkan 3 orang putra, masing-
masing bernama: I Wayan Saplug, I Made Sabug dan I Nyoman Beg. I
Wayan Saplug menurunkan seorang putra bernama I Wayan Satu yang
kemudian menurunkan putra bernama Ngurah Alit Pradika. Ngurah Alit
Pradika menurunkan putra bernama Ngurah Derbi.
Putra ke 3 dari I Wayan Gohin yang bernama: I Nyoman Putu
menurunkan 4 orang putra masing-masing bernama I Made Manca, I
Ketut Putu Renu, I Wayan Pedoman dan I Ketut Karna. I Made Manca
dikisahkan menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama: I Made
Sala, I Nyoman Yupa. I Made Sala dikisahkan menurunkan 3 orang
putra, masing-masing bernama: I Wayan Tenger, I Made Gohin dan I
Nyoman Sunia. I Wayan Tenger menurunkan seorang putra bernama I
Gede Suket yang kemudian menurunkan 3 orang putra, masing-masing
bernama: I Wayan Putu I Made Dul dan I Ketut Kerab. I Wayan Putu
menurunkan 4 orang putra masing-masing bernama: I Wayan Kabet, I
Made Sanding, I Nyoman Taram dan I Ketut Nandra. I Made Dul
menurunkan seorang putra bernama I Wayan Ketur sementara I Ketut
Kerab juga meneurunkan seorang putra bernama I Wayan Seri. Putra
pertama dari I Wayan Putu yang bernama I Wayan Kabet menurunkan
seorang putra yang bernama I Made Jana. Putra ke 3 dari I Wayan Putu
yang bernama I Nyoman Taram menurunkan seorang putra bernama
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
133
Kade Budiarta. Sementara putra ke 2 dari I Wayan Putu yang bernama I
Made Sanding menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama: I
Wayan Tantra, I Made Sumantra dan I Ketut Ngurah.
Putra ke 2 dari I Made Sala yang bernama I Made Gohin menurunkan
seorang putra bernama I Wayan Naya yang kemudian menurunkan 3
orang putra, masing-masing bernama: I Wayan Mara, I Made Lama dan
I Nyoman Gohin. I Wayan Mara menurunkan seorang putra bernama I
Wayan Wana. I Made Lama menurunkan 4 orang putra, masing-masing
bernama: I Wayan Suparta, Kade Merta, Kade Karta dan Ketut
Adiputra.
Putra ke 3 dari I Made Sala yang bernama I Nyoman Sunia menurunkan
2 orang putra, masing-masing bernama: I Wayan Riandeg dan I Ketut
Yuger. I Ketut Yuger menurunkan seorang putra bernama I Wayan
Muter, sementara I Wayan Riandeg menurunkan 2 orang putra, masing-
masing bernama: I Wayan Suweca dan I Ketut Warna. I Wayan Suweca
menurunkan seorang putra bernama I Wayan Regig yang selanjutnya
menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: I Putu Semadi dan
Bang Arnawa. Putra ke 2 dari I Wayan Riandeg yang bernama I Ketut
Warna menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: Putu
Sumarda dan Gede Karsana. Putra I Ketut Yuger yang bernama I wayan
Muter menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: Wayan Sada
dan Gede Eka Saputra.
Putra ke 3 dari I Wayan Gohin bernama I Nyoman Putu dikisahkan
menurunkan 4 orang putra, masing-masing bernama I Made Manca, I
Ketut Putu Renu, I Wayan Pedoman dan I Ketut Karna. I Ketut Putu
Renu dikisahkan menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: I
Wayan Lanang dan I Nyoman Putu Cidra. I Wayan Lanang menurunkan
2 orang putra, masing-masing bernama: I Wayan Garamya dan I
Nyoman Retanya.
Putra pertama dari I Wayan Lanang yang bernama I Wayan Garamya
menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: I Wayan Naweg
dan I Ketut Meregeg. I Wayan Naweg menurunkan 3 orang putra,
masing-masing bernama: I Wayan Giur, I Made Sinar dan I Ketut Soma.
I Ketut Soma menurunkan seorang putra bernama I Wayan Ebit atau
Emor yang kemudian menurunkan 3 orang putra, masing-masing
bernama: Gede Sumerta, Made Widiasa dan Nyoman Suketrisna. Putra
ke 2 I Wayan Garamya yang bernama Ketut Meregeg menurunkan
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
134
seorang putra bernama Made Sulatra yang selanjutnya menurunkan 2
orang putra, masing-masing bernama: Nyoman Sukerta dan Wayan
Sukastika.
Putra ke 2 dari I Wayan Lanang yang bernama I Nyoman Retanya
menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: Wayan Gohin dan
Made Narip. Wayan Gohin menurunkan seorang putra bernama Wayan

Merajan Jero Kemoning - Klungkung

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


135

Tegal yang selanjutnya juga menurunkan seorang putra bernama Agus.


Putra ke 2 dari I Ketut Putu Renu yang bernama I Nyoman Cidra
menurunkan 4 orang putra, masing-masing bernama: I Wayan Moje, I
Made Ruket, I Nyoman Sunarna dan I Gede Sulaya. I Wayan Moje
menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: Made Guna dan
Made Getar. Made Guna menurunkan 3 orang putra masing-masing
bernama: I Wayan Murka, I Nyoman Jaya dan Ketut Catri. Made Getar
menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: Putu Gede made
Karja dan Nyoman Sibang. I Wayan Murka menurunkan 2 orang putra,
masing-masing bernama I Wayan Tresna dan Made Buda. I Nyoman
Jaya menurunkan seorang putra bernama Gede Ngurah Mambal yang
selanjutnya menurunkan seorang putra bernama Gede Ngurah
Wipradnyana. Putra ke 2 dari I Wayan Moje yang bernama Made Getar
menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: Putu Gede Made
Karja yang kemudian menurunkan seorang putra bernama Made Pradia.
Putra ke 2 dari Made Getar bernama Nyoman Sibang menurunkan 2
orang putra, masing-masing bernama: Komang Sukadana dan Ketut
Merta. Putra ke 2 dari I Ketut Putu Renu yang bernama I Nyoman Cidra
menurunkan 4 orang putra, masing-masing bernama: I Wayan Moja, I
Made Ruket, I Nyoman Sunarna dan I Gede Sulaya. Putra ke 3 dari I
Nyoman Cidra yang bernama I Nyoman Sunarna menurunkan 4 orang
putra, masing-masing bernama: I Wayan Singkleb, Nyoman Bukit,
Ketut Dana dan Wayan Tagel.
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
136
Putra pertama dari I Nyoman Sunarna yang bernama I Wayan Singkleb
menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama: Made Saglog,
Ketut Merta dan Wayan Yatna. Ketut Merta menurunkan 2 orang putra,
masing-masing bernama Wayan Palguna dan Made Siama. Putra ke 3
dari Wayan Singkleb yang bernama Wayan Yatna menurunkan 2 orang
putra, masing-masing bernama: Putu Widasta dan Made Widiana. Putra
ke 2 dari I Nyoman Sunarna yang bernama Nyoman Bukit menurunkan
2 orang putra, masing-masing bernama: Wayan Weda dan Made Jata
yang selanjutnya menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama:
Wisnu dan Brahmanta. Putra ke 3 dari I Nyoman Sunarna yang bernama
Ketut Dana menurunkan seorang putra, bernama: I Wayan Bagia. Putra
ke 4 dari I Nyoman Sunarna yang bernama Wayan Tagel menurunkan 2
orang putra, I Nyoman Sunarna yang bernama: I Wayan Bawa dan
Kadek Widi.
Putra ke 4 dari I Nyoman Cidra yang bernama I Gede Sulaya
menurunkan 4 orang putra, masing-masing bernama: I Made Sucaya, I
Nyoman Sutaya, I Made Sumaya dan I Nyoman Sukarya. Putra pertama
dari I Gede Sulaya yang bernama I Made Sucaya (Tinggal Desa Bali
Nuraga, Lampung Selatan), menurunkan seorang putra yang bernama I
Gede Suda Adnyana, selanjutnya I Gede Suda Anyana menurunkan 3
orang putra, masing-masing bernama: Putu Agus Puja, Made Widnyana
dan Komang Ari Setiawan. Putra ke 2 dari I Gede Sulaya yang bernama
I Nyoman Sutaya menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama:
Kadek Mambal Sudiasa dan Ketut Agus Sumiranata. Putra pertama dari
I Nyoman Sutaya yang bernama Kadek Mambal Sudiasa, yang
selanjutnya menurunkan seorang putra, bernama: Ngurah Adi
Artawijaya. Putra ke 3 dari I Gede Sulaya yang bernama I Made
Sumaya menurunkan seorang putra, bernama Gt. N. Bagus Gd. Krena
Aditya. Putra ke 2 dari I Nyoman Sutaya bernama I Ketut Agus
Sumiranata. Putra ke 4 dari I Gede Sulaya yang bernama I Nyoman
Sukarya meninggalkan Nusa Penida membangun Jero cabang di
Kemoning Klungkung pada tahun 1992, menurunkan 2 orang putra,
bernama Indah Ryastini dan Gede Agus Ryadiakta. Selanjutnya Gede
Agus Ryadiakta menurunkan 2 orang putra yang bernama Gek Mas
Aulina Ry dan Gust Lanang Radeva Ry.
Dikisahkan kini I Ketut Manca, putra ke 4 dari I Wayan Gohin, beliau
menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: I Wayan Putu dan I
Nyoman Abas. I Wayan Putu menurunkan seorang putra bernama I
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
137
Wayan Reda yang selanjutnya menurunkan juga seorang putra bernama
I Wayan Manca. Putra ke 2 dari I Ketut Manca yang bernama I Nyoman
Abas menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama: I Made
Suwena, I Nyoman Rengina dan I Ketut Cekeg. Putra pertama dari I
Nyoman Abas yang bernama I Made Suwena menurunkan 2 orang
putra, masing-masing bernama: I Made Riced dan I Ketut Desa. I Made
Riced menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama: Wayan Urip,
Made Gaten dan Nyoman Katon. I Ketut Desa menurunkan 3 orang
putra, masing-masing bernama: Wayan Satob, Made Sedah dan Nyoman
Ketur. Selanjutnya I Wayan Satob menurunkan 2 orang putra bernama I
Wayan Merta dan I Nyoman Kasta. Kemudian I Nyoman Kasta
menurunkan 2 orang putra bernama I Putu Wiadnyana Putra dan I
Kadek Budi. Diceritrakan Nyoman Ketur menurunkan seorang putra
bernama Ngurah Artana dan seterusnya Ngurah Artana menurunkan
seorang putra bernama Ngurah Bagas Dharma Satya.
Putra ke 2 dari I Nyoman Abas yang bernama I Nyoman Rengina
menurunkan seorang putra bernama: I Nyoman Naweg. Dikisahkan I
Nyoman Naweg menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: I
Made Karta dan I Wayan Sudara. I Made Karta menurunkan seorang
putra bernama I Wayan Sekurta, I Wayan Sudara menurunkan seorang
putra bernama I Wayan Suardipa.
Kembali dikisahkan di Jero Bukit, putra ke 4 dari I Gusti Ngurah Rai
Batan dari istri ke-2 warga Penatih yang bernama I Gusti Made Moneng
membangun jero di Jero Nyuhung menurunkan seorang putra bernama I
Gusti Wayan Jeneng. I Gusti Wayan Jeneng menurunkan seorang putra
bernama Jro Wayan Putu yang selanjutnya menurunkan 2 orang putra
masing-masing bernama Jro Made Putu dan Jro Wayan Desa. Kemudian
Jro Wayan Desa menurunkan 3 orang putra bernama Jro Made Loteng
(Jro Kompyang), Jro Nyoman Putu (Jro Candi), Jro Muri (Jro Tindeh).
Jro Made Loteng (Jro Kompyang) menurunkan 1 orang putra bernama
Jro Made Lila selanjutnya Jro Made Lila menurunkan 3 orang putra
yaitu 1) Jro Mangku Wayan Jero, 2) Jro Nyoman Bere (Jero Nyoman
Pangkung), 3) Jro Ketut Bendesa.
Jro Mangku Wayan Jero memiliki 2 orang istri yang pertama bernama
Ni Made Sedayu melahirkan 5 orang putra mereka Ni Wayan Kerti, I
Made Suta, Ni Nyoman Rentis, Ni Gede Masni dan Ni Nengah Suarti.
Selanjutnya putra kedua Jro Mangku Wayan Jero bernama I Made Suta
dan istri Ni Wayan Terem menurunkan 4 orang putra bernama I Putu
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
138
Suarjana, I Gede Nusantara, I Komang Sudiarta dan I Kadek Muliana.
Kemudian I Putu Suarjana menurunkan 2 orang putra adalah I Gede
Indra Juliana dan I Kadek Pramodia. Selanjutnya adik I Putu Suarjana
bernama I Gede Nusantara menurunkan seorang putri bernama Ayu dan
adik I Gede Nusantara bernama I Komang Sudiarta menurunkan seorang
putra bernama I Putu Arya. Seterusnya adik I Komang Sudiarta bernama
I Kadek Muliana mempunyai seorang putra adalah Putu Japani. Kembali
diceritrakan istri ke-2 Jro Mangku Wayan Jero menurunkan 2 orang
putra bernama I Gede Satriawan dan I Nyoman Arta. Selanjutnya I Gede
Satriawan menurunkan 2 orang putra bernama Ngurah Gede dan Ngurah
Kade.
Selanjutnya putra kedua Jro Made Lila yang bernama I Nyoman Bere (I
Nyoman Pangkung) dan istri Ni Sari Kuning menurunkan 4 orang putra
mereka I Made Sumantra, Jro Mangku Ketut Katon, Ni Wayan Swerti,
Ni Nengah Swati. Kemudian I Made Sumantra dan istri Ni Made Janglih
melahirkan 2 orang putra bernama Ni Gede Metri dan I Ketut
Sudarmawan. Kemudian I Ketut Sudarmawan kawin dengan Ni Wayan
Wiwik melahirkan seorang putra Ngurah Satia Wibawana. Seterusnya
adik dari I Made Sumantra bernama Jro Mangku Ketut Katon
memperistri Ni Nyoman Suwiri (Kalimantan) menurunkan 4 orang putra
bernama Agus Tiarsa, Ni Ketut Suriani, I Putu Ngurah Swandika, ni
Kadek Ayu Kasuari Yanti. Selanjutnya Agus Tiarsa menikah dengan Ni
Komang Joni Armini melahirkan 2 orang putra mereka I Gede Wingki
Ardana dan I Kadek Suitra. Kemudian adik dari Agus Tiarsa bernama I
Kadek Ngurah Swandika menikah dengan Ni Kadek Sulasmini
menurunkan 2 orang putri bernama Ni Putu Injelia dan Ni Kadek
Terisia.
Selanjutnya dikisahkan putra dari I Made Lila bernama I Ketut Bendesa
dengan istri Ni Nyoman Songkrig (Lampung Bali Nuraga) menurunkan
2 orang putra bernama I Wayan Tantra dan Ni Made Parti. I Wayan
Tantra beristri 2 orang yang pertama Ni Wayan Sari menurunkan
seorang putra bernama I Putu Merta. Kemudian I Putu Merta menikah
dengan Rezeria Budi Astuti (Katholik) menurunkan 2 orang putra
mereka Ni Luh Lilian Oktavia dan I Nyoman Widiarsa Diki Pamungkas.
Selanjutnya istri kedua I Wayan Tantra bernama Ni Nengah Suarti
(sepupu) melahirkan 5 orang putri bernama 1) Ni Wayan Elim (suami
nyentana bernama Hery Bertus Budi Yuwana) dari agama Katholik
bersaudara kandung dengan istri I Putu Merta, 2) Komang Ayu
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
139
Murwanti, 3) Ni Kadek Nurwati, 4) Ni Komang Suryanti dan 5) Ni
Ketut Astuti Ariani.
Kembali dikisahkan keturunan dari I Gusti Made Moneng tinggal di Jero
Nyuhung (sebelah timur Bale Banjar Tanglad) menurunkan seorang
putra bernama I Gusti Wayan Jeneng, kemudian I Gusti Wayan Jeneng
mempunyai seorang putra bernama Jro Made Putu dan Jro Made Putu
menurunkan seorang putra bernama Jro Wayan Desa selanjutnya Jro
Wayan Desa menurunkan 3 orang putra mereka Jro Made Loteng (Jro
Kompyang), Jro Nyoman Putu (Jro Candi), dan Jro Ketut Muri (Jro
Tindeh). Dikisahkan Jro Ketut Muri (Jro Tindeh) menurunkan seorang
putra bernama Jro Ketut Merkik bertualang ke Banjar Sebuluh Desa
Sakti karena gamia gemana (manisikang rat) dan menetap sampai saat
ini. Kemudian Jro Ketut Merkik menurunkan 2 orang putra bernama I
Wayan Balan dan I Made Cemeng. Disebutkan I Wayan Balan
menurunkan 4 orang putra mereka I Wayan Yahep, I Made Tagel, I
Nyoman Elop dan I Ketut Saget. Selanjutnya I Wayan Yahep
menurunkan 2 orang putra adalah I Wayan Jangih dan I Made Resik.
Diceritrakan I Wayan Jangih mempunyai seorang putra bernama I
Nyoman Daya. Selanjutnya I Nyoman Daya menurunkan seorang putra
adalah I Komang Rian. Kemudian I Komang Rian memiliki 2 orang
putra bernama I Wayan Marsel dan I Made Kanha. Seterusnya anak dari
I Wayan Jangih bernama I Made Resik menurunkan 4 orang putra
mereka I Made Lateng, I Ketut Wera, I Made Suara dan I Wayan Melon.
Seterusnya I Wayan Gorah berputra 2 orang mereka. I Made Setama dan
I Nyoman Latra. Selanjutnya I Made Setama menurunkan seoran gputra
bernama I Nyoman Satria, Kemudian adik dari I Made Setama bernama
I Nyoman Latra menurunkan 2 orang putra mereka bernama Danan dan
Ardan.
Dikisahkan putra ke-2 dari Jro Ketut Merkik bernama Jro Made Cemeng
menurunkan 4 orang putra mereka yaitu Jro Wayan Jagra, Jro Made
Lepang, Jro Nyoman Geloh, dan Jro Ketut Karop.
Diceritakan putra pertama dari Jro Made Cemeng bernama Jro Wayan
Jagra menurunkan seorang putra bernama I Wayan Kayun dan
selanjutnya I Wayan Kayun menurunkan 3 orang putra bernama, I
Wayan Eka Widi Sanjaya, I Kadek Putra Widana, dan I Komang Agus
Widi Yasa. Selanjutnya I Wayan Eka Widi Sanjaya menurunkan
seorang putra bernama I Komang Elvano. Kemudian adik dari I Wayan

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


140
Eka Widi Sanjaya bernama I Kadek Putra Widana sudah meninggal dan
adiknya yang bernama I Komang Agus belum menikah
Selanjutnya adik dari Jro Wayan Jagra bernama Jro Made Lepang
menurunkan 4 orang putra mereka I Wayan Taro, I Made Marop, I
Nyoman Apen, dan I Ketut Sumantra. Selanjutnya I Wayan Taro
menurunkan 2 orang putra bernama I Wayan Sukla dan I Nyoman
Menawang. Kemudian I Wayan Sukla mempunyai 5 orang putra
bernama I Made Narton, I Ketut Wastra, I Ketut Agus Prianto, I Wayan
Siwa, dan I Made Jana. Kemudian Narton menurunkan seorang putra
bernama I Gede. Seterusnya adik dari I Made Narto bernama I Ketut
Wastra menurunkan seorang putra bernama I Putu Wedanta Prananda.
Selanjutnya putra ke-2 dari I Wayan Toro bernama I Nyoman
Menawang, menurunkan seorang putra bernama I Made Eko Saputra.
Sedang putra ke-4 dari Jro Made Lepang bernama I Ketut Sumantra
menurunkan 3 orang putra bernama I Made Gatra, I Nyoman Weda, dan
I Made Sukarta. Selanjutnya I Made Gatra menurunkan 3 orang putra
bernama, I Wayan Jagat Dita, I Kadek Sujana, dan I Ketut Bayu.
Selanjutnya I Kadek Sujana menurunkan seorang putra bernama I Gede
Galang. Kemudian I Gede Galang menurunkan seorang putra bernama I
Ketut Satria. Selanjutnya I Ketut Satria mempunyai seorang putra
bernama I Wayan Ngurah.
Dikisahkan adik dari Jro Made Lepang bernama Jro Nyoman Geloh
Menurunkan 3 orang putra bernama I Wayan Lejar, I Made Paran, dan I
Made Saking. Selanjutnya diceritrakan I Wayan Lejar menurunkan 6
orang putra mereka adalah I Wayan Murta, I Nyoman Sudrajat, I Wayan
Tantra, I Made Yuda, I Kadek Sudirman, dan I Ketut Senen. Seterusnya
I Wayan Murta menurunkan 4 orang putra bernama I Wayan Alex, I
Made Astra, I Nyoman Dapit dan I Ketut Jodit.
Dikisahkan adik dari I Wayan Murta bernama I Nyoman Sudrajat
menurunkan 2 orang putra bernama I Wayan Ajai dan I made Budra.
Selanjutnya adik dari I Nyoman Sudrajat bernama I Wayan Tantra
mempunyai seorang putra bernama I Made Robin. Begitu pula adik dari
I Wayan Tantra bernama I Made Yuda menurunkan 2 orang putra
mereka I Wayan Kristan dan I Made Kelvin. Kemudian adik dari I Made
Yuda bernama I Kadek Sudirman menurunkan seorang putra bernama I
Wayan Deso. Dikisahkan putra ketiga dari Jro Nyoman Goloh bernama I
Made Saking mempunyai 4 orang putra bernama I Ketut Giana, I Wayan
Renting, I Kadek Budi Duanta, I Komang Tabis. Selanjutnya I Ketut
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
141
Giana menurunkan 2 orang putra mereka, I Wayan Jesen dan I Made
Micarlo. Sedangkan adik dari I Ketut Giana bernama I Wayan renting
mempunyai seorang putra bernama I Komang Exel.
Diceritrakan adi dari Jro Nyoman Geloh bernama Jro Ketut Karop
menurunkan 2 orang putra bernama I Wayan Marop dan I Made Rigler.
Seterusnya I Wayan Marop mempunyai seorang putra bernama I Ketut
Sibang. Kemudian I Ketut Sibang menurunkan 2 orang putra bernama I
Wayan Agung dan I Made Raja Suana. Diceritrakan putra ke-2 dari Jro
Ketut Karop bernama I Made Degler menurunkan 2 orang putra
bernama I Wayan Sartoni dan I Ketut Indrayana. Selanjutnya I Wayan
Satroni menurunkan seorang putra bernama I Nyoman Arya Mambal
Putra. Kemudian adik dari I Wayan Sartono bernama I Ketut Indrayana
menurunkan seorang putra berinisial I Wayan Arjuna Satvika.
VII.3.20. Generasi di Jero Macang Karangasem
Diawali dari kisah Kyai Anglurah Mambal Sakti yang menjadi penguasa
di Mambal menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: I Gusti
Ngurah Gede Mambal dan I Gusti Gede Gerih yang beribu dari Putra Ki
Bandesa Gerih. Dalam Papelesiran yang tersimpan di Jero Macang
Karangasem, nama I Gusti Ngurah Made Pengkuh tidak dicantumkan
sebagai putra dari Kyai Anglurah Mambal Sakti.
I Gusti Ngurah Gede Mambal menurunkan putra 2 orang masing-masing
bernama I Gusti Ngurah Gede Putu Mambal dan I Gusti Ngurah Gede
Made Mambal Intaran. Selanjutnya meninggalkan Desa Mambal menuju
Tampaksiring selanjutnya menuju Batuyang. Setelah sekian lama di
Batuyang I Gusti Ngurah Gede Putu Mambal meninggalkan Batuyang
menuju Ubung, sementara I Gusti Ngurah Gede Made Mambal Intaran
menuju ke Macang, wilayah Karangasem. Di Macang Karangasem I
Gusti Ngurah Gede Made Mambal Intaran menurunkan 2 orang putra
dari ibu yang berbeda, masing-masing bernama: I Gusti Gede Mambal
dan I Gusti Nyoman Batusasih.
I Gusti Nyoman Batusasih menurunkan seorang putra bernama I Gusti
Made Prewata. Selanjutnya I Gusti Made Prewata menurunkan putra I
Gusti Gede Goak. I Gusti Gede Goak menurunkan 2 orang putra
masing-masing bernama I Gusti Demang Kedaton dan I Gusti Gede
Mambal. Dikisahkan I Gusti Demang Kedaton meninggalkan Macang
menuju ke Bangli, tetapi tidak menurunkan sentana sampai beliau
meninggal. I Gusti Gede Mambal di Macang menurunkan 3 orang putra,
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
142
masing-masing bernama: I Gusti Ketut Muncan, I Gusti Kutuk dan I
Gusti Batubulan. Dikisahkan sekarang I Gusti Batubulan menurunkan 3
orang putra, masing-masing bernama: I Gusti Gede Bongkol, I Gusti
Gede Mambal Intaran dan I Gusti Made Bungkil.
I Gusti Gede Bongkol menurunkan 3 orang putra, masing-masing
bernama I Gusti Made Wata, I Gusti Nyoman Darpa dan I Gusti Ketut
Tegal. Selanjutnya I Gusti Made Wata menurunkan putra 4 orang,
masing-masing bernama: I Gusti Gede Gelontong, I Gusti Nyoman
Kumbang, I Gusti Ketut Pica dan I Gusti Wayan Karang.
I Gusti Wayan Karang menurunkan 6 putra, masing-masing bernama: I
Gusti Ketut Kaler, I Gusti Wayan Genjong, I Gusti Ayu Radin, I Gusti
Ayu Sasih dan I Gusti Nyoman Mambal. I Gusti Ketut Kaler selanjutnya
menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama: I Gusti Gede
Bongkol, I Gusti Nengah Tegal dan I Gusti Made Kaler. I Gusti Gede
Bongkol dikisahkan menurunkan putra 3 orang, masing-masing bernama
I Gusti Wayan Cenik, I Gusti Gede Lebah dan I Gusti Ketut Cenik.
Selanjutnya I Gusti Ketut Cenik menurunkan 2 orang putra, masing-
masing bernama: I Gusti Ketut Krutuk, I Gusti Wayan Rarud, keduanya
tidak menurunkan putra. I Gusti Nengah Tegal menurunkan 2 orang
putra, masing-masing bernama: I Gusti Gede Kedung dan I Gusti Wayan
Selat. I Gusti Gede Kedung menurunkan putra 2 orang, masing-masing
bernama: I Gusti Nyoman Doblogan dan I Gusti Nyoman Pande.
Kini dikisahkan I Gusti Gede Mambal Intaran menurunkan 2 orang
putra, masing-masing bernama I Gusti Gede Mambal tanpa putra dan I
Gusti Made Mumbul. I Gusti Made Mumbul menurunkan 3 orang putra,
masing-masing bernama: I Gusti Made Mambal, I Gusti Ketut Mumbul
dan I Gusti Nyoman Batu. I Gusti Ketut Mumbul menurunkan 3 orang
putra, masing-masing bernama: I Gusti Gede Gerih, I Gusti Made Tegal
dan I Gusti Made Mumbul.
I Gusti Ketut Tegal dikisahkan menurunkan putra 2 orang, masing-
masing bernama I Gusti Gede Mambal dan I Gusti Made Mumbul. I
Gusti Gede Mambal menurunkan seorang putra, bernama I Gusti Ketut
Penataran, I Gusti Made Mumbul menurunkan juga seorang putra
bernama I Gusti Ketut Mumbul.
Dikisahkan tentang I Gusti Made Bungkil yang diceritakan didepan,
mencari tempat baru di Sasak Karang Sidemen.

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


143
I Gusti Made Kaler menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama:
I Gusti Ayu Putu Karang dan I Gusti Ayu Made Simpreg. I Gusti Wayan
Genjong dikisahkan menurunkan putra 4 orang, masing-masing
bernama: I Gusti Gede Tegeg, I Gusti Ayu Made Raka, I Gusti Nyoman
Pager dan I Gusti Wayan Sangka.
I Gusti Wayan Sangka kini dikisahkan menurunkan putra, masing-
masing bernama: I Gusti Gede Oka, I Gusti Made Ngurah, I Gusti
Nyoman Mambal, I Gusti Komang Rengen, I Gusti Made Geredeg, I
Gusti Putu Mirah dan I Gusti Ayu Anom.
VII.3.21. Sentana di Intaran Sanur.
Kini dikisahkan tentang keberadaan sentana Kyai Anglurah Mambal
Sakti di Sanur, dikisahkan I Gusti Ngurah Made Tegal putra kedua dari I
Gusti Ngurah Gede Gerih yang mengabdi kepada Raja Pemecutan antara
pemerintahan I Gusti Jambe Tangkeban dan putra beliau yang bernama I
Gusti Jambe Aji menjelang terbaginya wilayah Badung antara
Pemecutan dan Denpasar kisaran tahun 1780 Masehi hingga tahun 1813
Masehi. I Gusti Ngurah Made Tegal menurunkan 4 orang putra, masing-
masing bernama Si Gede Wayahan Mambal, Ki Made Mambal, Ki
Nyoman Mambal Buagan dan Ni Luh Meneng. Tidak dikisahkan
tentang putra yang lain, dikisahkan kini putra ke 2 dari I Gusti Ngurah
Made Tegal yang tertinggal di Badung. Karena setia dan baktinya
kepada penguasa Badung, beliau memilih untuk mengabdi dan rela
melepaskan gelar-gelar kebangswanan beliau, sehingga dikenal dengan
nama Ki Made Mambal.
Ki Made Mambal menurunkan 4 orang putra, masing-masing bernama
Ki Mambal Wayahan, Ki Made Riyug, Ni Runtig dan Ki Rincab. Ki
Mambal Wayahan dan Ki Rincab melanjutkan pengabdian kepada
penguasa Badung sebagai Petilik yang setiap waktu bertugas berkeliling
wilayah kekuasaan Badung bagian timur secara diam-diam memantau
situasi wilayah perbatasan kota raja. Ki Made Riyug menjalankan
perintah raja bersama-sama dengan para pengikut yang lain membangun
perkampungan baru diwilayah barat kota raja. Pada Masa terjadinya
gejolak di Badung, mulai terbentuknya pusat kekuasaan Denpasar dan
Kesiman, banyak diantara Manca Badung yang memperluas wilayah
kekuasaan hingga jauh dari wilayah Kota Raja. Ki Wayahan Mambal
menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: Ki Wayahan Raka

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


144
dan Ki Made Ukir masing-masing masih mengabdi kepada penguasa
Badung.

Ki Made Ukir membangun tempat tinggal diwilayah selatan dekat


dengan Pura Gong, sementara Ki Wayahan Raka mengiringi seorang
Pendeta utama menuju Sanur, membangun tempat bermukim dari Pura
Maspahit dan Pura Siwa. Tidak dikisahkan tentang Ki Made Ukir yang
membangun tempat tinggal di sekitar pura Gong.

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


145
1. Sumur / Semer 2. Pelinggih Tugu Semer
3. Pelinggih Bhatari Sri 4. Pelinggih Taksu
5. Pelinggih Gedong Saren 6 Pelinggih Gedong Batur
(Bhatara Sedana)
7. Pelinggih Bhatara Gunung 8. Pelinggih Gedong Kawitan
Agung (Gedong Metumpang)
9. Pelinggih Gedong Pertiwi 10. Pelinggih Kemulan (Rong
(Bhatara Hyang Guru) Tiga)
11 Pelinggih Bhatara Kompyang 12. Pelinggih Manjangan
. Sluwang
13 Pelinggih Tugu Merurah 14. Bale Piyasan
.
15 Bale Pesantian
.

Dikisahkan Ki Wayahan Raka di Sanur, lama kelamaan beliau lebih


dikenal dengan nama Jero Wayan Raka, hingga masa berkembangnya
kerajaan Kesiman menjadi besar nama beliau yang lama sudah tidak
terpakai lagi, hanya dikenal dengan nama Jero Wayan Raka. Di Sanur,
keseharian beliau dihabiskan di Giriya, sangat tertarik hatinya dengan
berbagai syair keTuhanan yang tertuang dalam naskah lontar, Beliau
juga sangat faham dengan Asta Bhumi Asta Kosala-kosali sehingga
sangat disayangi keberadaan beliau oleh Sang Pendeta.
Tiba waktunya dewasa, Jero Wayan Raka mengambil istri keturunan
Wang Bang Pinatih yang juga sudah Nyineb Wangsa dari bhumi Kelan,
bernama Ni Rinci, menurunkan 5 orang putra, masing masing bernama
Wayan Jineng, Made Gambir dan Ketut Sukil, ada 2 saudara lagi yang
tidak tercerita karena meninggal dalam usia muda dan tidak menurunkan
sentana. Wayan Jineng dan Ketut Sukil tidak diceritakan karena kembali
mengabdi ke Penguasa Kesiman dan juga menurunkan banyak sentana
di wilayah perbatasan bagian utara Kesiman. Made Gambir melanjutkan
pengabdian ayahnya di Giriya, sesekali menghadap ke Puri Kesiman
sebagai utusan dari Sang Pendeta yang membawa pesan penting untuk
Penguasa Kesiman. Selanjutnya Made Gambir mengambil istri di
Buruan, keturunan dari Pasek Gaduh, bernama Ni Genis, menurunkan 2
orang putra masing-masing bernama I Lantur dan I Luntur.
Sekian lama berlalu pada masa pemerintahan I Gusti Gede Kesiman
pada sekitar tahun 1813 hingga 1861, tepatnya pada bulan Juli 1841,
Pemecutan, Denpasar dan Kesiman terpaksa menandatangani kontrak
dengan Belanda dan mengakui kekuasaan Belanda terhadap Badung,
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
146
serta menghapus hokum Tawan Karang. I Lantur dikisahkan sudah
menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama I Sebeng dan I
Runtag. I Sebeng selanjutnya meninggalkan Sanur menuju Batu Jimbar,
sekian lama di Batu Jimbar menurunkan 3 orang putra, masing-masing
bernama: I Made Karda, I Ketut Ordi dan I Nyoman Soka. I Runtag juga
menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama: I Dedet, I Warsa
dan I Ada.
Selanjutnya dikisahkan I Ketut Ordi, menurunkan putra 7 orang putra,
masing-masing bernama: Ni Wayan Manis, I Made Kudra, Ni Nyoman
Sampreg, I Ketut Mudra, I Wayan Urip, Ni Made Samprug dan I Made
Mudra. Sementara putra ketiga dari I Runtag yang bernama I Made Ada
menikah dengan Ni Wayan Mungklek menurunkan putra seorang
bernama I Nyoman Merada, selanjutnya I Nyoman Merada menikah
dengan Ni Made Ronteng menurunkan seorang putra, bernama Ni
Nyoman Sudri. Pasangan Ni Made Rempen dan I Made Karda di
Batujimbar kembali dikisahkan menurunkan putra bernama I Wayan
Pait, selanjunya I Wayan Pait mengambil istri dari Betngandang
bernama Ni Ketut Rongkeng, menurunkan seorang putra bernama I
Wayan Suwena.
Kembali pada kisah awal, diceritakan putra kedua dari I Made Gambir
yang bernama I Luntur menurunkan 4 orang putra, masing-masing
bernama: I Wayan Gempung, I Made Demlang, Ni Nyoman Luh dan I
Ketut Kupit. I Wayan Gempung menurunkan 7 orang putra, masing-
masing bernama: Ni Wayan Muklek, Ni Made Seken, I Nyoman Dadab,
Ni Made Rempen, Ni Wayan Senet, Ni Ketut Ratep dan I Ketut
Kintilan. I Made Demlang menurunkan 3 orang putra, masing-masing
bernama: I Wayan Dumya, I Made Reteb dan I Made Retib. I Ketut
Kupit menurunkan seorang putra, bernama I Wayan Redut yang
kemudian menikah dengan Ni Wayan Ciklek (Warga Pande)
menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama: Ni Wayan Kuplek,
I Nyoman Ranek dan Ni Made Klepon.
Putra pertama dari I Made Demlang yang bernama I Made Dumya
menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama: I Wayan Lana dan
I Made Mandra. Putra ke 2 I Made Demlang yang bernama I Made
Reteb menurunkan 5 orang putra, masing-masing bernama: I Wayan
Ledring, Ni Nyoman Kau, I Made Toris, I Made Renta dan I Nyoman
Tulung. Sementara itu putra ke 2 dari I Wayan Gempung yang bernama

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


147
Ni Made Seken ke Banjar Gulingan, menurunkan putra bernama Ni
Wayan Repug.
Dikisahkan Ni Nyoman Sudri menikah dengan I Nyoman Ranek
menurunkan 7 orang putra, masing-masing bernama: I Wayan Tunas, I
Made Sujana, I Nyoman Lingga, I Ketut Merta, I Wayan Sukertha, Ni
Made Sukerti dan I Ketut Widya Subratha.
VII.3.22. Sentana di Buagan, Kediri, Sesetan dan Bualu.
Cikal bakal adanya sentana Anglurah Mambal Sakti di Buagan, Sesetan
dan Bualu diawali pada masa I Gusti Ngurah Gede Gerih yang tidak ikut
serta meninggalkan Mambal menuju ke Desa Panji, tetapi memilih
untuk menuju Sibang dan membangun Puri di Sibang Kaja. I Gusti
Ngurah Gede Gerih menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama
I Gusti Ngurah Gede Lanang dan I Gusti Ngurah Made Tegal. I Gusti
Ngurah Gede Lanang menurunkan banyak keturunan di Sibang Kaja
yang selanjutnya membangun banyak Jero, sementara I Gusti Made
Tegal memilih untuk berkelana hingga ke wilayah Badung.
Beliau mengabdi kepada penguasa di Pemecutan hingga berumah tangga
dan menurunkan 4 putra, masing-masing bernama: Si Gede Wayahan
Mambal, Ki Made Mambal, Ki Nyoman Mambal Buagan dan Ni Luh
Meneng. Putra ke 2 dari I Gusti Made Tegal yang bernama Ki Made
Mambal selanjutnya ikut sebagai pengiring dari penguasa Badung I
Gusti Ngurah Made Pemecutan saat mendirikan Puri di Kesiman pada
tahun 1779 Masehi. Dikisahkan kemudian Ki Nyoman Mambal Buagan
dan Ni Luh Meneng diajak oleh ibunya kembali ke Buagan, tertinggal
putra beliau yang bernama Ki Gede Mambal masih mengabdi di
Pamecutan bersama dengan Ki Made Mambal.
Dikisahkan I Gusti Made Tegal di Kediri, bermukim di wilayah
Jenggala Mungmung memulai merabas hutan dijadikan sawah dan
ladang, aliran sungai dibuatkan bendungan dengan nama Sang Empel,
kini daerah tersebut dikenal dengan nama Desa Demung. Selesai
pembangunan wilayah di Demung, kembali beliau diiringi oleh beberapa
pengiring dari trah Ki Bandesa Gerih melanjutkan perjalanan hingga ke
Pantai Braban, tempat beliau ditandai dengan dibangunnya parahyangan
yang hingga kini diempon oleh keturunan Ki Bandesa Gerih.
I Gusti Ngurah Made Tegal di Desa Demung menurunkan 2 orang putra,
masing-masing bernama Gusti Putu Yasa dan Gusti Made Guna. Gusti
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
148
Putu Yasa menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama Gusti
Wayahan Oka, Gusti Made Raka dan Gusti Nyoman Rai. Gusti
Wayahan Oka menurunkan 2 orang putra, masing-masing bernama:
Gusti Wayahan Pageh dan Gusti Made Tapa. Dikisahkan Gusti
Wayahan Pageh menurunkan 3 orang putra, masing-masing bernama:
Gusti Putu Raka, Gusti Made Jobel dan Gusti Nyoman Rai. Dikisahkan
putra dari I Gusti Made Tegal yang bernama Ki Gede Mambal dan Ki
Made Mambal masih tinggal di wilayah Badung dan menurunkan putra
selanjutnya.

………..oo0oo……….

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


149
BAB VIII
PENUTUP

Pada hakikatnya, bhakti terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa bisa
diwujudkan oleh Umat Hindu lewat berbagai bentuk. Rasa syukur atas
anugrah Beliau, memuja dan mensucikan Pelinggih Arcana Widhi,
membangun dan memperbaiki Pelinggih Kahyangan, menelusuri sejarah
yang erat kaitannya dengan kehidupan sosial religius perjalanan suci
dari Kiyayi Anglurah Mambal Sakti dan generasi setelah beliau hingga
sekarang, adalah sebagian kecil bentuk Sradha Bhakti terhadap
Keagungan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Membuat kesadaran yang
maha tinggi bahwa segala sesuatu yang ada di muka dunia ini adalah
berkat ciptaanNya, berkat pemeliharaanNya, dan terakhir hanya
Beliaulah yang mempunyai kekuasaan melebur. Konsep-konsep tersebut
sudah terpatri dalam jiwa setiap warih yang berkeinginan memiliki
sebuah catatan lengkap tentang leluhur.
Purana Wangsa terdiri dari 2 suku kata, Purana dan Wangsa, bila ditilik
dari makna yang terkandung bias diartikan sebagai berikut: Purana
berasal dari kata Pura dan Hana, Pura atau Pur dalam bahasa Sanskerta
berarti Benteng, atau sebuah tempat yang difungsikan untuk menjaga
sesuatu. Kata Hana berarti keberadaan nyata yang bias dituangkan
dalam bentuk karya sastra tulis maupun lisan, jadi Purana bias diartikan
sebagai sebuah karya seni klasik yang mengisahkan tentang keberadaan
sebuah tempat yang difungsikan sebagai tempat menjaga sesuatu. Kata
Wangsa berasal dari 2 suku kata Wang dan Sa, bila diartikan Wang
adalah Manusia dan Sa adalah Satu, bila digabungkan keduanya menjadi
Manusia yang berasal dari satu garis keturunan yang diyakini oleh
keturunannya atau warihnya.
Kewajiban utama bagi yang patut dilakukan oleh warih sebuah wangsa
adalah yadnya yang sungguh-sungguh dengan penuh keyakinan, dimulai
dengan melaksanakan semua bhisama leluhur, menjauhi larangan-
larangan, menjadikan luluhur sebagai panutan dalam berlaku sehari-hari
dan yang paling penting bisa mewariskan nilai leluhur yang utama untuk
generasi penerus wangsa. Yadnya tertinggi yang bisa dilakukan adalah
dengan pengetahuan suci, salah satunya tertuang dalam Purana Wangsa
ini. Karena dengan Purana Wangsa kita bisa beryadnya di tiga jaman.
Pertama kita beryadnya kepada leluhur yang sudah suci dengan
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
150
memuliakan beliau melalui tulisan yang mengisahkan perjalanan beliau
yang maha suci, bukan hanya sekedar mencakupkan kedua tangan
mengucapkan mantra. Kedua kita bisa beryadnya jaman kekinian,
sehingga saudara, kerabat dan khalayak yang ingin tahu tentang
keberadaan leluhur kita dahulu menjadi tahu dan mengerti sejelas-
jelasnya. Ketiga kita bisa beryadnya kepada generasi mendatang, para
sentana, kerabat atau khalayak umum yang belum ada pada jaman kita,
karena buku Purana Wangsa ini akan menjadi warisan pengetahuan
untuk generasi yang akan datang.
Memahami diri kita patut dimulai dari proses awal dari mana kita
berasal, apa yang kita lakukan sekarang dan apa tujuan yang akan kita
gapai kemudian. Baik dan buruk seperti siang dan malam, bahagia dan
derita seperti kelahiran dan kematian, hal yang sudah pasti akan terjadi
pada setiap kehidupan manusia dan seluruh isi alam semesta. Kita hanya
perlu mengisi masa ini menjadikan sesuatu bermakna sesuai dengan
fungsinya. Wangsa utama adalah wangsa yang bisa membawa nama
leluhurnya harum tak tercela dengan apa yang dilakukan oleh generasi
penerusnya. Jaman boleh berubah, ritual pun pasti berubah, tetapi darah
yang mengalir adalah bagian dari masa lalu yang menggumpal disiapkan
untuk masa kini dan masa yang akan datang.
Mari bersama-sama menjalankan sesana anut linggih, sifat watak sesuai
dengan kelahiran. Pembuktian kelahiran utama hanya bisa dilakukan
dengan prilaku yang utama juga.
Om Ayuwredhi Yasa Wredhi Suka Sriyah Dharma Santana Wredinsca
santute sapta wredayah, Yatomeru stito dewah yawat gangga mahetale
candrarka gagana tawat yawatdwa wijaya bhawet
Om Santhi Santhi Santhi Om
Giriya Gunung Payangan

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


151
DAFTAR PUSTAKA:
Sumber Lontar:
1. Paplesiran Anglurah Mambal Sakti
2. Lontar Bhuwana Tatwa Maharsi Markandhya
3. Lontar Babad Bali Radya
4. Lontar Babad Mengwi Blahkiuh
5. Lontar Babad Mengwi Sedang
6. Lontar Ratu Mengwi
7. Lontar Usana Jawa
8. Lontar Babad I Gusti meliling
9. Lontar Babad Pande Tista Va. 4713, Gedong Kirtya Singaraja Geria
Gede Panarukan. Kecamatan Kerambitan, Tabanan
10. Lontar Bali Tattwa koleksi Giriya Gunung Payangan.
11. Bhuwana Tattwa Maha Rsi Markandhya koleksi Giriya Gunung
Payangan.
12. Babad Usana Bali Pulina, salinan lontar koleksi Giriya Gunung
Payangan.
13. Usana Jawa salinan lontar koleksi Giriya Gunung Payangan.
14. Babad Pasek, salinan lontar koleksi Giriya Gunung Payangan.
15. Raja Purana Besakih Koleksi Giriya Gunung Payangan.
16. Raja Purana Ulundanu Batur Koleksi Giriya Gunung Payangan.
17. Babad Bali koleksi Gedong Kirtya No 6776/Va
18. Markandhya Purana Koleksi Giriya Gunung Payangan.
19. Babad Buleleng Koleksi Giriya Gunung Payangan.
20. Babad Arya Jelantik Koleksi Giriya Gunung Payangan.
21. Babad Pulasari Koleksi Giriya Gunung Payangan.
22. Babad Dhalem Koleksi: I Dewa Gde Puja. Jero Kanginan, Sidemen,
Karangasem.
23. I Wayan Warna dkk, Babad Dhalem koleksi Dinas Kebudayaan
Provinsi Bali, editor Drs. tahun 1986. Lontar bertahun 1840, tulisan
Ida Bagus Nyoman, Giriya Pidada.
24. Babad Dhalem, Koleksi: Ida Tjokorda Gede Agung, Puri Kaleran
Sukawati, tahun 1981.
25. I Gusti Bagus Sugriwa. Babad Pasek, terjemahan. tahun 1956.
26. Babad Brahmana Siwa, Koleksi Giriya Gunung, Payangan, Gianyar,
bertahun 1858 Masehi.
27. Babad Mengwi Buleleng, no./kode: Va.1135/10, Gedong Kirtya
Singaraja. Koleksi: Ida Anak Agung Negara Buleleng.
28. Babad Arya Sentong, no. kode PB.20/ GGP /V/ 2005. Koleksi Ida
Bagus Bajra, Giriya Gunung, Payangan, Gianyar, Bali.
29. Rsi Markandhya dan Mpu Kuturan, no kode PS.08/GGP/III/2005.
Koleksi Ida Bagus Bajra, Giriya Gunung, Payangan, Gianyar, Bali.

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


152
30. Babad Kuramas, koleksi Anak Agung Raka Parta, Puri Blahbatuh
Gianyar
31. Babad I Gusti Agung Maruti, no kode PB.14/GGP/VIIII/2008. Koleksi
Ida Bagus Bajra, Giriya Gunung, Payangan, Gianyar, Bali.
Sumber Buku:
1. Sejarah Bali Jilid I dan III, karangan Gora Sirikan dan Nyoman
Djelada.
2. Bhujangga Waisnawa dan Sang Trini, karangan Gde Sara Sastra
3. The Spell Of Power, Henk Schulte Nordholt
4. Bali en Lombok C. Lekkerkerker, Archivaris Van Het Bali-Instituut.
5. Gegevens betreffende de zelfstandige rijkjes op Bali
6. Het adatrecht van Bali KORN
7. Het adatrecht van Bali Martinus Nijhoff 1914
8. Inventaris der verzameling kaarten, berustende in het Algemeen
Rijksarchief
9. De Middelm1aansghe Historische Traditie Doorc. C. Berg
10. Sagen, Mythen en Legenden uit den Oost-Indischen Archipel Jos.
Meijboom-Italiaander
11. Tobabataksch-deutsches Wörterbuch J. Warneck.
12. Kuntowidjojo Pengantar Ilmu Sejarah, Yayasan Bentang Budaya 2001
13. Peregrinacam Mendes Pinto Fernao dari Portugis (c. 1509-1583),
14. Balinese Babad as Historical Sources' Bijdragen tot de Taal-, Land- en
Volkenkunde 147 1991, karya H. Creese
15. Sejarah Nasional Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
th 1976
16. Sejarah Perkembangan Agama Hindu di Bali, Pemerintah Daerah
Tingkat I Bali th 1987/ 1988
17. G.E. Rumpius. D’Amboinsche Rariteitenkamer, Amsterdam, 1705.
18. Sedjarah Indonesia, oleh Sanusi Pane. Perpustakaan Perguruan
Kementrian P dan K Djakarta 1955.
19. Gde Sara Sastra. Bhujangga Waisnawa dan Sang Trini.
20. M.C. Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern (terj.) . Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. 1991.
21. Slamet Muljana, Sriwijaya (terbitan ulang 1960). Yogyakarta: LKIS,
th 2006.
22. George Coedes,Asia Tenggara masa Hindu-Budha, Pusat Penelitian
Arkeologi, Jakarta th 2015.
23. R. Gorris, Inscripties Voor Anak Wungsu, th 1951
24. Prof Groeneveldt Penelitian Naskah-naskah Kuno Cina.
25. P.J Zoetmulder dan S.O. Robson,Kamus Jawa Kuno-Indonesia
Gramedia Pustaka Utama th 1982.
26. Gora Sirikan. Sejarah Bali jilid I dan II, diterbitkan oleh Nyoman
Djelada
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
153
27. Dr.Mr.Ide Anak Agung Gde Agung, Kenangan Masa Lampau,
Yayasan Obor Indonesia, Th 1993.
28. Thomas A Router. Custodians of The Sacred Mountains.
29. P.J. Worsley, A Balinese Dynastic The Hague Martinus Nijhoff. Th
1972
30. Catatan L.C. Damais
31. Tim Peneliti Sejarah dan Babad Bali, Th. 2012 Analisis Pengkajian
Sejarah dan Babad Abad XVIII-XX,
32. Ida Bagus Bajra, Ringkasan Sejarah Bali Abad XVI-XX no. kode
PS.180/GGP/V/2002. Koleksi Giriya Gunung, Payangan, Gianyar,
Bali.
33. Penelitian Dr. W.F. Stutterheim Boda en Sogatha in Bali.
34. Dr. Van Stein Callenfels. Epigraphia Balica
35. Adrian Vickerrs. Bali Tempo Dulu,
36. Miguel Cavarrubias. Pulau Bali Temuan yang menakjubkan.
37. I Ketut Linus. Laporan Ilmiah Arkeologi. Pusat Penelitian Purbakala
dan Peninggalan Nasional. Jakarta th 1990.
38. Bellwood, Peter, 1979, Man’s Conquest of the Pacific. The Prehistory
of Southeast Asia and Oceania, New York: Oxford University Press.
39. Bellwood, Peter, 1985, Prehistory of the Indo-Malaysian Archipelago,
Orlando, Florida: Academic Press.
40. Bellwood, Peter, 1987, The Polynesians: Prehistory of an Island
People, New York: Oxford University Press.
41. P. Benedict, 1975, Austro-Thai Language and Culture. With a
Glossary of Roots, New Haven: HRAF Press.
42. O.C. Dahl, 1951, Malgache et Maanjan., Oslo: Egede Instituttet.
43. Dempwolff, Otto, 1956, Perbendaharaan Kata-kata dalam Berbagai
Bahasa Polinesia, Terjemahan Sjaukat Djajadiningrat. Jakarta: Pustaka
Rakyat.
44. Diamond, Jared, 1997, Guns, Germs and Steel, W.W. Norton &
Company.
45. Isidore Dyen, 1956, “Language Distribution and Migration Theory”,
di Language, 32: 611-626.
46. Fox, James J., 1995, Austronesian societies and their transformations,
Canberra: Department of Anthropology, Research School of Pacific
and Asian Studies, The Australian National University.
47. Kern, Hendrik, 1956, Pertukaran Bunyi dalam Bahasa-bahasa Melayu-
Polinesia, Terjemahan Sjaukat Djajadiningrat. Jakarta: Pustaka
Rakyat.
48. Hendrik Kern, 1957, Berbagai-bagai Keterangan berdasarkan Ilmu
Bahasa dipakai untuk Menetapkan Negeri Asal Bahasa-Bahasa
PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
154
Melayu-Polinesia, Terjemahan Sjaukat Djajadiningrat. Jakarta:
Pustaka Rakyat.
49. Wolff, John U., "Comparative Austronesian Dictionary. An
Introduction to Austronesian Studies", Language, vol. 73, no. 1, pp.
145-56, Mar 1997, ISSN-0097-8507
50. I Putu Yuda Haribuana. Archaeology Resources and Hydrology
Harmony Petang: Identification of Archaeological Remains
Distribution and Springs Source . 14-07-2014
51. Alur Perkembangan Kebudayaan Bali I Oleh: Hendra Santosa, Dosen
PS Seni Karawitan ISI Denpasar.
52. Gopinatha Rao. T.A. Elements of Hindu Iconografi Vol. II part I
Sumber Wawancara:
53. Pengelingsir Giriya Pada Mambal
54. Pengelingsir Jero Bekul
55. Pengelingsir Jero Meranggi
56. Pengelingsir Jero Anyar
57. Pengelingsir Jero Jasa
58. Pengelingsir Jero Macang Karangasem
59. Pengelingsir Sentana di Nusa Penida, Sesetan, Tainsiat, Buagan, Sanur
dll
60. Beberapa informan yang tidak ingin namanya disebutkan dalam buku
ini.

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


155
DOKUMENTASI FOTO

Foto Keluarga Jero Meranggi

Foto Keluarga Jero Meranggi Samuan

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


156

Foto Keluarga Jero Meranggi Kanginan

Foto Keluarga Jero Meranggi Sekar = KM

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


157

Foto Keluarga Jero Meranggi Mertha – KM

Foto Keluarga Jero Meranggi Kawan

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


158

Foto Keluarga Jero Meranggi Saren Kaja

Foto Keluarga Jero Bekul

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


159

Foto Keluarga Jero Jasa

Foto Keluarga Jero Bekul Saren Kangin

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


160

Foto Keluarga Jero Bekul Kuta

Foto Keluarga Jero Bekul Saren Kauh


PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
161

Foto Keluarga Jero Bekul Parigi – Sulawesi

Foto Keluarga Jero Anyar

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


162

Foto Keluarga Jero Anyar Susuk

Foto Keluarga Jero Anyar Kubon

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


163

Foto Keluarga Jero Poh Tegeh

Foto Penglingsir, Jero Bukit & Sibang Kaja

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


164

Foto bersama semeton Jero Bukit Kauh, Trah I Gusti Made Sekar yang tinggal di
Badung

Foto Bersama Penglingsir dan Prajuru Merajan Jero Nyuhung


Desa Banglad Nusa Penida

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


165

Penglingsir-penglingsir dari Sibang foto bersama Semeton Jero Nyuhung dan


Jero Bukit Desa Tanglad Nusa Penida

Foto Keluarga Sanur Intaran

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


166

Foto Keluarga Semeton Angmas Tainsiat

Acara penglukatan di Beji Dalem Sagening dan Persembahyangan di Merajan


Agung Dalem Sagening (Tanggal 30 September 2018) 1

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


167

Acara penglukatan di Beji Dalem Sagening dan Persembahyangan di Merajan


Agung Dalem Sagening (Tanggal 30 September 2018) 2

Acara penglukatan di Beji Dalem Sagening dan Persembahyangan di Merajan


Agung Dalem Sagening (Tanggal 30 September 2018) 3

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


168

Acara penglukatan di Beji Dalem Sagening dan Persembahyangan di Merajan


Agung Dalem Sagening (Tanggal 30 September 2018) 4

Persembahyangan Piodalan Merajan Kawitan Dalem Sagening – Klungkung


(Pasemetonan ANGMAS Sibang Kaja, Nusa Penida, Buagan, Sesetan, Lebah,
Tainsiat dll)

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


169

Foto bersama Ida Dalem Klungkung

Foto bersama Semeton ANGMAS Demung Kediri Tabanan (8 April 2018)

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


170

Menghadiri Upacara Diksa Pariksa Bendesa Grih (14 September 2019)

Sosialisasi Penyusunan Buku Purana Wangsa ANGMAS


(Kuningan, 3 Agustus 2019)

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


171

Matur uning ring Merajan untuk mulai penyusunan Buka Purana ANGMAS
(Tgl. 15 Agustus 2019)

Sosialisasi dengan Semeton Jero Meranggi Kembang Mertha.

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


172

Sosialisasi Penyusunan Buku Purana Wangsa ANGMAS bersama Semeton


Sibang Kaja, Buagan, Sesetan, Lebah, Tainsiat Nusa Penida dll
(Merajan Mambal, 8 Desember 2019)

Sosialisasi Buku Purana ANGMAS dengan Semeton Jero Macang Karangasem

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


173

Pembentukan Panitia Bedah Buku Purana Wangsa ANGMAS

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020


174
Nedunang Purana ANGMAS di Puri Ngurah

Finalisasi koreksi narasi buku draft 3 Purana Wangsa ANGMAS Sibang Kaja

Acara Bedah Buku Draft 3 Purana Wangsa Anglurah Mambal Sakti


PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020
175
(Tanggal 26 Februari 2020)

Acara Bedah Buku Draft 3 Purana Wangsa Anglurah Mambal Sakti


(Tanggal 26 Februari 2020)

Logo Paiketan Pasemetonan Anglurah Mambal Sakti

PURANA WANGSA ANGLURAH MAMBAL SAKTI IDA BAGUS BAJRA.YDK.BALI.04.2020

Anda mungkin juga menyukai