Anda di halaman 1dari 23

Caru Ayam Brumbun (ditengah) :

Om indah ta kita sang bhuta saksi, ring madya desanira. Kliwon panca waranya
Dewa Siwa dewatanya , iki tadah sajinnira penek manca warna maiwak ayam
brumbun, ingolah winangun urip, katekeng seruntutannya , ajak sawadwanira
ulung siki, minawi wenten luput den agung sinampura sang adruwe caru, sira
ta anugrahaken dirghayusa. Ong Ing Namah Swaha

Puja Mantra Caru Ayam Brumbun.


Ong ndah ta kita Sang Bhuta Mancawarna, Bhuta Tiga sakti aran sira, ring
madya desan ta, kliwon pancawaran ta, asta urip ta, ulung atus ulung dasa
kutus bala wadwan ta, Dewa Siwa dewantan ta.
Iki tadah sajin ira, penek mancawarna iwak ayam brumbun winangun urip,
katekeng saruntutania.
Menawi wenten kirang lan luput, den geng sinampura sang adruwe caru.
Sira ta nugraha dirgayusa lan dirgahayu sang adruwe caru, apan sang adruwe
caru mangke anangun karya ayu.
Iki hana jinah satak selawe lan lawe satukel. Tuku akena ring pasar agung.
Wus mangkana mewali ta kita kagenah sowang-sowang. Sumurup ta kita
manadi Sang Hyang Tiga Wisesa.
Pasang sarga ta kita ring Bhatara Siwa.
Om Siddirasastu swaha. Om Ing namah swaha.
1. Buhu-buhu
Mantra : --Om sweta tirtanca nityam, pawitram papa Nasanam,
Sarwa rogasca nagasca, sarwa kali kalasu wina sanam
--Om Rakta tirtanca, Om kresna tirtanca, Om sarwa tirtanca yawe namo namah
swaha

2. Tepung tawar , segau


Mantra : Om Sanjna asta sastra empu sarining wisesa
Tepung tawar amunahaken, segau angeluaraken
Sakuehing sebel kandel lara roga baktanmu

3. Kekosok
Mantra : Om Tresna taru lata kebaretan kalinusan dening angin angampuhang
mala wigna
Om Sidhirastu ya namah swaha

4. Tetebus
Mantra : Om raga wetan angapusaken balung pila pilu
Angapusaken otot pilu, den kadi langenging Sang Hyang Surya mangkana
langgenging angapusaken kang tinebus-tebas, Om Sampurna ya namah

b. Isuh-isuh
Mantra : Om Sang Hyang taya tan panetra, tan pa cangkem, tanpa karna, sang
hyang taya jati sukla nirmala, sira mangisuh-isuhing sarwa dewata,
angilangaken sarwa bhuta dengen kala ring pada bhatara kabeh, Syah ta kita
saking kulit ring balung ring sumsum, Mantuk ta kita maring jipang sabrang
melayu
Om mam nama siwa ya swaha

** Mohon Panugrahan Ciwa - Budha


Mantra : Om nama Siwa ya, namo Budha ya,
nugrahi mami nirmala, sarwa sastra suksma sidhi,
Om Saraswati prama siddhi ya namah,
sarwa karya sudha nirmala,ya namah swaha
Om siwa sadha siwa parama siwa budha
Dharma sanggya ghana dipatya ya nama swaha

CARU

CARU/TAWUR
TAWUR/CARU sebagai korban orang yang punya caru\, sebagai penebus hukuman orang yg
berdosa ataupun pertanda buruk, malapetaka, dan isyarat yang kurang baik (Kala Tattwa)

Jenis-jenis caru :
1. Caru Eka Sata
2. Caru Panca Sata
3. Caru Rsi Ghana
4. Caru Penolak Mrana/ Gering Tempur
5. Caru Panca Sanak Madurgha
6. Caru Bhuta Yadnya Medana-dana/ Gempong Asu
7. Caru Panca Sanak Agung
8. Caru Panca Wali Krama
9. Caru Panca Kelud
10. Caru Walik Sumpah
11. Caru Tawur Gentuh
12. Caru Tawur Agung
13. Tawur Eka Dasa Rudra

Pada tetandingan caru biasanya diikuti dengan segehan ataupun tumpeng dengan warna maupun
jumlah yang sesuai dengan urip pengider-idernya. Adapun table pengider-ider antaralain :

NO ARAH NAMA DEWA WARNA URIP WUKU


MATA
ANGIN
1 UTARA UTTARA WISNU HITAM 4 (A) UKIR, DUNGULAN,
TAMBIR, WAYANG
2 SELATAN DAKSINA BRAHMA MERAH 9 (SA) WARIGA, PUJUT,
MENAIL
3 TIMUR PURWA ISWARA PUTIH 5 (BA) TOLU, LANGKIR,
MATAL, DUKUT
4 BARAT PASCIMA MAHADEWA KUNING 7 (TA) SINTA,
JULUNGWANGI,
KRULUT, BALA
5 TENGAH PADMA SIWA BRUMBUN 8 (YA)
6 TIMUR AIRSANYA SAMBU BIRU 6 (WA) KULANTIR,
LAUT MEDANGKUNGAN,
KELAWU
7 TENGGARA GNEYAN MAHESWARA DADU 8 (NA) GUMBREG,
MEDANGSIA, UYE,
WATUGUNUNG
8 BARAT NEIRITI RUDRA ORANGE 3 (MA) WARIGADEAN,
DAYA PAHANG,
PRANGBAKAT
9 BARAT WAYABYA SANKARA HIJAU 1 (I) LANDEP,
LAUT SUNGSANG,
MERAKIH, UGU

I. CARU EKA SATA

Jenis-jenis caru eka sata :


a. Caru ayam brumbun/Pengruwak (berwarna putih-merah-kuning-hitam)
b. Caru Dengen ( menggunakan ayam putih nulus
c. Caru Preta ( menggunakan ayam biying atau bulunya merah )
d. Caru Ananta Kusuma ( menggunakan ayam putih siyungan atau bulunya putih namun paruh dan
kakinya kekuning-kuningan
e. Caru Bicaruka ( menggunakan ayam ireng mulus )

Penggunaannya :
1. Menyertai Piodalan
2. Perombakan suatu tempat/hutan
3. Pembongkaran atau peletakan batu pertama untuk suatu bangunan suci
4. Permulaan menggunakan suatu bangunan seperti rumah, bale, banjar, pura dll

Tetandingannya ;
Tahap 1. Mempersiapkan Olahan ayam
1. Sebelum menyembelih binatang korban untuk caru/tawur, didahului dengan mantra :
“ Om pasu pasa ya wihmane sira ceda ya dimahi, tanne jiwah pracodaya”
Artinya, Om Hyang Widhi Wasa, hamba menyembelih hewan ini, semoga rohnya menjadi suci.

2. Hewan tersebut dikuliti (dalam keadaan kering/jangan diseduh dg air panas) sehingga kepala.
Sayap, kaki dan ekornya masih melekat dan berhubungan antara satu dengan yang lainnya ( dibuat
blulang ayam/walung malayang-layang)

3. Dagingnya diolah menjadi :


- Urab-uraban antara lain : urab barak, urab putih, gegecok
- Berbagai jenis sate, antaralain : lembat, asem, dan calon
Ketiga jenis sate dan urab-uraban disebut Trinayaka yaitu symbol jasmani binatang tersebut yang
aksaranya Ang, Ung, Mang
4. Dari hasil urab-uraban dan sate tersebut diatur menjadi beberapa tetandingan, yaitu ;
a. Karangan
Alasnya : sebuah taledan
: urab barak, urab putih, sate lembat 2 bh, sate asem 2 bh, sate calon 2 bh, lalu dilengkapi
dengan nasi sokan, berisi lekesan.
Sampyan : sampyan nagasari
Gambar :

b. Kawisan
Alasnya : sebuah taledan
: urab barak, urab putih, sate lembat 2 bh, sate asem 2 bh, sate calon 2 bh, lalu dilengkapi
dengan nasi pangkonan (setengah bundar dg dialasi daun ), berisi lekesan.
Sampyan : canang genten

c. Bayuhan
Alasnya : sebuah taledan
: urab-uraban, sate tiap jenis 1 bh, dibuat tetandingannya sejumlah urip pangideran, nasinya
menggunakan tumpeng danan 2 bh dengan warna dan jumlah set tumpeng danannya sesuai urip
pengideran , dilengkapi garam dan sambal serta raka-raka.
Sampyan : sampyan metangga/peras

d. Ketengan
Alas : taledan kecil berisi tangkih sejumlah urip pengiderannya
: nasi sasah sesuai dengan warna pengidernya dilengkapi dengan urab-uraban dan sate tiap jenis
1 bh.
Sampyan : canang genten
Gambar :

Tahap 2. Tetandingan banten tambahan :


a. Segehan cacahan
Sejumlah urip dan warna pengideran, dengan menggunakan alas taledan, dilengkapi ulam bawang
jahe dan garam serta adeng, diatasnya dilengkapi canang genten
Gambar :
b. Cau danan
Bentuk jejahitannya seperti kapu-kapu, dibuat bergandengan sejumlah urip pengiderannya, masing-
masing berisi nasi sesuai warna arah, dilengkapi dengan kacang-saur dengan sebuah sampyan
plaus
Gambar :

c. Tulung sangkur
Alasnya ceper berisi tulung sangkur sejumlah urip pengiderannya, berisi nasi warna sesuai arah,
dilengkapi dengan kacang-sauh, dilengkapi sampyan plaus

Gambar :

d. Takep-takepan
Takep-takepan berisi tatukon (base tampelan,beras,benang,uang kepeng) sejumlah urip
pengiderannya
Gambar :

e. Kalakat
Anyaman bamboo berbentuk bujursangkar sebagi alas laying-layang hewan korban
Gambar :

f. Daun talujungan
Ujung daun pisang yang digunakan pada sanggah cucuk, dan sebuah lagi diatas kelakat sebagai
alas layang-layang
g. Sebuah kwangen
Yang berisi uang kepeng sesuai dengan jumlah urip pengiderannya
h. Sanggah pesaksi Sanggah Surya)
Dihias dengan tikar, candiga, gantung-gantungan serta diisi beberapa banten
Gambar :

i. Sanggah cucuk
Dihias dengan janur pada pinggirnya secara berkeliling, lalu lamak, daun talunjungan, gantung-
gantungan
Gambar :

j. Sengkwi
Dianyam sejumlah urip pengiderannya, dipakai sebagai alas caru
Gambar :

k. Kain berwarna
Warnanya sesui dengan pengiderannya, diletakkan diatas sanggah cucuk
l. Tetimpug
Terdiri atas 3 ruas bambu utuh lalu diikat menjadi satu, yang diletakkan nantinya diatas dapur darurat
(3 bh bata tersusun) lalu dibakar agar mengeluarkan suara letusan 3 kali
Gambar :

Gambar :

m. Sapu
Sebagai alat pembersih
Gambar :
n. Tulud
Sebagai alat untuk mendorong-dorong sisa sampah

Tahap 3. Tata cara Pengaturan Susunan Caru


1. Pada arah timur laut ditancapkan sanggah pasaksi, dimana hulunya menghadap timur laut.
Hias dengan tikar, candiga, gantung-gantungan
Letakkan didalam sanggah beberapa banten yaitu; Suci, pejati
Letakkan dibawah pada depan sanggah berupa banten Gelar sanga

2. Di sebelah barat Sanggah Pasaksi ditancapkan sanggah cucuk yang sudah dihias dan dilengkapi
dengan tikar kecil.
Pada bawah sanggah cucuk digantungkan sujang atau cambeng berisi tetabuhan seperti arak,
berem, tuak dan toya
Letakkan banten didalam sanggah cucuk antaralain : tumpeng danan, tadah sukla, canang
lengawangi

3. Dibawah sanggah cucuk, pada natar/natah dipasang sengkwi memakai anyaman 8 sebagai jumlah
urip tengah, diatasnya berturut-turut disusuni karangan, kawisan, bayuhan, ketengan, segehan
cacahan, cau dandan, takep-takepan, tulung sangkur, kalakat sudamala dengan alas daun
talujungan, laying-layang ayam brumbun, sebuah kwangen berisi uang sesari 8 kepeng dilengkapi
nasi wong-wongan berwarna brumbun.

4. Disebelah-menyebelah diletakkan banten tumpeng yaitu :


Tumpeng putih 5 buah di timur
Tumpeng merah 9 buah diselatan
Tumpeng kuning 7 buah di barat
Tumpeng hitam 4 buah di utara
Dengan dilengkapi dengan rerasmen, raka-raka dan sampyan tumpeng
5. Pada bagian hulunya layang-layang diletakkan banten suci, daksina, peras
Sedangkan banten caru lainnya yang menyertai diletakkan pada sekelilingnya berupa : penyeneng,
sorohan, sasayut pengambeyan, pangulapan, ajuman, tipat kelanan, sanggahurip, segehan agung

6. Didepan pemimpin upacara diletakkan tebasan durmenggala, pabersihan, tabuh-tabuh, dupa, tirta
caru, tirta pabyakalan.
Byakala dan prayascita diletakkan agak terpisah didepan pemimpin upacara

7. Tetimpug diletakkan ditempat yang agak aman dekat tempat upacara diatas dapur darurat

II. CARU PANCA SATA

Kekuatan perlindungan dari caru Panca Sata sesuai dengan penjelasan Kala Tattwa yaitu
selama satu tumpek (35 hari)
Perlengkapannya sama dengan caru eka sata namun dibuat 5 tanding dasar caru dimana
warna dan jumlah segehan dllnya sesuai dengan pengidernya

Tata cara pengaturannya :


1. Pada arah timur laut ditancapkan sanggah pasaksi, dimana hulunya menghadap timur laut.
Hias dengan tikar, candiga, gantung-gantungan
Letakkan didalam sanggah beberapa banten yaitu; Suci, pejati
Letakkan dibawah pada depan sanggah berupa banten Gelar sanga

2. Di sebelah barat Sanggah Pasaksi ditancapkan 5 bh sanggah cucuk yang sudah dihias dan
dilengkapi dengan tikar kecil.
Pada bawah sanggah cucuk digantungkan sujang atau cambeng berisi tetabuhan seperti arak,
berem, tuak dan toya anyar
Letakkan banten didalam sanggah cucuk antaralain : banten peras, tulung sayut, ajuman/soda

3. Dibawah masing-masing sanggah cucuk, pada natar/natah dipasang sengkwi memakai anyaman
sebagai jumlah urip pengidernya, diatasnya berturut-turut disusuni karangan, kawisan, bayuhan,
ketengan, segehan cacahan, cau dandan, takep-takepan, tulung sangkur, kalakat sudamala dengan
alas daun talujungan, laying-layang ayam (dg warna sesuai pengider-ider), sebuah kwangen berisi
uang sesari sejumlah kepengnya sesuai urip pengider-ider dilengkapibanten tumpeng dimana
jumlah dan warna tumpeng sesuai dengan pengider-ider.

4. Pada bagian hulunya layang-layang diletakkan banten suci, daksina, peras


Sedangkan banten caru lainnya yang menyertai diletakkan pada sekelilingnya berupa : penyeneng,
sorohan, sasayut pengambeyan, pangulapan, ajuman, tipat kelanan, sanggahurip, segehan agung

5. Didepan pemimpin upacara diletakkan tebasan durmenggala, pabersihan, tabuh-tabuh, dupa, tirta
caru, tirta pabyakalan.
Byakala dan prayascita diletakkan agak terpisah didepan pemimpin upacara

6. Tetimpug diletakkan ditempat yang agak aman dekat tempat upacara diatas dapur darurat

III. CARU RSI GHANA

Terdiri atas :
1. Rsi Ghana Alit dimana masa perlindungannya 6 bulan
2. Rsi Ghana Agung dimana masa perlindungannya 6 tahun

Digunakan bila didalam satu pekarangan mengalami:


a. Salah satu keluarga mengalami salah pati atau ngulah pati
b. Salah satu bangunan disambar petir
c. Kemasukan orang gila
d. Bangunannya kejatuhan pohon besar hingga cacat
e. Kebanjiran atau dihanyutkan banjir besar
f. Menjadi tempat orang mengamuk, perang, berkelahi
g. Kebakaran
h. Kemasukan binatang besar
i. Kemasukan bhuta kala
j. Suasana keluarga memanas dan keruh

A. Rsi Ghana Alit

Tata cara :
1. Nanceb sanggah tuttwan
Upakaranya terdiri dari : suci, rantasan, uang sesari 1700
Pada depan natar atau halamannya merajah Padma astadala sebagai tempat Caru Rsi Ghana
Didahului dengan membuat lubang ditanah lalu ditaburi tepung untuk membuat rerajahan Padma
AstaDala
Gambar rerajahan :

Pada arah timur aksara sucinya Sa =


Pada arah selatan aksara sucinya Ba =
Pada arah barat aksara sucinya Ta =
Pada arah utara aksara sucinya A =
Pada arah tenggara aksara sucinya Na =
Pada arah barat daya aksara sucinya Ma =
Pada arah barat laut aksara sucinya Si =
Pada arah timur laut aksara sucinya Wa =
Di madya atau tengah-tengah aksara sucinya Ya =

2. Tetandingan Rsi Ghana


a. Alasnya menggunakan tamas agak besar berisi nasi pangkonan 9 bh dialasi plawa/daun nagasari
yang masing-masing berisi rerajahan aksara suci, sebagai berikut :
- Plawa di timur dirajah Ong =
- Plawa di selatan dirajah Ang =
- Plawa di barat dirajah Reng =
- Plawa di utara dirajah Si =
- Plawa di tenggara dirajah Ga =
- Plawa di barat daya dirajah Na =
- Plawa di barat laut dirajah Ba =
- Plawa di timur laut dirajah Wa =
- Plawa di tengah dirajah Ma =

b. Lalu pada masing-masing nasi pengkonan ditancapi setangkai bunga teratai dan diberi ulam seekor
itik/bebek putih yang diolah selengkapnya tanpa memakai sate/jajatah

c. Caru pada halaman/natar memakai caru Panca Sata Malayang-layang dengan masing-masing
dialasi kelabang maikuh sesuai dengan urip dan warna pengider-ider
Kelengkapan caru lainnya yaitu : sesayut pengambyan, pangulapan, prayascita luwih, tumpeng
agung maulam guling itik putih, daksina, dan kelimanya memakai uang sasari 5555, sebuah pane
anyar berisi nasi ketengan sesuai jumlah urip pancawara
Nasi pujungan masing-masing 1 bh.

d. Khusus untuk caru yang ditengah, dilengkapi suci 1 soroh, sesayut durmenggala, panca kelud,
peminyak kala, pemangguh pamali

e. Di sanggah Kemulan terdiri atas : suci 1 soroh selengkapnya

f. Untuk pemimpin upacara : suci 1 sorog, penglukatan, peras lis, tatimpug yang nantinya jika sudah
selesai upavcara harus ditananm di natar/halaman merajan

g. Kepada yang ngerajah natar, upakaranya berupa daksina dengan sesari 125
Kepada yang negrajah daun plawa/nagasari diberi daksina dengan sesari 77

B. RSI GHANA MADYA

Kegunaannya untuk pamarisudhaning karang panas dan sanggar atau tempat suci seperti Pura
Kahyangan Tiga, Panggulan/empelan, tegalan serta sawah

Tata cara pengaturan :


a. Mendirikan sanggar tutwan memakai penjor tiying gading berisi 2 kober rerajahan Ghana membawa
bajra dan satu lagi Ghana membawa Gada, dilengkapi dengan daun beringin satu cabang
ditempatkan diarah timur laut serta daunnya yang merajah Cakra ditempatkan didepan sanggar
tuttwan.
Upakaranya : suci 2 soroh lengkap, tumpeng adanan, peras, daksina berisi sesari 1700, canang
lengawangi buratwangi.

b. Pada natar atau halaman merajah padma asta dala, aksara suci rerajahannya :

c. Selanjutnya diletakkan caru Rsi Ghana berupa sega atau nasi pangkonan 9 buah dialasi tamas yang
besar.
Pada masing-masing nasi pangkonan dialasi daun nagasari marajah aksara suci :
Pada nasi masing-masing ditancapi bunga tunjung dengan ulamnya memakai seekor itik diolah
lengkap tanpa sate/jajatah.

d. Carunya menggunakan Caru Panca Sata ayam melayang-layang winangun urip dialasi sengkwi.
(sama dengan susunan caru panca sata seperti diterangkan diatas)
Upakaranya terdiri dari : tumpeng adandanan ditengah daksina gede berisi sesari 500, masing-
masing dilengkapi dengan bayuhan, peras, penyeneng, sesayut pengambean.
Untuk sanggah cucuk yang ditengah disertai suci 1 soroh, gelar sanga, nasi segau, tepung tawar, lis
bebuu, tebasan prayascita luwih, durmenggala, prayascita, sebuah pane anyar, kukusan, dangdang,
sibuh pepek, tatimpug, sujang masing-masing 4 bh dan pada sanggah cucuk berisi tuak, arak,
berem, toya anyar.

e. Upakara pada tempat pemujaan : 1 soroh suci lengkap, sarana penglukatan, daksina berisi sesari
1100.

f. Daksina sang ngerajah natar, uang sesarinya 125


Daksina sang ngerajah daun nagasari, uang sesarinya 100

C. RSI GHANA AGENG

Tata cara pengaturannya :


a. Sama dengan Rsi Ghana Madya, carunya menggunakan caru Panca Sata Ayam melayang-layang
ditambahkan dengan Caru Asu Bang Bungkem yang diletakkan ditengah-tengah caru Panca Sata.
Khusus pada caru asu bang bungkem melayang-layang harus dialasi dengan sengkwi maikuh.
Olahan dagingnya dibuatkan urab barak-urab putih, sate lembat, sate asem, sate calon agung, dan
ulam karangan.
Pengaturan tetandingannya :
Sate lembat, sate asem masing-masing 33 biji dijadikan 33 bayuhan lalu dijadikan 3
sengkwi, dilengkapi dengan ulam karangan 1, calon agung sesuai dengan jumlah urip
pengiderannya. Nasi/sega 33 dan takep-takepan, lis, sanggahurip masing-masing
Canang brakatmanca desa, rantasan 5 warna , sekar/bunga 5 warna, jun pere berisi toya anyar
manca desa, alas-alasan, pasucian, isuh-isuh, nasi segau, tepung tawar, benang tetetbus, rarakih
masing-masing

b. Pada tempat pemujaan untuk pemuput upacara : suci 1 soroh, penglukatan, samsam, bija kuning,
soda, peras, lis, bebuu, nasi segau, tepung tawar, sesarik, alas-alasan, benang tetebus 5 warna
c. Upakara di sanggar tutwan : daksina berisi uang sesari 5500, peras , sesayut, pengambyan,
prayascita luwih, nasi segau, tepung tawar, sebuah pane anyar, kukusan, pangedangan, sebuah
sibuh pepek.

IV. CARU PENOLAK MRANA ATAU GERING TEMPUR

Digunakan bila terjadi :


1. Tertimpa reruntuhan pohon yang besar
2. Kemasukan orang mengamuk
3. Kemasukan gelap
4. Terjadi kebakaran
5. Segala jenis kekotoran atau kadurmenggalaan

Tata cara pengaturan :


a. Mendirikan sanggar tutwan
Upakaranya :
- Suci 2 soroh lengkap
- Tumpeng adandanan, rantasan saperadeg
- Tubungan putih 7 buah, tubungan ijo 7 buah dialasi limas
- Bungkak nyuh gading makasturi
- Canang daksina berisi sesari 1700

b. Di sor sanggah Surya


Gelar sanga

c. Pada laapan atau asagan , upakaranya babangkit asoroh maguling babi


d. Pada natar/halaman :
- Sebagai dasar menggunakan caru panca sata ayam manca warna lengkap
- Tambahan untuk caru yang ditengah : suci asoroh jangkep, prayascita luwih, tebasan durmenggala,
sasayut panca kelud, paminyakkala, pamangguh pamali, lis, sanggahurip, dilengkapi canang berkat
masing-masing pada kelima tempat itu, rantasan manca warna serta sega manca warna.
- Pada caru asu bangbungkem seganya 33 lengkap dengan takep-takep dan jun pere berisi toya
untuk kelima tempat, berisi alas-alasan, pasucian, isuh-isuh, nasi segau, tepung tawar, tetebus dan
rarakih
e. Pada tempat pemujaan , upakaranya :
- Suci 1 soroh
- Soda, peras
- Penglukatan, samsam, wija kuning, lis bebuu, segau, tepung tawar, sasarik, tetebus panca warna

V. CARU PANCA SANAK MADURGHA/CARU PANCA SANAK TAWUR


MADIA
Digunakan pada :
- Kahyangan
- Pengulun setra
- Pura Dalem
Tata cara pengaturannya :
a. Sebagai dasarnya menggunakan caru Panca Sata selengkapnya
b. Untuk caru di tengah / madya dilengkapi dengan Bawi butuhan/kucit butuhan/babi jantan.
c. Caru ini tidak menggunakan bebangkit walaupun akan ngusaba di sawah
d. Caru ini dapat digunakan tetapi nasi caru pada amanca desa/lima tempat memakai sega
punjungan 33 sesuai dengan warna pengideran kendatipun dipakai pada Padudusan Alit
e. Bila caru ini akan digunakan di desa-desa , harus memohon tirta pamuput caru di pura
Dalem, Kahyangan Pengulun setra dan bila digunakan di sawah maka wajib memohon tirta
pamuput caru di Pura Bedugul Pangulun Sawah

VI. CARU BHUTA YADNYA MEDANA-DANA/GEMPONG ASU


Digunakan pada upacara Padudusan Alit
Memakai bebangkit asoroh
Digunakan pada :
- Parahyangan
- Sanggar Kabuyutan
- Ring Tani-tani
- Ngalinggihang Dewa ring Sanggar Parahyangan yang disebut upacara Wrhaspatikalpa Alit
Tata cara pengaturannya:
a. Sebagai dasarnya menggunakan caru panca sata selengkapnyapada caru yang
ditengah/madya dilengkapi dengan caru itik belangkalung melayang-layang dialasi kelabang
maikuh, dagingnya diolah menjadi urab barak-urab putih, jajatah lembat, asem, dijadikan 88
bayuhan ditengah letaknya. Calon agung diatur sesuai dengan jumlah urip pengideran pada
kelima tempatnya.
b. Jenis upakaranya Caru Panca Sanak Madurgha
c. Pada arah barat daya ditambahkan caru asu bang bungkem melayang-layang bayuhan 33

VII. CARU PANCA SANAK AGUNG


Dapat digunakan pada :
- Desa-desa
- Parahyangan Puseh, Desa, Bale Agung dan parahyangan lainnya

Tata cara tetandingannya :


a. Sebagai dasarnya menggunakan caru Pnaca Sata selengkapnya dan pada caru
ditengah/madya dilengkapi dengan banten suci satu soroh lengkap
b. Runtutannya :
- Di timur angsa, kinelet ring urip, dagingnya olah dadi 50 tanding
- Di selatan, banteng winangun urip, dagingya olah dadi 90 tanding
- Di barat, asu bang bungkem, dagingnya olah dadi 70 tanding
- Di utara, kambing winangun urip, dagingnya olah dadi 4o tanding
- Di tengah, bebek belangkalung winangun urip, dagingnya olah dadi 80 tanding
Saha lembat, asem, sami pada ngawa karangan pada 1 sowang-sowang mwang calon
agung. Segehannya nganut ke bayuhannya nganut rupa manca desa, pada ngawa suci,
sorohan, saupakaraning caru genep kadi nguni
c. Apabila caru Panca sanak agung ini digunakan pada upacara Padudusan Agung ataupun
alit, dilengkapi dengan tepung putih seperti pada Yamaraja. Angsanya sebagai tapakan ida
Bhatara di sanggar tawang. Kebo atau kerbau sebagai tapakan Ida Bhatara ring Paselang.
d. Pada upacara Padudusan patut manutwarna . pada panggungan didepan Ida Sang Hyang
Widhi, patut memakai Bagia Pulakerti

VIII. CARU PANCA WALIKRAMA


1. CARU PANCA WALIKRAMA ALIT
Tata cara pengaturan tetandingannya :
a. Dasarnya menggunakan caru Panca Sata selengkapnya
b. Runtutannya :
- Lawa ring urdha, purwa bebek putih winangun urip, dagingnya olah dadi 55 bayuh,
karangan 1, calon agung nganut uriping pangideran manca desa
- Daksina asu bang bungkem winangun urip, dagingnya olah dadi 99 bayuh
- Uttara bawi butuhan winangun urip, dagingnya olah dadi 44 bayuh
- Madia bebeek belangkalung, dagingnya olah dadi 88 bayuh pada ngawa jejatah lembat,
asem,karangan mwang calon
- Bebangkitnya ring tengah 1 soroh dena genap pada ngawa sorohannya kadi nguni mwang
sadulurannya kabeh

2. CARU PANCA WALIKRAMA MADYA


Pada dasarnya sama dengan Panca Wali Krama Alit, tambahannya pada arah barat dengan
banyak winangun urip, dagingnya olah dadi 77 bayuhan
Seluruh caru Panca Wali Krama baik itu kecil hingga ageng harus dilengkapi dengan :
- Sesayut durmenggala
- Prayascita luwih
- Sesayut panca kelud
- Sesayut peminyak kala
- Pemangguh pemali agung alit

3. CARU PANCA WALIKRAMA AGENG


Tata cara tetandingannya :
a. Sebagai dasarnya caru Panca Sata selengkapnya
b. Runtutannya :
- timur – sapi
- Selatan – menjangan
- Barat – kidang
- Utara – kebo
- Madia – kambing belang
Dilengkapi rerajahan :
- Timur – lembu
- Selatan – nasaning naga
- Barat – mong
- Utara – garuda
Demikian rerajahan kendaraannya
Untuk rerajahan penjor berupa senjata :
- Timur – bajra
- Tenggara – dupa
- Selatan – gada
- Barat daya – moksala
- Barat – nagapasa
- Barat laut – angkus
- Utara – cakra
- Timur laut – trisula
- Tengah – semua senjata pengiderannya

IX. CARU PANCA KELUD ATAU PANCA RUPA


Digunakan saat upacara “Ngalinggihang Dewa ring Parhyangan, agung alit, upacara
pamungkah, pakiyisan agung/alit, mapadudusan agung/alit/madya

Tata cara pengaturan :


a. Dasarnya menggunakan caru panca sata selengkapnya
b. Runtutannya :
- Tenggara : bebek bulu sikep melayang-layang, dagingnya olah ketengan menjadi 88
tanding karangan 1 sami pada ngawa suci dandanan
- Barat daya : asu bang bungkem melayang-layang, dagingnya olah ketengan dadi 33
tanding, karangan 1
- Barat laut : kambing melayang-layang, dagingnya olah ketengan dadi 11 tanding,
karangan 1
- Timur laut : angsa melayang-layang dagingnya olah dadi 66 tanding, karangan 1
- Tengah : itik belang kalung melayang-layang, dagingnya olah dadi ketengan 88
tanding, karangan 1
c. Banten ring sanggar :
- catur rebah mapulogembal 1, genahang ring tengah
d. tanahnya merajah Yamaraja, diatas rerajahan letakkan kain kasa putih lalu isi tepung putih
marajah yamaraja kemudian isi banten seperti caru-caru lainnya
X. CARU WALIK SUMPAH
1. CARU WALIK SUMPAH NISTA
Digunakan di Desa, Gaga dan sawah
Tata cara tetandingannya :
a. Sebagai dasarnya caru PancaSata selengkapnya
b. Runtutannya :
- Meghadap ke barat daya letaknya asu bang bungkem olah gebnepwinangun urip dadi
33tanding mawadah sengkwi, seganya mawadah daun talujungan
- Menghadap ke timur letaknya angsa, olahannya dadi 55 tanding
- Ring sanggar tawang, caru tulung dandanan, mwah ginawe dangsil, pisang Ghana
adegakna ro, misis sumbu 5, pada masrembeng
- Sane ring pucak :
Banten penek bang sanunggal, iwak sata wiring pinanggang, sampyan andong bang,
maduluran sarwa pala bungkah pala gantung
- Ring sakwehing sumbu ika pada maka lelima, kasoring pucak, caru tipat ketan pada
makelanan sowing-sowang, mwang raka-raka, pucang sirih, maplawa andong, paku pipid,
sakweha maplawa mangkana, mapenjor madaging saolihe ring sawah, majontek kelapa
kulitan pada maduang bungkul, genahakna ring arepan sanggar tawang
- Ring genahe mecaru, maduluran :
Sasayut agung,sasayut katututan, pengambyan, peras, penyeneng, lis 2, salwiring sawah
pada ngusaba, wus kasiratin tirta mwah melis, wus punika tepung tawarin, wus mangkana
siratang tirta ring kumba, wus punika tatabang kang sawah, sasayut pengambyan, peras,
penyeneng.
- Mwang caru ring sanggar
Karuhun tinrapana mwang dangsil ika tirtakna. Ikang caru ring sanggar tawang ring luhur,
katur ring Bhatara Sri, ikang caru ring sor, ring sarwa bragalaning sawah. Sasayut
pengambyan katur ring Bhatara Sri, peras , penyeneng, lis mwang jerimpen katur ring iringan
Bhatara Sri, mukyaning pari.
- Mwang ring Desa nira guling babangkit bawi asoroh lan sadulurannya sawang gayah, penek
petang dasa bungkul, magenah ring laapan
- Ring angawe tirta, caru, suci adandanan, peras sanunggal, lis 3, mangkana kramanya wang
asasawahan pabresihan pari
- Nihan kramaning amalik sumpah ring carik, ring desa, ring karang paumahan, genep
salanlaning banten, asagan, guling babangkit, celeng gayah salampitan, gelar sanga, jangan
sakawali
- Mwang ring sanggar ring arep Sang amuja : banten suci dandanan, peras, lis
- Ring tanggun bale agungnge genah asagane, ring caru takep-takepane anut watek
mawadah sengkwi 5, sajeng sabrerong, peras, lis, byakaon. Mwang asu bang bungkem
ebatannya genep. Daksinanya, beras 3 catu gede sajangkepnya, lawe satukel arthanya
1700, peras gayah, jinah 500, guling 1 , ayam 6, bebek 3, tekaning cucukan, jun pere 1,
kumbha carat anut watek, klungah 5 amanca warna, isuh-isuh, genep, takep-takepan, anut
watek, celeng 9 ping 5, bebek 7 ping 5, siap 5 ping 5, sudang taluh 3 ping 5, uyah areng 1
ping 5, tibakna ring sengkwi 5.
- Soroh ring klungah :
Nyuh sudamala 9, nyuh mulung 11, nyuh gading 7, nyuh bejulit 5, nyuh bulan 3, mwang
jinahnya anut caratnya, matali benang tridhatu, yeh anakan tibakna ring jun.
- Yan amalik sumpah ring carik :
Amujua rumuhun ring ulun carik, klungah ika paro, ka ulun carik, ka Bale Agung 3, ring Tilem
Amalik Sumpah.
Yan ring Purnama, ring Bale Agaung kramaning banten kadi nguni, mathani aluh ngaran,
raris nglebarang. Ika wenng magawe, swantahing nagara, apan nganut niti karma kadi
nguni.
Banten ring pengulun carik asoroh, saha guling babangkit, mwang catur kumbha, pane, kren,
pangedangan, mwang takep-takepan, wawalungan, makadinya, kebo, purwa 50, gneyan 80,
daksina 90, neriti 30, pascima 70, wayabya 10, uttara 40, ersanya 60, madya 80

2. CARU WALIK SUMPAH MADYA


Tata cara pengaturannya :
a. Sebagai dasar menggunakan caru Panca Sata selengkapnya
b. Runtutannya :
- Timur : angsa winangun urip dagingnya olah dadi 55
- Selatan : sampi winangun urip. Dagingnya olah dadi 99
- Barat daya : asu bang bungkem, dagingnya olah dadi 33
- Barat : kambing winangun urip, dagingnya olah dadi 77
- Utara : celeng plen winangun urip, dagingnya olah dadi 44
- Madya : bebek belang kalung winangun urip, dagingnya olah dadi 88
c. Pabangkitnya 1, ketengannya nganut dik widik, pangkonannya nganut dik widik, sorohan,
kawisan, karangan, glar sanga, cawu pangrekan
d. Banten ring panggungan : babangkit agung asoroh

Puja Mantram Caru pada saat ritual sasih kaenam.


1. Di atas pada sanggah cukcuk: peras daksina, punjung putih kuning, tipat gong, tipat
galeng, jangkep antuk tegen-tegenan.
2. Di jalan(bawah): segehan pulangan, segehan agung, segehan nasi sah-sah, nasi kepel
putih, dengan lauk jeroan matah dan bawang jahe.
3. Di halaman: segehan nasi wong-wongan brumbun mabe bawang jahe muang jajeron
matah, segehan pulangan, segehan putih-kuning.
4. Di merajan: segehan nasi wong-wongan putih mabe bawang-jahe ,uah jajeron matah,
segehan pulangan, segehan putih-kuning.
Mantram untuk Dewa Ghana.
Pakulun paduka Bhatara Ghanapti, manusan paduka Bhatara aminta urip, kataman gering
kamaranam, prangen tadahaken sarwa bhuta sasab kabeh,yan sida waras anak sanak putu
rabining hulun, hulun angaturaken saji tiningkah wedya gana, munggwing sanggar akasa,
Ong namastute Ganapati, sarwa wighna winasanam, sarwa marana wicitram, sarwa roga
winasanam.
Saa untuk Dewa Ghana.
Singgih Ratu sasuhunan titiyang sane mapesengan Sang Hyang Gana, ledang Paduka
Bhatara rawuh, puniki titiyang ngaturang banten marupa punjung putih kuning, sakasida
antuk titiyang maturan, durus palungguh I Ratu amuktisari, risampun amuktisari ledang
palungguh I Ratu mapaica kasidian, titiyang sakeluarga nunas karahayuan, mangdane
titiyang sakeluarga, luput ring sahananing sasab marana, pamekas rahayu selamet sareng
sami, asapunika pinunas titiyang, kirang langkung antuk titiyang, titiyang nunas pangampura.
Mantram untuk Dewa Siwa.
Om Adityasya param jyortir, rakta teja ya nama’ stute, sweta pangkaja madhya-stha,
bhaskara ya namo’stute, Om hrang-hring sah Paramasiwa Adithya ya namah.

Saa Caru di jalan.


Singgih Ratu Sang Bhuta Raja, Ratu Sang Bhuta Bala, puniki titiyang ngaturang segehan,
mangda ledang amuktisari sareng sami, wehin para ancangan bala wadwa druwene,
risampun amuktisari, mangda ledang Palungguh Bhatara, mapaica kerahayuan
keselamatan, wantah amunika atur titiyang, kirang langkung ipun, mangda ledang I Ratu
ngampurayang
Saa Caru di halaman.
Singgih Ratu Sang Kala Raja, Ratu Sang Kala Bala, puniki titiyang ngaturang segehan, nasi
wong-wongan berumbun, maiwak jejeron matah muah bawang jahe, pulangan miwah putih
kuning, mangda ledang amuktisari sareng sami, wehin para ancangan bala wadwa druwene,
risampun amuktisari, mangda ledang Palungguh Bhatara, mapaica kerahayuan
keselamatan, wantah amunika atur titiyang, kirang langkung ipun, mangda ledang I Ratu
ngampurayang
Saa Caru di merajan.
Singgih Ratu Sang Yaksa Raja, Ratu Sang Yaksa Bala, puniki titiyang ngaturang segehan,
nasi wong-wongan putih, maiwak jejeron matah muah bawang jahe, pulangan miwah putih
kuning, mangda ledang amuktisari sareng sami, wehin para ancangan bala wadwa druwene,
risampun amuktisari, mangda ledang Palungguh Bhatara, mapaica kerahayuan
keselamatan, wantah amunika atur titiyang, kirang langkung ipun, mangda ledang I Ratu
ngampurayang

Puja Mantram Caru pada saat ritual sasih Kasanga.


Sarana dihalaman sanggah dan halam rumah berwujud nasi sasah amancawarna 9
(sembilan) tanding, dengan lauk daging ayam brumbun yang diolah, bawang jahe, garam,
dan dilengkapi dengan tetabuhan serta canang 9 (sembilan), dihaturkan kepada Sang Bhuta
Raja dan Kala Raja.
Dijalan juga berwujud seperti itu, ditambah segehan agung dan nasi cah-cah 108 tanding.
Dihulunya ditancapkan sanggah cukcuk dgn wujud inti ritual berupa tumpeng kecil,
dihaturkan kehadapan Sang Bhuta Bala dan Sang Kala Bala.
Saa Caru di jalan:
Singgih Ratu Sang Bhuta Raja, Ratu Sang Bhuta Bala, puniki titiyang ngaturang segehan,
mangda ledang amuktisari sareng sami, wehin para ancangan bala wadwa druwene,
risampun amuktisari, mangda ledang Palungguh Bhatara, mapaica kerahayuan
keselamatan, wantah amunika atur titiyang, kirang langkung ipun, mangda ledang I Ratu
ngampurayang
Saa Caru di halaman.
Singgih Ratu Sang Kala Raja, Ratu Sang Kala Bala, puniki titiyang ngaturang segehan, nasi
wong-wongan berumbun, maiwak jejeron matah muah bawang jahe, pulangan miwah putih
kuning, mangda ledang amuktisari sareng sami, wehin para ancangan bala wadwa druwene,
risampun amuktisari, mangda ledang Palungguh Bhatara, mapaica kerahayuan
keselamatan, wantah amunika atur titiyang, kirang langkung ipun, mangda ledang I Ratu
ngampurayang
Saa Caru di merajan.
Singgih Ratu Sang Yaksa Raja, Ratu Sang Yaksa Bala, puniki titiyang ngaturang segehan,
nasi wong-wongan putih, maiwak jejeron matah muah bawang jahe, pulangan miwah putih
kuning, mangda ledang amuktisari sareng sami, wehin para ancangan bala wadwa druwene,
risampun amuktisari, mangda ledang Palungguh Bhatara, mapaica kerahayuan
keselamatan, wantah amunika atur titiyang, kirang langkung ipun, mangda ledang I Ratu
ngampurayang

METABUH

Metabuh Arak Berem:


Ong, ndah ta kita kaki Sang Bhuta mangan mantra, nini Sang Bhuta Astra-astra, mwang
Sang Bhuta Kala Dengen, aturaken sesarining hulun ripada Sang Hyang Saraswati, sira
tinanggapa deningsun wehana kasisianku, poma, poma, poma.
Mantra lain untuk metabuh:
Ong, Bhuta bhucari ya namah, Ong Kala bhucari ya namah, Ong Durgha bhucari ya namah,
Ong Pisaca bhucari ya namah.
Mantra lain untuk metabuh:
Ong, ebek segara, ebek danu, ebek banyu, pramananing hulun.
Ong Bhuda ya namah swaha.
Mantra lain untuk metabuh:
Om perthiwi, Om Apah, Om Teja, Om Bayu Akasa, Om Windhu Sunya namah swaha.
Ngayabang Segehan :
Ong, bhuktyantu Durga katara, buktyantu Kala Mawaca, bhuktyantu sarwa bhutanam,
buktyantu pisaca sanggham.
Nyambehang Beras.
Om ndah ta kita kaki bhuta ulu lembu, kaki bhuta ulu angsa, kaki bhuta kilang-kilung, iki
tadah sajin ira.
Aja sira anyengkalen, amigranin, anglaranin, angeringin, baliken sira raina wengi, menawi
wenten kirang wenten luput, reng gna sinampura.
Iki tadah sajin ira, sing walang hati, sira angandang-ngandangane, apan ingsun weruh saka
bela nira, kangetan ayua lali.
Penundung Bhuta.
Ri wus amukyaken caru, pamuliha sira ring patungguan nira sowang-sowang, aja
culig salah gawe, anut lanus genter pater tan paamengan.

Om siddirastu ya namah swaha.

Anda mungkin juga menyukai