Anda di halaman 1dari 12

Vol. 10 No.

1 Maret 2020
p-ISSN : 1979-634X e-ISSN : 2686-0252 http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/Kalangwan

SIWA TATTWA PURANA


[RITUAL-RITUAL KEHIDUPAN DAN KEMATIAN]

Oleh :
I Gde Agus Darma Putra
Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
E-mail: -

Diterima 05 Januari 2020, direvisi 08 Januari 2020, diterbitkan 31 Maret 2020

Abstract

Shiva Tattwa Purana means ancient stories about the nature of Shiva. This story is
begins with a description of Sang Hyang Jagatpati who is in Shiva Loka. Jagadpati is another
name for Shiva. Shiva Tattwa Purana provides information and knowledge about Padma
Bhuwana, Rituals of Life and Rituals of Death. Padma Bhuwana is a mystical-geographical
map. The Ritual of Life according to Shiva Tattwa Purana begins with the union of Smara and
Ratih in Cantik Gedong Mas. The ceremony while in the stomach is Pagedong-gedongan.
Afterwards continue with the ceremony at twelve days, during a month, three months, six
months, start walking and teething, matatah, getting married, then Apodgala. Rituals of Death
can be done on people who have a corpse and does not have. This death ritual is carried out
starting from the Atiwa-tiwa, Nyekah, Mukur, Ligya to Angluwer levels.

Keywords: Shiva Tattwa Purana, Ritual, Life, Death

I. Pendahuluan diawali dengan penggambaran Sang Hyang


Purana berarti cerita-cerita kuna. Jagatpati yang sedang berada di Siwa Loka.
Seberapa kunanya, tidak menjadi masalah. Jagadpati adalah nama lain Siwa. Jagat berarti
Tattwa berarti ‘ke-Itu-an’. Singkatnya dunia, sedangkan pati berarti penguasa.
filsafat. Siwa adalah nama dewa. Selain nama Dalam pandangan Siwaisme, Siwa adalah
dewa, dalam Aji Sangkya, Siwa juga penguasa jagat raya.
representasi kesadaran. Siwa Tattwa Purana Cerita kuna tentang hakikat Siwa ini,
berarti cerita kuna tentang hakikat Siwa. memuat cerita tentang awal terbentuknya
Kekunaan cerita tentang hakikat Siwa ini, manusia sampai kematian. Cerita itu tidak

1 Vol. 10 No. 1 Maret 2020


runut, tapi berupa fragmen-fragmen. Selain Purana, memiliki pandangan tersendiri
cerita tentang kelahiran dan kematian, di terhadap Padma. Padma dalam Siwa Tattwa
dalamnya juga terdapat penjelasan tentang Purana tidak disebutkan secara eksplisit.
beberapa ritual beserta upakara kehidupan Tetapi, jika penggambaran kedatangan ‘anak-
dan kematian. Penjelasan ritual ini penting anak Siwa’ diperhatikan, jelaslah bahwa Siwa
untuk direproduksi, sebab dapat dijadikan Tattwa Purana mengamini konsep Padma
sumber pelaksanaan beragam ritual Bhuwana.
kehidupan sampai dengan kematian. Untuk Penggambaran konsep Padma
itulah tulisan ini diadakan. Bhuwana dimulai dari cerita pada masa
Kartika, Sang Hyang Jagatpati dihadap oleh
II. Isi “anak-anaknya” yakni para Dewa. Dewa
2.1 Padma Bhuwana Brahma datang dari Selatan diikuti oleh Ki
Padma ialah nama bunga. Bunga ini Bhuta Bang. Wisnu datang dari Utara diikuti
sangat sering dijadikan stana bagi para dewa. oleh Ki Bhuta Ireng. Iswara datang dari
Alasannya, karena Padma disebut sebagai Timur, diikuti oleh Ki Bhuta Putih.
bunga yang tidak dikotori lumpur. Lumpur Mahadewa datang dari Barat, diikuti oleh
adalah analogi dari kekotoran, kegelapan, Bhuta Kuning.
papa, klesa, awidya. Lumpur dalam bahasa Mahesora dan Indra datang dari
Jawa Kuna disebut Pangka. Pangkaja berarti Tenggara diiringi Ki Bhuta Saliwah.
lahir dari lumpur. Pangkaja adalah nama lain Satharudra datang dari Barat Daya diikuti
Padma. Di dalam mantra Surya Stawa, oleh Ki Bhuta Kwanta. Sangkara datang dari
disebutkan bahwa Aditya berdiri di tengah Barat Laut, diikuti Ki Bhuta Wilis. Ada lagi
Padma Putih.1 beberapa dewa yang datang saat itu, tapi
Pada tataran mistis, Padma menjadi semuanya hanya diam. Mereka semua
representasi tubuh manusia. Teks Tutur Sari menghadap kepada Siwa atau Sang Hyang
Kuning menyebutkan ‘[…] ring paparu, Jagadpati. Sang Hyang Jagadpati berkata
puñanni tuñjung, ri papuswan, nga, sarini ingin segera meninggalkan badannya dan
tuñjung […]’ [TSK. 31a—31b]. Di paru-paru meminta pendapat para Dewa. Penggambaran
pohon tunjung, sedangkan sarinya ada di kedatangan para dewa itu, jelaslah merupakan
jantung. Kata tunjung, teratai dan Padma konsep Padma Bhuwana. Padma Bhuwana
dalam banyak teks, tidak dibedakan berarti dunia dipandang seperti sekuntum
maksudnya. Pembicaraan tentang Padma bunga Padma. Agar lebih jelas, berikut ini
dalam tubuh, tidak akan dilanjutkan pada adalah tabel Padma Bhuwana dalam Siwa
pembahasan dalam tulisan ini. Siwa Tattwa Tattwa Purana.

Tabel 2.1
Padma Bhuwana
No Dewa Arah Bhusana Bhuta Alam

1 Brahma Selatan Merah Bhuta Bang Brahma Loka

2 Wisnu Utara Hitam Bhuta Ireng Wisnu Loka

3 Iswara Timur Putih Bhuta Putih Iswara Loka

4 Mahadewa Barat Kuning Bhuta Kuning Rudra Bhuwana

1
lih. Goudriaan & Hooykaas [2004: 34].

2 Vol. 10 No. 1 Maret 2020


5 Mahesora dan Tenggara Putih Kemerah- Bhuta Saliwah Indra Bhuwana
Indra merahan

6 S.H. Satharudra Barat Merah Bhuta Kwantha Rudra Loka


Daya Kekunng-
kuningan

7 S.H. Sangkara Barat Hijau Bhuta Wilis Sangkara Loka


Laut

8 S.H. Iswinodewa - Lima Warna - Swara Loka

9 S.H. Dharmika - Biru - Hana Loka

10 S.H. Kala dan - Merah Loreng Bhuta Angga Sunya Loka


S.H. Gelap Rupa

11 S.H. Baruna - Aneka Warna - Bhuwana Loka

12 S.H. Rawi - - Surya Loka

13 S.H. Kwera Timur Aneka Warna Bhuta Ro Kwera Loka


Laut

14 S.H. Yama Selatan Merah Loreng Bhuta Saliwah Yama Loka

[sumber: diolah dari Siwa Tattwa Purana]

Berdasarkan tabel di atas, kita samara ring sariraning sowang-


diberitahu Padma Bhuwana dalam pandangan sowang. hana sang hyang harun, nga,
Siwa Tattwa Purana dihuni oleh para ‘anak- mungguh ring tungtunging idep rupa
anak Siwa’. Menyatakan bahwa para dewa kadya mutihara. margganya ring otot
yang telah disebutkan di atas adalah ‘anak ing caksu, ya ingaranan [STP. 9b].
Siwa’, berarti pada Siwa terletak otoritas dari
para dewa itu. Dalam banyak ajaran susila, [anakku engkau Hyang Uma,
tidak ada anak yang diajarkan untuk tidak ketahuilah jadinya manusia. Ada
berbakti kepada ayahnya. Hyang Samara dalam tubuhnya
masing-masing. Ada Sang Hyang
2.2 Upacara Kehidupan Harun namanya, berada di ujung idӗp
Ajaran tentang upacara kehidupan, wujudnya seperti mutiara. Jalannya di
diberikan oleh Siwa kepada Uma. Siwa otot dalam mata, itu namanya]
Tattwa Purana menuturkan, bahwa Uma juga
adalah anak Siwa. Setelah Siwa menjelaskan Penjelasan Siwa diawali dengan
perihal berbagai upacara kematian, kepada keberadaan Sang Hyang Samara. Sang Hyang
Uma kemudian dijelaskan tentang Samara menurut Siwa Tattwa Purana berada
kadadyaning wwang [menjadi manusia]. di dalam tubuh setiap manusia. Besar
Seperti berikut ini ajarannya. kemungkinan, yang dimaksudkan dengan
anakku kita hyang uma, den mawruh Samara adalah Smara yakni dewa Kama.
kadadyaning wwang. hana hyang Kama dikutuk oleh Siwa untuk meresap ke

3 Vol. 10 No. 1 Maret 2020


dalam tubuh manusia setelah mengganggu ada penjelasan eksplisit yang menyatakan
tapa Siwa. Tidak hanya Siwa, Ratih pun turut letak Gӗdong Mas. Tapi kita dapat menduga,
dilebur dan meresap ke dalam tubuh manusia. bahwa letak Cantik Gӗdong Mas adalah
Keduanya dibakar dengan api yang muncul rahim. Rahim dalam istilah teks lontar
dari mata ketiga Siwa. Smara merasuk dalam memang tidak selalu disebut secara eksplisit.
tubuh lelaki, sedangkan Ratih merasuk dalam Dalam teks Aji Palayon disebut Bagawasa,
tubuh perempuan2. sedangkan dalam teks Calon Arang disebut
Sang Hyang Harun adalah nama dewa Sadkosa 4 . Saat anak belum lahir patut
yang berada di dalam idӗp. Idӗp berarti dibuatkan upacara sebagai berikut.
pikiran dalam trilogy sabdha-bayu-idӗp. Sang duk kari ring jro wӗtӗng kita karyya
Hyang Harun dari idӗp menikmati objeknya pagedhongan, ya bukthi i jro wӗtӗng.
dengan mata. Mata disebut juga sebagai tiba ring prӗthiwi, bantӗn tӗbasan
tempat berstananya Smara. Tempat diistilah iwak satha nut rare. yan laki, satha
menjadi Smaralaya. Dari tempat itu Smara laki wӗnang. yan ya wadon, satha
dan Ratih mengaduk-aduk perasaan. Ciri-ciri wadon wӗnang. wus roras dintӗn,
perasaan teraduk adalah munculnya rasa tidak tanyanӗn wwang rare, den byakta
jelas. Rasa tidak jelas itu menuntut terjadinya lӗwihing sang dhatӗng. irika
pertemuan. Pertemuan hanya dimungkinkan ngaranan kamara tunggal masanira
jika dilakukan dengan pencarian. Dalam sang hyang tiga wruh mabhayu,
bahasa Wrӗhaspati Tattwa, pencarian yang masabdha, mahidӗp. ingurip de hyang
berujung pertemuan disebut sakahyunta prӗthiwi, haran hyang komara [STP.
dadi. 3 Hasil pertemuan itu adalah sebagai 10a—1b].
berikut.
sang samara dadi kama pӗtak. sang [Saat masih di dalam pӗrut engkau
hyang ratih manadi kama bang. wus membuat upacara Pagӗdongan, itu
anunggal, munggah ring cantik persembahan kepada yang ada di
gӗdong mas. sira matӗmu dadi dalam perut. Lahir ke dunia, siapkan
sanunggal. ya ta matӗmahan rare banten tӗbasan dagingnya ayam sesuai
[STP9b—10a]. dengan anak. Jika lelaki, maka
ayamnya jantan. Jika perempuan,
[Sang Samara menjadi kama putih. maka ayamnya betina. Setelah dua
Sang Hyang Ratih menjadi kama belas hari, tanyakan anak kecil itu,
merah. Setelah menyatu, tinggal dengan sungguh utama yang datang.
dalam Cantik Gӗdong Mas. Mereka Saat itulah disebut Kamara Tunggal,
bertemu menjadi satu. Itu yang saat Sang Hyang Tiga tahu bertenaga,
menjadi anak kecil]. bersuara, berpikir. Dihidupkan oleh
Hyang Prӗthiwi, namanya Hyang
Pertemuan antara kama putih dan Komara].
kama merah melahirkan anak kecil. Sebelum
lahir, hasil pertemuan itu disimpan pada Upacara saat anak masih di dalam
tempat bernama Cantik Gӗdong Mas. Belum kandungan adalah Pagӗdongan. Ada lagi

2 4
lih. Zoetmulder [1994: 369—374] lih. Putra [2019] https://balebengong.id/aji-
3
bdk. Palguna [2018: 205—211] palayon-cerita-setelah-kematian-2/

4 Vol. 10 No. 1 Maret 2020


upakara setelah lahir adalah banten tebasan, pinulang blayag. ika gantyani roma
dagingnya ayam sesuai dengan anak. Setelah den abrӗsih. ginawe upakara
dua belas hari, anak itu disebut Kamara pabangkit asoroh, mӗnek udhu pӗji,
Tunggal. Karena diberikan kehidupan oleh inastrenan de sang wiku. pӗndӗm
Prӗthiwi, namanya adalah Hyang Komara. romanya ring huluning sanggar. pan
Ada lagi upacara sebagai berikut. sira weh tahulaning otot, marmaning
mabhayu, masabdha, mahidӗp [STP.
wus sawulan, nga, komara yajnya. 11a]
marӗngut sang dumadi atma rikang
rare. wӗnang upakara miyaksih, [setelah tiga bulan, upacarai lagi
daksina sarwa ro. satha 2, panyӗnӗng dengan banten Madudus Nawaratna,
2, artha 250. sambat hyang komara. lainnya namanya Apӗtik. Digunting
mwah kramaning cinolongan, rambut anak itu, dimasukkan blayag.
pamarisuddhan ing dumadi Itu pengganti rambut agar bersih.
makanggoning rare. pan ring hyang Dibuatkan upakara Pabangkit satu
yama ngupakara kadya lagi [STP. soroh, ke atas adalah Udu Pӗji,
10b]. dimantrai oleh sang Pandita. Kubur
rambutnya di hulu sanggar. Sebab ia
[Setelah sebulan, namanya adalah memberikan jasad serta otot, itu
Komara Yajnya. Bersedih ia yang sebabnya dapat bertenaga, bersuara,
lahir ialah yang menjelma dalam anak berpikir].
itu. Patut melakukan upacara
Miyaksih, dengan banten daksina ri wus helan. magawe wӗton tӗṃbyan.
sama-sama dua. Ayam 2. Banten wӗnang rare tӗdun ring prӗthiwi.
panyӗnӗng 2, uang kepeng 250. upakaranӗn pane sawiji marajah
Panggil Hyang Komara. Juga cara Padma, mesi wedang, urang, simsim.
melakukan upacara Cinolongan, satha ginawe pitik tinangkӗb ing
penyucian kepada ia yang menjelma. guwungan. wus ika wӗnang kang rare
Sebab kepada Hyang Yama nampak ksiti sakama-kama. yan
berupacara seperti sebelumnya] durung sahika tar wӗnang kang rare
gӗnahang ring ksiti. hyang prӗthiwi
Upacara yang dilakukan setelah tan olih ganjaran mwang apӗthik
sebulan adalah Miyaksih. Upacara ini [STP. 11a].
dilengkapi dengan banten sebagaimana
disebutkan di atas. Selain itu juga dilakukan [Setelah enam bulan. Membuat
upacara Cinolongan, tujuannya adalah upacara oton pertama kali. Patut anak
sebagai penyucian [pamarisuddha] kepada ia itu turun ke tanah. Hendak diupacari
yang dilahirkan kembali. Setelah itu, dengan satu kendi bertuliskan Padma,
dilanjutkan lagi dengan ragam upacara berisi air panas, udang, cincin. Anak
lainnya. Beberapa upacara tersebut akan ayam dikurung dalam kurungan.
disebutkan di bawah ini secara berturut-turut. Setelah itu boleh anak tersebut
ri wus 3 wulan, mwah upakaranӗn ing menginjak tanah sekehendaknya. Jika
bantӗn madudus nawaratna, lyan belum demikian tidak boleh anak itu
apӗtik, nga. ginunting romaning rare, diletakkan di tanah. Hyang Prӗthiwi

5 Vol. 10 No. 1 Maret 2020


tidak mendapatkan upah dan upacara
Apӗthik]. [Jika baru bisa diberi makan anak itu,
patut diberikan hukuman, setelah
ri sampun 3 wulan, wӗnang sapisanӗn. menginginkan pasangan, lagi upacarai
miwah babantӗn ri kala wӗtonya, giginya. Patut namanya Atatah.
tatӗbasan 1, tumpӗng mwah byakāla, Upakaranya seperti otonan. Ada
tӗpung tawar. sahagan rumuhun. hiburannya yakni menggelar wayang.
tatӗbasan bang, taluh siyap, sabӗt ya Sang Sadhaka patut melakukan
ginawe purṇnaning kāla catur kang adudus agung. Demikian caranya sang
sarӗng mijil duking rare [STP. 11b]. utama wangsa. Patut menggunakan
bhasmangkara].
[Setelah tiga bulan, dapat sekaligus
dilakukan. Juga bantӗn saat otonnya, ri wus aswami, mwah upakaranӗn
tatӗbasan 1, tumpӗng dan byakala, ring sanggar kadya upakaraning
tӗpung tawar. Siapkan dahulu. asinawung. lwir upakara ring sor
Tatӗbasan merah, telur ayam, lekaslah panӗlah kandhӗl. ri wus ika mwah
dibuatkan untuk menyempurnakan adudus agung. yan nora sahika sang
empat Kala yang turut lahir saat kecil]. bhūta gowang angranjing ring
manusa padha [STP. 12a].
mwah ri sampun wruh lumaku, wӗtu
untuning rare. papagakӗne sang rare [setelah bersuami-istri, juga upacarai
sang hyang ilat. makaryya banjotan di sanggar seperti upacara
akelan. iwak taluh wus lama. ri menggunakan ayam. Adapun upacara
sampun agӗntyani untunya. ya ika di bawah adalah penghilang
wӗnang angajarakӗn wwang rare kekotoran. Setelah itu lagi madudus
[STP. 11b]. agung. Jika tidak demikian Sang
Bhuta Gowa masuk ke alam manusia].
[Dan setelah bisa berjalan, tumbuh
gigi anak itu. Sambut anak itu Sang mwah apodgala kramaning sang
Hyang Ilat. Membuat banjotan satu pandhita. ginawe upakara madudus
kelan. Dagingnya telur asin. Setelah anawa ratna, mapabangkit,
giginya berganti. Saat itu dapat masanggar rong tiga. yatika
diajarkan anak itu]. kramaning sang catur jadma matӗmah
manusa. mangkana anakku hyang
yan wawu wruh inangwan ikang rare, gana [STP. 12a].
wӗnang tibana daṇdha, ri sampun
arӗping istri, mwah upakaranӗn [Dan melaksanakan upacara Apodgala
untunya. wӗnang araning atataḥ. caranya sang Pandita. Dibuatkan
upakaranya kadi wӗton. hana upacara madudus nawa ratna,
wawalinya angringgit. sang sadhaka menggunakan pabangkit,
wӗnang adudus agung. mangkana menggunakan sanggar rong tiga.
kramaning sang uttamaning wangsa. Itulah caranya Sang Catur Jadma
wӗnang anganggen bhasmangkara menjadi manusia. Demikianlah
[STP. 11b]. anakku Hyang Gana].

6 Vol. 10 No. 1 Maret 2020


sari lawan kajang sinurat
Itulah beberapa informasi yang bisa kottamaning aksara. kang sawa
didapat dari teks Siwa Tattwa Purana tentang maturakӗn saji-saji ya. lӗmbu irӗng
lingganing padukangku. irika pwa
ritual kehidupan pada manusia. Ritual
magawe setra gӗnah amasmi sawa.
kehidupan tersebut, dimulai dari sebelum wus binasmi, irika duduk tahulan
lahir sampai dengan penyucian tingkat padukangku ginawaning dwegan
podgala. Pada tingkat podgala atau apodgala, niyuh. awastra pӗthak madaging
tujuannya adalah untuk menjadi Pandita. kawangen. martha jӗpun. tӗhӗr
Tidak sembarang orang sampai pada tingkat manyut dhatang ing samudra. cuntaka
ini, sebab harus melewati beberapa tahapan. hulun pañca heri. tar wӗnang nyisya
laksana ikang haraning atiwa-tiwa.
Tahapan-tahapan itu disesuaikan dengan
ingaranan ngaben. ngaben pwa ya
sasana. Ada beberapa teks yang bisa dirujuk nghulun. wus mangkana wӗnang
untuk mengetahui sasana tersebut, teks-teks haraning atma olih lungguh amor ing
tersebut di antaranya adalah Siwa Sasana, suralaya. saking irika ingaranan
Wrӗtti Sasana, Purwwaka Weda Buddha, dewapitra [STP. 3b--4a].
Purwadigama Sasana, dan lain-lain. Selain
itu, ada juga teks rujukan bernama Wiksu [Jika tanpa jasad dirimu, hamba akan
membuat reka lingga dengan kayu
Pungu5. yang harum. Kemudian membuat
Padma. Berbusana putih. Hamba
2.3 Upacara Kematian membuat panilӗman pada saat hari
Upacara kematian dilakukan oleh para baik. Ditaburi bunga dan kajang
Dewa sebagai “anak” dari Sang Hyang disuratkan dengan aksara utama. Jasad
Jagadpati. Teks Siwa Tattwa Purana dengan itu dihaturkan sesajian. Lembu hitam
demikian menyatakan dengan tidak langsung, tempat paduka. Di sana membuat
tanah lapang sebagai tempat
bahwa ritual upacara kematian umumnya
membakar jasad. Setelah dibakar, saat
dilakukan oleh anak. Tidak ada penjelasan itu dikumpulkan kembali sisa
jika yang meninggal belum atau tidak pembakaran paduka dimasukkan
mempunyai anak. Tidak juga terdapat dalam bungkak. Berkain putih berisi
pernyataan implisit jika yang meninggal lebih kawangen. Berharta kamboja. Lalu
dahulu adalah anak. Penjelasan yang ada hanyut ke laut. Hamba cuntaka lima
hari. Tidak boleh nyisia laksana itu
adalah dua macam cara melakukan upacara
disebut Atiwa-tiwa. Itu dinamakan
kematian. Pertama adalah upacara kematian Ngaben. Ngabenlah hamba. Setelah
jika tidak ada badan yang tersisa. Kedua itu dapat disebut Atma mendapat
adalah upacara jika ada jasad. Upacara yang tempat menyatu dengan alam dewa.
pertama dilakukan dengan cara sebagai Mulai saat itu disebut Dewa Pitra].
berikut.
Kutipan panjang di atas menjelaskan
tentang upacara kematian jika tidak ada jasad
yan nora masawa pwa nghulun,
yang ditemukan. Caranya adalah dengan
akarya hulun reka lingganing taru
membuat Reka Lingga. Reka Lingga tersebut
mrik. yatika ginawe padma. abhusana
dibuat dengan kayu yang harum. Kayu harum
sarwa petak. magawe hulun
itu menurut teks Yama Purwa Tattwa terbuat
panilӗman ri kāla wwe hayu. kinyӗcӗl

5
lihat Wiksu Pungu, terjemahan IBM. Dharma
Palguna

7 Vol. 10 No. 1 Maret 2020


dari majagawu atau cendana 6 . Reka Lingga berwujud Taksaka. Dibuatkan busana
itu kemudian dibakar di sebuah tanah lapang berwarna lima. Diiringi lembu,
[setra] dengan membuatkan tempat berwujud bandusa, menggunakan balai alung
lembu hitam. Setelah itu dibakar, dihanyut ke
salunglung sebagai tempat
laut dan terkena cuntaka selama lima hari.
Itulah yang disebut Atiwa-tiwa atau Ngaben. patulangan. Hamba naik ke Bade,
Setalah upacara itu selesai, ruh yang membawa pecut berisi bulu merak.
diupacarai disebut Dewa Pitra. Ajaran ini Lalu berjalan bade itu menuju setra].
disampaikan oleh Hyang Brahma dan Hyang
Wisnu. Upacara tersebut tidak dijelaskan
Upacara dengan menyisakan badan untuk siapa, berdasarkan penjelasan
dibedakan berdasarkan kriteria Raja, sebelumnya, upacara kematian ini memang
Brahmana dan Sudra. Ketiga itulah yang dibedakan menurut kriteria Raja, Brahmana
disebut badan. Singkatnya, yang dimaksud dan Sudra. Ucapan di atas muncul dari
dengan badan dalam teks Siwa Tattwa Purana pertanyaan Jagadpati kepada anak-anaknya.
adalah wangsa. Seperti berikut inilah yang Jika Jagadpati berwujud Brahmana Wangsa,
dinyatakan dalam Siwa Tattwa Purana. Sudra Wangsa, bagaimana perlakuan dari
singgih yan mangkana, kinarya hulun anak-anaknya. Ritual kematian Ngaben ini,
badhe kang nista, madhyottama. kang juga dilengkapi dengan prosesi bernama
uttama atumpang-tumpang, hana Amanjang. Berikut ini penjelasanan Siwa
tumpang sawӗlas miwah tumpang Tattwa Purana.
sangha, sapta, tumpang pañca, lawan hana amanjang, nga. mawa artha
catur. irikang gӗnahang śawa uttama. sinӗkar ura. Dhatang i catuspata.
anagha bandha ta haranya. badhe midhӗr tang badhe ping tiga. dhatang
winilӗt apindha Taksaka. ginawe pwa ring setra, mwah midher ping
bhūṣaṇa nira amañca warṇna. dinulur tiga. iniring tatabuhan, haraning
lӗmbu, bandhuśa, abale alung gong, gambang mwang angklung. wus
salunglung haranya gӗnahing mangkana sadhatanging setra,
patulangan. munggah pwa nghulun ginawa kang śawa ring lӗmbu. irika
ring badhe, mawa nghulun pӗcut mesi binrӗsihan dening tirtha, kottama
romaning manuk dewatha. raris awadhah paruk mesi pangӗlӗb, simsim
mamargi ikang badhe mungsi setra masoca mirah, miwah paripih padha
[STP. 4b] sinuratan haraning tirtha
panglӗpasan, miwah tirtha widhi
[Baiklah jika demikian, hamba widana [STP. 4b—5a].
membuat Bade dengan tingkatan nista,
madya, utama. Yang utama [Ada namanya Amanjang. Membawa
bertumpang-tumpang, ada yang uang dicampur sekar ura. Datang ke
bertumpang sebelas, juga ada yang perempatan. Berputar bade itu tiga
bertumpang sembilan, tujuh, tumpang kali. Sampai di setra, lagi berputar tiga
lima, dan empat. Di sana letakkan kali. Diiringi gambelan, namanya
jasad utama. Menggunakan Naga gong, gambang dan angklung. Setelah
Banda namanya. Bade melilit demikian sesampainya di setra, jasad

6
lihat lontar Yama Purwa Tattwa

8 Vol. 10 No. 1 Maret 2020


itu dibawa ke lembu. Di sana selesai. Selanjutnya adalah tugas Sang Hyang
dibersihkan dengan tirtha, yang utama Rudra dan Mahadewa melengkapi upacara
berwadah periuk berisi Pangӗlӗb, kematian itu sebagai berikut.
yakni cincin berpermata mirah, juga singgih pukulun, ri wus atiwa-tiwa,
pripih sama-sama bertuliskan nama hulun pwa ya ginawe sӗkah.
tirtha Panglӗpasan dan tirtha Widhi kotamanya sarwwa sӗkar nggen ahyas
Widana]. ikang sӗkah. pring wuluh wӗnang
pawakanya. tinampiḥ dening rwan
wus mangkana basmikӗna kang śawa waringin. ika pwa inahyasan sӗkar.
dening aghni. pӗtahulanya binrӗsihan nӗhӗr inaturan saji. miwah inayut ring
gӗnahakӗn miwah reka apindha wwe agung. lӗbar kang cuntaka,
waktra, angga, tangan, suku, inugning wӗnang awidhi widhana [STP. 5a—
taru śakti. miwah pinupulakӗn ring 5b].
dwӗgan niyuh dhanta. bhūsananӗn
sarwwa pӗthak. inayut dhatanging [Baiklah pujaan hamba, setelah
wwe agung. wus ika cuntaka Atiwa-tiwa, hamba membuat sӗkah.
pwanghulun nista, madhyottama. sang Utamanya adalah segala bunga
wiku 5 rahina, wӗlaka 10 dintӗn. digunkan untuk menghias sӗkah.
pamӗgatanya tahulan pitung heri, Bambu buluh adalah tubuhnya.
kadӗlih ika. yan durung wӗnang, tar Dibungkus dengan daun beringin. Itu
wӗnang widhi widhana [STP. 5a]. dihiasi bunga. Kemudian
dipersembahkan sesajian. Lalu
[Setelah itu bakarlah jasad itu dengan dihanyut pada air besar. Cuntaka itu
api. Sisa-sisanya dibersihkan berakhir, boleh melakukan widhi
diletakkan dan disusun menyerupai widhana].
kepala, badan, tangan, kaki, digilas
dengan kayu dedap. Lalu Menurut penjelasan Siwa Tattwa
dikumpulkan dalam bungkak nyuh Purana, setelah Atiwa-tiwa lalu dilanjutkan
gading. Berbusana putih. Dihanyut dengan prosesi Nyekah. Nyekah dilakukan
dalam air besar. Setelah itu hamba dengan membuat sekah. Sekah itu terbuat dari
cuntaka nista, madya dan utama. Sang bambu yang dibungkus dengan daun beringin
Wiku 5 hari, wӗlaka 10 hari. Pamӗgat dan dihiasi bunga. Sekah itu kemudian
jasad itu tujuh hari 7 , kotor itu. Jika dihanyut ke dalam air besar. Air besar yang
belum boleh, tidak boleh melakukan dimaksud besar kemungkinan adalah lautan.
Widhi Widhana]. Jadi kelautlah sekah itu dihanyut. Demikian
ucapan Sang Hyang Rudra dan Mahadewa,
Jasad dibakar dengan api. Setelah api dan sekaligus menandakan bahwa Nyekah
mati, sisanya dibentuk menyerupai tubuh dan adalah tugas Rudra dan Mahadewa. Sekah itu
digilas dengan kayu dedap. Hasil penggilasan pun dilengkapi lagi oleh Hyang Iswara dan
itu dimasukkan ke dalam bungkak nyuh Mahesora.
gading, lalu dihanyut. Setelah ritual ulun ginawe sӗkah kuning, nga.
pembakaran itu, upacara kematian belum anyucya laksana ika. tӗkaning iwak

7
bdk. Tim [1995: 15].

9 Vol. 10 No. 1 Maret 2020


sajinya sarwwa suci wӗnang [STP. kidhang pӗthak, pakṣi sahaneng
5b]. sucyalaksana. wwe Sarayu, Yamuna,
Sindhu, Saraswati, mwang Gangga.
[Hamba membuat Sekah Kuning ika kottamaning tirtha. tӗlas pwa
namanya. Itu untuk menyucikan sagatining raja karyya, dulur-
perbuatan. Sampai dengan daging duluraning atiwa-tiwa [STP. 6a—6b].
sesajiannya semua dapat suci]. [Hamba membuat upacara Angluwӗr
Demikian tugas dari Hyang Iswara namanya. Sebab hamba paling akhir,
dan Mahesora. Keduanya bertugas tidak ada yang lebih utama.
menyiapkan Sekah Kuning. Sekah Kuning ini Ketahuilah daging sesajiannya: daging
digunakan untuk menyucikan perbuatan dari lautan juga daging dari gunung,
[anyuci laksana]. Sang Hyang Gaṇa dan Sang daratan, binatangnya kidang putih,
Hyang Uma, berbeda lagi tugasnya. Tugas burung yang suci perbuatannya. Air
kedua dewa ini adalah membuat bukur. Selain Sarayu, Yamuna, Sindhu, Saraswati,
Sang Hyang Gana dan Uma, ada beberapa lagi dan Gangga. Itulah tirtha utama.
tugas para dewa lain yang disebutkan. Tugas- Selesailah segala rangkaian upacara,
tugas itu adalah tugas dari Indra dan Samara, didasarkan pada upacara Atiwa-tiwa].
Sang Hyang Bhayu, Sang Hyang Bharuna,
Sang Hyang Kala dan Sang Hyang Surya. Penjelasan dari kutipan di atas
Berikut ini penjelasannya. menerangkan berbagai tugas yang dimiliki
hulun ginawe bukur. tar wӗnang wong oleh para dewa berkaitan dengan upacara
camah, wong candhala, bhuta, tuli, kematian. Sang Hyang Gana dan Sang Hyang
kurang lӗwiḥ, cedāngga. wong hayu Uma bertugas untuk membuat Bukur. Bukur
wӗnang [STP. 6a]. adalah nama banten, sedangkan upacara yang
menggunakan banten Bukur disebut
[Hamba membuat bukur. Tidak boleh Mamukur.
untuk orang kotor, orang candela, Tugas dari Indra dan Samara adalah
buta, tuli, kurang utama, cacad tubuh. membuat upacara Ligya. Tugas dari Sang
Orang baik saja yang boleh]. Hyang Bhayu, Sang Hyang Bharuna, Sang
Hyang Kāla, dan Sang Hyang Suryya adalah
hulun ginawe ligya, nga. tar wӗnang membuat upacara Ngaluwer. Masing-masing
ing sor sarwwa kinaryya. ginawe pwa tugas itu menunjukkan kepada siapa ritual itu
ya panggungan, nga [6a]. dilakukan. Setelah upacara tersebut
dilakukan, Atma mendapat sebutan sesuai
[Hamba membuat Ligya namanya. dengan upacaranya. Adapun beberapa
Tidak boleh di bawah segala upacara. sebutan yang digunakan untuk menandakan
Ptut membuatkan panggungan tingkatan upacara yang sudah dilakukan
namanya]. adalah sebagai berikut.
yan mwang wus atiwa putru nira n
hulun ginawe karyya angluwer dewa pitra. Yang wus akakangsen,
namanya. apan hulun kaping untat, sang Hyang Pitra haranya. Yan wus
tan hana kotamanya. maka wӗnanging anyӗkah, Dewa Sang Pitara haranya,
iwak saji-sajinya: daging samudra yan wus abukur, Pitra Widhi haranya.
miwah daging giri gahana, buron Yan wus maligya, Widhi Wasa Pitara

10 Vol. 10 No. 1 Maret 2020


ngaranya. Yan wus angluwer, Acintya III. Kesimpulan
Pramanaya Pitra haranya [STP.6b— Siwa Tattwa Purana menyediakan
7a]. informasi dan pengetahuan perihal Padma
Bhuwana, Ritual Kehidupan sampai dengan
[Dan jika telah selesai Atiwa-tiwa Ritual Kematian. Padma Bhuwana adalah
disebut dengan Dewa Pitra. Jika telah petah mistis-geografis sebagai petunjuk arah.
selesai Akakangsen, sebutannya Sang Ritual Kehidupan menurut Siwa Tattwa
Hyang Pitra. Setelah Nyekah, Purana berawal dari penyatuan Smara dan
namanya Dewa Sang Pitara. Setelah Ratih di Cantik Gedong Mas. Upacara saat di
Abukur, namanya Pitra Widhi. Setelah dalam perut adalah Pagedong-gedongan.
Maligya, namanya Widhi Wasa Pitara. Setelahnya silanjutkan dengan upacara saat
Setelah Angluwer, namanya Acintya dua belas hari, saat sebulan, tiga bulan, enam
Pramanaya Pitra]. bulan, mulai berjalan dan tumbuh gigi,
matatah, menikah, lalu Apodgala. Ritual
Sebutan untuk masing-masing Pitra Kematian dapat dilakukan pada orang yang
dinyatakan berbeda sesuai dengan tingkatan ada jasadnya, dan tidak ada jasadnya. Ritual
upacaranya. Jika runtutan upacara itu kematian ini dilakukan mulai dari tingkatan
dibayangkan bertingkat-tingkat, artinya dari Atiwa-tiwa, Nyekah, Mukur, Ligya sampai
Atiwa-tiwa sampai Angluwӗr adalah dengan Angluwer.
perjalanan menanjak. Perjalanan itu
menghasilkan penyebutan yang berbeda, IV. Daftar Pustaka
mulai dari Dewa Pitra dampai Acintya Buku
Devi, Sudarshana. 1957. Wṛhaspati-Tattwa
Pramanaya Pitra. Dewa Pitra berarti leluhur
an Old Javanese Philosophical Text,
yang dianggap setara dengan Dewa. Acintya Critically Edited and Annotated.
Pramanaya Pitra berarti leluhur yang telah Nagpur: International Academy of
menyatu dengan yang tidak terpikirkan. Indian Culture.
Menyatu adalah istilah lain untuk Moksa.
Melalui Siwa Tattwa Purana, kita diberikan Goudriaan dan Hooykaas. 2004. Stuti dan
informasi penting bahwa Moksa bisa dicapai Stava, Mantra Para Pandita Hindu di
Bali [Baudha, Saiva dan Vaisnawa].
dengan ritual dan banten. Menurut Leksikon Surabaya: Paramita.
Hindu 8 , Moksa dapat dibagi tiga yakni
Moksa, Adi Moksa dan Parama Moksa. Palguna, IBM Dharma. 2008. Leksikon
Moksa adalah bebasnya atma dengan Hindu. Mataram: SadampatyAksara.
menyisakan badan kasar. Adi moka
menyisakan abu sisa-sisa tubuh yang terbakar Palguna, IBM Dharma. 2018. Manusia
Tattwa. Mataram: SadampatyAksara.
oleh api dalam diri. Parama Moksa adalah
lepasnya atma tanpa bekas. Sampai pada titik Putra, I Gde Agus. 2019. “Aji Palayon [Cerita
itu, prosesi Angluwӗr tidak menjelaskan Setelah Kematian 2]”.
berada pada tataran moksa tingkat mana. https://balebengong.id/aji-palayon-cerita-
setelah-kematian-2/.

8
lih. Palguna [2008:38].

11 Vol. 10 No. 1 Maret 2020


Tim. 1995. Bhuwana Sang Ksepa, Sang
Hyang Mahajnana, Siwa Tattwa Yama Purwa Tattwa. Alih Aksara Dan
Purana. Denpasar: Kantor Terjemahan Koleksi Pribadi [IGA Darma
Dokumentasi Budaya Bali. Putra, 2018]

Zoetmulder, P.J. 1994. Kalangwan Sastra Wiksu Pungu. Terjemahan Koleksi IBM
Jawa Kuno Selayang Pandang. Dharma Palguna.
Jakarta: Djambatan.

Lontar
Tutur Sari Kuning. Alih Aksara Dan
Terjemahan Koleksi Pribadi [IGA Darma
Putra, 2019].

12 Vol. 10 No. 1 Maret 2020

Anda mungkin juga menyukai