Anda di halaman 1dari 39

Babad Pasek Kayu Selem

TERJEMAHAN

Babad Pasek Kayu Selem

Dan Babad ini berasal dari Desa Songan Kintamani,

yang kemudian ditulis dan disusun kedalam Hurup Lathin

Oleh Bapak Wayan Pasek dari Gianyar.

Selanjutnya diKomputerisasi Oleh Jro Mangku Djaman,ST

Ditranskrip kedalam Hurup Latin

Bulan September 2009. di Grya Agung Buana Murti.

Jl.Ngurah Rai, Gg XX, No. 9X Br.Pande Blahbatuh Gianyar,Bali

TERJEMAHAN

1a Pada bagian pertama lembaran ini kamisampaikan kehadapan Pembaca


Transkrip Babad Pasek Kayu Selem yang salin dan kutip dari Gedong Kirtya
Singaraja. Kami menyampaikan terjemahan ini sesuai dengan kemampuan yang
ada pada kami, tentu banyak hal-hal yang kurang sempurna, karenanya dengan
segala kerendahan hati yang terdalam kami penulis mohon maaf berharap agar
Pembaca yang budiman dapat memakluminya. Semua yang kami lakukan ini
hanya atas dasar dorongan keyakinan rasa hormat kami kehadapan Hyang
Perama Kawi dengan mengenang dan melaksanakan apa yang telah ditetapkan
didalam Babad Pasek Kayu Selem,yang merupakan Bhisama Ida Bhatara
Kawitan ( Bisama Ida Bhatara ) Mpu Semeru kepada Ida Bhatara Mpu
Kamareka) yang diteruskan kepada Putra – Putra Beliau ( Ida Mpu Ghnijaya
Mahireng, Ida Mpu Kaywan, Ida Mpu Trunyan, Ida Mpu Badengan ).yang
menurunkan warga ki Arrya Pasek Kayu Selem, atau Warga Pasek Kayu Selem,
yang tersebar di selurh Dunia.

Agar lebih jelas kami persilakan pembaca yang budiman untuk membaca dan
meneliti hubungan Antara kata dan kata, dan Antara kalimat kekalimat
selanjutnya, agar dapat dijadikan bahan kajian terhadap keberdaan Ida Bhatara
Kawitan sehingga dapat dijadikan pegangan didalam melaksanakan kewajiba-
kewajiban yang mesti dilaksanakan oleh para pretisentananya, demi tercapainya
Moksartham Jagadita, bahagia, Selamat seluruh sanak keluarga tanpa adanya
rintangan-rintangan yang berarti.
1b. Semoga tidak terhalang//0// Permohonan ampun hamba kehadapan para
Bhatara Bhatari, wahai Sang hyang Pacupati yang bersemayam di alam
Sunyata, berkedudukan di Gunung Jambudwipa. Hamba mohon ampun
kehadapan Bhatara Bhatari semua dengan puja dan doa tinggiberupa sari
Ongkara, dari lubuk hati yang suci dan kehadapan para Yogi yang telah
memproleh anugrah untuk menceritakan yang telah tiada. Semoga terhindar dari
segala kutukan dri Bhatara Bhatari, semoga, 3x, sempurna sampai seluruh
keluarga dan keturunan mendapat kesejahtraan selama berada di alam maya
pada //0//

Tersebutlah pada Djaman dahulu seorang maya tidak terhingga kesaktiannya,


berwujud buas, bertaring, amat tajam sebagai senjata,

2a. selalu membunuh dan tidak ubahnya seperti sifat raksasa, loba, tamak,
sombong dan bodoh, menghina agama, durhaka pada kebajikan, dicelanya
semua ajaran filsafat kebajikan yang tela ada, segala dapat kebiasaan dimasa
lampau. Itulah sebabnya ia dibunuh, dikejar serta dianiaya oleh Bhatara Indra.
Setelah musnah ia yang penuh dosa, ia kembali kea lam sorga, entah berapa
lama telah berlalu kembali ia diperintahkan oleh hyang Bhatar menjelma di dunia
dan diberi anugrah agar menjelma berwujud laki perempuan. Oleh karena itu
penjelmaannya dibungkus ke dalam selundang kelapa, dibelah dengan sebilah
pedang. Setelah diupacarai dan disucikan oleh para pertapa di Tolangkir,
kemudian diperintahkan oleh hyang Pacupati agar memerintah kerajaan Bali,
menjadi seorang Raja. Beliau tetap dihormati karena dirinya dinobatkan menjadi
Raja di Bali. Dan diberi Gelar Cri Haji Masula Masuli, yang diperintahkan kawin
dengan adiknya. Tidak terkatakan betapa sejahtra seluruh kerajaan di Bali
semenjak kehadiran beliau disini. Entah berapa lama beliau dihormati silih
berganti, setelah tiba saatnya beliau lalu Moksa, kembali kembali kealam
Sunyata. Demikian ceritakan pada Usana //0//.

b.Diceritakan bahwa Bhatara hyang Pacupati di Gunung Mahameru merasa


amat prihatin melihat bumi Bali dan Seleparang (pulau Lombok), pada Djaman
kumalencong, yang tak ubahnya sebagai perahu senantiasa beradu pulau Bali
dengan Seleparang //0// pada Djaman dahul sebabnya di Bali terdapatnya empat
buah gunung yang disebut gunung catur loka phala, ( keempat arah mata
angina), yaitu pada sebelah timur Gunung Lempuhyang, di sebel;ah selatan
Gunung Andaksa, di sebelah barat Gunung watukaru, beserta gunung Bratan,
disebelah utara Gunung Mangu yang berdekatan dengan Gunung Tulukbiyu.
Itulah sebabnya Hyang Ari Bhawana (Bhatara Wisnu) membatasinya Pulau Bali
tatkala Bali mengalami kegoncangan. Hal ini pula menyebabkan hyang Pacupati
membongkar kaki Gunung mahameru untuk diturunkan di pulau Bali serta
seleparang.
3a. Ki Badawang Nala diperintahkan sebagai dasr Gunung, Naga Bhasukih
sebagai pengikat Gunung mahameru, sang Taksaka diperintahkan
menerbangkan Gunung tersebut, Banyak kejadian yang etlah terjadi apabila kita
hendak menuturkan pada waktu dilaksanakan pemindahan Gunung Mahameru,
adapun pemindahan Gunung itu, dilaksanakan pada (kala) Weraspati( kamis)
kaliwon. Tepatnya pada bulan gelap ( tilem) 1, tenggek, 1, caka 00, pada waktu
itulah awal mula cerita pulau Bali, rah 0, tenggek 0, demikian
ceritanya//00//.Lama kelamaan pada waktu tiba saatnya umur dunia yaitu pada
hari ciwa kawya, 2, permulaan tolu,3, bulannya Purnama, hari 15, tenggek 7,
070, 70, umur, dunia kembali terjadi hujan lebat, angina rebut, disertai letusan,
petir, halilintar, bergetar dan goyang seluruh dunia dua bulan lamanya hujan
lebat.

Kemudian gunung Tolangkir (Gunung Agung)meletus, dan keluaralah welirang.


Demikian ceritanya dahulu. //0//. Setelah beberapa lama pada hari ciwakuje,
wuku prangbakat, bulan 6, purnama, hari 13, rah 3, 15 tengek 1, caka ghni
bhudara(310), umur dunia waktu itu, kembali GunungTolangkir meletus.
Keluarlah Bhatar Putarjaya, disertai Bhatari dewi Danu yang bersemayam di
Ulun Danu di tampurhyang, ( Gunung Batur), Bhatar hyang Putrajaya
bersemayam di Basukih merupakan pusat (hulu) kerajaan Gelgel. Pada waktu itu
diikuti pula oleh Bhatara Brahma yang bergelar Hyang Ghnijaya, dan
bersemayam di Gunung Lempuhyang. Demikian ceritanya dahulu, //0//.
4a Sekarang dengarkanlah ceritannya dahulu pada waktu hyang Bhatara bertiga
datang di pulau bali atas perintah Bhatara Hyang Jagatkarana, bersabda Bhatara
hyang jagatkarana, wahai anaku hyang bertiga, Mahadewa, ni Danuh, Ghnijaya,
sekarang anaku agar turun ke pulau bali sebagai penegak dunia, sebabpulau
Bali sunyi senyap, agar dijadikan sungsungan di dunia seterusnya. Demikian
Sabda Bhatara kasuhun, Bhatara bertigpun menghormat dan berkata,’ daulat
ayahnda, bukan maksud anaknda hendak menolak perintah Bhatara( Ayahnda).
Adapun sebabnya anaknda masih kecil serta benar anaknda tidak mengetahui
kemana jalanya. Sabda bhatara, wahai anaku bertiga janganlah ragu-ragu,aku
akan menganugrahimu anakku, oleh karena kamu benar-benar anaku terimalah
anugrhakuini tetapi jangan engkau melalalikan “. Bhatara bertiga pun
menyembah serta menghjormat kehadpan ayahnda sebabtelah diresapkannya
anugrah tersebut(tatwa ajnana).banyak ceritanyaapabila kita ingin menguraikan.

Setelah Bhatara bertiga berbakti, lalu digaibkanke dalam kelapa gading, oleh
karena perjalanan dibawah laut, maka segera beliau sampai di Besakih. Itulah
sebabnya beliau bersemayam di Besakih.demikian disebutkan asal mula
kehadiran Bhatara dalam usana //0//. Tersebutlah Bhatari Danu bersemayam di
ulun danu yang dahulun disebut Tampurhyang, sedangkan Bhatara hyang
ghnijaya bersemayam di Gunung Lempuhyang, demikian ceritanya//0// pada
waktu itu disebutkan pula para Putra hyang pacupati lainnya diperintahkan turun
ke bali, menyertai Bhatara Putrajaya agar disungsung penduduk Bali. Putra-putra
beliau, Bhatara Tumuwuh bersemayam di gunung watu karu, Bhatara hyang
Manik kumayang bersemayam di Gunung bratan,Hyang Manik Galang
bersemayam di Pejeng, serta Bhatara hyang tugu bersemayam di Gunung
Andakasa,
5a. semua beryoga semadi dan tidak terkatakan betapa tekun para Bhatara di
tempat masing-masing, demikian cerita para Bhatara yang berkahyangan di Bali.

Jangan lalai sebab sudah dicatat oleh Dwijendra Wawu dateng pada waktu
Beliau berada di Samprangan //0//.

Entah berapa lama tiba saatnya ciwakuje4, wuku julungwangi, bulan tatkala
bulan menuju keutara, bulan kedua, hari purnama, 310. 181, pirpajadma 18,
diseluruh dunia terjadi hujan lebat yang disebabkan oleh semadi Bhatara
Ghnijaya bersama-sama Bhatara Mahadewa, dunia bergetar, GunungTolangkir
meletus, mengeluarkan banjir lahar yang dasyat, itulah sebabnya ada sungai
bernama suingai lwah ghni pada dewasa ini//0//.

Selanjutnya dari yoga semadi Bhatara Ghnijaya lainnya yang keluar dari
pemujaan lima kekuatan (pancabayu) segera melahirkan 5 orang putra laki-laki
yang tampan dan sempurna. Pada waktu kelahiran mereka semuanya
beralaskan daun gedang kaikik, putra beliau tertua bernama Sang Brahmana
Pandita, Putra yang kedua bernama Mpu mahameru, putra ketiga bernama Mpu
gana, putra keempat bernama Mpu Kuturan, serta adiknya paling kecil Mpu
Pradah, semuanya telah menjadi Wiku semenjak beliau masih kecil, semuanya
melaksanakan serta mengukuhkan kebenaran utama, mereka kembalike
Gunung Mahameru, dan melaksanakan yoga semadi dengan tekunnya, banyak
ceritanya apabila kita ingin menceritakan, namun baiklah hentikan untuk
sementaraseba mereka sudah amat teguh melaksanakan yoganya//0//.
6a. Marilah ceritakan kembali yoga semadi hyang Mahadewa dikaki Gunung
Tolangkir, telah melahirkan 2 Orang putra yang berbeda, laki perempuan,Putra
Beliau yang laki bernama Bhatar Ghana, adik perempuannya bernama Manik
Ghni yang tidak terhingga betapa cantiknya. Beliau diperintahkan bhatar kembali
ke Gunung semeru untuk beryga semadi memenuhi kehendak hyang Pramesti
Guru, entah berapa tahun lamanya setelah selesai yoga beliau di gunung
semeru kemudian bhatari hyang manik Ghni diperistrioleh sang Brahmana
Pandita, ketika telah dilangsungkan perkawinan sang Brahman Pandita dengan
Bhatari hyang manik Ghnni, nama beliau Sang Brahman Panditadiganti
namanya menjadi Mpu Ghnijaya, hamper sama dengan nama Bhatara Kasuhun
( Bhatara Hyang Ghnijaya).demikian cerita yang dimuat dalam
usana//0//.Bhatara Putrajaya bertukar pikiran dengan Bhatar hyang Ghnijaya dan
Bhatara Catur Purusa di kaki gunung Tolangkir.adapun yang diperbincangkan
tidak lain mengenai keadaan pulau Bali yang masih senyap.

tidak aada seorang manusia,tidak aada yang menyungsung kahyangan di pulau


Bali, oleh karena ituPutrajaya bersama-sama Bhatara hyang Ghnijaya serta
Bhatara Catur Purusa yang bersemayam di Bali berangkat ke Jambudwipa
menghadap Bhatara hyang Pacupati. Perjalan beliau tidak diceritakan, akhirnya
sampai di Gunung jambudwipa Beliau segera menghadap Bhatara, menunduk
serta menghormat kepada Hyang Mahasuci. Setelah paduka hyang Mahasuci
melihat lalu bertanya kepadanya apa sebab mereka dating menghadap, sabda
Bhatara, anakku kamu Putrajaya, Ghnijaya serta anak-anaku semua, apakah
sebabnya anaknda seolah tergesa-gesa, menghadap kehadapan ayahnda
dengan wajah bersedih ? seandainya boleh katakanlah segera kepada ayahnda .
7a. Menjawab para bhatara yang bersemayam di Bali sambil mengucapkan
mantra suci dan penghormatan, katanya, daulat Paduka Bhatara, adapaun
sebab anaknda datangmenghadap duli paduka Bhatara tidak lain oleh karena
amat sunyi senyap di pulau Bali, tidak ada seseorang manusiapun yng memuja
anaknda, yah seandainya patut dan Paduka Bhatara berkenan segeralah
anugrahkan kepada anaknda ciptakanlah manusia agar ada yang memuja
kahyangan di Bali. Demikian lah maksud anaknda semua. Menjawab Paduka
Bhatara Pacupati disertai mantra sucinya, wakyang cucyajnana tirtam, sanmata
stute paranam dharmacce sidirastu namostutam. Wahai anaku semua andaikan
demikian, janganlah khawatir ayahnda tidak akan membiarkannya.

Terimalah anugrahku ini semoga berhasil segala kehendakanaknda, begitu pula


saudaramu Ludra, Brahma, Icwara, Wisnu, mahadewa, tetapi tunggulah dahulu
ayanhnda di pulau Bali. Bhatara Putrajaya menghormat diikuti Bhatara hyang
Ghnijaya, Bhatara Catur purusa, menghaturkan pujaan kedamaian serta pujian,
bergema suara genta sebagai kumbang mengisap sari suaranya, lalu mereka
mohon diri ke pulau Bali.tidak diceritakan dalam perjalanan sebab semuanya
sudah suci, mereka segera tiba di pulau Bali dan turun di Besakih, tidsak
terkatakan betapa suka cita hati mereka, sebab telah terkabulkan kehendaknya.
Pergilah mereka ke kahyangan masing-masing. Baiklah hentikan situasi di Bali
dahulu //0//.
8a. Paramecwaram wasite, umaram madya balyangan dharppe dewacca
paranam Bhacwaram maha pawitram, diceritakan Bhatara Hyang Pramesti guru
turun ke Bali dikuti oleh para dewata semua, pra rsi ghana, Dewa sanga serta
seluruh yang ada di Sorga, semua mengantarkan Bhatara turun ke Bali, Bhatar
Pramacwara mempergunakan Padma manik anglayang diapit payung, umbul-
umbul bergema suara genta serta doa pujian yang dibarengihujan bunga dari
angkasa, angkasa langit gelap waktu itu disertai dentuman. Sedangkan para
Bhatara lainnya berbeda-beda kendaraannya sebabsemua gembira
mengantarkan Bhatara Pramesti guru di angkasa.banyak kalau kendak
menceritakan nya. Segera mereka tiba di Tolangkir, di jemput oleh Bhatar
Putrajaya, Bhatara Ghnijaya lebih –lebih Bhatar Catur purusa disertai pujian dan
penghormatan, jaya-jaya kretam

menjemput kedatangan Bhatara , semua para Bhatara lainnya yang telah


berkumpul di kahyangan Tolangkir, sabda Bhatara hyang Pramesti Guru, wahai
anakku para dewa semua sekarang marilah kita siap-siap beryoga agar segera
terkabulkan menciptakan Manusia yang kita gaibkan bersama, para dewa
menjawab serempak menuruti kehendak Bhatara. Semuanya digaibkan,
menghilang dan menyusup ke ciwa garba, sabda Bhatar, Hai anakku Icwara,
anaku berdiam pada kulit, hyang Brahma pada otot, hyang Wisnu di dalam
daging, hyang Mahadewa berdiam pada sumsum, dan anak-anaku berdua
Sangkara dan Ludra berdiam pada buah pinggang, akhirnya setelah semua
beryoga dengan tekunnya dihadapan api pedupan tungkudan sebagainya
dengan harapan agar segera terciptanya Manusia, Hyang Basundari ( tanah)
dibentuk agar menjelma manjadi Manusia.
9a. Tiba-tiba datanglah BhataraYamadipati berwujud anjing hitam, tidak henti-
hentinya mengganggu yoga semadi para Bhatar seraya tak putus-putusnya
berkata,”Hai hyang Bhatara sekarang paduka Bhatar berkehendak menciptakan
manusia dari tabah itu, aku menjadi sangsi, mustail akan menjadi Manusia,
andaikan benar tanah tersebut menjadi Manusia, aku akan bersumpah dan
sanggup makan kotoran manusia itu, Bhatar menjawab, apa katamu hai anjing(
keturunan Bhregu)besar nian kesanggupanmuterhadapku, sekarang
dengarkanlah baik-baik andaikan tidak tercipta menjadi manusia, aku ini
bukanlah dewa dari segala dewa, patut aku ditenggelamkan je dalam kotoran ,
amat sengit perdebatan mereka apabiladiceritakan. Bhatara Pramesti Guru
dengan tekun menyatukan kekuatan pikirannyaberkobar api dalam perasapan,
menjulang asapnya.akhirnya sesudah tercipta muka manusia itu tiba-tiba patah
manusia ciptaannya.

b.Disaat itu sang anjing pun menyalak suaranya kong-…kong…..kong.kembali


Bhatar beryoga, patah pula Manusia ciptaannya, kembali sang anjing menylak
suaranya kong…..kong……kong.Bhatara kembali beryoga, patah kembali
manusia ciptaannya.tidak henti-hentinya sang anjing menyalak king..king
melengking suaranya. Kiranya telah lima kali Bhatar Berusaha menciptakan
Manusia, selalupatah ciptaannya, Paduka Bhatar amat malu(jengah)hatinya
sebab dikalahkan oleh sang anjing, Paduka Bhatar kembali mengeluarkan
keakhliannya, berbadan triloka (tiga dunia) berkobarlah api perasapan tersebut,
seluruh dunia bergetar, sanghyang amerta air suci keluar serta terciptalah
manusia itu. Pada saat itu tercengang hati sang anjing, takjub melihat manusia
ciptaan Bhatara. Bhatara pramesti Guru bersabda, Hai anjing sekarang benar-
benar kamu sudah kalah, siap-siap dan ingatlah kata-katamu dahulu semoga
berhasil, ,
10a. Supaya mulai dari sekarang sampai seterusnya anjing harus memakan
kotoran manusia. Amat Malu anjing tresebut menerima kutukan Bhatar, diam
tanpa menjawab sepatah katapun. Itulah sebabnya ia kembali pulang dengan
muka sedih, mnyesali perbuatannya, dan berubah wujud menjadi Bhatar
Yamadipati, tidak diceritakan dalam perjalannya, sampailah Bhatar Yamadipati
diYamalokadisna ia berkata kepada seluruh bala tentara terutama kepada I
Bhuta kalika, Hai kamu kalika serta paraa kingkara bala(rakyat Yama) semua
kamu aku perintahkan turun ke dunia menggantikan diriku memakan kotoran
manusia turun temurun, samapi seterusnya. Apa sebab demikian, tidak lain oleh
karena aku kalah bertaruh dengan Bhatara Acintya suci,

Itulah sebabnya kamu semua aku perintahkan di Dnuia. Ada petuahku kelah
apabila telah sampai ajalnya manusia tersebut pada saat itu engkau boleh
bersama dengan saudara-saudaramu menyiksa Roh Manusia yang berbbuat
tidak patut.demikian sabda Hyang Yamadipati, menunduk seluruh Kingkara bala
sambil berpikir dalam hatinya, andaikata menolak tidak urung akan
dimusnahkan, disiksa dan dianiaya. Itulah sebabnya Ki bhuta Kalika serta para
Kingkara Bala menuruti perintah Bhatara Yamadipati //0//. Demikian diceritakan
apa sebabnya anjing memakan kotoran manusia sampai sekarang //0//
Diceritakan kembali Yoga semadi Bhatar hyang Pramesti guru dalam
menciptakan manusia dari serabut kelapagadng, lahirlah 2 orang manusia laki
dan perempuan.

11a. Yang laki diberi nama Ketokpita sedangkan yang peremuan diberi nama i
Jnar dan mereka dikawinkannya, berbahagialah mereka bersuami istri, sebab
sudah menjadi kehendak Hyang. Lama kelamaan merekapun menurunkan
keturunan tidak putus-putusnya laki maupun perempuan //0//. Selanjutnya
kembali Bhatara beryoga untuk menciptakan manusia. Tidak terkatakan betapa
tekunnya beliau bersemadi dihadapan dupa perasapan dan oleh karena keahlian
Beliau akhirnya tercipta 2 orang manusia laki dan perempuan. Ciptaan beliau
yang laki diberi nama ki abang sedangkan yang perempuan I Barak. Kini sudah
dewasa semuanya merekan diupakarai dan dipersudarakan oleh Bhatara. Tidak
terkatakan entah berapa lamanya mereka berumah tangga. Merekapun
menurunkan keturunan laki-laki maupun perempuan//0// banyaklah apabila
hendaka menceritakan keadaan Paduka Bhatara beryoga semadi dalam
menciptakan manusia di tampurhyang sehingga amat banyak amnusia di Bali
anak beranak

Oleh karena itu. Paduka Bhatara Pramesti Guru memerinthakan para Dewata
agar turun ke pulau bali untuk mengajarkan apa yang harus dilaksanakan
manusia ,lebih-lebihdalam membuat perlengkapan hidupnya, agar mereka dapat
melaksanakan pekerjaan agar mereka mengetahui rasa lapar ataupun dahaga.
Itulah sebabnya mereka bercocok tanak. Tersebutlah di Tampurhyang sebuah
hutan rimba dijadikan sawah ataupun ladangoleh orang baiaga, pohon-pohon
yang besar ditebang , dibakar dengan api, berkobar sinarnya dan asapnya
mengepul ke angkasa. Pada waktu itu diceritakan ada sebuah pohon asam
masih tertinggal sedikit karena telah ditebang pohonnya, pohon Twed itu kelihat
berbentuk sebgai patung yang tak ubahnya seperti seorang dukuh sedang
bersemadi layaknya. Demikian ceritanya dahulu, baiklah hentikan .
12. a. Diceritakan kembali I bang dan ibarak setelah lama bersuami istri, mereka
pindah dan bertempat tinggal diepi danau, itulah sebabnya disebut desa abang.
Mereka sudah pula menurunkan lima orang keturunan, yaitu 4/empat orang laki-
laki dan seorang perempuan. Anaknya yang tertua diberi nama Ni. Lewih//0/.
Selanjutnya dari perkawinan ki Pita dengan Ni jnar telah pula melahirkan dua
orang anak dan perempuan yaitu yang laki bernama nuh Gading, sedang
anaknya yang perempuan diberi nama ni Kuning. Ni puning diperistri oleh I Pita
disebut makedengan ngad. Lama kelamaan semuanya menurunkan anak.
Anaknya i Pita 3/tiga orang, seorang perempuan dasn dua orang laki-laki.
Anaknya yang laki-laki bernama nuh gading dan yangkecilan bernama ki tanah
Barak.

b. Ki Tanahbarak melahirkan 3/tiga orang anak, yaitu seorang laki dan 2/dua
orang perempuan.anaknya yang tertua laki-laki bernama ki wayan Tampalon.
Sedangkan anaknya yang perempuan bernama ni Loka dan ni Saloka.
Semuanya masih bersudara sepupu, saling ambil serta saling sembah satu
dengan yang lainnya. I nuh Gading kembali memperistri sepupunya yang
bernama ni Loka. Sedangkan Ni Saloka diperistri oleh Ki gadingan, beranak
5.lima orang yaitu 2/dua orang permpuan dan 3/tiga orang laki-laki. Ni nuh
gading beranak 4/empat orang yaitu 2 orang laki-laki dan 2/dua orang
perempuan. Ki wayan Tampalon juga sudah mempunyai 5/lima orang anak yaitu
: 3 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Akhirnya semuanya telah
menurunkan keturunan, tidak putus-putusnya saling ambil mengambil terhadap
misannya ataupun mindonnya. Adapun mata manusia pada wakitu semuanya
hitam, tidak ada putihnyanya serta dapat berbicara dengan dewa.

13. a. Itulah asal mulanya manusia dapat mengerjakan sawah atau ladang yang
disebut

ambabakin tegal, bercocok menanam bermacam-macam umbi-umbian, kacang-


kacangan , padi gunung, dan biji-bijian. Tidak terkatakan betapa suburnya
tanam-tanaman mereka lebih libih perkampungannya, tidak kekurangan
makanan ataupun minuman sebab para dewa amat cinta mengajarkan manusia
di dunia, demikian secirtanya. Pada waktu senja tak kala Bhtara kasuhun sedang
berjala-jalan melihat keindahan sawah, ladang kubu, hutan serta gunung karena
sudah berhasil tanam-tanaman mereka, serba subur, amat rapi dan teratur
didesa itu, kemudian bhatar dilihat oleh orang Baliaga, maka segera mereka
menghormati. Katanya yah Paduka Dewata hendak pergi kemana paduka
sekarang. Bhatara menjawab,

Aku akan berjalan-jalan menikmati senja hari, hendak melihat tanam-tanman.


Orang itupun berkata, yah andaikata demikian, hamba mempersembahkan isi
kebun hamba yang
paduka kehendaki. Bhatara berdiam diri, tidak tiba-tiab percakapan mereka
didengar oleh ki Blwan, tidak terhingga betapa sakit hatinya ki Balwan sehingga
timbul amarahnya melihat manusia berkata kepada Bhatara sambil buang airki
Balwan lalu menatap dan mnunjuk /menuding dan berkatadengan penuhn afsu,
ih kamu manusia memang bebar kamu penjelmaan manusia tak berguna, amat
hina dan kotor, pantas penjelmaan mu tidak karu-karuan, sungguh kamu tidak
mengenal aturan. Dimaan kamu menemukan aturan menyapa bhatara sambil
buang air?. Pantas kamu penjelmaan yang berasal dari tanah dikepal-kepal.

14.a Manusia itupun menjawab, ih apa Balwan, terlalu benar kata – katamu,
mengungkap asal uslku, kamu benar-benar amat hina dina, berpura –pura
mengetahui segala adat sopan santun, tidakkah engkau menyadari bahwa asal-
usulmu dari kumatap-kumitip, sejenis setan yang dibungkus kotoran, ? dasra iri
hati berpu-ura saleh, sedagkan hyang Bhatara tidak merasa tersinggung
kepadaku.

Menjawab ki balwan,melotot merah matanya sebagai dperciki cahaya api sambil


berkata, Ih.. oleh engkau menusia dungu semogalah engkau hina rupa, hna
pikiran, semoga engkau menjadi orang desa sampai seterusnya atas dosamu
merendahkan dewa. Demikian kutuknya disebabkan tidak tertahan betapa
panasnya hati ki Balwan seraya menghibur Bhatar seoalah-olah mohon
persetujuan Bhatara. Segeralah menoreh mata manusia itu dengan kapur
disertai kutukan.

b Semoga kamu hai manusia, oleh karena curang terhadapku engkau tidak
boleh melihat pra hyang semua sampai seterusnya, atas dosamu menyapa ku
sambil buang air. Demikan sapaku diterima keturunanmu sampai seterusnya.
Tetapi ada pula anugrahku kepadamu semua, seandainya engkau berkehendak
menemui aku engkau akan dapat menemuiku apabila ajalmu telah sampai, itulah
yang disebut niskal jati melihatku. Begitulah sabda Bhatara hyang Parama
Wisesa, para manusiapun menuruti sambil menyembah serta pulang dengan
berlinang air mata, menyesali perbuatannya. Demikian asal mula manusia di
dunia tidak dapat melihat para dewa

15a. Diceritakan pada waktu Mnausia dalam perjalanan mereka bertemu dengan
ki Balwan, lalu manusia itu berseru, Hai kamu Balwan, berbahagia aku bertemu
di sini, aku bersumpah kepadamu bahwa mulai sekarang sampai seterusnya
manusia akanmenjadi musuhmu seterusnya, turun temurun, tidak urung
keturunanku akan membunuh keturunanmu, emnjawab ki Balwan, hai manusia,
aku tidak menolak segala permintaanmu, baiklan kalau demikian, tetapi ada pula
sumpahku kepadamu, bahwa kelak apabila keturunanku bertemu dengan
keturunanmu pada waktu Kajeng Keliwon, pada waktu itu keturunanku berubah
akan menjilat hulu hati serta mata kakinya, setiap yang kenan ditipu pada waktu
menemukan lebih dahulu, itulah sebagai jalan keturunanmu menuju kematian,
dibunuh oleh keturunannya. Menjawab manusia itu, baiklah kalu demikian.

sekarang marilah beritahukan kepada keturuna kita semua agar mereka semua
mengetahui sumpahku kepadamu. Begitulah cerita asal-usul apa sebab ki
Balwan dapat berganti rupa sesuai dengan tempat mereka berada seperti
umpanya pada kayu warnanya akan berubah menyerupai warna dau kayu.
Demikian ceritera termuat dalam usana. Baiklah dengarkan kembali yoga semadi
Bhatara Brahma di Tampurhyang ketika diperintahkan Bhatara Pramesti Guru
menciptakan ketenang, menciptakan Manusia agar ada Bhujangga di Bali.
Terlihatlah Bhatara sebuah Tuwed yang telah terbakar seperti seorang DUKUH
rupanya, Bhatara Berkehendak menyucikan dan akan diwujudkan menjadi
Bhujangga di Bali. Kemudian datanglah Bhagawan Wiswakarma
keTampurhyang atas Undangan Bhatara Brahama. Disana paduka Bhatara
memerintahkan Bhagawan Wiswakrma agar membentuk Tuwed tersebut segera
berbentuk Manusia.

16a. Bhagwan Wiswakarma tidak menolak perintah Bhatara Brahma serta


segera berangkat ke tempat twed. Ditempat itu Bhagwan Wiswakarma
menyamar menjadi orang tani, berbacu kotor, berpayung kukusan serta
membawa peralatan selengkapnya. Agar tidak diketahui orang. Setelah
Bhagwan Wsiwakarma tiba di tempat twed tersebut segera diperbaiki dan
disucikan, diwujudkan dalam bentuk patung. Tetapi tanpa disadari telah banyak
orang yang datang untuk mengetahui dan melihat beliau/Bhagawan Wiswakarma
bagaimana cara mengerjakannya. Tidak lama kemudian Togog itupun selesai
berwujud seperti Manusia, tidak terkatakan betapa takjub orang-orang yang
melihatnya. Kini telah diberikan kepada Bhatara Brahma bahwa twed tersebut
telah diperbaiki dan

dihaluskan.amat sukacita Beliau sebab telah terpenuhi kehendaknya. Disamping


itu Bhagwan Wiswakrma diperintahkan pula mengajarkan Manusia membuat
bangunan (Ngundaginin) agar para manusia bisa membuat bangunan
dikemudian hari. Patuh Bhagawan Wiswakarma diperintahkan. Segera beliau
memberitahukan manusia bagaimana cara mengerjakannya. Panjang ceritanya
bagaimana cara beliau mengajarkan manusia ngundaginin .kini dijelaaskan
bahwa para menusia telah mengetahui bagaimana melaksanakan pekerjaan
tersebut, demikian ceriteranya. Baiklah dengarkan kembali, Bhatara Indra pada
waktu diutus Hyang Pramesti Guru turun ke Bali, menuju Tampurhyang untuk
mengajarkan orang Baliaga bekerja agar mereka mengetahui bagaimana
caranya pahat memahat (Asasanggingan) dan memperbaiki Togog Celagi.
Tidaklah menolak Bhatara Indra diperintahkan lalu beliau mohon ijin berangkat
menuju Tampurhyang, menjelma menjadi Sangging Prabangkara serta
membawa peralatan perlengkapan pahat memahat. Tidak diceriterakan dalam
perjalanan, sebab beliau sakti.

17a. Segera beliau sampai di Tampurhyang ditempat twed aasam yang telah
diperbaiki Bhagwan Wiswakarma dahulu. Ketika beliau sampai disana lalu
TOGOG tersebut diperbaiki agar benar-benar berwujud seperti Manusia. Amat
indahnya TOGOG tersebut tidak ubahnya seperti penjelmaan Hyang Kama,
tetapi amat disayangkan sebab belum bisa berkata-kata. Itulah sebabnya orang
Baliaga amat terharu melihat rupa togog yang amat menarik hatinya( naut
Manah) dan mata mereka tidak berkedip melihatnya. Setelah itu lalu Bhatara
Indra mengajarkan Manusia diduni melaksanakan pahat memaha. Amat sukacita
hati mereka setelah diajarkan. Dijelaskan sekarang setelah orang Baliaga bisa
ngukir-mengukir maka kembalilah Hyang Indra ke Indraloka diceriterakan para
Widyadara dan Widyadari diutus oleh Bhatara Ghuru turun ke Baliaga, berpura-
pura berjualan keris serta membawa kain yang bagus-bagus dengan maksud
agar bisa ditiru oleh orang Baliaga.. tidak diceriterakan dalam perjalan mereka
telah sampai di Tampurhyang di tempat Togog itu berada. Lalu togog itu dihiasi,
diberi baju, yaitu kain, destar, ikat pinggang, disispi keris diberi wangi-wangian
sesuai dengan hiasan, cemerlang melelancingan (Widara Gumulung) sehingga
makin bertambah gemerlapan cahayanya dan apabila diperhatikan yang tak
ubahnya sebagai mantri agung didalam kidung-kidung. Kedipan kerling matanya
demikian manis dan tidak disadqari bahwa itu hanyalah sebuah togo kayu.
Setelah itu para Widyadara dan Widyadari kembali ke Sorga sambil mengajarkan
orang-orrnag Bakiaga berjualan. Tidak diceriterakan dalam perjalanan,
sampailah di Sorga loka. Demikianlah pekertinya.

18a. Dijelaskan orang Baliaga, laki perempuan semuanya. Riang egmabbira,


siang dan malam tak henti-hentinya datang mewngunjungi, sedu sedan berlinang
air mata sebab hanuyt dibawa perasaan yang tidak ubahnya seperti dalam
seritera tatkala Cri kresna raja Dwarwati dihadap oleh para Rakyatnya. Hal inilah
menyebabkan orang-orang Baliaga pada membungkuk(hormat) tanpa berkata
sepatahpun dihadapan togog kayu. Mereka amat genmbira dan berkehendak
akan menjadikan sungusngan. Maka timbulah niatnya sambil berkata, Wahai
paduka Hyang Mona mudah-mudahanpaduka turun menjelma dan berbadan
manusiasejati. Seandainaya paduka benar-benar- sudah menjelma,hamab
semua akan berkaul, bersedia menghamba kepada paduka Hyang Mona dan
akan hambajadikan sungsungan sampai seterusnya. Demikianlah pengharapan
orang-orang Baliaga tidak henti-hentnya siangg ataupun malam hari. Begitulah
ceriteranya, namun baikalah hentikan sejenak.

Marilah alihkan ceriterannya untuk menceriterakan Danawa Raja pada waktu


diperintahkan Hyang Widhi Waca menjelma di Bali sebagai Raja, berwujud
raksasa sakti, tetapi tidak mempunyai kahyanag sehingga Raj aBali dahulu
bersemayam di Balingkang. Beliau bernama Detya Karnapati dan berabiseka Cri
Haji Jayapangus, Beliau dipuja oleh penduduk Bali., Selama pemerintahannya
pulau Bali amat aman sebab beliau tak ubahnya seperti Hyang PramestiGuru
menjelma memerintah Dunia,. Tidak ada mara bahaya. Segala yang dibeli murah
harganya, segla tanaman tumbuh dengan subur, segala penyakit menjauh
disebabkan penduduk Bali masih sedikit dan hanya bru dapat mengerjakan
ladang di pedesaan saja. Entah berapa lam beliau Cri Haji Jayapangus
mememrintah di Balingkang, dipuja oleh penduduk Baliaga, beliaupun moksa
kembali ke Alam Sunyata.
19a. Sepeninggal Cri Haji Karnapati,, pulau Bali kembali manjadi sunyi lengang
seperti semula sebab sasan (tatasusila) telah lenyap. demikian diceritakan pada
jaman dahulu.

Sekarang marilah ceriterakan pada waktu Bhatara Brahma dan Bhatara Wisnu di
perintahkan oleh Bhatara Pramesti Guru menciptakan manusia di P Bali dengan
harapan agar dapat diikuti sesananya dimasa mendatang. Bhatara berdua yaitu
Brahma, Wisnu tidak menolak diperintahkan, beliau enghormat, mohon diri
kehadapan Bhatara yang disambut do’a Pujian serta hujan bunga. Bhatara
berduapun berangkat meninggalkannya. Oleh karena cepat jalannya beliau
segera tiba di Tampurhyang beliau beryoga, dengan tekun dihadapan dupa
perasapan. Dari penyatuan pikiran Beliau ( sidyajnana) keluar lima orang laki-laki
amat sempurna. yang pada waktu merninggalnya dianugrahkan gagaduhan
sebagai berikut :

Penjelmaan yang tertua, pada waktu meninggalnya diperkenankan mebale


bambu tidak diperkenankan mempergunakan kayu, Papiriingannya pupug, tidak
diperkenankan beralaskan api (baha), manah Toya(mencari air Suci), medamar
kurung, sebab mereka disebut Wong Pamesan. (Bade) kayu, matumpang salu,
menek saput, mangle tetapi tidak diperkenankan beralaskan api (baha), lebih-
lebih memanah Toya sebab mereka disebut Wong juru Ebat, anyanyagal (
tukang Potong), Mmanusa Juru Tegel (pikul) penjelmaan ketiga pada waktu
meninggalnya diperkenankan mabya tanem ( menguburkan), tidak
diperkenankan membakar serta memanah Toya, medamar kurung, sebab
mereka disebut Wong Tani dusun.
20a. Selanjutnya yang keempat diperkenankan kipula wisuda (naik tingakt),
memepergunakan Wadah( Bade) Warna, Mangle, kapas, memanah Toya.
Beralaskan api(baha), sebab disebut pamekel singgih. Kemudian yang paling
kecil diperkenankan menjadi satrya yang pada waktu meninggalnya
diperkenankan meperpgunakan wadah (Bade) , lembu, beralaskan api (baha),
memale salunglung, memanah Toya, damar kurung serta seluruh tata upacra
kesatrya, Demikian konon ceriteranya. Mereka pun menurunkan keturunan anak
beranak bercucu, berbuyut, mancngah, mawareng serta mahijengan.
Diceriterakan Bhatara Brahma membuat berjenis perlengkapan alat kerperluan
manusia. Bhatara Ciwa membuat bale papayon dengan maksud agar dapat ditiru
mansuia,

dahulu pada waktu Beliau pergi ke gunung diringi oleh kelima orang manusia
ciptaanya,ketika beliau berkehendak mencari bahan-bahan, tiba-tiba di tengah
hutan dijumpainya Twed nangka, Bhatara kasihan melihat twed nangka itu lalu
berhenti, diperbaikinya dan dibentuk manjadi manusia lengkap sebagai tata
caranya. Twed Nangka itu kelihatan amat bagus dan sudah berwujud seperti
werapsara. Selanjutnya setelah Togog Twed Nangka tersebut selesai, kembali
Bhatara ke Sunyataya. Demikian seriteranya. Kemudian Bhatara Ciwa kembali
bersemadi untuk menciptakan Manusia.dari tangan kana kirinya keluar manusia
cakap sejumlah 199 orang yang disinari Bhatara Smara. Mereka dikawinkan
semuanya. Namun diantara mereka itu masih tersisa seorang, tidak mempunyai
suami, tidak mau dimadu, lalu pergi dari tempat itu,. Oleh karena tertekan
perasaannya kecewa ia mengembara dan tidak henti-hentinya menagis sambil
berkata(anulame) menyesali nasibnya.
21a. Ketika sampai ditengah hutan dijumpainya Tuwed Nangka yang telah
berwujud sebagai manusia, amatlah senang hatinya perempuan itu melihat
kebagusan Togog nangka yang tak ubahnya seperti apsara gana kelihatannya.
Kerlingan matnya manis, benar-benar meanrik hatinya. Itulah sebabnya ia
berkata dan bersumpah, wahai engkau togog yang berwujud sanghyang Mona,
sungguh amat menarik hatiku dan telah menimbulkan cinta bhaktiku. Yah
andaikata engkau menjelma menjadi manusia, aku bersedia menghamba
padamu, akan aku jadikan suamisampai akhir hayatku, suka duka bersama-
sama tidur, menikmati hidup bersuami istri, aku senantiasa melayanimu.
Demikian katanya sambil dielus-elus togog Nangka itu. Serasa olehnya bahwa ia
sudah bercumbu kasih dengannya dan tiba – tiba saja keluarlah spermanya
pada waktu itu sebab sudah merupakan takdir Tuhan yang Maha Kuasa.

maka hamil namun ia tetap berkata dan berharap agar dikasihani hyang.
Akhirnya datanglah Bhatara Brahma disertai Bhatara Smara, lalu Bhatar
bersabda, hai kamu perempuan Baliaga dusun, bagaimana kehendak mu
sekarang, hendak bersuami dengan togog, ?. menjawab perempuan dusu itu
sambil menyembah,. Ya… Paduka Bhatara, hamba bersumpah, dihadapan
paduka Bhatara sebab besar cinta hamba kepada togog ini. Seandainya paduka
Bhatara berkenan, menyucikan togog ini menjelma menjadi Manusia hamba
bersedia menjasi istrinya, menuruti kemana perginya sampai kelak. Bhatara
mengabulkan sambil menjawab, hai kamu manusia andaikan demikian aku tidak
akan melalaikanmu.
22a. Segera Bhatara beryoga, tidak lama kemudian benar-benar togog itu
menjelma menjadi Manusiatampan. Tidak terkatakan betapa senang hati
perempuan itu seolah-olah tidak didunia rasanya Segera diayunnya, dipangku
dengan penuh nafsu gegritinan) dielus-elus sehingga hampir saja keluar
spermanya sebab terasa seolah-olah telah dicekam luapan madu manis, lalu
mencumbu dan merayunya. Tercengang Bhatara melihat tingkah laku
perempuan itu lalu bersabda hao kamu manusia, amatlah tidak senonohmu
sekarang terimalah kutukanku atas dosamu yang tidak tahu sopan santun,
tergesa-gesa, gegritinan mengelus-elus dihadapanku,tidak tahu malu dan tidaak
mengenal takut, semoga engkau selalu ribut dengan keluarha, tidak serasi dalam
bersuami istri, karena engkau bersuami dengan Twed.

Selanjutnya apabila tiba saatnya lahir kandunganmu itu, semoga engkau


melahirkan gumatap-gumitip(setan dan sejenisnya) sejumlah 275 dan menjadi
musuh manusia di dunia. Selajutnya apabila engkau kembali melahirkan anak
dengan Ki tawulan (togog) semoga engkau seterusnya bernama ki manggatewel
seba berasal dari Twed Nangka . dimanapun keturnanmu berada agar tetap
disebut ki Tewel . itulah sebabnya ada keturunan yang disebut ki Tewel.
Panjanglah apabila hendak menceriterakan yoga semadi para Bhatara dalam
menciptakan manusia yang telah menyebar di pulau Bali dan oleh karena
berbeda penciptaan (asal-usulnya) maka pada waktu meninggal mempunyai tata
cara dan upakara yang berbeda-beda. Demikian disebutkan disebutkan
ceriteranya di masa lampau. Sekarang diceriterakan kembalai para putra Hyang
Ghnijaya yang dahulu diperintahkan pergi ke jambudwipa untuk beryoga semadi.
23a. Oleh karena sudah masak yoganya, maka mereka di perintahkan oleh
hyang Pacupati ke Bali untuk menghadap Bhatara Putrajaya di Tolangkir, serta
Bhatara leluhur di Lempuhyang. Keberangkatan mereka berbeda-beda, mpu
Ghnijaya yang dahulu bernama Brhamana Pandita diring oleh kedua adik
Belaiau yaitu Mpu Ghana dan Mpu Kuturan, berangkat mempergunakan
pedawu(jukung) dari kapu-kapu berlayarkan daun tehep. Tidak diceriterakan
perjalanan Beliau karena cepatnya, maka tibalah beliau di Silayukti, sambil
menghaturkan weda pujaan lalu menuju Besakih menghadap Bhatara Putrajaya.
Sesampainya disana disana belaiau menghaturkan pujian dan menghormatan.
Bergema suara gentanya tak ubahnya seperti kumbang mngeisap bunga,
disertai hujan bunga oleh Bhatara.

banyak ceriteranya apabila menceriterakan semadi beliau. Sesudah itu beliau


segera kew gunung Lempuhyang menghadapa Bhatara leluhur, dan tidak lupa
menghaturkan weda pujaan serta penghormatan kesucian pikirannya. Bergema
suara genta tak ubahnya sebagai kumbang sedang mengisap sari bunga
angsana disertai hujan bunga. Wangi-wangian dan mantra pujaan oleh Bhatara
Leluhur karena besar cinta bhatara kepada Putra-putara beliau yang tumben
menghadap. Panjang ceriteranya. Tidak lama setelah belaiu di Bali belioaupun
kembali ke jawadwipa, pulang pergi, ke jawa maupun ke Bali . sampai disini
ceritera para Mpu bertiga , kini diceriterakan kembali saudara beliau yang
bernama Mpu Mahameru segera turun ke Bali menghadapa Bhatara berdua
Sanhyang diTolangkir serta Hyang leluhur fi gunung Lempuhyang. Tidak
diceriterakan perjalanan beliau oleh karena cepatnya.
24a. Belaiau tiba di Bali dan segera menuju desa Kuntulgladi di Tammpurhyang,
di Tampurhyang Beliau beristrahat sebentar hendak mengambil Air untuk
berkumur sebab beliau melihat air yang amat besihdan suci, kemudian beliau
membersihkan diri, menyampaikan Dewa Pujaan di Danau, ketika telah selesai
berkumur, tatkala beliau segera akan berangkat terlihat olehnya togog Tweed
kayu asem yang bagus rupanya. Tercengang Mpu Mahameru melihatnya sebab
togog tersebut tak ubahnya seperti apsara Ghana dalam ceritera. Iba hati sang
maharsi melihat kenyataan Togog itu, seraya berpikikir dalam hatinya, oleh
karena sudah takdir yang maha kuasa, lalu beliau beryoga menyatukan
pikirannya dan akhirnya togog tersebut menjelma menjadi Manusia.terperanjat
manusia Ciptaan it, tidak tahu apa yang harus diperbuat, lalu menyerahkan diri
kepada sang maha resi serta berkata.

Wahai sabg Maharsi siapakah yang telah menaruh belas kasiahan kepada diri
hamba?. Sehingga hamba menjelma menjadi manusia?. Sang mahares
menjawab, tidak lain akulah
yang menjelmakanmu sehinga menjadi engkau berubah menjadi Manusia.
Manusia Ciptaan itu menelungkup menyembah, memeluk dan mengelus kaki
sang Maha Rsi.seraya berkata, Mpungku siapakah sebenarnya paduka ini?.
Menjawab sang MahaRsi, aku dari JambudwipaPutra Bhatara Hyang Ghnijaya
yang bersemayam di Gunung Lempuhyang di Karangasem (Adrikarang), Aku
bernama Mpu Mahameru . berkata Manusia citaan kayu itu, Daulat Mpu
Junjungan Hamba yang tak ubahnya sebagai amerta sajiwani (air suci) apakah
yang harus hamba pergunakan membayar hutang hamba yang tak ubahnya
seperti Bumi dan akasa ini?. Sekarang tuluskanlah belas kasihan Sang Maha
Pandita, hamba mohon dibersihkan segala kekotoran diri hamba sehingga
menjadi suci jiwa hamba seterusnya.

25a. Tidak lain permohonan hamba semoga Paduka berkenan memberikan


hamba anugrah sehingga hamba dapat mengikuti jejak paduka. Sang Maha Rsi
bersabda, tidaklah pastas aku menganugrahkan memberikan berkah sebab
kamu ini tidaklah berasal dari manusia, tidak patut sanghyang Aji aku berikan
kepadamu. Menetes air matakayureka seraya mengusap debu kaki Sang
MahaRsi. Wahai Paduka Hyang junjungan Hamba, tidak lain hamba mohonkan
kehadapan Paduka, kami mohon dengan sangat berkenan dan tulus asih paduka
Bhatara kepada Hamba, sebaliknya apabila tidak ada belas kasihan Paduka
untuk menganugrhkan Sanghyang Aji kepada hamba, lebih baik kembalikan
hamba sebagai semula. Kembali menjadi kayu lagi. Apakan gunanya hamba
dijadikan Manusia , tidak tahu casana dan selalu diejek(dibuat malu) ? demikian
kata Manusia ciptaan kayu itu, Sang MahaRsi berdiam diri merasa terharu
hatinya..

Tiba-tiba sinar matahari menjadi suram dibarengisabda dari Angkasa, Hai


ananku Sang Pangempuan, janganlah demikian, anaku boleh mengajarkan
Sanghyang Aji kepada Manusia kayu ciptaan anaku itu oleh karena anaku yang
menciptakannya sehingga dia menjelma manjadi Manusia. Janganlah ragu-ragu
anaku, aku memperkenankannya hai anaku. Sesudah itu Bhatara gaiblah.
Termenung Mpu Mahameru, akhirnya sabda Sang Maha Pandyan, Anaku
Kayureka, benarlah kamu ini berasal dari seorang dewa yang sesat berganti
rupa menjadi togog, pantaslah engkau menjadi wong lawu(orang biasa).
Sekarang marilah mendekat padaku, aku akan menganugrahimu kayureka,
menghormat dan menyembah kaki Sang Adhiguru.
26a. Sabda Sang Mahayati, hai anaku Kayureka sekarang dengarkan petuahku,
buka telingamu lebar-lebar, tetapi janganlah ribut serta meremehkannya sebab,
Hayng Ongkara Mantra amat pingit(suci), terimalah anugrahku ini.semoga
engkau senantiasa berhasil, tajam pikiranmu hai anaku kayureka, bagaimana
kayureka, sudahkah engkau resapkan sanhyang Ongakra mantra, aksara yang
ada dalam badan ataupun diluar badanmu?. Menjawab kayureka, yah sudah
meresap ke dalam hati hamba, kembali kepada niskalajati. Kata sang adhiguru,
anaku kayureka, andaikata demikian kini ada juga anugrahku. Oleh karena di
Bali belum ada Bhujangga, anaku diperkenankan menjadi penuntun orang
Baliaga, demikian intisari Aji Purana, begitu pula melakukan dewastawa.
Janganlah ribut serta meremahkan sebab ilmu ini amat utama, anaku
diperkenankan menjadi Bhuajngga orang Baliaga beserta keturnanamu selama
tiga turnanan. Selanjutnya ada pula petuahku kepadamu, ingatlah jangan lupa,

Beritahu keturunanmu semua agar mereka semua mengingat asal-usul (kawitan)


sampai seterusnya.kelak apabila ada keturunanku yang lahir dari kakaku Mpu
Ghnijaya, ketrunanmu harus berada dipihak kirinya dan pada waktu
meninggalnya patut engkau menyembah kepadanya. Tetapi keturunanku tidak
patut menyembah keturunanmu sebab engkau aguru putra kepadaku, lagi pula
kelahiranmu berbeda dengan kelahiranku.
Ingatlah petuahku apabila engkau lalai tidak urung akan menemukan bencana.
Begitu pula hai anakku Kayureka oleh karena anakku sudah apodgala
(disucikan) sekarang anakku bernama Mpu Bandesa Dryakah.sebab anakku
berasal dari Twed pada mulanya. Kini anakku diperkenankan melaksanakan
weda pujaan (weda astupungku) serta melakukan upacara pralina (Pengentas)
tetapi yang boleh anakku entas adalah seluruh orang-orang baliaga.

27a. Mpu Dryakah tidak membantah sebab telah demikian sabda sang Adhiguru
dan tidak boleh dilanggar. Selanjutnya Mpu Mahameru bersabda. Anakku Mpu
Dryakah ada pula petuahku kepadamu. Kelak apabila anakku meninggal lalu
disucikan (diupacarai) oleh keturunanmu, penyelesaian upakaranya tidak
diperkenankan dilaksanakan oleh Brahmana, anakku cukup mohon(nuhur)
dikahyangan saja sebab, asal-usul anakku bukanlah berasal dari Manusia.
Andaikata keturunanmu sudah selesai melaksnakan Upakara(ngaben),
diperkenankan pula melaksanakan Upakara Pitrayadnya tapi hanya tiga turunan
batasnya. Jikalau sudah tiga turunan barulah sang Rsi Siwa Budha
diperkenankan menyelesaikan Upakara tersebut. Ingatlah petuahku. Sampaikan
pula kepada anak cucumu sebab amat berbahaya apabila kena kutukan Bhatara
Lempuhyang. Demikian petuah Mpu Mahameru kepada Sisyanya, lalu Mpu
Dryakah menghormat menuruti kehendak Mpu mahameru. Amat girang hati Mpu
Dryakah menerima anugrah yang telah diberikan, tak ubahnya seperti amerta
(air suci) yang telah menyusup ke dalam hatinya.

Banyak ceriteranya apabila menceriterakan pelajaran yang telah dianugrahkan


Mpu Mahameru kepadanya karena telah luluh dijaga Sanghyang dharma.
Selanjutnya diceriterakan kembali Mpu Mahameru bersabda kepada orang
Baliaga semua yang disebut pula wangsa Bali Krama. Sabda Beliau, Hai kamu
Manusia, oleh karena engkau berasal dari kelapa gading dan tidak berasal dari
manusia, sekarang aku berkata kepadamu, kelak apabila engkau telah
meninggal diupakarai oleh keturunanmu, engkau diperkenankan membakar
Jasad. Selanjutnya setelah dibakar diperkenankan pula ditanam kembali, itulah
yang disebut wangsa krama tambus dan patut angentas, menyelesaikannya
tidak lain Bhujangga Mpu Bendesa Dryakah. Setelah diupakarai engaku
diperkenankan melaksanakan Upakara Matres serta Matuwun.. demikian tata
cara yang patut engkau laksanakan, janganlah melanggar. Apabila melanggar
engkau akan kena kutukan Bhatara Lempuhyang.
28a. Perjalanan Roh Leluhurmu akan tersendat-sendat dan tidakakan
menemukanjalanyang terang (sebenarnya). Begitu pula kamu Ki Barakan,
ingatlah asal-usulmu dahulu, oleh karena engkau berasal dari tanah, beritahu
juga kepada keturunanmu bahwa kelak apabila engkau telah meninggal engkau
tidak boleh membakar jasad, engkau hanya diperkenankan menguburkan saja.
Setelah Jasad dikubur, keesokan harinya Ngirim, yaitu diatas lubang kuburan
dibuatkan orang-orangan dandisebut Abya Tanem. Apabila engkau hendak
mengupakarainya, diperkenankan. Upakara tersebut disebut Matres dan
Matuwun. Demikian tata cara upakara orang Baliaga dan Bhujangga yang patut
melaksanakan Upakara ngentasnya tidak lain Mpu Bendesa Dryakah. Ingalah
menentang sebab apabila menentang Bhatar Lempuhyang akan amat Murka
danmengakibatkan tersendat-sendatnya Roh Leluhurmu, begitu pula apabila
engkau berkata dengan Bhujanggamu Mpu Bandesa Dryakah engaku harus
Majro Gede.
ingatlah jangan lupa sampai seterusnya Beritahukanlah kepada keturunanmu
masing-masing. Demikian sabda Mpu Mahameru kepada seluruh orang Baliaga,
mereka tidak menolak perintah Dang Ghuru. Kembali Mpu Mahameru berkata
kepada Mpu Dryakah,
anakku Mpu Dryakahsekarang engkau boleh menjadi Bhagwan. Kemarilah aku
akan membaptismu(tapak) Mpu Dryakah mendekat kehadapan sang maharsi
dan setelah dibaptis, beliau menjilat telapak kaki Sang Adhighuru. Kini ada pula
anugrah PAWISIK pada telinga serta bibir diamlah, sebab sanghyang Ongkara
Mantra harus dipingitka, sabda Sang Mpu Mahameru, anakku Mpu Dryakah
sudahkah terdengar olehmu ?. Yah Paduka Bhatara, semua telah meresap di
hati hamba.

29a. Anakku Mpu Dryakah, sekarang nama anakku akan kuganti. Kini anakku
bernama Mpu Kamareka. Sebab para hyang dahulu telah mersti abinagawan.
Ingatlah baik-baik, sekarang ayahnda akan meninggalkan anakku menghadap
Paduka Bhatara di Tolangkir dan Gunung Lempuhyang. Mpu Kamareka
mendekat menghaturkan bhakti sambil mengelus kaki Dang Ghuru sebab
demikian tata cara bhakti seorang murid kepada Dangn Ghuru. Demikian asal
mula timbulnya Bhujangga di Bali jaman dahulu. Diceriterakan kembali
setelahMpu Mahameru meninggalkan Tampurhyang, menyusuri gunung
Tulukbyu tanpa mendapat rintangan, maka tibalah beliau di Besakih.
Sesampainya di sana segera Bliau menghaturkan weda pujaan. Bergema suara
gentanya tak ubahnya sebagai kumbang sedang mengisap bunga. Segera pula
beliau menghaturkan penghormatan, gelaplah diangkasa karena ditaburi hujan
bunga serta do’a pujaan Bhatara.

keluarlah Bhatara Putarjaya dihadap Mpu Mahameru.tidak diceriterakan


pembicaraan beliau sebab beliau brdua telah mahasuci, akhirnya Mpu
Mahameru mohon diri dari Besakih akan menghadap Bhatara Leluhur di gunung
Lempuhyang. Tidak diceriterakan dlam perjalan oleh karena cepatnya,
sampailah Bliau di Lempuhyang. Setibanya disana segera menghaturkan weda
pujaan serta menghormat. Bergema suara Genta dihadapan api perasapan,
asap api pedupaan memumbung sampai ke angkasa dibarengi hujan bunga
serta doa pujaan. Gelap sebentar dan keluarlah Bhtara Hyang Ghnijaya dari
angksa dihadap sang muniwara. Tidak kuas kita menceriterakan
percakapanbeliau berdua disebabkan besar cnta Bhatara Ghnijaya kepada
putranya. Demikian ceriteranya. Entah berapa lama sang maharsi berada diBali
menghadap Bhatara Tri Purusa. Tolangki, lempuhyang danUlun danu.
30a. Maka sang maharsi dengan dibantu orang-orang Baliaga, terutama Mpu
Kamareka, membangun Khayangan di Bali. Tidak terkatakan betapa indahnya
khayangan Bhatara tiga sehingga sampai sekarang kita mengenal sad
Kahyangan di Besakih, Lempuhyang, Ulun Danu. Akhirnya Mpu Mahameru
datang dan kembali ke jawa serta ke Bali untuk mengetahui keadaan kedua
pulau di atas, lebih-lebih ingin mengetahui keindahan kahyangan Bhatara Tri
purusa. Demikian ceritera dimuat dalamusana. Diceriterakan kembali Mpu
Kamareka sedang beryoga di tampurhyang, amat tekun semadi bliau mamanuhi
perintah Sang Abra sinuhun (mpu Mahameru) dan tidak berani melanggar
petuah-petuah terdahulu.

Dijelaskan di Gunung Tampurhyang terdapat tumpukan tanah yang agak tinggi di


desa Gwa Song. Disana Mpu Kamareka membangun pesanggrahan tempat
beliau melaksanakan tapa semadi, tanpa makan tanpa minum,kecuali
memusatkan pikiran menghadap kearah timur di depan pesanggrahan dengan
amat tekunnya. Entah berapa lamanya beliau bersemadi kira-kira setahun tujuh
hari memusatkan pikiran menegakkan sang hyang Ongkara Mantra agar
bersemayam dalam hatinya maka tuturnlah paduka Bhatara Brahma dari alam
sunya menganugrahi Mpu Kamareka . sabda Bhatara Brahma. wahai Mpu
Kamareka sungguh amat teguh semadi anakku mengharap kedatanganku. Nah
sekarang terima lah anugrahku kepadamu (tatwa dyatmika) ajaran gaib pelenyap
(pralina), bentuk tak berbentuk tetapi baik-baiklah memegang sanghyang
Ongkara, semoga meresap ke dalam ketajaman pikiran anakku.
31a. Kini ada lagi petuahku kepada anakku, kelak apabila ada wanita cantik
datang kemari, itulah anugrahku sebagai jodoh anakku, kemudian apabila
anakku melahirkan keturunan dengan gadis cantik itu berilah ia nama Mpu
Ghnijaya Kayu Ireng. Demikian petuahku. Maka gaiblah Bhatara ke alam sunya.
Segera Mpu Kamareka mengahturkan doa penghormatan, weda pujaan amat
bergembira hati bliau seperti kena percikan (kesiratan) Air suci rasanya dan
meresap ke dalam hatinya. Banyak apabila diceriterakan. Setelah beberapa
lama Mpu Kamareka kembali beryoga semadi dihadapan dupa perasapan, asap
menjulang tinggi dan wanginya tembus sampai ke sorga, para widyadara
widyadari serta para dewata resi Hgana amat gelisah. Langit menjadi gelap.

keluarlah sanghyang Pramacintya dari angkas disertai hujan bunga diiringi


sabda, Kamreka, benar anakku seorang Mpu dari keturunan sudra tetapi tidak
ada yang menandingi teguh semadi anakku. Sekarang ada anugrahku anakku,
pengetahuan mengenai tirta kamandalu yangdisebut Banu Pawitra. Ini terimalah
aksaranya tetapi jangan anakku takabur dan melalalikannya. Simpan dalam hati.
Setelah demikian Bhatara menghilang, Mpu Kamareka menghaturkan weda
pujaan disertai doa penghormatan. Demikian ceriteranya. Makin bertambah –
tambah sukacita Mpu Kamareka tak ubahnya sebagai keindahan dalam lautan,
begitulah rasanya. Diceriterakan seorang apasri yang bernama Dadri Kuning
diperintahkan Bhatara Indra ke Tampurhyang untuk menjadi jodoh Mpu
Kamreka. Setibanya di Gwa Song Dadari kuning dilihat oleh Mpu Kamareka.
32a. Dadari kuning segera disapa ditanya asal serta apa maksud
kedatangannya, aduhai tuanku yang seperti dewi lautan, dari manakah tuanku
datang kemari ke tengah hutan? Siapakah nama tuanku, dari mana asal usul
tuanku, siapa ayah bunda tuanku, serta mengapa tuanku kelihatan seolah-olah
bersedih, seandainya boleh katakanlah segera kepada hamba. Dadari Kuning
berkata, hamba ini adalah keturunan bidadari dari Indraloka. Mpu Kamareka
berkata, apakah maksud tuankudatang kemari?. Dadari Kuning berkata, daulat
tuanku tak lain hamba pergi membuang –buang langkah ke Bali, hendak mencari
Tirta Pawitra tetapi olah karena hamba samar-samar melihat sebuah sinar
bercampur asap membubung tinggi, kemungkinan disini ada sesuatu, itu
sebabnya hamba ke tempat ini.

Menjawab Sang Mahamona wahai tuan putri yang takubahnya Dewi Gangga,
apakah maksud tuan putri mencari Tirta pawitra? Yah Sang Mahampu dahulu
pada waktu hamba masih di Sorga hamba selalu dicekam kekhawatiran,
kekejaman para Gandharwapati. Pernah hamba didesak, dipaksa tetapi mereka
tidak berhasil. Oleh karena sudah takdir itulah sebabnya hamba pergi dari Sorga
membuang-buang langkah hendak menyucikan diri, tiba-tiba hamba bertemu
dengan sang mahamuni disini. Menjawab Mpu Kamareka , baiklah kalau
demikian, seandainya boleh marilah tuanku bersama-sama disini menanggung
kesedihan. Menjawab Dadari Kuning, Mpungku teringat hamba akan perintah
Bhatara Kepada hamba dahulu, memerintahkan hamba turun ke dunia.
Kemungkinan inilah jodoh hamba. Yah senadainya boleh teruskanlah belas
kasihan Mpungku beriathukan hamba segera. Mpu Kamareka terharu tidak bisa
menjawab. Tidak terhingga betapa sukacitanya, pilu bagaikan disayat hatinya.
33a. Kemudian Beliau berkata dengan gegregetan, aduhai buah hatiku, tidak lain
aku inilah jodohmu. Teringat aku akan sabda Bhatara dahulu bahwa bidadari
engkau ini, payah sudah kakak menantikanmu. Menunduk Dadari Kuning, lalu
dipangku dielus-elus sebab terdorong luaan madu yang manis rasanya. Aduhai
buah hatiku teruskanlah cinta kasihmu bersuami dengan kakakmu, bersama-
sama menanggung derita dalam hutan. Berkenanlah wahai idaman hatiku ,
kakakmu tidak akan menentang walaupun tujuh kali menjelma, kakamu akan
tetap menuruti adinda. Tak henti-hentinya Mpu Kamreka merayu, dielus-elus.
Menawab Dadari Kuning sambilberlinang air mata Yah …. Mpungku janganlah
begitu tergesa-gesa, siapakah yang akan melalaikan kelak apabila kita telah
bahagia, menuruti hamba sang mahamuni.

Tetapi ada permintaan hamba yaitu apabila Mpungku sudah bersuami istri
dengan hamba, mpumgku tidak boleh menolak segala kehendak hamba, sebab
demikianlah tatacara disorga. Menjawab Mpu Kamareka,. Adiku baiklah kalau
demikian, aku akan memenuhi kata-katamu. Jangalah khawatir. Seraya
digendongnya Dadri Kuning seperti anak kecil. Banyaklah apabila
menceriterakan perilaku mereka melakukan kesempatan, menikamati bercumbu-
cumbu di tempat tidur. Bhagia mereka bersuami istri, tidak terkatakan betrapa
nikmatnya.oleh karena baru dipertemukan asmaranya. Demikian ceritera asal
mula Mpu Kamreka kawin dengan Dadari Kuning. Baiklah hentikan mereka
sejenak.
34a. Marilah kembali ceriterakan pada waktu Mpu Mahameru sampai di
Jawadwipa setelah meninggalkan Besakih serta Tampurhyang menghadap dan
bercakap-cakap dengan saudara- saudaranya yaitu, Mpu Ghnijaya, Mpu Ghana,
Mpu Kuturan, Mpu Bradah. Mpu Ghnijaya berkata : Adik Danghyang Semeru
mengapa adik amat terlambat datang kemari, payah sudah Bhatar Putrajaya
menanti kedatangan adik, kaka beserta adik-adik semua lama sudah
menantikan. Menjawab Mpu Mahameru, Yah maafkan Saya sebab dahulu
sesampainya di tampurhyang pada waktu saya beraistirahat hendak
membersihkan diri, saya menjumpai sebuah togog kayu celagi (asem) amat
terharu hati saya melihatnya. Pada waktu itu saya mengeluarkan sidyajnana dan
tidak lama kemudian togog tersebut menjelma menjadi Manusia. Tidak lama
antaranya terdengar suara dari Langit, saya diperintahkan menganugrahkan
segala tatwa agar ada Bhujangga di Bali kelak. Begitu pula manyusun tatcara
adat sopan santun orang Bali

Yah ..itu sebabnya saya terlambat datang tercengang beliau berempat


mendengarkannya. Mpu Kuturan berkata, terharu adik mendengarkan tetapi
kedatangan kakak sekarang ini, apapkah sebelumnya kakak sudah dapat
menghadap Bhatara di Tolangkir, begitu pula kepada Bhatara di Gunung
Lempuhyang?. Mpu Mahameru menjawab, ya Kakak sempat juga menghaturkan
sembah kehadapan Bhatara Tri Purusa, malahan sudah pula kakak mendirikan
kahyangan di Bali serta memberitahukan kepada orang-orang Baliaga beberapa
sesana dan adat sopan santun lainnya. Sekarang jikalau saran ini benar, marilah
kita bersama-sama kembali ke Bali untuk manjaga Khayangan Bhatar Tiga.
Tetapi tunggulah dahulu hari yang baik. Menjawab sang maharsi semua,
Baikalah kalau demikia. Oleh karena mereka sudah sepakat, pembicaraan
mereka diakhiri dan kembali pulang ke kahyangannya masing-masing, tak henti-
hentinya mendoakan Bhatara di Bali.
35a. Baiklah hentikan ceritera sang Mpu sampai disini. Entah berapa lama
perkawinan Mpu Kamareka dengan istrinya maka hamilah Dadari Kuning. Setlah
bertambah lama umur kandungannya bergeraklah bayi dalam perutnya. Tidak
terkatakan betapa tangis ibunanya, akhirnya lahirlah anak 2 orang laki dan
perempuan, Cantik dan tampan amat sempurna. Tidak terhingga sukacita beiau .
diupakarai sesuai dengan upakara manusia yang ada, putranya laki diberi nama
Ki Kayu Ireng, sedangkan Putrinya diberi nama Ni Kayu ayu Cemeng. Demikian
asal usul kelahiran mereka dahulu. Panjang ceriteranya.

Kini diceriterakan bahwa mereka sudah dewasa, Sang Kayu Ireng berkata
kepada Ayahndanya, wahai ayahnda, oleh karena anaknda sudah dewasa,
dimanakah jodoh hamba. Apabila boleh carikan anaknda jodoh sdebab anaknda
kedinginan di gunug. Menjawab Sang Mahampu, anaknda kayu ireng, tidak lain
yang patut menjadi istri
anakku ni kayu cemeng sebab dialah jodohmu sejak ananknda berada dalam
kandungan. Hanya saja tunggulah dahulu hari yang baik. Berkata ibunya,
ananku Kayu ireng benarlah apa yang diucapkan ayahnda hanya menuruti
perintah agar dlam waktu dekat perkawinan dapat dilaksanakan. Entah berapa
lama tiba saatnya hari yang baik Ki Kayu ireng dikawinkan dengan ni kayu
cemeng. Tidak diceritakan perkawinan mereka oleh karena keduanya sudah
tahu rasa bercinta. Demikian asal mula warga Pasek Kayu Selem yang tersebar
di pulau Bali. Baiklah akhiri dahulu sampai disini.

36a. Diceriterakan Mpu Mahameru turun ke Bali mrnghadap Paduka Bhatara di


Besakih dan Lempuhyang . perjalanan Beliau sangat cepat dan segera sampai di
desa Kuntul Gading, melewati Tulubyu langsung menuju ke Besakih, pada hari
kakwaciwa/hari purnama wuku julung pujt bulanpalgna. 1,0 tengek Icaka 121,
setibanya di Besakih beliau masuk ke kahyangan yang berdekatan dengan
Kahyangan Bhatara Putrajaya dan Bhatara Ghnijaya sambil menghaturkan Doa
penghormatan , weda pujaan serta air pencuci kaki,

B Bergema suara Gentanya, keuarlah Bhatara disertai hujan bunga, sambil


emnghaturkan doa penghormatan, puji-pujian dan wangi-wangian , tidak
dikatakan pembicaraan beliau sebab amat pingitnya . setelah itu beliau segera
bernagkat ke lempuhyang menghadap Bhatara leluhur, setibanya disana, beliau
beryoga. Menghaturkan weda pujaan serta air pencuci kaki, membubung asap
api pedupaannya bergema suara gentanya, keluarlah paduka Bhatara
manburkan bunga-bungaan, tak terkatakan sabda beliau karena amat pingitnya.
Entah berapa lama beliau berada di Besakih dan Lempuhyang beliau mohon diri
Bhatara akan kembali ke Jmabudwipa, tidak diceriterakan dalam perjalanan
sampailah beliau di Tampurhyang.

37a. Setiba beliau di Tampurhyang Mpu Kamareka beserta istrinya bergegas


manyembah menghaturkan air pencuci kaki kehadapan sang adhiguruserta
dipersilakan ke kahyangan. Tidak terkatakan pasuguh Mpu Kamareka
kehadapan Dang Ghuru. Sebab demikian tatcara seorang murid ditekankan oleh
para junjungan /sesuhunan dengan tulus ikhlas, dang ghuru berkata, anakku
Mpu Kamareka sekarang aku akan meninggalkan anakku kembali ke
jambudwipa, aku sudah yakin akan keakhlianmu. Tetapi anakku ingatlah petuah-
petuahku dahulu, mengemban sanghyang Ongkara dyatmika, kelak apabila ada
keturunanmu beritahu pula kepadanya gegaduhan anugrahku ini supaya mereka
semua mengetahui pembabakan dabtatcra di Bali. Sekarang anakku telah
menjadi Ksatrya Brahmana, tetapi hanya tiga turunan mulai dari sekarang.
Setelah itu engkau turun lagi menjadi sudra.

B begtu pula kelak oleh karena telah banyak keturunanamu yang berbeda-beda
tempat tinggalnya, menyebar di pulau Bali, beritahukan juga kepadanya bahwa
apabila mereka tidak taa dengan gegaduhan ini, yangberasal dari Bhujangga
Baliaga kutkanku semoga turun menjadi orang dusun sejati ( wong tani
cingkrang) dan pada waktu meninggalnya tidak boleh disucikan oleh Brahmana,
lagi pula tidak boleh dibakar, kuburkanlah mayat mereka, sebab mereka bukan
keturunanku. Sebaliknya apabila mereka tata dengan titi gwgaduhan mereka
bernama wangsa wong Tani, tetapi apabila sudah tiga turunan ada lago
keturunanmu agar diberi nama ARRYA PASEK KAYU SELEM. Dan setiap yang
akhli dan tahu diperkenankan menjadi Bhujangga tetapi hanya tiga turunan.
Setelah bhujangga barulah menjadi orang biasa (dudukan) kelak apabila ada
keturunanmu hendak mebakar jasad kawitannya diperkenankan,

38a. Tetapi apapbila belum ada Brahmana di Bali yang alhir dari saudaraku Mpu
Ghnijaya yang akan melaksanakan weda Mantra, keturunanmu sendiri boleh
melaksanakannya, sekarang anakku diperkenankan menyucikan Jasad orang-
orang Baliaga, jangan lupa beritahukan juga kepada mereka, sebab amat
berbahaya kena kutukanNya. Ini ada juga anugrahku, sastra dudu aksara, rupa
tan pa rupa bentuk tanpa brntuk, bukalah telinga dan delikanlah matamu lebar-
lebar. Mpu kamareka menyembah dan segera ditanyai sang Mahampu, Anankku
Kamareka apakah kamu sudah jelas, ?. Ya paduka Bhatar semuanya sudah
meresap dihati anaknda. Ini ada lagi aksara dyatmika, ilmu suci dalam badan (
sastra ring raga sarira) simpanlah baik-baik dalam hatimu, semoga amat sakti,
bijaksana dan wujudnya sebagai angkasa..

ini, 50,9,1. selesai, semoga anakku, jangan lupa, jangan ribut serta meremehkan
sebab ilmu ini (SangHynag Sastra) amat pingit. Sekarang aku akan
meninggalkan anakku oleh karena anakku telah mememgang semua sanghyang
aji dalam bathinmu. Mpu Kamareka bersujud dielus kaki Sang Adhiguru disertai
Doa Pujaan. Tidak terkatakan senang hatinya sebab sudah dianugrahi sang
maha Mpu. Diceriterakan Mpu Mahameru telah meninggalkan Tampurhyang
kembali ke Jawadwipa.demikian ceriteranya. Entah berapa tahun kemudian
orang-orang di pulau Bali semuanya menurunkan keturunan amat banyak, anak
beranak memenuhi dunia diakibatkan banyaknya yogas semadi para Bhatara
dalam menciptakan Manusia,, merekalah yang memehuni pulau Bali. Panjang
ceriteranya apabila kita membicarakan kelahiran orang-orang Baliaga yang
semuanya membawa adat serta upacara yang berlainan pada waktu
meninggalnya,, disebabkan perbedaan asal-usulnya.
39a. Demikian tersebut dalam usana. Entah berapa lama kembali kembali pulau
Bali menajadi sunyi karena tdak ada seorang Raja sebagai pelindung bumi Bali.
Oleh karena itu hyang Putrajaya disertai Hyang Ghnijaya, diirngkan oleh Hyang
Catur Purusa berangkat ke Gunung Jambudwipa menghadap Bhatar Hyang
Pramestighuru mohon agar ada Raja yang mengayomi pulau Bali sebagai
penegak dan penyungsung Kahyangan Besakih. Oleh karena itu para dewata
bersidang dengan para resi semua untuk mengikuti Hyang Jagatnatha pergi ke
Sorga.

Selesai sudah perundingan itu dan telah ditentukan harinya. Tersebutlah putra
Bhagwan Kasyapa yang lahir dari Dyah Wyapara bernama sang Maya Danawa,
sudah beristri dengan dewi Malini anak Bhatar Hyang ananta Bhoga yang
beribukan dewi Danuka. Mayadanawa dipilih oleh para dewa agar menjadi raja di
pulau Bali, disetujuinya keputusan perundingan di atas, pasti sudah si
Mayadanawa akan menjadi Raja sebagai pelindung dunia. Seluruh persidangan
itupun bubar, pulanglah Bhatara semua. Bhatara Putarjaya mohon diri
kehadapan Bhatara Hyang Pramesti guru disertai hyang ghnijaya, Bhatara Catur
purusa semuanya kembali ke kahyangan beliau di Besakih. Amat girang hati
beliau sebab telah terkabulkan apa yang dicita-citakan.
40a. Tidak diceriterakan dalam perjalanan sudah tiba di Gunung Tolangkir.
Demikian ceriteranya pada pada jaman dahulu. Entah berpa lama setelah
Mayadanawa menjelma menjadi Raja di pulau Bali disertai oleh istrinya ni Dyah
Malini untuk menggatikan Raja terdahulu yang bernama detya Karnapati dan
berabiseka Cri Jayapangus yang dahulu bertahta di Balingkang. Mayadanawa
konon yang menggatikannya menjadi Raja Bali di bedanegara yang berkeratoon
di Batanyar. Selama pemerintahan Beliau tidak terkatakan girang hati orang-
orang Bali sebab telah ada penegak dunia yang mempertiabngkan baik buruknya
kejadian di dunia.

Dengan demikian penduduk bali beramai-ramai menghaturkan kembang tawon


(bunga yang indah) disebabkan keakhalian patih Beliau yang bernama Kala
wong dalam
mengemban wilayah negaranya. Tidak terkatakan sejahtarnya pulau Bali, segala
yang ditanam tumbuh segalanya berhasil, segalanya dibeli murah harganya,
penyakit bencana semuany atakut, tidak ada kekacauan karena kemasyuran
Beliau didunia dalam mengemban negara yang diperintahnya, panjang apabila
kita menceritakan keutamaan

Cri Mayadbawa sebab telah banyak disebutkan pada usana. Entah berapa
lamanya Cri Mayadanawa memerintah, datanglah godaan hyang widhi. Pikiran
Mayadanawa berubah mempunyai tabiat angkara, serba utamanyapa kadi aku iri
lebih-lebih melarang penduduk menghaturkan bhakti kepada para dewata. Hal ini
menimbulkan kesedihan para Bhatara di Tolangkir.

41a. Beliau bersama-sama dengan para Bhatara yang berkahyangan di Bali


datang menggugah danmemohon kehadapan Bhatara hyang Pramesti guru agar
berkenan membunuh Mayadanawa yang ditunjuk Bhatar Dahulu. Maka diutuslah
para dewata, Resi ghana, Dewa nawasanga serta semua yang ada di Sorga,
terutama sanghyang Indra agar segera bertindak di pulau Bali. Panjang
ceriteranya apabila kita menuturkan sebab semua telah diuraikan pada usana.
Sang mayadanawa dibajra Bhatara Indra sehingga mayadanawa ber sama-sama
patihnya Kala Wong terbunuh di wilayah desa pangkung patas yaitu di Tonya
Dapdap. Itulah sebabnya sekarang kita menemukan sungai yang bernama
Tukad petanu. Demikian ceritera sang ratu di muat pada usaha. Kini dengarkan
kembali bahwa setelah meninggalnya cri mayadanawa, beliau kembali ke sorga
loka sebab semasa hidupnya beliau dianggap sebagai seorang pahlawan
sehingga dengan demikian diperkenankan menatap di sorga.

B. ketika mayadanawa berada di sorga, Dewi Malani sangat iri melihal


ketenangan, kebahagian suaminya ia menangis sejagi-jadinya serta tidak henti-
henti menyesali nasibnya. Panjang ceritanya apabila menceritakan kesedihan
Dyah Malini yang diliputi rasa malu (jengah). Kemudian iapun pergi ke bawah
tanah (Sapta Patala) menghadap ibunya Dewi Dakuna. Setibanya Dewi Malini di
Sapta Patala dilihal ibunya lalu berkata, ”Aduh anaku ,buah kesayangan ibu
(mas atma jiwa) Dyah Malini, selamat datang serta apa sebabnya anaku
kelihatan sepeti orang bersedih. Apabila boleh beritahukanlah pada ibu. Ni Malini
menyembah dan dengan berlinangkan air mata ia menelungkup dipangkuan
ibunya sambil

42a. Menceriterakan suaminya telah berada di sorga menikmati ketanangan dan


kebahagiaannya. Tertegun ibunya sejenak serasa sesak napasnya. Kemudian
ibunya menjawab,”aduhia buah kesayanganku Dyah Malini, andaikata demikian
janganlah terlalu bersedih anakku sebab itu merupakan takdir Tuhan Yang Maha
Kuasa yang tidak bisa kita hindari. Tenangkan hatimu, pulanglah anakku
sekarang dan ceritakan kepada ibunda Ni Dewi Wyapara agar beliau bersama-
sama dengan ibu berkenan menghadap Sang Hyang Suranatha di Indraloka.
Dyah Malini amat gembira mendengarkan kata ibunya seraya menyembah
mohon diri akan pulang. Tidak di ceritakan dalam perjalanan akhirnya sampailah
ia dihadapan ibunya Dewi Wyapara untuk membicarakan nasibnya, kebahagian
suaminyaserta akan menyampaikan perintah ibunya Dewi Danaku.

Panjang ceritanya apabila di ceritakan perundingan tersebut. Kemudian Dewi


Wyapara dan Dewi Danaku berangkat ke indra loka menghadap Sang Hyang
Surapati (indra) . setibanya di Indra loka mereka menyembah di hadapan Sang
Curendra (indra) lalu ditanya Sabda Bhatara, ”Hai anakku berdua, kini anakku
terdua datang, menurut perasaanku kelihatan seolah-olah bergegas menghadap
kepadaku. Apabila anakku keberatan, ceritakan kepadaku”. Menyembah mareka
yg ditanya lalu bersujud, ”Daulat
paduka Paramecwara. Adapun sebebnya anak nda berdua datang menggugah
Bhatara tidak lain untuk mohon maaf atas kebahagiaan si mayadanawa. Kini
seadainya diperkenankan paduka Bhatara agar

43a Mayadanawa kembali ke dunia menjadi raja di pulau Bali”. Paduka Bhatara
Curapati tertegun, diam sebagai tersendat rasanya. Tidak lama kemudian beliau
berkata, ”Hai anakku berdua, andaikata demikian aku tidak akak membiarkan
tetepi aku akan memepintahkan Mayadanawa beryoga semadi dahulu untuk
menebus dosa yang pernah diperbuatnya”. Kedua perampuan itu memyembah,
”Yah andaikata demikian hamba manuruti segala perintah Bhatara”. Dengan
demikaian selesai sudah perundingan tersebut. Keduanya mohon diri kehadapan
Bhatara dan tidak terhingga betapa suka cita mereka lebih-lebih Dyah Malini
sebab sudah terkabul niatnya untuk meceritakan keadaan Sang Mayadanawa.

Demikian ceriteranya pada djaman dahulu, baiklah hentikan sejenak, diceritakan


kembali Mahameru dipanggl Bhatara di Tolangkir, beliau brergegas turun ke Bali
dan oleh karena dalam perjalanan Beliau tidak mendapatkan suatu halangan,
beliau segera tiba di desa gading, perjalanan Bliau melewati Gunung Tulukbyu,
setibanya di Besakih Bhatara segera menghaturkan weda pujaan dan
penghormatan seperlunya. Bergema suara Gentanya yang kemudian disambut
taburan bunga serta penjaya-jaya, Bhatarapun segera keluar, Banyaklah
ceriterany apabila ingin membicarakan percakapan Bhatara, Selama Bliau
menghadap Bhatara di Besakih, bersama-sama melaksanakan yoga semadi.
Bhatara Putrajaya menceriterakan bahwa bliau inginsegera menciptakan Raja
Bali sebab Bhatar merasa iba melihat tata susila manusia telah hilang dan tida
ada yang mempertibangkan baik buruknya di dunia.
44a. Itulah sebabnya Bhatara Putarjaya disertai Bhatara Ghnijaya para Bhatara
yang berkahyangan di Bali serta Mpu Semeru berangkat ke Sorga loka. Tidak
diceriterakan dalam perjalanan sebaab semuanya berjalan amat cepat maka
sampailah beliau di Sorga loka. Bhatara Putrajaya lalu menghadap Bhatara
Hyang Pramesti guru memohon anugrah agar ada menggantikaN Raja Bali yang
sudah Moksa, banyak ceriteranya apabila menuturkan percakapan para Bhatar
di Sorga tetapi yang jelas telah pula diputuskan Bhatar siapa yang akan ditunjuk
menjadi Raja di Bali. Dengan telah selesainya perundingan itu maka Bhatara
berdua dengan diirikan oleh Mpu Mahameru dan bhtara Catur purusa,, mereka
kembali menuju Besakih. Demikian ceriteranya. Marilah alihkan pembicaraan
untuk menuturkan sang Mayadanawa yang diprintahkan Bhatara Hyang Widhi
wasa menjelma kembali ke pulau Bali sebab segala dosanya (keletehan) telah
dibersihkan oleh tapa Bratanya(tapa semadinay)oleh karena itu ia diutus
menjelma kembali srta diperkenankan menjelma dalam bentuk laki dan
perempuan,

b. sehingga digaibkan kedalam kelapa, disucikan diputar dengan sebilah pedang


oleh Sang Kul Putih pertapa di Tolangkir yang bersemayam di sorga. Ketika
telah genap yoganya Sang Mayadanawa menjelma di Bali dengan abiseka
Dalem Cri Haji Masula Masuli serta dikawinkan dengan adiknya sebab pada
waktu kelahirannya beliau lahir buncing. Pada waktu dahulu ada beberapa desa
yang telah dibangun Hyang Indra yaitu desa Manukaya, Sekahan, Pludu, di
tempat itulah Bhatara Masula Masuli membangun pasanggrahan sebagai tempat
persinggahan apabila berjalan-jalan ke gunung. Tidak terkatakan ketemtraman
negara oleh karena Sang raja selalu memperhatikan kebajikan di dunia, sujud,
berbakti kehadapan para dewata dan memegang teguh keadilan dalam
memecahkan segala perkara yang terjadi. Itulah sebabnya ada yang
mencemohkan Dalem. Seluruh rakyat di wilayahnya baik yang berada di dusun
maupun di pesisir semua memuja kesaktian Cri Haji.

45a. Demikan keadaan negara selama pemerintahan Cri Haji Masula Masuli.
Ssekarang baiklah dengarkan kembali bahwa pada waktu kelahiran Cri Haji
Masula Masuli di dunia Bhatara Indra bersabda kepada seluruh penduduk bali
sebagai berikut, ”kelak apabila ada orang yang kawin dengan saudara
tunggalnya, mengikuti perkawinan Cri Haji Masula Masuli perbuatan demikian
dilarang, mencemarkan tata susila. Patut di singkirkan jauh-jauh, lemparkan
kedalam samudra sebab perbuatan itu bukahlah tata susila manusia melainkan
tabiat binatang, menodai dunia dan tidak urung mengganggu ketentraman
penduduk di dunia. Begitu puli apabila ada dua orang anak lahir dari kandungan
ibunya laki perempuan satu placenta (ari-ari) kelahiran tersebut buncing dan
mencemarkan desa. Harus dijauhkan dan ditempatkan di pinggir desa atau di
dekat kuburan selama 24 hari. Penduduk desa harus melaksanakan upacara
penyucian pangosadi, amalik sumpah,

B anapuh serta orang yang mengalami hal tersebut harus pula disucikan”.
Demikan Sabda Bhtara Indra. Dilarang menuruti tindakan Cri Haji Masula Masuli.
Begitu ceriteranya pada jaman dahulu. Entah berapa lama beliau memegang
tampuk pemerintahan di kerajaan bali menikmati kebahagiaan dunia terutama
mengecap kenikmatan yang amat mengasikkan (menyenangkan) maka
istrinyapun mengandung. Ketika umur kandungan istrinya telah sampai, bayi
dalam kandungan itu bergerak-gerak. Tidak terkatakan betapa tangis ibunya,
maka lahirlah bayi tanpan dan sempurna parasnya. Pada waktu lahir bayi itu
amat suci dan sakti. Alangkah gembiranya mereka berputra. Putranya di
upakarai, disucikan dan diberi nama topalung. Demikian ceritera sang bayi
dimuat dalam usana. Selanjutnya diceriterakan kenbali keempat pendeta yaitu

46a. Mpu Ghnijaya, Mpu Sumeru, Mpu Ghana dan Mpu Kuturan tatkala
menghadap Bhatara Putrajaya di Besakih. Bhatara Putrajaya bersabda, ”Wahai
anakku Sang Brahmana semua dengerkanlah petuahku. Anakku semua
hendaknya segera beryoga sesuai dengan dharma Sang Brahmana Resi agar
kelak apabila engkau mempunyai keturunan mereka mengetahuiasal mula serta
berbakti kepadaku. Anakku Mpu Ghnijaya lekaslah beryoga semadi di gunung
lempuyang di sisi Bhatara leluhur. Anakku Mpu Sumeru anakku agar beryoga di
kahyangan bersamaku di sini. Sebaliknya anakku Mpu Ghana anakku
berkahyangan di Dasar Bhuwana sedangkan anakku Mpu Kuturan anakku
berkahyangan di Cilayukti.

Adikmu Mpu Pradhah menetap di jawadwipa agar sewaktu-waktu dapat pergi ke


jawa atau bali (anagajawa angabali)”. Demikian sabda Bhatara di Tolangkir maka
para Mpu semuanya menuruti perintah paduka Bhatara Putrajaya. Begitulah
Ceritera mengapa keempat pendeta di atas disungsung keturunanya di
kahyangan masing-masing. Lama kelamaan pada waktu Mpu Ghnijaya di
Jawadwipa beliau melahirkan putra yang selanjutnya dikenal denagn nama
Warga Sanak sapta Resi(Warga Sanak Pitu). Adapun nama-nam Beliau yaitu :
Mpu Kete, Mpu Kanada, Mpu Wirajnana, Mpu Wiradharma, Mpu Ragrunting,
Mpu Preteka, Mpu Dangka. Itulah yang disebut Warga Sanak Pitu Selanjutnya
Sisya Mpu Mahameru yang menpunyai asal-usul aagak berbeda, lahir dari
yogasemadi beliau di Tampurhyang bernama Mpu kamareka, belakangan
Lahirnya dibandingkan keturunan Sanak pitu,
47a. Lebih-lebih dibanding dengan anak beliau Mpu Ghana yang bernama Mpu
Galuh. Mereka bersepupu (misan) dengan mpu Kamareka baru dua keturunan
dari sejak lahirnya Bhatara Hyang Ghnijaya. Demikian ceritanya. Diceritakan
kembali Mpu Kamareka tatkala menasehati putranya Ki Kayu Jayamahireng, ”
Anakku Kayu Ireng, dengarkanlah kata ayahanda sekarang. Kelak apabila’
anakku telah mempunyai keturunan beritahukan juga kepadanya titi gagaduhan
ini serta ingatlah anakku aghuru sisya dengan keturunan Bhatara Mpu Ghnijaya
yang disebut Warga Sanak Pitu mindon anakku. Dahulu ada

Petuah Bhatara leluhur yang disampaikan kepada ayahanda bahwa anaknda


tidak diperkenankan saling ambil mengambil serta saling sembah dengan
keturunnan mereka. Tetapi anaknda besserta keturunan anaknda harus
menyembah kepadanya apalagi diambil

(dipesristri) oleh keturunannya. Sebaliknya diantara keturunan anaknda sendiri


diperkenankan saling sembah dan saling ambil mengambil. Demikian tata cara
menjadi manusai. Begitu pula apabila nanti anaknda meninggal. Janganlah
membakar jasad oleh karena ida Bhatara tidak ingin cemar, disebut pingit
disebabkan berdekatan dengan paryangan pura di Panarajon, pura Tegeh, Ulun
Danu dan Batur. Disebut pingit disebabkanberdekatan dengan dengan
parhyangan pura di panarajon, pura Tegeh, ulun danu dan Batur, agar tdak
ditutup (keungkulin)oleh asap jasad karena orang bali asli tidak boleh dibakar.
Kuburkanlah anaknda diperkenankan melalsanakan upacara mabya tanem.
Ingat anaku, jangan mengingkari. Andaikan ananda mengngikari petuah diatas
tidak urung ananda ditimpa kutukan Bhatar leluhuhr. Diceriterakan kembali Raja
Bali yang bernamana Cri Haji Masula Masuli telah terkenal kesaktianya dalam
membela wilayah Negaranya bawahan Beliau semuanya tunduk, bencana dan
kesulitan tidak pernah terjadi.
48a. Entah berapa lam akhirnya beliau moksa tanpa bekas kembali ke alam
sunyata diirngi oleh istrinya kembali ke alam sorga. Selanjutnya untuk
memegang tapuk pimpinan di Bali beliau diganti oleh putranya yang bernama Sri
Haji Tapohulung dengan pusat pemerintahan di Batahanar, pejeng. Selama
pemerintahan Cri Haji Tapohulung tidaklah usah diceriterakan lagi sebab sama
seperti pada waktu kerajaan Bali diperintah Cri Haji Masula Masuli, bahkan
bahkan melebihi kesaktian ayahnaya. Hal ini tidak lain disebabkan Cri Haji
tapohulung telah dapat keluar masuk Sorga dengan mudahnya. Itulah sebabnya
seluruh bwahannya beliau tunduk yang didampingi oleh Patih akhli yang
bernama Pasung Grigis dan Kebo Iwa. Hentikan dahhulu ceriteranya sejenak.

Diceriterakan kembali Mpu Kamareka dengan putra bliau Sang Jaya Kayu Ireng
yang telah lama kawin dengan Ni Kayu Ireng yang disebut baru satu keturunan,
Sang Jaya Kayu Ireng oleh karena Beliau memang keturunan Bhujanga Bali
maka sesuai dengan petuah Bhatara, beliau segera diapodgala ayahnda dan
diganti namanya menjadi Mpu Ghnijaya Mahireng. Demikian Ceriteranya.
Selanjutnya Mpu Kamareka berputra Lagi 3 orang laki-laki yang amat tampan, di
beri nama : Sang Made Celagi, Sang Noman Tarunyan,Sang Ketut Kayu Selem
menjadi Bhujangga diapodgala oleh ayahnya. setelah diApodgala, Sang Made
Celagi diganti namanya menjadi Mpu Kayuan, Putra Beliau yang ketiga( Nyoman
Tarunyan) diberi Nama Mpu Tanrunyan. Sedangkan Yang Paling Kecil ( Ketut
Kayu Selem) diganti namanya menjadi Mpu Badengan tidak diceriterakan
semuanya telah mencari dan melaksanakan tugasnya amsing-masing. Mpu
Kayuan berpindah dari Gwa Song di Panarajon bersemayam di Balikang. Mpu
Tarunyan mencari tempat dan beryoga di Gunung Tulukbyu di Desa Belong.
Sejak itu disebut Desa tarunyan. Itu pula sebabnya Beliau disebut Mpu
Tarunyan. Sedangkan Mpu Ghnijaya Mahireng beresama-sama dengan adiknya
terkecil( Mpu Badengan) tetap beryoga di Gwasong mengikuti jejak ayahndanya
yang selanjutnya disebut didesa Songan. Demikian ceriteranya dituturkan Oleh
Sang Dwijendra Sakti Wawu Dateng kepada Cri Haji Gegel pada waktu beliau
bersemayam di Samplangan di Tugu.

Diceriterakan kembali para putra (Sang Catur Bhujangga). Sang Mpu Ghnijaya
Mahireng berputra 3(tiga) orang laki-laki, yang tertua bernama sang Taru hulu,
adiknya sang kayu selem, Sang Wreksa Ireng serta seorang putri bernama Ni
Kayu Selem.

Mpu Kaywan/Mpu Panarajon berputra seorang laki-laki 4(empat) orang


Perempuan bernama Sang Panorajon( Tertua) yang hampir sama dengan Nama
Ayahanya. Sedangkan putri-putrinya bernama, Ni Ayu Nguli, NiKayu Ireng, Ni
Ayu Kinti, dan Ni Ayu Kaywan. Mpu Tarunyan berputra 1orang laki dan 3 orang
Perempuan, Putranya bernama Sang Tarunyan , hampir sama dengan nama
ayahnya, sedangkan putrinya bernama Ni Ayu Dani, Ni Ayu Tarunyan, Ni Ayu
Taruni. Itulah putra putri Mpu Tarunya. Mpu badengan berputra 2 orang laki-laki
yaitu Ki kayu Celagi, ki Kayu Tarunya,. Demikian putra putri keempat
Bedrsaudara di atas, baru dua keturunan dan disebut masih bersepuu(misan).
50.a Entah berapa lama semuanya telah dewasa lalu mereka saling ambil
mengambil diantara sepupunya. Sang Taruhulu memperistri NiAyu Kayu ireng,
anak Mpu Panarajon. Sang Kayu Selem memperistri ni Ayu Taruni anak Mpu
Tarunyan, sang Wreksa Ireng beristri 2 orang yaitu Ni Ayu Nguli dan Ni Ayu Kinti
anaksang Mpu Panarajon. Sang Panarajon anak Mpu Kaywan/Mpu Panarajon
beresmayam di Panorajon memperistri NiAyu Taunyan anak Mpu Tarunya. Sang
tarunyan yaitu anak Mpu Tarunyan Memperistri anak Mpu Ghnijya mahireng
yang bernama ni Ayu Kayu Nlem.

Ki kayu Clagi Putra dari Mpu Badengan memperistri ni Ayu Dani anak dari Mpu
Tarunyan. Sang Tarunan memperistri ni Ayu Kaywan anak Mpu Panarajon/Mpu
Kaywan. Demikian mereka itu saling ambil mengambil diantara saudara
sepupunya. Tidak diceriterakan kebahagiaan mereka berkeluarga karena hal itu
sudah merupakan takdir maka setelah beberapa lama berkeluarga mereka
melahirkan keturunan masing-masing. Demikian ceriteranya. Dijelaskan Mpu
Kamareka setelah melahirkan banyak keturunan. Telah makin lanjut usianya dan
telah terpikirkan dalam hatinya bahwa pada hari yang baik akan mengumpulkan
anak cucunya hendak memebritahukan bahwa beliau akan kembali ke alam
sunyata.
51a. Katanya: wahai anak serta para cucuku semua, kini dengarkanlah petuahku
kepadamu. Tidak lama lagi ayah akan meninggalkan kamu semuanya kembali
ke Sorga. Sebab sudah saatnya ayah harus meninggalkan Madya loka. Kelak
apabila purnamaning Kartika (12) tiba dan aku telah kembali ke Sorga,
hendaknya kamu semua segera mendirikan Kahyangan untuk melinggihkan
Sanghyang Tri Purusa, terutama melinggihan Sanghyang Suci Nirman,
sedangkan untuk Ayah buatkanlah sebuah Bebaturan. Selanjutnya apabila
engkau sudah selesai mendirikqan Kahyangan segera anaku melaksanakan
Puja Wali melaspas, anapuh, serta ngenteg linggih. Untuk Ayah buatkan juga
Odalan di Bebaturan karena ini merupakan tatacara Sanghyang Dwipala serta
Bhatara Hyang Suci yang berasbiseka Sanhyang Tayi.

Adpun Yang dimaksud dengan Sanghyang Tri purusa yaitu, Brahma, Wisnu,
Icwara. Sedang pelinggih untuk Bhatara Sanghyang Ibu Pretiwi yang bertemu
dengan Bhatara Sanhyang Akasa disebut Paibon. Tetpi ayah terlebih dahulu
dibuatkan sebab ini merupakan salah satu penghormatan Leluhur. Ingatlah.
Begitu pula apabila anaku telah selesai memperbaiki kahyangan, jangan lupa
melaksanakan upacara yadnya, piodalan agar ada disungsung keturunanmu
kelak dan seterusnya. Semoga kamu berbahagia. Beritahukan pua kepada
seluruh ketrunanmu dimanapun mereka berada baik jauh maupun yang dekat
agar mereka datang mengahaturkan piodalan. Adapun upacara dipodalannya
adalah pada Tileming Kedasa(13). Janganlah menghindari hari diatas.
52a. Jikalau ada keturunanmu yang tidak mentaati titi gagduhan ini, mereka
bukanlah keturunanku sebab mereka telah mengingkari sasana. Mudah-
mudahan merkea susut dan kena kutukanku. Banyak kerja tapi tanpa ada
hasilnya,. Segala yang dilaksanakan tidak akan menemukan keselamatan.
Setiap akan muncul diakhiri kegagalan, Ingatlah petuah-petuahku, hai seluruh
keturunanku, Begitu pula apabila nanti tumbuh pohon kayu berwarna Hitam di
Kahyanganmu, hal itu suatu pertanda bahwa ayah telah berbadan sekal –
niskala, ayah telah berada disamping Sanghyang Jagat Karana. Sebaliknya
apabila apabila pohon kayu itu sudah tumbuh, sejak saat itu Berilah Nama Pura
Itu ” Pura Kayu Selem” ingatlah anak-anaku.demikian juga apabila disini di
Gwasong telah tumbuh pohon ”Beringin” hal itu suatu pertanda bahwa ayah di
alam Sunya taya telah melaksanakan ”Tirta Gemana”, dari sana ayah akan
mendoakan semoga kamu sekalian berhasil dan selalu berada dalam
keselamatan, tidak akan kekurangan mata pencaharian, serta senantiasa berada
dalam kelanggengan.

semoga sempurna semuanya/selanjutnya inilah saji-sajian apabila anaku akan


menghaturkan upacara yaitu Suci Asoroh,. Serba Hitam, itik jambul berbulu
hitam, disertai Guru Piduka yang dipersembahkan kahadapan Bhatara Wisnu
lengkap dengan Mantranya. Jangan lupa ingatlah petuahku ini ayah segera akan
kembali ke Alam Sunya. Apbila tiba saatnya ayah akan memberitahukan pula
kepada mu kembali, huruf keramat dalam pemujaan yang dipergunakan untuk
,melepaskan diri serta ilmu kemoksaannya. Siapapun diantara keturunanmu
yang telah menghayati, mereka diperkenankan mejadi Panditha/Pendetha.
Setiap warga yang dipandang telah benar akhli. Patut anaknda jadikan
pemimpinmu( penghulunta).patut dihormati sebab ia yang akan membimbing
kearah ketentraman keturunanmu. Ingatlah baik-baik. Setelah hati yang
dinantikan tiba, yaitu pada bulan Kartika, bertepatan dengan purnama pada saat
itu Mpu Kamarekaberkehendak kembali ke Sorga Loka, untuk maksud ini beliau
telah juga mengundangseluruh orang Baliaga.
53a. Segala perlengkapan saji-sajian yang berkenaan dengan Upacara di atas
telah pula disiapkan. Tidak terkatakan betapa banyakpara Tamu yang datang
hendak menyaksikan Mpu Kamreka. Terutama para murid Beliau serta Mpu
keturunan Mpu Ghnijaya yang disebut Warga Sanak Pitu yaitu Mu ktek,Mpu
Ragarunting, Mpu Pretka, Mpu Dangka, semua diundang menghadirinya.
Banyaklah ceriteranya kwmantapan Upacara diatas yang tidak keurangan tegur
sapa sad Rasa serta hal-hal lainnya, Para Tamu yang diundang tidak terkatakan
jumlahnya ikut menyaksikanUpacara diatas dan dmeriahkan dengan tetabuhan
gamelan selonding yang semuanya dipimpin Mpu Ghnijaya mahireng, Mpu
Panarajon, Mpu Tarunyan dan Mpu Badengan. Mereka tidak lupa menyapa para
tamu sserta menghaturkan hidangan-hidangan sekedarnya.

b. Ayahndanya Mpu kamareka tidak ketinggalan pula menyapa para Tamu.


Benar-benar upacara itu tidak mengecewakan. Kini tiba sudah saatnya dawuh 5
nyaitu dawuh sunyi, hari rebo madhura byantara dadi mahulu wurukung, guru
mandala, menga, mpu Kamreka mengenakan pakaian putih. Beliau segera pergi
ke pacramannya di GwaSong dimana para tamu terutama ketujuh panditha
Warga Sanak Pitu telah bersiap menunggunya. Mpu Kamareka dituntun oleh
para putranya, segala persiapan upacara yaitu dupa, kemenyan, astangi, minyak
bijan serta wangi-wangian, alat pemujaan, genta patarana dan lain-lainnya telah
disiapkan. Kemudian Mpu Kamareka berkata kepada para Mpu semua, ”Daulat
Sang Maharesi relakanlah hati sang Maharesi melihat saya. Tuluskanlah cinta
kasih Sang Maharesi kepada saya.

54a. Sekarang saya mohon diri akan mendahului Sang Maharesi semua kembali
ke alam sunya. Tetapi ada pula permintaan saya, sudilah kiranya Sang Maharesi
memberikan bekal pengantar saya menuju alam sorga sebagai tanda cinta kasih
Sang Maharesi kepada saya. Antarkanlah saya dengan weda Sang Maharesi
yang keluar dari perasaan tulus suci nirmala agar hati saya merasa lapang
terhadap Sng Maharesi semua”. Maka para Mpu semua serta para sisyanya
menjawab, ”Wahai adikku Sang Mpu, andai kata demikian kehendak adik Mpu”
kami semua tidak akan menolak memenuhi kehendak adik Mpu”. Setelah itu
Mpu Kamareka berkata kembali kepada sisyanya. ”Aum, aum anak-anakku
semua. Dengarkanlah petuahku ini. Apabila engkau semua telah menurunkan
keturunan masing-masing, beritaukanlah juga kepada mereka jika hendak
melaksanakan upacara jasad para keturunanmu kelak, apabila belum ada
diantara keturunanmu yang menjadi Bhujangga (amu janggain)

b. tetapi sudah ada Bhujangga yang lahir dari keturunan Sanak Pitu, Bhujangga
ini diperkenankan melaksanakan upakara jasad keturunanmu. Mereka harus
dihormati keturunan sebab dahulu ayah telah diperingatkanBhatara leluhur,
Bhatara Mpu Mahameru. Ingatlah petuahku sebab siapapun diantara
keturunanku yang tidak menaati petuahku ini akan kena kutukanku. Semoga
jatuh, bodoh, banyak kerja tetapi tidak ada hasilnya. Begitu pula apabila pada
waktu engkau melaksanakan upacara jasad keluargamu, namun belum ada
Bhujangga di bali engkau boleh memohon tirta pengentas di pura setelah mohon
ijin kehadapan Bhatara Jagatnatha, terutama kehadapan Sang Hyang Tri
Purusa. Tetapi sebelum berdoa beritahukanlah kepada ayah dari paryangan
tempal ayah beryoga. Dari alam sunya akan segara datang dan mohon tirtha
pangentas, pabresihan kehadapan Bhatara Tri Purusa.

55a Setelah engkau diberikan tirtha, dari sana pula ayah bersama dengan
Bhatara akan datang memberi tirtha panglambus. Adapun dalam memohon tirtha
kehadapan Bhatara, pergunakanlah tiga tempat yaitu sangku tembaga, bahem
skala dan batil besi sebab itulah yang patut sebagai tempat tirtha. Sedangkan
untuk tirtha pabresihan pergunakanlah 3 buah periuk baru (anar). Rerajahan
(gambar) sangku tembaga ang,( ), sangku besi ung ( ) dan sangku perak mang (
).

Mentera rerajahan sangku tembaga

ONG NANG MANG BRAHNA YA NAMA CWAHA

Mentera rerajahan sangku perak

ONG NANG ICWARA YA NAMAH.

Mentera rerajahan sangku besi

UNG NANG WISNU YA NAMA CWAHA.

Inilah pujaan pertama tata cara kamoksan, pujaan pemusnahan (prelina).


Selesailah sudah pembicaraan yang berkenaan dengan weda pragga.
Demikianlah kata Mpu Kamareka kepada anak sisyanya semua.

b. Sesudah meresap ke dalam hati mereka semua kemudian anak cucu beliau
bersujud dihadapan leluhurnya. Mpu Kamareka bersiap akan beryoga,
menyatukan SngHyang kemoksan dan menjalankan seluruh huruf keramat
(dasaksara) pada badannya (Bhuwana alit) pada kepala

Pada bulu Ong yang bertemu dengan Ong Sungsang

Iti Ong ngadeg

Ini Pnaca Brahma

ONG BANG diatara – dadi

ONG TANG pada bru madya

AH pada Kuping

ONG ING Pada Limpa

ONG BANG MULUT

ONG MANG Pada Jantung

ONG MANG Pada Pusar


ONG WUNG Kemaluan

ONG YANG Pada Dubur

56a. Lalu membersihkan Badan membakar Sanghyang DASAK SARA diakhiri


oleh Sanghyang Ghuru Indra, pada nabhi. Mantranya :

Ong Rah Phatsra Kalaghni Rudra Ya Namah

Geseng SASTRA MALA TRAY, ANG UNG MANG.

Satus Phataka, AH Salwiring LARA Wighna, Geseng dadi Awu, ANG AH NAMA
CWAHA.

Setelah itu dihidupkan oleh Sanghyang amertha Mantranya:

Ong Ung Rah Patasraya, Padama Ya Namah

Manurunkan Sanghyang Byoma Siwa . SAMUDRA YA NAMAH

Pada Hati yang Suci bertemu ONG dengan Ongkara Sumungsang ngadeg,
manjadi satu dan berubah menjadi Amertha Sanjiwani. Mantranya ”O”

Ong Ci Ta Twa, Ya Ah, Sa, Ba, Ta, I, Ang, Nang, Pa Ma Ci Wa, YA.

Lalu Pralina A, Awa, Kembali pada Ba, Na, Kembali pada Sa, kemudian mersap
Panca Brahma, SA, BA, TA, A, I, SA, kembali pada GA suaranya menjadi ANG,
TA kembali pada A , UNG dimusnahkan. Setelah bersih,

mata, telinga diprelina, Telinga di prelina pada Hidung, Hidung diprelina pada
Mulut, Mulut di Prelina pada Jejaringan, Jejaringan diprelina pada limpa, Limpa
Prelina pada Ungsilan, Ungsilan Prelina pada Empedu/Nyali, Empedu prelina
pada Hati, Hati Prelina pada Puser, Suarnya pada ubun-ubun, dan setelah pada
pusar, merdupkan napasnya lalu Mpu Kamareka Moksa tanpa bekas kembali ke
Sorga. Demikian ceriteranya pada Djaman Dahulu, Para keturunan/Warih Mpu
Kamareka segera mengahaturkan Sembah Kehadapan Mpu Kamareka yang
sudah Moksa. Tertegun mereka yang ditingalkan, terkenang kepada sang sudah
Moksa, sebab rasa-rasanya Beliau masih berada dalam Hatinya. Panjang
apabila hendak menuturkan. Akhirnya para Tamu pun kembali ke tempatnya
masing-masing.
57a. Dijelaskan kembali sang taruhulu yang kawin dengan Ni Cemeng
melahirkan dua orang anak perempuan bernama Ni Ayu Kaywan dan Ni Ayu Poh
Gading. Sang Tarunyan sesudah mujanggain bernama Mpu Kayu Ireng dan
kawin dengan Ni Ayu Selem mempunyai 5 orang anak, seorang perempuan dan
4 orang laki-laki. Putranya yang tertua bernama Ki Trunyan, yangkedua bernama
Sang Badengan, ketiga bernama Sang Nelem, dan yang terkecil bernama sang
ketut Celagi ireng. Setelah menjadi Bujangga bernama Mpu Kayureka, hampir
sama dengan nama leluhurnya. Dan setelah kawindengan NI Kinti orang laki-
laki. 2 orang laki-laki dan 3 orang permpuan. Anaknya tertua bernama sang
Madriakah, yang kedua bernama sang Sadrakah, yang ketiga bernama Ni
Sadrya yang keempat bernama Ni Ayu Nelem.

adapun Anak Sang Kayu Ireng adalah 3 Orang perempuan dan seorang laki.
Putranya bernama Ki Togog Ireng dan anaknya yang permpuan bernama Ni
Cemeng. Ni Ireng. Ki Togog Ireng memperistri Ni Tarunidan setelah di apodgala
bernama Mpu Kayu Sweta. Selanjutnya Ni Taruni yang lahir dari Ibunya ni Nelem
mempunyai 4 orang anak yang tertua bernama sang Twed Ireng. Dan adiknya
Perempuan bernama Sorga. Ni Tarunyan, Ni Blong, Ki Twed ireng sesudah
mejanggain bernama Mpu Kayureka sama dengan nama leluhurnya yang telah
moksa. Adapun anak sang tarunya 5 orang , seorang laki dan 4 orang
perempuan, anaknya yang laki bernama Sang Tarunyan, sedangkan yang
perempuan bernama Ni Ayu Tarunyan, Ni Runti, NI Rinon, Sang Tarunyan tidak
mernjadi Bhujangga sebab ia seorang Pejudi.
58a. Mpu Panarajon Dimade, yang beristri dengan Ni Taruna mempunyai 7
orang anak, 3 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Putranya ynag tertua
bernama Sang Gwa Song, yang Kedua bernama Sang made Songan, yang
ketiga bernama Sang Nyoam Song. Sedangkan anak-anaknya yang perempuan
bernama Ni Sadrya, Ni Rojani, Ni Tarujar, Ni Sadya diperistri oleh Mpu Ketek,
Kompyang Mpu Ghnijaya, yang paling kecil, demikian Ceriteranya dahulu,
setelah bebrapa lama diceriterakan kemabli Mpu Jaya Mahireng yang
bersemayam di Songan sedang berunding dengan saudra, para cucu serta
Kompyang semuanya. Adapun yang diperbincangkan tidak lain membicarakan
Petuah-petuahyang disampaikan Leluhur kepada Beliau yaitu agar segera
melaksanakann Pitra Yadnya. Panjang ceriteranya apabila membicarakan
Percakapan Mereka. Akhirnya diputuskan akan melaksanakan maksud diatas.

Ketika tiba saatnya hendak melaksanakan Upakra Pitrayadnya( Pitra Tarpana)


leluhurnya, tepatnya pada hari Rabu mahadewa bulan gelap(tilem) sasih kedasa,
beliau mengundang seluruh Maharesi keturunan Mpu Ghnijaya yang disebut
Warga Sanak Pitu yaitu Mpu Ktek, Mpu Kananda, Mpu Wirajnana, Mpu
Withadarma, Mpu ragarunting, Mpu Preteka, dan Mpu Dangka. Agar berkenan
datang ke Songan menyaksikan upakara diatas. Tidak terkatakan banyaknya
para tamu datang yang walaupun tidak beiberikan suguhan, memreka tidak
kekurangan makanan maupun minuman. Panjang ceriteranya bila menuturkan
kemeriahan Upacara tersebut, sebab telah diramaikan dengan gambelan
Selonding, Mpu Ketek bersama-sama Mpu Withadarma dipersilakan memimpin
Upacara, Mpu Ragarunting dipersilakan memutru. Mu Ketek melaksanakan Yoga
Tasik Wedana, Mpu Withadarma Mengutarakan Yajurweda, Mpu Jayamahireng
megutarakan Reg Weda, Mpu Panarajonn malaksanakan Astawa Wedana
sedangkan Mpu Kaywan, ikut juga memutru bersama –sama dengan Mpu
Ragrunting. Tidak ada yang menandingi kemegahann dan kelengkapan saji-
sajian Widhi wedana dann tidak ada kekurangannya. Bergema suara Genta tidak
ubahnya seperti suara kumbang sedang mengisap bunga. Disamping itu para
pendeta yang tidak ikut melaksanakan Upacara, semuanya angresi Bojana
menghaturkan Punya yang dibalas dengan Do’a Pujaan. Panjang apabila
menceriterakan pelaksanaan Upacra itu yang tidak terkatakan jumlah para
tamunay. Tidak ada yang kekurangan suguhan, amat lengkap dan tidak ada
halangan atau rintangan yang terjadi. Ketika upacra diatas selesai dilaksanakan.
Maka pulanglah para tamu ke tempatnya masing-masing.
b., Selajutnya oleh karena sudah selesai upacara pitrayadnya sang leluhur, Mpu
Jayamahireng disertai para saudara, anak cucunya membangun Kahyangan
sesuai dengan petuah leluhurnya yaitu sanggar aghung, tempat pemujaan
Bhatara Hyang Suci yang bernama Sang Hyang Taya. Gedong Tri Purusa
tumpang #, tempat penujaa Bhatara Ciwa, Sadhasiwa, dan Peramaciwa yang
juga bernama sanghyang Tigayadnya. Gedong tumpang 3, tempat pemujaan
Bhatara Hyang Brhama Wisnu. Kemualan dengan 3 Rong. Tempat pemujaan
sanghyang Tri purusa, Brahma, Wisnu Iswara. Pada waktu ketiganya sedang
enunggal. Bebaturan Rong 2. tempat pemujaan sanghyang Akasa pada waktu
bertemu dewngan sanghyang ibu Pretiwi yang juga disebut Ibu Bapa. Waktu
mengeluarkan air Suci dan Air restu yang juga disebut Dwipala.

60a. Di Madya (jaba tengan) dibangun pesamuan Agung tempat berkoumpulnya


Para Bhatara semua. Disamping itu pada halaman luar (jaba) dibangun pula
bebaturan 2 Rong perlambang laki perempuan yang dipergunakan tempat
menghadap para Hyang sesuai dengan petuah leluhur. Bebaturan 3 Roang
tempat pemujaan Sanghyang Tiga Sakti lengkap dengan sedahan Taksu
pengapi Lawang (17). Setelah pura selesai akhirnya tumbuh pohon kayu hitam
yang merupakan pertanda seperti apa yang telah diutarakan leluhurnya dahulu.
Itulah sebabnya pura itu disebut ( bernama) Pura Kayu Selem, yang ditemukan
sekarang. Kayu dimaksud tersebut tidak lain adalah Pohon Asem yang kelihatan
Hitam warnanya, pada waktu pura itu sudah selesai dibangun, mereka segera
melaksanakan Upacara Piodalan yaitu menapuh, melaspa, serta ngenteg
Linggih, demikian ceriteranya dahulu.

selanjutnya setelah upacara diatas dilaksanakan Mpu Jayamahireng bersama-


sama pra putra serta keluarganya membangun Kahyangan yang disebut Pura
JATI sebagai pertanda Sahnya Kahyangan Beliau agar dijadikan sungsungan
Peduduk Bali, sebagai hakekat bahwa kelak apabila ada orang melaksanakan
Upacara berkenaan dengan Upacara para Bhatara (mehayu Bhatar) dan hendak
memohon Tirta Kamandalu, Keturunanku yang telah menghayati AJI PURANA,
diperkenankan melaksanakan Widhi Wedananya untuk memuja dan memohon
kehadapan Bhatari Gangga. Itulah sebabnya pura tersebut disebut/bernama
PURA JATI. Sebagai bukti bahwa mereka benar-benar telah menghaturkan
PEJATI (18). Adapun saji-saji yang berkeanan dengan Upacara di Pura Jati
antara lain Suci Asoroh, Itik hitam Jambul, Telur sebagai perlengkapan Sucinya,
Ketipat Kelanan, Ajuman, Canang Segehan, Pekelemnya (19) Itik Hitam Jambul,
Hewan Hitam Daksina, sesuai dengan Upacara yang sedrhana( Nista)
menengah ( madya) dan Utama.
61.a Apabila Upacara Utama, Uangnya berjumlah 700, madya 500, nista 425,
lengkap, tidak boleh mengurangi sebab apabila mengurangi tidak akan
menemukan hasil, demikian Upacara di PURA JATI. Mpu Jayamahireng bersrta
Saudara-saudaranya dan anak-cucu serta Kompyang selesai sudah
menghaturkan Upacara sesuai dengan petuah leluhur yang telah mencapai alam
Sorga. Marilah tijau kembali Upacara yang disebut dengan Butha Yadnya dan
Manca Walikrama, setelah selesai melaksanakan Manca Walikrama lalu
menurunkan para Bhatara semua dan melaksanakan upacra ngenteg linggih,
adapun hari pelaksanaantersebut pada hari Saniscar(sabtu)_, pon, Phang hari
tanggal ping 13, sasih 10 rah 2 tenggek 1. tahun caka 112, yang bersamaan
dengan Upacara di Besakih, Sejak itu penduduk agar menghormati para Sedaka.

Lebh-lebih pemegang Pemerintahan Cri Haji Dalem Tapohulung amat


mengagumkan Wibawa Belaiu yang tak Ubahnya sebagai Penjelmaan Hyang
Lahasija pada waktu masih Jejaka dan belum beristri. Para Bjangga Sanak Pitu
yaitu Mpu Ketek, Mpu Kananda, Mpu Wirajnana, Mpu Withadarma, Mpu
Ragarunting, Mpu Preteka, Mpu Dangka serta para Sisya semua diharapkan
agar menghaturkan sembah dan Upacara Bhuta Yadnya berkenaan dengan
Upacara di atas yang dimulai sejak sasih ke &, untuk kelengkapan Upacara
Catur Muka Itik Putih Jambum, diolah winangun urip(20) selengkapnya disertai
sebuah Suci, Itik Putih Jambul dandanan, Ketipat Kelanan tulung Urip
ditempatakan di sanggah cucuk dilengkapi dengan berjenis-jenis binatang.
62a. Disebelah selatan dihaturkan anjing berwarna merah bermulut hitam.
Dilengkapi sajen asoroh serta dandanan, ketupat kelanan, tuung urip
ditempatkan pada sanggah cucuk lengkap dengan berjenis-jenis binatang arak,
tuwak, sewakul beras, uang 250 atau gulung benang, sebutir telur sebuah
Daksiana, Uang sejumlah 700, klabang meikuh, Sujang(21), Nasi merah
lengkapa dengan sajiannya. Disebelah Barat Angsa diolah winangun Urip yang
dikerjakan sesuai dengan mengolahan dahulu. Disebelah Utara anak Babi
Jantan yang belum dikebiri diolah Wianngun Urip, Suci Asoroh yang juga
dikerjakan sesuai dengan pengolahan terdahulu. Dibagian Tengan Binantang
Lima warna diolah Winangun Urip, Suci Asoroh, lengkap dengan Binatang –
Binatang lainnya seperti yang telah disebutkan terdahulu dan meguling
pebangkit(22).

Sajian di Panggungan antara lain, Suci asoroh, Tumpeng Agung, Ghuru Piduka,
sesayut Prayscita, sesayut sudamala, sesayut Pengamabian, sesayut
Pebersihan, sesayut Byakawon, sesayut penapuh lara, sesayut Dirgayusa,
sesayut Panca Bumi. Sajian di Sanggar Tawang sebuah Suci Pingit, Daksina
Agung diletakan dihadapan orang yang akan melakukan Upacara, untuk upacara
untuk Upacara Nista Uangnya berjumlah 4500, madya 8500sedangkan utnuk
Utama 16000. pada sasih 8, dilaksanakan Upacara manca Walikrama. Saji-
sajiannya yang disajikan pada Upacara ini antara lain,Kambing anjing berbulu
merah multunya Hitam, anak babi jantan yang belum dikebiri, Angsa, itik Belang
kalung, hewan lima ekor, (manca warna) yang masing-masing diolah Winangun
Urip, dan masing-masing disertai pula dengan Suci asoroh lengkap dengan saji-
sajiannya. Pada SANGGAR Tawang dihaturkan suci asoroh dan daging itik putih
jambul, pada Panggungan Suci pawitra disertai tumpeng Agung, guru Piduka,
Paneneng, Sesayut dirgayusa, sesayut pabersihan, Sesayut Sudamala, sesayut
Byakala, Sesayut Sapuh Lara.
63a. Di bawahnya seekor guling pebangkit, utuh, Gayah, daging babi serta saji-
sajian lainnya serta daging Babi anatar lain kakuwung, Gunting, lelet, asem, sate
besar, pusut daun beringin, ambulu, surya, candra, nagasari, sudamala, gedong
simpen, gedong sari, kacu, jejaringan, bangsula, dilengkapi dengan sajian serta
Daksina. Demikian tatacaranya dahulu dan apabila hal ini belum jelas dapat
ditanyakan kehadapan sang Brahmana tidak melebihi mengurangi, pada waktu
tiba saatnya sasih ke sangga(9), dilaksanakan Upacara Ahya Brahma, dilengkapi
dengan jenis-jennis binatang daging Kerbau, yang diolah Winangun Urip, Sapi,
Kambing, Anjing hitam, anaknya babi jantan ( kucit butuhan) Harimau, Angsa, Itik
Blangbungkam, hewan 5 ekor yang warnanya berbeda-beda, disertai sajiannya
masing-masing yaitu suci asoroh, binantang, Gayah agung,

mapring, sanggah Tutuan, Pring tersebut dilengkapi Suci asoroh, dagingnya


daging Itik Hitam lengkap dengan sajian pada Gayah, sajian pada Panggungan
agung sajian Catur dilengkapi sajian Catur selengkapnya, Pada sanggar Tawang
Suci Putih, meladha putih, lengkap dengan segala mentah, Rah, eng(23) serta
daksina Nista madya utama. selanjutnya pada waktu menurunkan Bhatara
semua Upacara sajiannya serba suci yaitu masing-masing suci asoroh, dengan
sajiannya lengkap dan tidak boleh menguranginya, adapun pengaturan saji
wedana, dibagian bawah dilaksanakan sesuai dengan tatacara melaksanakan
pengenteg Linggih. Dipanggungan menghaturkan sajian catur sesuai dengan
yang telah dijelaskan didepan dan disucikan oleh Brahmana. Ketika tiba saatnya
tilem kedasa, mereka mengadakan upacara piodalann setiap tahun.
64a. Demikia ceriteranya dahulu. Kini selsailah sudah upacra karya tersebut.
Tidak terkatakan hidangan yang disuguhkan kehadapan para tamu sebab
semuanya tidak ada kekurangan makanan atuapun minuman. Panjang apablia
hendak menceriterakannya. Kemudian pulanglah para tamu kerumahnya
masing-maasing. Upacara diatas sasih 7 samapi sasih kedasa(10). Demikian
ceriteranya setelah beberapa lamanya Bhujangga Bali itupun makin bertamabah
lanjut usianya.Mpu Jayamahireng, Mpu Panorajon, Mpu Tarunan, serta para
Mpu anak Sisyanya yang sudah genap tiga turunan bertambah Tua. Semuanya
telah mengecap kebahagiaan yang tak usah dibicarakan lagi. Kini diceriterakan
mereka yang sedang ditinggalkan yaitu Sang Tarunan dan Sang Badengan,
Sang Wreksa Ireng memperistri Ni Ayu Reka anak Sang Kayu Ireng yang
bernama Sang Togog Ireng memperistri anak sang Panorajon yang putranya
bernama Ni Rojani. Sang Panorajon yang putranya bernama pula sang
Panarajon mengambil (anak) sang Tarunan yang bernama Ni nelem /sanak sang
Tarunan yang kedua, bernama Twed Ireng memperistri anak sang kayu
Panarajon, yang bernama ni Nelem dan dimadu Ni Cemeng sang kayu ireng,
sang Dryakah anak sang kayu Ireng berumah tangga dengan ni Ayu Ireng. Anak
sang Tarunan yang bernama sang badengan diambil oleh sang Ireng, mereka
semuanya telah melahirkan keturunan anak beranak bercucu, berbuyut,
mancangah, mewareng serta maijengan.

65a. Diceriterakan mereka itu semuanya amat bakti terhadap ataupun terhadap
Kahyangan mereka selalu taat melkasnakan upacara piodalan Bhatara maupun
leluhur tiap tahun. Ada pula petuah mereka kepada seluruh keturunannya sesuai
dengan petuah leluhur dahulu agar tidak memlalaikan Titi Gegaduhan,
memperbaiki Kahyangan Bersujud kehadapan leluhur, kelak apabila mereka
bertempat tinggal berjauhan mereka harus selalu ingat dan mewarisi sampai
seterusnya. Apabila mereka lupa dan tidak mengetahui leluhurnya mereka akan
kena kutukan Sang Hyang tri purusa lebih-lebih kutukan leluhur. Demikmian
Ceriteranya.

Anda mungkin juga menyukai