1. Agni ( dewa api - "Panas api" ), atau Anala (juga disebut Agni) yang bermakna
"Hidup"
2. Prthivi ( dewa tanah - "Bumi" ), atau Dhara yang bermakna "Dukungan"
3. Vayu ( dewa angin - "Angin" ), atau Anila yang bermakna "Angin"
4. Dyaus ( dewa langit - "Langit" ), atau Prabhasa yang bermakna "Bersinar
fajar"
5. Aditya ( dewa matahari - "Abadi", nama yang sangat umum untuk matahari
adalah Surya ), atau Pratyūsha yang bermakna "Pra-fajar", yaitu senja pagi,
tetapi sering digunakan hanya berarti "cahaya"
6. Savitra ( dewa antariksa - "Ruang" ), atau Ha yang bermakna "Meresapi"
7. Chandramas ( dewa bulan - "Bulan" ), atau Soma yang bermakna "Soma-
tanaman", dan nama yang sangat umum untuk bulan
8. Nakstrani ( dewa bintang - "Bintang" ), atau Dhruva yang bermakna
"Bergerak", nama Polestar
Rudra sebagai salah satu aspek Deva-deva, merupakan unsur hidup dan kehidupan
yang disebut sebagai Rudra prana. Kesebelas Rudras yang mengatur alam semesta
(buana agung dan buana alit), diantaranya Kapali, pingala, Bima, Virupaksha, Vilohita,
Shasta, Ajapada, Abhirbudhnya, Shambu, Chanda, dan Bhava.
Semua perwujudan Dewa dan Saktinya diwujudkan berbeda-beda tergantung dari
penggambaran umat Hindu terhadap beliau. Misalnya wujud Dewa dan Saktinya di
India dan di Bali sangatlah berbeda, namun fungsinya sama.
Semua sakti-sakti para Dewa itu digambarkan memiliki paras yang cantik,
namun Dewi Uma yang cantik apabila dalam tugasnya sebagai Dewi Maut (Durga)
memiliki wajah yang sering digambarkan dalam wujud Rangda oleh masyarakat Bali.
Dewa Brahma berwujudkan sebagai Maha Rsi yang tua karena usia beliau
melebihi alam semesta, dikarenakan Dewa Brahma-lah yang bertugas menciptakan
segala sesuatu di alam semesta ini, beliau juga diwujudkan dalam bentuk berwajah
empat (Catur Muka).
Dewa Wisnu berwujudkan sebagai Dewa yang berparas paling elok, beliau juga
diwujudkan dalam bentuk berkepala tiga (Tri Sirah).
Dewa Siwa berwujudkan seorang Pertapa, karena beliaulah yang menguasai
hidup manusia sehingga beliaulah yang akan meleburnya kembali, beliau juga
diwujudkan bertangan empat (Catur Buja).
Dari perwujudan sesuai gambaran umatnya inilah dibuatkan patung (arca).
Dalam ajaran Hindu, jumlah Dewa adalah banyak sekali sesuai setiap fungsi yang ada
dalam alam semesta ini. Diibaratkan Sang Hyang Widhi adalah Matahari, maka Dewa
adalah sinar matahari yang jumlahnya tak terhingga. Matahari dikatakan panas, namun
sinar nyalah yang menyentuh kita secara langsung.
Demikian juga dengan Sang Hyang Widhi, Dewa sebagai sinar sucinya lah
yang menghubungkan kita langsung denganNya. Mungkin dalam agama lain
disebutkan Dewa itu sebagai Malaikat.
Dalam ajaran Hindu ada sebutan Tri Murti, Panca Dewata/Panca Brahma, Dewata Nawa
Sanga, Asta Dewata, Panca Korsika dan lainnya. Panca Dewata adalah manifestasi Sang
Hyang Widhi sebagai penjaga segala penjuru mata angin yaitu :
Panca Dewata disebut juga dengan Panca Brahma, sehingga kelima aksara suci “Sa Ba
Ta A I” disebut “Panca Brahma Wijaksara”.
Disamping itu ada juga lima manifestasi Hyang Widhi lainnya yaitu :
Kelima aksara suci “Na Ma Si Wa Ya” disebut dengan Panca Aksara.
Namun dalam ajaran agama Budha Mahayana, Panca Dewata (Panca Brahma) disebut
dengan “Panca Tatagata” yaitu:
Sehingga kelima aksara “Ah Ung Trang Hrih Ang” disebut dengan Panca Wijaksara
Tatagata sedangkan Panca aksara Budha nya “Na Ma Bu Da Ya”.
Apabila dalam Panca Aksara dan Panca Brahma Wijaksara digabungkan menjadi DASA
AKSARA “Sa Ba Ta A I Na Ma Si Wa Ya”, jika ditambahkan dengan aksara “Om” maka
disebut “Eka Dasa Aksara”.
Dewata Nawa Sanga sering disebut juga dengan “Loka Pala”.
Asta Dewata adalah delapan manifestasi sifat Hyang Widhi sebagai penguasa yaitu :
Beberapa sebutan lain manifestasi Sang Hyang Widhi di penjuru mata angin
adalah Panca Korsika, yaitu:
Dewata Nawasanga adalah sembilan dewa atau manifestasi Ida Sang Hyang Widhi
Wasa yang menjaga atau menguasai sembilan penjuru mata angin. Sembilan dewa itu
adalah Dewa Wisnu, Sambhu, Iswara, Maheswara, Brahma, Rudra, Mahadewa,
Sangkara, dan Siwa.
ERSANYA / TIMUR LAUT
Urip : 6;
Dewa : Sambu;
Sakti : Maha Dewi;
Senjata : Trisula;
Warna : Biru;
Aksara : Wa;
Bhuwana Alit : Ineban;
Tunggangannya : Wilmana;
Bhuta : Pelung;
Tastra : Pa dan Ja;
Sabda : Mang mang;
Wuku : Kulantir, Kuningan, Medangkungan, Kelawu;
Caturwara : Sri;
Sadwara : Urukung;
Saptawara : Sukra;
Astawara : Sri;
Sangawara : Tulus;
Dasawara : Sri;
Dewa Sambhu merupakan penguasa arah timur laut (Ersanya), bersenjata Trisula,
wahananya (kendaraan) Wilmana, shaktinya Dewi Mahadewi, aksara sucinya "Wa", di
Bali beliau dipuja di Pura Besakih terletak di Kabupaten Karangasem
Banten : Dewata-dewati, Sesayut Telik Jati, Tirta Sunia Merta;
Mantra : Ong trisula yantu namo tasme nara yawe namo namah, ersanya desa raksa
baya kala raja astra, jayeng satru, Ong kalo byo namah.
PURWA / TIMUR
Urip : 5;
Dewa : Iswara;
Sakti : Uma Dewi;
Senjata : Bajra;
Warna : Putih;
Aksara : Sa (Sadyojata)
Bhuwana Alit : Pepusuh;
Tunggangannya : Gajah;
Bhuta : Jangkitan;
Tastra : A dan Na;
Sabda : Ngong ngong;
Wuku : Taulu, Langkir, Matal, Dukut;
Dwiwara : Menga;
Pancawara : Umanis;
Sadwara : Aryang;
Saptawara : Redite;
Astawara : Indra;
Sangawara : Dangu;
Dasawara : Pandita;
Dewa Iswara merupakan penguasa arah timur (Purwa), bersenjata Bajra, wahananya
(kendaraan) gajah, shaktinya Dewi Uma, aksara sucinya "Sa", di Bali beliau dipuja
di Pura Lempuyang.
Banten : Penyeneng, Sesayut Puja Kerti;
Mantra : Ong bajra yantuname tasme tikna rayawe namo namah purwa desa, raksana
ya kala rajastra sarwa, satya kala byoh namah namo swaha.
GENYA / TENGGARA
Urip : 8;
Dewa : Mahesora;
Sakti : Laksmi Dewa;
Senjata : Dupa;
Warna : Dadu/Merah Muda;
Aksara : Na;
Bhuwana Alit ; Peparu;
Tunggangannya : Macan;
Bhuta : Dadu;
Tastra : Ca dan Ra;
Sabda : Bang bang;
Wuku : Uye, Gumbreg, Medangsia, Watugunung;
Caturwara : Mandala;
Sadwara : Paniron;
Saptawara : Wraspati;
Astawara : Guru;
Sangawara : Jangu;
Dasawara : Raja;
Dewa Maheswara merupakan penguasa arah tenggara (Gneyan), bersenjata Dupa,
wahananya (kendaraan) macan, shaktinya Dewi Lakshmi, aksara sucinya "Na", di Bali
beliau dipuja di Pura Goa Lawah terletak di Kabupaten Klungkung
Banten : Canang, sesayut Sida Karya, Tirta Pemarisuda;
Mantra : Ong dupa yantu namo tasme tiksena nara yawe namo namah, genian dasa
raksa raksa baya kala rajastra, jayeng satru kala byoh namo namah.
DAKSINA / SELATAN
Urip : 9;
Dewa : Brahma;
Sakti: Saraswati Dewi;
Senjata : Gada / Danda;
Warna : Merah;
Aksara : Ba (Bamadewa)
Bhuwana Alit : Hati;
Tunggangannya : Angsa;
Bhuta : Langkir;
Tastra : Ka dan Da;
Sabda : Ang ang;
Wuku : Wariga, Pujut, Menail;
Triwara : Pasah;
Pancawara : Paing;
Sadwara : Was;
Saptawara : Saniscara;
Astawara : Yama;
Sangawara : Gigis;
Dasawara : Desa;
Dewa Brahma merupakan penguasa arah selatan (Daksina), bersenjata Gada,
wahananya (kendaraan) angsa, shaktinya Dewi Saraswati, aksara sucinya "Ba", di Bali
beliau dipuja di Pura Andakasa terletak di Kabupaten Karangasem
Banten : Daksina, Sesayut Candra Geni, Tirta Kamandalu;
Mantra : Ong danda yantu namo tasme tiksena nara yawe namo namah, daksina desa
raksa baya, kala rajastra jayeng satru, Ong kala byoh nama swaha.
NORITYA / BARAT DAYA
Urip : 3;
Dewa : Rudra;
Sakti : Santani Dewi;
Senjata : Moksala;
Warna : Jingga;
Aksara : Ma;
Bhuwana Alit : Usus;
Tunggangannya : Kebo;
Bhuta : Jingga;
Tastra : Ta Dan Sa;
Sabda : Ngi ngi;
Wuku : Warigadian, Pahang, Prangbakat;
Caturwara : Laba;
Sadwara : Maulu;
Saptawara : Anggara;
Astawara : Ludra;
Sangawara : Nohan;
Dasawara : Manusa
Dewa Rudra merupakan penguasa arah barat daya (Nairiti), bersenjata Moksala,
wahananya (kendaraan) kerbau, shaktinya Dewi Samodhi/Santani, aksara sucinya
"Ma", di Bali beliau dipuja di Pura Uluwatu terletak di Kabupaten Badung
Banten : Dengen dengen, Sesayut Sida Lungguh, Tirta Merta Kala, Tempa pada Usus;
Mantra : Ong moksala yantu namo tasme tiksena nara yawe namo namah, noritya
desanya raksa baya kala rajastra, jayeng satru Ong kala byoh nama swaha.
PASCIMA / BARAT
Urip : 7;
Dewa : Mahadewa;
Sakti : Saci Dewi;
Senjata : Nagapasa;
Warna : Kuning;
Aksara : Ta (Tat Purusa)
Bhuwana Alit : Ungsilan;
Tunggangannya : Naga;
Bhuta : Lembu Kanya;
Tastra : Wa dan La;
Sabda : Ring ring;
Wuku : Sinta, Julungwangi, Krulut, Bala;
Triwara : Kajeng;
Pancawara : Pon;
Sadwara : Tungleh;
Saptawara : Buda;
Astawara : Brahma;
Sangawara : Ogan;
Dasawara : Pati;
Dewa Mahadewa merupakan penguasa arah barat (Pascima), bersenjata Nagapasa,
wahananya (kendaraan) Naga, shaktinya Dewi Sanci, aksara sucinya "Ta", di Bali beliau
dipuja di Pura Batukaru terletak di Kabupaten Tabanan
Banten : Danan, Sesayut tirta merta sari, Tirta Kundalini;
Mantra : Ong Naga pasa yantu namo tasme tiksena nara yawe namo, pascima desa
raksa bala kala rajastra, jayeng satru, Ong kala byoh namo namah swaha.
WAYABYA / BARAT LAUT
Urip : 1;
Dewa : Sangkara;
Sakti : Rodri Dewi;
Senjata : Angkus /Duaja;
Warna : Wilis / Hijau;
Aksara : Si;
Bhuwana Alit : Limpa;
Tunggangannya : Singa;
Bhuta : Gadang/Hijau;
Tastra : Ma dan Ga;
Sabda : Eng eng;
Wuku : Landep, Sungsang, Merakih, Ugu;
Ekawara : Luang;
Caturwara : Jaya;
Astawara : Kala;
Sangawara : Erangan;
Dasawara : Raksasa;
Dewa Sangkara merupakan penguasa arah barat laut (Wayabhya), bersenjata
Angkus/Duaja, wahananya (kendaraan) singa, shaktinya Dewi Rodri, aksara sucinya
"Si", di Bali beliau dipuja di Pura Puncak Mangu terletak di Kabupaten Badung
Banten : Caru, Sesayut candi kesuma, Tirta Mahaning;
Mantra : Ong duaja yantu namo tiksena nara yawe namo, waybya desa raksa baya
kala rajastra, jayeng satru, Ong kalo byoh namo namah swaha.
UTTARA / UTARA
Urip : 4;
Dewa : Wisnu;
Sakti : Sri Dewi;
Senjata : Cakra;
Warna : Ireng / Hitam;
Aksara : A (Aghora)
Bhuwana Alit : Ampru;
Tunggangannya : Garuda;
Bhuta : Taruna;
Tastra : Ba dan Nga;
Sabda : Ung;
Wuku : Ukir, Dungulan, Tambir, Wayang;
Dwiwara : Pepet;
Triwara : Beteng;
Pancawara : Wage;
Saptawara : Soma;
Astawara : Uma;
Sangawara : Urungan;
Dasawara : Duka;
Dewa Wisnu merupakan penguasa arah utara (Uttara), bersenjata Chakra Sudarshana,
wahananya (kendaraan) Garuda, shaktinya Dewi Sri, aksara sucinya "A", di Bali beliau
dipuja di Pura Ulundanu terletak di Kabupaten Bangli
Banten : Peras, Sesayut ratu agung ring nyali, Tirta Pawitra;
Mantra : Ong cakra yantu namo tasme tiksena ra yawe namo namah utara desa raksa
baya, kala raja astra jayeng satru, Ong kala byoh namo namah swaha.
MADYA / TENGAH
Urip : 8;
Dewa : Siwa;
Sakti : Uma Dewi (Parwati);
Senjata : Padma;
Warna : Panca Warna brumbun;
Aksara : I (Isana) dan Ya;
Bhuwana Alit : Tumpuking Hati;
Tunggangannya : Lembu;
Bhuta : Tiga Sakti;
Tastra : Ya dan Nya;
Sabda : Ong;
Saptawara : Kliwon;
Sangawara : Dadi;
Dewa Siwa merupakan penguasa arah tengah (Madhya), bersenjata Padma, wahananya
(kendaraan) Lembu Nandini,senjata Padma shaktinya Dewi Durga (Parwati), aksara
sucinya "I" dan "Ya", di Bali beliau dipuja di Pura Besakih terletak di Kabupaten
Karangasem
Banten : Suci, Sesayut Darmawika, Tirta Siwa Merta, Sunia Merta, Maha Merta;
Mantra : Ong padma yantu namo tasme tiksena nara yawe namo namah, madya desa
raksa baya, kala rajastra jayeng satru kala byoh namo swaha.
Hal ini didukung oleh beberapa data tambahan yang diambil dari 2 sumber
yaitu
Geguritan Gunatama
Dalam geguritan Gunatama diceritakan bahwa I Guna Tama pergi kepada pamannya Ki
Dukuh untuk meminta ilmu pengetahuan di Gunung Kusuma . Hal pertama yang oleh Ki
Dukuh perintahkan kepada I Gunatama adalah agar ia belajar berkonsentrasi melalui
pemahaman terhadap warna bunga. Hal itu dapat dilihat pada geguritan berikut :
Bunga petak maring purwa, kembang jingga gnewan sami, sekar abang ring
daksina, ring pascima kembang jenar, mapupul maring wayabia, Bunga ireng
ring utara, ersania birune sami, mancawarnane ring madia, punika tandur ring
kayun, apang urip dadi mekar, to uningin, patute anggon padapa.
Geguritan tersebut berarti :
“ Bunga putih ditimur, bunga jingga gnewan semua, bunga merah di selatan, yang di
barat bunga kuning, berkumpul di barat laut. Bunga hitam di utara, timur laut
semuanya biru, panca warna di tengah, itulah ditanam di hati, supaya hidup
berkembang, ketahuilah itu, kebenaran dipakai selimut “
Kidung Aji Kembang
yang dilagukan dalam upacara Ngaben ( Ngereka )
Ring purwa tunjunge putih,
Hyang Iswara Dewatannya.
Ring papusuh prehania,
alinggih sira kalihan,
panteste kembange petak.
Ri tembe lamun numadi suka sugih tur rahayu dana punya stiti bakti
Ring geneyan tunjunge dadu,
Mahesora Dewatannya
Ring peparu prenahira.
Alinggih sira kalihan,
Pantesta kembange dadu,
Ri tembe lamun dumadi widagda sire ring niti, subageng sireng bhuwana
Ring daksina tunjunge merah,
Sang Hyang Brahma Dewatannya
Ring hati prenahira.
Alinggih sira kalihan Pantesta kemabang merah.
Ring tembe lamun dumadi Sampurna tur dirga yusa. Pradnyan maring tatwa aji
Ring Nriti tunjunge jingga.
Sang Hyang Rudra Dewatannya
Ring usus prenahira,
Alinggih sira kalihan.
Pantes te kembange jingga,
Ring tembe lamun numadi, Dharma sira tur susiila. Jana nuraga ring bhumi
Ring Pascima tunjunge jenar,
Mahadewa Dewatannya
Ring ungsilan prenahira,
Alinggih sire kalihan,
Pantesta kemabnge jenar,
Ring tembe lamun dumadi, Tur Sira Cura ring rana, prajurit, watek angaji
Ring wayabya tunjunge wilis,
Hyang Sangkara Dewatannya
Ring lima pranahira,
alinggih sira kalihan.
Pantesta kembang wilis.
Ring tembe lamun dumadi, Teleb tapa brata, gorawa satya ring bhudi
Ring utara tunjunge ireng.
Sang Hyang Wisnu Dewatannya
Ring ampu prenahira,
Alinggih sira kalihan.
Panteste kembange ireng,
Ring tembe lamun numadi, Suudira suci laksana, surupa lan sadu jati
Ring airsanya tunjunge biru .
Sang Hyang Sambu Dewatannya
Ring ineban prenahira,
Alinggih sira kalihan.
Panteste kembange biru ,
Ring tembe lamun numadi, Pari purna santa Dharma, sidha sidhi sihing warga
Tengah tunjunge mancawarna,
Sang Hyang Ciwa Dewatannya
Tumpukung hati prenahira,
Alinggih sira kalihan.
Panteste kembange mancawarna ,
Ring tembe lamun numadi, Geng prabhawa sulaksana, satya bratha tapa samadi
Bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, arti dari masing-masing geguritan di
atas sama dengan diskripsi warna dalam Dewata Nawa Sanga, tambahan yang
diberikan adalah adanya akibat dari penggunaan tunjung (teratai) dengan sembilan
warna tersebut adalah sebagai berikut :
Disamping hal tersebut di atas dapat dikatakan bahwa dari 8 warna dasar yang
diberikan oleh Berlin dan Kay, dalam Agama Hindu terutama dalam Dewata Nawa
Sanga terdiri dari dari empat warna dasar yaitu : merah, putih, kuning, dan hitam. Hal
ini disebabkan karena warna hijau yang berada di barat laut ( barat dan utara )
merupakan perpaduan antara kuning dan hitam ; warna dadu yang berada di tenggara
( timur dan selata ) merupakan perpaduan antara putih dengan merah ; warna jingga
yang berada di barat daya ( barat dan selatan ) merupakan perpaduan antara merah
dengan kuning.
Fungsi dan Makna Warna dalam Dewata Nawa Sanga
Berdasarkan simbol simbol yang ada dalam Dewata Nawa Sanga, maka fuungsi dan
makna warna dalam Dewata Nawa Sanga dalam Agama Hindu dapat dianalisis seperti
dibawah ini :
demikian sekilas tentang dewata nawa sanga, mohon masukan dan kritikan atas tulisan
diatas guna menyempurnakan tulisan ini. terima kasih.