Om indah ta kita sang bhuta saksi, ring madya desanira. Kliwon panca waranya
Dewa Siwa dewatanya , iki tadah sajinnira penek manca warna maiwak ayam
brumbun, ingolah winangun urip, katekeng seruntutannya , ajak sawadwanira
ulung siki, minawi wenten luput den agung sinampura sang adruwe caru, sira
ta anugrahaken dirghayusa. Ong Ing Namah Swaha
3. Kekosok
Mantra : Om Tresna taru lata kebaretan kalinusan dening angin angampuhang
mala wigna
Om Sidhirastu ya namah swaha
4. Tetebus
Mantra : Om raga wetan angapusaken balung pila pilu
Angapusaken otot pilu, den kadi langenging Sang Hyang Surya mangkana
langgenging angapusaken kang tinebus-tebas, Om Sampurna ya namah
b. Isuh-isuh
Mantra : Om Sang Hyang taya tan panetra, tan pa cangkem, tanpa karna, sang
hyang taya jati sukla nirmala, sira mangisuh-isuhing sarwa dewata,
angilangaken sarwa bhuta dengen kala ring pada bhatara kabeh, Syah ta kita
saking kulit ring balung ring sumsum, Mantuk ta kita maring jipang sabrang
melayu
Om mam nama siwa ya swaha
CARU
CARU/TAWUR
TAWUR/CARU sebagai korban orang yang punya caru\, sebagai penebus hukuman orang yg
berdosa ataupun pertanda buruk, malapetaka, dan isyarat yang kurang baik (Kala Tattwa)
Jenis-jenis caru :
1. Caru Eka Sata
2. Caru Panca Sata
3. Caru Rsi Ghana
4. Caru Penolak Mrana/ Gering Tempur
5. Caru Panca Sanak Madurgha
6. Caru Bhuta Yadnya Medana-dana/ Gempong Asu
7. Caru Panca Sanak Agung
8. Caru Panca Wali Krama
9. Caru Panca Kelud
10. Caru Walik Sumpah
11. Caru Tawur Gentuh
12. Caru Tawur Agung
13. Tawur Eka Dasa Rudra
Pada tetandingan caru biasanya diikuti dengan segehan ataupun tumpeng dengan warna maupun
jumlah yang sesuai dengan urip pengider-idernya. Adapun table pengider-ider antaralain :
Penggunaannya :
1. Menyertai Piodalan
2. Perombakan suatu tempat/hutan
3. Pembongkaran atau peletakan batu pertama untuk suatu bangunan suci
4. Permulaan menggunakan suatu bangunan seperti rumah, bale, banjar, pura dll
Tetandingannya ;
Tahap 1. Mempersiapkan Olahan ayam
1. Sebelum menyembelih binatang korban untuk caru/tawur, didahului dengan mantra :
“ Om pasu pasa ya wihmane sira ceda ya dimahi, tanne jiwah pracodaya”
Artinya, Om Hyang Widhi Wasa, hamba menyembelih hewan ini, semoga rohnya menjadi suci.
2. Hewan tersebut dikuliti (dalam keadaan kering/jangan diseduh dg air panas) sehingga kepala.
Sayap, kaki dan ekornya masih melekat dan berhubungan antara satu dengan yang lainnya ( dibuat
blulang ayam/walung malayang-layang)
b. Kawisan
Alasnya : sebuah taledan
: urab barak, urab putih, sate lembat 2 bh, sate asem 2 bh, sate calon 2 bh, lalu dilengkapi
dengan nasi pangkonan (setengah bundar dg dialasi daun ), berisi lekesan.
Sampyan : canang genten
c. Bayuhan
Alasnya : sebuah taledan
: urab-uraban, sate tiap jenis 1 bh, dibuat tetandingannya sejumlah urip pangideran, nasinya
menggunakan tumpeng danan 2 bh dengan warna dan jumlah set tumpeng danannya sesuai urip
pengideran , dilengkapi garam dan sambal serta raka-raka.
Sampyan : sampyan metangga/peras
d. Ketengan
Alas : taledan kecil berisi tangkih sejumlah urip pengiderannya
: nasi sasah sesuai dengan warna pengidernya dilengkapi dengan urab-uraban dan sate tiap jenis
1 bh.
Sampyan : canang genten
Gambar :
c. Tulung sangkur
Alasnya ceper berisi tulung sangkur sejumlah urip pengiderannya, berisi nasi warna sesuai arah,
dilengkapi dengan kacang-sauh, dilengkapi sampyan plaus
Gambar :
d. Takep-takepan
Takep-takepan berisi tatukon (base tampelan,beras,benang,uang kepeng) sejumlah urip
pengiderannya
Gambar :
e. Kalakat
Anyaman bamboo berbentuk bujursangkar sebagi alas laying-layang hewan korban
Gambar :
f. Daun talujungan
Ujung daun pisang yang digunakan pada sanggah cucuk, dan sebuah lagi diatas kelakat sebagai
alas layang-layang
g. Sebuah kwangen
Yang berisi uang kepeng sesuai dengan jumlah urip pengiderannya
h. Sanggah pesaksi Sanggah Surya)
Dihias dengan tikar, candiga, gantung-gantungan serta diisi beberapa banten
Gambar :
i. Sanggah cucuk
Dihias dengan janur pada pinggirnya secara berkeliling, lalu lamak, daun talunjungan, gantung-
gantungan
Gambar :
j. Sengkwi
Dianyam sejumlah urip pengiderannya, dipakai sebagai alas caru
Gambar :
k. Kain berwarna
Warnanya sesui dengan pengiderannya, diletakkan diatas sanggah cucuk
l. Tetimpug
Terdiri atas 3 ruas bambu utuh lalu diikat menjadi satu, yang diletakkan nantinya diatas dapur darurat
(3 bh bata tersusun) lalu dibakar agar mengeluarkan suara letusan 3 kali
Gambar :
Gambar :
m. Sapu
Sebagai alat pembersih
Gambar :
n. Tulud
Sebagai alat untuk mendorong-dorong sisa sampah
2. Di sebelah barat Sanggah Pasaksi ditancapkan sanggah cucuk yang sudah dihias dan dilengkapi
dengan tikar kecil.
Pada bawah sanggah cucuk digantungkan sujang atau cambeng berisi tetabuhan seperti arak,
berem, tuak dan toya
Letakkan banten didalam sanggah cucuk antaralain : tumpeng danan, tadah sukla, canang
lengawangi
3. Dibawah sanggah cucuk, pada natar/natah dipasang sengkwi memakai anyaman 8 sebagai jumlah
urip tengah, diatasnya berturut-turut disusuni karangan, kawisan, bayuhan, ketengan, segehan
cacahan, cau dandan, takep-takepan, tulung sangkur, kalakat sudamala dengan alas daun
talujungan, laying-layang ayam brumbun, sebuah kwangen berisi uang sesari 8 kepeng dilengkapi
nasi wong-wongan berwarna brumbun.
6. Didepan pemimpin upacara diletakkan tebasan durmenggala, pabersihan, tabuh-tabuh, dupa, tirta
caru, tirta pabyakalan.
Byakala dan prayascita diletakkan agak terpisah didepan pemimpin upacara
7. Tetimpug diletakkan ditempat yang agak aman dekat tempat upacara diatas dapur darurat
Kekuatan perlindungan dari caru Panca Sata sesuai dengan penjelasan Kala Tattwa yaitu
selama satu tumpek (35 hari)
Perlengkapannya sama dengan caru eka sata namun dibuat 5 tanding dasar caru dimana
warna dan jumlah segehan dllnya sesuai dengan pengidernya
2. Di sebelah barat Sanggah Pasaksi ditancapkan 5 bh sanggah cucuk yang sudah dihias dan
dilengkapi dengan tikar kecil.
Pada bawah sanggah cucuk digantungkan sujang atau cambeng berisi tetabuhan seperti arak,
berem, tuak dan toya anyar
Letakkan banten didalam sanggah cucuk antaralain : banten peras, tulung sayut, ajuman/soda
3. Dibawah masing-masing sanggah cucuk, pada natar/natah dipasang sengkwi memakai anyaman
sebagai jumlah urip pengidernya, diatasnya berturut-turut disusuni karangan, kawisan, bayuhan,
ketengan, segehan cacahan, cau dandan, takep-takepan, tulung sangkur, kalakat sudamala dengan
alas daun talujungan, laying-layang ayam (dg warna sesuai pengider-ider), sebuah kwangen berisi
uang sesari sejumlah kepengnya sesuai urip pengider-ider dilengkapibanten tumpeng dimana
jumlah dan warna tumpeng sesuai dengan pengider-ider.
5. Didepan pemimpin upacara diletakkan tebasan durmenggala, pabersihan, tabuh-tabuh, dupa, tirta
caru, tirta pabyakalan.
Byakala dan prayascita diletakkan agak terpisah didepan pemimpin upacara
6. Tetimpug diletakkan ditempat yang agak aman dekat tempat upacara diatas dapur darurat
Terdiri atas :
1. Rsi Ghana Alit dimana masa perlindungannya 6 bulan
2. Rsi Ghana Agung dimana masa perlindungannya 6 tahun
Tata cara :
1. Nanceb sanggah tuttwan
Upakaranya terdiri dari : suci, rantasan, uang sesari 1700
Pada depan natar atau halamannya merajah Padma astadala sebagai tempat Caru Rsi Ghana
Didahului dengan membuat lubang ditanah lalu ditaburi tepung untuk membuat rerajahan Padma
AstaDala
Gambar rerajahan :
b. Lalu pada masing-masing nasi pengkonan ditancapi setangkai bunga teratai dan diberi ulam seekor
itik/bebek putih yang diolah selengkapnya tanpa memakai sate/jajatah
c. Caru pada halaman/natar memakai caru Panca Sata Malayang-layang dengan masing-masing
dialasi kelabang maikuh sesuai dengan urip dan warna pengider-ider
Kelengkapan caru lainnya yaitu : sesayut pengambyan, pangulapan, prayascita luwih, tumpeng
agung maulam guling itik putih, daksina, dan kelimanya memakai uang sasari 5555, sebuah pane
anyar berisi nasi ketengan sesuai jumlah urip pancawara
Nasi pujungan masing-masing 1 bh.
d. Khusus untuk caru yang ditengah, dilengkapi suci 1 soroh, sesayut durmenggala, panca kelud,
peminyak kala, pemangguh pamali
f. Untuk pemimpin upacara : suci 1 sorog, penglukatan, peras lis, tatimpug yang nantinya jika sudah
selesai upavcara harus ditananm di natar/halaman merajan
g. Kepada yang ngerajah natar, upakaranya berupa daksina dengan sesari 125
Kepada yang negrajah daun plawa/nagasari diberi daksina dengan sesari 77
Kegunaannya untuk pamarisudhaning karang panas dan sanggar atau tempat suci seperti Pura
Kahyangan Tiga, Panggulan/empelan, tegalan serta sawah
b. Pada natar atau halaman merajah padma asta dala, aksara suci rerajahannya :
c. Selanjutnya diletakkan caru Rsi Ghana berupa sega atau nasi pangkonan 9 buah dialasi tamas yang
besar.
Pada masing-masing nasi pangkonan dialasi daun nagasari marajah aksara suci :
Pada nasi masing-masing ditancapi bunga tunjung dengan ulamnya memakai seekor itik diolah
lengkap tanpa sate/jajatah.
d. Carunya menggunakan Caru Panca Sata ayam melayang-layang winangun urip dialasi sengkwi.
(sama dengan susunan caru panca sata seperti diterangkan diatas)
Upakaranya terdiri dari : tumpeng adandanan ditengah daksina gede berisi sesari 500, masing-
masing dilengkapi dengan bayuhan, peras, penyeneng, sesayut pengambean.
Untuk sanggah cucuk yang ditengah disertai suci 1 soroh, gelar sanga, nasi segau, tepung tawar, lis
bebuu, tebasan prayascita luwih, durmenggala, prayascita, sebuah pane anyar, kukusan, dangdang,
sibuh pepek, tatimpug, sujang masing-masing 4 bh dan pada sanggah cucuk berisi tuak, arak,
berem, toya anyar.
e. Upakara pada tempat pemujaan : 1 soroh suci lengkap, sarana penglukatan, daksina berisi sesari
1100.
b. Pada tempat pemujaan untuk pemuput upacara : suci 1 soroh, penglukatan, samsam, bija kuning,
soda, peras, lis, bebuu, nasi segau, tepung tawar, sesarik, alas-alasan, benang tetebus 5 warna
c. Upakara di sanggar tutwan : daksina berisi uang sesari 5500, peras , sesayut, pengambyan,
prayascita luwih, nasi segau, tepung tawar, sebuah pane anyar, kukusan, pangedangan, sebuah
sibuh pepek.
METABUH