TERJEMAHAN
TERJEMAHAN
Agar lebih jelas kami persilakan pembaca yang budiman untuk membaca dan
meneliti hubungan Antara kata dan kata, dan Antara kalimat kekalimat
selanjutnya, agar dapat dijadikan bahan kajian terhadap keberdaan Ida Bhatara
Kawitan sehingga dapat dijadikan pegangan didalam melaksanakan kewajiba-
kewajiban yang mesti dilaksanakan oleh para pretisentananya, demi tercapainya
Moksartham Jagadita, bahagia, Selamat seluruh sanak keluarga tanpa adanya
rintangan-rintangan yang berarti.
1b. Semoga tidak terhalang//0// Permohonan ampun hamba kehadapan para
Bhatara Bhatari, wahai Sang hyang Pacupati yang bersemayam di alam
Sunyata, berkedudukan di Gunung Jambudwipa. Hamba mohon ampun
kehadapan Bhatara Bhatari semua dengan puja dan doa tinggiberupa sari
Ongkara, dari lubuk hati yang suci dan kehadapan para Yogi yang telah
memproleh anugrah untuk menceritakan yang telah tiada. Semoga terhindar dari
segala kutukan dri Bhatara Bhatari, semoga, 3x, sempurna sampai seluruh
keluarga dan keturunan mendapat kesejahtraan selama berada di alam maya
pada //0//
2a. selalu membunuh dan tidak ubahnya seperti sifat raksasa, loba, tamak,
sombong dan bodoh, menghina agama, durhaka pada kebajikan, dicelanya
semua ajaran filsafat kebajikan yang tela ada, segala dapat kebiasaan dimasa
lampau. Itulah sebabnya ia dibunuh, dikejar serta dianiaya oleh Bhatara Indra.
Setelah musnah ia yang penuh dosa, ia kembali kea lam sorga, entah berapa
lama telah berlalu kembali ia diperintahkan oleh hyang Bhatar menjelma di dunia
dan diberi anugrah agar menjelma berwujud laki perempuan. Oleh karena itu
penjelmaannya dibungkus ke dalam selundang kelapa, dibelah dengan sebilah
pedang. Setelah diupacarai dan disucikan oleh para pertapa di Tolangkir,
kemudian diperintahkan oleh hyang Pacupati agar memerintah kerajaan Bali,
menjadi seorang Raja. Beliau tetap dihormati karena dirinya dinobatkan menjadi
Raja di Bali. Dan diberi Gelar Cri Haji Masula Masuli, yang diperintahkan kawin
dengan adiknya. Tidak terkatakan betapa sejahtra seluruh kerajaan di Bali
semenjak kehadiran beliau disini. Entah berapa lama beliau dihormati silih
berganti, setelah tiba saatnya beliau lalu Moksa, kembali kembali kealam
Sunyata. Demikian ceritakan pada Usana //0//.
Setelah Bhatara bertiga berbakti, lalu digaibkanke dalam kelapa gading, oleh
karena perjalanan dibawah laut, maka segera beliau sampai di Besakih. Itulah
sebabnya beliau bersemayam di Besakih.demikian disebutkan asal mula
kehadiran Bhatara dalam usana //0//. Tersebutlah Bhatari Danu bersemayam di
ulun danu yang dahulun disebut Tampurhyang, sedangkan Bhatara hyang
ghnijaya bersemayam di Gunung Lempuhyang, demikian ceritanya//0// pada
waktu itu disebutkan pula para Putra hyang pacupati lainnya diperintahkan turun
ke bali, menyertai Bhatara Putrajaya agar disungsung penduduk Bali. Putra-putra
beliau, Bhatara Tumuwuh bersemayam di gunung watu karu, Bhatara hyang
Manik kumayang bersemayam di Gunung bratan,Hyang Manik Galang
bersemayam di Pejeng, serta Bhatara hyang tugu bersemayam di Gunung
Andakasa,
5a. semua beryoga semadi dan tidak terkatakan betapa tekun para Bhatara di
tempat masing-masing, demikian cerita para Bhatara yang berkahyangan di Bali.
Jangan lalai sebab sudah dicatat oleh Dwijendra Wawu dateng pada waktu
Beliau berada di Samprangan //0//.
Entah berapa lama tiba saatnya ciwakuje4, wuku julungwangi, bulan tatkala
bulan menuju keutara, bulan kedua, hari purnama, 310. 181, pirpajadma 18,
diseluruh dunia terjadi hujan lebat yang disebabkan oleh semadi Bhatara
Ghnijaya bersama-sama Bhatara Mahadewa, dunia bergetar, GunungTolangkir
meletus, mengeluarkan banjir lahar yang dasyat, itulah sebabnya ada sungai
bernama suingai lwah ghni pada dewasa ini//0//.
Selanjutnya dari yoga semadi Bhatara Ghnijaya lainnya yang keluar dari
pemujaan lima kekuatan (pancabayu) segera melahirkan 5 orang putra laki-laki
yang tampan dan sempurna. Pada waktu kelahiran mereka semuanya
beralaskan daun gedang kaikik, putra beliau tertua bernama Sang Brahmana
Pandita, Putra yang kedua bernama Mpu mahameru, putra ketiga bernama Mpu
gana, putra keempat bernama Mpu Kuturan, serta adiknya paling kecil Mpu
Pradah, semuanya telah menjadi Wiku semenjak beliau masih kecil, semuanya
melaksanakan serta mengukuhkan kebenaran utama, mereka kembalike
Gunung Mahameru, dan melaksanakan yoga semadi dengan tekunnya, banyak
ceritanya apabila kita ingin menceritakan, namun baiklah hentikan untuk
sementaraseba mereka sudah amat teguh melaksanakan yoganya//0//.
6a. Marilah ceritakan kembali yoga semadi hyang Mahadewa dikaki Gunung
Tolangkir, telah melahirkan 2 Orang putra yang berbeda, laki perempuan,Putra
Beliau yang laki bernama Bhatar Ghana, adik perempuannya bernama Manik
Ghni yang tidak terhingga betapa cantiknya. Beliau diperintahkan bhatar kembali
ke Gunung semeru untuk beryga semadi memenuhi kehendak hyang Pramesti
Guru, entah berapa tahun lamanya setelah selesai yoga beliau di gunung
semeru kemudian bhatari hyang manik Ghni diperistrioleh sang Brahmana
Pandita, ketika telah dilangsungkan perkawinan sang Brahman Pandita dengan
Bhatari hyang manik Ghnni, nama beliau Sang Brahman Panditadiganti
namanya menjadi Mpu Ghnijaya, hamper sama dengan nama Bhatara Kasuhun
( Bhatara Hyang Ghnijaya).demikian cerita yang dimuat dalam
usana//0//.Bhatara Putrajaya bertukar pikiran dengan Bhatar hyang Ghnijaya dan
Bhatara Catur Purusa di kaki gunung Tolangkir.adapun yang diperbincangkan
tidak lain mengenai keadaan pulau Bali yang masih senyap.
Itulah sebabnya kamu semua aku perintahkan di Dnuia. Ada petuahku kelah
apabila telah sampai ajalnya manusia tersebut pada saat itu engkau boleh
bersama dengan saudara-saudaramu menyiksa Roh Manusia yang berbbuat
tidak patut.demikian sabda Hyang Yamadipati, menunduk seluruh Kingkara bala
sambil berpikir dalam hatinya, andaikata menolak tidak urung akan
dimusnahkan, disiksa dan dianiaya. Itulah sebabnya Ki bhuta Kalika serta para
Kingkara Bala menuruti perintah Bhatara Yamadipati //0//. Demikian diceritakan
apa sebabnya anjing memakan kotoran manusia sampai sekarang //0//
Diceritakan kembali Yoga semadi Bhatar hyang Pramesti guru dalam
menciptakan manusia dari serabut kelapagadng, lahirlah 2 orang manusia laki
dan perempuan.
11a. Yang laki diberi nama Ketokpita sedangkan yang peremuan diberi nama i
Jnar dan mereka dikawinkannya, berbahagialah mereka bersuami istri, sebab
sudah menjadi kehendak Hyang. Lama kelamaan merekapun menurunkan
keturunan tidak putus-putusnya laki maupun perempuan //0//. Selanjutnya
kembali Bhatara beryoga untuk menciptakan manusia. Tidak terkatakan betapa
tekunnya beliau bersemadi dihadapan dupa perasapan dan oleh karena keahlian
Beliau akhirnya tercipta 2 orang manusia laki dan perempuan. Ciptaan beliau
yang laki diberi nama ki abang sedangkan yang perempuan I Barak. Kini sudah
dewasa semuanya merekan diupakarai dan dipersudarakan oleh Bhatara. Tidak
terkatakan entah berapa lamanya mereka berumah tangga. Merekapun
menurunkan keturunan laki-laki maupun perempuan//0// banyaklah apabila
hendaka menceritakan keadaan Paduka Bhatara beryoga semadi dalam
menciptakan manusia di tampurhyang sehingga amat banyak amnusia di Bali
anak beranak
Oleh karena itu. Paduka Bhatara Pramesti Guru memerinthakan para Dewata
agar turun ke pulau bali untuk mengajarkan apa yang harus dilaksanakan
manusia ,lebih-lebihdalam membuat perlengkapan hidupnya, agar mereka dapat
melaksanakan pekerjaan agar mereka mengetahui rasa lapar ataupun dahaga.
Itulah sebabnya mereka bercocok tanak. Tersebutlah di Tampurhyang sebuah
hutan rimba dijadikan sawah ataupun ladangoleh orang baiaga, pohon-pohon
yang besar ditebang , dibakar dengan api, berkobar sinarnya dan asapnya
mengepul ke angkasa. Pada waktu itu diceritakan ada sebuah pohon asam
masih tertinggal sedikit karena telah ditebang pohonnya, pohon Twed itu kelihat
berbentuk sebgai patung yang tak ubahnya seperti seorang dukuh sedang
bersemadi layaknya. Demikian ceritanya dahulu, baiklah hentikan .
12. a. Diceritakan kembali I bang dan ibarak setelah lama bersuami istri, mereka
pindah dan bertempat tinggal diepi danau, itulah sebabnya disebut desa abang.
Mereka sudah pula menurunkan lima orang keturunan, yaitu 4/empat orang laki-
laki dan seorang perempuan. Anaknya yang tertua diberi nama Ni. Lewih//0/.
Selanjutnya dari perkawinan ki Pita dengan Ni jnar telah pula melahirkan dua
orang anak dan perempuan yaitu yang laki bernama nuh Gading, sedang
anaknya yang perempuan diberi nama ni Kuning. Ni puning diperistri oleh I Pita
disebut makedengan ngad. Lama kelamaan semuanya menurunkan anak.
Anaknya i Pita 3/tiga orang, seorang perempuan dasn dua orang laki-laki.
Anaknya yang laki-laki bernama nuh gading dan yangkecilan bernama ki tanah
Barak.
b. Ki Tanahbarak melahirkan 3/tiga orang anak, yaitu seorang laki dan 2/dua
orang perempuan.anaknya yang tertua laki-laki bernama ki wayan Tampalon.
Sedangkan anaknya yang perempuan bernama ni Loka dan ni Saloka.
Semuanya masih bersudara sepupu, saling ambil serta saling sembah satu
dengan yang lainnya. I nuh Gading kembali memperistri sepupunya yang
bernama ni Loka. Sedangkan Ni Saloka diperistri oleh Ki gadingan, beranak
5.lima orang yaitu 2/dua orang permpuan dan 3/tiga orang laki-laki. Ni nuh
gading beranak 4/empat orang yaitu 2 orang laki-laki dan 2/dua orang
perempuan. Ki wayan Tampalon juga sudah mempunyai 5/lima orang anak yaitu
: 3 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Akhirnya semuanya telah
menurunkan keturunan, tidak putus-putusnya saling ambil mengambil terhadap
misannya ataupun mindonnya. Adapun mata manusia pada wakitu semuanya
hitam, tidak ada putihnyanya serta dapat berbicara dengan dewa.
13. a. Itulah asal mulanya manusia dapat mengerjakan sawah atau ladang yang
disebut
14.a Manusia itupun menjawab, ih apa Balwan, terlalu benar kata – katamu,
mengungkap asal uslku, kamu benar-benar amat hina dina, berpura –pura
mengetahui segala adat sopan santun, tidakkah engkau menyadari bahwa asal-
usulmu dari kumatap-kumitip, sejenis setan yang dibungkus kotoran, ? dasra iri
hati berpu-ura saleh, sedagkan hyang Bhatara tidak merasa tersinggung
kepadaku.
b Semoga kamu hai manusia, oleh karena curang terhadapku engkau tidak
boleh melihat pra hyang semua sampai seterusnya, atas dosamu menyapa ku
sambil buang air. Demikan sapaku diterima keturunanmu sampai seterusnya.
Tetapi ada pula anugrahku kepadamu semua, seandainya engkau berkehendak
menemui aku engkau akan dapat menemuiku apabila ajalmu telah sampai, itulah
yang disebut niskal jati melihatku. Begitulah sabda Bhatara hyang Parama
Wisesa, para manusiapun menuruti sambil menyembah serta pulang dengan
berlinang air mata, menyesali perbuatannya. Demikian asal mula manusia di
dunia tidak dapat melihat para dewa
15a. Diceritakan pada waktu Mnausia dalam perjalanan mereka bertemu dengan
ki Balwan, lalu manusia itu berseru, Hai kamu Balwan, berbahagia aku bertemu
di sini, aku bersumpah kepadamu bahwa mulai sekarang sampai seterusnya
manusia akanmenjadi musuhmu seterusnya, turun temurun, tidak urung
keturunanku akan membunuh keturunanmu, emnjawab ki Balwan, hai manusia,
aku tidak menolak segala permintaanmu, baiklan kalau demikian, tetapi ada pula
sumpahku kepadamu, bahwa kelak apabila keturunanku bertemu dengan
keturunanmu pada waktu Kajeng Keliwon, pada waktu itu keturunanku berubah
akan menjilat hulu hati serta mata kakinya, setiap yang kenan ditipu pada waktu
menemukan lebih dahulu, itulah sebagai jalan keturunanmu menuju kematian,
dibunuh oleh keturunannya. Menjawab manusia itu, baiklah kalu demikian.
sekarang marilah beritahukan kepada keturuna kita semua agar mereka semua
mengetahui sumpahku kepadamu. Begitulah cerita asal-usul apa sebab ki
Balwan dapat berganti rupa sesuai dengan tempat mereka berada seperti
umpanya pada kayu warnanya akan berubah menyerupai warna dau kayu.
Demikian ceritera termuat dalam usana. Baiklah dengarkan kembali yoga semadi
Bhatara Brahma di Tampurhyang ketika diperintahkan Bhatara Pramesti Guru
menciptakan ketenang, menciptakan Manusia agar ada Bhujangga di Bali.
Terlihatlah Bhatara sebuah Tuwed yang telah terbakar seperti seorang DUKUH
rupanya, Bhatara Berkehendak menyucikan dan akan diwujudkan menjadi
Bhujangga di Bali. Kemudian datanglah Bhagawan Wiswakarma
keTampurhyang atas Undangan Bhatara Brahama. Disana paduka Bhatara
memerintahkan Bhagawan Wiswakrma agar membentuk Tuwed tersebut segera
berbentuk Manusia.
17a. Segera beliau sampai di Tampurhyang ditempat twed aasam yang telah
diperbaiki Bhagwan Wiswakarma dahulu. Ketika beliau sampai disana lalu
TOGOG tersebut diperbaiki agar benar-benar berwujud seperti Manusia. Amat
indahnya TOGOG tersebut tidak ubahnya seperti penjelmaan Hyang Kama,
tetapi amat disayangkan sebab belum bisa berkata-kata. Itulah sebabnya orang
Baliaga amat terharu melihat rupa togog yang amat menarik hatinya( naut
Manah) dan mata mereka tidak berkedip melihatnya. Setelah itu lalu Bhatara
Indra mengajarkan Manusia diduni melaksanakan pahat memaha. Amat sukacita
hati mereka setelah diajarkan. Dijelaskan sekarang setelah orang Baliaga bisa
ngukir-mengukir maka kembalilah Hyang Indra ke Indraloka diceriterakan para
Widyadara dan Widyadari diutus oleh Bhatara Ghuru turun ke Baliaga, berpura-
pura berjualan keris serta membawa kain yang bagus-bagus dengan maksud
agar bisa ditiru oleh orang Baliaga.. tidak diceriterakan dalam perjalan mereka
telah sampai di Tampurhyang di tempat Togog itu berada. Lalu togog itu dihiasi,
diberi baju, yaitu kain, destar, ikat pinggang, disispi keris diberi wangi-wangian
sesuai dengan hiasan, cemerlang melelancingan (Widara Gumulung) sehingga
makin bertambah gemerlapan cahayanya dan apabila diperhatikan yang tak
ubahnya sebagai mantri agung didalam kidung-kidung. Kedipan kerling matanya
demikian manis dan tidak disadqari bahwa itu hanyalah sebuah togo kayu.
Setelah itu para Widyadara dan Widyadari kembali ke Sorga sambil mengajarkan
orang-orrnag Bakiaga berjualan. Tidak diceriterakan dalam perjalanan,
sampailah di Sorga loka. Demikianlah pekertinya.
Sekarang marilah ceriterakan pada waktu Bhatara Brahma dan Bhatara Wisnu di
perintahkan oleh Bhatara Pramesti Guru menciptakan manusia di P Bali dengan
harapan agar dapat diikuti sesananya dimasa mendatang. Bhatara berdua yaitu
Brahma, Wisnu tidak menolak diperintahkan, beliau enghormat, mohon diri
kehadapan Bhatara yang disambut do’a Pujian serta hujan bunga. Bhatara
berduapun berangkat meninggalkannya. Oleh karena cepat jalannya beliau
segera tiba di Tampurhyang beliau beryoga, dengan tekun dihadapan dupa
perasapan. Dari penyatuan pikiran Beliau ( sidyajnana) keluar lima orang laki-laki
amat sempurna. yang pada waktu merninggalnya dianugrahkan gagaduhan
sebagai berikut :
dahulu pada waktu Beliau pergi ke gunung diringi oleh kelima orang manusia
ciptaanya,ketika beliau berkehendak mencari bahan-bahan, tiba-tiba di tengah
hutan dijumpainya Twed nangka, Bhatara kasihan melihat twed nangka itu lalu
berhenti, diperbaikinya dan dibentuk manjadi manusia lengkap sebagai tata
caranya. Twed Nangka itu kelihatan amat bagus dan sudah berwujud seperti
werapsara. Selanjutnya setelah Togog Twed Nangka tersebut selesai, kembali
Bhatara ke Sunyataya. Demikian seriteranya. Kemudian Bhatara Ciwa kembali
bersemadi untuk menciptakan Manusia.dari tangan kana kirinya keluar manusia
cakap sejumlah 199 orang yang disinari Bhatara Smara. Mereka dikawinkan
semuanya. Namun diantara mereka itu masih tersisa seorang, tidak mempunyai
suami, tidak mau dimadu, lalu pergi dari tempat itu,. Oleh karena tertekan
perasaannya kecewa ia mengembara dan tidak henti-hentinya menagis sambil
berkata(anulame) menyesali nasibnya.
21a. Ketika sampai ditengah hutan dijumpainya Tuwed Nangka yang telah
berwujud sebagai manusia, amatlah senang hatinya perempuan itu melihat
kebagusan Togog nangka yang tak ubahnya seperti apsara gana kelihatannya.
Kerlingan matnya manis, benar-benar meanrik hatinya. Itulah sebabnya ia
berkata dan bersumpah, wahai engkau togog yang berwujud sanghyang Mona,
sungguh amat menarik hatiku dan telah menimbulkan cinta bhaktiku. Yah
andaikata engkau menjelma menjadi manusia, aku bersedia menghamba
padamu, akan aku jadikan suamisampai akhir hayatku, suka duka bersama-
sama tidur, menikmati hidup bersuami istri, aku senantiasa melayanimu.
Demikian katanya sambil dielus-elus togog Nangka itu. Serasa olehnya bahwa ia
sudah bercumbu kasih dengannya dan tiba – tiba saja keluarlah spermanya
pada waktu itu sebab sudah merupakan takdir Tuhan yang Maha Kuasa.
maka hamil namun ia tetap berkata dan berharap agar dikasihani hyang.
Akhirnya datanglah Bhatara Brahma disertai Bhatara Smara, lalu Bhatar
bersabda, hai kamu perempuan Baliaga dusun, bagaimana kehendak mu
sekarang, hendak bersuami dengan togog, ?. menjawab perempuan dusu itu
sambil menyembah,. Ya… Paduka Bhatara, hamba bersumpah, dihadapan
paduka Bhatara sebab besar cinta hamba kepada togog ini. Seandainya paduka
Bhatara berkenan, menyucikan togog ini menjelma menjadi Manusia hamba
bersedia menjasi istrinya, menuruti kemana perginya sampai kelak. Bhatara
mengabulkan sambil menjawab, hai kamu manusia andaikan demikian aku tidak
akan melalaikanmu.
22a. Segera Bhatara beryoga, tidak lama kemudian benar-benar togog itu
menjelma menjadi Manusiatampan. Tidak terkatakan betapa senang hati
perempuan itu seolah-olah tidak didunia rasanya Segera diayunnya, dipangku
dengan penuh nafsu gegritinan) dielus-elus sehingga hampir saja keluar
spermanya sebab terasa seolah-olah telah dicekam luapan madu manis, lalu
mencumbu dan merayunya. Tercengang Bhatara melihat tingkah laku
perempuan itu lalu bersabda hao kamu manusia, amatlah tidak senonohmu
sekarang terimalah kutukanku atas dosamu yang tidak tahu sopan santun,
tergesa-gesa, gegritinan mengelus-elus dihadapanku,tidak tahu malu dan tidaak
mengenal takut, semoga engkau selalu ribut dengan keluarha, tidak serasi dalam
bersuami istri, karena engkau bersuami dengan Twed.
Wahai sabg Maharsi siapakah yang telah menaruh belas kasiahan kepada diri
hamba?. Sehingga hamba menjelma menjadi manusia?. Sang mahares
menjawab, tidak lain akulah
yang menjelmakanmu sehinga menjadi engkau berubah menjadi Manusia.
Manusia Ciptaan itu menelungkup menyembah, memeluk dan mengelus kaki
sang Maha Rsi.seraya berkata, Mpungku siapakah sebenarnya paduka ini?.
Menjawab sang MahaRsi, aku dari JambudwipaPutra Bhatara Hyang Ghnijaya
yang bersemayam di Gunung Lempuhyang di Karangasem (Adrikarang), Aku
bernama Mpu Mahameru . berkata Manusia citaan kayu itu, Daulat Mpu
Junjungan Hamba yang tak ubahnya sebagai amerta sajiwani (air suci) apakah
yang harus hamba pergunakan membayar hutang hamba yang tak ubahnya
seperti Bumi dan akasa ini?. Sekarang tuluskanlah belas kasihan Sang Maha
Pandita, hamba mohon dibersihkan segala kekotoran diri hamba sehingga
menjadi suci jiwa hamba seterusnya.
27a. Mpu Dryakah tidak membantah sebab telah demikian sabda sang Adhiguru
dan tidak boleh dilanggar. Selanjutnya Mpu Mahameru bersabda. Anakku Mpu
Dryakah ada pula petuahku kepadamu. Kelak apabila anakku meninggal lalu
disucikan (diupacarai) oleh keturunanmu, penyelesaian upakaranya tidak
diperkenankan dilaksanakan oleh Brahmana, anakku cukup mohon(nuhur)
dikahyangan saja sebab, asal-usul anakku bukanlah berasal dari Manusia.
Andaikata keturunanmu sudah selesai melaksnakan Upakara(ngaben),
diperkenankan pula melaksanakan Upakara Pitrayadnya tapi hanya tiga turunan
batasnya. Jikalau sudah tiga turunan barulah sang Rsi Siwa Budha
diperkenankan menyelesaikan Upakara tersebut. Ingatlah petuahku. Sampaikan
pula kepada anak cucumu sebab amat berbahaya apabila kena kutukan Bhatara
Lempuhyang. Demikian petuah Mpu Mahameru kepada Sisyanya, lalu Mpu
Dryakah menghormat menuruti kehendak Mpu mahameru. Amat girang hati Mpu
Dryakah menerima anugrah yang telah diberikan, tak ubahnya seperti amerta
(air suci) yang telah menyusup ke dalam hatinya.
29a. Anakku Mpu Dryakah, sekarang nama anakku akan kuganti. Kini anakku
bernama Mpu Kamareka. Sebab para hyang dahulu telah mersti abinagawan.
Ingatlah baik-baik, sekarang ayahnda akan meninggalkan anakku menghadap
Paduka Bhatara di Tolangkir dan Gunung Lempuhyang. Mpu Kamareka
mendekat menghaturkan bhakti sambil mengelus kaki Dang Ghuru sebab
demikian tata cara bhakti seorang murid kepada Dangn Ghuru. Demikian asal
mula timbulnya Bhujangga di Bali jaman dahulu. Diceriterakan kembali
setelahMpu Mahameru meninggalkan Tampurhyang, menyusuri gunung
Tulukbyu tanpa mendapat rintangan, maka tibalah beliau di Besakih.
Sesampainya di sana segera Bliau menghaturkan weda pujaan. Bergema suara
gentanya tak ubahnya sebagai kumbang sedang mengisap bunga. Segera pula
beliau menghaturkan penghormatan, gelaplah diangkasa karena ditaburi hujan
bunga serta do’a pujaan Bhatara.
Menjawab Sang Mahamona wahai tuan putri yang takubahnya Dewi Gangga,
apakah maksud tuan putri mencari Tirta pawitra? Yah Sang Mahampu dahulu
pada waktu hamba masih di Sorga hamba selalu dicekam kekhawatiran,
kekejaman para Gandharwapati. Pernah hamba didesak, dipaksa tetapi mereka
tidak berhasil. Oleh karena sudah takdir itulah sebabnya hamba pergi dari Sorga
membuang-buang langkah hendak menyucikan diri, tiba-tiba hamba bertemu
dengan sang mahamuni disini. Menjawab Mpu Kamareka , baiklah kalau
demikian, seandainya boleh marilah tuanku bersama-sama disini menanggung
kesedihan. Menjawab Dadari Kuning, Mpungku teringat hamba akan perintah
Bhatara Kepada hamba dahulu, memerintahkan hamba turun ke dunia.
Kemungkinan inilah jodoh hamba. Yah senadainya boleh teruskanlah belas
kasihan Mpungku beriathukan hamba segera. Mpu Kamareka terharu tidak bisa
menjawab. Tidak terhingga betapa sukacitanya, pilu bagaikan disayat hatinya.
33a. Kemudian Beliau berkata dengan gegregetan, aduhai buah hatiku, tidak lain
aku inilah jodohmu. Teringat aku akan sabda Bhatara dahulu bahwa bidadari
engkau ini, payah sudah kakak menantikanmu. Menunduk Dadari Kuning, lalu
dipangku dielus-elus sebab terdorong luaan madu yang manis rasanya. Aduhai
buah hatiku teruskanlah cinta kasihmu bersuami dengan kakakmu, bersama-
sama menanggung derita dalam hutan. Berkenanlah wahai idaman hatiku ,
kakakmu tidak akan menentang walaupun tujuh kali menjelma, kakamu akan
tetap menuruti adinda. Tak henti-hentinya Mpu Kamreka merayu, dielus-elus.
Menawab Dadari Kuning sambilberlinang air mata Yah …. Mpungku janganlah
begitu tergesa-gesa, siapakah yang akan melalaikan kelak apabila kita telah
bahagia, menuruti hamba sang mahamuni.
Tetapi ada permintaan hamba yaitu apabila Mpungku sudah bersuami istri
dengan hamba, mpumgku tidak boleh menolak segala kehendak hamba, sebab
demikianlah tatacara disorga. Menjawab Mpu Kamareka,. Adiku baiklah kalau
demikian, aku akan memenuhi kata-katamu. Jangalah khawatir. Seraya
digendongnya Dadri Kuning seperti anak kecil. Banyaklah apabila
menceriterakan perilaku mereka melakukan kesempatan, menikamati bercumbu-
cumbu di tempat tidur. Bhagia mereka bersuami istri, tidak terkatakan betrapa
nikmatnya.oleh karena baru dipertemukan asmaranya. Demikian ceritera asal
mula Mpu Kamreka kawin dengan Dadari Kuning. Baiklah hentikan mereka
sejenak.
34a. Marilah kembali ceriterakan pada waktu Mpu Mahameru sampai di
Jawadwipa setelah meninggalkan Besakih serta Tampurhyang menghadap dan
bercakap-cakap dengan saudara- saudaranya yaitu, Mpu Ghnijaya, Mpu Ghana,
Mpu Kuturan, Mpu Bradah. Mpu Ghnijaya berkata : Adik Danghyang Semeru
mengapa adik amat terlambat datang kemari, payah sudah Bhatar Putrajaya
menanti kedatangan adik, kaka beserta adik-adik semua lama sudah
menantikan. Menjawab Mpu Mahameru, Yah maafkan Saya sebab dahulu
sesampainya di tampurhyang pada waktu saya beraistirahat hendak
membersihkan diri, saya menjumpai sebuah togog kayu celagi (asem) amat
terharu hati saya melihatnya. Pada waktu itu saya mengeluarkan sidyajnana dan
tidak lama kemudian togog tersebut menjelma menjadi Manusia. Tidak lama
antaranya terdengar suara dari Langit, saya diperintahkan menganugrahkan
segala tatwa agar ada Bhujangga di Bali kelak. Begitu pula manyusun tatcara
adat sopan santun orang Bali
Kini diceriterakan bahwa mereka sudah dewasa, Sang Kayu Ireng berkata
kepada Ayahndanya, wahai ayahnda, oleh karena anaknda sudah dewasa,
dimanakah jodoh hamba. Apabila boleh carikan anaknda jodoh sdebab anaknda
kedinginan di gunug. Menjawab Sang Mahampu, anaknda kayu ireng, tidak lain
yang patut menjadi istri
anakku ni kayu cemeng sebab dialah jodohmu sejak ananknda berada dalam
kandungan. Hanya saja tunggulah dahulu hari yang baik. Berkata ibunya,
ananku Kayu ireng benarlah apa yang diucapkan ayahnda hanya menuruti
perintah agar dlam waktu dekat perkawinan dapat dilaksanakan. Entah berapa
lama tiba saatnya hari yang baik Ki Kayu ireng dikawinkan dengan ni kayu
cemeng. Tidak diceritakan perkawinan mereka oleh karena keduanya sudah
tahu rasa bercinta. Demikian asal mula warga Pasek Kayu Selem yang tersebar
di pulau Bali. Baiklah akhiri dahulu sampai disini.
B begtu pula kelak oleh karena telah banyak keturunanamu yang berbeda-beda
tempat tinggalnya, menyebar di pulau Bali, beritahukan juga kepadanya bahwa
apabila mereka tidak taa dengan gegaduhan ini, yangberasal dari Bhujangga
Baliaga kutkanku semoga turun menjadi orang dusun sejati ( wong tani
cingkrang) dan pada waktu meninggalnya tidak boleh disucikan oleh Brahmana,
lagi pula tidak boleh dibakar, kuburkanlah mayat mereka, sebab mereka bukan
keturunanku. Sebaliknya apabila mereka tata dengan titi gwgaduhan mereka
bernama wangsa wong Tani, tetapi apabila sudah tiga turunan ada lago
keturunanmu agar diberi nama ARRYA PASEK KAYU SELEM. Dan setiap yang
akhli dan tahu diperkenankan menjadi Bhujangga tetapi hanya tiga turunan.
Setelah bhujangga barulah menjadi orang biasa (dudukan) kelak apabila ada
keturunanmu hendak mebakar jasad kawitannya diperkenankan,
38a. Tetapi apapbila belum ada Brahmana di Bali yang alhir dari saudaraku Mpu
Ghnijaya yang akan melaksanakan weda Mantra, keturunanmu sendiri boleh
melaksanakannya, sekarang anakku diperkenankan menyucikan Jasad orang-
orang Baliaga, jangan lupa beritahukan juga kepada mereka, sebab amat
berbahaya kena kutukanNya. Ini ada juga anugrahku, sastra dudu aksara, rupa
tan pa rupa bentuk tanpa brntuk, bukalah telinga dan delikanlah matamu lebar-
lebar. Mpu kamareka menyembah dan segera ditanyai sang Mahampu, Anankku
Kamareka apakah kamu sudah jelas, ?. Ya paduka Bhatar semuanya sudah
meresap dihati anaknda. Ini ada lagi aksara dyatmika, ilmu suci dalam badan (
sastra ring raga sarira) simpanlah baik-baik dalam hatimu, semoga amat sakti,
bijaksana dan wujudnya sebagai angkasa..
ini, 50,9,1. selesai, semoga anakku, jangan lupa, jangan ribut serta meremehkan
sebab ilmu ini (SangHynag Sastra) amat pingit. Sekarang aku akan
meninggalkan anakku oleh karena anakku telah mememgang semua sanghyang
aji dalam bathinmu. Mpu Kamareka bersujud dielus kaki Sang Adhiguru disertai
Doa Pujaan. Tidak terkatakan senang hatinya sebab sudah dianugrahi sang
maha Mpu. Diceriterakan Mpu Mahameru telah meninggalkan Tampurhyang
kembali ke Jawadwipa.demikian ceriteranya. Entah berapa tahun kemudian
orang-orang di pulau Bali semuanya menurunkan keturunan amat banyak, anak
beranak memenuhi dunia diakibatkan banyaknya yogas semadi para Bhatara
dalam menciptakan Manusia,, merekalah yang memehuni pulau Bali. Panjang
ceriteranya apabila kita membicarakan kelahiran orang-orang Baliaga yang
semuanya membawa adat serta upacara yang berlainan pada waktu
meninggalnya,, disebabkan perbedaan asal-usulnya.
39a. Demikian tersebut dalam usana. Entah berapa lama kembali kembali pulau
Bali menajadi sunyi karena tdak ada seorang Raja sebagai pelindung bumi Bali.
Oleh karena itu hyang Putrajaya disertai Hyang Ghnijaya, diirngkan oleh Hyang
Catur Purusa berangkat ke Gunung Jambudwipa menghadap Bhatar Hyang
Pramestighuru mohon agar ada Raja yang mengayomi pulau Bali sebagai
penegak dan penyungsung Kahyangan Besakih. Oleh karena itu para dewata
bersidang dengan para resi semua untuk mengikuti Hyang Jagatnatha pergi ke
Sorga.
Selesai sudah perundingan itu dan telah ditentukan harinya. Tersebutlah putra
Bhagwan Kasyapa yang lahir dari Dyah Wyapara bernama sang Maya Danawa,
sudah beristri dengan dewi Malini anak Bhatar Hyang ananta Bhoga yang
beribukan dewi Danuka. Mayadanawa dipilih oleh para dewa agar menjadi raja di
pulau Bali, disetujuinya keputusan perundingan di atas, pasti sudah si
Mayadanawa akan menjadi Raja sebagai pelindung dunia. Seluruh persidangan
itupun bubar, pulanglah Bhatara semua. Bhatara Putarjaya mohon diri
kehadapan Bhatara Hyang Pramesti guru disertai hyang ghnijaya, Bhatara Catur
purusa semuanya kembali ke kahyangan beliau di Besakih. Amat girang hati
beliau sebab telah terkabulkan apa yang dicita-citakan.
40a. Tidak diceriterakan dalam perjalanan sudah tiba di Gunung Tolangkir.
Demikian ceriteranya pada pada jaman dahulu. Entah berpa lama setelah
Mayadanawa menjelma menjadi Raja di pulau Bali disertai oleh istrinya ni Dyah
Malini untuk menggatikan Raja terdahulu yang bernama detya Karnapati dan
berabiseka Cri Jayapangus yang dahulu bertahta di Balingkang. Mayadanawa
konon yang menggatikannya menjadi Raja Bali di bedanegara yang berkeratoon
di Batanyar. Selama pemerintahan Beliau tidak terkatakan girang hati orang-
orang Bali sebab telah ada penegak dunia yang mempertiabngkan baik buruknya
kejadian di dunia.
Cri Mayadbawa sebab telah banyak disebutkan pada usana. Entah berapa
lamanya Cri Mayadanawa memerintah, datanglah godaan hyang widhi. Pikiran
Mayadanawa berubah mempunyai tabiat angkara, serba utamanyapa kadi aku iri
lebih-lebih melarang penduduk menghaturkan bhakti kepada para dewata. Hal ini
menimbulkan kesedihan para Bhatara di Tolangkir.
43a Mayadanawa kembali ke dunia menjadi raja di pulau Bali”. Paduka Bhatara
Curapati tertegun, diam sebagai tersendat rasanya. Tidak lama kemudian beliau
berkata, ”Hai anakku berdua, andaikata demikian aku tidak akak membiarkan
tetepi aku akan memepintahkan Mayadanawa beryoga semadi dahulu untuk
menebus dosa yang pernah diperbuatnya”. Kedua perampuan itu memyembah,
”Yah andaikata demikian hamba manuruti segala perintah Bhatara”. Dengan
demikaian selesai sudah perundingan tersebut. Keduanya mohon diri kehadapan
Bhatara dan tidak terhingga betapa suka cita mereka lebih-lebih Dyah Malini
sebab sudah terkabul niatnya untuk meceritakan keadaan Sang Mayadanawa.
45a. Demikan keadaan negara selama pemerintahan Cri Haji Masula Masuli.
Ssekarang baiklah dengarkan kembali bahwa pada waktu kelahiran Cri Haji
Masula Masuli di dunia Bhatara Indra bersabda kepada seluruh penduduk bali
sebagai berikut, ”kelak apabila ada orang yang kawin dengan saudara
tunggalnya, mengikuti perkawinan Cri Haji Masula Masuli perbuatan demikian
dilarang, mencemarkan tata susila. Patut di singkirkan jauh-jauh, lemparkan
kedalam samudra sebab perbuatan itu bukahlah tata susila manusia melainkan
tabiat binatang, menodai dunia dan tidak urung mengganggu ketentraman
penduduk di dunia. Begitu puli apabila ada dua orang anak lahir dari kandungan
ibunya laki perempuan satu placenta (ari-ari) kelahiran tersebut buncing dan
mencemarkan desa. Harus dijauhkan dan ditempatkan di pinggir desa atau di
dekat kuburan selama 24 hari. Penduduk desa harus melaksanakan upacara
penyucian pangosadi, amalik sumpah,
B anapuh serta orang yang mengalami hal tersebut harus pula disucikan”.
Demikan Sabda Bhtara Indra. Dilarang menuruti tindakan Cri Haji Masula Masuli.
Begitu ceriteranya pada jaman dahulu. Entah berapa lama beliau memegang
tampuk pemerintahan di kerajaan bali menikmati kebahagiaan dunia terutama
mengecap kenikmatan yang amat mengasikkan (menyenangkan) maka
istrinyapun mengandung. Ketika umur kandungan istrinya telah sampai, bayi
dalam kandungan itu bergerak-gerak. Tidak terkatakan betapa tangis ibunya,
maka lahirlah bayi tanpan dan sempurna parasnya. Pada waktu lahir bayi itu
amat suci dan sakti. Alangkah gembiranya mereka berputra. Putranya di
upakarai, disucikan dan diberi nama topalung. Demikian ceritera sang bayi
dimuat dalam usana. Selanjutnya diceriterakan kenbali keempat pendeta yaitu
46a. Mpu Ghnijaya, Mpu Sumeru, Mpu Ghana dan Mpu Kuturan tatkala
menghadap Bhatara Putrajaya di Besakih. Bhatara Putrajaya bersabda, ”Wahai
anakku Sang Brahmana semua dengerkanlah petuahku. Anakku semua
hendaknya segera beryoga sesuai dengan dharma Sang Brahmana Resi agar
kelak apabila engkau mempunyai keturunan mereka mengetahuiasal mula serta
berbakti kepadaku. Anakku Mpu Ghnijaya lekaslah beryoga semadi di gunung
lempuyang di sisi Bhatara leluhur. Anakku Mpu Sumeru anakku agar beryoga di
kahyangan bersamaku di sini. Sebaliknya anakku Mpu Ghana anakku
berkahyangan di Dasar Bhuwana sedangkan anakku Mpu Kuturan anakku
berkahyangan di Cilayukti.
Diceriterakan kembali Mpu Kamareka dengan putra bliau Sang Jaya Kayu Ireng
yang telah lama kawin dengan Ni Kayu Ireng yang disebut baru satu keturunan,
Sang Jaya Kayu Ireng oleh karena Beliau memang keturunan Bhujanga Bali
maka sesuai dengan petuah Bhatara, beliau segera diapodgala ayahnda dan
diganti namanya menjadi Mpu Ghnijaya Mahireng. Demikian Ceriteranya.
Selanjutnya Mpu Kamareka berputra Lagi 3 orang laki-laki yang amat tampan, di
beri nama : Sang Made Celagi, Sang Noman Tarunyan,Sang Ketut Kayu Selem
menjadi Bhujangga diapodgala oleh ayahnya. setelah diApodgala, Sang Made
Celagi diganti namanya menjadi Mpu Kayuan, Putra Beliau yang ketiga( Nyoman
Tarunyan) diberi Nama Mpu Tanrunyan. Sedangkan Yang Paling Kecil ( Ketut
Kayu Selem) diganti namanya menjadi Mpu Badengan tidak diceriterakan
semuanya telah mencari dan melaksanakan tugasnya amsing-masing. Mpu
Kayuan berpindah dari Gwa Song di Panarajon bersemayam di Balikang. Mpu
Tarunyan mencari tempat dan beryoga di Gunung Tulukbyu di Desa Belong.
Sejak itu disebut Desa tarunyan. Itu pula sebabnya Beliau disebut Mpu
Tarunyan. Sedangkan Mpu Ghnijaya Mahireng beresama-sama dengan adiknya
terkecil( Mpu Badengan) tetap beryoga di Gwasong mengikuti jejak ayahndanya
yang selanjutnya disebut didesa Songan. Demikian ceriteranya dituturkan Oleh
Sang Dwijendra Sakti Wawu Dateng kepada Cri Haji Gegel pada waktu beliau
bersemayam di Samplangan di Tugu.
Diceriterakan kembali para putra (Sang Catur Bhujangga). Sang Mpu Ghnijaya
Mahireng berputra 3(tiga) orang laki-laki, yang tertua bernama sang Taru hulu,
adiknya sang kayu selem, Sang Wreksa Ireng serta seorang putri bernama Ni
Kayu Selem.
Ki kayu Clagi Putra dari Mpu Badengan memperistri ni Ayu Dani anak dari Mpu
Tarunyan. Sang Tarunan memperistri ni Ayu Kaywan anak Mpu Panarajon/Mpu
Kaywan. Demikian mereka itu saling ambil mengambil diantara saudara
sepupunya. Tidak diceriterakan kebahagiaan mereka berkeluarga karena hal itu
sudah merupakan takdir maka setelah beberapa lama berkeluarga mereka
melahirkan keturunan masing-masing. Demikian ceriteranya. Dijelaskan Mpu
Kamareka setelah melahirkan banyak keturunan. Telah makin lanjut usianya dan
telah terpikirkan dalam hatinya bahwa pada hari yang baik akan mengumpulkan
anak cucunya hendak memebritahukan bahwa beliau akan kembali ke alam
sunyata.
51a. Katanya: wahai anak serta para cucuku semua, kini dengarkanlah petuahku
kepadamu. Tidak lama lagi ayah akan meninggalkan kamu semuanya kembali
ke Sorga. Sebab sudah saatnya ayah harus meninggalkan Madya loka. Kelak
apabila purnamaning Kartika (12) tiba dan aku telah kembali ke Sorga,
hendaknya kamu semua segera mendirikan Kahyangan untuk melinggihkan
Sanghyang Tri Purusa, terutama melinggihan Sanghyang Suci Nirman,
sedangkan untuk Ayah buatkanlah sebuah Bebaturan. Selanjutnya apabila
engkau sudah selesai mendirikqan Kahyangan segera anaku melaksanakan
Puja Wali melaspas, anapuh, serta ngenteg linggih. Untuk Ayah buatkan juga
Odalan di Bebaturan karena ini merupakan tatacara Sanghyang Dwipala serta
Bhatara Hyang Suci yang berasbiseka Sanhyang Tayi.
Adpun Yang dimaksud dengan Sanghyang Tri purusa yaitu, Brahma, Wisnu,
Icwara. Sedang pelinggih untuk Bhatara Sanghyang Ibu Pretiwi yang bertemu
dengan Bhatara Sanhyang Akasa disebut Paibon. Tetpi ayah terlebih dahulu
dibuatkan sebab ini merupakan salah satu penghormatan Leluhur. Ingatlah.
Begitu pula apabila anaku telah selesai memperbaiki kahyangan, jangan lupa
melaksanakan upacara yadnya, piodalan agar ada disungsung keturunanmu
kelak dan seterusnya. Semoga kamu berbahagia. Beritahukan pua kepada
seluruh ketrunanmu dimanapun mereka berada baik jauh maupun yang dekat
agar mereka datang mengahaturkan piodalan. Adapun upacara dipodalannya
adalah pada Tileming Kedasa(13). Janganlah menghindari hari diatas.
52a. Jikalau ada keturunanmu yang tidak mentaati titi gagduhan ini, mereka
bukanlah keturunanku sebab mereka telah mengingkari sasana. Mudah-
mudahan merkea susut dan kena kutukanku. Banyak kerja tapi tanpa ada
hasilnya,. Segala yang dilaksanakan tidak akan menemukan keselamatan.
Setiap akan muncul diakhiri kegagalan, Ingatlah petuah-petuahku, hai seluruh
keturunanku, Begitu pula apabila nanti tumbuh pohon kayu berwarna Hitam di
Kahyanganmu, hal itu suatu pertanda bahwa ayah telah berbadan sekal –
niskala, ayah telah berada disamping Sanghyang Jagat Karana. Sebaliknya
apabila apabila pohon kayu itu sudah tumbuh, sejak saat itu Berilah Nama Pura
Itu ” Pura Kayu Selem” ingatlah anak-anaku.demikian juga apabila disini di
Gwasong telah tumbuh pohon ”Beringin” hal itu suatu pertanda bahwa ayah di
alam Sunya taya telah melaksanakan ”Tirta Gemana”, dari sana ayah akan
mendoakan semoga kamu sekalian berhasil dan selalu berada dalam
keselamatan, tidak akan kekurangan mata pencaharian, serta senantiasa berada
dalam kelanggengan.
54a. Sekarang saya mohon diri akan mendahului Sang Maharesi semua kembali
ke alam sunya. Tetapi ada pula permintaan saya, sudilah kiranya Sang Maharesi
memberikan bekal pengantar saya menuju alam sorga sebagai tanda cinta kasih
Sang Maharesi kepada saya. Antarkanlah saya dengan weda Sang Maharesi
yang keluar dari perasaan tulus suci nirmala agar hati saya merasa lapang
terhadap Sng Maharesi semua”. Maka para Mpu semua serta para sisyanya
menjawab, ”Wahai adikku Sang Mpu, andai kata demikian kehendak adik Mpu”
kami semua tidak akan menolak memenuhi kehendak adik Mpu”. Setelah itu
Mpu Kamareka berkata kembali kepada sisyanya. ”Aum, aum anak-anakku
semua. Dengarkanlah petuahku ini. Apabila engkau semua telah menurunkan
keturunan masing-masing, beritaukanlah juga kepada mereka jika hendak
melaksanakan upacara jasad para keturunanmu kelak, apabila belum ada
diantara keturunanmu yang menjadi Bhujangga (amu janggain)
b. tetapi sudah ada Bhujangga yang lahir dari keturunan Sanak Pitu, Bhujangga
ini diperkenankan melaksanakan upakara jasad keturunanmu. Mereka harus
dihormati keturunan sebab dahulu ayah telah diperingatkanBhatara leluhur,
Bhatara Mpu Mahameru. Ingatlah petuahku sebab siapapun diantara
keturunanku yang tidak menaati petuahku ini akan kena kutukanku. Semoga
jatuh, bodoh, banyak kerja tetapi tidak ada hasilnya. Begitu pula apabila pada
waktu engkau melaksanakan upacara jasad keluargamu, namun belum ada
Bhujangga di bali engkau boleh memohon tirta pengentas di pura setelah mohon
ijin kehadapan Bhatara Jagatnatha, terutama kehadapan Sang Hyang Tri
Purusa. Tetapi sebelum berdoa beritahukanlah kepada ayah dari paryangan
tempal ayah beryoga. Dari alam sunya akan segara datang dan mohon tirtha
pangentas, pabresihan kehadapan Bhatara Tri Purusa.
55a Setelah engkau diberikan tirtha, dari sana pula ayah bersama dengan
Bhatara akan datang memberi tirtha panglambus. Adapun dalam memohon tirtha
kehadapan Bhatara, pergunakanlah tiga tempat yaitu sangku tembaga, bahem
skala dan batil besi sebab itulah yang patut sebagai tempat tirtha. Sedangkan
untuk tirtha pabresihan pergunakanlah 3 buah periuk baru (anar). Rerajahan
(gambar) sangku tembaga ang,( ), sangku besi ung ( ) dan sangku perak mang (
).
b. Sesudah meresap ke dalam hati mereka semua kemudian anak cucu beliau
bersujud dihadapan leluhurnya. Mpu Kamareka bersiap akan beryoga,
menyatukan SngHyang kemoksan dan menjalankan seluruh huruf keramat
(dasaksara) pada badannya (Bhuwana alit) pada kepala
AH pada Kuping
Satus Phataka, AH Salwiring LARA Wighna, Geseng dadi Awu, ANG AH NAMA
CWAHA.
Pada Hati yang Suci bertemu ONG dengan Ongkara Sumungsang ngadeg,
manjadi satu dan berubah menjadi Amertha Sanjiwani. Mantranya ”O”
Ong Ci Ta Twa, Ya Ah, Sa, Ba, Ta, I, Ang, Nang, Pa Ma Ci Wa, YA.
Lalu Pralina A, Awa, Kembali pada Ba, Na, Kembali pada Sa, kemudian mersap
Panca Brahma, SA, BA, TA, A, I, SA, kembali pada GA suaranya menjadi ANG,
TA kembali pada A , UNG dimusnahkan. Setelah bersih,
mata, telinga diprelina, Telinga di prelina pada Hidung, Hidung diprelina pada
Mulut, Mulut di Prelina pada Jejaringan, Jejaringan diprelina pada limpa, Limpa
Prelina pada Ungsilan, Ungsilan Prelina pada Empedu/Nyali, Empedu prelina
pada Hati, Hati Prelina pada Puser, Suarnya pada ubun-ubun, dan setelah pada
pusar, merdupkan napasnya lalu Mpu Kamareka Moksa tanpa bekas kembali ke
Sorga. Demikian ceriteranya pada Djaman Dahulu, Para keturunan/Warih Mpu
Kamareka segera mengahaturkan Sembah Kehadapan Mpu Kamareka yang
sudah Moksa. Tertegun mereka yang ditingalkan, terkenang kepada sang sudah
Moksa, sebab rasa-rasanya Beliau masih berada dalam Hatinya. Panjang
apabila hendak menuturkan. Akhirnya para Tamu pun kembali ke tempatnya
masing-masing.
57a. Dijelaskan kembali sang taruhulu yang kawin dengan Ni Cemeng
melahirkan dua orang anak perempuan bernama Ni Ayu Kaywan dan Ni Ayu Poh
Gading. Sang Tarunyan sesudah mujanggain bernama Mpu Kayu Ireng dan
kawin dengan Ni Ayu Selem mempunyai 5 orang anak, seorang perempuan dan
4 orang laki-laki. Putranya yang tertua bernama Ki Trunyan, yangkedua bernama
Sang Badengan, ketiga bernama Sang Nelem, dan yang terkecil bernama sang
ketut Celagi ireng. Setelah menjadi Bujangga bernama Mpu Kayureka, hampir
sama dengan nama leluhurnya. Dan setelah kawindengan NI Kinti orang laki-
laki. 2 orang laki-laki dan 3 orang permpuan. Anaknya tertua bernama sang
Madriakah, yang kedua bernama sang Sadrakah, yang ketiga bernama Ni
Sadrya yang keempat bernama Ni Ayu Nelem.
adapun Anak Sang Kayu Ireng adalah 3 Orang perempuan dan seorang laki.
Putranya bernama Ki Togog Ireng dan anaknya yang permpuan bernama Ni
Cemeng. Ni Ireng. Ki Togog Ireng memperistri Ni Tarunidan setelah di apodgala
bernama Mpu Kayu Sweta. Selanjutnya Ni Taruni yang lahir dari Ibunya ni Nelem
mempunyai 4 orang anak yang tertua bernama sang Twed Ireng. Dan adiknya
Perempuan bernama Sorga. Ni Tarunyan, Ni Blong, Ki Twed ireng sesudah
mejanggain bernama Mpu Kayureka sama dengan nama leluhurnya yang telah
moksa. Adapun anak sang tarunya 5 orang , seorang laki dan 4 orang
perempuan, anaknya yang laki bernama Sang Tarunyan, sedangkan yang
perempuan bernama Ni Ayu Tarunyan, Ni Runti, NI Rinon, Sang Tarunyan tidak
mernjadi Bhujangga sebab ia seorang Pejudi.
58a. Mpu Panarajon Dimade, yang beristri dengan Ni Taruna mempunyai 7
orang anak, 3 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Putranya ynag tertua
bernama Sang Gwa Song, yang Kedua bernama Sang made Songan, yang
ketiga bernama Sang Nyoam Song. Sedangkan anak-anaknya yang perempuan
bernama Ni Sadrya, Ni Rojani, Ni Tarujar, Ni Sadya diperistri oleh Mpu Ketek,
Kompyang Mpu Ghnijaya, yang paling kecil, demikian Ceriteranya dahulu,
setelah bebrapa lama diceriterakan kemabli Mpu Jaya Mahireng yang
bersemayam di Songan sedang berunding dengan saudra, para cucu serta
Kompyang semuanya. Adapun yang diperbincangkan tidak lain membicarakan
Petuah-petuahyang disampaikan Leluhur kepada Beliau yaitu agar segera
melaksanakann Pitra Yadnya. Panjang ceriteranya apabila membicarakan
Percakapan Mereka. Akhirnya diputuskan akan melaksanakan maksud diatas.
Sajian di Panggungan antara lain, Suci asoroh, Tumpeng Agung, Ghuru Piduka,
sesayut Prayscita, sesayut sudamala, sesayut Pengamabian, sesayut
Pebersihan, sesayut Byakawon, sesayut penapuh lara, sesayut Dirgayusa,
sesayut Panca Bumi. Sajian di Sanggar Tawang sebuah Suci Pingit, Daksina
Agung diletakan dihadapan orang yang akan melakukan Upacara, untuk upacara
untuk Upacara Nista Uangnya berjumlah 4500, madya 8500sedangkan utnuk
Utama 16000. pada sasih 8, dilaksanakan Upacara manca Walikrama. Saji-
sajiannya yang disajikan pada Upacara ini antara lain,Kambing anjing berbulu
merah multunya Hitam, anak babi jantan yang belum dikebiri, Angsa, itik Belang
kalung, hewan lima ekor, (manca warna) yang masing-masing diolah Winangun
Urip, dan masing-masing disertai pula dengan Suci asoroh lengkap dengan saji-
sajiannya. Pada SANGGAR Tawang dihaturkan suci asoroh dan daging itik putih
jambul, pada Panggungan Suci pawitra disertai tumpeng Agung, guru Piduka,
Paneneng, Sesayut dirgayusa, sesayut pabersihan, Sesayut Sudamala, sesayut
Byakala, Sesayut Sapuh Lara.
63a. Di bawahnya seekor guling pebangkit, utuh, Gayah, daging babi serta saji-
sajian lainnya serta daging Babi anatar lain kakuwung, Gunting, lelet, asem, sate
besar, pusut daun beringin, ambulu, surya, candra, nagasari, sudamala, gedong
simpen, gedong sari, kacu, jejaringan, bangsula, dilengkapi dengan sajian serta
Daksina. Demikian tatacaranya dahulu dan apabila hal ini belum jelas dapat
ditanyakan kehadapan sang Brahmana tidak melebihi mengurangi, pada waktu
tiba saatnya sasih ke sangga(9), dilaksanakan Upacara Ahya Brahma, dilengkapi
dengan jenis-jennis binatang daging Kerbau, yang diolah Winangun Urip, Sapi,
Kambing, Anjing hitam, anaknya babi jantan ( kucit butuhan) Harimau, Angsa, Itik
Blangbungkam, hewan 5 ekor yang warnanya berbeda-beda, disertai sajiannya
masing-masing yaitu suci asoroh, binantang, Gayah agung,
65a. Diceriterakan mereka itu semuanya amat bakti terhadap ataupun terhadap
Kahyangan mereka selalu taat melkasnakan upacara piodalan Bhatara maupun
leluhur tiap tahun. Ada pula petuah mereka kepada seluruh keturunannya sesuai
dengan petuah leluhur dahulu agar tidak memlalaikan Titi Gegaduhan,
memperbaiki Kahyangan Bersujud kehadapan leluhur, kelak apabila mereka
bertempat tinggal berjauhan mereka harus selalu ingat dan mewarisi sampai
seterusnya. Apabila mereka lupa dan tidak mengetahui leluhurnya mereka akan
kena kutukan Sang Hyang tri purusa lebih-lebih kutukan leluhur. Demikmian
Ceriteranya.